8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Sport Massage
Masase merupakan pemijatan atau pengurutan pada bagian badan
tertentu dengan tangan atau alat-alat khusus untuk melancarkan peredaran
darah sebagai cara pengobatan atau untuk menghilangkan rasa capek.
a. Hakikat Sport (Olahraga)
Tujuan melakukan olahraga terletak dalam peranannya sebagai
wadah untuk menyempurnakan karakter, dan sebagai wahana untuk
memiliki dan membentuk kepribadian yang kuat, karakter yang baik
dan sifat yang mulia, hanya orang-orang yang memiliki kebajikan
moral seperti inilah yang akan menjadi warga masyarakat yang
berguna. Terdapat banyak sifat karakter yang memerlukan olahraga,
seperti ketekunan, dedikasi, kerjasama tim, dan karakter yang
berorientasi pada prestasi yang lainnya (Eitzen, 2009: 2). Landasan
falsafah ini menjadikan olahraga tidak hanya untuk mencapai tujuan
yang dangkal saja, seperti meraih juara atau kemenangan semata, atau
sebagai ajang hiburan, tetapi disinilah tempatnya untuk membentuk
kepribadian dan karakter yang baik.
Kegiatan olahraga menunjukkan wujud nyata dari kehadiran
fisik. Karakteristik olahraga (sport) semakin berkembang, semakin
lama semakin berubah dan semakin kompleks baik dari jenis
9
kegiatannya yang semakin beragam, juga penekanan motif yang ingin
dicapai maupun konteks lingkungan sosial budaya tempat
pelaksanaannya. Prestasi olahraga ditentukan oleh faktor biologis,
psikologis, sosial budaya dan lingkungan (Sterdt, Liersch, and Walter,
2013: 1).
Pada dasarnya kegiatan olahraga merupakan kegiatan fisik yang
dilakukan individu yang terkait interaksi dengan lingkungan. Kegiatan
olahraga tergantung dengan sikap seseorang dari mana memaknainya.
Olahraga bukan saja menarik seseorang yang berkecimpung dalam
bidang olahraga, namun nilai-nilai olahraga untuk pembangunan
nasional dan perdamaian. Oleh karena itu, olahraga perlu terus
dipromosikan demi kemaslahatan manusia.
b. Konsep Nilai-Nilai Olahraga
Nilai yang paling hakiki dalam olahraga adalah olahraga
bermuara pada kemanusiaan. Olahraga merupakan kegiatan yang ideal
untuk mengajarkan dan mengirimkan nilai-nilai kehidupan yang positif
pada masyarakat (Côté and Hancock, 2016: 52). Sebagai bagian dari
masyarakat olahraga pada umumnya mencerminkan nilai-nlai yang
menjadi rujukan masyarakat, sehingga olahraga merupakan wahana
untuk membina dan sekaligus untuk membentuk karakter. Maka dapat
dikatakan bahwa inti dari olahraga adalah fair play dan sportivitas.
Nilai merupakan rujukan perilaku, sesuatu yang dianggap luhur
dan menjadi pedoman hidup manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
10
Menurut Patricios (2016: 893) bahwa pencapaian prestasi olahraga
secara internasional yang sungguh-sungguh, langkah dan tempo yang
cepat dari olahraga pada moto olimpiade tentang “citius, altius, dan
forties”. Citius lebih menunjukkan pada makna kualitas mental dalam
membuat keputusan yang lebih cepat dan lebih smart. Makna altius
memiliki pengertian moral yang luhur. Sedangkan fortius memiliki
pengertian lebih menekankan pada kualitas pribadi yang ulet dan
tangguh.
Berkaitan dengan olahraga, nilai-nilai yang dapat dikembangkan
dalam olahraga terkenal dengan nilai inti yaitu fair play dan sportif,
sehingga benar-benar dapat dipahami dan diimplementasikan pada
bidang olahraga. Dalam olahraga tidak terlepas dengan nilai
kedisiplinan, sebab tidak mungkin atlet akan dapat meraih tanpa
memiliki sikap disiplin. Disiplin dapat dimaknai sebagai sikap prilaku
yang muncul sebagai akibat dari latihan atau kebiasaan mentaati
peraturan. Dari sudut pandang olahraga, membangun keharmonisan
tubuh dan kepribadian yang ditandai dengan pengendalian diri,
keberanian, menghormati, disiplin, tepat waktu, kesopanan, kejujuran
dalam pikiran, dan percaya diri (Iulian and Sabina, 2015: 192).
Kedisiplinan juga muncul karena kebiasaan untuk mentaati peraturan.
Kedisiplinan mengandung nilai ketaatan, karena disiplin selalu
merujuk pada peraturan.
11
Fair play dan sportifitas merupakan nilai inti dari olahraga
berhubungan dengan nilai moral. Seseorang dapat terlibat dalam
eksplorasi etika, dengan memberikan kesempatan seseorang untuk
berpikir tentang kebaikan seperti kejujuran dan integritas, serta
peranan prinsip-prinsip moral dan konsekuensi tindakan yang
berkaitan dengan perilaku yang tepat (Cam, 2016: 6). Bentuk nilai
kejujuran selalu terkait dengan dipercaya dan terpercaya, serta tidak
berdusta, tidak menipu, dan tidak memperdaya orang lain yang
terwujud melalui perkataan dan perbuatan. Bentuk nilai
tanggungjawab merupakan nilai moral yang terpenting dalam olahraga.
Oleh karena itu nilai tanggungjawab harus ditanamkan kepada
masyarakat olahraga. Bentuk nilai keadilan terdiri dari distributif,
prosedural, retributif, dan kompensasi. Bentuk nilai keadilan tersebut
saling keterkaitan dalam membuat keputusan dan penalaran moral
dalam bidang olahraga. Sedangkan nilai kedamaian dalam olahraga
adalah mencegah penganiayaan dan berbuat baik.
c. Olahraga Adaptif
Olahraga adaptif adalah metode olahraga yang disesuaikan
dengan kapasistas fungsional tubuh seseorang. Tidak ada pemaksaan
gerakan, intensitas dan frekuensi dalam melakukan olahraga ini.
Pembelajaran adaptif merupakan pembelajaran biasa yang
dimodifikasi dan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari,
dilaksanakan dan memenuhi kebutuhan pendidikan. Sebab di dalam
12
pembelajaran adaptif bagi anak didik yang dirancang adalah
pengelolaan kelas, program dan layanannya. Proses model adaptif
merupakan alternatif model pendekatan tradisional dan kontemporer
dan teori untuk menyelidiki fenomena belajar gerak (Tani, et al., 2014:
53). Masalah psikomotor sebagai akibat dari keterbatasan kemampuan
sensomotorik, keterbatasan dalam kemampuan belajar. Sifat program
pengajaran olahraga adaptif memiliki ciri khusus yang menyebabkan
olahraga ditambah dengan kata adaptif. Adapun ciri tersebut adalah:
1) Program pengajaran olahraga adaptif disesuaikan dengan jenis dan
karakteristik kelainan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan kesempatan kepada siswa yang berkelainan
berpartisipasi dengan aman, sukses, dan memperoleh kepuasan.
Oleh karena itu olahraga adaptif akan dapat membantu siswa
memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
2) Program pengajaran olahraga adaptif harus dapat membantu dan
mengkoreksi kelainan yang disandang oleh siswa. Kelainan pada
anak didik bisa terjadi pada kelainan fungsi postur, sikap tubuh dan
pada mekanika tubuh. Untuk itu, program pengajaran olahraga
adaptif harus dapat membantu siswa melindungi diri sendiri dari
kondisi yang memperburuk keadaannya.
3) Program pengajaran olahraga adaptif harus dapat mengembangkan
dan meningkatkan kemampuan jasmani individu. Untuk itu
olahraga adaptif mengacu pada suatu program olahraga yang
13
progresif, selalu berkembang dan atau latihan otot-otot besar.
Dengan demikian tingkat perkembangan siswa akan dapat
mendekati tingkat kemampuan teman sebayanya. Apabila program
olahraga adaptif dapat mewujudkan hal tersebut di atas, maka
olahraga adaptif dapat membantu siswa melakukan penyesuaian
sosial dan mengembangkan perasaan siswa memiliki harga diri.
Perasaan ini akan dapat membawa siswa berperilaku dan bersikap
sebagai subjek bukan sebagai objek dilingkungannya.
d. Tujuan Olahraga Adaptif
Olahraga adaptif diperuntukkan bagi mereka yang mempunyai
kelainan fisik maupun psikis, tujuan olahraga adaptif tidak lain yaitu
untuk memebantu mereka yang mempunyai kelainan fisik maupun
psikis mencapai pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental
emosional dan sosial yang sepadan dengan potensi mereka melalui
program aktivitas olahraga dan khusus yang telah dirancang dengan
hati-hati. Olahraga adaptif untuk tujuan meningkatkan performa
olahraga (Willick and Lexell, 2014: S2). Adapun tujuan khususnya
adalah untuk menolong peserta didik mencapai tujuan umum ini
adalah sebagai berikut:
1) Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.
2) Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dan kondisi apa
pun yang akan memperburuk keadaannya melalui aktivitas jasmani
tertentu.
14
3) Untuk memberikan kepada siswa kesempatan untuk mempelajari
dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olahraga dan aktivitas
jasmani waktu luang yang bersifat rekreatif.
4) Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan
jasmani dan mentalnya.
5) Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan
mengembangkan perasaan memiliki harga diri.
6) Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan
apresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik.
7) Untuk menolong siswa memahami dan menghargai berbagai
macam olahraga yang dapat dinikmatinya sebagai penonton.
e. Pengertian Massage
Massage adalah suatu cara penyembuhan yang menggunakan
gerakan tangan atau alat terhadap jaringan tubuh yang lunak. Gerakan
tangan dalam massage disebut manipulasi. Massage adalah seni gerak
tangan yang bertujuan untuk mendapatkan kesenangan dan
memelihara kesehatan jasmani. Gerak tangan secara mekanis ini akan
menimbulkan rasa tenang dan nyaman bagi penerimanya.
Massage dapat diberikan kepada semua orang, laki-laki,
perempuan, tua, muda, dewasa maupun anak-anak dan orang-orang
yang kita cintai atau pun pada binatang-binatang piaraan.
Kata massage berasal dari kata Arab “mash” yang berarti “menekan
dengan lembut” atau kata Yunani “massien” yang berarti “memijat
15
atau melulut”. Massage disebut pula sebagai ilmu pijat atau ilmu lulut.
Massage dapat dilakukan dengan tangan atau alat. Para
pelakunya biasa disebut sebagai masseur untuk pria dan massaeuse
untuk wanita (Furlan, Imamura, Dryden and Irvin, 2010: 3).
Massage atau pijatan merupakan seni penyembuhan kuno yang
mampu memberikan banyak manfaat bagi sistem tubuh. Pijat adalah
sebuah perawatan preventif yang penting untuk mempertahankan
kesehatan dan kebugaran tubuh. Massage mempunyai definisi
perbuatan dengan tangan (manipulasi) pada bagian-bagian lunak dari
tubuh dengan prosedur manual atau mekanik yang dilaksanakan secara
metodis dengan tujuan menghasilkan efek fisiologis, profilaktik, dan
terapeutik bagi tubuh. Tekanan dari pendahulan pijat mengolah
rangsangan dari penyakit (Chang, Wang, and Chen, 2002: 69).
Manipulasi itu dilakukan secara teratur sesuai dengan anatomi tubuh
yaitu dari permukaan ke arah dalam dari bagian tubuh yang lunak
kulit, di bawah kulit (jaringan konjunktiva) dan lapisan lemak, otot-
otot pembuluh darah dan syaraf periferis jaringan-jaringan dan organ-
organ tubuh bagian dalam.
Prosedur manual terkenal dengan nama manipulasi massage
yang terdiri dari bermacam-macam gerakan tangan pada permukaan
tubuh dengan tekanan ke arah dalam, contohnya menggosok
(effleurage), menekan dan memeras jaringan-jaringan (petrissage),
memberikan pukulan dengan berirama pada bagian-bagian tubuh yang
16
berdaging (tapotement), menggoncang-goncangkan segmen (shaking)
dan manipulasi-manipulasi lainnya yang dilaksanakan dengan teknik
khusus.
Prosedur manual adalah prosedur yang tertua, tersebar dan yang
paling banyak digunakan karena tangan manusia mudah menyesuaikan
diri pada keadaan, pada struktur anatomi tubuh. Karena itu gerakan-
gerakan tangan akan lebih sempurna daripada prosedur mekanik.
Bagaimanapun baiknya alat mekanik tersebut tetap alat yang tidak
dapat merasakan panas atau dingin, keras atau lunak, halus atau kasar.
Prosedur mekanik dilaksanakan dengan sebuah instrumen atau
alat pijat, alat yang digerakkan dengan tangan atau dengan bantuan
beberapa macam sumber energi seperti vibrator. Massage dapat
dilakukan, baik pada bagian superficial maupun pada bagian dalam,
sebagian, atau menyeluruh, dengan waktu pendek atau panjang,
sebagai perangsang.
f. Tujuan Massage
Pada dasarnya massage bertujuan memperbaiki sirkulasi,
membantu absorpsi (penyerapan), sekresi (pengeluaran), serta
memperlancar distribusi energi dan nutrisi ke dalam jaringan, selain itu
massage dapat memperbaiki tonus otot dan fungsi syaraf (Capellini
and Welden, 2010: 34). Massage juga dapat menjaga tubuh secara
umum dalam kondisi yang lebih baik, mencegah cedera dan hilangnya
17
mobilitas, merawat dan memulihkan mobilitas pada cedera jaringan
otot serta meningkatkan kinerja.
Massage bertujuan untuk mempertahankan kondisi tubuh dengan
cara preparatif, preventif dan kuratif. Tujuan preparatif yaitu
membantu persiapan psikosomatis olahragawan dalam menghadapi
ketegangan dalam pertandingan. Tujuan preventif yaitu menyalurkan
darah yang lebih baik, sehingga alat gerak dan alat koordinasi akan
berfungsi lebih baik dan kemungkinan mendapat cedera atau
kecelakaan lainnya menjadi lebih kecil. Tujuan kuratif yaitu perbaikan
ke keadaan yang normal setelah ketegangan yang berat.
g. Macam-Macam Massage
Pada perkembangannya massage dapat dibedakan menjadi
beberapa macam (Capellini and Welden, 2010: 16), diantaranya
adalah:
1) Sport Massage (Masase Olahraga)
Yaitu massage yang khusus diberikan kepada orang-
orang yang sehat badannya, terutama olahragawan. Diberikan
hanya kepada orang yang sehat ke bagian badan, serta macam
dan cara memijatnya yang lebih diutamakan kepada pengaruhnya
terhadap kelancaran peredaran darah. Tujuannya secara umum
yaitu:
(a) Melancarkan peredaran darah, terutama dorongan terhadap
darah veneus atau darah venosa menuju ke jantung.
18
Lancarnya peredaran darah ini selanjutnya akan mempercepat
proses pembuangan sisa-sisa pembakaran dan penyebaran
sari makanan ke jaringan-jaringan.
(b) Merangsang persyarafan, terutama syaraf tepi (perifer) untuk
meningkatkan kepekaannya terhadap rangsang.
(c) Meningkatkan ketegangan otot (tonus) dan elastisitas otot
untuk mempertinggi daya kerjanya.
(d) Membersihkan dan menghaluskan kulit.
(e) Mengurangi atau menghilangkan ketegangan syaraf dan
mengurangi rasa sakit, hingga dapat menidurkan pasien.
2) Segment Massage
Yaitu massage yang ditujukan untuk membantu
penyembuhan terhadap gangguan atau kelainan fisik, gangguan
pada bagian-bagian tubuh tertentu yang terutama disebabkan oleh
cuaca, kerja yang kelewat batas, perkosaan atau paksaan (trauma)
pada badan serta kelainan fisik yang disebabkan oleh penyakit
tertentu seperti arthritis, kelayuan atau kelumpuhan otot, distorsi
atau keseleo pada sendi, nyeri pada tengkuk, sakit boyok atau
pegel dan sebagainya. Massage yang termasuk dalam kelompok
ini misalnya shiatsu, tsubo, frirage, xigong, needle massage,
accupunctur, oriental massage.
19
3) Cosmetic Massage
Massage yang khusus ditujukan untuk memelihara serta
meningkatkan kecantikan dan keindahan, baik kecantikan muka
maupun keindahan tubuh beserta bagian-bagiannya.
Menyalurkan darah kulit yang lebih baik untuk menghindari
pembentukan keriput dan kekeringan kulit.
4) Health Massage
Massage memelihara kesehatan, menormalkan fungsi
organ, serta berguna dalam menghindari penyakit dan kelainan.
h. Pengaruh Massage
Setiap manipulasi atau pegangan massage mempunyai
pengaruh tertentu terhadap jarigan tubuh. Selain itu tekanan, arah
gerakan, jumlah ulangan dan iramanya juga menentukan pengaruh
massage. Keberhasilan massage ditentukan oleh kecakapan dan
pengalaman masseur. Massage berpengaruh terhadap peredaran darah
dan lymphe, kulit, jaringan otot dan pekerjaan syaraf yang berfungsi
sebagai perlindungan, penyerapan, sekresi, respirasi, sensasi dan
regulasi (Capellini and Welden, 2010: 34).
1) Pengaruh massage terhadap peredaran darah dan lymphe
Manipulasi yang dikerjakan dari bagian-bagian tubuh
menuju ke jantung (sentripetal) secara mekanis mendorong aliran
darah pada pembuluh vena menuju ke jantung. Aliran darah yang
lebih lancar dalam vena akan membantu kelancaran aliran darah
20
pada arteri dan kapiler. Dengan demikian massage membantu
proses penyerapan dan pembuangan sisa-sisa metabolisme dari
dalam jaringan serta memperlancar distribusi nutrisi dan O2.
Massage memperlancar mengalirnya cairan lymphe dari
pembuluh-pembuluh kecil kepada pembuluh yang lebih besar
melalui kelenjar-kelenjar lymphe menuju ke ductus thoracicus
dan masuk ke dalam peredaran darah. Cairan lymphe memang
tidak memiliki pompa. Peredarannya terjadi karena otot, osmosis,
gaya berat dan juga dengan massage. Keadaan ini membantu
penyerapan, terutama terhadap jaringan yang mengalami
peradangan atau pembengkakan.
2) Pengaruh massage terhadap kulit
Massage dapat melonggarkan pelekatan dan
menghilangkan penebalan-penebalan kecil yang terjadi pada
jaringan-jaringan di bawah kulit sehigga dengan demikian
memperbaiki penyerapan. Peredaran darah dan lymphe menjadi
lancar dan kondisi kulit menjadi lebih baik, karena pengeluaran
peluh menjadi lebih lancar. Massage menyebabkan kulit menjadi
lebih halus dan elastis serta bersih. Terdapat penelitian evaluasi
efek dari pijat pada kulit, tulang atau jaringan lemak. Ada juga
penelitian mengenai efek pijat pada organ-organ internal.
21
3) Pengaruh massage terhadap jaringan otot
Massage mempercepat pengosongan dan pengisian
cairan sehingga memperlancar sirkulasi dan pembebasan sisa-
sisa pembakaran, memperlancar penyajian nutrisi sehingga
mempercepat proses pemulihan. Terhadap otot yang mengalami
cedera, massage membantu penyebaran traumatic-effusion dan
suplai darah terhadap jaringan. Massage dapat menghilangkan
atau mencegah terjadinya perlekatan akibat adanya cairan yang
disebut traumatic exudate yang dapat menyebabkan melekatnya
serabut otot satu sama lain dan menimbulkan penebalan.
Perlekatan yang menjadi penebalan ini bila telah berlangsung
lama susah dihilangkan, kecuali dengan operasi.
4) Pengaruh massage terhadap pekerjaan syaraf
Pada umumnya massage memberikan rangsangan
terhadap syaraf sensibel motorik sehingga menimbulkan reflek.
Massage juga bersifat menggiatkan bila diberikan dengan cepat
dalam waktu yang singkat. Massage dengan kecepatan sedang
dengan waktu agak lama dapat menghilangkan atau mengurangi
rasa sakit. Massage yang lembut memberikan pengaruh yang
menenangkan. Di samping itu massage dapat memelihara kondisi
syaraf.
Kebanyakan penelitian memeriksa efek dari pijatpada sistem
syaraf yang telah dilakukan secara tidak langsung, dengan
22
menggunakan psychophysiological endpoint seperti denyut jantung,
laju respirasi dan tekanan darah. Ada beberapa percobaan yang
langsung memeriksa efek dari pijat pada sistem syaraf. Dampak dari
pijat pada perut secara lembut di dalam regresi dengan analgesia
epidural ginekologis, untuk menghalangi operasi kecil. Regresi
analgesia terjadi secara signifikan lebih cepat dalam memijat pasien
dibandingkan dengan kontrol. Hanya pijat ringan yang digunakan,
sehingga efek ini tidak mungkin karena tindakan mekanik dari pijat
pada aliran darah dan tampaknya berkaitan dengan rangsangan dari
syaraf tepi.
Beberapa efek yang bisa ditimbulkan oleh massage antara lain
(Denning, 2005: 202):
1) Efek massage terhadap jaringan
Efek massage terhadap jaringan bersifat mekanis,
reflektoris dan khemis. Efek mekanis massage adalah membantu
memperlancar sirkulasi, membantu sekresi dan pemberian nutrisi
ke dalam jaringan. Hal ini terjadi akibat dari teknik menekan dan
mendorong dalam massage yang dilakukan secara bergantian
menyebabkan terjadinya pengosongan dan pengisian pembuluh
vena dan getah bening.
Efek reflektoris massage adalah memperlancar
peredaran darah, karena massage menimbulkan pacuan terhadap
syaraf peredaran darah yang menimbulkan proses vasso kontriksi
23
yang diikuti dengan vasso dilatasi lokal. Selain itu syaraf motorik
yang terangsang meningkatkan tonus otot. Efek khemis massage
menyebabkan terbebasnya suatu zat sejenis histamin yang
memberi efek dilatasi terhadap pembuluh darah kapiler.
2) Efek fisiologis massage
Pada efek fisiologis massage, massage dapat
mengurangi nyeri dan relaksasi melalui panas yang dihasilkan,
sirkulasi dan peregangan. Massage memberikan sensasi
sentuhan, tekanan dan penghangatan jaringan yang dirangsang
sehingga menyebabkan refleks relaksasi.
3) Efek psikologis massage
Massage dapat mengurangi kegelisahan melalui efek
massage terhadap jaringan diinduksi dan relaksasi sehingga
mengurangi tingkat kecemasan. Massage juga dapat
menyegarkan jika pijatan dilakukan dengan gerakan cepat seperti
apa yang akan dilakukan sebelumnya.
i. Komponen Massage
Komponen massage yaitu sesuatu atau pun aturan-aturan yang
diberikan oleh masseur/masseuse terhadap pasien. Komponen-
komponen massage meliputi arah gerakan tangan, manipulasi pada
pasien, posisi pasien, penggunaan bahan pelicin.
Gerakan tangan yang benar dari seorang masseur/masseuse
adalah ke arah centripetal yaitu gerakan tangan yang mengikuti
24
pembuluh darah balik (vena) yang membawa darah kotor ke jantung.
Pada bagian-bagian di bawah jantung harus diarahkan ke atas (ke arah
jantung), sedangkan pada bagian tubuh di atas jantung terutama leher
sebagai jembatan penghubung kepala harus diarahkan ke bawah (ke
arah jantung) melalui pembuluh darah balik (vena).
Manipulasi atau pegangan yang dilakukan seorang
masseur/masseuse dilakukan dengan tekanan yang cukup disesuaikan
kondisi pasien dan penuh perasaan sehingga mendatangkan rasa enak
(nyaman) pada pasien yang bersangkutan. Pada saat melakukan
massage, tangan masseur/masseuse harus dalam keadaan rileks, tidak
kaku atau tegang.
Posisi pasien yang akan dimassage adalah mengambil posisi
rileks agar bagian yang akan dimassage tidak mengalami ketegangan
(kendor) dan memberikan istirahat jasmani dan rohani pasien. Keadaan
rileks pasien penting, agar manipulasi yang diberikan memperoleh
hasil yang sebaik-baiknya. Pasien harus dalam keadaan hangat selama
dimassage, bagian tubuh yang tidak dimassage harus ditutup atau
diselimuti.
j. Teknik Massage
Teknik massage adalah teknik yang biasa dipakai dalam
massage. Teknik massage antara lain:
25
1) Manipulasi massage
Manipulasi massage adalah pegangan atau cara
melakukan pijatan, gosokan. Mempelajari pegangan atau
manipulasi massage, terdapat dua hal yang perlu diperhatikan yaitu
mempelajari dan berlatih melaksanakan pegangan dan berlatih
meraba dan merasakan bagaimana kondisi jaringan yang
dimassage. Misalnya jalur-jalur otot dan kelainan-kelainan yang
mungkin ada, kedua hal ini harus dilatih bersama-sama dalam
praktik.
Manipulasi adalah gerakan-gerakan yang dipergunakan
dalam massage disebut prosedur manual, dan manipulasi massage
mempunyai bentuk dan variasi yang banyak sekali, tetapi
manipulasi ini telah digolongkan dan disesuaikan menurut
dampaknya, sehingga dapat terbagi menjadi dua golongan
manipulasi ialah manipulasi pokok dan manipulasi pembantu.
Pegangan dalam massage antara lain effleurage (light gliding over
the skin), petrissage (mengangkat, menekan dan meremas kulit dan
otot), friction (menggosok kulit dan otot), tapotement (rapid,
tapping, gerakan ritmis pada kulit dan otot) and vibration (getaran
dari kulit) (Andersson, Tornkvist and Wandell, 2009: 158-160).
(a) Effleurage
Merupakan urutan atau elusan. Terdapat tiga urutan
atau elusan dalam massage yaitu superfisial stroking, medium
26
stroking dan deep stroking. Superficial stroking merupakan
manipulasi berupa elusan lembut pada permukaan kulit
sehingga mempunyai pengaruh menenangkan (sadatif). Arah
gerakan tidak tertentu, biasanya dilakukan dengan telapak jari
atau telapak tangan, manipulasi ini biasa dipakai untuk
memulai atau mengakhiri acara massage. Deep stroking
merupakan manipulasi yang terdiri atas gerakan mengurut
atau menggerus ke arah pusat (centripetal) secara kontinyu
dengan tekanan yang lebih dalam.
(b) Compressions
Merupakan perasaan dalam massage. Terdapat
empat perasaan yang digunakan dalam massage yaitu
kneading atau petrissage (memijat), wringing (memeras),
rolling (menggeser), walken (menekan). Kneading atau
petrissage dilakukan dengan palmar yaitu dengan memegang
otot sebanyak-banyaknya kemudian memeras atau menekan
tanpa menggeser. Jari-jari harus lurus jangan bengkok untuk
menghindarkan perasaan sakit terhadap pasien. Pijatan
dilakukan berpindah-pindah dari ujung ke central. Pijatan
dapat dilakukan dengan dua tangan bersama-sama atau
bergantian, dalam hal ini satu tangan memegang otot dan
yang lainnya memijat.
27
Wringing merupakan pegangan yang dilakukan
dengan cara tangan bergerak bertentangan yang satu
mendorong dan yang lain menarik, gerakan pindahnya
menuju ke jantung. Roliing merupakan gerakan menggeser,
pegangan ini dimulai dengan sikap memegang otot seperti
pada petrissage, yang dilakukan oleh tangan yang terjauh
sedang tangan yang lain memegang dan mengangkat otot di
bagian yang lebih dekat ke pusat.
Walken merupakan pegangan yang dikerjakan
dengan dua tangan. Misalnya tangan kiri berada pada bagian
proksimal, memegang otot dengan ibu jari dan jari-jari yang
lain terpisah. Tangan kanan memegang otot tadi dengan
posisi ibu jari berada di antara telunjuk dan ibu jari tangan
kiri. Tangan kiri lebih dulu melakukan pijatan dan sementara
itu juga tangan kanan melakukan pijatan dengan ibu jari.
Tangan kiri kendur dan menggeser ke atas dan melakukan
pijatan lagi yang kemudian diikuti tangan kanan.
(c) Frictions
Merupakan gosokan. Gosokan dalam massage
adalah circulary, rotary, spiral. Manipulasi ini dapat
dilakukan menggunakan jari, ibu jari, telapak tangan.
Pengaruh mekanis dari friction menghasilkan kelancaran
aliran darah setempat (vasodilatasi local), merangsang
28
pergantian nutrisi, dan juga sebagai pemanasan. Pengaruh
fisiologis adalah friction di dalam dapat melancarkan aliran
darah dan pembesaran serabut otot.
(d) Tapotemant
Manipulasi ini sering digunakan pada massage, yaitu
gerakan pukulan ringan dan berirama dengan jari-jari tangan,
telapak tangan atau kepalan. Dilakukan secara mekanis atau
dengan bantuan alat yang digerakan tangan atau listrik.
Manipulasi pukulan yang dapat digunakan adalah
mencincang, memukul dengan kepal, telapak tangan, telapak
tangan dicekungkan, mengetik, cipratan, tarikan lepas.
Manipulasi yang sering digunakan dan lebih baik
adalah manipulasi “mencincang”, yang dilakukan oleh jari-
jari kedua belah tangan dengan jarak yang cukup berdekatan.
Gerakan dilakukan dengan irama hidup (irama yang
bersemangat), sesuai dengan keadaan dan tidak terputus-
putus. Sikap tangan dapat berupa setengah mengepal, jari-jari
terbuka, dengan punggung jari-jari atau dengan membentuk
tangan seperti mangkuk (cupping). Tapotement diberikan di
daerah pinggang-punggung dan pantat, tetapi boleh juga
diberikan di tempat lain apabila diperlukan.
29
(e) Vibrations
Terdapat dua cara untuk memperoleh getaran dalam
massage yaitu palmar (menggunakan telapak tangan) dan
knuckle (dengan kepalan). Palmar dapat dilakukan dengan
cara jari-jari harus rapat kecuali ibu jari. Seluruh permukaan
telapak tangan harus kontak dengan permukaan kulit.
Knuckle dapat dipergunakan terutama untuk otot-otot yang
tebal dan keras.
(f) Shaking
Merupakan prosedur massage yang juga sering
dipakai untuk membantu para olahragawan agar otot-ototnya
menjadi kendor, sehingga memudahkan sirkulasi darah.
Pelaksanaannya adalah dengan jari-jari membengkok,
misalnya bagian bawah dan atas pada bagian yang berotot,
lengan atas dan lengan bawah, paha atau betis yang dilakukan
dengan gerakan-gerakan ke samping, ke atas dan ke bawah.
Manipulasi dilakukan dengan tangan berpindah-pindah dan
berdekatan.
Pengaruh mekanis dari manipulasi shaking adalah
jika dilakukan dengan baik, goncangan ini akan melemaskan
otot-otot dan menambah fleksibilitas jaringan-jaringan.
Pengaruh fisiologis adalah merangsang dan memberikan
desakan ke dalam, terutama pada organ tubuh bagian perut
30
dan dada, serta mengendurkan, melemaskan, dan mengulur
bagian lunak yang menyebabkan lancarnya peredaran darah
dan meningkatkan kerja syaraf.
Selain itu, terdapat manipulasi massage yang biasa
digunakan di Western atau Swedishdan bergantung pada
pengalaman terapi dan klinik yang bermanfaat (Weerapong,
Hume and Kolt, 2005: 235-256).
Tabel 1. Rangkuman Teknik Pijat Klasik Dunia Bagian Barat
Teknik Definisi Aplikasi Manfaat Secara Klinik
yang Disarankan
Effleurage Gerakan gliding atau
sliding di atas kulit
dengan gerakan lembut
yang kontinyu
1. Saat memulai sesi
2. Selama istirahat
setelah
menerapkan teknik
yang spesifik
3. Akhir dari setiap
sesi
1. Menstimulus sistem
syaraf parasimpatik
dan membangkitkan
respon relaksasi
2. Meningkatkan
kembalinya darah
vena
Petrissage Lifting, wringing
(memeras), atau
squeezing dari jaringan
lunak pada gerakan
kneading, atau pressing
atau rolling
(menggeser) di bawah
jaringan atau antara
tangan
Setelah effleurage 1. Memobilisasi secara
mendalam jaringan
otot atau kulit dan
jaringan subkutan
2. Meningkatkan
sirkulasi lokal
3. Membantu
kembalinya darah
vena
Friction Secara akurat dikirim
menembus tekanan
yang diberikan melalui
ujung-ujung jari tangan
Digunakan untuk
tujuan yang spesifik
seperti untuk
mengurangi kejang
otot
Menangani kejang otot
atau memecah adhesions
(pelekatan) dari cedera
yang sudah lama
Tapotement Berbagai bagian tangan
memukul jaringan pada
laju kecepatan yang
cukup
1. Finishing bagian
tubuh
2. Sebelum dan
selama kompetisi
Menstimulus jaringan
baik melalui gaya
mekanik secara langsung
atau melalui tindakan
refleks.
Sumber: Weerapong, Hume and Kolt, 2005: 237.
31
2) Pelaksanaan massage
General massage dilaksanakan selama 40-60 menit,
regional massage dilaksanakan 20-30 menit, lokal massage
dilaksanakan kurang dari 15 menit (hanya pada kepala dan lengan
saja) (Cassileth and Vickers, 2004: 245). Arah dorongan harus ke
arah jantung (pembuluh vena). Daerah yang tidak boleh dipukul
atau menggunakan kepalan adalah kepala, leher dan pinggang.
3) Posisi pasien
Terdapat dua posisi pasien dalam massage adalah posisi
tidur dan duduk. Pada posisi tidur dapat dilakukan dengan cara
terlentang dan telungkup. Posisi tidur telungkup yang baik adalah
kedua lengan lurus ke bawah di samping badan, kepala dipalingkan
ke samping dan diletakkan di atas bantal yang tidak terlalu tinggi
atau bila tidak ada bantal dapat melibatkan kedua tangan yang
diletakkan di bawah dagu. Jika terdapat bangku massage yang
lebih modern, biasanya posisi kepala diletakkan pada bagian yang
berlubang dengan hiasan di bawah sebagai penyegar pandangan
(misalnya: bunga segar yang diletakkan di baskom).
Posisi lengan diletakkan di samping badan, dengan jari-
jari serta telapak tangan menghadap ke atas. Menjaga agar kaki
bawah (sendi pergelangan kaki) tidak terlalu bengkok yang
menyebabkan rasa sakit memberi alas dengan guling. Jika ada
32
pasien yang bentuk badannya tinggi dapat digunakan cara yaitu
meletakkan kakinya pada tepi bangku massage dengan diberi alas
bantal tipis atau handuk yang dilipat, dan apabila pada posisi
telungkup ada pasien yang merasa sakit pada daerah lutut, memberi
alas berupa handuk atau bahan lain, sehingga tempurung lutut akan
terlindungi. Memassage tubuh bagian depan, maka posisi pasien
harus tidur telentang dan lengan diletakkan di samping badan.
Meletakkan bantal yang tidak terlalu tinggi di bawah kepala dan
guling atau gulungan handuk di bawah lutut untuk menghindari
rasa sakit pada saat melakukan tekanan pada paha bagian depan.
Pada posisi duduk yang lebih baik adalah pantat
diletakkan pada alas kursi, sedangkan pinggang-punggung pada
kondisi bersandar. Kaki, tangan, leher dan kepala dalam keadaan
rileks, dan tidak ada bagian tubuh yang kontraksi sedikitpun. Pada
posisi duduk dapat dilakukan dengan menekan pada lengan dan
menekan pada dahi.
4) Penggunaan alat-alat massage
Perlengkapan yang digunakan dalam massage adalah
ruangan, minyak parapin, perbincangan (dapat dijadikan losion)
atau minyak dan losion, handuk, sabun. Maseur kukunya harus
pendek (Fata, C., and Hodnet, S., 2011: 66).
33
k. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sport Massage
Tidak semua massage dilakukan sama pelaksanaannya.
Massage menghasilkan pengaruh melalui berbagai faktor syaraf,
kimia, mekanis dan psikologis yang sangat penting dalam mendukung
performa atlet (Fritz, 2013: 18). Pemberian massage pada atlet
tergantung beberapa faktor, sebagai berikut:
1) Jenis olahraga yang dilakukan
Untuk memberikan massage perlu mengetahui lebih dahulu
tentang jenis cabang olahraga yang diikuti oleh atlet yang
bersangkutan. Massage yang diberikan pada atlet tenis meja, tenis
lapangan, dan bulutangkis lebih banyak ditujukan pada otot-otot
persendian bahu. Sedangkan pada pemain sepakbola, atlet pelari,
pelompat, lebih banyak ditujukan pada massage otot-otot tungkai.
2) Kondisi tubuh atlet
Kondisi tubuh atlet tidak terlalu dalam keadaan baik,
terkadang ototnya terasa halus dan elastis bila dipegang, tetapi
tidak jarang pula atlet yang ototnya keras dan terasa sakit saat
dipegang. Oleh karena itu perlu adanya pemberian massage.
3) Kontra indikasi terhadap massage
Adanya faktor kontra indikasi ini perlu perhatian lebih dan
teliti sebab kemungkinan besar atlet menderita suatu penyakit yang
merupakan kontra indikasi terhadap massage. Bila massage
diberikan kemungkinan dapat menambah parahnya penyakit yang
34
dideritanya. Oleh sebab itu, sebelum memberi massage perlu
diketahui mengenai status kondisi atlet.
4) Waktu
Bila di dalam waktu setengah jam terdapat lima atlet yang
harus dimassage lokal, artinya hanya sebagain anggota tubuh yang
paling aktif saja yang dimassage. Sebenarnya tidak ada batasan
waktu tertentu untuk melakukan massage. Setelah dimassage
sebaiknya istirahat sejenak dan tidak melakukan aktivitas yang
membutuhkan energi yang besar. Frekuensi pemberian massage
sebenarnya tidak terikat pada batasan waktu: (1) massage anggota
tubuh bagian bawah 15 menit, (2) massage anggota tubuh bagian
atas 10 menit, (3) massage punggung 10 menit, (4) massage dada
dan perut 5 menit.
5) Cuaca
Keadaan cuaca mempunyai pengaruh besar terhadap
pemberian massage. Melakukan olahraga di daerah yang beriklim
dingin akan lebih banyak mengalami cedera pada otot
dibandingkan dengan berolahraga di daerah tropis.
2. Penyakit Vertigo
a. Pengertian Vertigo
Vertigo atau yang disebut juga pusing, pening, dan pusing
ringan adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari
35
jaringan otonomik yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan
tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit. Vertigo merupakan sebuah
gejala yang mengacu pada adanya sensasi bergerak baik gerakan
rotasional maupun gerakan linear yang sebenarnya tidak ada. Kelainan
ini berhubungan dengan gangguan sistem keseimbangan tubuh (Geng
Wen-zhong, 2008: 49-51).
Vertigo berupa perasaan seolah-olah penderita bergerak atau
berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau
berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan
keseimbangan. Hal ini bisa berlangsung beberapa menit, sampai
beberapa jam, bahkan hari. Penderita vertigo merasa lebih baik jika
berbaring diam, namun demikian serangan vertigo bisa terus berlanjut
meskipun penderita tidak bergerak sama sekali.
Gejala vertigo meliputi pusing, kepala terasa ringan, rasa
terapung dan terayun, mual, keringat dingin, pucat, muntah,
sempoyongan waktu berdiri atau berjalan, nistagmus. Faktor pencetus
dan yang mempengaruhi vertigo adalah situasi ramai, suasana padat,
gerakan kepala atau objek yang dilihat, penggunaan obat (strepromisin
pada pasien TBC), penyakit kronis (DM dan Hipertensi) (Neuhauser,
et al., 2006: 1028).
36
b. Klasifikasi Vertigo
1) Vertigo Sistematis/Vestibuler
Merupakan jenis vertigo yang diklasifikasikan
berdasarkan saluran vestibular yang mengalami kerusakan. Saluran
vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang selalu
mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga
keseimbangan (Brevern, et al., 2005: 366).
a) Vertigo perifer
Vertigo perifer disebabkan oleh disfungsi struktur
perifer hingga ke batang otak. Vertigo perifer merupakan
vertigo yang kelainan dapat berasal dari kelainan di perifer
seperti di telinga atau syaraf vestibular. Durasi serangan pada
vertigo perifer ini dapat berbeda-beda. Episode (serangan)
dapat berlangsung selama beberapa detik, menit atau jam,
bahkan dapat berlangsung sampai beberapa hari hingga
beberapa minggu. Penyebab umum vertigo perifer adalah
infeksi (labyrinthitis), neuronitis, iskemia, trauma, toksin.
Menurut Brevern, et al. (2005: 367) bahwa diagnosis
disfungsi vestibular perifer dibuat ketika memenuhi kriteria: (1)
arahnya tetap, terutama nystagmus spontan yang horisontal (2)
>50% penurunan SPV (Slow Phase Velocity) dari nystagmus
spontan dengan fiksasi, (3) saluran semicircular yang telah
kontralateral ke arah nystagmus pada pengujian impuls kepala,
37
dan (4) tidak adanya tanda-tanda keterlibatan CNS (Central
Nervous System). Etiologi dari vertigo perifer diantaranya:
(1) Telinga bagian luar: serumen, benda asing
(2) Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis
media purulenta akuta, otitis media dengan efusi,
labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan.
(3) Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma,
serangan vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus
Meniere), mabuk gerakan, vertigo postural.
(4) Nervus VIII: infeksi, trauma, tumor.
(5) Inti Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis
arteria serebeli posterior inferior, tumor, sklerosis
multipleks.
b) Vertigo sentral
Vertigo sentral dapat diakibatkan oleh kelainan pada
batang otak, cerebellum, thalamus, atau cortex cerebri, dan
dapat diakibatkan oleh infark, transient ischemia, perdarahan,
tumor, penyakit demyelinasi, atau chiari malformation.
Penyebab umum vertigo sentral adalah vaskuler, neoplasma.
Mual dan muntah serta kehilangan pendengaran hingga
ketulian jarang terjadi pada vertigo sentral.
38
Tabel 2 Gejala yang sering menyertai vertigo
No Vertigo Perifer Vertigo Sentral
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pandangan gelap
Rasa lelah dan stamina menurun
Jatung berdebar
Hilang keseimbangan
Tidak mampu berkonsentrasi
Perasaan seperti mabuk
Otot terasa sakit
Mual dan muntah-muntah
Memori dan daya pikir menurun
Sensitif pada cahaya terang dan suara
Penglihatan ganda
Sukar menelan
Kelumpuhan otot-otot wajah
Sakit kepala yang parah
Kesadaran terganggu
Tidak mampu berkata-kata
Hilangnya koordinasi
Mual dan muntah-muntah
Tubuh terasa lemah
Sumber: Brevern, et al., 2007: 711.
2) Vertigo Nonsistematis/Nonvestibuler
Penyebab vertigo nonvestibuler diantaranya adalah
hipoksia iskemia otak seperti hipertensi kronis, arteriosklerosis,
anemia, hipertensi kardiovaskular; kelainan endokrin seperti
hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid, tumor medula adrenal,
keadaan menstruasi-hamil-menopause; kelainan psikiatrik seperti
depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi, fobia; kelainan
mata seperti kelainan proprioseptik; intoksikasi.
c. Patofisologi Vertigo
Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat
keseimbangan tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara
posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan
syaraf pusat. Beberapa teori yang dapat menerangkan terjadinya
vertigo, yaitu:
39
1) Teori rangsangan berlebihan (overstimulation)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang
berlebihan menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga
fungsinya terganggu, akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus,
mual dan muntah.
2) Teori konflik sensorik
Informasi untuk alat keseimbangan tubuh dalam keadaan
normal ditangkap oleh tiga jenis reseptor, yaitu reseptor vestibuler,
penglihatan, dan propioseptik. Menurut teori ini terjadi
ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari berbagai
reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum dan
proprioseptik, atau ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik
dari sisi kiri dan kanan.
Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan
sensorik di sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa
nistagmus (usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan
(gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar
(yang berasal dari sensasi kortikal).
3) Teori neural mismatch
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik.
Menurut teori ini otak mempunyai memori/ingatan tentang pola
gerakan tertentu; sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan
yang aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah tersimpan,
40
timbul reaksi dari susunan syaraf otonom. Jika pola gerakan yang
baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi mekanisme
adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala.
4) Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan syaraf
otonom sebagai usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi; gejala
klinis timbul jika sistem simpatis terlalu dominan, sebaliknya
hilang jika sistem parasimpatis mulai berperan.
5) Teori sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang
meninjau peranan neurotransmisi dan perubahan-perubahan
biomolekuler yang terjadi pada proses adaptasi, belajar dan daya
ingat. Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu
sekresi CRF (corticotropin releasing factor). Peningkatan kadar
CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan syaraf simpatik yang
selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa
meningkatnya aktivitas sistem syaraf parasimpatik.
Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering
timbul berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat
aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual, muntah
dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas
susunan syaraf parasimpatis.
41
d. Penyebab Vertigo
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan
melalui organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam.
Organ ini memiliki syaraf yang berhubungan dengan area tertentu di
otak. Vetigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam
syaraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya
sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan
atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba.
Penyebab umum dari vertigo adalah dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan (seperti mabuk darat dan mabuk laut), obat-obatan (seperti
alkohol dan gentamisin), kelainan sirkulasi (seperti gangguan fungsi
otak sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian
otak pada arteri vertebral dan arteri basiler, kelainan di telinga (seperti
infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, herpes zoster, infeksi
labirin di dalam telinga, peradangan syaraf vestibuler, penyakit
meniere) dan kelainan neurologis (seperti sklerosis multipel, tumor
otak, tumor yang menekan syaraf vestibularis, patah tulang tengkorak
yang disertai cedera pada labirin, persyarafannya atau keduanya).
e. Diagnosis Vertigo
Pemeriksaan untuk mendiagnosis vertigo, diantaranya (Brandt
and Bronstein, 2001: 8-12):
42
1) Anamnesis
Anamnesis diperlukan untuk membedakan antar vertigo
perifer, benign paroxysmal positional vertigo (BPPV), vertigo
rekuren benigna dan TIA vertebrobasilaris. Perbedaan antar vertigo
yaitu:
a) Vertigo perifer
Terjadi secara mendadak disertai mual, muntah,
telinga berdenging dan kadang-kadang dengan gangguan
pendengaran.
b) BPPV (Benign Paroxysmal Positional Vertigo)
Merupakan vertigo yang berlangsung mendadak
tetapi bersifat benigna. Gejala dapat muncul akibat gerakan
kepala maupun gerakan yang diprovokasi. Keluhan ini sering
disertai dengan nistagmus, khususnya nistagmus horizontal.
BPPV merupakan penyebab vertigo yang utama.
c) Vertigo rukeren benigna
Vertigo bersifat serangannya mendadak dan
berlangsung beberapa menit sampai jam. Gangguan
keseimbangan ini biasanya menetap.
d) TIA vertebrobasilaris
Pada TIA vertebrobasilaris, gangguan pendengaran
dapat ditemukan, dapat pula tanpa gangguan pendengaran.
43
Nistagmus sering kali ditemukan, disertai dengan diplopia dan
gangguan serebelar.
2) Pemeriksaan Neurologi
Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat pemeriksaan
pasien vertigo adalah kesadaran, nervi kraniali, sistem syaraf
motorik, sistem syaraf sensorik, serta fungsi serebellum.
Pemeriksaan tambahan dapat berupa pemeriksaan neuro-
oftamologi, pemeriksaan otologi, CT scan, MRI, audiometri dan
BERA.
f. Pemeriksaan Fisik
Ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik
kelainan sistemik, otologik atau neurologik-vestibuler atau serebeler,
dapat berupa pemeriksaan fungsi pendengaran dan keseimbangan,
gerak bola mata/nistagmus dan fungsi serebelum. Pendekatan klinis
terhadap keluhan vertigo adalah untuk menentukan penyebab, akibat
kelainan sentral yang berkaitan dengan kelainan susunan syaraf pusat
(korteks serebrim serebelum, batang otak atau berkaitan dengan sistem
vestibuler/otologik, selain itu harus dipertimbangkan pula faktor
psiikologik/psikiatrik yang dapat mendasari keluhan vertigo tersebut.
1) Pemeriksaan Fisik Umum
Pemeriksaan fisik diarahkan ke kemungkinan penyebab
sistemik, tekanan darah diukur dalam posisi berbaring, duduk dan
44
berdiri, bising karotis, irama (denyut jantung) dan pulsasi nadi
perifer juga perlu diperiksa.
2) Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian
khusus pada fungsi vestibuler/serebeler
a) Uji Romberg
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-
mula dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan
pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan
bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya
dengan bantuantitik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan
vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan
bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada
mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada
kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada
mata terbuka maupun pada mata tertutup.
b) Tandem gait
Penderita berjalan dengan tumit kaki kiri/kanan
diletakkan pada ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada
kelainan vestibuler, perjalanannya akan menyimpang dan pada
kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.
45
c) Uji Unterberger
Berdiri dengan kedua lengan lurus horizontal ke depan
dan jalan di tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin
selama satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi penderita
akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti
orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah
lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi
lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai
nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi. Menurut Szmytke,
et al. (2015: 380) bahwa tes Unterberger atau tes Fukuda
banyak digunakan pada neurologi dan diagnosis terkait
penyakit vertigo.
d) Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke
depan penderita disuruh mengangkat lengannya ke atas,
kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan
pemeriksa. Hal ini dilakukan berulangulang dengan mata
terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat
penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.
e) Uji Babinsky-Well
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan
lima langkah ke depan dan lima langkah ke belakang selama
46
setengan menit; jika ada gangguan vestibuler unilateral, pasien
akan berjalan dengan arah berbentuk bintang.
3) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium rutin atas darah dan urin, dan
pemeriksaan lain sesuai indikasi.
b) Foto Rontgen tengkorak, leher, Stenvers (pada neurinoma
akustik).
c) Neurofisiologi Elektroensefalografi (EEG), Elektromiografi
(EMG), Brainstem Auditory Evoked Potential (BAEP).
d) Pencitraan CT-scan, arteriografi, magnetic resonance imaging
g. Terapi Vertigo
Terapi yang biasa dilakukan untuk penderita adalah
menggunakan latihan Brandt daroff, visual vestibular, berjalan,
olahraga serta massage (Fife, et al., 2008: 2067-2074).
1) Latihan Brandt daroff
(a) Pasien duduk dengan tegak di tepi tempat tidur dengan kedua
tungkai kaki tergantung.
(b) Kedua mata tertutup baringkan tubuh dengan cepat ke salah
satu sisi, pertahankan selama 30 detik.
(c) Pasien duduk kembali seperti posisi awal selama 30 detik.
47
2) Latihan visual vestibuler
(a) Pada pasien yang masih berbaring
Melirik ke atas, ke bawah, ke samping kiri, kanan,
selanjutnya gerakan serupa sambil menatap jari yang
digerakkan pada jarak 30 cm, mula-mula lambat makin lama
makin cepat. Selanjutnya gerakan kepala fleksi dan ekstensi
makin lama makin cepat, mata buka dan mata tutup.
(b) Pada pasien yang sudah bisa duduk
Gerakan kepala dengan cepat ke atas dan ke bawah
sebanyak 5 kali, lalu tunggu 10 detik sampai vertigo hilang,
ulangi latihan sebanyak 3 kali. Selanjutnya gerakan kepala
menatap ke kiri, kanan, atas, bawah selama 30 detik, latihan
dilakukan sebanyak 3 kali.
(c) Pada pasien yang sudah bisa berdiri/berjalan
Sambil berdiri gerakan mata dan kepala ke atas, ke
bawah, kiri dan kanan. Duduk di kursi lalu berdiri dengan mata
terbuka dan tertutup.
3) Latihan berjalan (Gait Exercise)
(a) Jalan menyeberang ruangan dengan mata terbuka dan mata
tertutup
(b) Jalan turun naik pada lantai miring atau tangga, mata tertutup
dan terbuka bergantian.
(c) Jalan mengelilingi seseorang sambil melempar bola.
48
(d) Olahraga bowling, basket dan jogging.
4) Latihan terapi olahraga
Terapi ini disesuaikan dengan kemampuan kapasitas
fungsional tubuh penderita. Susunan syaraf pusat mempunyai
kapasitas tertentu untuk mengkompensasikan adanya gangguan
keseimbangan dan mengadaptasikan dengan sinyal-sinyal
visual (penglihatan), vestibular dan sinyal somatosensorik.
Kemampuan adaptasi susunan syaraf pusat ini dapat
dilatihkan dengan latihan gerak atau latihan fisik dengan tingkat
lamanya terapi latihan ditentukan oleh kemampuan adaptasi
susunan syaraf pusat. Bentuk terapi olahraga adalah terapi latihan
olahraga adaptif.
Terapi latihan olahraga adaptif ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan kapasitas fungsional tubuh yang
mengalami gangguan terutama pada sistem keseimbangan, tingkat
visual dan perasaan. Latihan fisik yang dilakukan terutama pada
bagian kepala sebagai pencetus vertigo, latihan bola mata, latihan
pada tangan, lengan, tungkai dan kaki serta melatih keseimbangan
gerak tubuh.
Terapi latihan olahraga adaptif ini dilakukan sesuai
dengan tingkat gangguan vertigo yang terjadi, sangat efektif bila
dilakukan secara rutin dan terprogram. Dalam satu hari bisa
dilakukan satu sampai dua kali latihan dengan intensitas gerakan
49
perlahan sampai sedang dan ritme 10 hitungan dengan
pengulangan/repetisi 2 sampai 3 kali. Latihan ini sebaiknya
dengan bimbingan latihan terapi/terapi olahraga dan konsultasikan
dengan dokter.
(a) Latihan bagian pertama pada daerah kepala, yaitu:
(1) Gerakan kepala ke kanan dan ke kiri secara perlahan,
menengok ke kanan dan kiri, menarik ke samping kanan
dan samping kiri.
(2) Posisi kepala diam, bola mata melihat ke arah vertikal
(atas dan bawah) dan ke arah horizontal (kanan dan kiri)
secara perlahan.
(3) Posisi kepala diam dan mata melihat suatu benda yang
bergerak ke kanan dan ke kiri atau gerak benda ke atas dan
ke bawah secara perlahan.
(4) Memandang ujung tangan yang bergerak ke depan dan ke
samping.
(5) Pandangan mata menjauhi dari perasaan telinga yang
berdengung atau telinga yang kemampuannya berkurang
atau fungsinya menurun.
(6) Membuka mata dan menutup mata dalam posisi duduk,
tiduran, berdiri sampai dalam keadaan jongkok.
(b) Latihan bagian kedua pada daerah tangan dan lengan, yaitu:
(1) Latihan menunjuk hidung sendiri dengan telunjuk.
50
(2) Latihan menunjuk hidung orang lain.
(3) Memegang jari orang lain kemudian menunjuk hidung
sendiri kemudian menunjuk hidung orang lain.
(4) Memegang ujung daun telinga dengan tangan sejajar
maupun tangan disilang bawah kepala maupun silang atas
kepala. Pada bagian ini latihan pertama dengan keadaan
mata terbuka kemudian dilanjutkan dengan keadaan mata
tertutup.
(c) Latihan bagian ketiga pada daerah kaki, tungkai dan
koordinasi, yaitu:
(1) Dari posisi duduk kemudian berdiri dengan mata tertutup
dilanjutkan dengan mata terbuka.
(2) Berjalan perlahan di kamar atau ruangan dengan mata
tertutup.
(3) Berjalan “tandem” atau posisi tumit dan ujung kaki saling
bersentuhan.
(4) Jalan ditempat pada tempat yang dilingkari dan jangan
sampai keluar lingkaran.
(5) Bergeser ke kanan atau ke kiri, ke depan atau ke belakang
dalam keadaan mata tertutup.
51
(d) Latihan keempat pada gerakan lanjutan berupa koordinasi,
yaitu:
(1) Duduk dibibir tempat tidur dengan pandangan mata ke
arah satu titik fokus kemudian merebahkan badan ke
kanan dan ke kiri secara perlahan.
(2) Lakukan rebahan ke kanan dan ke kiri dengan melihat
fokus atas/tengadah atau melihat eternit.
(3) Pada posisi duduk dengan gerakan kepala melihat keatas
/tengadah dan kebawah secara perlahan,
(4) Latihan kombinasi dengan melihat keatas sambil rebahan
ke belakang atau tidur telentang kemudian bangun dan
melihat kebawah dengan posisi membungkuk.
5) Terapi massage
Terapi massage atau pengobatan dengan pijatan
merupakan suatu manipulasi jaringan-jaringan tubuh dengan
tangan. Pijat adalah rileksasi otot-otot yang tegang, meningkatkan
jangkauan gerak sendi, mengurangi stres, dan meningkatkan
sirkulasi darah (Ellsworth and Altman, 2009: 6). Pemijatan
merupakan hal positif karena membantu mengurangi perlekatan
diantara serat-serat otot dan membantu memindahkan timbunan
cairan. Pemakaian pijat merupakan suatu perilaku yang bersifat
insting. Hal ini membantu mengendurkan bagian tubuh tersebut
dan dapat memberikan pertolongan sementara.
52
Bentuk dasar perawatan dapat dikembangkan dengan
pijatan sendiri atau orang lain. Terapi pijat meliputi banyak teknis
yang menghasilkan adanya pengaruh spesifik yang diinginkan.
Pengembangan dan teknik tersebut membutuhkan latihan dan
praktik, tapi kebanyakan pemijatan dasar dapat dilakukan di dalam
rumah. Kata massage berasal dari bahasa Yunani “massein” atau
Prancis “masser”, yang mana kedua berarti knead (Ostrom, 2000:
9). Pijat adalah seni penyembuhan kuno yang mampu memberikan
banyak manfaat bagi semua sistem tubuh antara lain sistem syaraf,
sistem otot, sistem rangka, sistem sirkulatori, sistem getah, sistem
pernafasan, sistem pencernaan, kulit, sistem urinari-genito dan
sistem reproduksi. Pijat adalah sebuah treatment preventif yang
penting untuk mempertahankan kesehatan dan kebugaran.
Pencegahan selalu jauh lebih baik dari pada mengobati.
3. Penanganan Vertigo Menggunakan Terapi Massage
Untuk penderita vertigo, bagian yang di massage adalah bagian
punggung, leher, wajah dan kepala. Langkah-langkah yang dapat dilakukan
massage untuk penderita vertigo adalah sebagai berikut (Ellsworth and
Altman, 2009: 128):
a. Punggung
Punggung dan leher mungkin kebetulan sekali terbagi selama
perlakuan. Pinggang dan dada yang biasanya daerah yang sama
diperlakukan sebagai punggung, tapi daerah seviks biasanya disertakan
53
untuk perlakuan penenang. Daerah gluteal biasanya diobati tersendiri,
tapi daerah lumbal mungkin termasuk.
(a)
(b)
Gambar 1. Pijat punggung: (a) Dimulai dengan pijatan ke samping effleurage, (b)
Diakhiri dengan pijatan ke samping effleurage.
(Hollis, 2009: 107)
Keterangan: Terapi massage juga dimulai dengan tangan pada daerah lumbal.
Pijat pertama ke arah bagian ketiak.
54
(a)
(b)
Gambar 2. Pijat punggung: (a) Diawali dengan pijatan kedua medial effleurage,
(b) Diakhiri dengan pijatan kedua effleurage.
(Hollis, 2009: 108)
Keterangan: Pijat kedua dari daerah pusat yang lebih luas ke ketiak. Pada kedua
pemijatan ini, kedua jari tangan harus ke arah dalam ruangan yang
panjang dan penuh.
55
Gambar 3. Pijat punggung: Diakhiri dengan pijatan ketiga effleurage
(Hollis, 2009: 109)
Keterangan: Pijat yang ketiga ke arah tengah yang kembali ke daerah
supraclavicular, melengkung ke tengah dari serat atas trapezius.
b. Leher
Kebanyakan dari kita terjadi beberapa ketegangan di kepala
kita. Ketika otot-otot leher tegang, yang dapat menghasilkan kepala
tegang. Ketegangan pada leher dapat disebabkan oleh stres, salah postur
sambil duduk di komputer, bahkan tidur pada posisi yang salah. Pijat
teratur pada daerah tersebut akan menghilangkan masalah. Leher adalah
sebuah daerah yang banyak terdapat syaraf dan pembuluh darah, jadi
harus hati-hati ketika memijatnya. Langkah-langkahnya adalah:
56
Gambar 4. Pemijatan Bagian Leher 1
(Ellsworth and Altman, 2009: 132)
Keterangan: (1), (2) Untuk memulai pijat leher, dengan tangan secara lembut dan
menempatkan di bawah sternocleidomastoid (juga dikenal sebagai
SCM). Menekan secara lembut, menjalankan kepalan tangan tepat di
bawah telinga ke bahu atas.
Gambar 5. Pemijatan Leher 2
(Ellsworth and Altman, 2009: 134)
Keterangan: (1), (2) ulangi gerakan yang sama, tapi bukan dengan kepalan tangan
pijat untuk wilayah tersebut, Buka tangan sedikit dan jalankan set
pertama dari jari di sisi leher. Lagi, tekan lembut, dan di belakang
SCM.
57
Gambar 6. Pemijatan Leher 3
(Ellsworth and Altman, 2009: 128)
Keterangan: (3), (4), (5) Ulangi gerakan sekali lagi,gunakan jaringan kulit antara
ibu jari dan jari telunjuk untuk memijat sisi leher.
c. Wajah
Kebanyakan orang tidak menyadari berapa banyak ketegangan
yang mereka pegang dalam otot-otot wajah mereka sampai mereka
memijat. Terdapat empat puluh tiga otot di wajah; mereka dapat memijat
untuk mengurangi ketegangan dan meningkatkan sirkulasi. Beberapa
orang percaya bahwa pijat wajah reguler mengurangi kerutan dan
membuat kulit tampak lebih muda. Bahkan tanpa manfaat yang
potensial, pijat wajah sangat menyenangkan.
Sebelum pijat wajah, pastikan untuk menggunakan pembersih
tangan atau mencuci tangan, baru memijat kaki. Beberapa orang tidak
peduli pada minyak pijat wajah mereka; beberapa memiliki cukup
minyak alami pada kulit mereka. Sebelum menghangatkan minyak yang
ada di tangan, periksa dahulu. Perlu diingat bahwa ketika memijat wajah
58
dan kepala, bisa meletakkan di tangan pada rambut, minta waktu ke
depan jika mereka memiliki pikiran minyak di rambut mereka. Sehingga
tahu masalah ketika memulainya, agar mereka tidak akan terkejut ketika
menempatkan tangan di wajah mereka.
(Ellsworth and Altman, 2009: 136)
Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
Gambar 7. Pemijatan Wajah 1
(Ellsworth and Altman, 2009: 139)
Keterangan: (1), (2) Jari ditempatkan pada dahi. Meluncur (glide) secara lembut
sepanjang alis mata dan kembali lagi.
59
Gambar 8. Pemijatan Wajah 2
(Ellsworth and Altman, 2009: 139)
Keterangan: (3) melanjutkan dengan gerakan yang samapada tempat-tempat yang
tidak tetap hingga hampir di telinga, kemudian kembali lagi.
Gambar 9. Pemijatan Wajah 3
(Ellsworth and Altman, 2009: 140)
Keterangan: (1), (2) tempatkan jempol pada dahi. Gosok salah satu ibu jari dan ke
belakang di sepanjang satu alis mata.
60
Gambar 10. Pemijatan Wajah 4
(Ellsworth and Altman, 2009: 141)
Keterangan: (3) Selanjutnya, tempatkan jari tengah di dalam ujung alis mata.
Luncurkan jari di bawah bridge di sekitar mata dan hidung ke
temples. Ketika mencapai temple, dan pijat secara lembut.
Gambar 11. Pemijatan Wajah 5
(Ellsworth and Altman, 2009: 142)
Keterangan: (1), (2) selanjutnya, tempatkan satu tangan di setiap sisi wajah dan
membuat lingkaran kecil.
61
Gambar 12. Pemijatan Wajah 6
(Ellsworth and Altman, 2009: 143)
Keterangan: (3) Berikutnya, tekan dagu secara lembut.
Gambar 13. Pemijatan Wajah 7
(Ellsworth and Altman, 2009: 144)
Keterangan: (1), (2) Pegang dengan lembut dibagian rahang dan dagu di
sepanjang jalur rahang dengan mencubit dengan hati-hati, hampir
ketelinga.
62
Gambar 14. Pemijatan Wajah 8
(Ellsworth and Altman, 2009: 145)
Keterangan: (3), (4) menempatkan ibu jari di bawah pipi dan jari-jari di bawah
rahang, dan pijat otot-otot di bawah dagu. Melakukan tekanan
dengan sangat lembut di sekitar tenggorokan untuk menghindari
ketidaknyamanan atau cedera.
Gambar 15. Pemijatan Wajah 9
(Ellsworth and Altman, 2009: 146)
Keterangan: (1) Dengan tangan anda padaposisi yang sama, pukulan lembut pada
wajah dari bagian dalam mata ke bawah tulang pipi. Langkah ini
juga membantu mengalir ke sinus.
63
Gambar 16. Pemijatan Wajah 10
(Ellsworth and Altman, 2009: 147)
Keterangan: (2), (3) Selanjutnya, tarik tangan ke atas wajah dan atas pipi.
Gambar 17. Pemijatan Wajah 11
(Ellsworth and Altman, 2009: 148)
Keterangan: (1), (2) selesai pijat wajah dengan bekerja telinga. Pegang telinga dan
membuat lingkaran kecil dengan ibu jari sepanjang telinga dari lobus
ke ujung.
64
Gambar 18. Pemijatan Wajah 12
(Ellsworth and Altman, 2009: 148)
Keterangan: (3) Terakhir, pegang kedua telinga dan memberi mereka tarikan
secara lembut.
d. Kepala
Sebagian besar dari kita memiliki rambut yang sering
dikeramas, dan kita tahu, sangat senang kepala dipijat. Setelah pijatan
dari kepala, tidak perlu harus ke salon.
65
Gambar 19. Pemijatan Kepala 1
(Ellsworth and Altman, 2009: 150)
Keterangan: (1), (2) Tempatkan tangan di kepala, seperti yang ditunjukkan dan
menggunakan ibu jari untuk menekan sepanjang jalur tengah
tengkorak, dari puncak kembali untuk mencapai kenyamanan.
Jika pijat sudah selesai, menjadi sadar akan fakta bahwa orang
yang telah dipijat mungkin sangat santai. Sebaliknya, Biarkan orang tahu
sudah selesai dan menawarkan untuk membawa beberapa air atau teh.
Memberinya beberapa menit sendirian dan membiarkan dia duduk ketika
ia merasa siap.
Orang yang telah dipijat mungkin merasa begitu santai setelah
sesi panjang yang ia mungkin bahkan akan sedikit goyah pada kakinya
sesudahnya. Jadi minta orang tersebut untuk bangun perlahan-lahan.
Untuk membantu santai efek pijat bertahan selama mungkin, agar
66
menjaga ruangan tetap tenang. Menjaga semua aktivitas selama beberapa
jam.
Gambar 20. Pemijatan Kepala 2
(Ellsworth and Altman, 2009: 152)
Keterangan: Selesai pijat dengan membuat lingkaran kecil di seluruh kulit kepala,
Seperti jika keramas rambut.
B. Kerangka Berfikir
Vertigo merupakan sebuah gejala yang mengacu pada adanya sensasi
bergerak baik gerakan rotasional maupun gerakan linear yang sebenarnya tidak
ada. Kelainan ini berhubungan dengan gangguan sistem keseimbangan tubuh.
Vertigo berupa perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau
seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya
disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Hal ini bisa berlangsung
beberapa menit, sampai beberapa jam, bahkan hari. Penderita vertigo merasa lebih
67
baik jika berbaring diam, namun demikian serangan vertigo bisa terus berlanjut
meskipun penderita tidak bergerak sama sekali. Gejala vertigo meliputi pusing,
kepala terasa ringan, rasa terapung dan terayun, mual, keringat dingin, pucat,
muntah, sempoyongan waktu berdiri atau berjalan. Terapi untuk vertigo dapat
dilakukan dengan cara terapi olahraga dan terapi massage.
Terapi olahraga yang digunakan adalah terapi dengan latihan olahraga
adaptif yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kapasitas fungsional
tubuh yang mengalami gangguan terutama pada sistem keseimbangan, tingkat
visual dan perasaan. Latihan fisik yang dilakukan terutama pada bagian kepala
sebagai pencetus vertigo, latihan bola mata, latihan pada tangan, lengan, tungkai
dan kaki serta melatih keseimbangan gerak tubuh.
Selain terapi olahraga, terdapat juga terapi massage yang dapat
membantu penderita vertigo untuk kembali normal. Terapi massage merupakan
terapi pijat yang berpengaruh terhadap sistem syaraf, otot, dan sirkulasi darah
serta membantu mengurangi perlekatan diantara serat-serat otot. Massage adalah
seni penyembuhan kuno yang mampu memberikan banyak manfaat bagi semua
sistem tubuh antara lain sistem syaraf, sistem otot, sistem rangka, sistem
sirkulatori, sistem getah, sistem pernafasan, sistem pencernaan, kulit, sistem
urinari-genito dan sistem reproduksi. Pada massage posisi pasien yang dimassage
juga dalam kondisi rileks sehingga dapat membuat pasien merasakan nyaman dan
tenang.
68
Terjadi gangguan keseimbangan pada
tubuh dan karena sirkulasi yang tidak
lancar.
Gejala Vertigo
Pusing, mual, muntah,
sempoyongan saat berjalan
atau berdiri, pucat.
Terapi untuk penderita Vertigo
Terapi
massage
1. Bagian yang dipijat adalah leher,
wajah dan kepala.
2. Posisi yang dipijat dalam keadaan
rileks, sehingga membantu
memberikan rasa nyaman dan tenang
karena adanya pijatan.
3. Terapi pijat berpengaruh terhadap
sistem syaraf, otot, dan sirkulasi
darah.
Gambar 21. Kerangka berpikir
69
C. Pengajuan Hipotesis
Bertolak pada kerangka pemikiran yang mengacu pada jawaban
sementara, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara
terapi massage terhadap penyakit vertigo.