12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gangguan Jiwa
1. Pengertian Gangguan Jiwa
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ) II dalam Maslim (2001) mendefinisikan gangguan jiwa
atau gangguan mental (mental disorder) adalah sindrom atau pola
perilaku dan atau psikologik seorang individu yang secara klinik
memiliki arti dan secara khas berkaitan dengan suatu distress atau
gejala penderitaan dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari
seorang individu. Menurut Ardani (2007) yang dimaksud dengan
gangguan jiwa adalah sekumpulan keadaan-keadaan yang tidak
normal baik yang berhubungan dengan keadaan secara fisik
maupun secara mental. Namun, ketidaknormalan tersebut bukan
disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagian anggota badan tertentu
meskipun terkadang gejalanya dapat terlihat dengan keadaan fisik.
Sedangkan menurut Yosep (2011) gangguan jiwa adalah
sekumpulan gejala patologik dominan yang berasal dari unsur jiwa.
Meskipun begitu hal tersebut bukan berarti bahwa unsur yang lain
tidak mengalami gangguan sebab seseungguhnya yang sakit dan
Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
13
menderita ialah manusia secara utuh bukan hanya badan, jiwa atau
lingkungannya.
2. Penyebab Gangguan Jiwa
Ada banyak teori dan pendapat ahli mengenai penyebab gangguan
jiwa. Menurut Yoseph (2011) penyebab gangguan jiwa dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang secara terus menerus saling terkait dan
saling mempengaruhi, yaitu:
a. Faktor-faktor somatik atau organobiologis, seperti neroanatomi,
nerofisiologi, nerokimia, tingkat kematangan dan perkembangan
organik, dan faktor-faktor pre dan peri-natal.
b. Faktor-faktor psikologik atau psikoedukatif, seperti interaksi ibu
dan anak, persaingan yang terjadi antara saudara kandung,
hubungan sosial dalam kehidupan sehari-hari, kehilangan yang
menyebabkan depresi atau rasa malu/rasa bersalah, pola adaptasi
dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya, dan tingkat
perkembangan emosi.
c. Faktor-faktor sosial-budaya atau sosiokultural, seperti kestabilan
keluarga, tingkat ekonomi, masalah kelompok minoritas yang
meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan
kesejahteraan yang tidak memadai, pengaruh rasial dan
keagamaan.
Sementara untuk faktor presipitasi (faktor yang bersumber dari
individu itu sendiri), antara lain kondisi lingkungan yang kurang baik,
Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
14
interaksi dengan orang lain, kondisi fisik pasien, putus asa, dan
percaya diri yang kurang, kehilangan orang yang dicintai, kehilangan
pekerjaan, dan kritikan yang mengarah kepada penghinaan.
3. Patogenesis dan Patofisiologi Gangguan Jiwa
a. Patogenesis Gangguan Jiwa
Kondisi saat sebelum sakit pada pasien gangguan jiwa
berlangsung kurang lebih selama 1 bulan. Gangguan yang terjadi
dapat berupa gejala psikotik, antara lain halusinasi, delusi,
disorganisasi proses berfikir, gangguan bicara, gangguan perilaku
yang terkadang disertai dengan kelainan neurokimiawi. Penderita
gangguan jiwa biasanya mengalami minimal 2 gejala, yaitu
gangguan afek dan gangguan peran. Serangan yang terjadi pada
gangguan jiwa biasanya terjadi secara berulang (Yoseph, 2011).
Serangan yang terjadi pada gangguan jiwa biasanya berupa
perasaan khawatir berlebihan terhadap hampir semua aspek
kehidupan, perasaan lelah berlebihan yang tidak disebabkan karena
faktor kelelahan fisik, iritable atau mudah tersinggung, dan gejala
fisik seperti kaku otot, pegal-pegal, gangguan tidur atau sulit
merasa santai. Ketika penderita mengalami gangguan tersebut
terkadang penderita mengabaikannya yang berakibat pada
bertambah parahnya gangguan yang dialami oleh penderita. Pada
penderita gangguan jiwa, biasanya mengalami gangguan terhadap
tingkat kesadaran dan kognisi, emosi atau perasaan, perilaku
Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
15
motorik, proses berpikir, persepsi atau penginderaan, dan
kemampuan bicara dan bahasa.
Pada proses pemulihan yang terjadi pada penderita gangguan
jiwa terdapat 5 tahapan, antara lain:
(1) Tahap I: Perasaan terjebak (stuck) dimana penderita merasa
tidak mau atau tidak mampu dalam menerima bantuan ataupun
menghadapi masalah.
(2) Tahap II: Bersedia menerima bantuan. Pada tahap ini penderita
ingin menjauh atau menghindar dari masalah dan berharap
orang lain akan bisa membantu dalam mengatasi masalah.
(3) Tahap III: Percaya. Pada tahap ini penderita mulai percaya
bahwa mereka dapat membuat perubahan atau perbaikan
dalam hidupnya. Penderita mulai melihat ke masa depan
tentang apa yang diinginkan serta menjauh dari hal-hal yang
tidak diinginkan. Penderita mulai melakukan hal-hal atas
keinginan sendiri untuk mencapai tujuan mereka dan tetap
bersedia menerima bantuan orang lain.
(4) Tahap IV: Belajar mengenai bagaimana membuat pemulihan
diri penderita dapat menjadi suatu kenyataan. Ini adalah proses
trial and error dimana dukungan dan semangat merupakan hal
yang dibutuhkan dalam tahap ini.
(5) Tahap V: Kemandirian yang dicapai secara bertahap dari
proses belajar hingga pada akhirnya mencapai suatu titik
Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
16
dimana mereka mampu mengelola sesuatu tanpa bantuan dari
orang lain (Tirtojiwo, 2012).
Ketika pada penderita gangguan jiwa yang telah melalui
proses pemulihan, mereka akan memasuki tahap recovery dimana
mereka mampu menerima dan mengakui dirinya sendiri sebagai
mana adanya. Selain itu, penderita gangguan jiwa juga sudah
mampu untuk bersikap terbuka dan sportif, memiliki semangat dan
motivasi, percaya diri, mampu mengendalikan emosi, mampu
bersosialisasi dengan masyarakat dan tidak takut untuk menghadapi
tantangan serta berusaha mencari jalan keluar untuk mengatasi
masalah yang dihadapi (Tirtojiwo, 2012).
b. Patofisiologi Gangguan Jiwa
Penderita yang mengalami gangguan jiwa memiliki ciri-ciri
biologis yang khas terutama pada susunan dan struktur saraf pusat,
dimana penderita biasanya mengalami pembesaran ventrikel ke III
bagian kiri. Ciri lainnya pada penderita yakni memiliki lobus
frontalis yang lebih kecil dari rata-rata orang yang normal.
Penderita yang mengalami gangguan jiwa dengan gejala takut serta
paranoid (curiga) memiliki lesi pada daerah Amigdala sedangkan
pada penderita skizofrenia memiliki lesi pada area Wernick’s dan
area Brocha bahkan terkadang disertai dengan Aphasia serta
disorganisasi dalam proses berbicara.
Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
17
Kelainan pada struktur otak atau kelainan yang terjadi pada
sistem kerja bagian tertentu dari otak juga dapat menimbulkan
gangguan pada kejiwaan. Sebagai contoh, masalah komunikasi di
salah satu bagian kecil dari otak dapat mengakibatkan terjadinya
disfungsi secara luas. Hal ini akan diikuti oleh kontrol kognitif,
tingkah laku, dan fungsi emosional yang diketahui memiliki
keterkaitan erat dengan masalah gangguan kejiwaan. Beberapa
jenis gangguan pada struktur otak yang berakibat pada gangguan
jiwa, antara lain:
(1) Gangguan pada cortex cerebral yang memiliki peranan penting
dalam pengambilan keputusan, pemikiran tinggi, dan penalaran
dapat dilihat pada penderita waham.
(2) Gangguan pada sistem limbik yang berfungsi mengatur
perilaku emosional, daya ingat, dan proses dalam belajar
terlihat pada penderita perilaku kekerasan dan depresi.
(3) Gangguan pada hipotalamus yang berperan dalam mengatur
hormon dalam tubuh dan perilaku seperti makan, minum, dan
seks dapat terlihat pada penderita bulimia, anoreksia, dan
disfungsi seksual.
Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada bagian otak tertentu
juga dapat mengakibatkan gangguan jiwa. Kerusakan tersebut,
antara lain:
Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
18
(1) Kerusakan pada lobus frontalis yang menyebabkan kesulitan
dalam proses pemecahan masalah dan perilaku yang mengarah
pada tujuan, berfikir abstrak, perhatian dengan manifestasi
gangguan psikomotorik.
(2) Kerusakan pada Basal Gangglia dapat menyebabkan distonia
dan tremor.
(3) Gangguan pada lobus temporal limbic akan meningkatkan
kewaspadaan, distractibility, gangguan memori (short time).
4. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa
Tanda-tanda umum yang sering dijumpai pada pendertita dengan
gejala gangguan jiwa menurut Yoseph (2011), yaitu:
a. Gangguan Kognisi
Gangguan kognisi yang meliputi gangguan sensasi dan gangguan
persepsi. Gangguan sensasi terdiri dari hiperestesia (suatu keadaan
dimana gangguan kepekaan terhadap proses penginderaan baik
panas, dingin, nyeri atau perabaan mengalami peningkatan),
anestesia (suatu keadaan dimana tidak adanya perasaan pada
penginderaan/mati rasa), hiperkinestesia (suatu keadaan dimana
kepekaan terhadap perasaan gerak tubuh mengalami peningkatan
secara berlebih), dan hipokinestesia (suatu keadaan dimana
kepekaan terhadap gerak perasaan tubuh mengalami penurunan).
Sedangkan gangguan persepsi terdiri dari ilusi (persepsi yang
salah/palsu yang biasanya ada atau pernah ada rangsangan dari
Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
19
luar), dan halusinasi (suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai
adanya rangsangan dari luar).
b. Gangguan perhatian
Beberapa jenis gangguan perhatian yaitu distraktibiliti (perhatian
yang mudah dialihkan oleh rangsang yang tidak berarti),
aproseksia (ketidaksanggupan untuk memperhatikan secara tekun
terhadap situasi atau keadaan), dan hiperproseksia (keadaan yang
memusatkan perhatian yang berlebihan).
c. Gangguan ingatan
Gangguan ingatan terdiri dari amnesia (ketidakmampuan
mengingat kembali pengalaman yang ada atau kondisi
sebelumnya), hipernemsia (keadaan dimana seseorang dapat
menjelaskan kembali kejadian yang telah lalu dengan sangat
terperinci), dan paramnesia (gangguan penyimpangan terhadap
ingatan yang telah lalu yang dikenal secara baik).
d. Gangguan pikiran
Beberapa jenis gangguan pikiran yaitu gangguan bentuk pikiran
(pemikiran yang mengalami penyimpangan, tidak rasional dan
logis, dan terarah pada suatu tujuan), gangguan arus termasuk cara
dan laju proses asosiasi dalam pemikiran, dan gangguan isi pikiran
baik secara verbal maupun non verbal.
e. Gangguan kesadaran
Beberapa macam gangguan kesadaran, antara lain:
Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
20
(1) Kesadaran kuantitatif, yang terdiri dari dua jenis, yaitu:
a) Kesadaran yang menurun (tingkat kesadaran dimana
kemampuan persepsi, perhatian, dan pemikiran yang
berkurang secara keseluruhan)
b) Kesadaran yang meninggi (keadaan reaksi yang
meningkat akibat adanya suatu rangsang).
(2) Kesadaran kualitatif dimana terjadinya perubahan dalam
kualitas kesadaran, baik yang disebabkan oleh toksik, organik
atau psikogen.
f. Gangguan kemauan
Beberapa macam gangguan kemauan yaitu abulia (keadaan
seseorang yang tidak sanggup dalam membuat keputusan maupun
memulai suatu perbuatan), negativisme (ketidaksanggupan
seseorang dalam bertindak/melakukan sesuatu, kekakuan atau
ketidakmampuan dalam memutuskan untuk mengubah suatu
tingkah laku), dan kompulsi (keadaan seseorang yang merasa
didorong dalam melakukan suatu tindakan).
g. Gangguan emosi dan afek
Gangguan emosi dan afek diantaranya euforia (emosi
menyenangkan atau bahagia secara berlebihan sehingga apabila
tidak sesuai dengan keadaan maka hal ini menunjukkan adanya
gangguan), afek yang kaku (pendirian yang tetap dipertahankan
sehingga menyebabkan reaksi emosional yang berlebihan), emosi
Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
21
labil (ketidakstabilan yang berlebihan dan emosional), cemas dan
depresi (gejala yang dapat dilihat dari ekspresi wajah atau tingkah
laku), dan emosi yang tumpul dan datar (pengurangan atau tidak
ada sama sekali tanda-tanda ekspresi afektif).
5. Jenis-jenis Gangguan Jiwa
Menurut International Classification of Diseases (ICD) seperti
yang tercantum dalam Depkes (2003) menggolongkan gangguan jiwa
menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Gangguan mental organik
Gangguan mental organik adalah suatu kelompok gangguan jiwa
yang disebabkan oleh adanya gangguan yang terjadi pada organ
lain diluar otak tetapi gangguan tersebut mempengaruhi fungsi dan
kerja otak (Admin, 2011).
b. Gangguan mental dan perilaku akibat gangguan mental
simptomatik yang merupakan komponen psikologi yang diikuti
gangguan fungsi secara badaniah.
c. Skizofrenia
Skizofrenia menurut PPDGJ III adalah gangguan psikosis yang
ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas
serta afek yang tidak wajar atau tumpul (Maslim, 2001). Patel
(2001) menyebutkan beberapa ciri khas dari skizofrenia, antara
lain: depresi dan tidak ada keinginan dalam menjalani hidup, sering
mengeluhkan dan melakukan hal-hal yang aneh, gelisah, agresif,
Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
22
kurang merawat diri dan menjaga kebersihan diri, dan sering
berhalusinasi.
d. Gangguan suasana perasaan (Depresi)
Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan kejiwaan yang
mendapat perhatian khusus karena jumlah penderitanya yang
bertambah setiap waktunya. WHO memprediksikan pada tahun
2020 di negara-negara berkembang depresi akan menjadi penyakit
mental yang paling banyak dialami dan depresi berat akan menjadi
penyebab kedua terbesar kedua setelah serangan jantung (Lubis,
2009). Beberapa ciri yang khas pada penderita depresi, antara lain
tidak ingin bersosialisasi dengan orang lain (menarik diri),
kehilangan semangat hidup dan tidak ada harapan akan masa
depan, merasa bersalah dan rendah diri, dan terkadang merasa lebih
baik mati sehingga sering mencoba melakukan tindakan bunuh diri
(Patel, 2001).
e. Ansietas atau kecemasan
Kecemasan adalah keadaan seseorang yang bereaksi terhadap
adanya ancaman atau kondisi yang menganggu baik secara nyata
maupun khayal, dan biasanya seseorang yang mengalami
kecemasan disebabkan adanya ketidakpastian dimasa mendatang
(Lubis, 2009). Ciri khas kecemasan menurut Patel (2001), antara
lain: jantung berdetak lebih cepat dan tubuh gemetar, merasa takut
dan terlalu khawatir terhadap sesuatu, pikirannya seolah-olah mati
Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
23
sehingga terkadang kehilangan kontrol diri, menghindari penyebab
cemas, sulit tidur, dan cenderung memikirkan kecemasan tersebut
dalam waktu yang lama.
f. Gangguan makan, gangguan tidur, dan disfungsi seksual
g. Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa
h. Retardasi mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan kejiwaan
seseorang yang terhenti atau tidak lengkap, terutama ditandai
dengan terjadinya hendaya keterampilan selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan
secara keseluruhan, seperti kemampuan kognitif, bahasa, motorik,
dan sosial.
i. Gangguan brevaza, gangguan membaca, gangguan berhitung, dan
autisme.
j. Gangguan hiperkinetik dan gangguan tingkah laku.
6. Dampak Gangguan Jiwa
Menurut Admin (2010), dampak yang ditimbulkan oleh gangguan
jiwa cukup besar, baik bagi pasien, bagi keluarga maupun bagi
masyarakat dan lingkungan. Dampak tersebut, antara lain:
a. Sebagai penyebab paling utama dari disabilitas kelompok usia
produktif.
b. Penderita mengalami penolakan, pengucilan, dan diskriminasi.
c. Penderita gangguan jiwa menjadi tidak produktif dan menganggur.
Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
24
d. Biaya perawatan yang tinggi.
7. Rehabilitasi Gangguan Jiwa
Rehabilitasi adalah segala tindakan fisik, penyesuaian psikososial
dan latihan vokasional sebagai usaha untuk memperoleh fungsi dan
penyesuaian diri secara optimal serta mempersiapkan p;enderita
gangguan jiwa secara fisik, mental, sosial dan vokasional untuk suatu
kehidupan penuh sesuai dengan kemampuannya. Tujuan dilakukannya
rehabilitasi yaitu untuk mencapai perbaikan baik secara fisik maupun
secara mental seoptimal mungkin, penyaluran dalam pekerjaan dengan
kapasitas maksimal dan penyesuaian diri dalam hubungan
perseorangan dan sosial sehingga bisa berfungsi sebagai anggota
masyarakat yang mandiri (Nasution, 2006).
Keterampilan penting dalam rehabilitasi pasien gangguan jiwa
menurut Abroms dalam Stuart (2006) menekankan pada 4
keterampilan, yaitu:
a. Orientation (Orientasi)
Orientation adalah pencapaian tingkat orientasi dan kesadaran
terhadap keadaan yang lebih baik. Orientasi berhubungan dengan
pengetahuan dan pemahaman penderita terhadap waktu, tempat,
dan tujuan, sedangkan kesadaran dapat dikuatkan melalui interaksi
dan aktifitas pada semua klien.
Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
25
b. Assertion
Assertion adalah kemampuan penderita dalam mengekspresikan
perasaannya sendiri secara benar dan tepat. Hal ini dapat dilakukan
dengan mendorong penderita untuk mengekspresikan diri secara
efektif dengan tingkah laku yang dapat diterima oleh lingkungan
dan masyarakat.
c. Accuption
Accuption adalah kemampuan penderita untuk mendapatkan rasa
percaya diri dan berprestasi melalui keterampilan membuat
kerajinan tangan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan
aktifitas kepada penderita dalam bentuk kegiatan sederhana untuk
mengembangkan keterampilan fisik seperti menyulam, membuat
bunga, melukis dan sekaligus untuk meningkatkan manfaat
interaksi sosial.
d. Recreation (Rekreasi)
Recreation merupakan kemampuan dalam menggunakan dan
membuat aktifitas yang menyenangkan sebagai relaksasi. Hal ini
bertujuan untuk relaksasi dan membantu penderita dalam
menerapkan keterampilan yang telah ia pelajari sebelumnya.
Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
26
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan
Penerimaan masyarakat terhadap gangguan jiwa dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain pengetahuan masyarakat, persepsi masyarakat,
dan sikap masyarakat (Sears, 1999 dalam Adilamarta, 2011).
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai haisl
penggunaan panca inderanya, yang berbeda dengan kepercayaan, takhayul
dan penerangan lain yang keliru (Soekanto, 2006). Pengetahuan adalah
merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang yang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Menurut Notoatmodjo (2007)
tingkat pengetahuan dalam domain kognitif meliputi 6 tahapan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah dimana
tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya termasuk pula mengingat kembali (recall) sesuatu
yang bersifat spesifik dari seluruh materi yang telah dipelajari atau
rangsangan yang diterima. Kata kerja yang digunakan untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
diantaranya menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan
menyatakan.
b. Memahami (Comprehention)
Seorang individu dapat dikatakan memahami apabila individu
tersebut memiliki kemampuan untuk menjelaskan suatu objek yang
Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
27
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi dan obyek tersebut
secara benar. Individu ini mampu untuk menjelaskan, memberikan
contoh, menyimpulkan, dan meramalkan obyek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Diartikan sebagai kemampuan individu untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang
sebenarnya.
d. Analisa (Analysis)
Analisa merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu
materi atau obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih berkaitan
antara satu dengan yang lain.
e. Sintesis (Sintesys)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk yang
bersifat keseluruhan sehingga dapat membentuk formulasi yang
baru dari formulasi yang telah ada sebelumnya.
f. Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan individu untuk melakukan
justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau obyek dimana
penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
28
Dalam memahami sesuatu perlu adanya pengetahuan yang mana
pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut
Notoatmodjo (2003) faktor-faktor tersebut, yaitu:
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor penting dalam mempengaruhi tingkat
pengetahuan seorang individu, meskipun tidak bersifat mutlak
namun semakin tinggi tingkat pendidikan individu maka akan se
makin tinggi pula tingkat pengetahuannya.
b. Sosial Ekonomi
Hal ini masih memiliki kaitan dengan tingkat pendidikan
seseorang. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi seseorang maka
semakin besar kemungkinan orang tersebut dalam mendapatkan
pendidikan sehingga pengetahuan yang didapatkan bertambah
dengan baik.
c. Sumber informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberi pengaruh terhadap individu tersebut,
sehingga menghasilkan perubahan dalam meningkatkan
pengetahuannya. Selain itu, semakin pesatnya tekhnolgi secara
tidak langsung akan memberi pengaruh terhadap ketersediaan
sumber informasi yang menjadi bermacam-macam jenisnya. Sarana
komunikasi seperti media massa, televisi, radio, surat kabar, dan
Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
29
majalah juga dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang
hal-hal baru.
d. Pengalaman
Pengalaman dalam hal ini bisa berarti pengalaman hidup maupun
pengalaman kerja yang bisa dijadikan sebagai sumber pengetahuan.
Pengalaman dapat memberikan pelajaran dan pengetahuan tentang
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi.
e. Umur
Semakin bertambah usia seorang individu maka akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
2. Persepsi
Persepsi dapat diartikan sebagai kemampuan dalam mengenal
sesuatu yang hadir berupa hal yang bersifat konkrit jasmaniah, bukan
yang bersifat batiniah, seperti benda, barang, kualitas atau perbedaan
antara dua hal atau lebih yang diperoleh melalui proses melalui proses
mengamati, mengetahui, dan mengartikan setelah panca indera
mendapatkan rangsangan (Baihaqi, dkk, 2007). Persepsi memiliki dua
fungsi yang berbeda, yakni fungsi secara kognitif sebagai alat untuk
kontak utama antara manusia dan dunia, dan fungsi secara emosional
untuk membangkitkan perasaan dan merangsang tindakan-tindakan
Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
30
tertentu (Baihaqi dkk, 2007). Menurut Maramis (2004) persepsi
seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
a. Kepercayaan
b. Sikap
c. Pendidikan atau pengetahuan
d. Lingkungan
e. Budaya
Proses terjadinya persepsi pertama kali dimulai dari objek yang
menimbulkan stimulus yang ditangkap oleh alat indera atau reseptor,
dimana proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang
diterima oleh alat indera kemudian dilanjutkan oleh saraf sensorik
menuju otak sehinggan proses ini dinamakan proses fisiologi.
Kemudian rangsangan yang telah diterima tersebut di proses di dalam
otak sehingga individu dapat menyadari sesuatu yang diterima dengan
reseptor itu, sebagai akibat dari stimulus yang diterima. Proses yang
terjadi di otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses
psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari persepsi adalah
individu menyadari tentang sesuatu yang diterima melalui alat indera
atau reseptor (Sunaryo, 2004).
Dalam perkembangan yang terjadi di masyarakat, ada beberapa
keadaan yang merupakan bentuk persepsi untuk individu dengan
gangguan jiwa (Soewadi, 1997 dalam Mubin, 2008). Persepsi tersebut
adalah:
Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
31
a. Keyakinan atau kepercayaan yang menganggap bahwa gangguan
jiwa itu disebabkan oleh guna-guna, tempat dan benda pusaka
yang bersifat keramat, roh jahat, kutukan, dan kekuatan gaib atau
supranatural.
b. Keyakinan atau kepercayaan bahwa gangguan jiwa merupaknan
penyaki seumur hidup yang tidak dapat disembuhkan.
c. Keyakinan atau kepercayaan bahwa gangguan jiwa merupakan
penyakit yang tidak termasuk dalam urusan medis.
d. Keyakinan atau kepercayaan bahwa gangguan jiwa merupakan
penyakit yang selalu diturunkan.
3. Sikap
Sikap adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap objek
(masalah kesehatan, termasuk penyakit) atau stimulus yang ada. Sikap
yang terdapat pada seseorang akan memberikan dampak pada tingkah
laku ataupun perbuatan dari seseorang tersebut. Sikap merupakan
reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap objek
atau stimulus tertentu (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan definisi lain
menyebutkan bahwa sikap adalah sebuah penentu dari perilaku
dimana sikap dan perilaku memiliki kaitan dengan persepsi,
kepribadian, perasaan, dan motivasi. Sikap merupakan keadaan mental
yang dapat dipelajari dan diorganisasikan melalui pengalaman yang
menghasilkan pengaruh secara spesifik terhadap respon seseorang
terhadap orang lain, objek atau situasi yang berhubungan. Sikap juga
disebut sebagai respon evaluatif dimana respon hanya akan timbul bila
Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
32
seseorang dihadapkan dengan suatu stimulus yang menghendaki
adanya reaksi dari orang tersebut. Reaksi evaluatif merupakan bentuk
reaksi yang dinyatakan sebagai munculnya sikap didasari oleh proses
evaluasi yang terjadi dalam diri individu segingga akan menghasilkan
kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk dan nilai baik-buruk,
positif-negatif atau menyenangkan-tidak menyenangkan yang
kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap
(Azwar, 2005).
Sikap mempunyai tiga komponen yang saling berhubungan,
yaitu komponen kognitif yang merupakan kepercayaan seseorang
mengenai hal yang berlaku atau benar, komponen afektif yang
berkaitan dengan keadaan emosional seseorang terhadap suatu hal,
dan komponen perilaku yang menunjukkan kecenderungan perilaku
seseorang yang berkaitan dengan objek atau hal yang sedang dihadapi
(Azwar, 2005). Sedangkan Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa
sikap mempunyai 4 tingkatan, yaitu:
a. Menerima yang berarti mau memperhatikan dan memahami
stimulus yang ada secara otomatis.
b. Merespon stimulus saat diberikan rangsangan seperti menjawab
bila ditanya atau mengerjakan sesuatu saat diperintah.
c. Menghargai dengan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan stimulus yang diberikan.
d. Bertanggung jawab dan menerima resiko atas segala sesuatu yang
telah dipilih oleh orang yang bersangkutan.
Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
33
C. Penerimaan
1. Pengertian Penerimaan
Penerimaan adalah hubungan yang terjalin antara dua belah
pihak atau lebih dimana pihak-pihak tersebut saling menerima satu
sama lain dengan baik sehingga tercipta suasana yang hangat, nyaman,
dan tentram serta pemenuhan kebutuhan saling menghargai terpenuhi
(Surya, 1998 dalam Soleh, 2011).
2. Unsur-unsur Penerimaan
Soleh (2011) menyebutkan beberapa hal yang merupakan unsur
dari penerimaan, antara lain:
a. Perhatian
b. Perlakuan yang baik dan positif
c. Pemberian kesempatan
3. Prinsip-prinsip Penerimaan
Prinsip-prinsip penerimaan dapat dilihat dari kemampuan
seseorang dalam mengungkapkan kebutuhan dalam kepercayaan
dirinya, memberikan pujian positif, dan keramahan yang tidak
berlebihan yang ditunjukkan melalui ekspresi dan rasa saling
memahami dan menghargai antar individu dengan segala karakteristik
baik secara positif maupun negatif. Selain ekspresi, penerimaan juga
dapat ditunjukkan melalui sikap seperti perhatian yang terpusat,
mendengarkan dengan penuh konsentrasi, memberikan dukungan dan
semangat, menerima kondisi individu dengan kelebihan dan
Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
34
kekurangannya, dan mau memberi pertolongan saat dibutuhkan
(Siporin, 1975 dalam Soleh, 2011).
Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
35
D. Kerangka Teori
Bagan 2. 1 Kerangka Teori modifikasi dari Yoseph (2011) dan Sears (1999)
Faktor-faktor penerimaan:
1. Pengetahuan 2. Persepsi masyarakat 3. Sikap masyarakat
Penerimaan masyarakat
Faktor Predisposisi (Bio-psiko-sosio-spiritual), antara lain neroanatomi, nerofisiologi, nerokimia, persaingan antara saudara kandung, hubungan sosial di kehidupan sehari-hari, tingkat perkembangan emosi, tingkat ekonomi, pendidikan, masalah kelompok minoritas, dan pengaruh buruk organisasi keagamaan.
Faktor Presipitasi, antara lain kondisi lingkungan yang kurang baik, interaksi dengan orang lain, kondisi fisik pasien, putus asa, dan percaya diri yang kurang, rasa kehilangan, dan kritikan yang mengarah kepada penghinaan.
Psikopatologi Gangguan Jiwa
Dampak Gangguan Jiwa
1. Disabilitas kelompok usia produktif. 2. Penderita mengalami penolakan, pengucilan, dan
diskriminasi. 3. Penderita menjadi tidak produktif dan menganggur. 4. Biaya perawatan yang tinggi.
Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
36
E. Kerangka Konsep
Bagan 2.2. Kerangka Konsep
F. Hipotesis
1. Ada pengaruh antara tingkat pengetahuan masyarakat Desa
Kedondong tentang gangguan jiwa dengan penerimaan masyarakat
terhadap penderita gangguan jiwa.
2. Ada pengaruh antara persepsi masyarakat Desa Kedondong tentang
gangguan jiwa dengan penerimaan masyarakat terhadap penderita
gangguan jiwa.
3. Ada pengaruh antara sikap masyarakat Desa Kedondong terhadap
gangguan jiwa dengan penerimaan masyarakat terhadap penderita
gangguan jiwa.
Faktor-faktor penerimaan:
1. Pengetahuan
2. Persepsi masyarakat
3. Sikap masyarakat
Penerimaan masyarakat
Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013