10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Persediaan
a. Pengertian persediaan
Setiap perusahaan memerlukan berbagai jenis barang
untuk operasi dalam industrinya. Barang yang dimaksud bisa
dalam berbagai bentuk seperti bahan baku, bahan penolong, atau
bahan lain yang digunakan untuk pelaksanaan operasional.
Semua barang yang diperlukan diperoleh dari pihak lain yang
berada di luar dari perusahaan.
Persediaan menurut Joko (2004:343) adalah sumber daya
menganggur yang menunggu proses lebih lanjut. Proses lebih
lanjut di sini dapat berupa kegiatan produksi pada sistem
manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi ataupun
kegiatan konsumsi pada sistem rumah tangga.
Persediaan dalam perusahaan dapat ditentukan jumlahnya
untuk kemudian dilakukan pemesanan. Jumlah persediaan
idealnya harus pada jumlah yang tepat, tidak berlebih dan tidak
kurang. Jumlah yang tidak sesuai akan menimbulkan masalah
lain. Jumlah persediaan yang baik menunjukkan bahwa fungsi
dan tujuan dari persediaan telah berjalan dengan baik.
11
b. Fungsi dan Tujuan Persediaan
Kegiatan operasi yang dilakukan perusahaan pasti
bergantung pada bahan baku yang dimiliki perusahaan. Bahan
baku dipasok ke dalam perusahaan sebagai persediaan. Oleh
karena itu diperlukan perencanaan untuk menentukan persediaan
yang tepat. Persediaan yang dimiliki perusahaan harus tepat dan
tidak boleh berlebih maupun kurang karena ini akan
berpengaruh pada kelangsungan dari produksi perusahaan.
Menurut Yamit (1999:216) terdapat tiga alasan perlunya
persediaan bagi perusahaan maupun organisasi, ketiga hal
tersebut antara lain sebagai berikut:
1) Adanya unsur ketidakpastian permintaan.
2) Adanya unsur ketidakpastian pasokan dari para
pemasok
3) Adanya unsur ketidakpastian tentang waktu
pemesanan.
Menghadapi ketiga unsur ketidakpastian tersebut,
perusahaan harus melakukan manajemen persediaan untuk
mengantisipasi keadaan yang tidak diinginkan oleh perusahaan.
dengan merencanakan persediaan, maka perusahaan dapat siap
menghadapi situasi permintaan produk.
12
c. Pengertian Pengendalian
Dalam sistem pengendalian persediaan pada perusahaan,
istilah pengendalian persediaan sering diartikan sebagai
manajemen persediaan. Oleh karena itu pengendalian persediaan
dapat juga diartikan sebagai manajemen persediaan.
Pengertian manajemen menurut Stoner yang sudah dialih
bahasakan (1996:8) manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha
para anggota organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan. Yang menunjukkan bahwa manajemen
berisi proses administrasi yang mengkoordinasi sumber daya
yang dimiliki perusahaan.
Jadi dapat dilihat bahwa manajemen adalah proses
pencapaian tujuan dengan menjalankan proses mulai dari
perencanaan hingga pengawasan yang dikoordinasi oleh sumber
daya yang efektif dan efisien. Proses yang ada di dalam
manajemen itu sendiri bisa dikatakan sebagai proses
administrasi.
d. Fungsi Pengendalian Persediaan
Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu
masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. Kekurangan
persediaan akan mengakibatkan adanya hambatan-hambatan
pada proses produksi. Kekurangan persediaan barang jadi di
13
pasaran akan menimbulkan kekecewaan pada pelanggan dan
akan mengakibatkan perusahaan kehilangan pelanggan,
sedangkan kelebihan persediaan akan menimbulkan biaya ekstra
(biaya penyimpanan dan lain-lain), di samping resiko kerusakan
karena penyimpanan barang yang terlalu lama.
Menurut Siagian (2006:16) pengendalian persediaan pada
hakikatnya mencakup dua fungsi yang berhubungan sangat erat
yaitu:
1) Perencanaan persediaan
Aspek perencanaan harus dapat menjawab
pertanyaan tentang apa yang akan disediakan atau
diproduksi dan sumber terbaik pengadaan barang-
barang.
2) Pengawasan persediaan
Aspek pengawasan mencakup berapa kali
pesanan atau produksi dilaksanakan dan berapa
banyak pesanan atau produksi tersebut.
Pengendalian persediaan sesungguhnya dijalankan untuk
menjaga tingkat persediaan pada tingkat yang optimal sehingga
diperoleh penghematan. Penghematan pada persediaan akan
dapat dinilai dari tingkat persediaan yang sesuai dengan
kebutuhan dan dapat menjaga kontonuitas produksi dengan
biaya yang ekonomis.
14
e. Keputusan dalam Manajemen Persediaan
Perancangan persediaan akan menjadi pertimbangan
perusahaan dalam menentukan persediaan. Pengadaan
persediaan akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan
untuk meminimalkan biaya serta untuk menghadapai
pemenuhan permintaan produk.
Menurut Yamit (1999:216) dalam keputusan untuk
mempertahankan tingkat persediaan yang optimum, diperlukan
penyelesaian permasalahan mengenai barang apa yang harus
dipesan, berapa jumlah yang harus dipesan, dan kapan waktu
untuk melakukan pemesanan kembali. Untuk menjawab
pertanyaan kapan melakukan pemesanan, dapat dilakukan
dengan tiga tahapan pendekatan sebagai berikut:
1) Pendekatan titik pemesanan kembali
2) Pendekatan tinjauan periodik
3) Material requipment planning approach
Dengan melakukan tiga tahap tersebut perusahaan dapat
mempersiapkan dan merencanakan persediaan dalam melakukan
pemesanan persediaan. Hasil dari perencanaan persediaan,
perusahaan dapat menentukan berapa persediaan yang akan
dibutuhkan untuk memenuhi permintaan produk. Jika pada
perusahaan tidak memiliki perencanaan persediaan yang baik
maka akan muncul permasalahan dalam persediaan
15
2. Permasalahan Persediaan
Masalah persediaan merupakan permasalahan yang selalu
dihadapi para pengambil keputusan dalam bidang persediaan.
Persediaan dibutuhkan karena pada dasarnya pola permintaan tidak
beraturan. Persediaan dilakukan untuk menjamin adanya kepastian
bahwa pada saat dibutuhkan barang-barang tersebut tersedia.
Permasalahan persediaan adalah permasalahan dalam sistem
persediaan yang berkaitan dengan bagaimana menjamin agar setiap
permintaan pemakai dapat dipenuhi dengan ongkos yang minimal.
Semua jenis usaha pada umumnya pasti terdapat permasalahan dalam
persediaan tidak terkecuali perusahaan dagang.
Menurut Joko (2004:346) dalam menentukan kebijakan
persediaan, masalah yang dihadapi perusahaan dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu masalah kuantitatif dan masalah kualitatif.
Untuk masalah kuantitatif mencakup hal-hal yang berkaitan dengan
penentuan kebijakan persediaan, antara lain:
1) Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan/dijual.
2) Kapan pesananan/pembuatan barang harus dilakukan.
3) Berapa jumlah persediaan pengaman.
4) Metode pengendalian mana yang paling tepat.
Untuk mengatasi hal ini, maka diperlukan suatu kebijakan
perencanaan pengadaan persediaan yang baik dalam menentukan
tingkat persediaan yang harus tersedia, kapan pemesanan kembali
16
untuk menambah persediaan harus dilakukan, dan berapa besar
pesanan harus diadakan. Hal ini diperlukan untuk menjamin
tersedianya persediaan yang tepat dalam kuantitas dan waktu yang
tepat. Dalam menghadapi permasalahan yang kerap muncul karena
persediaan maka perusahaan mengupayakan beberapa alternatif
penyelesaian. Untuk masalah yang muncul karena jumlah persediaan
yang tidak menentu maka bisa dipecahkan dengan meramalkan
penjualan.
3. Peramalan
a. Pengertian peramalan
Ketidakpastian sesuatu yang terjadi pada masa yang akan
datang akan menimbulkan masalah. Untuk mengurangi
ketidakpastian maka dapat dilakukan peramalan. Peramalan
akan membantu menjawab ketidakpastian dengan melihat
pengalaman sebelumnya.
Peramalan adalah suatu kegiatan / usaha untuk mengetahui
(event) yang akan terjadi pada waktu yang akan datang
mengenai obyek tertentu dengan menggunakan pengalaman /
data historis. (Subagyo, 1999). Sedangkan menurut Handoko
(1994) Peramalan adalah suatu usaha untuk meramalkan
keadaan di masa mendatang melalui pengujian di masa lalu.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
peramalan adalah proses atau metode dalam meramalkan suatu
17
peristiwa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan
mendasarkan diri pada variabel tertentu. Peramalan yang baik
dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam prediksi yang
menimbulkan masalah pada perusahaan. Jika peramalan sudah
baik maka akan ada beberapa manfaat yang dapat diambil.
b. Manfaat Peramalan Penjualan
Peramalan penjualan sangat penting dalam mengkaji
situasi dan kondisi pada masa depan dan dapat digunakan untuk
memperkirakan apa yang akan terjadi di masa mendatang.
Dengan melihat pada kondisi data di masa sekarang hal ini
diperlukan untuk dapat melaksanakan kebijaksanaan yang akan
di ambil perlu melakukan perkiraan akan kesempatan atau
peluang yang ada.
Pada dasarnya peramalan tidak terlepas daripada
perencanaan di mana kemampuan para perencana dalam
meramalkan harus sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini dan
data yang ada agar rencana atau kebijakkan yang di ambil dapat
dijalankan secara efektif dan tepat. Pada hakikatnya peramalan
penjualan tidak terlepas daripada rencana atau perencanaan.
Kegunaan daripada peramalan penjualan adalah untuk dapat
mengambil keputusan / kebijakkan di mana keputusan yang baik
adalah keputusan yang didasarkan pada pertimbangan yang akan
terjadi pada waktu keputusan tersebut dilaksanakan.
18
Dalam peramalan yang dilakukan pada objek tertentu
membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan/kebijakan.
Kebijakan akan mempengaruhi pelaksanaan suatu pekerjaan,
kepemimpinan, dan cara bertindak suatu perusahaan. Di
perusahaan perlu juga memperhatikan peramalan sepertia apa
yang akan dipilih sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
c. Pendekatan dalam Peramalan
Heizer dan Render (2004:140) menyatakan bahwa terdapat
dua pendekatan umum peramalan, yaitu:
1) Peramalan kualitatif, yaitu peramalan yang
didasarkan atas data kualitatif pada masa lalu. Hasil
ramalan yang dibuat sangat tergantung pada orang
yang menyusunnya. Hal ini penting karena hasil
peramalan tersebut ditentukan berdasarkan
pemikiran yang bersifat intuisi, pendapat, dan
pengetahuan serta pengalaman dari penyusun.
Biasanya peramalan secara kualitatif ini didasarkan
atas hasil penyelidikan, seperti Delphi, S-Curve, dan
decision trees.
2) Peramalan kuantitatif, yaitu peramalan yang
didasarkan atas data kuantitatif pada masa lalu. Hasil
peramalan yang dibuat sangat tergantung pada
metode yang dipergunakan dalam peramalan
19
tersebut. Penggunaan metode yang berbeda akan
diperoleh hasil peramalan yang berbeda.
Adapun yang perlu diperhatikan dari penggunaan metode
tersebut adalah baik tidaknya metode yang dipergunakan, sangat
ditentukan oleh perbedaan atau penyimpangan antara hasil
ramalan dengan kenyataan yang terjadi.
d. Analisis Tren
Kecenderungan atau tren akan mempengaruhi hasil dari
peramalan yang dilakukan. Tren perlu diperhatikan karena
sangat mempengaruhi keputusan seseorang dalam melakukan
sesuatu. Dalam peramalan dilakukan juga dengan analisis tren
dengan membaca kecenderungan dari suatu objek untuk
menemukan hasil yang sesuai dengan data sebenarnya.
Dipaparkan oleh Heizer dan Render (2004:155) bahwa,
Analisis tren merupakan teknik mencocokkan garis tren pada
serangkaian data masa lalu dan kemudian memproyeksikan garis
pada masa datang untuk peramalan jangka mengengah atau
jangka panjang. Untuk melakukan peramalan dengan baik maka
dibutuhkan berbagai macam informasi (data) yang cukup
banyak dan diamati dalam periode waktu yang relatif cukup
panjang, sehingga hasil analisis tersebut dapat mengetahui
sampai berapa besar fluktuasi yang terjadi.
20
Jika kita memutuskan untuk membuat garis tren lurus
dengan metode statistik, kita dapat menerapkan metode kuadrat
terkecil (least square method). Pendekatan ini menghasilkan
sebuah garis lurus yang meminimalkan jumlah kuadrat dari
deviasi vertikal garis pada setiap hasil pengamatan aktual.
Secara umum persamaan garis linier dari analisis time
series menggunakan metode kuadrat terkecil adalah:
Y = a + bx
di mana
Y = nilai terhitung dari variabel yang akan diprediksi
(disebut variabel terkait)
a = persilangan sumbu y
b = kemiringan garis regresi
x = variabel bebas
Ahli statistik telah membuat persamaan yang dapat
digunakan untuk menemukan nilai a dan b untuk setip garis
regresi. Kemiringan b ditemukan dengan
di mana
b = kemiringan garis regresi
∑ = tanda penjumlahan total
x = nilai variabel bebas yang diketahui
y = nilai variabel terkait yang diketahui
= rata-rata nilai x
21
= rata-rata nilai y
n = jumlah data atau pengamatan
menenetukan a atau persilangan sumbu dengan cara:
di mana:
a = persilangan sumbu y
∑ = tanda penjumlahan total
n = jumlah data atau pengamatan
Secara teoristis, dalam analisis runtun waktu (time series)
hal yang paling menentukan adalah kualitas dan keakuratan dari
data-data yang diperoleh, serta waktu atau periode dari data-data
tersebut dikumpulkan. Jika data yang dikumpulkan tersebut
semakin banyak maka semakin baik pula estimasi atau
peramalan yang diperoleh. Sebaliknya, jika data yang
dikumpulkan semakin sedikit maka hasil estimasi atau
peramalannya akan semakin jelek.
e. Variasi Musiman
Dalam analisis time series dipengaruhi oleh banyak faktor.
Ada faktor yang dapat diprediksi dan diperhitungkan ada pula
faktor yang tidak dapat diprediksi. Hal ini bergantung pada
objek apa yang akan diteliti dan sumber data yang bisa diteliti.
Salah satu komponen yang mempengaruhi data time series
adalah komponen musiman. Gerakan musiman merupakan
22
gerakan yang teratur artinya naik turunnya terjadi pada waktu-
waktu yang sama (Heizer dan Render, 2004). Jika data time
series dipengaruhi oleh variasi musiman, maka diperlukan
metode peramalan yang lebih baik memperhatikan keterlibatan
variasi musiman di dalam data.
Untuk keperluan analisa data time series dinyatakan dalam
bentuk angka indeks. Apabila kita ingin menunjukkan ada
tidaknya gerakan musiman perlu dibuat indeks musiman yang
merupakan suatu angka variasi terhadap nilai dasar 100. Jika
suatu periode musiman mempunyai nilai indeks 100
menunjukkan bahwa pada bulan tersebut tidak ada pengaruh
musiman.
Dalam penghitungan menggunakan variasi musiman dapat
diketahui dengan menggunakan indeks musiman. Indek
musiman dihitung dengan beberapa langkah. Pertama adalah
dengan menemukan rata-rata permintaan historis setiap
musim/bulan dengan menjumlahkan permintaan bulan tersebut
dalam setiap tahun, dibagi dengan jumlah tahun data yang
tersedia. Kedua, hitung rata-rata permintaan untuk semua bulan
dengan membagi rata-rata permintaan tahunan total dengan
jumlah musim. Hitung indeks musiman untuk setiap musim
dengan membagi permintaan historis aktual bulan itu (dari
23
langkah pertama) dengan rata-rata permintaan pada seluruh
bulan (dari langkah kedua).
Setelah diketahui indeks musiman dari setiap bulan maka
perlu dilakukan estimasi permintaan tahunan untuk tahun depan
lalu dengan estimasi tersebut dibagi dengan jumlah musim yaitu
12 musim atau 12 bulan dan dikalikan dengan indeks musiman
menghasilkan peramalan musiman.
Ada beberapa metode untuk menghitung angka indeks
musiman, antara lain adalah metode rata-rata sederhana. Indeks
musiman dapat digunakan untuk menguraikan
perkiraan/ramalan penjualan tahunan menjadi perkiraan
penjualan per bulan pada tahun mendatang.
4. Tata Letak
a. Pengertian Tata Letak
Tata letak merupakan rancangan fasilitas, menganalisis,
membentuk konsep, dan mewujudkan sistem pembuatan barang
atau jasa. Rancangan ini pada umumnya digambarkan sebagai
lantai, yaitu susunan fasilitas fisik untuk mengoptimalkan
hubungan antara petugas dan tata cara yang diperlukan untuk
mencapai tujuan usaha secara ekonomis dan aman.
Heizer dan Render (2004:450) mengatakan bahwa tata
letak merupakan satu keputusan penting yang menentukan
efisiensi sebuah operasi dalam jangka panjang. Tata letak
24
memiliki banyak dampak strategis karena tata letak menentukan
daya saing perusahaan dalam segi kapasitas, proses, fleksibilitas,
dan biaya serta kualitas lingkungan kerja, kontak pelanggan dan
citra perusahaan. Desain tata letak harus mempertimbangkan
bagaimana untuk dapat mencapai:
1) Utilitas ruang, peralatan, dan orang yang lebih
tinggi.
2) Aliran informasi, barang, atau orang yang lebih baik.
3) Moral karyawan yang lebih baik, juga kondisi
lingkungan kerja yang lebih aman.
4) Interaksi dengan pelanggan yang lebih baik.
5) Flesibilitas
Pengertian tata letak di atas dapat disimpulkan bahwa tata
letak merupakan suatu sistem yang saling berintergrasi diantra
seluruh fasilitas yang mendukung seluruh kegiatan produksi dari
bahan baku atau masukan hingga keluaran. Sehingga selama
dalam proses tersebut dapat mencapai suatu nilai tambah berupa
efisiensi dan efektifitas operasi perusahaan sehingga proses
produksi dapat berjalan dengan lancar.
b. Tipe-Tipe Tata Letak
Dalam perencanaan tata letak yang dimiliki perusahaan
terdapat perbedaan antara penataan barang dan peralatan yang
dimiliki oleh perusahaan. Penataan barang dan peralatan akan
25
selalu menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.
Perencanaan tata letak yang digunakan oleh masing-masing
perusahaan akan memiliki perbedaan. Tata letak disesuaikan
dengan kebutuhan dan tujuan dari masing-masing perusahaan.
Menurut Heizer dan Render (2004:451), keputusan
mengenai tata letak meliputi penempatan mesin pada tempat
terbaik, kantor dan meja-meja, atau pusat pelayanan. Sebuah tata
letak yang efektif memfasilitasi adanya aliran bahan, orang dan
informasi di dalam dan antar wilayah. Untuk mencapai tujuan
ini ada beberapa pendekatan yang telah dikembangkan. Diantara
pendekatan tersebut akan dibahas tujuh pendekatan tata letak:
1) Tata letak dengan posisi tetap: memenuhi
persyaratan tata letak untuk proyek yang besar dan
memakan tempat, seperti proses pembuatan kapal
laut dan gedung.
2) Tata letak berorientasi pada proses: berhubungan
dengan produksi dedngan volume rendah dan
bervariasi tinggi.
3) Tata letak kantor: menempatkan para pekerja,
peralatan mereka dan ruangan/kantor yang
melancarkan aliran informasi.
4) Tata letak ritel: menempatkan rak-rak dan
memberikan tanggapan atas perilaku pelanggan.
26
5) Tata letak gudang: merupakan paduan antara ruang
dan penanganan bahan baku.
6) Tata letak berorientasi pada produk: mengusahakan
pemanfaatan maksimal atas karyawan dan mesin-
mesin pada produksi yang berulang dan
berkelanjutan.
7) Tata letak sel kerja: menata mesin dan peralatan lain
untuk fokus pada produksi atau sekelompok yang
berkaitan.
Penjabaran yang telah dipaparkan
menyimpulkan bahwa dalam penggunaan
pendekatan akan disesuaikan dengan berbagai
kondisi dan situasi yang dihadapi oleh perusahaan
tersebut. Tata letak tidak hanya terbatas pada
perusahaan namun juga bisa dalam bentuk yang
lebih spesifik salah satunya adalah gudang. Gudang
perlu diperhatikan karena fungsinya yang vital
dalam perusahaan.
5. Gudang
a. Pengertian Gudang
Gudang adalah fasilitas perusahaan yang bersifat tetap,
yang dirancang untuk mencapai target tingkat pelayanan dengan
total biaya yang paling rendah. Gudang dibutuhkan dalam
27
proses koordinasi penyaluran barang, yang muncul sebagai
akibat kurang seimbangnya proses penawaran dan permintaan.
Ruang gudang digunakan untuk menyimpan persediaan yang
dimiliki oleh perusahaan.
Menurut Mulchy, (1994) gudang adalah suatu fungsi
penyimpanan berbagai macam jenis produk yang memiliki unit
penyimpanan dalam jumlah yang besar maupun yang kecil
dalam jangka waktu saat produk dihasilkan oleh pabrik (penjual)
dan saat produk dibutuhkan oleh pelanggan atau stasiun kerja
dalam fasilitas produksi. Gudang sebagai tempat yang dibebani
tugas untuk menyimpan barang yang akan dipergunakan dalam
produksi, sampai barang tersebut diminta sesuai dengan jadwal
produksi.
Merencanakan gudang tidak terlepas dari kebutuhan
sebuah perusahaan. Setiap perusahaan pasti memiliki kriteria
yang berbeda dalam pemilihan dan penggunaan gudang.
Masing-masing perusahaan pada umumnya memilih jenis
gudang sesuai dengan fungsi dan kegunaan.
b. Peran dan Fungsi Gudang
Gudang merupakan tempat kegiatan penyimpanan barang
yang dimiliki perusahaan. Penyimpanan barang yang dilakukan
oleh perusahaan meliputi bahan baku, barang setengah jadi dan
barang jadi. Fungsi dari penggunaan gudang ialah melindungi
28
barang perusahaan sampai barang tersebut siap untuk
digunakan.
Menurut Arwani (2009:23) peranan gudang dapat
dikategorikan dalam tiga fungsi:
1) Fungsi penyimpanan
Fungsi paling mendasar dari gudang adalah
sebagai tempat penyimpanan barang, baik barang
mentah, setengah jadi, maupun jadi. Tujuan dari
manajemen adalah bagaimana menggunakan ruang
seoptimal mungkin untuk menyimpan produk
dengan biaya tertentu.
2) Fungsi melayani permintaan pelanggan
Aktivitas menerima barang dari manufaktur
atau suplier dan memenuhi permintaan dari cabang
atau pelanggan menjadikan gudang sebagai fokus
aktivitas logistik. Gudang berperan menyediakan
pelayanan dengan menjamin ketersediaan produk
dan siklus order yang reasonable.
Sistem ini akan menurunkan biaya, karena
pengiriman dari manufaktur bisa dibuat secara
berkala, cukup dengan kuantitas truk atau mobil box.
Dengan menyimpan stock dalam jumlah tertentu,
29
akan membantu manufaktur dari permintaan yang
tidak tetap.
3) Fungsi distribusi dan konsolidasi
Fungsi distribusi ini menjadikan gudang
sebagai kepanjangan tangan dari penjualan dan
pemasaran dalam memastikan penyampaian produk
dan informasi kepada pelanggan sebagai titik
penjualan (point of sale).
Fungsi ini tercipta sebagai akibat dari
karakteristik biaya transportasi. Pengiriman dalam
jumlah besar, secara otomatis lebih murah biayanya
dibanding dengan pengiriman dalam jumlah lebih
kecil. Dalam sistem tertentu, fungsi distribusi dan
konsolidasi menjadi fungsi utama dari gudang
distribusi.
c. Tipe-Tipe Gudang
Perencanaan gudang yang dimiliki perusahaan memiliki
fungsi dalam penyimpanan barang dan peralatan yang dimiliki
oleh perusahaan. Perancangan tersebut tentulah memiliki
perbedaan antara perusahaan satu dengan yang lain,
perancangan gudang memiliki bentuk berbeda-beda sesuai
dengan kebutuhan perusahaan.
30
Terdapat beberapa bentuk gudang yang disesuaikan
dengan kebutuhan perusahaan karena setiap perusahaan
memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Menurut Yunarto
(2005) dalam bukunya menyebutkan beberapa macam tipe
gudang:
1) Gudang pabrik (Manufacturing plant warehouse)
Transaksi di dalam gudang ini meliputi penerimaan
dan penyimpanan material, pengambilan material,
penyimpanan barang jadi ke gudang, transaksi internal
gudang, dan pengiriman barang jadi ke central warehouse,
distribution warehouse atau langsung ke konsumen.
Menurut Warman (2004) manufacturing plant warehouse
dapat dibagi lagi menjadi:
a) Gudang operasional
Gudang perlengkapan digunakan untuk
menyimpan raw material dan sparepart yang
nantinya akan diperlukan di dalam proses
produksi
b) Gudang perlengkapan
Gudang perlengkapan merupakan
gudang yang digunakan untuk menyimpan
perlengkapan yang akan digunakan untuk
memperlancar proses produksi.
31
c) Gudang pemberangkatan
Gudang pemberangkatan adalah tempat
yang digunakan untuk menyimpan barang
yang telah menjadi finished good.
d) Gudang musiman
Gudang musiman adalah gudang yang
bersifat insidentil dan hanya ada pada saat
gudang operasional dan gudang
pemberangkatan penuh.
2) Gudang pokok (central warehouse)
Transaksi di dalam central warehouse meliputi
penerimaan barang jadi, penyimpanan barang jadi ke
gudang, dan pengiriman barang jadi ke distribution
warehouse.
3) Gudang distribusi (distribution warehouse)
Distribution warehouse adalah gudang distribusi.
Transaksi di dalam gudang ini meliputi penerimaan barang
jadi, penyimpanan barang yang diterima dari gudang,
pengambilan dan persiapan barang yang akan dikirim, dan
penerimaan barang ke konsumen. Terkadang distribution
warehouse juga berfungsi sebagai central warehouse.
32
4) Gudang retailer (retailer warehouse)
Retailer warehouse dapat dikatakan sebagai gudang
yang dimiliki toko yang menjual barang langsung ke
konsumen.
Setelah mengetahui berbagai jenis gudang dan fungsi
masing-masing gudang, maka perusahaan dapat menentukan
jenis gudang yang akan digunakan. Dalam penyimpanan barang
di gudang, perusahaan juga perlu menentukan penataan barang
atau tata letak barang agar aliran barang tidak terhambat.
d. Tata Letak Gudang
Perancangan tata letak didefinisikan sebagai perancangan
tata letak pabrik sebagai perencanaan dan integrasi aliran
komponen-komponen suatu produk untuk mendapatkan
interelasi yang paling efektif dan efisien antar operator,
peralatan, dan proses transformasi material dari bagian
penerimaan sampai ke bagian pengiriman produk.
Menurut Heizer dan Render (2004:468) tata letak gudang
adalah sebuah desain yang mencoba meminimalkan biaya total
dengan mencari panduan yang terbaik antara luas ruang dan
penanganan bahan. Tujuan tata letak gudang adalah untuk
menemukan titik optimal yang berkaitan dengan luas ruang
dalam gudang.
33
Berdasarkan hierarki perencanaan fasilitas dan definisi
perancangan tata letak yang telah diuraikan sebelumnya, maka
pengertian perancangan tata letak adalah pengaturan konfigurasi
stasiun kerja produksi yang disusun berdasarkan interaksi antar
departemen yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu sehingga
interaksi tersebut optimal dalam proses transformasi material
dari bahan mentah menjadi produk jadi.
e. Sistem Pengerakkan (Racking System)
Sistem pengerakkan dibuat dengan tujuan meningkatkan
kapasitas gedung tanpa harus melakukan pelebaran gudang
(John Warman, 2004). Hal ini disebabkan dengan menggunakan
sistem rak, akan dilakukan penyusunan barang dengan konsep
bertingkat. Dengan kata lain melakukan pemanfaatan tinggi
untuk memperbanyak kapasitas dari gudang. Rak dalam konsep
ini dapat terdiri dari dua macam rak yaitu:
1) Rak permanen
Rak permanen yaitu rak yang memiliki
konstruksi bangunan yang permanen. Dengan kata
lain tidak akan dapat dipindah-pindahkan jika
diperlukan di bagian lain. Kalaupun rak ini dapat
dibongkar maka akan membutuhkan biaya besar,
karena rak ini sudah menjadi bagian tetap dari
gudang.
34
2) Rak sementara
Rak sementara terdiri dari konstruksi rak yang
dapat dipindah-pindah atau dibongkar jika sudah
tidak diperlukan. Rak sementara biasanya digunakan
jika layout suatu gudang belum pasti dan sering
mengalami perubahan yang disebabkan oleh hal-hal
yang menjadi keterbatasan perusahaan.
Melihat dari penjabaran mengenai sistem pengerakkan
menunjukkan rak yang dibuat dengan memanfaatkan tinggi
dapat membantu mengoptimalkan fungsi gudang sebagai tempat
penyimpanan persediaan. Semakin optimal maka biaya yang
bisa ditekan semakin banyak.
f. Bentuk Arus pada Tata Letak Barang
Penataan barang pada ruangan sangatlah kurang efektif
jika dibandingkan dengan penataan barang yang diatur rapi.
Arus merupakan aliran barang antara keluar dan masuknya
barang di gudang. arus barang yang diinginkan oleh perusahaan
merupakan bentuk penataan barang untuk melancarkan kegiatan
operasional dari perusahaan.
Menurut Apple (1990), selain ditentukan oleh besarnya
ruangan, kapasitas gudang juga ditentukan oleh penataan tata
letak barang yang disimpan. Berdasarkan arus keluar masuk
35
barang, terdapat beberapa bentuk layout gudang yang dapat
diterapkan yaitu:
1) Arus garis lurus sederhana
Menggunakan arus garis lurus sederhana,
penataan barang akan berbentuk lurus. Proses keluar
masuk barang tidak melalu lorong atau gang yang
berkelok-kelok hingga proses penyimpanan dan
pengambilan lebih cepat. Pada arus gerak lurus
sederhana, barang disimpan berdasarkan sifat fast
moving dan slow moving. Barang yang bersifat fast
moving disimpan dengan lokasi yang dekat dengan
pintu keluar. Sebaliknya, barang yang bersifat slow
moving disimpan di dekat pintu masuk.
2) Arus garis U
Dengan menggunakan arus garis U, arus
barang berbentuk U. Proses keluar masuk barang
melalui lorong atau gang yang berkelok-kelok,
sehingga proses penyimpanan barang memerlukan
waktu yang cukup lama. Lokasi barang yang
disimpan berdasarkan sifat fast moving dan slow
moving. Barang yang barang disimpan berdasarkan
sifat fast moving dan slow moving. Barang yang
bersifat fast moving disimpan dengan lokasi yang
36
dekat dengan pintu keluar. Sebaliknya, barang yang
bersifat slow moving disimpan di dekat pintu masuk.
3) Arus L
Dengan menggunakan arus garis L, arus
barang berbentuk L. Proses keluar masuk barang
melalui lorong atau gang yang tidak terlalu
berkelok-kelok, sehingga proses penyimpanan
barang menjadi cepat. Lokasi barang yang disimpan
berdasarkan sifat fast moving dan slow moving.
Barang yang barang disimpan berdasarkan sifat fast
moving dan slow moving. Barang yang bersifat fast
moving disimpan dengan lokasi yang dekat dengan
pintu keluar. Sebaliknya, barang yang bersifat slow
moving disimpan di dekat pintu masuk.
Saat melihat arus barang yang ada di dalam gudang maka
produk dapat dikelompokkan atau diklasifikasi.
Pengklasifikasian berguna untuk mempermudah perusahaan
dalam proses keluar dan masuknya barang sebagai persediaan
dalam gudang.
g. Klasifikasi Produk
Gudang memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan
persediaan. Persediaan perusahaan dapat berupa produk jadi
maupun bahan baku atau bahan setengah jadi. Untuk
37
memudahkan perusahaan dalam memilah produk maka dapat
dilakukan klasifikasi.
Barang yang menjadi persediaan perusahaan sangat
beragam. Menurut Kotler (2004) persediaan dapat diklasifikasi
berdasarkan hal yang umum, yaitu klasifikasi persediaan
berdasarkan fungsi barang dalam gudang dan klasifikasi
persediaan berdasarkan kecepatan arus aliran barang.
1) Klasifikasi persediaan berdasarkan fungsi barang
Dalam dunia industri persediaan yang
disimpan dalam gudang dapat bermacam-macam
fungsinya. Dalam klasifikasi ini gudang akan dibagi
sesuai dengan barang apa yang disimpan di dalam
gudang tersebut. Secara umum, berdasarkan fungsi
fisiknya, persediaan dapat dibagi menjadi empat
fungsi utama. Keempat fungsi persediaan tersebut
adalah:
a) Sebagai raw material
Raw material merupakan barang
yang akan diproses dan dipasarkan dan
diberi nilai tambah untuk kemudian
dapat dijual dan dipasarkan kepada
konsumen dengan nilai yang lebih
tinggi. Raw material dapat berbeda-beda
38
untuk setiap perusahaan tergantung jenis
usaha dan tujuan usahanya.
Barang yang menjadi raw material
di suatu perusahaan belum tentu menjadi
raw material pula di perusahaan lain.
Dapat saja raw material disuatu
perusahaan menjadi finished good di
perusahaan lain.
b) Sebagai work in process (WIP)
Barang WIP dalam bahasa sehari-
hari dikenal dengan nama barang
setengah jadi. Barang WIP ini adalah
raw material yang dikenai proses untuk
menjadi suatu produk hanya saja belum
selesai, atau dapat dikatakan masih
setengah jalan
c) Sebagai finished good
Finished good merupakan barang
yang siap untuk disajikan atau siap untuk
dipasarkan kepada konsumen. Finished
good ini merupakan barang yang
diperoleh dari bahan dasar berupa raw
39
material yang telah diproses dan diberi
nilai tambah.
d) Sebagai sparepart atau peralatan
Peralatan atau sparepart adalah
barang yang tidak memberikan nilai
tambah kepada suatu raw material
untuk menjadi finished good, akan tetapi
peralatan akan sangat berguna sekali
untuk mendukung kelancaran proses
pemberian nilai tambah kepada raw
material untuk menghasilkan finished
goods.
2) Klasifikasi persediaan berdasarkan aliran arus
barang
Dalam gudang baik gudang yang
merupakan gudang raw material, gudang
WIP, gudang finished goods ataupun
gudang spareparts pasti akan terdapat
perbedaan arus barang yang ada di
dalamnya. Dalam suatu gudang,
misalnya gudang finished goods ada
terdapat bermacam-macam finished
40
goods yang disimpan dalam gudang
tersebut yang berbeda jenisnya. Dengan
adanya perbedaan jenis tersebut maka
aliran setiap barang tidak akan sama.
Dalam klasifikasi ini persediaan
akan dipandang berdasarkan aliran
barang tersebut apakah barang tersebut
termasuk barang-barang fast moving,
medium moving, atau slow moving.
a) Barang fast moving
Barang-barang disebut fast moving
adalah barang dengan aliran yang sangat
cepat, atau dengan kata lain barang fast
moving ini akan berada di dalam gudang
dalam waktu yang sangat singkat.
b) Barang medium moving
Barang-barang medium moving
adalah barang yang aliran barangnya
sedang-sedang saja, tidak terlalu cepat
atau terlalu lambat. Biasanya barang ini
akan berada di gudang dalam waktu
yang relatif lama dibandingkan dengan
barang fast moving.
41
c) Barang slow moving
Barang-barang slow moving
merupakan barang dengan arus aliran
barang yang sangat lambat, sehingga
barang slow moving akan berada di
dalam gudang dalam waktu yang cukup
lama.
Aliran barang harus diperhatikan dalam menjalankan
manajemen pergudangan karena hal ini sangat menentukan
apakah suatu gudang telah digunakan secara efektif atau belum.
Dengan memperhatikan kecepatan aliran barang tersebut
diharapkan aliran barang yang ada di gudang menjadi lancar.
Untuk barang fast moving dijaga agar stock di gudang tidak
kehabisan sehingga tidak mengecewakan konsumen, sedangkan
untuk barang slow moving dijaga agar tidak terjadi penumpukan
barang yang tidak perlu sehingga kapasitas gudang dapat
digunakan sebaik dan seefektif mungkin.
h. Perencanaan Tata Letak Penyimpanan
Tujuan dari perencanaan layout dari bagian penyimpanan
atau gudang adalah untuk efetivitas dari penggunaan ruang,
memberikan material handling yang efisien, memberikan
fleksibilitas maksimum, dan untuk menyediakan pengaturan
produksi yang baik. Semakin baik maka proses jalannya
42
produksi menjadi semakin baik. Penyimpanan perlu ditata
sebaik mungkin untuk memaksimalkan sumber daya yang
dimiliki perusahaan.
Untuk melengkapi dan memenuhi tujuan ini, maka
beberapa prinsip atau faktor kriteria untuk penerapan area
penyimpanan harus diintegrasikan seperti yang telah dikatakan
oleh Warman (2004). Faktor tersebut yaitu faktor komoditi dan
faktor space utilization. Faktor komoditi sendiri dibagi menjadi
4 kriteria yaitu:
1) Popularity (popularitas)
Berdasarkan hukum pareto, untuk
memaksimalkan pengambilan maka material popular
harus disimpan dengan jarak tempuh minimal.
Dalam kenyataannya, material disimpan dengan
jarak tempuh (jangkauan) berkebalikan secara
relative dengan popularitas material. Jarak tempuh
ini dapat diminimalkan dengan menyimpan item
popular pada daerah atau area penyimpanan
bertingkat dan menempatkan material untuk
meminimalkan jarak tempuh.
2) Similarity (kesamaan)
Prinsip kedua dari pengaturan layout
penyimpanan yaitu berdasarkan kesamaan dari
43
material yang disimpan. Dengan menyimpan
komponen yang memiliki kesamaan maka jarak
tempuh untuk order pengambilan maupun
penerimaan dapat diminimalkan.
3) Size (ukuran)
Memiliki komponen kecil yang disimpan
dalam ruang yang didesain untuk komponen besar
adalah tindakan pemborosan. Begitu juga dengan
masalah komponen besar tidak dapat disimpan pad
arak karena tidak muat. Penyelesaian masalah ini
adalah dengan memberikan variasi ukuran lokasi
penyimpanan. Begitu juga juga dengan barang yang
tidak pasti dapat diberikan solusi dengan
memberikan rak yang dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan.
4) Characteristic (karakteristik)
Karakteritistik dari komponen yang disimpan
dan ditangani sering berlawanan dengan metode
yang diindikasikan oleh popularity, similarity, dan
size. Untuk mendapatkan tata letak yang baik maka
dapat dikelompokkan berdasar pada:
a) Komponen bentuk khusus dan mudah
rusak
44
b) Komponen berbahaya
c) Komponen dengan pengamanan khusus
d) Kecocokan atau kesesuaian
B. Penelitian Terdahulu
Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui
hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan
dapat dijadikan sebagai data pendukung. Salah satu data pendukung yang
menurut peneliti perlu dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian
terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam
penelitian ini. Dalam hal ini, fokus penelitian terdahulu yang dijadikan
acuan adalah terkait dengan masalah penentuan jumlah persediaan dengan
melakukan peramalan penjualan dan penataan barang dalam gudang.
Berikut ini terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan
penentuan jumlah persediaan dan penataan persediaan dalam gudang
Hakimah, Muhima, dan Yustina (2015) dalam penelitian peramalan
persediaan menggunakan metode indeks musiman menunjukkan bahwa
peramalan penjualan hampir mendekati data sebenarnya dengan akurasi
sebesar 86%. Lestari dan Marsudi (2013) dalam penelitian sejenis dan
menggunakan metode yang sama menghasilkan kebutuhan bahan baku
dapat dengan jelas diketahui sehingga tidak ada biaya produksi yang
berlebih. Kartikasari dan Suhartono (2013) dalam penelitian peramalan
penjualan dengan model variasi kalender menunjukkan bahwa prediksi
penjualan produk mendekati hari raya keagamaan mengalami peningkatan.
45
Mengenai Tata Letak penelitian terdahulu dilakukan oleh Harjono dan
Prasetyawan (2010) menentukan bahwa penambahan kapasitas ruang
gudang mampu meminimumkan jumlah produk yang tidak tertampung
dalam gudang pada PT. ISM Bogasari Flour Mills Surabaya. Tujuan
penelitian ini adalah merancang tata letak blok-blok penyimpanan untuk
meminimumkan jumlah produk yang tidak tertampung. Adapun metode
yang dilakukan diantaranya menentukan kapasitas blok penyimpanan yang
sesuai dengan kebutuhan setiap produk.
Selanjutnya penelitian oleh Wardana (2015) dengan mengklasifikasi
barang menurut kategori fast moving sebesar 11,5%, medium moving
sebesar 27% dan slow moving sebesar 61,5%. Utilitas pada layout susulan
lebih besar dari pada layout awal, sehingga usulan penataan layout lebih
efisien dari pada layout awal.
Perbedaan penelitaan terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu pada
penelitian terdahulu satu permasalahan saja seperti hanya meneliti mengenai
peramalan atau tata letak gudang saja sedangkan peneliti sekarang akan
menggabungkan keduanya karena keduanya memiliki keterkaitan dalam
kasus di Cahya Jaya Tupperware. Persamaan penelitaan terdahulu dengan
penelitian sekarang yaitu sama-sama meneliti perihal peramalan serta tata
letak gudang yang berguna untuk kelancaran operasional perusahaan.
46
C. Kerangka Pikir
Setiap perusahaan mengalami naik turun dalam permintaan suatu
produknya, umumnya permintaan konsumen terhadap produknya selalu
berubah-ubah dalam setiap periode. Dengan adanya ketidakpastian suatu
permintaan, perusahaan perlu membuat sesuatu ramalan permintaan. Di
mana untuk membuat ramalan tersebut diperlukan suatu data historis pada
periode-periode sebelumnya (Subagyo, 1999). Data sebelumnya digunakan
untuk meramalkan permintaan periode yang akan datang.
Untuk menyimpan persediaan yang dibutuhkan perusahaan adalah
sebuah gudang. Gudang merupakan salah satu penunjang dan bagian
penting dari suatu sistem produksi. Menurut Purnomo (2004) gudang
merupakan tempat untuk menyimpan barang, baik bahan baku yang akan
dilakukan proses manufacturing maupun barang jadi yang siap untuk
dipasarkan. Kondisi dan pengaturan yang baik dalam gudang diharapkan
dapat menghindari kerugian perusahaan serta mempercepat operasional dan
pelayanan pada gudang.
Berdasarkan permasalahan yang telah ditemukan serta landasan teori
dan penelitian terdahulu yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kerangka
pemikiran dalam penelitan ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Heizer dan Render (2004); Joko (2004); Kotler (2004) Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian
Persediaan
-Historis data penjualan -Indeks musiman -Jumlah persediaan
Kendala Tata Letak Gudang
Relayout Gudang
-Klasifikasi aliran barang -Penambahan rak -Lokasi penataan barang
47
Gambar 2.1 menunjukkan bahwa kerangka pikir di atas menjelaskan
tahap-tahap dalam melakukan penelitian pada Cahya Jaya Tupperware.
Tahap awal penelitian adalah dengan menentukan jumlah persediaan dengan
berdasar pada historis data penjualan dan indeks musiman (Heizer dan
Render, 2004). Setelah jumlah persediaan sudah jelas maka langkah
selanjutnya adalah mengidentifikasi kendala pada tata letak gudang yang
berkaitan dengan penyesuaian jumlah persediaan (Joko, 2004). Setelah
ditemukan kendala kemudian dilakukan pemecahan masalah dengan
relayout gudang yang mencakup pengelompokan barang dengan klasifikasi
aliran barang, lalu penambahan rak dan menentukan lokasi penataan dari
masing-masing barang (Kotler, 2004).