Download - BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. High Heels
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. High Heels
1. Definisi
High heels adalah salah suatu fashion item milik wanita. High heels
juga merupakan jenis sepatu yang dimana tinggi bagian tumit sepatu lebih
tinggi daripada bagian jari-jari. Sepatu jenis ini sering digunakan untuk
memberi kesan tinggi dan memperbaiki postur yang dimiliki oleh seorang
wanita. Sepatu ini menjadi salah satu peralatan yang turut berperan dalam
menunjang aktivitas kerja. Penggunaan sepatu dalam bekerja memiliki fungsi
estetika yang menunjang penampilan, sehingga tekesan lebih menarik. High
heels juga mempunyai ketinggian dan jenis yang berbeda. Hak sepatu yang
luas memungkinkan gaya yang diterapkan pada hak sepatu untuk berpijak ke
tanah merata dan didistribusikan seimbang oleh penggunanya (Isnain, 2013).
2. Sejarah
High heels diketahui telah ada sejak abad ke-16. Sepatu ini pada masa
itu digunakan oleh prajurit persia yang mengendarai kuda. High heels ini
digunakan untuk mempertahankan kestabilan kaki prajurit ketika menginjak
sanggurdi pada kuda saat berperang ataupun bepergian jauh
mengendaraikuda. Dengan kaki yang tekunci itu, maka prajurit dapat
membidik panah mereka secara lebih jitu. Saat itu high heels sebatas
12
digunakan untuk prajurit yang berperang dan duduk diatas kuda. Sepatu ini
tidak dimasukkan untuk digunakan berjalan sehari-hari. Penggunaan high
heels pada prajurit berkuda ini membuat persia menjadi kerajaan yang
diperhitungkan dan mampu memenangkan banyak perang dengan pasukan
berkuda yang dimilikinya (Amanti, 2018).
High heels baru mulai berkembang sebagai bagian pakaian sehari –
hari pada abad ke-17. Ketika itu budaya dari persia melalui kerajaan Ottoman
mulai berkembang di Eropa dan menjadi pakaian bagi wanita dan pria dari
kalangan sosial yang tinggi. Tetapi pada abad ke-18, Raja Lois dari Prancis
menjadikan high heels sebuah simbol yang dekat dengan kekuasaan raja.
High heels awal digemari oleh wanita pada akhir abad ke-19. Pada saaat itu
high heels baru disadari dapat membuat penambilan wanita jadi lebih indah.
Dan sejak pada saat itu hingga sekarang high heels banyak digemari wanita
dibandingkan pria (Permana, 2015).
3. Tipe High Heels
a. StilettoHeels, merupakan jenis yang sering diketahui banyak orang.
Stiletto memiliki desain yang panjang dan lancip, merupakan jenis yang
tertinggi diantara sepatu high heels lainnya. Stiletto memiliki high ukuran
2,5 cm hingga 8 cm (Bestari, 2019).
13
Gambar 2.1 High Heels Stiletto (Bestari, 2019).
b. Wedge Heels, perbedaan wedges heels dengan high heels dapat di lihat
dari bentuk hak wedges yang memiliki bagian hak yang disatukan dengan
bagian atas (Bestari, 2019).
Gambar 2.2 Wedges heel (Bestari, 2019).
c. Pumps, sebuah sepatu yang dikatakan pumps karena bagian depan sepatu
tertutup. Sepatu ini termasuk ke daftar sepatu high heels sejenis dengan
sletto namun jenis ini lebih banyak digunakan oleh pegawai bank, bahkan
pejabat (Bestari, 2019)
Gambar 2.3 Pumps Heels (Bestari, 2019).
14
d. Platform Heels, merupakan jenis sepatu yang memiliki desain alas yang
tebal dan bagian hak tidak lancip. Sepatu ini rata-rata memiliki ketebalan
alas hingga 8 inci dan ketinggian hak hingga 40 cm yang penggunanya
merupakan kalangan modeling (Bestari, 2019).
Gambar 2.4 Platform Heels (Bestari, 2019).
4. Dampak Penggunaan High Heels
Pemakaian high heels memiliki banyak resiko, antara lain strain,
sprain atau nyeri pada ligament. Strain dan sprain tersebut muncul akibat
posisi tubuh yang tidak ergonomis selama pemakaian high heels. Pengguna
high heels juga beresiko terkena varises pada tungkai, osteoarthritis pada
knee dan nyeri punggung bawah akibat pemakaian yang terlalu lama dan
postur tubuh yang hiperlordosis. Manifestasi dari postur tubuh yang
cenderung hiperlordosis dalam waktu yang relatif lama menyebabkan nyeri
punggung bawah akibat deviasi dari postur yang salah dalam jangka waktu
yang lama (Amanati, 2018).
15
B. Masa Kerja
Masa kerja merupakan faktor yang berkaitan dengan lamanya seseorang
bekerja disuatu tempat masa kerja diperlukan untuk menilai lamanya pekerja
mengalami penyakit akibat kerja. Masa kerja yang lama akan cenderung
membuat seorang karyawan lebih merasa betah dalam suatu perusahaan hal ini
disebabkan diantaranya karena telah lama beradaptasi dengan lingkungannya
yang cukup lama. Seorang pekerja memiliki masa kerja yang lama berpengaruh
terhadap perembangan dan manifestasi klinisnya (Oliviana, 2009)
Menurut Muayyad (2011) menyatakan bahwa lama kerja memiliki
hubungan yang kuat dengan keluhan otot dan dapat meningkatkan nyeri
punggung bawah, hal ini karena terjadinya overload pada jaringan otot yang
bekerja sehingga terjadi hypoxia yang mengakibatkan disfungsi aktifasi dalam
end plate akibat keasamaan PH lokal. Terjadinya disfungsi aktifasi dalam end
plateakan meningkatkan konsentrasi achetycholine kenaikan konsentrasi ACH
mengakibatkan kenaikan level calcium dalam sacroplasma.
Masa kerja merupakan salah satu faktor yang dapat menjadi pemicu
munculnya gangguan musculoskeletal yang disebabkan oleh pekerjaan, hal ini
dapat pemicu terjadinya kelelahan jaringan sehingga menyebabkan overuse dan
dapat menimbulkan spasme otot. Semakin lama masa kerja seseorang maka
semakin tinggi pula risiko mengalami gangguan musculoskeletal. Semakin lama
16
pekerja menghabiskan waktu bekerja di tempat kerja maka sangat berpengaruh
terhadap keluhan nyeri punggung bawah (Riza, 2016).
C. Anatomi Terapan dan Biomekanik
Struktur pada columna vetebralis dan struktur regio lumbal.
1. Columna Vetebra dan Regio Lumbal
a. Vetebrae
Tulang Vetebrae merupakan sekumpulan dari tulang yang tersusun
dalam columna vetebralis berfungsi sebagai menjaga tubuh pada posisi
berdiri menahan gravitasi. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva
lordosis dimana derajat lordotik pada lumbal lebih besar sedangkan pada
cervical cenderung lebih kecil. Segmen thorac dan sacrum membentuk kurva
kifosis pada bidang sagital. Ruas – ruas diantara tulang vertebrae terdapat
penghubung yaitu discus intervetebralis (Neuman, 2002).
Gambar 2.5 Kurva Tulang Belakang (Sumber: Putz, 2006)
17
b. Lumbal Spine
Lumbal berfungsi sebagai menyangga beban tubuh dari ujung
kepala dan badan (ekstermitas superior) karena memiliki bentuk yang
lebar dan besar.Lumbal terhubung dengan lower thoracal, upper sacral
dan hip pelvic complex. Lumbal terdiri dari lima ruas, prosesus spinosus
yang mengarah ke bidang sagital dan prosessus tranversus sepasang
prosessus articularis superior dan inferior. Dimana kedua bagian ini
saling betemu pada kedua belah sisi dalam dalam bentuk foramen
intervetebralis dan sendi facet. Tempat menjalarnya cauda equine
lanjutan dari spinal cord dan lumbal mempunyai mobilitas yang tinggi
dan besar (Wibowo, 2007).
Gambar 2.6 Lumbal (Ceal, 2010).
Gerakan pada collumna vetebralis pada segmen mobile sendi facet
lebih kedalam bidang sagital sehingga gerakan paling banyak merupakan
gerakan fleksi-ekstensi. Gerakan fleksi, corpus vertebrae berada di atas
dan akan bergerak menekuk ke bagian anterior sehingga terjadi
peregangan pada discus intervetebralis posterior. Gerakan ekstensi,
18
corpus vertebrae bagian atas bergerak menekuk kearah posterior.
Ligament longitudinal anterior mengalami penguluran dan pada ligament
longitudinal posterior mengalami rileksasi. Gerakan ekstensi dibatasi
dengan struktur tulang dari arkus vertebra dan mengalami ketegangan
pada ligament longitudinal anterior. Pada gerakan lateral fleksi, corpus
vertebrae bagian atas akan bergerak kearah ipsilateral, discus sisi
kontralateral mengalami ketegangan karena bergeser kearah kontra
lateral dan pada bagian rotasi, vertebrae bagian atas mengalami rostasi
ke bagian bawah. Discus intervetebralis tidak berperan dalam pergerakan
ini karena di halang oleh sendi facet lumbal (Kurniasi, 2011).
c. Discus Intervetebralis
Discus intervetebralis adalah struktur yang disebut
penghubung diantara ruas – ruas vertebrae. Fungsi discus yaitu
memperluas gerak antar tulang, mengurangi gesekan yang tajam,
melindungi permukaan sendi bakan untuk meredam gereakan seperti
meloncat sebagai stabilisator tulang vertebrae (Neuman, 2002).
1) Tilting bergerak kedepan – belakang dalam bidang sagital sebagai
fleksi - ekstensi, sebagai anterior – posterior glaide.
2) Tilting kesamping kanan dan kiri dalam bidang frontal sebagai lateral
fleksi kanan dan kiri, bidang frontal sebagai gerak desek ke kanan dan
ke kiri.
3) Rotasi ke kanan – kiri dalam bidang transversal sebagai rotasi kanan
– kiri.
19
2. Ligament
Ligament dapat memperkuat collumna vetebralis sehingga membentuk
postur tubuh seseorang. Ligament tersebut antara lain:
a. Ligament Longitudinal Anterior
Jaringan fibrosus yang ada di sepanjang bagian depan collumna
vetebralis. Ligamentum ini dimulai dari os – occipital dan berakhir pada
os – sacrum, semakin ke bawah ukurannya maka semakin lebar namun
daerah pada thoracal menyempit. Berfungsi untuk menyatukan ruas –
ruas vertebra dari arah depan (Kurniasi, 2011).
b. Ligament Longitudinal Posterior
Didalam canalis vetebralis terdapat ligament longitudinal
posterior yang berawal dari corpus cervicalis kedua dan juga berakhir
pada permukaan anterior canalisos sacrum (Wibowo, 2007). Ligament
ini melekat pada discus inter vetebralis sehingga berfungsi membatasi
gerakan – gerakan fleksi dan ekstensi bahkan beperan menjadi
pelindung. Namun di ligament ini tidak melekat secara penuh, maka
pada bagian postero lateral dari discus inter vetebralis tidak terlindungi.
Ligamen ini sangat sensitive karena memiliki sirkulasi darah yang
banyak dan mengandung serabut saraf afferent nyeri (Kurniasi, 2011).
20
c. Ligament intraversal
Ligament ini melekat pada tuberculum asesori dan prosessus
tranversus dan berkembang baik pada region lumbal. Ligament ini
mengontrol gerakan lateral fleksi kearah kontralateral (Sudaryanto, 2004).
d. Ligament flavum
Ligament ini sangat elastic dan melekat pada arcus vertebrae
tepatnya pada setiap lumina vertebrae. Kearah anterior dan lateral,
ligemen ini menutup capsular dan ligament anteriomedial sendi facet.
Ligament ini berfungsi untuk mengontrol gerakan fleksi
lumbal.(Sudaryanto, 2004).
e. Ligament Supraspinatus
Pada ligament ini melekat di setiap ujung processus spinosus. Pada
region lumbal, ligament ini kurang terlihat karena menyatu dengan serabut
insersio otot lumbodorsal. Ligament ini berperan sebagai stabilisator pasif
saat gerakan fleksi lumbal.(Sudaryanto, 2004).
Gambar 2.7Ligament yang memperkuat columna vertebrae (Putz, 2010).
21
3. Otot – Otot Vetebrae Lumbal
a. Erector Spine
Erector spine merupakan suatu kelompok otot yang luas dan
tertetak di dalam facia lumbo dorsal, serta muncul dari suatu aponeurosis
pada sacrum, crista iliaca dan processus spinosus thoraco lumbal.
Kelompok otot ini terbagi atas bebarapa otot yaitu m. longgisimus, m.
illiocostalis, m. spinalis. Kelompok otot ini merupakan penggerak utama
pada gerakan ekstensi lumbal dan sebagai stabilisator saat tubuh dalam
posisi tegak (Sudaryanto, 2004).
Gambar 2.8 M. Erector Spine (Ceiliet, 2003).
b. Abdominal
M. Abdominalis merupakan kelompok otot eksentrik yang
membentuk dan memperkuat dinding abdomen. Macam – macam otot
abdomen yaitu m. rectus Abdominalis, m. obliqus external, m. obliqus
internal dan m. transversalis. Otot tersebut merupakan fleksor trunk yang
sangat kuat dan berperan dalam menetralkan kurva lumbal. Sedangkan m.
22
obliqus internal dan eksternal berfungsi sebagai rotasi trunk (Sudaryanto,
2004).
Gambar 2.9 M. Abdomenalis (Putz, 2010).
4. Facet
Facet dibentuk oleh processus articularis superior bawah dengan
processus articularis inferior dari vertebrae bagian atas. Facet mempunyai
cavitas articular yang terbungkus oleh sebuah kapsul. Gerakan yang sering
tejadi di sendi facet ini adalah gliding yang cukup kecil. Besarnya gerakan
ditentukan oleh arah permukaan facet articular. Pada regio lumbal kecuali
lumbosacral joint, facet articularis teletak lebih dekat kedalam bidang sagital.
5. Foramen intervetebralis
Foramen ini terletak disebelah dorsal collumna vetebralis antara
vertebrae atas dan bawah. Pada bagian superior dibatasi oleh pedikulus
vertebrae bawahnya, pada bagian anterior oleh sisi dorso lateral discus serta
bagian corpus, pada bagian dorsal oleh processus articularis dan facet serta
tepi ligament flavum. Pada foramen ini terdapat jaringan yang meliputi:
radiks, saraf sinuvertebrae, pembuluh darah dan jaringan penyangga lainnya
23
seperti lemak dan serabut collagen untuk melindungi isi foramen (Sugijanto,
2009).
6. Fungsi Otot Dasar Panggul
Menurut (Sugijanto, 2009) otot dasar panggul mempunyai banyak
fungsi yaitu:
a. Mempertahankan tekanan intra abdominal saat otot levator ani,vagina
terangkat keatas dan otot tersebut juga membantu menahan gaya yang
timbul setiap terjadi peningkatan intra abdominal pada saluran kemih
misalnya saat tertawa, batuk, bersin dan melompat.
b. Menyangga organ yang ada di pelvic beserta isi abdomen terutama ketika
berdiri tegak, levator ani berperan penting dalam menyokong kandung
kemih, rahim dan tiga lumen yaitu uretra, vagina dan rectum. Otot ini
harus berkontraksi secara cepat pada suatu waktu untuk mempertahankan
tonus saat beristirahat lama.
c. Menyangga beban pada tubuh bagian atas dalam posisi yang benar akan
disalurkan pada tulang punggung jika tekanan dalam perut kosong.
d. Stabilisasi pelvic untuk membantu menstabilkan sendi sacroiliaca dan
sendi sacrokoksigeus.
e. Fungsi seksual, otot – otot perineal superficial yang di sekitar kaki dan
badan klitoris mempengaruhi peredaran darah dari organ tersebut
menghambat kembalinya darah dan kemungkinan untuk merespon
seksual.
24
D. Nyeri Punggung Bawah
1. Definisi
Nyeri punggung bawah merupakan nyeri yang dirasakan di punggung
bagian bawah, nyeri berupa nyeri lokal, nyeri radikuler, ataupun keduanya.
Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu
di daerah lumbal sacral, nyeri dapat menjalar hingga kearah tungkai dan kaki.
Nyeri Punggung bawah juga dapat diartikan sebagai nyeri akut pada ruas –
ruas vertebrae lumbal dan sacral (L5-S1). Nyeri tersebut dirasakan akut hinga
kronik (Defriyan, 2011).
2. Prevalensi
Di negara maju seperti Amerika Serikat dalam satu tahun berkisaran
antara 15-20%, sedangkan kunjungan pasien ke dokter adalah 14,3%
(Meliawan, 2009) dalam satu tahun terdapat lebih dari 500.000 kasus Nyeri
Punggung Bawah dan dalam 5 tahun angka insiden naik sebanyak 59%.
Pevalensi pertahunmencapai 15-45% dengan titik prevalensi 30%.Sebanyak
80-90% (Eheeler, 2013).
Di Swedia, nyeri punggung bawah adalah penyebab yang sering
terjadi dan kronis pada usia kurang dari 65 tahun keatas. Nyeri Punggung
Bawah masalah sosial ekonomi utama di Inggris karena 13% alasan seorang
tidak masuk kerja disebabkan karena adanya nyeri punggung bawah. Insiden
25
setiap tahun pada orang dewasa mencapai 45% paling banyak menyerang
usia 35-55 tahun (Amroiso, 2006).
Sementara Di Indonesia berdasarkan data dari hasil studi Departemen
Kesehatan tahun 2005 menunjukkan bahwa sekitar 20% penyakit yang
diderita pekerja sehubungan dengan pekerjaan menyebabkan nyeri punggung
bawah dijumpai dikalangan masyarakat dan diperkirakan mengenai 65% dari
seluruh populasi (Rahim, 2012).
3. Mekanisme Nyeri Punggung Bawah
Nyeri punggung bawah sering terjadi karena postur yang buruk atau
kesalahan biomekanik, oleh karena itu nyeri punggung bawah biasanya
terjadi pada individu yang melakukan posisi kerja terlalu lama. Seperti
mengangkat benda berat dalam waktu yang lama, berdiri, duduk, terbaring
bahkan tidur yang kurang bagus. Posisi postur yang lama menyebabkan
overstreech pada ligament dan jaringan lunak yang mempertahankan
vertebrae, sehingga dapat menghasilkan nyeri (Mckenzie, 2010).
Annulus fibrosus pada bagian dorsal atau ligament
longitudinalposterior mengalami kerusakan. Penyebab terlepasnya zat iritasi
seperti bradikini, prostaglandin, histamine sehingga merangsang adelta dan
tipe C (bermyelin tipis). Implus tersebut akan dibawa masuk ke dalam
medulla spinalis yang kemudian dibawa ke Sistem Saraf Pusat (SSP).
(Sudaryanto, 2004).
26
Adanya nyeri hebat menyebabkan reflex pada otot – otot erectorspine
sehingga mengalami peningkatan tonus yang terlokalisir menjadi spasme.
Jika spasme otot berlangsung lama maka otot akan timbul tightness yang
memperparah nyeri karena terjadi ischemic menyebabkan abnormal pada
vetebrae sehingga menimbulkan kompresi yang besar pada discus
intervetebralis yang mengalami cidera (Sudaryanto, 2004).
Secara biomekanik, penggunaan penggunaan alas kaki dengan high
heels diatas 5 cm mengakibatkan kaki melorot ke depan sehingga
mengakibatkan tekanan pada metatarsal kaki. Penggunaan high heels juga
secara langsung juga merubah postur tubuh pengguna menjadi berubah beban
tubuh nyaris sama pada bagian depan kaki. Sepatu high heels memang
mempengaruhi pola postur tubuh seseorang utamanya tungkai bawah dan
tulang belakang (Amanati, 2018).
4. Tanda Gejala Nyeri Punggung Bawah
a. Nyeri sepanjang tulang belakang, dari cervical hingga sacral.
b. Nyeri tajam pada punggung bawah terutama setelah mengangkat beban
yang berat.
c. Nyeri kronis yang terus menerus pada bagian punggung bawah.
d. Lordosis yang menonjol.
e. Nyeri dirasakan pada saat tertentu seperti saat duduk, atau berjalan,
namun membaik saat berbaring.
f. Nyeri menjalar hingga ujung kaki.
g. Mengalami kekakuan otot disekitar punggung bawah.
27
5. Faktor Resiko
a. Faktor Individu
1. Usia
Semakin meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada
tulang, dan hal – hal tersebut mulai terjadi pada saat seseorang
berusia 30 tahun dengan berupa kerusakan jaringan, penggantian
jaringan menjadi jaringan parut dan pengurangan cairan. Sehingga
menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang
(Pratiwi, 2009).
2. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Seseorang yang mengalami berat badan berlebih atau
overweight lebih berisiko menderita nyeri punggung bawah
dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan ideal.
Semakin berat badan bertambah makan semakin besar tulang
belakang menerima tekanan dan beban terlalu besar sehingga dapat
menyebabkan terjadi kerusakan pada struktur tulang belakang.Salah
satu tulang belakang yang berisiko akibat dari obesitas adalah
vertebrae lumbal (Amanati, 2018).
3. Jenis Kelamin
Secara fisiologis kemampuan otot perempuan lebih rendah
dibandingkan lai-laki. Pada perempuan keluhan ini banyak dijumpai
saat menstruasi, proses menoupouse yang mempengaruhi kepadatan
tulang berkurang akibat penurunan hormon esterogen sehingga
28
memungkinkan terjadinya nyeri pinggang. Sedangkan pada laki –
laki sering dijumpai akibat faktor pekerjaan yang mengangkat beban
terlalu berat dan terlalu lama bekerja (Pratiwi, 2010).
4. Merokok
Hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot
pinggang adalah karena nikotin pada rokok menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain itu berkurangnya
kandungan mineral pada tulang sehingga menyebabkan nyeri akibat
terjadinya keretakan atau kerusakan pada tulang (Kantana, 2010).
5. Masa Kerja
Semakin lama masa bekerja maka semakin lama pula
seseorang terkena faktor resiko untuk mengalami nyeri punggung
bawah (NPB) dikarenakan nyeri punggung merupakan suatu penyakit
kronis yang di alami anak muda maupun orang dewasa dalam waktu
yang lama untuk berkembang dan menimbulkan manifestasi klinis.
b. Faktor Pekerjaan
1. Beban Kerja
Beban kerja merupakan kegiatan yang harus di selesaikan oleh
individu maupun kelompok, selam waktu yang sudah di tentukan dan
dalam keadaan normal. Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan
tenaga besar akan memberikan beban yang besar terhadap otot,
tendon, ligamen, dan sendi. Beban yang berat akan menyebabkan
29
iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan otot, tendon, dan jaringan
lainnya (Harrianto, 2007).
2. Durasi Kerja
Durasi terdiri dari durasi singkat jika < 1 jam per hari, durasi
sedang yaitu 1-2 jam per hari, dan durasi lama yaitu > 2 jam per hari.
Selama berkontraksi otot memerlukan oksigen, jika gerakan berulang
ulang dari otot menjadi terlalu cepat sehingga oksigen belum
mencapai ke jaringan maka akan terjadi kelelahan otot atau fatique.
3. Posisi Kerja
Posisi yang janggal dapat menyebabkan transfer tenaga dari
otot ke jaringan rangka tidak efisien. Sehingga mudah menimbulkan
kelelahan, spasme dan meningkatkan energi yang dibutuhkan.
Termasuk posisi yang janggal merupakan pengulangan waktu yang
berkali- kali dalam posisi berputar, menggapai, memiringkan badan,
duduk membungkuk, berjongkok. (Andini, 2015)
4. Repetitive
Merupakan pengulangan gerakan yang dilakukan seseorang
dengan pola dan frekuensi yang sama. Frekuensi gerakan yang sering
berulang ulang akan menyebabkan otot fatique serta ketegangan otot,
dan tendon. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat
beban terus menerus tanpa mendapatkan relaksasi (Andini, 2015).
30
6. Klasifikasi Nyeri Punggng Bawah (NPB)
Menurut Internasional Associal for the Study of Pain membagi NPB
menjadi 3 bagian:
a. NPB akut, nyeri yang dirasakan kurang dari 2 bulan.
b. NPB kronis, nyeri yag diraskan lebih dari 3 bulan.
c. NPB subakut, nyei yang dirasakan 6 sampai dengan 12 minggu.
Berdasarkan penelitian Amalia (2007), klasifikais NBP dibagi menjadi
beberapa bagian berdasarkan kriteria yaitu:
a. Nyeri Punggung Bawah berdasarkan jenis nyeri
1. Nyeri punggung lokal
Nyeri Punggung lokal merupakan jenis nyeri yang
biasanya terletak digaris tengah dengan radiasi ke kenan dan ke
kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-bagian dibawahnya
seperti fasa, otot-otot paraspinal, korpus vertebra, sendian
ligament. Nyeri biasanya menetap atau hilang timbul, pada saat
berubah posisi nyeri dapat berkurang ataupun bertambah dan
punggung nyeri apabila dipegang (Maizura, 2015).
2. Iritasi pada radiks
Disebabkan karena ruang yang ada didalam foramen
vetebralis mengalami desakan antar ruang dan menyebabkan
31
kerusakan sehingga menimbulkan iritasi pada radiks dan
terjadilah nyeri.
Gambar 2.10 Iritasi pada radiks (Putz, 2010).
3. Nyeri Rujukan Somatik
Disebabkan karena iritasi pada serabut-serabut sensoris
dipermukaan yang dapat dirasakan lebih dalam pada dermatom
yang bersangkutan. Dan juga sebaliknya, iritasi di bagian-
bagian dalam dapat dirasakan dibagian lebih superficial.
4. Nyeri Rujukan Viserosomatis
Nyeri rujukan viserosomatis merupakan nyeri yang
disebabkan karena adanya gangguan pada alat-alat
retroperitoneum, intra abdomen atau dalam ruangan panggul
yang dapat dirasakan daerah pinggang.
5. Nyeri Karena Iskemik
Nyeri karena iskemik merupakan nyeri yang disebabkan
oleh penyumbatan pada percabangan aorta maupun
percabangan arteri iliaca. Rasa nyeri dirasakan seperti rasa
32
nyeri pada klaudikasio intermittens yang dapat dirasakan di
pinggang bawah, di gluteus menjalar ke paha.
6. Nyeri Psikogen
Merupakan nyeriyang memiliki rasa nyeri yang
sakitnya sangat berlebihan dan tidak sesuai dengan distribusi
saraf dan dermatom sehingga menimbulkan reaksi wajah yang
sering berlebihan.
b. Nyeri Punggung Bawah Berdasarkan Faktor Penyebab
Faktor penyebabnya ada 4 macam jenis nyeri diantaranya yaitu:
1. Nyeri punggung bawah spondilogenik, merupakan jenis nyeri
yang disebabkan kaena adanya kelainan vertebrae, sendi dan
jaringan lunak. Contoh; spondilosis, osteoma, dan nyeri
punggung miofacial.
2. Nyeri punggung bawah viseronik, merupakan sensasi nyeri
yang disebabkan karena adanya kelinan pada organ dalam,
contohnya kelainan ginjal, dan tumor retropritoneal.
3. Nyeri punggung bawah Vaskulogenik, merupakan suatu
sensasi nyeri karena disebabkan kelainan pembuluh darah
seperti aneurisma dan gangguan peredaran darah.
4. Nyeri Punggung bawah psikogenik, merupakan gangguan
nyeri yang timbul akibat gangguan psikis seperti neurosis,
ansietas dan depresi (Fauzan, 2013).
33
E. Ergonomi
Ergonomi berasal dari bahasa yunani kuno yaitu ergon dan nomos
yang mempunyai arti kerja, hukum. Sehingga dalam bahasa Indonesia
ergonomi adalah hukum kerja (Notoatmojo, 2010). Dengan demikian,
ergonomic adalah suatu sistem yang berorientasi pada disiplin ilmu yang
diterapkan pada apsek pekerjaan atau kegiatan manusia.
Ergonomi merupakan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau
menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam
beraktivitas maupun beristirahat dengan segala kemampuan, dibebaskan dan
keterbatasan manusia baik secara kualitas hidup manusia (Tawaka, 2004).
Tujuan umum dari penerapan ergonomic yaitu:
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya
pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja yang menyebabkan
menurunnya kualitas bekerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas
kontak sosial dan meningkatkan jaminan sosial selama kurun waktu
usia produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek tehnis,
antropologi, ekonomi dan budaya dari setiap sistem kerja yang
dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan hidup yang tinggi.
34
F. Metode Penilaian
1. Numeric Rating Scale (NRS)
Numeric Rating Scale (NRS) adalah alat ukur skala nyeri yang
dianggap sederhana dan mudah dimengerti untuk menilai nyeri
akut.Namun kekurangannya adalah keterbatasan pilihan kita untuk
membedakan tingkat nyeri dengan lebih teliti. Numeric Rating Scale
(NRS) yang berbentuk garis horizontal sepanjang 10 cm, 0 menunjukkan
tidak nyeri, 1-3 menujukan nyeri ringan, 4-6 menunjukan nyeri sedang, 7-
9 menunjukkan nyeri berat dan 10 menunjukan nyeri sangat berat.
Pengukuran nyeri dilakukan dengan menganjurkan pasien untuk
memberikan tanda pada angka yang ada pada garis lurus yang telah
disediakan dan memberikan tanda titik dimana skala nyeri pasien
dirasakan (Hawker, 2011).
2. Prosedur Aplikasi
Menggunakan lembar kerja berupa garis horizontal sepanjang 10
cm. Pengukuran nyeri dilakukan dengan menganjurkan pasien untuk
memberikan tanda pada angka yang ada pada garis lurus yang telah
disediakan dan memberikan tanda titik dimana skala nyeri pasien
dirasakan.
Gambar 2.11 Numeric Rating Scale (Hawker, 2011)