19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Asuransi
1. Pengertian Asuransi
Asuransi berasal dari Bahas Inggris “insurance”1 yang dalam
Bahasa Indonesia dengan padanan kata “pertanggungan”2. Echols dan
Shadily memaknai kata insurance dengan (a) asuransi, dan (b) jaminan.
Dalam Bahasa Belanda biasa disebut dengan istilah assurantie (asuransi)
dan verzekering (pertanggungan).3
Muhammad Muslehuddin dalam bukunya Insurance and Islamic
Law mengadopsi pengertian asuransi dari Encyclopedia Britanica sebagai
suatu persediaan yang disiapkan oleh kelompok orang, yang tertimpa
kerugian, guna menghadapai kejadian yang tidak jelas diramalkan,
sehingga bila kerugian tersebut menimpa salah seorang diantara mereka,
maka beban kerugian tersebut akan disebarkan keseluruh kelompok.4
Wirjono Projodikoro mengartikan asuransi sebagai suatu
persetujuan dimana pihak yang menjamin berjanji kepada pihak yang
dijamin, untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti
1 John M. Echols dalam Hassan Shadily. 1990. Kamus Inggris-Indonesia. Gramedia.
Jakarta. Hal. 326. 2 Depdikbud. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Hal. 63. 3 Wirjono Projodikoro. 1958. Hukum Asuransi di Indonesia. PT Pembimbing Masa.
Jakarta. Hal. 1. 4 Muhammad Muslehuddin. 1999. Insurance and Islamic Law, Menggugat Asuransi
Modern: mengajukan suartu alternative baru dalam perspektif hukum Islam. Lentera. Jakarta.
Cetakan ke-1. Hal. 3.
19
20
kerugian, yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin, karena akibat
suatu peristiwa yang belum jelas.5
Abbas Salim memahami asuransi sebagai suatu kemauan untuk
menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai
(substansi) kerugian-kerugian yang belum pasti.6
Molengraaff memfokuskan asuransi pada asuransi kerugian, bahwa
Asuransi kerugian adalah persetujuan dengan mana satu pihak penanggung
mengikatkan diri terhadap yang lain, tertanggung untuk mengganti
kerugian yang dapat diderita oleh tertanggung, karena terjadinya suatu
peristiwa yang telah ditunjuk, dan yang belum tentu serta kebetulan,
dengan mana pula tertanggung berjanji untuk membayar premi.
Sedangkan menurut Santoso Poedjosoebroto yang mengatakan
bahwa” “Asuransi pada umumnya adalah suatu perjanjian timbal balik
dalam mana pihak penanggung, dengan menerima premi mengikatkan diri
untuk memberikan pembayaran kepada pengambilan asuransi atau
seseorang yang ditunjuk, karena terjadi peristiwa yang belum pasti yang
disebutkan dalam perjanjian, baik karena pengambilan asuransi atau
tertunjuk menderita kerugian yang disebakan oleh peristiwa tadi mengenai
hidup, kesehatan seorang tertanggung”.7
Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang menjelaskan
bahwa Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana
5 Wirjono Projodikoro. 1987. Hukum Asuransi di Indonesia. Intermasa. Jakarta. Hal. 1. 6 Abbas Salim. 2000. Asuransi dan Manajemen Resiko. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Hal. 1. 7 Santoso Poedjosoebroto, Aspek Tentang Hukum Pertanggungan Jiwa di Indonesia,
Jakarta, Bharata, 1996, hal 82
21
seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung,
dengan menerima suatu premi, untuk penggantian kepadanya karena suatu
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang
mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu.
Dalam Pasal 1774 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPdt) mengemumakan bahwa Asuransi merupakan suatu persetujuan
untung-untungan, yakni suatu perbuatan yang hasilnya (untung-ruginya),
baik bagi semua pihak maupun bagi sementara pihak, tergantung pada
suatu kejadian yang belum pasti. Demikianlah: persetujuan
pertanggungan; bunga cagak-hidup; perjudian dan pertaruhan.8
Asuransi menurut Otoritas Jasa Keuangan adalah sebuah perjanjian
antara penyedia jasa layanan asuransi sebagai penanggung dan masyarakat
yang memegang polis dan dikenal sebagai tertanggung yang diwajibkan
untuk membayar sejumlah premi dalam rangka memberikan penggantian
atas risiko kerugian, kerusakan, kematian, dan kehilangan keuntungan
yang diharapkan, yang mungkin terjadi atas peristiwa yang tak terduga.9
2. Jenis-jenis Asuransi
Asuransi sendiri dikenal dalam berbagai jenis atau macam dan
dikelompokkan sesuai dengan fokus dan resiko. Fokus dan resiko inilah
yang menentukan ukuran keseragaman dalam resiko yang ditanggung
sesuai jenis kebijakan. Hal ini akan digunakan perusahaan asuransi untuk
8 Sentosa Sembiring. 2014. Hukum Asuransi. Nuansa Aulia. Bandung. Hal. 5. 9 Anonymous. 2015. Jenis-Jenis Asuransi Di Indonesia. Diakses dari
https://www.cermati.com. Pada tanggal 25 Juni 2019 12.58 PM.
22
mengantisipasi potensi kerugian serta menetapkan tingkat premi yang
ditawarkan sesuai dengan jenis asuransi masing-masing. Berikut jenis-
jenis asuransi yang ada di Indonesia:
a) Asuransi Jiwa
Jenis asuransi satu ini dikenal memberikan keuntungan finansial
pada tertanggung atas kematiannya. Sistem pembayaran untuk jenis
asuransi jiwa pun bermacam-macam. Ada perusahaan asuransi yang
menyediakan pembayaran setelah kematian dan yang lainnya bisa
memungkinkan tertanggung untuk mengklaim dana sebelum
kematiannya.
Asuransi jiwa dapat dibeli untuk kepentingan diri sendiri dan atas
nama tertanggung saja atau dibeli untuk kepentingan orang ketiga.
Bahkan asuransi jiwa juga dikenal bisa dibeli pada kehidupan orang
lain. Sebagai ilustrasinya, misalkan seorang suami bisa membeli
asuransi jiwa yang akan memberikan manfaat kepadanya setelah
kematian sang istri. Orang tua juga dapat mengasuransikan diri
terhadap kematian sang anak
b) Asuransi Kesehatan
Jenis asuransi satu ini juga cukup dikenal oleh masyarakat
Indonesia. Asuransi kesehatan merupakan produk asuransi yang
menangani masalah kesehatan tertanggung karena suatu penyakit serta
menanggung biaya proses perawatan. Umumnya, penyebab sakit
23
tertanggung yang biayanya dapat ditanggung oleh perusahaan asuransi
adalah cedera, cacat, sakit, hingga kematian karena kecelakaan.
Asuransi kesehatan juga dikenal bisa dibeli untuk kepentingan
tertanggung saja atau kepentingan orang ketiga. Perusahaan asuransi
kesehatan swasta seperti Prudential, Allianz, AIA, Cigna, Bumiputra
dan Manulife menjadi sebagian dari jajaran nama besar yang
menyediakan berbagai macam produk asuransi sesuai dengan
kebutuhan masyarakat Indonesia dan sudah tersebar luas di seluruh
dunia.
c) Asuransi Kendaraan
Asuransi kendaraan yang paling populer di Indonesia adalah
jenis asuransi mobil yang fokus terhadap tanggungan cedera kepada
orang lain atau terhadap kerusakan kendaraan orang lain yang
disebabkan oleh si tertanggung. Asuransi ini juga bisa untuk
membayar kehilangan atau kerusakan kendaraan bermotor
tertanggung.
Asuransi kendaraan merupakan salah satu produk asuransi umum.
Jenis asuransi satu ini sempat menjadi booming ketika terjadi
kerusuhan Mei 1998 karena peristiwa tersebut membuat minat
masyarakat terhadap kepemilikan proteksi untuk kendaraan pribadi
meningkat secara drastis.
24
d) Asuransi Kepemilikan Rumah dan Properti
Sebagai aset yang dinilai cukup berharga, biasanya para pemilik
rumah akan melindungi diri dan aset miliknya yang bisa berupa rumah
atau properti pribadi dengan asuransi kepemilikan rumah dan properti.
Asuransi ini memberikan proteksi terhadap kehilangan atau kerusakan
yang mungkin terjadi pada barang-barang tertentu milik pribadi
tertanggung. Asuransi ini juga melindungi dan memberikan keringanan
bilamana rumah atau properti tertanggung lainnya mengalami musibah
seperti kebakaran.
e) Asuransi Pendidikan
Inilah asuransi yang paling populer dan menjadi favorit para
pemegang polis. Asuransi pendidikan merupakan alternatif terbaik dan
solusi menjamin kehidupan yang lebih baik terutama pada aset
pendidikan anak. Biaya premi yang harus dibayarkan tertanggung
kepada perusahaan asuransi berbeda-beda sesuai dengan tingkatan
pendidikan yang ingin didapatkan nantinya.
Memahami pentingnya penggunaan asuransi pendidikan untuk
anak-anak kini menjadi sesuatu yang menjadi perhatian para orang tua.
Tingginya biaya pendidikan dan kondisi lain yang memperburuk
ekonomi seperti melemahnya mata uang kita terhadap dollar Amerika
berpengaruh pada biaya pendidikan anak nantinya. Menyadari bahwa
hal ini jelas akan memberatkan orang tua, maka tak jarang orang tua
sekarang memilih untuk mempunyai asuransi pendidikan.
25
f) Asuransi Bisnis
Asuransi ini merupakan layanan proteksi terhadap kerusakan,
kehilangan, maupun kerugian dalam jumlah besar yang mungkin
terjadi pada bisnis seseorang. Asuransi ini memberikan penggantian
dari kerusakan yang diakibatkan oleh kebakaran, ledakan, gempa
bumi, petir, banjir, angin ribut, hujan, tabrakan, hingga kerusuhan yang
berkaitan dengan kerusakan alamiah.
Perusahaan asuransi biasanya menawarkan berbagai macam
manfaat dari asuransi bisnis seperti perlindungan terhadap karyawan
sebagai aset bisnis, perlindungan investasi dan bisnis, asuransi jiwa
menyeluruh untuk seluruh karyawan, hingga paket perlindungan
asuransi kesehatan bagi karyawan.
g) Asuransi Umum
Asuransi umum atau general insurance merupakan proteksi
terhadap resiko atas kerugian maupun kehilangan manfaat dan
tanggung jawab hukum pada pihak ketiga. Jaminan asuransi umum ini
sifatnya jangka pendek (biasanya sekitar satu tahun). Asuransi umum
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, diantaranya:
1) Social Insurance (Jaminan Sosial)
Jenis asuransi ini merupakan asuransi yang wajib dimiliki oleh
setiap orang atau penduduk dengan tujuan setiap orang memiliki
jaminan hari tua. Pembayaran premi dilakukan dengan paksa, salah
26
satu contohnya dengan memotong gaji seseorang setiap bulan
kepada pekerja.
2) Voluntary Insurance (Asuransi Sukarela)
Asuransi ini dijalankan dengan sukarela. Jenis asuransi sukarela
masih bisa dibagi lagi ke dalam 2 (dua) klasifikasi yaitu
Government Insurance dan Commercial Insurance. Government
insurance merupakan asuransi yang dijalankan oleh pemerintah,
sementara commercial insurance merupakan asuransi yang
ditujukan untuk memberikan proteksi kepada seseorang atau
keluarga serta perusahaan dari resiko yang mungkin muncul
akibat unexpected events.
h) Asuransi Kredit
Asuransi kredit merupakan proteksi atas resiko kegagalan debitur
untuk melunasi fasilitas kredit atau pinjaman tunai seperti modal kerja,
kredit perdagangan, dan lain-lain. Kaitannya erat dengan jasa
perbankan terutama di bidang perkreditan. Kredit merupakan pinjaman
dalam bentuk uang yang diberikan bank maupun Lembaga Keuangan
selaku pemberi kredit kepada tertanggungnya.
Asuransi kredit ini bertujuan untuk melindungi bank atau lembaga
keuangan lainnya dari kemungkinan tidak memperoleh kembali kredit
yang dipinjamkan kepada tertanggung dan membantu memberikan
pengarahan serta keamanan perkreditan. Pengelola asuransi kredit di
27
Indonesia dipercayakan pemerintah kepada PT. Asuransi Kredit
Indonesia.
i) Asuransi Kelautan
Jenis asuransi satu ini khusus ada di bidang kelautan yang
fungsinya memastikan pengangkut serta pemilik kargo. Resiko yang
mungkin terjadi sehingga terbentuknya asuransi ini adalah kerusakan
kargo, kerusakan kapal, dan melukai penumpang. Asuransi kelautan
atau asuransi angkatan laut merupakan pengalihan resiko baik untuk
diri anda maupun bawaan anda yang menggunakan jasa angkutan laut.
Asuransi ini melibatkan penggunaan jasa perkapalan dalam
mengirimkan barang. Beberapa faktor yang mempengaruhi premi
asuransi angkutan laut adalah barang yang diasuransikan, pengepakan
barang, resiko yang diasuransikan, pengangkutan, dan perjalanan.
j) Asuransi Perjalanan
Secara keseluruhan, fungsi asuransi perjalanan tak jauh beda
dengan fungsi asuransi biasa sebagai salah satu bentuk proteksi kepada
tertanggung dengan jangka waktu pendek yaitu selama pembeli premi
melakukan perjalanan hingga kembali pulang. Manfaat dan
perlindungan yang akan didapat dari memiliki asuransi perjalanan
antara lain mendapat proteksi dan penanggungan biaya untuk
kecelakaan yang menimpa pembeli premi, santunan kecelakaan
pribadi, tanggungan biaya pengobatan darurat, pemulangan jenazah,
28
evakuasi medis, hingga proteksi terhadap barang-barang bawaan yang
memiliki resiko hilang atau rusak.10
3. Prinsip-prinsip Asuransi
Dalam dunia asuransi ada 6 macam prinsip dasar yang harus
dipenuhi, yaitu:
a. Insurable Interest (Prinsip Kepentingan yang dipertanggungkan)
Hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan
keuangan, antara tertanggung dengan yang diasuransikan dan diakui
secara hukum.11
Insurable Interest Principle (Prinsip Kepentingan yang
dipertanggungkan) merupakan suatu prinsip yang penting dalam
Asuransi, yang mana Insurable Interest memberikan kepada seseorang
hak untuk mengasuransikan, karena adanya hubungan keuangan yang
diakui oleh hukum antara orang tersebut dengan pokok pertanggungan
(the subject matter of Insurance), dimana yang menjadi pokok
perjanijian asuransi adalah kepentingan keuangan (pecuniary interest)
yang dimiliki seseorang Tertanggung dalam pokok pertanggungan
tersebut.12
b. Utmost good faith
Suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap,
semua fakta yang material (material fact) mengenai sesuatu yang akan
10 Ibid. 11 PAN Pacific. Principles of Insurance. Diakses dari http://panfic.com. Pada tanggal 01
Juli 2019 12.59 PM 12 Ignatius Rusman. 2017. Prinsip asuransi. Hal. 2.
29
diasuransikan baik diminta maupun tidak. Artinya adalah si
penanggung harus dengan jujur menerangkan dengan jelas segala
sesuatu tentang luasnya syarat/kondisi dari asuransi dan si tertanggung
juga harus memberikan keterangan yang jelas dan benar atas obyek
atau kepentingan yang dipertanggungkan.13
c. Proximate cause
adalah suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan rantaian
kejadian yang menimbulkan suatu akibat tanpa adanya intervensi suatu
yang mulai dan secara aktif dari sumber yang baru dan independen.
d. Indemnity
Suatu mekanisme dimana penanggung menyediakan kompensasi
finansial dalam upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi
keuangan yang ia miliki sesaat sebelum terjadinya kerugian (KUHD
pasal 252, 253 dan dipertegas dalam pasal 278).
Atau dapat dirumuskan seperti:
Nilai Kerugian= Nilai sesaat sebelum kerugian – Nilai sesaat setelah
kerugian.
e. Subrogation
Pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung setelah
klaim dibayar.
Prinsip Subrogasi adalah prinsip yang mengatur dalam hal seorang
Penanggung telah menyelesaikan ganti-rugi yang diderita oleh
13 PAN Pacific. Op.Cit.
30
Tertanggung, maka secara otomatis hak yang dimiliki Tertanggung
untuk menuntut pihak ketiga yang menimbulkan kerugian dan atau
kerusakan tersebut beralih ke Penanggung.14
f. Contribution
Sedangkan adalah hak penanggung untuk mengajak penanggung
lainnya yang sama-sama menanggung, tetapi tidak harus sama
kewajibannya terhadap tertanggung untuk ikut memberikan indemnity
(ganti rugi).15
4. Unsur-unsur Asuransi
Pihak dalam asuransi yang mengadakan perjanjian pada pokoknya
terdiri dari:
a. Pihak penanggung ialah pihak terhadap siapa diperalihkan resiko
yang seharusnya dipikul sendiri oleh tertanggung karena
menderita kerugian sebagai akibat dari suatu peristiwa yang tidak
tertentu. Kemudian penanggung sendiri mempunyai hak sebagai
berikut:16
1. Menerima premi;
2. Menerima mededelingsplicht atau memberitahukan dari
tertanggung. (pasal 251 KUHD);
3. Hak-hak lain sebagai imbalan dari kewajiban tertanggung;
sedangkan kewajiban dari penanggung adalah:
14 Ignatius Rusman. Op.cit. Hal. 21. 15 PAN Pacific. Op.Cit 16 H. Mashudi, 1998, Hukum Asuransi, Mandar Maju, Bandung, Hlm. 8-9.
31
1. Memberikan polis pada tertanggung;
2. Mengganti kerugian dalam schadeyarzekering/asuransi ganti
rugi dan memberi sejumlah uang yang telah dipersepakatkan
dalam sommen-verzekering/asuransi sejumlah uang;
3. Melaksanakan premi restorno (pasal 281 KUHD) pada
tertanggung yang beritikad baik, berhubung penanggung
untuk seluruhnya atau sebagian tidak menanggung resiko
lagi, dan asuransinya gugur atau batal seluruhnya
b. Pihak tertanggung adalah pihak lawan dari penanggung yang
mengadakan perjanjian pertanggungan itu biasanya tertanggung
ini juga adalah orang yang berkepentingan. Kemudian
tertanggung sendiri mempunyai hak sebagai berikut:
1. menerima polis;
2. mendapat ganti kerugian bila terjadi peristiwa;
3. hak-hak lainnya sebagai imbalan dari kewajiban penanggung
sedangkan kewajiban dari tertanggung adalah :
a. Membayar preminya;
b. Memberitahukan keadaan-keadaan sebenarnya mengenai
barang yang dipertanggungkan (Pasal 251 KUHD);
c. Mencegah agar kerugian dapat dibatasi (pasal 283 KUHD);
d. Kewajiban khusus yang mungkin disebut dalam polis17
17 Emmy Pangaribuan Simanjuntak, 1980, Hukum Pertanggungan, Seri Hukum Dagang Fakultas
Hukum UGM Yogyakarta,Hlm. 29-30
32
Di dalam mengadakan perjanjian pertanggungan terdapat syarat yang
harus dipenuhi dalam mengadakan suatu perjanjian. Syarat-syarat tersebut
adalah:
(1) sepakat;
(2) kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
(3) suatu hal tertentu;
(4) suatu sebab yang halal (Pasal 1320 KUH Perdata)
Apabila syarat satu dan tiga atau disebut syarat subjektif tidak
dipenuhi maka perjanjian dapat dibatalkan dan apabila syarat dua dan
empat atau disebut syarat objektif tidak dipenuhi maka perjanjian batal
demi hukum. Kemudian menurut Pasal 246 KUHD asuransi atau
pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seseorang
penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan
menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena
suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan
yang mungkin akan dimintanya karena suatu peristiwa. Dari pengertian di
atas dapat diuraikan unsur-unsur yang terdiri dari:
a. Perjanjian;
b. Kewajiban tertanggung membayar premi;
c. Kewajiban penanggung memberikan ganti kerugian atau
membayar sejumlah uang;
33
d. Adanya peristiwa yang belum pasti18
Berdasarkan Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang maka
dalam asuransi terkandung empat unsur yaitu:
a. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang
premi kepada pihak penanggung, sekaligus atau secara
berangsur-angsur.
b. Pihak penanggung (insurer) yang berjanji akan membayar
sejumlah uang (santunan) kepada pihak tertanggung, sekaligus
atau secara berangsur-angsur apabila terjadi sesuatu yang
mengandung unsur tidak tentu.
c. Suatu peristiwa (accident) yang tak tertentu (tidak diketahui
sebelumnya).
Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian
karena peristiwa yang tidak tentu.
5. Penggolongan Asuransi
Pasal 1774 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, asuransi dapat
digolongkan sebagai bunga selama hidup seseorang atau bunga cagak
hidup dan perjudian dalam perjanjian untung-untungan
(konsovereenskomst). Asuransi dapat dikatakan sebagai perjanjian untung-
untungan dikarenakan asuransi mengandung unsur “kemungkinan”, di
mana kewajiban penanggung untuk menggantikan kerugian yang diderita
18 Man Suparman Sastrawidjaja, 1992, Hukum Asuransi, PT. Alumni, Bandung, Hlm. 139
34
oleh tertanggung tersebut digantungkan pada ada atau tidaknya suatu
peristiwa yang tidak tentu atau tidak pasti (peristiwa belum tentu terjadi).
Berdasarkan atas perjanjian asuransi dapat digolongkan menjadi
dua yaitu:
a. Asuransi kerugian (schade verzekering), yang memberikan
penggantian kerugian yang mungkin timbul pada harta kekayaan
tertanggung dan penggolongan asuransi terdiri dari :
1. Asuransi kecelakaan.
2. Asuransi kesehatan.
3. Asuransi alat angkut darat kecuali kereta api.
4. Asuransi kereta api.
5. Asuransi kapal terbang.
6. Asuransi kapal.
7. Asuransi pengangkutan barang.
8. Asuransi kebakaran dan musibah alamiah.
9. Asuransi kerusakan lain pada barang, akibat turunnya salju atau
lain
10. Asuransi tanggung gugat kendaraan bermotor.
11. Asuransi tanggung gugat pesawat udara.
12. Asuransi tanggung gugat kapal.
13. Asuransi tanggung gugat umum.
14. Asuransi kredit, termasuk asuransi kebangkrutan, kredit ekspor,
kredit cicilan, hipotek, kredit usaha tani.
35
15. Asuransi jaminan.
16. Asuransi aneka kerugian keuangan, yakni asuransi tanggung gugat
kecelakaan perburuhan, tidak cukupnya penghasilan, cuaca buruk,
hilangnya keuntungan, pengeluaran umum yang terus menerus,
pengeluaran niaga yang tak terduga, merosotnya harga pasaran,
hilangnya sewa atau pemasukan, kerugian niaga tak langsung.
b. Asuransi jumlah (sommen verzekering), merupakan pembayaran
sejumlah uang tertentu, tidak tertanggung pada persoalan apakah
evenement menimbulkan kerugian atau tidak19
Terjadi perkembangan penggolongan asuransi yang disebut dengan
Asuransi Varia, asuransi yang mengandung unsur-unsur asuransi kerugian
maupun asuransi jumlah, seperti asuransi kecelakaan dan asuransi
kesehatan. Menurut sifat pelaksanaanya asuransi dapat digolongkan
menjadi tiga yaitu sebagai berikut :
a. Asuransi sukarela, merupakan pertanggungan yang dilakukan dengan
cara sukarela, yang semata-mata dilakukan atas suatu keadaan
ketidakpastian atau kemungkinan terjadinya resiko kerugian atas suatu
yang dipertanggungkan, misalnya asuransi kebakaran, asuransi
kendaraan bermotor, asuransi pendidikan, asuransi kematian, dan
sebagainya.
b. Asuransi wajib, merupakan asuransi yang bersifat wajib yang
dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait, di mana pelaksanaanya
19 Gunanto, 2003, Asuransi Kebakaran di Indonesia, Loos Wacana Ilmu, Jakarta, Hlm. 11-14.
36
dilakukan berdasarkan peraturan perundangundangan yang ditetapkan
oleh pemerintah, misalnya jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek),
asuransi kesehatan, dan sebagainya.
c. Asuransi kredit, asuransi ini selalu berkaitan dengan dunia perbankan
yang menitik beratkan pada asuransi jaminan kredit berupa benda
bergerak maupun benda tidak bergerak yang sewaktu-waktu dapat
tertimpa resiko yang dapat mengakibatkan kerugian bagi pemilik
barang maupun pemberi kredit khususnya bank yang meliputi :
asuransi pengangkutan laut, asuransi kendaraan bermotor, dan
sebagainya. Adapun fungsi daripada asuransi kredit ialah :
1. Melindungi pemberi kredit dari kemungkinan tidak diperolehnya
kembali kredit yang diberikan kepada para tertanggungnya.
2. Membantu kegiatan keamanan perkreditan baik kredit perbankan
maupun kredit lainya diluar perbankan20
Berdasarkan Undang-undang No 40 Tahun2014 tentang Usaha
Perasuransian, dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Usaha asuransi
1. Asuransi kerugian (nonlife insurance) merupakan usaha
memberikan jasa dalam penanggulangan resiko atas kerugian,
kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.
20 Ibid, Hlm. 88-89.
37
2. Asuransi jiwa (life insurance) merupakan suatu jasa yang diberikan
oleh perusahaan asuransi dalam penanggungan resiko yang
dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya seseorang yang
dipertanggungkan.
3. Reasuransi (reinsurance) merupakan suatu sistem penyebaran
resiko dimana penanggung menyebarkan seluruh atau sebagian dari
pertanggungan yang ditutupnya kepada penanggung yang lain.
b. Usaha penunjang
1. Pialang asuransi, merupakan usaha yang memberikan jasa
keperantaraan dalam penutupan asuransi dan penanganan
penyelesaiaan ganti kerugian asuransi dengan bertindak untuk
kepentingan tertanggung.
2. Pialang reasuransi, memberikan jasa keperantaraan dalam
penempatan reasuransi dan penangganan penyelesaian ganti rugi
reasuransi dengan bertindak untuk kepentingan perusahaan
asuransi.
3. Penilai kerugian asuransi, memberikan jasa penilaian terhadap
kerugian pada objek asuransi yang dipertanggungkan.
4. Konsultan aktuvaria, merupakan usaha memberikan jasa konsultan
aktuvaria.
Agen asuransi, merupakan pihak yang memberikan jasa keperantaraan
dalam rangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung.
38
6. Tujuan Asuransi
Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai resiko yaitu sesuatu
yang dapat mengancam kehidupannya serta menimbulkan kerugian.
Sehingga untuk menghilangkan resiko tersebut upaya yang dilakukan yaitu
asuransi. Tujuan dari semua asuransi ialah menutup suatu kerugian yang
diderita selaku akibat dari suatu peristiwa yang bersangkutan dan yang
belum dapat ditentukan semula akan terjadi atau tidak21 Secara umum 3
(tiga) tujuan utama dari asuransi yaitu:
a. Teori Pengalihan Resiko
Menurut Teori Pengalihan Resiko (Risk Transfer Theory),
tertanggung menyadari bahwa ada ancaman bahaya terhadap harta
kekayaan miliknya atau terhadap jiwanya. Jika bahaya tersebut terjadi
terhadapnya maka kerugian yang dideritanya sangat besar untuk
ditanggung olehnya sendiri. Untuk mengurangi atau menghilangkan beban
resiko tersebut, pihak tertanggung berupaya mengalihkan beban resiko
ancaman bahaya tersebut kepada pihak lain yang bersedia dengan
membayar kontra prestasi yang disebut premi. Asuransi atau
pertanggungan didalamnya tersirat pengertian adanya suatu resiko, yang
terjadi sebelum dapat dipastikan, dan adanya pelimpahan tanggung jawab
memikul beban resiko tersebut, kepada pihak lain yang sanggup
mengambil alih tanggung jawab. Sebagai kontra prestasi dari pihak lain
21 Wirjono Prodjodikoro, 2017, Hukum Asuransi di Indonesia, PT. Intermasa, Jakarta, Hlm.
1
39
yang melimpahkan tanggung jawab ini, yang diwajibkan membayar
sejumlah uang kepada pihak yang menerima tanggung jawab22.
Tertanggung mengadakan asurasi dengan tujuan mengalihkan
resiko yang mengancam harta kekayaan atau jiwanya23 Dengan membayar
sejumlah premi kepada perusahaan asuransi (penanggung), sejak itu pula
resiko beralih kepada penanggung. Apabila sampai berakhirnya jangka
waktu asuransi tidak terjadi peristiwa yang merugikan, penanggung
beruntung memiliki dan menikmati premi yang telah diterimanya dari
tertanggung.
b. Pembayaran Ganti Kerugian
Dalam suatu asuransi untuk melindungi terhadap peristiwa yang
menimbulkan kerugian, jika pada suatu ketika sungguh-sungguh terjadi
peristiwa yang menimbulkan kerugian tersebut maka kepada tertanggung
yang bersangkutan akan dibayarkan ganti kerugian seimbang dengan
jumlah asuransinya. Dalam praktiknya, kerugian yang timbul itu bersifat
sebagian (partial loss), tidak semuanya berupa kerugian total (total loss).
Dengan demikian tertanggung mengadakan asuransi yang bertujuan untuk
memperoleh pembayaran ganti kerugian yang sungguh-sungguh
dideritanya.
Berbeda dengan asuransi kerugian, pada asuransi jiwa apabila
dalam jangka waktu asuransi terjadi peristiwa kematian atau kecelakaan
yang menimpa diri tertanggung, maka penanggung akan membayar jumlah
22 Dewan Asuransi Indonesia, 2015, Perjanjian Asuransi Dalam Praktek dan Penyelesaian
Sengketa, Hasil Simposium Tentang Hukum Asurasi, BPHN, Padang, Hlm. 107 23 Abdulkadir Muhammad, 2015, Hukum Asuransi Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal 1
40
asuransi yang telah disepakati bersama seperti tercantum dalam polis.
Jumlah asuransi yang disepakati itu merupakan dasar perhitungan premi
dan untuk memudahkan penanggung membayar sejumlah uang akibat
terjadi peristiwa kematian atau kecelakaan. Jadi pembayaran sejumlah
uang itu bukan sebagai ganti kerugian, karena jiwa atau raga manusia
bukan harta kekayaan dan tidak dapat dinilai dengan uang.
c. Pembayaran Santunan Asuransi kerugian dan asuransi jiwa diadakan
berdasarkan perjanjian bebas (sukarela) antara penanggung dan
tertanggung (voluntary insurance). Akan tetapi undang-undang mengatur
asuransi yang bersifat wajib (compulsaory insurance), artinya tertanggung
terikat dengan penanggung karena perintah undang-undang, bukan karena
perjanjian. Asuransi jenis ini disebut asuransi sosial (social security
insurance). Asuransi sosial bertujuan melindungi masyarakat dari
ancaman bahaya kecelakaan yang mengakibatkan kematian atau cacat
tubuh. Dengan membayar sejumlah kontribusi (semacam premi),
tertanggung berhak memperoleh perlindungan dari ancaman bahaya.
Apabila mereka mendapat musibah kecelakaan dalam pekerjaannya
atau selama angkutan berlangsung, mereka (atau para ahli warisnya) akan
memperoleh pembayaran santunan dari penanggung (BUMN), yang
jumlahnya telah ditetapkan oleh undang-undang. Jadi tujuan mengadakan
asuransi sosial menurut pembentuk undang-undang adalah untuk
41
melindungi kepentingan masyarakat, dan mereka yang terkena musibah
diberi santunan sejumlah uang24
7. Syarat Sahnya Perjanjian Asuransi
Asuransi telah diatur dalam peraturan yang ada di Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang (KUHD) sebagai ketentuan syarat-syarat sah
suatu perjanjian,dalam peratutannya KUHD merupakan syarat khusus
diataranya adalah pembayaran premi dan kewajiban pemberitahuan hal-hal
yang di ketahui oleh si tertanggung yang diatur dalam Pasal 246 dan Pasal
251 KUHD. yang menyatakan bahwa: “ Setiap keterangan yang keliru atau
tidak benar, ataupun setiap tidak memberitahukan hal-hal yang diketahui
oleh si tertanggung, berapapun itikad baik ada padanya, yang demikian
sifafnya, sehingga, seandainya si penanggung telah mengetahui keadaan
yang sebenarnya, perjanjian itu tidak akan ditutup atau tidak ditutup
dengan syarat-syarat yang sama, mengakibatkan batalnya pertanggungan”
Wajib bagi Tertanggung memberitahukan kepada penanggung mengenai
keadaan objek asuransi. Kewajiban ini dilakukan pada saat mengadakan
asuransi. Apabila tertanggung lalai, maka akibat hukumnya asuransi
batal.25
Sedangkan syarat umumnya diatur di Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUHPer) berlaku juga terhadap perjanjian asuransi. Ketentuan
yang ada didalam KUHPer diatur didalam Pasal 1320 Kitab Undang-
24 Ibid, Hlm. 15 25 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hal. 49
42
Undang Hukum Perdata. Ada 4 (empat) syarat sah suatu perjanjian yaitu
diantaranya:
1. Kesepakatan (Consensus)
Kesepakatan antara tertanggung dan penanggung dibuat secara
bebas, artinya tidak ada pengaruh, tekanan, atau paksaandari manapun.
Kedua belah pihak sepakat menentukan syarat-syarat perjanjian asuransi
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dalam Pasal
6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2014 ditentukan bahwa
penutupan asuransi atas objek asuransi harus didasarkan pada kebebasan
memilih penanggung kecuali bagi Program Asuransi Sosial. Ketentuan ini
dimaksudkan untuk melindungi hak tertanggung agar dapat secara bebas
memilih perusahaan asuransi sebagai penanggungnya26
Tertanggung dan penanggung sepakat mengadakan perjanjian
asuransi. (konsensuil), kesepakatan tersebut pada pokoknya meliputi27:
a. Benda yang menjadi objek asuransi
b. Pengalihan resiko dan pembanyaran premi
c. Evenement dan ganti kerugian secara seimbang ( indemnity)
d. Syarat-syarat khusus perjanjian asuransi;
e. Dibuat secara tertulis yang disebut polis (255 KUHD)
2. Kewenangan (Authority)
Kewenangan berbuat bersifat subjektif artinya kedua pihak sudah
dewasa, sehat ingatan, tidak berada di bawah pewalian (trusteeship), atau
26 Ibid., hal.50 27 Khotibul Umam, Op.Cit., .hal, 18-19
43
pemegang kuasa yang sah. Sebagaimana telah diterangkan, beberapa
golongan orang oleh undang-undang dinyatakan kedua belah pihak harus
cakap menurut hukum, tidak diperbolehkan pihak “tidak cakap” untuk
melakukan sendiri perbuatan-perbuatan hukum. Mereka itu, seperti orang
dibawah umur, orang dibawah pengawasan (curatele) dan perempuan yang
telah kawin (Pasal 1130 B.W). Kewenangan objektif artinya tertanggung
mempunyai hubungan yang sah dengan benda objek asuransi karena
benda-benda tersebut adalah kekayaannya sendiri. Di muka Pengadilan,
pihak tertanggung dan penanggung adalah berwenang untuk bertindak
mewakili kepentingan Perusahaan Asuransi.
3. Objek Tertentu (Fixed Object)
Objek tertentu adalah objek yang diasuransikan, dapat berupa
harta kekayaan dan kepentingan yang melekat pada harta kekayaan, dapat
pula berupa raga atau jiwa manusia. Objek tertentu berupa harta kekayaan
dan kepentingan yang melekat pada harta kekayaan terdapat pada
Perjanjian Asuransi Kerugian. Karena yang mengasuransikan objek itu
adalah tertanggung, maka dia harus mempunyai hubungan langsung atau
tidak langsung dengan objek asuransi itu. Dikatakan ada hubungan
langsung apabila tertanggung memiliki sendiri harta kekayaan, jiwa atau
raga yang menjadi objek asuransi. Dikatakan ada hubungan tidak langsung
apabila tertanggung hanya mempunyai kepentingan atas objek asuransi.
Menurut ketentuan Pasal 599 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang,28
28 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit ., hal: 52
44
4. Kausa yang Halal (Legal Cause)
Kausa yang halal adalah isi perjanjian asuransi tidak bertentangan
dengan ketertiban umum, dan tidak bertentangan dengan kesusilaan.
Berdasarkan kausa yang halal itu, tujuan yang hendak dicapai oleh
tertanggung dan penanggung adalah beralihnya risiko atas objek asuransi
yang diimbangi dengan pembanyaran premi. Jadi, kedua belah pihak
berprestasi, tertanggung membayar premii, penanggung menerima
peralihan risiko atas objek asuransi. Jika premi dibayar, maka risiko
beralih. Jika premi tidak dibayar, risiko tidak beralih.
5. Pemberitahuan (Notification)
Kewajiban pemberitahuan ini diatur di dalamPasal 251 Kitab
Undang- Undang Hukum Dagang (KUHD) yang menyatakan bahwa: “
Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap tidak
memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh si tertanggung, berapapun
itikad baik ada padanya, yang demikian sifafnya, sehingga, seandainya si
penanggung telah mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu
tidak akan ditutup atau tidak ditutup dengan syarat-syarat yang sama,
mengakibatkan batalnya pertanggungan”. Kewajiban pemberian informasi
ini dilakukan pada saat mengadakan asuransi. Apabila tertanggung lalai,
maka akibat hukumnya asuransi batal.29
29 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hal. 50-54
45
B. Tinjauan Tentang Asuransi Jiwa
1. Pengertian Premi Asuransi
Asuransi memberikan jaminan kepada tertanggung baik untuk
mengganti kerugian, penyakit, pendidikan, tabungan di hari tua bahkan
hingga resiko kematian. Premi merupakan hal yang pokok dalam sebuah
asuransi karena dijadikan sebagai kompensasi untuk mendapatkan jasa
atau timbal balik dalam bentuk uang tunai.30
Pengertian Premi asuransi adalah sejumlah uang yang wajib
dibayarkan kepada Perusahaan Asuransi oleh tertanggung untuk polis
asuransi mereka. Nominal premi yang dibayarkan kepada Perusahaan
Asuransi tergantung pada keadaan tertanggung. Hal yang mempengaruhi
keadaan tertanggung diantaranya tipe proteksi, klaim, wilayah tempat
tinggal dan juga perilaku tertanggung itu sendiri.
Besarnya Premi Asuransi untuk tiap tentunya berbeda
menyesuaikan juga dengan peraturan dari pihak Perusahaan Asuransi nya.
Nominal premi akan bertambah apabila terjadi klaim jika terjadi klaim
pada periode asuransi sebelumnya.Jangka waktu Premi dibayarkan sesuai
dengan perjanjian yang disepakati oleh tertanggung dimana premi bisa
dibayakan secara tahunan, semester,triwulan , atau bulanan, kecuali Premi
Topup Tunggal.31
31 Rendy. Pengertian Premi Asuransi Dengan Fungsi dan Jenis Komponennya. Diakses dari
https://www.prosesbayar.com. Pada tanggal 02 Juli 2019 8.38 AM.
46
Premi Asuransi Dasar merupakan premi yang dibebankan kepada
tertanggung saat pengeluaran polis asuransi. Besarnya nominal premi
dasar dicantumkan dalam polis dan secara umum tidak dapat berubah
kecuali, dalam hal adanya pengajuan kenaikan Uang Pertanggungan oleh
Pemegang Polis yang dapat dilakukan jika Polis telah berusia sekurang
kurangnya selama 2 tahun.Dalam hal kenaikan Uang Pertanggungan
disetujui oleh Perusahaan, syarat dan ketentuan untuk Tahun Polis pertama
akan berlaku untuk tambahan Uang Pertanggungan tersebut, pe,egang
polis dapat mengubah cara pembayaran Premi sesuai dengan aturan yang
di tetapkan oleh perusahaan. .
2. Fungsi Premi Asuransi
Fungsi utama dari premi asuransi adalah mengembalikan kondisi
tertanggung yang mengalami kerugian seperti kondisi semula. Pada saat
tertanggung membayar premi maka nominal uang yang disetorkan
mewakili perlindungan terhadap hal yang diasuransikan. Premi dari semua
tertanggung memiliki resiko yang sama sehingga hasilnya lebih besar dan
dijadikan sebagai pengganti kerugian tertanggung dengan cara klaim
asuransi.32
3. Aktuaria dan Penentuan Tarif Premi
Aktuaria/aktuaris adalah bagian/ orang yang menghitung premi
pada asuransi. Fakta yang mempengaruhi penentuan tarif asuransi akan
banyak menyangkut unsur-unsur:
32 Rendy. Op.Cit.
47
a. Situasi persaingan
b. Kondisi/struktur perekonomian
c. Peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan pemerintah
Dengan demikian dalam menentukan beberapa prinsip, antara lain:
a. Adequate, premi tersebut harus menghasilkan cukup uang untuk
membayar kerugian-kerugian yang mungkin terjadi.
b. Note cessive, tarif jangan berlebih-lebihan.
c. Equity, bila kualitas exposurenya sama, tarif sama.
d. Flexible, tarif ditentukan harus selaku disesuaikan dengan keadaan.33
4. Komponen Premi Asuransi
Adapun Komponen Premi Asuransi ialah:
a. Mortality
Komponen yang pertama menitik beratkan pada usia, dimana usia tua
lebih beresiko meninggal dunia jika dibandingkan dengan yang
mudah. Konsep usia digunakan sebagai pertimbangan untuk
menentukan besaran premi asuransi meliputi aspek kesehatan,
pekerjaan maupun faktor lain yang mempengaruhi kematian dini.
Demi mempermudah penentuan premi biasanya perusahaan memakai
tabel Mortality yang dibuat aktuaris.
b. Expense
Berikutnya merupakan komponen biaya, tertanggung yang membeli
premi akan dipengaruhi oleh biaya yang dikeluarkan perusahaan
33 Anynomous. 2005. Premi Asuransi. Diakses dari fenyfidyah.staff.gunadarma.ac.id. Pada
tanggal 02 Juli 2019 8.46 AM.
48
mencakup komisi agen asuransi, biaya cetak dokumen dan lain
sebagainya. Biasa nya biaya ini jumlahnya tidak begitu disadari
tertanggung karena sudah dibagi rata dengan semua tertanggung di
sebuah perusahaan asuransi.
c. Investation
Sebagian premi yang dibayarkan kepada Perusahan ada nilai
investasinya dengan prosentase berbeda mengikuti kebijakan
perusahaan. Keuntungan yang didapatkan dari investasi akan diberikan
kepada tertanggung dalam bentuk bonus nominal uang.
d. Contingency
Premi Asuransi yang dibayarkan sudah memiliki komponen
Contingency yang mampu menangani biaya tidak terduga diluar
perkiraan. Jika keadaan ekonomi negara memburuk maka akan
berdampak pada perusahaan asuransi dan diperlukan ada nya dana
cadangan yang masuk kedalam hitungan premi.34
5. Jenis-jenis Tarif Premi dan Barang Asuransi
Jenis-jenis Tarif premi ialah:
a. Manual/Class Rate
Yaitu tarif premi yang berlaku untuk semua resiko yang sejenis.
b. Merit Rating
34 Rendy. Op.Cit.
49
Penentuan tarif premi asuransi dimana tiap-tiap resiko
dipertimbangkan keadaannya masing-masing digunakan dalam
asuransi kebakaran.
Barang yang diasuransikan:
a. Barang pilihan (Approved goods)
b. Barang bukan pilihan (Non-Approved goods)
Barang bukan pilihan mempunyai kemungkinan besar mengalami
kerusakan.
6. Pengembalian Premi
Pengembalian Premi (Restorno) adalah pengembalian premi dari
penanggung, karena perjanjiannya gugur sebelum penanggung
menanggung bahaya atau baru sebagian, premi yang lebih dibayar,
insurable interestnya tidak ada, kondisi jaminan /pertanggunagn
dipersempit dan sebagainya.35
Provisi Penyelesaian
Biaya untuk memproses pengembalian premi dibebankan kepada
tertanggung dan dikurangkan terhadap premi yang akan dikembalikan.
Restorno karena perjanjian gugur:
1. Pasal 635 KUHD bila perjanjian gugur dengan itikad baik,
penanggung berhak atas ganti kerugian sebesar 0,5% dari harga
pertanggungan atau minimal setengah dari jumlah bila tarif premi
kurang dari 1%.
35 Ibid.
50
2. Pasal 636 KUHD apabila kapal belum berlayar maka penanggung
berhak memperoleh ganti rugi 1% dari harga pertanggungan.
3. Restorno atas kelebihan premi
Bila premi yang telah dibayar ternyata lebih besar dari premi yang
seharusnya dibayar harus segera dibayar kebaikannya.
4. Restorno karena Insurable interest tidak ada maka perjanjian menjadi
batal.
7. Berakhirnya Perjanjian Asuransi Jiwa
Dalam suatu perjajian yang dibuat akan ada dimana perjanjian itu
akan berakhir, Perjanjian asuransi dapat berakhir ada beberapa sebab
diantaranya yaitu karena;36
a. Disebabkan terjadi evenemen dalam masa asuransi jiwa,atau
bisa diakibatkan karena pembayaran manfaat Tambahan lainya
yang menyebabkan polis berakhir, satu-satunya evenemen
yang menjadi beban risiko penanggung adalah meninggalnya
tertanggung. Asuransi Jiwa akan mengadakan evenemen ini
antara tertanggung dan penanggung. Apabila dalam jangka
waktu yang diperjanjikan terjadi peristiwa yang tidak
diharapkan dalam hal ini meninggalnya tertanggung akibat,
maka penanggung berkewajiban membayar uang
pertanggungan sebagai dasar perhitungan manfaat asuransi
kepada penikmat yang ditunjuk oleh tertanggung, atau ahli
36 Abdulkadir Muhammad, Op. Cit.,hlm.175
51
warisnya. Sejak penanggung melunasi pembayaran uang
pertanggungan tersebut sejak itu pula asuransi jiwa berakhir
sejak penanggung melunasi uang pertanggungan sebagai akibat
dan meninggalnya tertanggung. Dengan kata lain asuransi jiwa
berakhir sejak terjadi evenemen yang diikuti pelunasan klaim.
b. Karena jangka waktu berakhir dalam asuransi jiwa, tidak selalu
evenemen yang menjadi beban tertanggung itu terjadi bahkan
sampai berakhir jangka waktu asuransi. Apabila jangka waktu
berlaku asuransi jiwa habis tanpa terjadi evenemen, maka
beban risiko penanggung berakhir. Tetapi dalam perjanjian
ditentukan bahwa penanggung akan mengembalikan sejumlah
uang kepada tertanggung sampai jangka waktu asuransi habis
tidak terjadi evenemen.
c. Karena batas usia tertanggung dalam perjanjian asuransi jiwa
yaitu 100 tahun usia yg di pertanggungkan,karena batas usia
juga mempengarui berakhirnya polis. Maka apabila dalam
diperjanjikan terjadi peristiwa yang tidak diharapkan dalam hal
ini batas usia 100 tahun tertanggung telah meninggal dunia
maka penanggung akan memberikan uang pertanggungan
kepada tertanggung, meninggalnya tertanggung sebelum
memasuki usia 100 tahun , maka penanggung berkewajiban
membayar uang pertanggungan sebagai dasar perhitungan
manfaat asuransi kepada penikmat yang ditunjuk oleh
52
tertanggung. Namun apabila ahli waris belum juga menerima
manfaat dari uang pertanggungan dan masa usia diatas
100tahun maka ahli waris tidak bisa menerima manfaat dari
uang pertanggungan.
d. Karena asuransi gugur
Menurut ketentuan Pasal 306 KUHDagang;
“apabila orang yang diasuransikan jiwanya pada saat
diadakan asuransi ternyata sudah meninggal, maka
asuransinya gugur, meskipun tertanggung tidak
mengetahui kematian tersebut kecuali jika diperjanjikan
lain”.
Menurut Purwosutjipto, penyimpangan dari ketentuan ini
masih mungkin, sebab kebanyakan asuransi jiwa ditutup
dengan sebuah klausul yang membolehkan penanggung
melakukan prestasinya dalam hal ini ada peristiwa bunuh diri
dari dari badan tertanggung asalkan peristiwa itu terjadi
sesudah lampau waktu dua tahun sejak diadakannya asuransi
e. Karena asuransi berhenti atau batal keinginan dari tertanggung.
Asuransi dapat berakhir apabila asuransi itu berhenti harus
dengan kesepakatan antara tertanggung dan penanggung.
53
C. Tinjauan Umum Perlindungan Hukum
1. Teori Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum dalam Bahasa Inggris disebut legal protection,
sedangkan dalam Bahasa Belanda disebut rechtsbecherming. Pengertian
perlindungan hukum sebagai perlindungan dengan menggunakan sarana
hukum atau perlindungan yang diberikan oleh hukum, ditujukan kepada
perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan tertentu, yaitu dengan
menjadikan kepentingan yang perlu dilindungi tersebut dalam sebuah hak
hukum.dalam hal ini bentuk perlindungan hukum disektor Perasuransian.
Lembaga Asuransi dapat dikatakan sebagai pelaku usaha di bidang jasa
keuangan dan pemegang polis dikatakan sebagai konsumen dibidang jasa
keungan.untuk pengikat suatu perjanjian maka hal ini diatur keseluruhan
didalam Polis. 37
Perlindungan hukum bagi pemegang Polis asuransi penting sekali oleh
karena, polis itu merupakan satu-satunya alat bukti tertulis untuk membuktikan
bahwa asuransi telah terjadi. Polis asuransi sebagai bukti terjadinya perjanjian
asuransi mengikat ,asuransi telah terjadi pemindahan resiko misalnya asuransi jiwa
atau asuransi kerugian kepada perusahaan asuransi. Abdul Kadir Muhammad
menjelaskan, melalui perjanjian asuransi resiko kemungkinan terjadi peristiwa yang
menimbulkan kerugian yang mengancam kepentingan tertanggung itu dialihkan
kepada perusahaan asuransi kerugian selaku penanggung38
37 Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012 ),
Hal. 25-43. 38 Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Op Cit, hal. 166
54
Klaim yang diajukan oleh pemegang polis asuransi terhadap
perusahaan asuransi tidak jarang berbelit-belit, dan ditolak dengan 7
Abdulkadir Muhammad, Ibid, hlm. 12. 8 Abdulkadir Muhammad, Hukum
Asuransi Indonesia, Op Cit, hal. 166 Lex Crimen Vol. V/No. 6/Ags/2016 49
berbagai alasan sehingga perlindungan bagi kepentingan pemegang Polis
asuransi menjadi bagian penting dan berkaitan dengan fungsi Otoritas Jasa
Keuangan dalam menjalankan fungsi pengaturan dan pengawasan serta
perlindungan konsumen jasa asuransi39
Perlindungan hukum lebih menempatkan kedudukan pemegang Polis
sebagai pihak yang lebih diberikan perhatian oleh ketentuan peraturan perundang-
undnagan dibandingkan dengan perusahaan asuransi. Undang-Undang No. 40 Tahun
2014 tentang Perasuransian mDidalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 tentang
Perasuransian, lebih banyak mendapatkan pengaturan dan pengawasan oleh Otoritas
Jasa Keuangan yang dalam Pasal 28 Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang
Otoritas Jasa Keuangan, ditentukan bahwa, “Untuk perlindungan konsumen dan
masyarakat, OJK berwenang melakukan tindakan pencegahan kerugian konsumen
dan masyarakat, yang meliputi :
a. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat, karakateristik
sektor jasa keuangan, layanan, dan produknya;
b. Meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk menghentikan kegiatannya
apabila kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat; dan
c. Tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan disektor jasa keuangan40
Dalam upaya memberikan perlindungan hukum terhadap masyarakat
unsur utama yang harus di perhatikan adalah keadilan, karena keadilan harus
39 “Merah Biru Rapor Unitlink”, dimuat pada Majalah Infobank, No. 445, Februari 2016, hal. 21 40 Lihat UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Pasal 28)
55
dibangun sesuai dengan cita hukum (Rechtidee) dalam negara hukum
(Rechtsstaat), bukan negara kekuasaan (Machtsstaat). Hukum sendiri
berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia, penegakkan hukum
harus memperhatikan 4 unsur:
a) Kepastian hukum (Rechtssicherkeit);
b) Kemanfaatan hukum (Zeweckmassigkeit);
c) Keadilan hukum (Gerechtigkeit);
d) Jaminan hukum (Doelmatigkeit).41
Perlindungan hukum yang dimaksudkan diatas adalah implementasi
pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia, harkat dan
martabat manusia yang bersumber pada Pancasila dan UUD NRI Tahun
1945. Oleh karena itu terdapat banyak macam perlindungan hukum salah
satunya yang Penulis jabarkan diatas tekait perlindungan hukum terhadap
tertanggung jika di dalam hokum perasuransian.
2. Jenis- Jenis Perlindungan Hukum
Indonesia merupakan Negara huku, oleh sebab itu segala perilaku dan aturan
yang dibuat sudah ada hukumnya, dalam bidang hukum perlindungan hukum
dibagi menjadi dua antaralai sebagai berikut:42
a. Perlindungan Hukum Preventif
Perlindungan Hukum Preventif yaitu perlindungan yang diberikan
pemerintah dengan upaya mencegah terjadinya ancaman dan melindungi
keselematan jiwa dan harta benda seseorang melalui Perundang-Undangan
dan Peraturan yang sudah disepakati . 41 Ishaq. Dasar-dasar Ilmu Hukum. Jakarta. Sinar Grafika. 2009. Hal. 43
42 AZ Nasution. 2017.Perlindungan Hukum Konsumen .Jurnal Hukum & Pembangunan.
Vol.3.no.10
56
b. Perlindungan Hukum Represif
Perlindungan hukum represif yaitu bentuk upaya hukum untuk
menanggulangi keselamatan seseorang dimana bentuk bentuk keselamatan
dan kemana merupakan landasan hukum pelaksanaan untuk memberikan
perlindungan kepada seseorang ,sekelompok orang,masyarakat,atas suatu
keadaan yang tidak diinginkan.
Perlindungan hukum menurut Sudikno Mertokusumo dibagi dalam dua hal,
yakni:43
a. Perlindungan hukum preventif, yakni bentuk perlindungan
hukum di mana kepada rakyat diberi kesempatan untuk
mengajukan keberatan atau pendapat sebelum suatu
keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif;
b. Perlindungan hukum represif, yakni bentuk perlindungan
hukum di mana lebih ditujukan dalam penyelesian sengketa.
3. Bentuk Perlindungan Hukum
Bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh suatu Negara
memiliki dua sifat, yaitu bersifat pencegahan (prohibited) dan bersifat
hukuman (sanction) 44 Bentuk perlindungan hukum yang paling nyata
adalah adanya institusi-institusi penegak hukum seperti pengadilan,
kejaksaan, kepolisian, dan lembaga-lembaga penyelesaian sengketa diluar
pengadilan (non-litigasi) lainnya. Hal ini sejalan dengan pengertian hukum
43 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009. hlm. 41 44 Rafael La Porta, “Investor Protection and Cororate Governance; Journal of Financial
Economics”. No. 58, (Oktober 1999): Vol. 9.
57
menurut Soedjono Dirdjosisworo yang menyatakan bahwa hukum memiliki
pengertian beragam dalam masyarakat dan salah satunya yang paling nyata
dari pengertian tentang hukum adalah adanya institusi- institusi penegak
hukum. Perlindungan hukum sangat erat kaitannya dengan aspek keadilan.45
Penegakan hukum dalam bentuk perlindungan hukum dalam kegiatan
ekonomi khususnya penanaman modal tidak bisa dilepaskan dari aspek
hukum perusahaan khususnya mengenai perseroan terbatas karena
perlindungan hukum dalam penanaman modal melibatkan beberapa pihak
pelaku usaha turutama pihak penanam modal, direktur, komisaris, pemberi
izin dan pemegang kekuasaan, serta pihak-pihak penunjang terjadinya
kegiatan penanaman modal seperti notaris yang mana para pihak tersebut
didominasi oleh subjek hukum berupa badan hukum berbentuk perseroan
terbatas .Subjek hukum dalam hukum perdata terdapat dua subjek hukum,
yaitu subjek hukum orang pribadi dan subjek hukum berupa badan hukum.
Subjek hukum orang pribadi atau natuurlij kepersoon adalah orang atau
manusia yang telah dianggap cakap menurut hukum. orang sebagai subjek
hukum merupakan pendukung atau pembawa hak sejak dia dilahirkan hidup
hingga dia mati. Walaupun ada pengecualian bahwa bayi yang masih ada di
dalam kandungan ibunya dianggap telah menjadi sebagai subjek hukum
sepanjang kepentingannya mendukung untuk itu 46
45 Lihar RT Sutantya R. Hadhikusuma dan Sumantoro, Pengertian Pokok Hukum Perusahaan:
Bentukbentuk Perusahaan yang berlaku di Indonesia, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 1996),
hal.5-8. 46 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, cet. VI (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006), h.54.
58
Selanjutnya, subjek hukum dalam hukum perdata adalah badan
hukum atau rechtspersoon. Badan hukum merupakan kumpulan manusia
pribadi atau dapat pula merupakan kumpulan dari badan hukum. Hukum
melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan kekuasaan
kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya secara terukur.
Kepentingan merupakan sasaran dari hak karena hak mengandung unsure
perlindungan dan pengakuan 47 . Jadi, dapat disimpulkan bahwa
perlindungan hukum atau legal protection merupakan kegiatan untuk
menjaga atau memelihara masyarakat demi mencapai keadilan.48 Kemudian
perlindungan hukum dikonstruksikan sebagai bentuk pelayanan, dan subjek
yang dilindungi.49
4. Hubungan Hukum Hak dan Kewajiban Asuransi dengan Pemegang Polis
Timbulnya suatu Hubungan hukum karena terjadinya hubungan antara
kedua belah pihak/lebih yang telah mengikatkan diri dan dimana telah
terjadinya hak dan kewajiban pihak satu dengan pihak lainya.Materi yang
mendapatkan perlindungan itu bukan sekedar fisik saja melainkan lebih
kepada hak – hak yang bersifat abstrak. Dalam Hal ini pihak Pemegang polis
/ tertanggung mempunyai hak dan kewajiban dan perlu ada perlindungan
hukum agara apabila terjadi peristiwa yang tidak diinginkan dikemudian hari,
47H.R. Sardjono dan Frieda Husni Hasbullah, Bunga Rampai .Perbandingan Hukum perdata,
hal.143
48 Hilda Hilmiah Diniyati, “Perlindungan Hukum bagi Investor dalam Pasar Modal (Studi pada
Gangguan Sistem Transaksi di Bursa Efek Indonesia)”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), hal. 19. 49Salim HS dan Erlies Septiana Nurbaini, “Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan
Disertasi”, cet. 1, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2013), hal. 261.
59
Jadi perlindungan konsumen sangat identik dengan perlindungan yang
diberikan hukum terhadap hak – hak konsumen. Maka ada beberapa unsur-
Unsur dalam hubungan hak dan kewajiban pihak Asuransi dengan
Tertanggung antara lain :
a. Adanya Hak dan Kewajiban
b. Adanya Objek yang berlaku
c. Adanya hubungan terhadap Objek yang bersangkutan
Secara umum dikenal ada empat hak dasar konsumen, yaitu “Hak
untuk mendapatkan keamanan (the right to safety), Hak untuk mendapat
informasi (the right to be informed), hak untuk memilih (the right to choose)
dan akhirnya hak untuk didengar (the right to be heard)”50
Menurut Pasal 4 UUPK, hak konsumen adalah :
1) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan/atau jasa.
2) Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan
yang dijanjikan.
3) Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa.
4) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakan.
50 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani,2001,Hukum tentang Perlindungan Konsumen,PT
Gramedia Pustaka Utama,Jakarta,hal.27-28
60
5) Hak untuk mendapatkan advokasi perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut.
6) Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.
7) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
8) Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak dengan perjanjian atau
tidak sebagaimana mestinya.
9) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang undangan
lainnya.
Hak – hak konsumen menurut Zoemrotin K.Susilo, yaitu : 51
a. Hak untuk mendapatkan keamanan dan keselamatan.
b. Hak untuk memperoleh informasi yang benar dan jujur.
c. Hak untuk memilih barang/jasa yang dibutuhkan.
d. Hak untuk didengar pendapatnya.
e. Hak untuk mendapat ganti rugi.
f. Hak untuk mendapatkan lingkungan yang bersih dan sehat.
Di samping mempunyai hak, konsumen juga mempunyai kewajiban.
Kewajiban konsumen tersebut diatur dalam pasal 5 UUPK, yaitu :
a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur
pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan
dan keselamatan;
51 Shidarta,op.cit.hal.16
61
b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang
dan/atau jasa;
c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan
konsumen secara patut.
Para pelaku usaha juga mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana
halnya konsumen. Hak pelaku usaha tercantum dalam Pasal 6 UUPK, yaitu :
a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan
mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen
beritikad tidak baik;
c Hak untuk mendapatkan pembelaan diri sepatutnya di dalam
penyelesaian hukum sengketa konsumen;
d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum
bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau
jasa yang diperdagangkan;
e. Hak – hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangan
lainnya. 52
Sedangkan kewajiban pelaku usaha diatur dalam pasal 7 UUPK, hal ni
adalah pihak Asuransi sbb;53
a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
52 Zoemrotin K.Susilo,1996,Penyambung Lidah Konsumen,Puspa Swara,Jakarta,hal.4
62
b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan
penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan;
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur
serta tidak diskriminatif;
d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang
dan/atau jasa yang berlaku;
e. Memberikan kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau
mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan
dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang
diperdagangkan;
f. Memberikan kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian apabila
barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai
dengan perjanjian.