4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
1. Pengertian Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Gigi tiruan sebagian lepasan / removable partial denture adalah gigi tiruan
yang menggantikan satu atau lebih gigi asli tetapi tidak seluruh gigi dan struktur
jaringan yang dapat dilepas pasang oleh pasien (Loney, 2011: 1). Penggantian
tersebut dimaksudkan untuk mencegah perubahan degeneratif yang terjadi akibat
hilangnya gigi sehingga fungsi gigi dan kesehatan mulut dapat dipertahankan
(Gunadi; dkk, 1991: 13).
Gigi tiruan sebagian lepasan didesain dengan menggunakan gigi asli yang
masih ada sebagai retensi dan dukungan (Johnson; et all, 2016: 65). Gigi tiruan
sebagian lepasan biasa diindikasikan untuk pasien yang kontra indikasi terhadap
gigi tiruan cekat (Singh; et all, 2013: 4).
2. Macam-macam Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Berdasarkan basisnya, gigi tiruan sebagian lepasan dibagi menjadi tiga
macam yaitu gigi tiruan sebagian lepasan kerangka logam / frame denture, gigi
tiruan sebagian lepasan nilon termoplastik / flexi denture, dan gigi tiruan sebagian
lepasan akrilik (Singh; et all, 2013: 4).
Frame denture adalah gigi tiruan yang basisnya terbuat dari metal /
kerangka logam. Frame denture memiliki beberapa kelebihan antara lain bersifat
konduktor sehingga pasien dapat merasakan panas dan dinginnya suhu makanan
dan minuman, ketepatan dimensi baik saat proses pembuatan maupun selama
pemakaian. Kelebihan lainnya adalah higienitas yang baik karena logam
merupakan bahan yang tahan abrasi dan tidak menyerap cairan mulut sehingga
sisa makanan sulit melekat (Gunadi; dkk, 1991: 218 – 219).
Flexi denture adalah gigi tiruan yang memiliki sifat fleksibel / tidak kaku
(Thumati; et all, 2013: 1380). Flexi denture diindikasikan bagi pasien yang tidak
menyukai sifat rigiditas (kekakuan) jenis gigi tiruan sebagian lepasan lainnya.
5
Flexi denture tidak menggunakan cengkram tuang dan klamer sehingga
menghasilkan estetis yang baik (Fraunhofer, 2013: 43).
Gigi tiruan sebagian lepasan akrilik adalah gigi tiruan yang basisnya
terbuat dari bahan resin akrilik. Gigi tiruan ini memiliki beberapa kelebihan
antara lain harga relatif murah, warna basis harmonis dengan jaringan sekitarnya
dan dapat direline dengan mudah (Gunadi; dkk, 1991: 220).
3. Tahap Penentuan Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan dalam menentukan desain gigi
tiruan sebagian lepasan yaitu :
a. Menentukan Klasifikasi dari Daerah Tidak Bergigi
Kennedy membagi keadaan tidak bergigi menjadi empat kelas yaitu
(Loney, 2011: 4).
1) Kelas I
Kelas I merupakan keadaan kehilangan gigi free end pada kedua sisi.
Gambar 2.1
Klasifikasi Kelas I Kennedy
(Sumber: Loney, 2011: 4)
2) Kelas II
Kelas II merupakan keadaan kehilangan gigi free end pada satu sisi.
Gambar 2.2
Klasifikasi Kelas II Kennedy
(Sumber: Loney, 2011: 4)
6
3) Kelas III
Kelas III merupakan keadaan kehilangan gigi yang masih ada gigi asli di
mesial dan distalnya pada satu sisi.
Gambar 2.3
Klasifikasi Kelas III Kennedy
(Sumber: Loney, 2011: 4)
4) Kelas IV
Kelas IV merupakan keadaan kehilangan gigi yang melewati midline
(garis tengah).
Gambar 2.4
Klasifikasi Kelas IV Kennedy
(Sumber: Loney, 2011: 4)
b. Menentukan Macam Dukungan dari Setiap Daerah Tidak Bergigi
Ada dua macam keadaan daerah tidak bergigi, yaitu free end dan
paradental. Free end adalah keadaan daerah kehilangan gigi berujung bebas,
sedangkan paradental adalah keadaan daerah kehilangan gigi dimana masih ada
gigi asli di bagian mesial dan distalnya (Gunadi; dkk, 1995: 310).
Dukungan untuk free end didapat dari jaringan atau kombinasi sedangkan
dukungan untuk paradental didapat dari gigi, jaringan, atau kombinasi (Gunadi;
dkk, 1995: 310).
7
c. Menentukan Macam Penahan
Penahan merupakan bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan yang
berfungsi memberikan retensi (Gunadi; dkk, 1991: 152). Penahan ada dua jenis
yaitu penahan langsung dan penahan tidak langsung (Gunadi; dkk, 1995: 312).
Penahan langsung / direct retainer adalah unit dari gigi tiruan sebagian
lepasan yang memberikan retensi seperti rest, cengkram, dan minor konektor.
Penahan tidak langsung / indirect retainer adalah bagian dari gigi tiruan sebagian
lepasan untuk keadaan free end yang mencegah basis bergerak menjauh dari
residual ridge (Loney, 2011: 3). Komponen indirect retainer adalah rest yang
ditempatkan menjauhi garis fulkrum (garis abutment paling posterior) (Loney,
2011: 56). Untuk menentukan penahan perlu mempertimbangkan dukungan,
stabilisasi dan estetik (Gunadi; dkk, 1995: 312).
d. Menentukan Macam Konektor
Pada gigi tiruan akrilik dan flexi denture konektor yang dipakai biasanya
berbentuk plat. Pada frame denture bentuk konektor bervariasi dan dipilih sesuai
indikasi (Gunadi; dkk, 1995: 313).
4. Penyusunan Elemen Gigi Tiruan Pada Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
a. Elemen Gigi Tiruan Anterior
Jika kehilangan gigi melewati midline (garis tengah) maka susun incisivus
1 terlebih dahulu. Jika elemen gigi tiruan masih terlalu tinggi maka kurangi
bagian ridge lap (cekungan antara servikal labial dan palatal / lingual) tanpa
mengurangi servikal karena faktor estetik (Reem, 2016: 4).
Pada beberapa kasus, elemen gigi tiruan dibur dan dibentuk sesuai dengan
gigi tetangganya tanpa kehilangan morfologinya (Reem, 2016: 4). Apabila space
sempit maka penyusunan elemen gigi tiruan dapat dibuat berjejal dan jika space
yang ada lebih luas dari elemen gigi tiruan maka penyusunan dapat dibuat
diastema (Gunadi; dkk, 1991: 207).
b. Elemen Gigi Tiruan Posterior
Elemen gigi tiruan posterior harus disusun sesuai dengan oklusi gigi
antagonisnya dan warna gigi perlu diperhatikan. Elemen gigi tiruan akrilik juga
8
diindikasikan untuk posterior, sedangkan elemen gigi tiruan porselen
diindikasikan untuk posterior jika gigi tiruan antagonisnya terbuat dari porselen
(Reem, 2016: 4).
Penyusunan elemen gigi tiruan berdasarkan ruangan yang tersedia bukan
berdasarkan gigi yang sebelumnya ada. Contohnya kehilangan gigi premolar 2
dan molar 1 bisa saja diganti dengan dua buah premolar 2 karena ruangannya
hanya cukup untuk dua gigi tersebut (Reem, 2016: 4). Gigi molar disusun dalam
relasi kelas I, jika relasi pada gigi anterior kelas II atau kelas III maka dibuat
celah kecil atau diberi premolar tambahan agar molar tetap oklusi kelas I
(Thomson, 2007: 255).
5. Retensi, Stabilisasi, dan Dukungan pada Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Retensi adalah kemampuan gigi tiruan untuk melawan gaya-gaya
pemindah ke arah oklusal pada saat bicara, mastikasi, tertawa, menelan, batuk,
bersin, makanan lengket, ataupun grativasi (Gunadi; dkk, 1991: 156). Retensi
pada gigi tiruan sebagian lepasan didapat dari basis (Gunadi; dkk, 1991: 153),
direct retainer, dan indirect retainer (Gunadi; dkk, 1995: 312).
Stabilisasi / bracing / reciprocation adalah kemampuan gigi tiruan
melawan pergerakan ke arah horizontal (Gunadi; dkk, 1991: 157). Stabilisasi
pada gigi tiruan sebagian lepasan didapat dari penahan / retainer seperti
cengkram, kaitan / attachment, dll. (Gunadi; dkk, 1991: 16).
Dukungan adalah jaringan mulut yang bisa menahan dan menyangga gaya
oklusal yang diterima gigi tiruan. Pada pembuatan gigi tiruan lepasan dukungan
diperlukan agar gigi tiruan berfungsi dengan baik dan tidak menyebabkan
rusaknya jaringan keras dan lunak dalam mulut. Dukungan pada gigi tiruan
sebagian lepasan didapatkan dari rest dan basis (Gunadi; dkk, 1991: 134 – 135).
Dukungan dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Gigi Tiruan Dukungan Gigi
Gigi tiruan dukungan gigi / tooth borne partial denture / tooth supported
partial denture adalah gigi tiruan yang seluruh dukungannya diperoleh dari gigi.
Contohnya adalah gigi tiruan jembatan lepasan (removable bridge) (Gunadi; dkk,
1991: 14).
9
b. Gigi Tiruan Dukungan Jaringan
Gigi tiruan dukungan jaringan / tissue borne partial denture adalah gigi
tiruan yang seluruh dukungannya diperoleh dari jaringan yang ada dibawahnya
(Gunadi; dkk, 1991: 14 – 15). Contohnya flexi denture (Hill, etc, 2013: 32).
c. Gigi Tiruan Dukungan Kombinasi
Gigi tiruan dukungan kombinasi / tooth tissue borne partial denture adalah
gigi tiruan yang dukungannya didapatkan dari gigi dan jaringan. Contohnya
frame denture (Gunadi; dkk, 1991: 14 – 15).
B. Flexi Denture
1. Pengertian Flexi Denture
Flexi denture adalah gigi tiruan yang memiliki sifat fleksibel / tidak kaku.
Jenis gigi tiruan ini biasa dijadikan alternatif terhadap seseorang yang kurang
nyaman terhadap bahan akrilik (Thumati; et all, 2013: 1380).
Flexi denture adalah gigi tiruan yang terbuat dari nilon termoplastik yaitu
material dengan fleksibilitas dan kekuatan yang baik, tahan panas, tahan terhadap
saliva dan zat kimia (Reddy, 2017: 16).
Nilon termoplastik pertama kali diperkenalkan pada kedokteran gigi tahun
1950-an. Nilon adalah nama generik dari salah satu jenis polimer termoplastik
yang dikenal dengan nama poliamida. Nilon poliamida dikembangkan dari hasil
penelitian W.H Carothers dan Asosiasi Du Pont Chemical Co. of America (Kohli
dan Bahtia, 2013: 20 – 21).
Bahan nilon termoplastik disusun oleh tiga formula yaitu poliamida,
polietilena tereftalat, dan polikarbonat (Naini, 2014: 54). Nilon termoplastik
adalah polimerisasi kondensasi yang dibentuk dengan mereaksikan bagian yang
sama dari diamina dan asam dikarboksilat. Unsur-unsur kimia yang dimasukkan
adalah karbon, hidrogen, nitrogen, dan oksigen. Reaksi polimerisasinya adalah
seperti berikut : (Sharma dan Shashidhara, 2014: 58)
Gambar 2.5
Reaksi Polimerisasi Flexi Denture
10
2. Indikasi dan Kontra Indikasi Flexi Denture
Indikasi dari pemakaian flexi denture adalah sebagai berikut :
a. Gigi Tiruan Sementara
Flexi denture dapat diindikasikan sebagai gigi tiruan sementara. Flexi
denture biasanya dibuat sebagai gigi tiruan sementara sampai frame denture
selesai dibuat (Fraunhofer, 2013: 43).
b. Pasien Tidak Ingin Gigi Tiruan Cekat
Flexi denture dapat menjadi pilihan ketika pasien tidak menginginkan gigi tiruan
cekat (Kaira dan Dabral, 2013: 1265).
c. Pasien Hypersensitive Terhadap Bahan Gigi Tiruan Jenis Lain
Flexi denture merupakan alternatif untuk pasien yang hypersensitive
terhadap akrilik (Fraunhofer, 2013: 43) dan logam (Sharma dan Shashidhara,
2014: 59). Hal itu karena material flexi denture bebas dari kandungan monomer
dan logam sehingga tidak menimbulkan alergi (Thumati; et all, 2013: 1381).
d. Pasien Tidak Menyukai Sifat Bahan Gigi Tiruan Jenis Lain
Flexi denture diindikasikan untuk pasien yang tidak menyukai rasa metal
frame denture. Selain itu flexi denture diindikasikan untuk pasien yang tidak
menyukai kekakuan frame denture dan akrilik (Fraunhofer, 2013: 43).
e. Pasien yang Sulit Dalam Pembukaan Mulut
Flexi denture diindikasikan untuk pasien pengidap mikrostomia
(pembukaan mulut yang kecil), skleroderma (penyakit autoimun dengan
pengerasan dan penebalan kulit), atau kondisi lain yang menyebabkan
berkurangnya pembukaan mulut. Hal tersebut karena sifat kelenturannya yang
mempemudah saat insersi (Sharma dan Shashidhara, 2014: 59).
f. Pasien Memiliki Undercut pada Jaringan atau Abutment
Flexi denture dindikasikan untuk pasien yang memiliki undercut pada
jaringan seperti bilateral undercut ridge, bony exostoses besar, maxillary
tuberosity undercut dan pada abutment yang miring (Sharma dan Shashidhara,
2014: 59). Hal tersebut karena karena sifat lenturnya (Thakral; et all, 2012: 57).
11
g. Alat Selain Gigi Tiruan
Flexi denture dapat dibuat sebagai TMJ splint dan gum veneer (protesa
yang dibuat untuk menutupi gingiva yang menyusut) (Fraunhofer, 2013: 43).
Selain itu juga dapat dibuat sebagai obturator dan bruxism appliances (Handa,
2015: 135).
Kontra Indikasi dari pemakaian flexi denture adalah sebagai berikut :
a. Jarak Dimensi Vertikal Rendah
Flexi denture tidak bisa digunakan apabila jarak dimensi vertikal kurang
dari 4 mm. Hal tersebut karena elemen gigi tiruan direkatkan secara mekanik
(Singh; et all, 2013: 5).
b. Overbite Dalam
Flexi denture anterior tidak bisa digunakan pada overbite yang dalam
(lebih dari 3 mm). Overbite dalam menyebabkan flexi denture mudah bergerak
sehingga kurang stabil saat digunakan untuk mengunyah (Thakral; et all, 2012:
59).
c. Pasien Memiliki Flabby Ridge Datar
Flabby ridge (ridge lembek) yang datar memerlukan gigi tiruan sebagian lepasan
yang kaku (rigid) sehingga tidak cocok untuk pemakaian flexi denture yang
lentur (Singh; et all, 2013: 5).
3. Kelebihan dan Kekurangan Flexi Denture
Flexi denture memiliki beberapa kelebihan antara lain :
a. Estetis Baik
Basis flexi denture memiliki translusensi yang baik (Thumati; et all, 2013:
1381). Selain itu flexi denture tidak menggunakan cengkram tuang dan klamer
sehingga menghasilkan estetis yang baik (Fraunhofer, 2013: 43).
b. Basis Tipis, Ringan, dan Tidak Mudah Patah
Flexi denture terasa lebih natural dan nyaman karena basisnya tipis dan
ringan (Phinney dan Halstead, 2017: 838). Selain itu basisnya elastis sehingga
tidak mudah patah (Thumati; et all, 2013: 1381).
12
c. Higienitas Baik
Flexi denture memiliki higienitas yang baik karena sifat penyerapan airnya
rendah sehingga meminimalisir akumulasi plak (Takabayashi, 2010: 8).
d. Biokompabilitas Sangat Baik
Biokompatibilitas merupakan kemampuan suatu bahan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana bahan tersebut diletakkan, tidak
membahayakan tubuh, dan non-toksik. Flexi denture memiliki sifat
biokompabilitas yang sangat baik karena tanpa monomer dan metal yang bisa
menyebabkan alergi (Thumati; et all, 2013: 1381).
e. Tahan Terhadap Panas, Saliva, dan Zat Kimia
Nilon termoplastik merupakan material yang tahan terhadap panas, saliva, dan zat
kimia (Reddy, 2017: 16).
f. Tidak Memerlukan Preparasi Elemen Gigi Asli
Flexi denture tidak memerlukan preparasi gigi asli untuk sandaran oklusal seperti
pada frame denture (Handa, 2015: 134).
g. Akurasi Baik
Teknik injeksi membuat bentuk flexi denture lebih akurat dibandingkan gigi
tiruan akrilik (Handa, 2015: 134).
h. Retensi Baik
Walaupun tanpa cengkram tuang dan klamer, flexi denture memiliki retensi yang
baik karena berkontak sampai ke gingiva (Boral; et all, 2013: 51).
i. Harga Relatif Terjangkau
Biaya produksi flexi denture relatif terjangkau dibanding frame denture
(Franhoufer, 2013: 43).
j. Pembuatan Lebih Cepat
Waktu pembuatan flexi denture lebih cepat dibandingkan gigi tiruan sebagian
lepasan jenis lain (Fraunhofer, 2013: 43).
13
k. Tekanan pada Abutment Rendah
Flexi denture tidak terlalu menekan abutment sehingga pasien merasa nyaman
(Takabayashi, 2010: 7).
Kekurangan Flexi Denture adalah sebagai berikut :
a. Mudah Diskolorasi
Flexi denture mudah berubah warna akibat kopi dan teh jika tidak di poles
dengan baik dan tidak sering dibersihkan oleh pasien (Singh; et all, 2013: 5).
Perubahan warna biasanya terlihat setelah pemakaian kurang lebih satu tahun
(Handa, 2015: 134).
b. Distribusi Tekanan buruk
Distribusi tekanan buruk akibat permukaan basis yang lentur saat digunakan
mastikasi (Handa, 2015: 134).
c. Tidak Ada Dukungan Gigi
Flexi denture hanya mengandalkan dukungan jaringan untuk menahan gaya
oklusal karena tidak memiliki kekuatan yang cukup sebagai sandaran oklusal
(Boral; et all, 2013: 51).
d. Kurang Stabil Saat Mastikasi
Banyak pasien tidak menyukai flexi denture saat mastikasi karena kurang kaku
(Franhoufer, 2013: 44).
e. Elemen Gigi Tiruan Lebih Mudah Lepas dari Basis
Elemen gigi tiruan tidak direkatkan secara kimiawi dan perekatan secara mekanik
menjadi satu-satunya pilihan dengan membuat lubang diatoric pada elemen gigi
tiruan sehingga mudah lepas dari basis (Handa, 2015: 134).
f. Konduktifitas Buruk
Flexi denture tidak menghantarkan panas sehingga pasien tidak merasakan
sensasi makanannya (Sharma dan Shashidhara, 2014: 61).
14
g. Insersi Awal Lebih Sulit
Insersi awal flexi denture sedikit berbeda dengan jenis gigi tiruan
sebagian lepasan lainnya yaitu dengan cara merendamnya dalam air panas selama
satu menit dan tunggu sampai dingin hingga bisa ditoleransi mulut pasien. Jika
pasien merasa tidak nyaman karena terlalu mencengkram, maka rendam kembali
dalam air panas dan tekuk ke arah luar. Jika cengkram terasa longgar maka
rendam dalam air panas kemudian ditekuk ke arah dalam (Sharma dan
Shashidhara, 2014: 61).
h. Proses Polishing Lebih Sulit
Flexi denture memiliki permukaan berserabut sehingga lebih sulit dipoles
dibanding jenis gigi tiruan sebagian lepasan lainnya (Boral; et all, 2013: 51).
i. Konduktifitas Buruk
Flexi denture tidak menghantarkan panas sehingga pasien tidak merasakan panas
dan dingin makanannya (Sharma dan Shashidhara, 2014: 61).
j. Tidak Dapat Mempertahankan Dimensi Vertikal
Flexi denture tidak dapat mempertahankan dimensi vertikal pada saat adanya
tekanan oklusal (Sharma dan Shashidhara, 2014: 61).
k. Sulit Direline dan Rebase
Flexi denture sulit untuk direline dan rebase dengan akrilik maupun dengan
bahan nilon itu sendiri (Singh; et all, 2013: 5)
l. Alat Produksi Mahal
Pembuatan flexi denture membutuhkan alat pressure compression unit dan alat-
alat lainnya yang mahal (Reddy, 2017: 16).
m. Resiko Resorpsi Tulang Alveolar
Sifat flexi denture yang kurang stabil saat mastikasi dapat menyebabkan resorpsi
tulang alveolar (Costa; et all, 2019: 120).
15
4. Komponen Flexi Denture
Flexi denture terdiri dari beberapa komponen yaitu :
a. Basis Gigi Tiruan
Basis atau sadel adalah bagian gigi tiruan yang menghadap jaringan lunak
untuk memperbaiki kontur jaringan, tempat menempelnya elemen gigi tiruan, dan
menerima dukungan (Gunadi; dkk, 1991: 16). Basis rahang atas flexi denture
terdiri dari dua jenis yaitu tapal kuda dan palatal plate (Hill; et all, 2013: 34).
Palatal plate digunakan pada kasus free end (Sowter, 1985: 175 – 176). Basis
rahang bawah menggunakan lingual plate (Hill; et all: 2013: 34).
b. Elemen Gigi Tiruan
Elemen gigi tiruan adalah bagian dari gigi tiruan untuk menggantikan
elemen gigi asli yang hilang (Gunadi; dkk, 1991: 16). Perekatan elemen gigi
tiruan ke basis dilakukan secara mekanik dengan pembuatan lubang diatoric pada
elemen gigi tiruan (Handa, 2015).
c. Cengkram
Cengkram pada flexi denture tidak menggunakan cengkram tuang atau
klamer tetapi menggunakan bahan flexi denture itu sendiri (Sharma dan
Shashidhara, 2014: 60).
Macam-macam desain cengkram flexi denture antara lain :
1) Cengkram Utama (Main Clasp)
Cengkram ini menutupi beberapa milimeter kontak gigi dan gingiva
untuk retensi dan stabilisasi. Desain cengkram sering terlalu tebal sehingga
kurang nyaman saat gigi tiruan digunakan (Kaplan, 2008: 5).
Gambar 2.6 Cengkram Utama (Main Clasp)
(Sumber: Kaplan, 2008: 5)
16
2) Cengkram Circumferential
Cengkram Circumferential digunakan untuk gigi yang berdiri sendiri /
tidak berkontak dengan gigi tetangga dan menempel pada seluruh permukaan
gigi. Retensi yang didapat dari cengkram ini sangat baik (Kaplan, 2008: 5).
Gambar 2.7 Cengkram Circumferential
(Sumber: Kaplan, 2008: 5)
3) Cengkram Continuous Circumferential
Cengkram ini merupakan cengkram circumferential yang melibatkan lebih dari
satu gigi yang masih ada (Kaplan, 2008: 5).
Gambar 2.8 Cengkram Continuous Circumferential
(Sumber: Kaplan, 2008: 5)
4) Cengkram Kombinasi
Cengkram ini adalah kombinasi dari cengkram circumferential dan
cengkram utama yang komponennya melalui occlusal table dan bertindak
sebagai rest-seat. Cengkram kombinasi memberikan stabilisasi dan kekuatan
dengan cara menghubungkan komponen palatal / lingual ke bukal (Kaplan,
2008: 5).
17
Gambar 2.9
Cengkram Kombinasi
(Sumber: Kaplan, 2008: 5)
5) Cengkram Spur
Cengkram Spur adalah cengkram yang berbentuk segitiga mengikuti papilla
interdental dan bertumpu pada undercut abutment (Star, 2012: 3).
Gambar 2.10
Cengkram Spur
(Sumber: Taladium, 2013: 1)
6) Cengkram Anchor atau Finger
Cengkram Anchor digunakan untuk rahang atas dengan undercut yang besar pada
jaringan lunak (Steven, 2014: 18).
Gambar 2.11
Cengkram Anchor
(Sumber: Taladium, 2013: 1)
18
7) Cengkram Splint Wrap - Around
Cengkram Splint Wrap - Around diindikasikan pada undercut abutment yang
besar (Star, 2012: 4).
Gambar 2.12
Cengkram Splint Wrap - Around
(Sumber: Star, 2012: 4)
8) Cengkram Reach Around
Cengkram ini harus dibuat tebal sehingga tidak nyaman saat digunakan (Kaplan,
2008: 6).
Gambar 2.13
Cengkram Reach Around
(Sumber: Kaplan, 2008: 5)
5. Desain Flexi Denture
Wuragian mengelompokkan desain flexi denture menjadi tiga jenis yaitu :
(Wurangian, 2010: 66 – 67)
a. Flexi Denture Bilateral
Flexi denture bilateral didesain untuk kehilangan gigi pada dua sisi rahang
(bilateral).
19
Gambar 2.14
Flexi Denture Bilateral
(Sumber: Wuragian, 2010: 66)
b. Flexi Denture Unilateral / Boomer Bridge
Flexi denture unilateral diindikasikan hanya untuk satu sisi rahang. Ideal
dibuat sebagai gigi tiruan nesbit (gigi tiruan yang menggantikan 1 – 3 gigi
posterior) dan flipper (gigi tiruan yang menggantikan 1 – 3 gigi anterior).
Gambar 2.15
Flexi Denture Unilateral
(Sumber: Wuragian, 2010: 67)
c. Flexi Denture Kombinasi Logam
Flexi denture dapat dikombinasikan dengan kerangka logam untuk meningkatkan
kekuatan dan stabilitas gigi tiruan.
Gambar 2.16
Flexi Denture Kombinasi Logam
(Sumber: Wuragian, 2010: 68)
20
6. Retensi, Stabilisasi, dan Dukungan pada Flexi Denture
Retensi dan stabilisasi pada flexi denture didapat dari cengkram (Hill; et
all, 2013: 32) dan basis (Gunadi; dkk, 1991: 153). Cengkram flexi denture
menggunakan bahan yang sama dengan basisnya yaitu nilon termoplastik serta
berkontak pada gingiva dan elemen gigi asli (Negrutiu; et all, 2005: 298). Basis
mendapatkan retensi dan stabilisasi dari jaringan (Sharma dan Shashidhara, 2014:
59).
Jenis dukungan pada flexi denture adalah gigi tiruan dukungan jaringan
dimana seluruh dukungannya diperoleh dari jaringan (Hill; et all, 2013: 32). Hal
itu karena karena flexi denture tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk
dijadikan rest sebagai dukungan gigi (Boral; et all, 2013: 51).
7. Prosedur Pembuatan Flexi Denture
Prosedur pembuatan flexi denture adalah sebagai berikut :
a. Penerimaan dan Persiapan Model Kerja
Model kerja diterima dari dokter gigi dan dibersihkan dari nodul.
b. Duplicating
Model kerja diduplikasi dengan alginate dan dicor dengan dental stone kemudian
dirapikan menggunakan trimmer (Boral; et all, 2013: 50).
c. Pembuatan Galangan Gigit dan Penanaman di Artikulator
Pada model kerja dibuatkan galangan gigit, dioklusikan kemudian dipasang di
artikulator (Singh dan Gupta, 2012: 304).
d. Penyusunan Elemen Gigi Tiruan dan Waxing
Elemen gigi tiruan disusun pada daerah yang tidak bergigi dan wax
diperluas sampai sepertiga elemen gigi asli (Boral; et all, 2013: 50). Ketebalan
wax pada bagian palatal 1,2 – 1,5 mm, sayap bukal / labial 1,2 – 2 mm, cengkram
1 – 1,5 mm, dan lingual 1,7 – 2 mm (Star, 2012: 5).
e. Flasking cuvet bawah
Model kerja ditanam dalam flask / cuvet bawah menggunakan dental stone
(Boral; et all, 2013: 50).
21
f. Spruing
Sprue berdiameter ± 9 mm dihubungkan ke bagian paling distal pola
malam (Flexident, 2013: 4). Sprue harus lurus dan sprue konektor lebih kecil dari
sprue utama (Boral; et all, 2013: 50).
g. Investing Cuvet Atas
Cuvet bawah dan atas ditutup, dikunci dengan baut dan mur lalu dicor dengan
dental stone (Boral; et all, 2013: 50).
h. Boiling Out
Boiling out dilakukan dengan cara memasukkan cuvet ke dalam air panas
selama 3 – 5 menit lalu dibuka dan mould space disemprot dengan steam jet
cleaner. Setelah itu buat lubang diatoric pada elemen gigi tiruan dan pasang
kembali ke cuvet (Singh dan Gupta, 2012: 304).
i. Penyemprotan Separating Agent
Semprot separating agent ke mould space dan tunggu hingga kering, tutup
cuvet dan pastikan cuvet pada posisi metal-to-metal. Setelah itu letakkan cuvet
pada pressure compression unit (Singh dan Gupta, 2012: 304).
j. Injecting
Injecting merupakan proses injeksi bahan nilon termoplastik ke dalam
mould space.
Ada beberapa tahap injecting yaitu : (Singh dan Gupta, 2012: 304 – 305)
1) Semprot cartridge dengan silicone spray agar bahan nilon termoplastik tidak
melekat pada cartridge.
2) Masukkan bahan nilon termoplastik kedalam cartridge.
3) Panaskan cartridge pada electric cartridge furnace dengan waktu dan suhu
sesuai aturan pabrik.
4) Keluarkan cartridge dari electric cartridge furnace dan letakkan keatas cuvet
yang telah terpasang di pressure compression unit. Proses ini harus kurang
dari satu menit agar bahan nilon termoplastik tidak mengeras sebelum masuk
ke dalam mould space.
22
5) Inject bahan nilon termoplastik ke cuvet menggunakan pressure compression
unit, tunggu 3 – 5 menit lalu keluarkan dan dinginkan cuvet selama 15 – 20
menit.
k. Deflasking
Deflasking adalah proses melepaskan flexi denture dari cuvet dan investment
(Singh dan Gupta, 2012: 305).
l. Cut Off Sprue
Cut off sprue adalah proses pemotongan sprue yang menempel pada gigi
tiruan. Sprue dipotong dengan tang potong atau bur disk sehingga didapatkan
protesa kasar (Singh dan Gupta, 2012: 305).
m. Finishing
Finishing adalah proses merapikan gigi tiruan dengan mata bur stone hijau dan
merah (Singh dan Gupta, 2012: 305).
n. Polishing
Polishing adalah proses pemolesan gigi tiruan menggunakan mesin poles
yang merupakan tahap akhir pembuatan flexi denture. Tahap pertama
menggunakan sikat hitam dan pumice yang dilanjutkan tahap kedua
menggunakan wheel dan tripoli coklat (Singh dan Gupta, 2012: 305).
C. Oklusi
1. Pengertian Oklusi
Oklusi adalah hubungan antara gigi-gigi di rahang atas dan rahang bawah
saat mulut dalam keadaan tertutup (Itjiningsih, 1991: 26). Oklusi dapat dilihat
saat gigi-gigi rahang atas dan bawah berkontak tanpa dihalangi makanan atau
benda lain (Thomson, 2007: 1). Komponen utama dari oklusi gigi manusia adalah
gigi-gigi, sistem neuromuskular, dan sistem kraniofasial (Zarb, 2002: 9).
Oklusi berperan penting dalam proses mastikasi dan fonetik. Oklusi
dipengaruhi oleh diet, genetik, dan perawatan gigi (Thomson, 2007: 6 – 7).
23
2. Macam-macam Oklusi
Oklusi dibagi menjadi dua macam yaitu oklusi sentris dan oklusi aktif.
Oklusi sentris adalah hubungan kontak maksimal gigi-gigi rahang atas dan
rahang bawah saat mandibula dalam keadaan relasi sentris. Oklusi aktif adalah
hubungan kontak antara gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah dimana gigi-gigi
rahang bawah mengadakan gerakan ke depan, ke belakang, dan ke lateral
(Itjiningsih, 1991: 26).
3. Ciri-ciri Oklusi Normal
Pada tahun 1972 Lawrence F. Andrews menyimpulkan ciri-ciri oklusi
normal sebagai berikut : (Andrews, 1972: 296 – 309)
a. Hubungan yang Tepat dari Gigi-gigi Molar
Cusp mesio-bukal molar 1 rahang atas berada pada groove bukal molar 1
rahang bawah. Permukaan distal dari cusp disto-bukal molar 1 rahang atas
berkontak dengan permukaan mesial dari cusp mesio-bukal molar 2 rahang
bawah.
b. Angulasi Gigi-gigi Tepat
Angulasi yang dimaksud adalah angulasi mesio-distal dari panjang axis
mahkota, bukan keseluruhan gigi. Pada gigi selain molar, angulasi dilihat dari
mid-developmental ridge yaitu permukaan vertikal yang paling tengah dan
menonjol di bagian labial atau bukal. Pada gigi molar angulasi dilihat dari
vertikal groove pada permukaan bukal.
c. Inklinasi Gigi-gigi Tepat
Inklinasi yang dimaksud adalah inklinasi labio-lingual atau buko-lingual dari
panjang axis mahkota, bukan keseluruhan gigi.
d. Tidak Adanya Rotasi Gigi-gigi
Gigi-gigi bebas dari rotasi karena menggangu oklusi gigi tetangganya.
e. Kontak Akurat dari Gigi-gigi Individual
Titik kontak dari setiap gigi harus rapat dan tidak ada jarak.
24
f. Bidang Oklusal
Bidang oklusal yang normal adalah datar dengan curve of spee sedikit
melengkung. Dalam perawatan orthodonti, bidang oklusal datar adalah sebuah
tujuan karena bidang oklusal curve of spee cenderung membuat gigi rahang
bawah crowded dan deepbite.
4. Pengertian Maloklusi
Maloklusi adalah kondisi dimana adanya penyimpangan dari relasi normal
antara gigi-gigi di satu lengkung rahang atau antagonisnya (Premkumar, 2008:
122). Maloklusi adalah penyimpangan dari oklusi, biasanya berasal dari
keturunan (Burke dan Cherney, 2015: 1 – 2). Menurut Lischer, ada beberapa
faktor penyebab maloklusi antara lain malformasi rahang, malrelasi lengkung
gigi, dan malposisi gigi (Lischer, 1912: 85).
5. Klasifikasi Maloklusi Angle
Klasifikasi maloklusi angle dibuat oleh Edward Angle pada tahun 1899
dengan melihat hubungan antero-posterior lengkung gigi permanen atas dan
bawah. Klasifikasi ini terbagi atas tiga kelas yaitu : (Foster, 1999: 32)
a. Maloklusi Kelas I
Maloklusi kelas I adalah keadaan dimana cusp mesio-bukal molar 1
beroklusi dengan groove bukal molar 1 rahang bawah. Terlihat crowding,
spacing, maupun malposisi gigi individual.
b. Maloklusi Kelas II
Maloklusi kelas II adalah keadaan dimana cusp mesio-bukal molar 1
rahang atas beroklusi lebih ke mesial dari groove bukal molar 1 rahang bawah.
Kelas ini disebut juga sebagai “hubungan postnormal”.
Angle membagi kelas ini menjadi dua divisi, yaitu kelas II divisi 1 dan
kelas II divisi 2. Kelas II divisi 1 memiliki hubungan molar kelas II dengan gigi
insisivus 1 rahang atas proklinasi dan overjet besar. Kelas II divisi 2 memiliki
hubungan molar kelas II dengan incisivus 1 atas proklinasi dan overbite besar
sedangkan gigi incisivus 2 atas bisa proklinasi atau retroklinasi.
25
c. Maloklusi Kelas III
Maloklusi kelas III adalah keadaan dimana cusp mesio-bukal molar 1
rahang atas beroklusi lebih ke distal dari groove bukal molar 1 rahang bawah.
Kelas ini disebut juga sebagai “hubungan prenormal”.
Angle membagi kelas ini menjadi dua jenis yaitu kelas III true dan kelas
III pseudo. Kelas III true adalah keadaan dimana rahang bawah maloklusi kelas
III dari posisi istirahat ke oklusi sentris. Kelas III pseudo adalah keadaan dimana
gigi-gigi incisivus berkontak prematur sebelum mencapai oklusi sentris.
6. Klasifikasi Malposisi Gigi Individual Lischer
Pada tahun 1912, Benno Edward Lischer membuat klasifikasi malposisi
gigi individual. Lischer menggunakan akhiran “versi” pada kata yang
diindikasikan penyimpangan dari posisi normal, seperti mesioversi yang berarti
keadaan gigi yang lebih ke mesial dari posisi normal (Lischer, 1992: 92).
Klasifikasi ini terdiri dari sepuluh keadaan malposisi gigi individual
antara lain mesioversi, distoversi, linguoversi, labioversi, dan bukoversi. Selain
itu ada infraversi (keadaan gigi lebih ke inferior atau menjauh dari garis oklusi),
preversi (keadaan impaksi gigi), supraversi (keadaan gigi lebih ke superior atau
melewati garis oklusi), torsoversi (keadaan rotasi / berputarnya gigi pada aksis
panjangnya), dan transversi (perubahan pada urutan posisi atau transposisi dua
gigi) (Lischer, 1992: 92).
7. Rotasi Gigi
Rotasi gigi / torsoversi adalah pergerakan gigi berputar di sekeliling
sumbu panjangnya (Seikel; et all, 2010: 318). Rotasi gigi termasuk salah satu
jenis malposisi gigi yang dapat terjadi pada semua gigi (Scott dan Irish, 2017:
243).
Berdasarkan etiologi, rotasi gigi dibagi menjadi dua yaitu rotasi sebelum
erupsi dan setelah erupsi. Rotasi sebelum erupsi terjadi akibat trauma pada
rahang, kista, tumor, dan gigi supernumerary. Rotasi sesudah erupsi disebabkan
oleh crowding, diastema, dan kebiasaan buruk seperti mengisap jempol (Harfin;
et all, 2017: 5).