21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Standar Profesi Hukum
1 Seorang pengemban profesi hukum wajib senantiasa menjalankan profesinya dengan
integritas yang tinggi dan menegakkan serta melaksanakan keadilan (duty of uphold
justice and the administration of justice).
2. Seorang pengemban profesi hukum selalu menjalankan profesinya dengan penuh rasa
pengabdian kepada masyarakat berdasarkan kejujuran, keterbukaan dan kepatuhan
(principle of honestly, center and reasoribleness).
3. Seorang pengemban profesi hukum, hanya wajib menangani persoalan hukum dimana
dirinya memiliki kompetensi untuk menanganinya dan harus melaksanakan semua,
dan setiap pelayanan jasa hukum yang disanggupinya untuk diberikan demi
kepentingan klien atau pihak lain atau pihak lain (principle of professionalism –
competenc).
4. Seorang pengemban profesi hukum harus senantiasa memberikan pelayanan jasa
hukum dan atau melaksanakan keahlian hukumnya, termasuk pengakhiran pelayanan
jasa hukumnya dengan penuh kehati-hatian, kerajinan, efisiensi, dan cara yang
beradab demi tingkat kualitas pelayanan yang diberikan setara dengan apa yang
diharapkan dari seorang pengemban profesi hukum yang kompetensi dalam situasi
yang serupa, dan senantiasa menghindarkan diri dari perilaku atau tindak tanduk yang
tidak sesuai dengan kepatutan, kepantasan, dan atau standar professional (principle of
prudence and reasonable devotiin to professional standar of performance, duty to
avoid professional impropierty and indency).
21
22
5. Seorang pengemban profesi hukum harus melaksanakan profesinya dengan penuh
kejujuran dan keterbukaan serta mendukung setiap upaya untuk mencegah praktik
hukum yang tidak sah (duty of prevotion of unauthorized legal practice).
6. Seorang pengemban profesi hukum harus memelihara dan menjaga kepercayaan dan
rahasia yang menyangkut urusan dan kepentingan yang sah dari klien dan atau pihak
pencari keadilan lain yang mempercayakan urusan dan kepentingan kepadanya
(principle of trust and confidentidity).
7. Seorang pengemban profesi hukum harus senantiasa membuat keputusan profesional
yang bebas demi kepentingan klien atau pencari keadilan lainnya, dan menghindarkan
diri dari timbulnya benturan antara kepentingan klien dengan kepentingan pribadinya
dan antar klien lain atau pihak ketiga (principle of impartiality and avoidance of
conflict of interest).
8. Seorang pengemban profesi hukum wajib mengesampingkan dan atau mencegah
pemanfaatan secara tidak wajar dan atau tidak adil atas kedudukan hukum dan non
hukum yang lemah atau kurang menguntungkan dari warga masyarakat di dalam atau
diluar pengadilan (duty to avoid anda to prevent any unjust and unfair legal practice
to exploit any person disadvatageous legal or otherwisw circumstances).
9. Seorang pengemban profesi hukum harus selalu berupaya dan mendukung setiap
upaya untuk memajukan dan mengembangkan sistem hukum dan sistem peradilan
(duty to continuous of fort to improve the legal sistem and justice system).
10. Setiap pengemban profesi hukum dalam melaksanakan profesinya, harus selalu
berpartisipasi aktif dalam upaya menghormati dan mengawasi pelaksanaan tugas
pengembanan profesi hukum, baik oleh pengemban profesi hukum yang memiliki
bidang yang sama atau pun yang berbeda, demi mempertahankan integritas dan
kehormatan profesi hukum pada umumnya (principle of mutual respect and incessant
23
consciousness to preserve honor and integrity amongs members of the legal
profession).
11. Kecuali terdapat alasan yang sah untuk bersikap dan bertindak sebaliknya, setiap
pengemban profesi hukum wajib senantiasa menghormati serta menanti setiap
keputusan dan atau tindakan disipliner yang dimaksudkan untuk menegakkan prinsip
moral umum dan kode etik profesi yang berlaku terhadapnya (duty to honor and
respect instified and reasonablenary rulings and decision endorsed by the
profession)8
B. Persyaratan Hukum yang Adil
1. Setiap hukum pada hakekatnya hanya dapat memerintahkan hal-hal yang dibenarkan
oleh moral.
2. Setiap hukum harus selalu memuat ikatan yurisdiksi para legislator yang dibatasi
wewenangnya oleh masyarakat untuk menjadi kebaikan umum.
3. Setiap hukum harus menghormati tuntutan keadilan distributif, yakni hukum dapat
mendistribusikan beban dan privellege yang sama kepada subyek hukum sesuai
kemampuan.
4. Setiap hukum pada prinsipnya tidak menghalangi HAM, kecuali hal-hal tertentu hak
seseorang memang dibatasi.
5. Hukum itu harus bisa dijalankan secara fisik maupun moral.
6. Hukum harus berguna dan mendatangkan keuntungan bagi kesejahteraan umum,
yakni mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh warga masyarakat dan menuntun
manusia menjadi beradap. (Karlh Pecshare).
8 Hufron,Etika Profesi Hukum,Presentasi Word,Semester 6, Bahan ajar ke Empat,2016,Untag 1945 Surabaya,Surabaya
24
C. Perbedaan Peraturan Perundang-Undangan dan Kode Etik Profesi
1. Peraturan Perundang-Undangan
a. Segi pembuat : Legislator
b. Berisi kaedah : perintah, larangan, ijin, dispensasi
c. Sanksi hukum : pidana, perdata, administrasi
d. Pemberi sanksi : hakim
2. Kode Etik Profesi
a. Segi pembuat : organisasi profesi
b. Berisi : kewajiban dan larangan, tanggung jawab
c. Sanksi : sanksi administratif & sanksi etis
d. Pemberi sanksi : dewan kode etik.9
D. Kriteria Profesi Hukum dan Profesi (Officium Nobile)
1. Dua prinsip penting dalam menjalankan profesi luhur ( officium nobiles ) :
a. Mendahulukan kepentingan orang yang dibantu atau klien;
b. Mengabdi pada tuntutan luhur profesi ( altruisme ).
2. Tiga ciri moralitas tinggi pengembang profesi hukum :
a. Berani berbuat dengan tekad untuk bertindak sesuai tuntutan profesi
b. Sadar akan kewajibannya
c. Memiliki idealisme yang tinggi. 10
9 Hufron,Etika Profesi Hukum,Presentasi Word,Semester 6, Bahan ajar ke dua,2016,Untag 1945 Surabaya,Surabaya
10 Hufron,Etika Profesi Hukum,Presentasi Power point,Semester 6, Bahan ajar ke tiga,2016,Untag 1945 Surabaya,Surabaya
25
E. Perbedaan Etika dan Hukum
Perbedaan Etika dan Hukum
No. Bidang No. Sifat No. Tujuan No. Sanksi
01. Etika 01.
02.
Baik atau buruk
Moral
01.
02.
Mengatur
perilaku
Berakhlak baik
Sanksi moral
02. Etiket Sopan santun 01.
02.
Tata krama
Pergaulan formal
Tidak sopan
03. Kode Etik Etik Internal
profesi
01.
02.
Tata tertib
Memelihara
perilaku
01.
02.
03.
Teguran lisan/
tertulis
Skrosing
Pemecatan
04. Disiplin Pengaturan
Umum
Ketertiban
individual &
organisasian
01.
02.
03.
04.
05.
Teguran lisan/
Tertulis
Skorsing
Pemecatan
Pembubaran
Pelarangan
05. Hukum Hukum public 01.
02.
Menjaga
ketertiban
Keadilan umum
01.
02.
03.
Sanksi perdata
Sanksi pidana
Sanksi
administratif
Tabel 2.1.11
11 Ibid.,h.3.
26
F. Penasehat Hukum dan Bantuan Hukum
Istilah penasehat hukum dan bantuan hukum adalah istilah baru. Sebelumnya
dikenal istilah pembela, advokat, Procureur ( Pokrol ), dan pengacara. Istilah penasehat
hukum dan bantuan hukum memang lebih tepat dan sesuai dengan fungsinya sebagai
pendamping tersangka atau terdakwa dalam pemeriksaan dari pada istilah pembelaan.
Istilah pembela itu sering disalah tafsirkan, seakan-akan berfungsi sebagai
penolong tersangka atau terdakwa bebas atau lepas dari pemidanaan walaupun ia jelas
bersalah melakukan yang didakwakan itu. Pada hal fungsi pembela atau penasehat
hukum itu ialah membantu hakim dalam usaha menemukan kebenaran materiil,
walaupun bertolak dari sudut pandangan subjektif, yaitu berpihak kepada kepentingan
tersangka atau terdakwa.
Perbedaan antara hakim, penuntut umum ( jaksa ), dan penasehat hukum ialah
pada posisi dan penilaiannya. Sangat terkenal ucapan Taverne yang banyak dikutip, yang
mengatakan bahwa hakim berpangkal tolak pada posisinya yang obyektif dan
penilaiannya yang obyektif pula, sedangkan penuntut umum yang mewakili Negara dan
masyarakat berpangkal tolak pada posisinya yang subyektif, tetapi penilaiannya
obyektif. Berbeda dengan itu, penasehat hukum atau pembela itu berpangkal tolak yang
subyektif karena mewakili kepentingan tersangka dan terdakwa, dan penilaiannya yang
subyektif pula. Meskipun demikian, penasehat hukum itu berdasarkan legitimasi yang
berpangkal pada etika, ia harus mempunyai penilaian yang obyektif terhadap kejadian –
kejadian disidang pengadilan. Istilah penasehat hukum pertama kali dipakai oleh
Undang-Undang Pokok Kekuasaan Kehakiman (UUPKK) tahun 1974. Sekarang dengan
Undang-Undang nomer 4 Tahun 2004 dipakai istilah advokat. Bantuan diatur didalam
empat pasal, yaitu pasal 37, 38, 39, dan 40. Pasal 38 berbunyi : “dalam perkara pidana
27
seorang tersangka sejak saat dilakukan penangkapan dan/atau penahanan berhak
menghubungi dan memintak bantuan advokat.”
Etika seorang penasehat hukum atau advokat tercantum didalam pasal 39
UUPKK tahun 2004 yang berbunyi : “Dalam memberi bantuan hukum sebagaimana
dimaksud didalam pasal 37, advokat wajib membantu penyelesaian perkara dengan
menjunjung tinggi hukum dan keadilan.”
Ketentuan ini berarti penasehat hukum atau advokat tidak boleh mengganggu
penyelesaian perkara, misalnya mengulur – ulur waktu, melakukan bantahan atau
eksepsi yang mengada – ada.
Ketentuan yang tercantum dalam UUPKK tersebut sebenarnya merupakan
ketentuan dasar, dan telah merupakan ketentuan yang universal. Sebagaimana telah
disebut di dalam Bab 1, dalam The International Covenant on Civil and Political Rights
article 14 sub 3d. kepada tersangka/terdakwa diberikan jaminan “diadili dengan
kehadiran terdakwa, membela diri sendiri secara pribadi atau dengan bantuan penasehat
hukum menurut pilihannya sendiri, diberi tahu tentang hak – haknya ini jika ia tidak
mempunyai penasehat hukum dan ditunjuk penasehat hukum untuk dia jika untuk
kepentingan peradilan perlu untuk itu, dan jika ia tidak mampu membayar penasehat
hukum ia dibebaskan dari pembayaran.” Penjabaran ketentuan yang universal dan
terawat pula dalam UUPKK itu, tercantum dalam KUHAP, terutama pasal 54 sampai
dengan pasal 57 ( yang mengatur hak – hak tersangka atau terdakwa untuk mendapatkan
penasehat hukum ) dan pasal 69 samapai dengan pasal 74 ( mengenai tata cara penasehat
hukum berhubungan dengan tersangka atau terdakwa ). Yang sangat penting dan
merupakan penjabaran ketentuan yang bersifat inovatif UUPKK ialah pasal 69 yang
menentukan bahwa penasehat hukum berhak menghubungi tersangka sejak saat
28
ditangkap atau ditahan pada semua tingkat pemeriksaan menurut tata cara yang
ditentukan oleh KUHAP. Selanjutnya, dalam pasal berikutnya yaitu pasal 70 ayat ( 1 )
KUHAP, penasehat hukum itu berhak berbicara dengan tersangka pada setiap tingkat
pemeriksaan dan setiap waktu untuk kepentingan pembelaan perkaranya.
Walaupun penasehat hukum itu diberi kekeluasaan dalam berhubungan dengan
tersangka atau terdakwa, ia tidak boleh menyalahgunakan haknya itu. Yang mana
termasuk penyalahgunaan, tidak dijelaskan oleh undang-undang. Menurut pendapat
penulis, penasehat hukum tersebut harus tetap terikat pada kode etik seorang penasehat
hukum, yang telah disebut dimuka, yaitu ia harus menjunjung tinggi pancasila, hujum,
dan keadilan. Ia tidak boleh misalnya mengajar tersangka supaya menyangkal jika
tersangka telah mengakui kesalahannya, atau misalnya mengajar tersangka supaya
berpura – pura gila, supaya ia lepas dari tuntutan hukum sesuai dengan pasal 44
KUHAP.
Disamping itu, seorang penasehat hukum wajib pula memegang teguh rahasia
kliennya ia misalnya tidak boleh membocorkan pengakuan kliennya kepada pihak lawan
( penuntut umum ).
Apabila peringatan tersebut tidak diindahkan, maka hubungan tersebut diawasi
oleh pejabat tersebut diatas ( pasal 70 ayat ( 3 ) KUHAP ). Setelah diawasi haknya masih
disalahgunakan, maka hubungan tersebut disaksikan oleh pejabat tersebut ( pasal 70 ayat
( 4 ) KUHAP ), dan jika tetap dilanggar maka hubungan selanjutnya dilarang.
Pembicaraan antara penasehat hukum dengan tersangka diawasi oleh pejabat tersebut di
atas, tetapi tidak mendengar pembicaraan, kecuali terhadap kejahatan terhadap keamanan
Negara ( pasal 71 ayat ( 1 ), dan ( 2 ) KUHAP ).
29
Turunan berita acara diberikan kepada tersangka atau penasehat hukumnya untuk
kepentingan pembelaannya ( pasal 72 KUHAP ). Selanjutnya ditentukan pula bahwa
larangan hubungan antara penasehat hukum dan tersangka karena penyalahgunaan hak
seperti tersebut di muka ( pasal 70 ayat ( 2 ), ( 3 ), dan ( 4 ), dan pasal 71 KUHAP ) tidak
boleh dilakukan lagi setelah perkara dilimpahkan oleh penuntut umum kepada
pengadilan negeri untuk disidangkan ( pasal 74 KUHAP ).
Demikianlah, tata cara hubungan penasehat hukum dengan tersangka atau
terdakwa yang sangat bebas. Masih ada ketentuan lain yang menunjukkan bahwa benar –
benar oleh undang-undang telah dijamin kebebasan tersangka untuk memperoleh
bantuan hukum. Ketentuan tersebut benar – benar telah merombak bantuan hukum.
Ketentuan tersebut benar – benar telah merombak system lama dalam pemeriksaan yang
bersifat inkisitor ( inquisitoir ) karena ditentukan bahwa penasehat hukum dapat
mengikuti jalannya pemeriksaan dengan cara melihat serta mendengar pemeriksaan
dalam tingkat penyidikan, kecuali dalam hal kejahatan terhadap keamanan Negara,
hanya melihat tetapi tidak mendengar pemeriksaan terhadap tersangka ( pasal 115 ayat (
1 ), dan ( 2 ) KUHAP.
Akan tetapi, ini masih perlu dijabarkan dalam peraturan tentang bantuan hukum
terutama bagi si miskin, jangan sampai yang menikmati fasilitas itu hanya penjahat
golongan mampu belaka. Sehubungan dengan ini perlu diperhatikan ketentuan dalam
pasal 114 yang menentukan bahwa sebelum dimulainya pemeriksaan, penyidik wajib
memberitahukan kepada tersangka tentang haknya untuk mendapat bantuan hukum dan
dalam hal yang ditentukan dalam pasal 56 ( yang diancam pidana mati atau 15 tahun
penjara atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam pidana lima tahun
atau lebih yang tidak mempunyai penasehat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan
30
pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjukkan penasehat
hukum bagi mereka ), wajib didampingi oleh penasehat hukum.
Perlu diketahui pula siapa – siapa yang melakukkan bantuan hukum di Indonesia
dewasa ini. Dimuka telah disebut bahwa sering dipakai istilah pembela, advokat,
procureur, dan pengacara.
Untuk menjabat advokat, memerlukan pengangkatan yang menurut Reglement op
de Rechterlijke Organisafie en het beleid de Justitie disingkat RO ( sbld 1848 Nomer 57
). Menurut pasal 186 RO tersebut, advokat yang merangkap Procureur diangkat dan
diberhentikan oleh gubernur jenderal. Mestinya sekarang dibaca “Presiden”, yang
prakteknya dilaksanakan oleh menteri kehakiman.
Disitu disebut juga Procureur yang umumnya sama saja dengan advokat, kecuali
bahwa Procureur itu dimaksudkan agar dalam beracara dibidang perdata karena
umumnya yang beperkara bukan ahli hukum, maka perlu diawali oleh seorang ahli
dibidang hukum, yang disebut Procureur.
Jadi, menurut system hukum acara perdata Belanda yang berdasarkan asas
konkordansi berlaku pula di Indonesia (Reglement of de Recht wardering) merupakan
suatu keharusan adanya seorang Procureur yang mewakili dalam berperkara perdata.12
G. Pengabdian Kepada Kepentingan Umum ( public service )
Advokat senantiasa bersedia membantu dan menolong orang – orang yang berada
dalam kesulitan karena mempunyai suatu permasalahan, memberikan bantuan jasa - jasa
12 Prof.Dr.Jur.Andi Hamzah. Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua. Jakarta. Sinar Grafika. 2016. HLM. 89 – 94.
31
hukum kepada siapa pun juga yang memerlukan guna terhindar dari kasus permasalahan
yang dihadapinya, tentu dengan batas – batas keyakinannya dengan pengertian bahwa
yang akan dibela ( client ) tidak akan menjadi korban ketidak adilan. Advokat tidak
mempromosikan diri, tidak mencari perkara akan tetapi sebaliknya orang yang
memerlukan, membutuhkan ( client ) minta bantuan jasa – jasa hukum kepadanya.
Kepentingan masyarakat kepentingan umum lebih diutamakan dari pada kepentingan
pribadi.
H. Profesi advokat tidak untuk mencari kekayaan
Advokat bukanlah pegawai negeri, bukanlah pegawai sesuatu badan atau instansi
akan tetapi merupakan pekerjaan swasta. Advokat tidak digaji oleh pemerintah, sehingga
honorarium balas jasa yang diperolehnya berasal dari klient sepihak dan bersifat
incidental.
Tidak boleh menerima honorarium lain dalam perkara lain yang bertentantangan
dengan perkara yang sedang dibela, dan menarik honorarium dan keuntungan yang
berlipat ganda. Kegiatan profesi advokat tidak diperkenankan lebih mengutamakan
kepentingan kepada penegakan hukum.
I. Hubungan kepercayaan dengan klient
Kredibilitasi advokat merupakan pertaruhan dalam profesinya, sampai sejauh
mana ia dapat menjamin mempertanggung – jawabkan serta sejauh mana dapat
menjamin dan menyimpan rahasia klient yang dipercayakan kepadanya.
Dalam memberikan jasa – jasa hukum kepada klient maka sebelum bertindak,
harus dapat bahan data selengkapnya yang menyangkut permasalahan, bagaimana
hubungan causalitas facta delicti dengan facta yuridis yang menyangkut permasalahan
32
kasus yang dihadapi klient. Klient berkewajiban memberikan keterangan – keterangan
yang jelas menyangkut dirinya, namun sebaliknya klient akan mendapatkan
perlindungan hukum sepenuhnya dari advokat.
Bahan dan data lengkap yang telah dicurahkan menyangkut segala permasalahan
dan segala problema yang dihadapi, terkadang – kadang sampai kepada semua hal – hal
yang sangat konfidencial dan principal bagi dirinya, perlu direkam dan didokumentir
oleh advokat yang membela.
Bahkan sebaliknya advokat dalam memberikan bantuan kepada klient wajib
berusaha sekuat tenaga dan pikiran dengan sungguh – sungguh memberikan bantuan
hukum tersebut baik dalam usaha perdamaian maupun dalam berpekara kasus perdata
dan pidana, di dalam maupun di luar sidang pengadilan. Demikian akan menimbulkan
kepercayaan penuh klien ( terbela ) terhadap yang membela.
J. Merahasiakan pribadi klient yang dibela
Dengan saling adanya kepercayaan klient yang dibela dengan advokat yang membela,
karena segala rahasia pribadi klient merupakan rahasia jabatan yang wajib dipegang
teguh dalam menjalankan profesinya. Kepadanya diwajibkan menyimpan rahasia –
rahasia tertentu terutama yang menyangkut persona pribadi klient dan segala apa tentang
permasalahan dsn wajib mendapat perlidungan utama dari advokat yang memberikan
bantuan hukum ( The Lawyer has to protect his client ). Advokat jangan sekali – kali
menyalahgunakan kewenangannya dengan memberikan keterangan atau informasi klient
guna kepentingan sendiri atau jangan memberitahukan kepada pihak lawan berpekara
dengan mendapatkan imbalan pula dari pihak lawan. Kepentingan person advokat harus
jauh dan tidak dicampur adukkan dan atau bertentangan dengan kepentingan klient. Dari
itu sebabnya seorang advokat dilarang mempunyai kepentingan di dalam perkara yang
33
dibela dalam arti misalnya seorang klient yang tidak mempunyai biaya perkara lalu biaya
ditanggung sepenuhnya oleh advokat yang membela dan atau memberikan uang kepada
klient dengan memperjanjikan secara semena – mena bahwa perkaranya nanti menjadi
miliknya.
Perlindungan rahasia klient merupakan kewajiban moral dan kewajiban hukum
dan termasuk dan termasuk rahasia jabatan seorang advokat. Bagi klient yang merasa
dirugikan atau merasa rahasia pribadinya tidak terlindungi, mereka mempunyai hak
tuntutan hukum terhadap advokat yang membela.
Dalam pasal 322 KUHP walaupun tidak secara tegas – tegas, dinyatakan :
advokat berkewajiban menyimpan rahasia yang dibelanya ( klient ) namun pasal ini
dapat digunakan landasan penuntutan. Pasal ini menyatakan : “barangsiapa dengan
sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan atau pencahariannya
baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama
Sembilan bulan.”
Namun demikian hal itu tergantung ketentuan terakhir pada pihak pengadilan
yang memeriksa dan memutus perkara sesuai dengan pasal 146 ayat 3e HIR.
Pasal ini dapat diterapkan kepada advokat sekirannya ternyata dalam melakukan
pembelaan telah membuka rahasia yang dibelanya ( klient ) merasa tidak terima. Dengan
penerapan pasal ini lalu bukan berarti advokat tidak terlindungi dirinya, karena dalam
memeriksa dan mengadili, pengadilan berkewajiban pula memberikan pertimbangan
hukum dengan melihat pasal 50 KUHP. Karena pasal tersebut menyatakan: “barangsiapa
melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undang-undang, tidak dipidana.”
Selanjutnya dalam pasal 51 ayat ( 1 ) KUHP menyatakan: “barangsiapa melakukan
34
perbuatan untuk melaksanakan perintah jabatan yang diberikan oleh penguasa yang
berwenang tidak dipidana.”13
K. Hak – Hak Tugas Kewajiban & Larangan – larangan
Bahwa apa yang menjadi hak dan tugas kewajiban serta larangan – larangan bagi
profesi Advokat didasarkan dan berpedoman pada Kode Etik Advokat – PERADIN /
IKADIN. Walaupun belum merupakan suatu peraturan perundangan namun adalah tidak
salah menjadi kewajiban dalam profesi Advokat yang merasa dirinya sadar guna
mentaatinya penuh rasa tanggung jawab termasuk para Advokat diluar organisasi
PERADIN/IKADIN. Masalahnya bila terjadi pelanggaran oleh Advokat yang
menjalankan profesinya lalu bagaimana sanksinya. Sanksi terhadap pelanggaran kode
etik yang selama ini diterapkan dilakukan oleh organisasi profesi Advokat menurut
procedure peradilan kode etik Advokat oleh organisasi profesi Advokat itu sendiri.
Di sini tampak peranan organisasi profesi Advokat itu dalam turut mengawasi
dan melindungi para anggotanya.
L. Hak-hak Tugas Advokat
1 Hak mandiri ( independence )
Profesi Advokat adalah mandiri dalam arti bebas, merdeka dan berdiri sendiri yang
bertanggung jawab. Bebas mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan atau pendapat yang
dikemukakan terutama di dalam sidang pengadilan dalam rangka pembelaan sesuatu
perkara yang menjadi tanggung jawabnya baik dalam sidang terbuka maupun sidang
tertutup kecuali itu merupakan perbuatan yang dapat diancam hukuman pidana.
13 Lasdin WLas,S,H ,cakrawala advokat indonesia.,Yogyakarta. Liberty,Yogyakarta.,1989.,h.6-9.
35
2 Kedudukan sama dalam persidangan
Didalam suatu persidangan baik dalam perkara perdata maupun pidana baik itu unsur
Hakim – Jaksa – Advokat/Penasehat Hukum, mereka adalah sama-sama para Sarjana
Hukum mempunyai kedudukan yang sama di dalam persidangan untuk menemukan
kebenaran dan keadilan berdasarkan hukum walaupun fungsi tugas nya berlainan,
dalam suatu jajaran penegak hukum.
3 Hak ingkar
Hak ingkar adalah hak seorang yang diadili untuk mengajukan keberatan-keberatan
disertai alasan-alasan terhadap seorang hakim yang akan atau sedang mengadili
perkaranya.
4 Hak menerima uang jasa
Advokat yang membela klient baik didalam maupun diluar sidang pengadilan berhak
menerima uang jasa sebagai imbalannya, dari klient yang dibelanya.
5 Hak menyimpan rahasia klient
6 Membuka sendiri Kantor Advokat, terutama dalam wilayah tempatnya berdomicili.
7 Minta keterangan yang diperlukan Dalam menjalankan tugas kewajibannya
memerlukan data keterangan dari instansi pemerintah atau organisasi pemerintah
ataupun swasta.
8 Menjalankan praktek peradilan di seluruh wilayah hukum Negara RI.
9 Hak immunitas yaitu hak kekebalan.
10 Hak Retensi
Hak untuk tidak mengembalikan surat-surat yang dipegang sebelum honorariumnya
dilunasi terlebih dahulu. Akan tetapi hak ini hanya dapat digunakan para Advokat
sebagai pengecualian.
11 Hak memilih dan dipilih atau menjadi anggota/pengurus dari organisasi Advokat.
36
M. Tugas kewajiban Advokat
Tugas profesi advokat adalah bebas berani, penuh tanggung jawab, Tugas
kewajiban ini pada pokoknya dapat diperinci sebagai berikut : pengadilan kepada setiap
orang yang memerlukannya karena terancam jiwa kebebasan, hak milik dan nama
baiknya, dengan mencurahkan segenap keahlian berdasarkan kepada ilmu pengetahuan,
turut membantu menegakkan kebenaran keadialan dan hukum berdasarkan falsafah
Pancasila dan UUD 1945.
1 Memperjuangkan tegaknya keadilan hukum dan hak – hak azasi manusia.
2 Menghayati bahwa profesi advokat adalah mempunyai martabat tinggi, mulia, dan
terhormat.
3 Mentaati kode etik advokat.
4 Membela dan melindungi klient pencari keadilan.
5 Meningkatkan pengetahuannya terutama dalam bidang ilmu hukum, perundang-
undangan peraturan-peraturan pemerintah, serta perkembangan ilmu social lainnya
yang berkaitan dengan ilmu hukum.
6 Meningkatkan pembinaan budi pekerti dan budaya sebagai tuntutan pembinaan
manusia Indonesia seutuhnya.
7 Melaksanakan tugas pekerjaan profesi dengan segala kejujuran kesungguhan
kebijaksanaan keberanian, agar kepentingan yang dipercayakannya dapat terwujud
dengan baik dengan penuh rasa tanggung jawab.
8 Memberikan bantuan hukum kepada masyarakat pencari keadilan tanpa memandang
agama, kepercayaan, aliran, politik, keturunan, kewarganegaraan, kedudukan social
baik kaya maupun miskin.
9 Memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma.
37
10 Menghormati kepada peradilan selaku Officer of the Court dan membantu hakim
mencari kebenaran guna mencapai ke putusan yang adil. ( vide pasal 218 KUHAP ).
11 Pertentangan perdebatan di muka sidang pengadilan dalam membela perkara tidak
menjadikan permusuhan pribadi.
12 Setia dan hormat sesame rekan advokat, yaitu rekan seprofesi serta bersikap jujur
dan fair dengan menghindari segala konkuren yang tidak patut.
13 Menjauhi diri dari perebutan klient.
14 Memegang rahasia jabatan, terutama data keterangan yang menyangkut klient secara
kepercayaan.
15 Mendahulukan kepentingan klient dari pada kepentingan pribadi.
16 Mendahulukan penyelesaian perkara-perkara perdata dengan usaha jalan damai
musyawarah secara kekeluargaan, karena hal tersebut lebih baik dari pada berpekara.
17 Menolak mengurus perkara yang menurut keinsyafan dan keyakinannya tidak
berdasarkan hukum atau berlawanan dengan hukum.
18 Wajib mengembalikan semua data berkas perkara, surat-surat milik klient setelah
menyelesaikan biaya administrasi.
N. Larangan-larangan Tugas Advokat
Profesi advokat yang bebas merdeka penuh rasa tanggung jawab harus menyadari
adanya kode etik advokat, maka dirinya dituntut untuk berusaha menjauhi segala
larangan-larangan yaitu :
1. Menggunakan hak retensi.
Bila menggunakan hak retensi ini merupaka suatu pengecualian.
2 Berperkara dengan mengeluarkan biaya-biaya yang tidak perlu.
38
3 Dilarang mengurus perkara yang tidak berdasarkan hukum atau berlawanan dengan
hukum.
4 Dilarang membocorkan rahasia klient.
5 Surat-surat yang dikirim oleh seorang advokat kepada advokat lain, jangan
ditunjukan kepada hakim.
6 Penyelesaian perkara secara damai yang tidak berhasil, tidak boleh menjadi alasan
dalam perkara di muka hakim.
7 Menggunakan perkataan yang tidak sopan atau menyinggung perasaan bila berdebat
sesama teman sejawat di muka hakim adalah tidak ethis.
8 Dilarang mengundang saksi pihak lawan dalam perkara yang bersangkutan.
9 Dilarang memajukan atau menambah catatan surat-surat pada berkas perkara tanpa
sepengetahuan para pihak.
10 Surat yang diterima advokat dari teman sejawat tidak boleh diberikan kepada
klientnya.
11 Jika berbicara dengan klient teman sejawat tidak boleh menyinggung perkara.
12 Dilarang menarik klient dari teman sejawat atau menarik klient pihak lawan.
13 Dilarang membuat reklame, advertensi iklan untuk promosi profesi advokat.
14 Menawarkan jasa hukum atau melalui perantara, advokat bersifat menunggu
permintaan dari pencari keadilan.
15 Berkantor lebih dari satu tempat tidak boleh diberitahukan secara menarik perhatian
masyarakat.
16 Dilarang membuka kantor cabang di suatu tempat yang dapat merugikan kedudukan
advokat.
17 Tidak dibenarkan memberi izin kepada seorang penyelenggara perkara di papan
nama iklan dan memperkenalkan diri sebagai wakil/asisten.
39
18 Tidak dibenarkan memberi izin pegawainya mengurus perkara sendiri atau memberi
nasehat-nasehat hukum kepada klient baik lisan maupun tulisan.14
14 Ibid.,h.18-22.