BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
G. Remaja
Definisi Remaja
WHO (World Health Organization) 1974 mendefinisikan tentang
remaja yang lebih konseptual dengan adanya tiga kriteria yaitu (a) biologis
dengan ciri individu berkembang mulai saat pertama kali ia menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya. Sampai saat mencapai kematangan
seksual, (b) remaja sebagai individu yang mengalami perkembangan
psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa, (c)
pada kriteria sosial ekonomi terjadi peralihan dari ketergantungan sosial
ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif mandiri.
WHO menetapkan batas usia 10 – 20 tahun sebagai batasan
remaja, pada tahun 1985 menetapkan tahun pemuda internasional dengan
kriteria usia pemuda adalah 15 – 24 tahun. Sensus penduduk 1980 di
Indonesia membantah kriteria remaja yang mendekati batasan BB yaitu
14 – 24 tahun (Widjanarko, 1999). Periode remaja adalah masa transisi
dalam periode anak-anak ke periode dewasa, periode ini dianggap sebagai
masa yang amat penting dalam kehidupan sekarang khususnya dalam
perkembangan kepribadian individu (Irwanto, 1996).
Kebanyakan ahli memandang masa remaja dibagi dalam 2 periode
karena terdapat ciri-ciri perilaku yang cukup banyak berbeda dalam kedua
19
periode tersebut. Pembagian ini biasanya menjadi periode remaja awal
yaitu berkisar antara 13 sampai 17 tahun, dan periode masa akhir yaitu
17 sampai 18 tahun (usia matang secara hukum) (Hurlock, 1995).
Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu
berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi
merasa dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan berada dalam
tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak (Hurlock,
1996).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa remaja
adalah masa transisi dari periode anak-anak ke periode dewasa yang
berkisar antara usia 10 – 24 tahun dimana pada masa ini terjadi perubahan
psikologis dan fisiologis.
Perkembangan Fisik Pada Remaja
Hormon kelamin laki-laki (testosteron) bersama anak ginjal
(endrogen) pada anak laki-laki membutuhkan ciri-ciri sekunder, yaitu
tumbuh rambut pada daerah tertentu (kemaluan, wajah, kaki, tangan, dada,
ketiak), suara bertambah besar, badan lebih berotot terutama bahu dan
dada. Pertambahan berat dan fungsi badan, penis menjadi lebih keras,
lebih cepat mengalami bau badan dan mimpi basah (Wahyudi, 2000).
Indung telur memproduksi hormon estrogen dan progesteron pada
anak perempuan yang akan menyebabkan munculnya ciri-ciri seks
sekunder, seperti pertumbuhan tinggi badan, tumbuh rambut di sekitar alat
20
kelamin dan ketiak, kulit menjadi lebih halus, suara menjadi lebih halus
dan tinggi, payudara mulai membesar, paha membulat dan mengalami
menstruasi (Wahyudi, 2000).
Ciri – Ciri Masa Remaja
Masa remaja sebagai periode yang penting
Pada masa remaja sebagai akibat fisik dari psikologis mempunyai
persepsi yang sama penting. Perkembangan fisik yang cepat di sertai
dengan cepatnya perkembangan mental terutama pada awal masa
remaja, di mana perkembangan itu dapat menimbulkan perlunya
penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat
baru (Hurlock, 1995).
Masa remaja sebagai periode peralihan
Penelitian tidak berarti terputus atau berubah dari apa yang terjadi
sebelumnya, tetapi peralihan yang di maksud adalah dari satu tahap
perkembangan ketahap berikutnya. Artinya, apa yang telah terjadi
sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi
sekarang dan yang akan datang. Bila anak beralih dari masa kanak-
kanak ke masa dewasa, anak harus meninggalkan segala sesuatu yang
bersifat kekanak-kanakan dan juga harus mempelajari pola perilaku
dan sikap baru untuk menggartikan perilaku dan sikap yang sudah di
tinggalkan (Hurlock, 1995).
21
Masa remaja sebagai usia bermasalah
Masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi
baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan
bagi kesulitan itu, yaitu (1) sepanjang masa kanak-kanakan, masalah
anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru,
sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi
masalah, (2) para remaja merasa mandiri, sehingga mereka ingin
mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan
guru-guru ketidakmampuan remaja untuk mengatasi sendiri
masalahnya, maka memakai menurut cara yang mereka yakini. Banyak
remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu
sesuai dengan haapan mereka. Banyak kegagalan yang seringkali
disertai akibat tragis, bukan karena ketidakmampuan individu tetapi
kenyataan bahwa tuntutan yang diajukan kepadanya justru pada saat
semua tenaganya telah di habiskan untukmencoba mengatasi masalah
pokok, yang disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan seksual
yang normal (Hurlock, 1995).
Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Periode remaja adalah periode pemantapan identitas dari
pengertiannya akan siapa ahli yang di pengaruhi oleh pandangan
orang-orang sekitarnya serta pengalaman-pengalaman pribadinya akan
menentukan pola perilaku sebagai orang dewasa (Irwanto, 1996).
22
H. Pengetahuan (Knowladge)
Pengetahuan (knowladge) merupakan hasil “tahu” dan terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan
atau kognetif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (event behaviour). Berdasarkan pengalaman dan penelitian
terhanya perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langsung
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Proses perilaku baru dialami dari seseorang meliputi awareness
(kesadaran), interest (merasa tertarik), evolution (menimbang – nimbang) trial
dan adoption, Awareness (kesadaran) adalah orang menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek) interst (merasa tertarik)
adalah orang mulai merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut.
Disini sikap objek sudah mulai timbul evaluation (menimbang-nimbang)
berarti subyek menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap subyek sudah mulai baik lagi. Trial
(mencoba) berarti subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang dikehendaki oleh stimulus. Adpotion berarti subjek telah berperilaku
baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus
(Notoadmojo, 2003).
Pengetahuan yang tercakup didalam demam kognitif, mempunyai
enam tingkat, yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi
(aplication), analisis (analyisis), sintesis (syntesis), evaluasi (evalution).
23
2. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recaal) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima oleh sebab itu,
“tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Ini berarti
remaja dapat mengingat suata materi tentang kesehatan reproduksi yang
telah di pelajari sebelumnya.
3. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi secara
benar. Ini berarti remaja dapat memahami tentang kesehatan reproduksi
yang di ketahui secara benar.
4. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan, untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). ini berarti
remaja mampu untuk menggunakan materi tetang kesehatan reproduksi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil.
5. Analisis (analyisis)
Analisisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Ini berarti
remaja mampu untuk menganalisa materi tentang kesehatan reproduksi.
24
6. Sintesis (syntesis)
Sintesis adalah kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan
menyusun formilisasi baru dan formulasi-formulasi yang ada. Hal ini
berarti remaja mampu untuk mensintesis tentang kesehatan reproduksi.
7. Evaluasi (evalution)
Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
materi atau objek (Notoadmojo, 2003). Remaja dapat mengevaluasi materi
tentang kesehatan reproduksi yang telah di pelajari.
Pengetahuan kesehatan reproduksi adalah informasi yang
menerangkan tentang berbagai aspek yang diketahui oleh remaja dalam
lingkup kesehatan reproduksi meliputi reproduksi sehat, perkembangan
seksual pada remaja, anatomi fisiologi alat reproduksi, proses kehamilan,
masa subur seorang wanita, aborsi, penyakit menular seksual (Rasmin,
2001).
Menurut sukmadinata (2003) pengetahuan yang dimiliki oleh
seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
BAB III. faktor internal, meliputi :
A. Jasmani
Faktor jasmani diantaranya adalah indra seseorang.
B. Rohani
Faktor rohani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual,
psikomotor serta kondisi afektif dan kognitif individu.
25
BAB IV. faktor eksternal, meliputi :
A. Pendidikan
tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi
respon yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi
akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang
datang dan akan sejauh mana keuntungan yang mungkin akan
mereka peroleh dari gagasan tersebut. Ibu yang berpendidikan
tentu akan banyak memberikan pemahaman terhadap apa yang
mereka lakukan dimasa lalu.
B. Paparan media massa (akses informasi)
Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik, berbagai
informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang
yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah,
pamphlet dan lain-lain) akan memperoleh informasi yang lebih
banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar
informasi media. Ini berarti paparan media massa mempengaruhi
tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang.
C. Ekonomi (pendapatan)
Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder, keluarga
dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibanding
dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi
kebutuhan akan informasi yang termasuk kebutuhan sekunder.
26
D. Hubungan sosial (lingkungan sosial budaya)
Manusia adalah makhluk sosial dimana saling berinteraksi antara
satu dengan yang lainnya. Individu yang dapat berinteraksi secara
kontinyu akan lebih besar terpapar informasi. Sementara itu faktor
hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai
komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi
media.
E. Pengalaman
Pengalaman seseorang tentang berbagai hal bisa diperoleh dari
lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misal
sering mengikuti kegiatan yang mendidik seperti seminar.
I. Kesehatan reproduksi
J. Definisi kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental dan
kesejahteraan social secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan
system dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang
bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan reproduksi mencakup 3
komponen yaitu kemampuan (ability), keberhasilan (success), dan
keamanan (safely). Kemampuan berarti dapat berproduksi. Keberhasilan
dapat menghasilkan anak sehat yang tumbuh dan berkembang. Keamanan
berarti semua proses reproduksi termasuk hubungan seks, kehamilan,
27
persalinan, kontrasepsi dan abortus seyogyanya bukan merupakan
aktivitas yang berbahaya (Munajat, 1996).
WHO didefinisikan kesehatan reproduksi adalah keadaan yang
memungkinkan proses reproduksi dapat tercapai secara sehat baik fisik,
mental, maupun social yang bukan hanya tidak adanya penyakit atau
kehamilan. Kemampuan seseorang, khususnya wanita, untuk mengatur
dan mengendalikan keseuburannya merupakan komponen yang integral
dari pelayanan kesehatan reproduksi (Anonim, 2001).
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang
menyangkut system, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh
remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit
atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta social
cultural (Kartono, 1995).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan reproduksi
remaja adalah suatu keadaan dimana organ reproduksi yang dimliki oleh
remaja dapat mencapai keadaan sehat baik fisik, mental maupun social
yang bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
K. Organ reproduksi
Organ reproduksi wanita bagian luar (genitallia eksterna) meliputi
pubis, atau mons veneris, bibir besar (labia mayor), bibir kecil (labia
minor), klitoris, vulva, uretra (saluran kencing), hymen (selaput dara),
sedangkan organ reproduksi wanita bagian dalam (genitallia interna)
28
meliputi vagina, tuba vallpoi, uterus (rahim), dan servik (leher dalam)
(Wahyudi, 2000).
Pada pria dengan organ reproduknya meliputi penis, uretra (saluran
kencing), kelenjar prostate, vaskula seminolis, vas deferens (saluran
sperma), epididirmis, testis (pelir) (Wahyudi, 2000).
L. Perkembangan seksualitas remaja
Masa remaja diawali oleh masa pubertas, yaitu masa terjadinya
perubahan-perubahan fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh
dan proporsi tubuh) (Imron, 2000).
Perubahan yang paling menonjol pada masa pubertas adalah terjadi
menarche (menstruasi pertama kali) pada anak perempuan dan mimpi
basah pada anak pria. Hal ini menunjukkan bahwa organ reproduksi mulai
matang (Munajat, 1996).
Menstruasi adalah peristiwa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang
benyak mengandung pembuluh darah (endometrium). Menstruasi
umumnya mulai terjadi pada usia 8 – 13 tahun.
Siklus haid pada setiap wanita tidak sama, biasanya berlangsung
kurang lebih 28 hari. Siklus menstruasi dapat dipengaruhi oleh kondisi
tertentu, seperti stress, pengobatan dan latihan olah raga. Gejala yang
dapat menyertai sebelum dan saat menstruasi antara lain adalah perasaan
malas bergerak, badan menjadi lemas, mudah merasa lelah, nafsu makan
meningkat, emosi menjadi lebih labil, mengalami kram perut
(dismenorhoe), dan nyeri kepala (Wahyudi, 2000).
29
Pada remaja pria salah satu tanda yang menunjukkan bahwa organ
reproduksinya sudah mulai berfungsi adalah mimpi basah. Mimpi basah
adalah pengeluaran cairan sperma yang tidak diperlukan secara alamiah.
Mimpi basah pertama terjadi pada remaja pria sekitar umur 9-14 tahun.
Mimpi basah umumnya terjadi periodic berkisar antara 2-3 minggu
(Wahyudi, 2000).
M. Kehamilan, persalinan dan abortus
Kehamilan adalah pertemuan sel telur dengan sel sperma.
Pertemuan terjadi setelah telur lepas sekitar 12 jam dan spermatozoa
melalui proses kapasitasi disebut fertilizasi, pembuahan “konsepsi” atau
impregnancy. Setelah masuknya kepala spermatozoa kedalam telur
(ovum).
Dengan meninggalkan ekornya, terjadilah pertemuan inti masing-
masing dengan komosom mencari pasangannya. Mula-mula terjadi
pembelahan menjadi dua dan seterusnya sehingga seluruh ruangan ovum
penuh dengan hasil pembelahan. Sel, dan disebut morula. Pembelahan
berlangsung terus sehingga bagian dalam terbentuk ruangan yang
mengandung cairan disebut blastokist. Sementara itu bagian luar dinding
telur (ovum) timbul rumbai-rumbai yang disebut villi yang akan berguna
untuk menanamkan diri pada lapisan dalam rahim, yang telah siap
menerima dalam bentuk reaksi desidu (Bagus, 1999).
Tanda-tanda kehamilan yang bias dialami oleh ibu adalah tidak
dating haid, pusing, mual, buah dada agak membesar dan lebih keras,
30
muka biasanya terdapat bercak kecoklatan, dan perut membesar (Anonim,
1995).
Setelah masa kehamilan maka akan terjadi masa persalinan. Masa
persalinan adalah masa bayi sebagai hasil fungsi reproduksi dilahirkan.
Persalinan normal adalah lahirnya bayi yang kemudian diikuti oleh
keluarnya ari-ari (plasenta) melalui jalan biasa, yang terjadi dengan
sendirinya dan hanya dengan kekuatan sang ibu. Tanda-tanda yang
mendahului persalinan adalah his, mual di daerah perut bagian bawah dan
daerah pinggang, keluar lender dan air ketuban. Tahap-tahap persalinan
meliputi pembukaan, pengeluaran janin dan pengeluaran plasenta (Bagus,
1999).
Salah satu efek negative dari kehamilan adalah abortus, abortus
atau keguguran adalah suatu peristiwa keluarnya hasil pembuahan, dimana
pembuahan itu masih ada dibawah triwulan I atau secara obyektif hasil
pengeluaran tersebut (bila ada janin) tidak akan lebih dari 500 gram.
Abortus ada dua macam yaitu abortus spontan dan provocatus (disengaja
atau digugurkan), janin abortus provocatus ada dua macam yaitu abortus
prevocatus artificialis (abortus therapeuticus) dan abortus provocatus
criminalis. Abortus prevocatus artificialis adalah pengguguran kehamilan
yang biasanya menggunakan alat-alat dengan alas an kehamilan
membahayakan ibu sedangkan abortus provocatus criminalis adalah
pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah dan dilarang oleh
hokum (Soebroto, 1994).
31
N. Penyakit menular seksual
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang menular
dari seseorang ke orang lain melalui hubungan seksual dan dapat
disebarkan oleh pembesar (mikroskop) karena sangat kecil, tidak dapat
dilihat oleh mata. PMS terutama di tularkan dengan cara hubungan seksual
antara alat reproduksi penis, vagina, anal dan oral, jenis PMS yaitu genore,
spilis, herpes, genitalis, trikomoniasis vaginalis, chaneroid, klorida,
candiloma akuminata (Munajat, 2000).
Insiden Penyakit Menular Seksual (PMS) meningkat terjadi pada
masa remaja yang memiliki resiko terendah dimana aktivitas seksual
remaja dapat mendatangkan penyakit seperti infeksi HIV (Human
Immunodeficiency Virus) yang semakin meningkat pada remaja. Oleh
karena itu program pendidikan seks harus membentuk suatu rantai antara
pencegahan AIDS dan pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS)
lainnya (Bobak, 2005).
O. Sikap (Attitude)
1. Definisi Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan
untuk bertindak dan merupakan pelaksana motif tertentu.
Sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu (Notoatmodjo, 1997) :
P. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek
32
Q. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek
R. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu menerima (receiving),
memberi respon (responding), menghargai (valuing), bertanggung jawab
(responsible). Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek), memberi respon
(responding) diartikan memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyekesaikan tugas yang diberikan sebagai indikasi dari sikap menghargai
(valuing) berarti mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah. Bertanggung jawab (responsible)
berarti bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala risiko (Notoatmodjo, 1997).
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan sikap
seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak
(favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak
(unfovorable) pada objek tersebut (Azwar, 1995).
Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu
komponen kognitif, afektif, dan koratif. Komponen kognitif merupakan
representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap komponen
afektif menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu
objek sikap. Komponen kognitif merupakan aspek kecenderungan berperilaku
yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang di
hadapinya (Azwar, 1995).
33
Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti, dengan
pengalamannya, untuk memperoleh pengetahuan, elemen-elemen dari
pengalamannya yang tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu,
akan di susun kembali atau di ubah sedemikian rupa hingga menjadi
konsisiten. Ini berarti bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap
sesuatu objek, menunjukkan tentang pengetahuan orang tersebut terhadap
objek sikap yang bersangkutan (Walgito, 2005).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap :
a. Pengalaman pribadi
Tanggapan akan menjadi dasar terbentuknya sikap, untuk
mendapatkan tanggapan dan pernyataan perlu pengalaman yang berkaitan
dengan obyek psikologis.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu komponen sosial
yang ikut mempengaruhi sikap kita. Di sini orang yang dianggap penting
adalah orang tua. Orang yang status sosialnya lebih tinggi adalah teman
sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami, dan lain-lain.
Seorang anak yang biasanya belum kritis mengenai suatu hal, akan
cenderung mengambil sikap yang serupa dengan sikap orang tuanya
dikarenakan adanya proses imitasi atau peniruan terhadap model yang
dianggap penting, yakni orang tuanya sendiri (Azwar, 2005).
34
c. Pengaruh budaya
Kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan
skap seseorang,Misalnya budaya yang mempunyai norma longgar bagi
pergaulan. Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat
mengutamakan kehidupan berkelompok, maka sangat mungkin kita akan
mempunyai sikap negatif terhadap kehidupan individualisme yang
mengutamakan kepentingan perseorangan.
d. Media massa
Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media massa seperti
TV, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain memberikan landasan
kognitif bagi terbentuknya sikap.
e. Lembaga pendidikan dan agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem
yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan
keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri
individu.
f. Pengaruh faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan untuk situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang. Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan
yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran
frustasi atau Pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
35
E. PERILAKU
Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh individu baik yang diamati
secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku manusia pada hakekatnya
adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri oleh karena itu perilaku
manusia mempunyai bentangan yang sangat luas (Notoatmodjo, 1993)
Untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu kita dapat
memperhatikan perilakunya, sebab perilakumerupakan salah satu indikator
sikap individu (Azwar, 1998)
Menurut Lawrence Green dikutip dari notoatmodjo S mencoba
menganalisa perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa
kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu
faktor diluar perilaku (Non Behavior Causes) dan faktor didalam perilaku
(Behavior Causes). Faktor perilaku tersebut dippengaruhi oleh :
1. Faktor- faktor predisposisi (Predisposising Factor) yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2. Faktor-faktor pendukung (Enabling Factor) yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan
misalnya obat-obatan, peralatan steril, ruang perawatan dan
sebagainya.
3. Faktor-faktor pendorong (Reinforcing Factors) yang terwujud dalam
sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain yang
merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
36
G. Leather dikutip oleh rahmat mengemukakan bahwa tindakan atau
perilaku individu dipengaruhi oleh pengalaman , pengalaman akan bertambah
jika melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi individu tersebut.
Berdasarkan teori psikologis yang dikembangkan oleh plato, bahwa tindakan
manusia oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor lingkungan yang
termasuk didalamnya adalah lingkungan individu, masyarakat organisasi dan
kebudayaan. Lingkungan sosial manusia akan menerima, mempertahankan
dan melanjutkan kebiasaan hidup hasil ciptaan manusia sebelumnya.
Kemudian Kats yang dikutip notoatmodjo juga mengatakan bahwa
perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan, maka
ia berasumsi bahwa :
1. Perilaku mempunyai instrumental, artinya dapat berfungsi dan
memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak
(berperilaku) positif terhadap objek demi pemenuhan kebutuhan,
sebaliknya jika objek tidak memenuhi kebutuhan manusia maka ia
akan berperilaku negatif.
2. Perilaku berfungsi sebagai defence mechanism atau sebagai pertahanan
diri dalam menghadapi lingkungan. Artinya dengan perilakunya,
manusia dapat melindungi ancaman-ancaman yang datang dari luar.
3. Perilaku berfungsi sebagai penerima obyek dan pemberi arti. Dalam
perannya dengan tindakan itu orang senantiasa menyesuaikan diri
dengn lingkungan menurut kebutuhan.
37
4. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam
menjawab suatu situasi. Oleh karena itu di dalam kehidupan manusia
perilaku itu tampaknya terus menerus dan berubah secara relatif.
Perubahan perilaku menurut WHO dikutip dari notoatmodjo
(1993) dikelompokan menjadi tiga yaitu:
1) perubahan alamiah (Natural Change) bahwa perilaku manusia selalu
berubahdimana sebagian perubahan itu disebabkan oleh karena kejadian
alamiah. Apabila dalam masyarakat terjadi perubahan lingkungan fisik
atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota masyarakat didalamnya
juga akan mengalami perubahan.
2) Perubahan terencana (Planned Change) bahwa perubahan ini terjadi
karena direncanakan sendiri oleh subyek.
3) Kesediaan untuk berubah (Readiness to Change). Hal ini karena setiap
orang mempunyai kesediaan yang berbeda-beda meskipun kondisinya
sama.
Untuk melakukan perubahan perilak diperlukan motivasi yang kuat
untuk berubah. Motivasi adalah suatu dorongan yang menggerakan seseorang
untuk berperilaku, beraktivitas dalam pencapaian tujuan dimana kebutuhan
merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap lajunya dorongan
tersebut (Widayatun, 1999).
Untuk melakukan perubahan yang efektif menurut Roger dikutip dari
rahmat (2002) tergantung dari individu yang terlibat tertarik dan berupaya
untuk selalu berkembang atau maju serta mempunyai komitmeen untuk
38
bekerja dan melaksanakan. Sedangkan menurut rahmat (2002) ada tiga kunci
sukses strategi untuk terjadinya perubahan yang baik ada 3 M, yaitu:
(1) Mulai dari diri sendiri
sebagai seorang ibu, ibu tidak akan berubah atau bertambah baik dalam
mencapai suatu tujuan kalau ibu belum memulai dari diri sendiri.
(2) Mulai dari hal-hal yang kecil
perubahan yang besar dalam memberikan pendidikan pada anak tidak akan
pernah berhasil kalau tidak dimulai terhadap hal-hal yang kecil.
(3) Mulailah sekarang, jangan menunggu-nunggu.
Sebagaimana disampaikan Rahmat (2002) lebih baik sedikit dari pada
tidak sama sekali, lebih baik sekarang daripada harus menuggu-nunggu
terus.
F. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan
Reproduksi Terhadap Perilaku Menjaga Kesehatan Reproduksi
Skinner mengatakan bahwa hasil hubungan antara tahu dan input
mengenai stimulus atau respon yang datang dari individu dalam hal ini
pengetahuan merupakan suatu stimulus yang akhirnya akan membentuk suatu
sikap baik yang bersifat positif maupun negatif. (Rasmin, 2001)
Pandangan tentang kesehatan reproduksi dan seksual khususnya seks
pranikah pada remaja lebih positif, akan memberikan ruang bagi semua
individu mendapatkan informasi mengenai bagaimana bersikap dan
memahami perkembangan diri dan melindungi diri dari resiko kesehatan
39
reproduksi dan seksual yang tidak sehat, banyak penelitian menunjukkan
bahwa bukan remaja yang tidak ingin mendapatkan pengetahuan mengenai
kesehtaan reproduksi dan seksual tetapi pemahaman yang salah menyangkut
kesehatan reproduksi dan seksual telah membatasi remaja selama ini untuk
mendapatkan kesempatan untuk menyiapkan masa depan dan melindungi
reproduksi dengan lebih baik (Warsiki, 1996).
Sikap merupakan pandangan, tetapi dalam hal ini masih berbeda
dengan suatu pengetahuan yang dimiliki seorang. Pengetahuan mengenai
kesehatan reproduksi dan seks tidak sama dengan sikap terhadap suatu objek
pengetahuan belum menjadi suatu penggerak, seperti halnya pada sikap.
Pengetahuan mengenai suatu objek baru misalnya tentang kesehatan
reproduksi akan menjadi sikap apabila pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi disertai kesiapan remaja untuk bertindak sesuai dengan
pengetahuan yang dimiliki. Sikap mempunyai segi motivasi, berarti segi
dimanis yang menuju suatu tujuan. Sikap merupakan suatu pengetahuan,
tetapi pengetahuan yang disertai kesediaan kecenderungan untuk bertindak
sesuai dengan pengetahuan (Purwanto, 1999).
Hubungan antara konsep pengetahuan dan sikap, pengetahuan
merupakan keikutsertaan remaja untuk mengetahui seksual dan kesehatan
reproduksi. Oleh karena itu, individu hendaknya mengetahui terlebih dahulu
apa yang dimaksud dengan seksual serta apa manfaatnya. Setelah mengetahui
hal tersebut akan timbul pemikiran tentang segi negatif atau positif yang akan
mempengaruhi sikap individu. Apabila pandangan ini mengarah pada sisi
40
positif maka yang muncul adalah sikap positif sebaliknya bila pandangan
lebih condong pada sisi negatif maka yang muncul adalah sikap negatif
(Rasmin, 2001).
Hasil penelitian Dwi indriyani (2007) yang berjudul
“hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap remaja tentang
hubungan seksual pranikah di SMA Kesatrian 2 Semarang” (tidak
dipublikasikan) menunjukan bahwa dari 100 responden penelitian di ketahui
43 orang (43,0 %) memiliki pengetahuan baik, sedangkan 55 orang (55,0 %)
memiliki pengetahuan yang kurang, dan sisanya 2 orang (2,0 %) memiliki
pengetahuan yang sedang. Hal ini berarti mayoritas responden masih belum
sepenuhnya mengetahui tentang kesehatan reproduksi.
41
G. Kerangka Teori
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap : 1. Pengalaman pribadi 2. Pengaruh orang lain
yang dianggap penting 3. Budaya 4. Media massa 5. Lembaga pendidikan
dan agama 6. Emosi
PENGETAHUAN PERILAKU
Faktor internal : a. Jasmani b. Rohani Faktor eksternal: a. pendidikan b. paparan media masa
(akses informasi) c. Ekonomi (pendapatan) d. Hubungan sosial
(lingkungan sosial budaya) e. Pengalaman
SIKAP
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku : a. Faktor predisposisi
1) Pengetahuan 2) Sikap 3) Keyakinan
b. Faktor pendukung 1) Tersedianya fasilitas
kesehatan 2) Lingkungan fisik
c. Faktor pendorong yaitu sikap dan perilaku remaja tentang kesehatan reproduksi
Skema 2.1
Skema kerangka teori
Hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja (Sukmadinata, 2003)
terhadap perilaku menjaga kesehatan reproduksi (Azwar, 1995)
42
H. Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel Dependent
Pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi Perilaku remaja menjaga
kesehatan reproduksi Sikap remaja menjaga
kesehatan reproduksi
Skema 2.2 Kerangka Konsep
I. Variabel Penelitian
1. Variabel Independent
Variabel independent dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan
dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi
2. Variabel Dependent
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah perilaku remaja menjaga
kesehatan reproduksi
J. Hipotesis
1. Ada hubungan antara pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi
terhadap sikap menjaga kesehatan reproduksi
2. Tidak ada hubungan antara pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi terhadap sikap menjaga kesehatan reproduksi
43