Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia

Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya penurunan anatomis dan

fungsional yang sangat besar. Andrea dan Tobin (peneliti), memperkenalkan

“Hukum 1%”, yang menyatakan bahwa fungsi organ akan mengalami penurunan

sebanyak 1% setiap tahunnya setelah usia 30 tahun (Martono, 2004).

Pada lansia sering dijumpai permasalahan yang berkaitan dengan

kemampuan gerak dan fungsi. Menurut Kamso yang dikutip oleh Zuhdi (2000),

pada lansia terjadi penurunan kekuatan sebesar 88%, fungsi pendengaran 67%,

pengelihatan 72%, daya ingat 61%, serta kelenturan tubuh yang menurun sebesar

64%. Permasalahan yang muncul pada lansia dapat disebabkan karena adanya

perubahan fisiologis yang terjadi pada tubuh. Beberapa perubahan fisiologis yang

terjadi akibat proses penuaan antara lain:

2.1.1 Sistem panca-indera

Lansia yang mengalami penurunan persepsi sensoris akan terdapat

kesenggangan untuk bersosialisasi karena kemunduran dari fungsi-fungsi sensoris

yang dimiliki. Indera yang dimiliki seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan,

penciuman dan perabaan merupakan kesatuan integrasi dari persepsi sensoris.

a. Pengelihatan

Semakin bertambahnya usia, lemak akan berakumulasi disekitar kornea dan

membentuk lingkaran berwarna putih atau kekuningan di antara iris dan sclera.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

8

Kejadian ini disebut arkus sinilis, biasanya ditemukan pada lansia. Perubahan

penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses penuaan

termasuk penurunan kemampuan dalam melakukan akomodasi, konstriksi pupil

akibat penuaan dan perubahan warna serta kekeruhan lensa mata, yaitu katarak

(Suhartin, 2010).

Hal ini akan berdampak pada penurunan kemampuan sistem visual dari

indera penglihatan yang berfungsi sebagai pemberi informasi ke susunan saraf

pusat tentang posisi dan letak tubuh terhadap lingkungan di sekitar dan antar

bagian tubuh sehingga tubuh dapat mempertahankan posisinya agar tetap tegak

dan tidak jatuh.

b. Pendengaran

Penurunan pendengaran merupakan kondisi secara dramatis dapat

mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Kehalangan pendengaran pada lansia

disebut dengan presbikusis. Presbikusis merupakan perubahan yang terjadi pada

pendengaran akibat proses penuaan yaitu telinga bagian dalam terdapat penurunan

fungsi sensorineural, hal ini terjadi karena telinga bagian dalam dan komponen

saraf tidak berfungsi dengan baik sehingga terjadi perubahan konduksi. Implikasi

dari hal ini adalah kehilangan pendengaran secara bertahap. Ketidakmampuan

untuk mendeteksi suara dengan frekuensi tinggi (Chaccione, 2005).

Telinga bagian tengah terjadi pengecilan daya tangkap membran timfani,

pengapuran dari tulang pendengaran, lemah dan kakunya otot dan ligamen.

Implikasi dari hal ini adalah gangguan konduksi pada suara (Miller, 2009).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

9

Pada telinga bagian luar terjadi perpanjangan dan penebalan rambut, kulit

menjadi lebih tipis dan kering serta terjadi peningkatan keratin. Implikasi dari hal

ini adalah potensial terbentuk serumen sehingga berdampak pada gangguan

konduksi suara (Miller, 2009).

Penuruan kemampuan telinga seperti diatas dapat berdampak pula

terhadap komponen vestibular yang terletak di telinga bagian dalam. Komponen

vestibular ini berperan sangat penting terhadap keseimbangan tubuh. Saat posisi

kepala berubah maka komponen vestibular akan merespon perubahan tesebut dan

mempertahakan posisi tubuh agar tetap tegak.

c. Perabaan

Pada lansia terjadi penurunan kemampuan dalam mempersepsikan rasa

pada kulit, ini terjadi karena penurunan korpus free nerve ending pada kulit. Rasa

tersebut berbeda untuk setiap bagian tubuh sehingga terjadi penurunan dalam

merasakan tekanan, raba panas dan dingin. Gangguan pada indera peraba tentunya

berpengaruh pada sistem somatosensoris.

Somatosensoris adalah reseptor pada kulit, subkutan telapak kaki dan

propioceptor pada otot, tendon dan sendi yang memberikan informasi tentang

kekuatan otot, ketegangan otot, kontraksi otot dan juga nyeri, suhu, tekanan dan

posisi sendi. Pada lansia dengan semakin menurunnya kemampuan akibat faktor

degenerasi maka informasi yang digunakan dalam menjaga posisi tubuh yang

didapat dari tungkai, panggul, punggung dan leher akan menurun (Chaitow,

2005). Hal ini berdampak pada keseimbangan yang akan terganggu akibat dari

penurunan implus somatosensoris ke susunan saraf pusat.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

10

2.1.2 Sistem muskuloskeletal

a. Otot

Pada umumnya seseorang yang mulai tua akan berefek pada menurunnya

kemampuan aktivitas. Penurunan kemampuan aktivitas akan menyebabkan

kelemahan serta atrofi dan mengakibatkan kesuliatan untuk mempertahankan serta

menyelesaikan suatu aktivitas rutin pada individu tersebut. Perubahan pada otot

inilah yang menjadi fokus dalam penurunan keseimbangan berkaitan dengan

kondisi lansia.

Menurut Lumbantobing (2005) perubahan yang jelas pada sistem otot

lansia adalah berkurangnya massa otot. Penurunan massa otot ini lebih disebabkan

oleh atrofi. Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas,

gangguan metabolik atau denervasi saraf (Martono, 2004). Perubahan ini akan

menyebabkan laju metabolik basal dan laju konsumsi oksigen maksimal

berkurang (Taslim, 2001). Otot menjadi lebih mudah capek dan kecepatan

kontraksi akan melambat. Selain dijumpai penurunan massa otot, juga dijumpai

berkurangnya rasio otot dengan jaringan lemak. Akibatnya otot akan berkurang

kemampuannya sehingga dapat mempengaruhi postur.

Perubahan-perubahan yang timbul pada sistem otot lebih disebabkan oleh

disuse. Lansia yang aktif sepanjang umurnya, cenderung lebih dapat

mempertahankan massa otot, kekuatan otot dan koordinasi dibanding mereka

yang hidupnya santai (Rubenstein, 2006). Tetapi harus diingat bahwa olahraga

yang sangat rutin pun tidak dapat mencegah secara sempurna proses penurunan

massa otot (Lumbatobing, 2005).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

11

Permasalahan yang terjadi pada lansia biasa sangat terlihat pada

menurunnya kekuatan grup otot besar. Otot-otot pada batang tubuh (trunk) akan

berkurang kemampuannya dalam menjaga tubuh agar tetap tegak. Respon dari

otot-otot postural dalam mempertahankan postur tubuh juga menurun. Respon

otot postural menjadi kurang sinergis saat bekerja mempertahankan posisi akibat

adanya perubahan posisi, gravitasi, titik tumpu, serta aligmen tubuh.

Pada otot pinggul (gluteal) dan otot-otot pada tungkai seperti grup otot

quadriceps, hamstring, gastrocnemius dan tibialis mengalami penurunan

kemampuan berupa cepat lelah, turunnya kemampuan, dan adanya atrofi yang

berakibat daya topang tubuh akan menurun dan keseimbangan mudah goyah.

b. Tulang

Pada lansia dijumpai proses kehilangan massa tulang dan kandungan

kalsium tubuh, serta perlambatan remodeling dari tulang. Massa tulang akan

mencapai puncak pada pertengahan usia dua puluhan (di bawah usia 30 tahun).

Penurunan massa tulang lebih dipercepat pada wanita pasca menopause. Sama

halnya dengan sistem otot, proses penurunan massa tulang ini sebagai disebabkan

oleh faktor usia dan disuse (Wilk, 2009).

Dengan bertambahannya usia, perusakan dan pembentukan tulang

melambat. Hal ini terjadi karena penurunan hormon estrogen pada wanita, vitamin

D, dan beberapa hormon lain. Tulang-tulang trabekular menjadi lebih berongga,

mikroarsitekur berubah dan sering patah baik akibat benturan ringan maupun

spotan (Martono, 2004). Implikasi dari hal ini adalah peningkatan terjadinya

resiko osteoporosis dan fraktur (Suhartin, 2010).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

12

c. Perubahan postur

Perubahan postur meningkatkan sejalan dengan pertambahan usia. Hal itu

dapat dihubungkan dengan keseimbangan dan resiko jatuh. Gangguan

keseimbangan lansia disebakan oleh degenerasi progresif mekanoreseptor sendi

intervertebra. Degenerasi karena peradangan atau trauma pada vertebra dapat

menggangu afferent feedback ke saraf pusat yang berguna untuk stabilitas

postural. Banyak perubahan yang terjadi pada vertebra lansia, seperti spondilosis

servikal yang dimana 80% ditemukan pada orang berusia 55 tahun keatas. Hal itu

berpengaruh terhadap penurunan stabilitas dan fleksibilitas pada postur

(Pudjiastuti, 2003).

Perubahan yang paling banyak terjadi pada vertebra lansia meliputi kepala

condong ke depan (kifosis servikal), peningkatan kurva kifosis torakalis, kurva

lumbal mendatar (kifosis lumbalis), penurunan ketebalan diskus intervertebralis

sehingga tinggi badan menjadi berkurang. Kepala yang condong ke depan

seringkali diartikan tidak normal, tetapi dapat dikatakan normal apabila hal itu

merupakan kompensasi dari perubahan postur yang lain. Kurva skoliosis dapat

timbul pada lansia karena perubahan vertebra, ketidakseimbangan otot erctor

spine dan kebiasaan atau aktivitas yang salah (Pudjiastuti, 2003).

Pada anggota gerak, variasi perubahan postur yang paling banyak adalah

protraksi bahu dan sedikit fleksi sendi siku, sendi panggul dan lutut. Adanya

perubahan permukaan dan kapsul sendi, akan mengakibatkan kecacatan varus atau

valgus dapat sendi panggul, lutut atau pergelangan kaki.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

13

Perubahan yang terjadi pada sistem saraf dan tulang memungkinkan

terjadinya penurunan kontrol terhadap postural secara statis. Selanjutnya,

perubahan otot, jaringan pengikat dan kulit dapat mempengaruhi perubahan

postur. Adanya trauma, gaya hidup atau kebiasaan memakai sepatu hak tinggi

juga memberi kontribusi pada percepatan perubahan postur lansia. Perubahan

postur ini tentunya akan berpengaruh pada keseimbangan saat berdiri karena pusat

gravitasi pada tubuh juga turut berubah.

2.1.3 Sistem persarafan

a. Saraf pusat

Menurut Martono (2004) pada lansia akan terjadi penurunan berat otak

sebesar 10%. Berat otak 350 gram pada saat kelahiran, kemudian meningkatkan

menjadi 1,375 gram pada usia 20 tahun, berat otak mulai menurun pada usia 45-

50 tahun penurunan ini kurang lebih 11% dari berat maksimal. Berat dan volume

otak berkurang rata-rata 5-10% selama umur 20-90 tahun. Otak mengandung 100

juta sel termasuk diantaranya sel neuron yang berfungsi menyalurkan impuls

listrik dari susunan saraf pusat.

Pada penuaan, otak kehilangan 100.000 neuron/tahun. Neuron dapat

mengirimkan signal kepada sel lain dengan kecepatan 200 mil/jam. Terjadi atrofi

cerebal (berat otak menurun 10%) antar usia 30-70 tahun. Secara berangsur-

angsur tonjolan dendrit di neuron hilang disusul membengkaknya batang dendrit

dan batang sel. Secara progresif terjadi fragmentasi dan kematian sel. Pada semua

sel terdapat deposit lipofusin (pigment wear and tear) yang terbentuk di

sitoplasma, kemungkinan berasal dan lisosom atau mitokondria (Suhartin, 2010).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

14

b. Saraf perifer

Saraf perifer tepi adalah jaringan saraf untuk semua gerakan (saraf

motorik) dan sensasi (saraf sensoris). Jaringan saraf ini berhubungan dengan

sistem sarat pusat (SSP) melalui batang otak dan pada beberapa tempat sepanjang

kord spinal. Ia menuju berbagai bagian tubuh. Saraf perifer membentuk

komunikasi antara otak dan organ, pembuluh darah, otot dan kulit. Perintah otak

akan dihantarkan oleh saraf motor, dan informasi dihantar kembali ke otak oleh

saraf sensori.

Penuaan menyebabkan penurunan presepsi sensorik dan respon motorik

pada susunan SSP. Hal ini terjadi karena SSP pada usia lanjut usia mengalami

perubahan. Berat otak pada lansia berkurang berkaitan dengan berkurangnya

kandungan protein dan lemak pada otak sehingga otak menjadi lebih ringan.

Akson, dendrit dan badan sel saraf banyak mengalami kematian, sedang yang

hidup banyak mengalami perubahan. Dendrit yang berfungsi untuk komunikasi

antar sel mengalami perubahan menjadi lebih tipis dan kehilangan kontak antar

sel. Daya hantar saraf mengalami penurunan 10% sehingga gerakan menjadi

lambat. Akson dalam medula spinalis menurun 37%. Perubahan tersebut

mengakibatkan penurunan kognitif, koordinasi, keseimbangan, kekuatan otot,

reflek, perubahan postur dan waktu reaksi (Sherwood, 2009).

Perubahan dalam sistem neurologis dapat termasuk kehilangan dan

penyusutan neuron, dengan potensial 105 kehilangan yang diketahui pada usia 80

tahun. Secara fungsional terdapat suatu perlambat reflek tendon, terdapat

kecenderungan kearah tremor dan langkah yang pendek-pendek atau gaya berjalan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

15

dengan langkah kaki melebar disertai dengan berkurangnya gerakan yang sesuai.

Waktu reaksi menjadi lebih lambat, dengan penurunan atau hilangnya hentakan

pergelangan kaki dan pengurangan reflek lutut, bisep dan trisep terutama karena

pengurangan dendrit dan perubahan pada sinaps, yang memperlambat konduksi

(Suhartin, 2010).

Dengan adanya perubahan tersebut tentunya akan berpengaruh pada

keadaan postural dan kemampuan lansia dalam menjaga keseimbangan tubuhnya

terhadap bidang tumpu. Kondisi penurunan kemampuan visual, vestibular dan

somatosensoris tentunya akan memperburuk keseimbangan pada lansia. Tubuh

akan mengalami gangguan dalam mempersepsikan base of support atau landasan

tempat berpijak. Kondisi muskuloskeletal yang mengalami penurunan juga

berpengaruh pada keseimbangan otot dan postural. Perubahan postur tersebut

berpengaruh pada perubahan Center of Gravity (COG) tubuh terhadap bidang

tumpu. Otot-otot baik ekstremitas bawah maupun atas akan mengalami penurunan

kekuatan. Akibat dari keadaan tersebut lansia sering mengalami gangguan

keseimbangan saat berdiri maupun saat beraktivitas dan rentan untuk jatuh.

2.2 Keseimbangan

2.2.1 Definisi keseimbangan

Keseimbangan merupakan kemampuan untuk mempertahankan keadaan

yang setimbang pada pusat gravitasi atas bidang tumpu, biasanya ketika dalam

posisi tegak dan pada berbagai posisi. Menurut Delitto (2003), keseimbangan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

16

merupakan kemampuan untuk mempertahankan equilibrium statis dan dinamis

tubuh ketika ditempatkan pada berbagai posisi.

Menurut Suhartono (2005), keseimbangan merupakan suatu pengaturan

yang kompleks untuk mempertahankan posisi tubuh terhadap aktivitas tubuh yang

disadari dan merespon terhadap perubahan dari luar. Dengan kata lain

keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol

dan mempertahankan pusat massa tubuh (center of body mass) atau pusat gravitasi

(center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support) dengan mengunakan

aktivitas otot yang minimal.

Keseimbangan statis adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi

tubuh dengan center of gravity (COG) tidak berubah. Keseimbangan dinamis

adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh dengan center of gravity

(COG) berubah (Abrahamova, 2008). Menurut Permana (2012), keseimbangan

statis merupakan keseimbangan yang diperlukan seseorang untuk

mempertahankan posisi tertentu, sedangkan keseimbangan dinamis adalah

kemampuan tubuh dalam menjaga keseimbangan saat melakukan gerakan atau

aktivitas seperti berjalan dan berlari.

Keseimbangan berfungsi untuk bergerak, mengidentifikasi orientasi

dengan terhadap gravitasi, menentukan arah dan kecepatan gerakan, dan membuat

otomatis penyesuaian postural untuk mempertahankan postur dan stabilitas di

berbagai kondisi dan kegiatan (Cook, 2001). Derajat stabilitas tubuh terhadap

bidang tumpu dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu (1) ketinggian dari titik pusat

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

17

gravitasi dengan bidang tumpu, (2) ukuran luas bidang tumpu, (3) posisi garis

gravitasi dengan bidang tumpu dan (4) berat badan.

Dalam mempertahankan keseimbangan dibutuhkan interaksi yang

kompleks dari integrasi sistem sensorik (visual, vestibular, dan somatosensoris

termasuk proprioceptif) dan sensomotorik (muskuloskeletal, otot, sendi jaringan

lunak) yang keseluruhan kerjanya diatur oleh otak terhadap respon atau pengaruh

internal dan eksternal tubuh. Bagian otak yang mengatur meliputi, basal ganglia,

cerebellum, area assosiasi (Batson, 2009). Keseimbangan melibatkan berbagai

gerakan di setiap segmen tubuh dengan didukung oleh sistem muskuloskeletal dan

bidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang

tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan

efesien.

2.2.2 Mekanisme Neurofisiologi Keseimbangan

Terdapat beberapa komponen fisiologis tubuh manusia untuk melakukan

reaksi keseimbangan. Bagian paling penting menjaga keseimbangan dengan

merasakan posisi bagian sendi atau tubuh saat bergerak adalah proprioseptif yang

menjaga keseimbangan. Kemampuan untuk merasakan posisi bagian sendi atau

tubuh dalam gerak (Brown et al., 2006).

Keseimbangan terbentuk melalui 3 proses utama dimulai dari input

sensoris, integrasi dari sensoris, dan output motoris. Keseimbangan normal

membutuhkan kontrol dari gravitasi untuk menjaga postur dan percepatan.

Percepatan dihasilkan dari dalam tubuh akibat gerakan volunter atau dari luar

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

18

sebagai akibat dari gangguan tak terduga (Felix, 2006). Keseimbangan diperlukan

koordinasi dari tiga sistem, yaitu sebagai berikut:

a. Sistem saraf menyediakan proses sensoris untuk persepsi tubuh melalui

sistem visual, vestibular dan somatosensoris.

b. Muskuloskeletal sistem meliputi postural alligment, fleksibilitas otot seperti

range of motion, integritas sendi dan muscle performance.

c. Contextual effect terbagi atas dua sistem yaitu sistem lingkungan baik

terbuka maupun tertutup, efek gravitasi, tekanan pada tubuh dan berbagai

gerakan.

Elemen-elemen diatas sangat penting untuk menjaga keseimbangan tubuh

dalam keadaan statis maupun dinamis. Dalam mempertahankan keseimbangan

postural membutuhkan kerja sama dan interaksi dari tiga komponen kontrol

postural, yaitu sistem sensori perifer meliputi sistem visual, vestibular dan

somatosensoris (taktil dan propioseptif) yang memberikan informasi secara

berkelanjutan tentang posisi dan gerakan dari seluruh bagian tubuh yang

dibutuhkan dalam mempertahankan keseimbangan postural (Kisner, 2010).

2.2.3 Sistem Vestibular

Sistem vestibular berperan penting dalam keseimbangan, gerakan kepala,

dan gerak bola mata. Sistem vestibular meliputi organ-organ bagian telinga dalam

yaitu telinga kanalis semisirkularis dan organ otolit (utrikulus dan sakulus).

Kanalis semisirkularis merasakan putaran kepala dan organ otolit merasakan

percepatan linier pada kepala. Utrikulus berfungsi mengisyaratkan posisi kepala

relatif terhadap gravitasi. Sakulus bereaksi pada percepatan linier. Sakulus

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

19

memberikan reaksi terhadap percepatan vertikal tingkat tinggi yang menimbulkan

respon motorik yang dibutuhkan untuk merespon gerakan secara optimal sewaktu

terjatuh (Jafek, 2005).

Gangguan fungsi vestibular dapat menyebabkan vertigo atau gangguan

keseimbangan. Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan

disekitarnya tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibular di labirin,

organ visual dan proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik

tersebut akan diolah di SSP, sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh pada

saat itu (Silverthrone, 2010).

Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan

cairan endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk.

Tekukan silia menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion

kalsium akan masuk ke dalam sel yang menyebabkan terjadinya proses

depolarisasi dan akan merangsang penglepasan neurotransmitter eksitator

diteruskan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang terletak di

batang otak (brain stem). Beberapa stimulus tidak menuju langsung ke nukleus

vestibular tetapi ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.

Sewaktu berkas silia terdorong ke arah berlawanan, maka terjadi hiperpolarisasi.

Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, formasi

(gabungan retikular), dan serebelum. Hasil dari nukleus vestibular di salurkan

menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang

menginervasi otot-otot proksimal, otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-

otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

20

mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural

(Watson et al., 2008).

2.2.4 Sistem Visual

Mata adalah organ visual mempunyai tugas penting bagi kehidupan

manusia yaitu memberi informasi kepada otak tentang posisi tubuh terhadap

lingkungan berdasarkan sudut dan jarak dengan objek sekitarnya. Dengan input

visual, maka tubuh manusia dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi

dilingkungan sehingga sistem visual langsung memberikan informasi ke otak,

kemudian otak memerikan informasi agar sistem muskuloskeletal dapat bekerja

secara sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh (Kolb, 2011).

2.2.5 Sistem Somatosensori

Sistem Somatosensori mempunyai beberapa neuron yang panjang dan

saling berhubungan satu sama lainnya yang mana sistem somatosensori memiliki

tiga neuron yang panjang yaitu : primer, sekunder dan tersier (Hanes, 2006).

Sistem somatosensori terdiri dari reseptor sensori dan motorik (aferen)

neuron di pinggiran (kulit, otot dan organ-organ misalnya), ke neuron yang lebih

dalam dari sistem saraf pusat. Sistem somatosensori adalah sistem sensorik yang

beragam yang terdiri dari reseptor dan pusat pengolahan untuk menghasilkan

modalitas sensorik seperti sentuhan, temperatur, proprioception (posisi tubuh),

dan nociception (nyeri). Reseptor sensorik menutupi kulit dan epitel, otot rangka,

tulang dan sendi, organ, dan sistem kardiovaskular. Informasi proprioseptif

disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

21

masukan (input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke

korteks serebri melalui lemniskus medialis dan thalamus (Horak, 2006).

Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian

bergantung pada impuls yang datang dari alat indera dalam dan sekitar sendi. Alat

indera tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovial dan

ligamentum. Impuls dari alat indera ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan

lain, serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam

ruang (Sezler, 2006).

2.2.6 Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan

Keseimbangan dipengaruhi oleh banyak faktor yang terdiri dari pusat

COG, garis gravitasi, bidang tumpu (base of support) dan kekuatan otot sehingga

dipengaruhi dari kematangan dan pertumbuhan pada komponen yang terdapat

individu.

a. Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)

Pusat gravitasi merupakan titik gravitasi yang terdapat pada semua benda

baik benda hidup maupun mati, titik pusat gravitasi terdapat pada titik tengah

benda tersebut, fungsi dari Center of gravity adalah untuk mendistribusikan massa

benda secara merata, pada manusia beban tubuh selalu ditopang oleh titik ini,

maka tubuh dalam keadaan seimbang. Tetapi jika terjadi perubahan postur tubuh

maka titik pusat gravitasi pun berubah, maka akan menyebabkan gangguan

keseimbangan (unstable). Titik pusat gravitasi selalu berpindah secara otomatis

sesuai dengan arah atau perubahan berat, jika center of gravity terletak di dalam

dan tepat ditengah maka tubuh akan seimbang, jika berada diluar tubuh maka akan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

22

terjadi keadaan unstable. Pada manusia pusat gravitasi saat berdiri tegak terdapat

pada satu inchi di depan vertebra sacrum dua (Bishop, 2009).

b. Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)

Garis gravitasi adalah garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat

gravitasi. Derajat stabilitas tubuh ditentukan oleh hubungan antara garis gravitasi,

pusat gravitasi dengan base of support (Huxam, 2005).

Gambar 2.1 Line of Gravity (Huxam, 2005)

c. Bidang tumpu (Base of Support-BOS)

Base of Support (BOS) merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan

dengan permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu,

tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area

bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas. Misalnya

berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri dengan satu kaki.

Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin

tinggi (Chang, 2009).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

23

d. Kekuatan otot (Muscle Strength)

Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau group otot menghasilkan

tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun secara

statis. Kekuatan otot dihasilkan oleh kontraksi otot yang maksimal. Otot yang

kuat merupakan otot yang dapat berkontraksi dan rileksasi dengan baik, jika otot

kuat maka keseimbangan dan aktivitas sehari-hari dapat berjalan dengan baik

seperti berjalan, lari, bekerja ke kantor, dan lain sebagainya. Kekuatan otot dari

kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk mempertahankan keseimbangan

tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung

dengan kemampuan otot untuk melawan gaya gravitasi serta beban eksternal

lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh (Knudson, 2007).

Faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan adalah kognitif. Kognitif

berpengaruh langsung pada kemampuan motorik seseorang. Kemampuan motorik

yang di maksud dapat berupa koordinasi, dexterity, agility dan keseimbangan

(Thomas, 2012). Pendapat tersebut diperkuat dalam hasil penelitian tentang

keseimbangan yang menyatakan bahwa latihan kognitif dapat meningkatkan

keseimbangan dan mengurangi resiko jatuh (Bowers, 2010).

Kognitif dapat meningkat bila seseorang melakukan aktivitas fisik secara

teratur. Aktivitas fisik langsung dapat menstimulasi otak dan meningkatkan

protein di otak yang disebut Brain Derived Neurotrophic Factor (BDNF). Protein

BDNF ini berperan penting menjaga sel saraf tetap bugar dan sehat serta berperan

terhadap fungsi memori pada otak. Kadar BDNF yang rendah dapat menyebabkan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

24

penurunan daya hantar antar saraf sehingga gerak menjadi lambat. Semakin

banyak lansia melakukan aktivitas fisik akan mengaktifkan peningkatan protein

BDNF pada otak sehingga daya hantar saraf mengalami peningkatan dan akan

meningkatkan waktu reaksi, kognitif dan reflek yang akan mempengaruhi

keseimbangan (Turana,2013).

Keseimbangan dinamis perlu untuk dijaga dan dioptimalkan

kemampuannya. Hal ini karena saat melakukan aktivitas sehari-hari keseimbangan

dinamis sangat berperan penting dalam menjaga posisi tubuh agar tetap tegak dan

akan tercipta koordinasi gerakan yang baik dan terarah. Menurut Sudarsono

(2006), keseimbangan dinamis sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena

dapat mencegah seseorang terjatuh, baik ketika jalan, bangkit dari duduk, naik-

turun tangga serta saat berjalan pada permukaan yang tidak rata.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa kemampuan

fungsional seperti jalan cepat, perubahan langkah, melangkah ke samping dan

melangkah melewati rintangan akan sulit dilakukan oleh lansia. Penurunan

kemampuan fungsional lansia dikaitkan dengan masalah keseimbangan dan jatuh.

Beberapa faktor yang menyebabkan jatuh seperti penurunan kekuatan otot,

penurunan fleksibilitas, dan hilangnya propioseptor ekstremitas bawah. Untuk

mencegah jatuh pada lansia, dapat dilakukan dengan cara olahraga dengan prinsip

penguatan, kontrol, keseimbangan dan berjalan dalam arah yang berbeda (Mao,

2006).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

25

2.6 Senam Aerobic Low Impact

2.6.1 Definisi Senam Aerobic Low Impact

Pada kondisi lanjut usia (lansia) terjadi penurunan massa otot serta

kekuatan (Martono, 2004). Hal tersebut diperburuk dengan keadaan lansia yang

kurang aktif. Kondisi demikian dapat berdampak pada kemampuan para lansia

dalam beraktivitas. Guna menjaga kemampuan para lansia yang non-patologis

(kondisi bugar) namun kurang aktif maka lansia disarankan untuk melakukan

senam aerobic low impact atau sering disebut senam lansia.

Caines (2014) menyatakan senam yang dapat diaplikasikan pada kondisi

lansia merupakan senam jenis aerobic low impact dimana tidak adanya gerakan

pembebanan yang berat maupun gerakan-gerakan melompat yang dapat

menciderai lansia. Selain itu, gerakan pada aerobic low impact juga disesuaikan

dengan gerakan tubuh yang dinamis dan irama musik yang lambat-sedang. Senam

aerobic low impact adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak

memberatkan yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu

tubuh agar tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong

jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang

berkliaran di dalam tubuh.

Prinsip dalam senam aerobic low impact pada lansia sama dengan senam

aerobik pada umumnya. Gerakan-gerakan pada senam dirancang untuk

menggerakan seluruh otot secara berkesinambungan, terutama otot besar dengan

gerakan secara terus menerus, berirama, maju dan berkelanjutan serta energi yang

diperlukan berasal dari proses oksidasi (Budiharjo, 2005). Pollock (2003)

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

26

mengklasifiksikan intensitas latihan berdasarkan pencapaian frekuensi denyut

jantung latihan. Kecukupan frekuensi denyut jantung maksimal atau Maximal

Heart Rate (MHR) yaitu 35-59% disebut intensitas sangat ringan, 60-69% disebut

ringan, 70-79% disebut sedang, 80-89% disebut tinggi dan lebih besar dari 90%

disebut sangat tinggi. American College of Sport Medicine (ACSM)

merekomendasikan bahwa untuk perkembangan kapasitas aerobik, intensitas

harus mencapai 60-69% dari MHR. Menurut Budiharjo (2005) MHR pada pria

dapat diukur dengan rumus (220 – umur) dalam tahun, sedangkan pada wanita

dapat diukur dengan (200 – umur) dalam tahun. Gerakan pada senam tersebut

terbagi menjadi 3 fase yaitu: (1) warming up (pemanasan) selama 10, (2) gerakan

inti selama 30 menit dan (3) colling down (pendinginan) selama 15 menit.

Menurut Kostic, et all (2006), untuk memperoleh kebugaran serta tujuan,

latihan sebaliknya dilakukan dengan frekuensi 2-5 kali perminggu dan dengan

durasi latihan 20-60 menit. Yu (2009), menyatakan bahwa durasi latihan 15-30

menit sudah dinilai cukup apabila latihan dilakukan secara terus menerus dan

didahului 5-10 menit pemanasan dan diakhiri dengan 5-10 menit pendinginan

2.6.2 Fase Gerakan Dalam Senam Aerobic Low Impact

Dalam penelitian ini diberikan program senam aerobic low impact yang

sama pada kedua kelompok. Senam ini dilakukan dalam tiga fase yaitu pemanasan

(warming up), (2) inti (conditioning) dan (3) pendinginan (colling down). Kriteria

gerakan tersebut adalah:

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

27

a. Gerakan Pemanasan (warming up)

Pemanasan merupakan serangkaian gerakan persiapan yang harus

dilakukan untuk mengawali aktifitas senam dengan tujuan untuk mempersiapkan

anggota gerak tubuh baik otot, tulang maupun sistem kardiovaskuler agar dapat

melakukan aktifitas gerakan yang lebih berat pada latihan berikutnya dan

mencegah terjadinya cidera.

Pemanasan dilakukan secara bertahap tanpa menyebabkan kelelahan dan

sukup untuk meningkatkan suhu otot dan suhu inti tubuh. Pemanasan dapat

dilakukan mulai dari gerakan-gerakan sederhana yang kecil ke gerakan yang lebih

kompleks dan besar secara bertahap guna mempersiapkan otot-otot dan sendi,

meningkatkan denyut jantung, meningkatkan sirkulasi cairan dalam tubuh serta

mempersiapkan tubuh secara psikologis dan emosional (Brick, 2001).

Karakteristik dari fase pemanasan yaitu dilakukan selama 10 menit dari

total latihan dengan gerakan berupa penguluran otot-otot, sendi dan gerakan

senam ringan untuk memperkenalkan organ tubuh serta merangsang otot agar

mengenali kebutuhan gerak.

Keberhasilan dalam melakukan pemanasan ditandai dengan meningkatnya

suhu tubuh 1-2oC, pengeluaran keringat, peningkatan denyut jantung secara

bertahap hingga mencapai 60% denyut jantung maksimal.

b. Gerakan Inti (conditioning)

Fase inti merupakan fase utama dari sistematika senam. Pada fase ini harus

tercapai target latihan sebagai indikator untuk memprediksi bahwa latihan tersebut

telah mencapai zona latihan. Rentang zona latihan aerobik adalah 60-90% dari

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

28

denyut jantung maksimal, dimana denyut nadi seseorang bervariasi tergantung

umur, genetik, jenis kelamin, IMT, etnis dan stress.

Menurut Giriwijoyo (2013) fase ini mempertimbangkan latihan dengan

intensitas cukup besar untuk merangsang peningkatan stroke volume dan cardiac

output serta untuk meningkatkan sirkulasi lokal dan metabolisme aerobik pada

kelompok otot yang terlibat. Penekanan latihan submaksimal, berirama, berulang-

ulang, dinamis dan melibatkan kelompok otot besar. Waktu yang dibutuhkan

dalam fase ini 30 menit untuk total gerakan.

Gerakan dalam fase ini dapat bertujuan untuk menguatkan otot-otot

terutama pada tungkai agar kestabilan tubuh terjaga. Posisi gerakan yang berdiri

sambil menggerakan tubuh bagian atas selain memperkuat otot-otot tubuh juga

dapat membantu otot-otot ekstremitas bawah terutama gluteal, quadriceps,

hamstring, gastrocnemius dan tibialis unutk berkerja meningkatkan keseimbangan

karena otot-otot pada pinggul dan tungkai bawah tersebut semakin kuat.

c. Gerakan pendinginan

Pada fase pendinginan dapat menggunakan gerakan yang berupa

penguluran ringan atau menyerupai pemanasan. Pendinginan mencegah akumulasi

darah pada anggota gerak tubuh dengan tetap menggunakan otot untuk

mempertahankan aliran balik vena. Pendinginan bermanfaat untuk mencegah

pingsan dengan meningkatkan kembalinya darah ke jantung dan otak saat cardic

output dan aliran balik vena menurun. Fase pendinginan berlangsung 5-10 menit

hingga denyut jantung menurun mendekati denyut nadi semula.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

29

2.6.3 Senam Aerobik Low Impact terhadap Keseimbangan

Senam aerobic low impact meningkatkan keseimbangan pada lansia, oleh

karena gerakan yang digunakan dalam senam aerobic low impact komponen

keseimbangan seperti sistem muskuloskeletal, sensomotorik dan neuromuskular,

berikut analisis unsur-unsur posisi dan gerakan senam aerobic low impact yang

meningkatkan keseimbangan:

a. Gerakan pada posisi kaki rapat

Kaki rapat mengakibatkan base of support menjadi sempit. Sempitnya

base of support akan meminimalisir kerja visual dan meningkatnya body sway.

Minimalnya kerja visual akan mengakibatkan berkurangnya input vestibular

sehingga mengakibatkan propioseptif bekerja mempertahankan keseimbangan

akibat adanya persepsi ketidakseimbangan. Respon keseimbangan akan muncul

sebagai umpan balik adanya ketidakstabilan akibat BOS yang sempit. Respon

umpan balik terjadi secara cepat dengan adanya aktifasi desenden dan tanggapan

singkat atency refleks akibat adanya gerakan kompensasi mekanik pergelangan

kaki menstabilkan otot dan mengubah informasi proprioseptif (Chang, 2009)

b. Gerakan membuka kaki, gerakan jalan di tempat dan gerakan berjalan ke

samping

Kaki terbuka mengakibatkan base of support menjadi bervariasi. Base of

support yang bervariasi akan merangsang propioseptif untuk identifikasi posisi

sendi. Identifikasi posisi sendi direspon tubuh sebagai informasi gerakan baru

kemudian timbul umpan balik untuk mempertahankan posisi tetap seimbang.

Pengulangan posisi dengan BOS yang besar akan diterima oleh otak dan COG

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

30

untuk secara cepat memberikan umpan balik sehingga keseimbangan dapat

dicapai secara otomatis (Streepey, 2007)

c. Gerakan kepala

Senam aerobic low impact memiliki unsur gerakan kepala yaitu fleksi,

ekstensi, lateral fleksi, dan rotasi kepala. Gerakan kepala tersebut terdapat pada

bagian pemanasan, inti dan pendinginan. Gerakan kepala yang paling

mempengaruhi keseimbangan adalah gerakan lateral fleksi dan gerakan rotasi.

Gerakan lateral fleksi kepala akan mempengaruhi sistem vestibular yaitu

utrikulus dan sakulus. Pergerakan linier seperti gerakan fleksi kepala akan

merangsang makula yang terdiri dari sel-sel rambut. Stereosilia dari sel-sel rambut

yang panjang menjadi gel kental yang disebut membran otolithic akan

menanggapi gerakan kepala. Lateral fleksi kepala menyebabkan membran

otolithic untuk meluncur di atas makula arah gravitasi. Membran otolithic

bergerak, stereosilia menekuk menyebabkan beberapa sel rambut untuk

mendepolarisasi dan yang lain hiperpolarisasi. Posisi yang tepat dari kepala

ditafsirkan oleh otak berdasarkan pola depolarisasi sel rambut. Perbedaan inersia

antara stereosilia sel rambut dan membran otolithic mengarahkan ke gaya geser

yang menyebabkan stereosilia untuk menekuk ke arah akselerasi linear dan tubuh

harus merespon secara tepat agar seimbang.

Gerakan rotasi pada senam aerobic low impact akan mempengaruhi

semisirkular kanal oleh mekanisme sistem push-pull. Pergerakan rotasi kepala

akan menyebabkan seluruh cairan keluar kanal dan selama gerakan rotasi maka

terjadi pergerakan kupula dan rambut sensorik. Pergerakan silia menyebabkan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

31

exictation sel menuju kinocilium dan frekuensi perubahan kecepatan gerak rotasi

yang ditransmisikan kinocilium akan menggerakan serabut saraf vestibular

memberi input menuju ke saraf kranial. Sinyal yang dikirim ke saraf ini

menyebabkan refleks vestibulo-okular yang akan memungkinkan mata untuk

memperbaiki posisi pada objek bergerak.

Gerakan baru akan dikirim ke retikular kemudian dikirim ke sumsum

tulang belakang dan terjadi reaksi refleks cepat untuk kedua tungkai dan batang

untuk mendapatkan kembali keseimbangan (Saladin, 2011). Perubahan rotasi

kepala akan di proses ke thalamus yang memungkinkan untuk kepala dan kontrol

motor tubuh serta menjadi sadar posisi tubuh dan merespon gerakan rotasi kepala

yang berlawanan yaitu gerakan ke kiri atau sebaliknya.

d. Gerakan persilangan antara kaki dan tangan

Gerakan persilangan akan mengkoordinasikan otak atas (korteks) dan

batang otak kemudian ke pusat gerak dan pusat nerves cranialis yang akan

aktivasi di serebelum sehingga merangsang vestibular system (Thomas, 2012).

e. Gerakan berdiri dan gerakan berdiri satu kaki

Masukan (input) proprioseptor pada sendi, tendon dan otot dari kulit di

telapak kaki juga merupakan hal penting untuk mengatur keseimbangan saat

berdiri statis maupun dinamis. Pengaturan posisi tubuh akan merangsang central

processing yang berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi, menata respon

sikap, serta mengorganisasikan respon dengan sensorimotor. Selain itu, efektor

berfungsi sebagai perangkat biomekanik untuk merealisasikan respon yang telah

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

32

terprogram sistem saraf pusat, yang terdiri dari unsur lingkup gerak sendi,

kekuatan otot, aligmen sikap, serta stamina.

Pada saat berdiri tegak, dan berdiri satu kaki tubuh harus meminimalisir

gerakan kecil yang muncul dari tubuh, yang biasa disebut dengan ayunan tubuh

agar tetap seimbang.

2.7 Aquatic Exercise Therapy

2.7.1 Prinsip Aquatic Exercise Therapy

Prinsip-prinsip yang dimiliki oleh air membuat latihan menjadi lebih

mudah dan bermanfaat terhadap keseimbangan lansia, sebagai berikut:

a. Gaya apung (buoyancy)

Gaya apung (buoyancy) adalah gaya tekan ke atas yang dihasilkan cairan

yang terjadi ketika tubuh masuk kedalam air. Hukum Archimedes menyatakan

ketika tubuh masuk ke dalam air dalam keadaan istirahat, maka akan terjadi

dorongan oleh air terhadap tubuh ke arah atas (Brody, 2009).

Buoyancy dan gaya gravitasi secara konstan saling melawan dan mencapai

keseimbangan saat tubuh terbenam sebagian. Posisi tubuh berdiri atau vertikal

mencapai keseimbangan jika terbenam sedalam bahu. Buoyancy dapat

memberikan dukungan atau tahanan. Buoyancy digunakan untuk mengurangi gaya

gravitasi pada anggota gerak tubuh yang lemah sehingga mampu menahan berat

badan, mengurangi tekanan sendi dan mengurangi tegangan otot yang menumpu

badan serta dapat digunakan untuk latihan mobilisasi seseorang yang mengalami

kekakuan sendi atau penurunan kekuatan otot. Buoyancy juga dapat menjadi

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

33

tahanan untuk meningkatkan kekuatan otot jika tubuh digerakkan menjauhi

permukaan air (Vargas, 2004).

Ketika melakukan latihan di dalam air, gerakan akan dihambat oleh

tekanan air sehingga otot akan berkontraksi lebih kuat untuk melawan dan

mempertahankan posisi tubuh agar mencapai keadaan stabil.

b. Tekanan hidrostatik atau hukum pascal

Cairan memberikan tekanan pada seluruh permukaan tubuh yang terbenam

sesuai dengan kedalaman. Tekanan hidrostatik membantu mendorong darah

kembali kejantung lebih efisian. Air disekeliling tubuh membantu sirkulasi darah

dari tungkai menuju jantung. Tekanan hidrostatis juga memberikan penekanan

ringan di sekitar tulang rusuk sehingga pada saat bernapas ketika tubuh berada di

dalam air, akan membentuk latihan yang sangat baik bagi pernapasan (Brody,

2009).

c. Kepadatan relative (Relative density)

Relative density berhubungan dengan berat jenis suatu objek sama dengan

isi dari cairan pada suhu dan tekanan yang standar. Objek yang memiliki

kepadatan lebih tinggi dari pada air akan tenggelam dan sebaliknya. Jaringan otot

lebih padat dibandingkan jaringan lemak. Sehingga orang yang kurus dan berotot

akan cenderung tenggelam, sedangkan orang yang lebih banyak jaringan

lemaknya akan cenderung mengapung (Brody, 2009).

d. Tahanan cairan (fluid resistance)

Tahanan cairan terjadi akibat gaya yang melawan suatu ketika bergerak

melewati air. Gerakan yang dilakukan di dalam air akan diperlambat oleh tahanan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

34

cairan, semakin cepat benda bergerak maka semakin besar usaha yang harus

dilakukan dan semakin besar pula tahanan cairan yang menghambat dari segala

arah. Sementara bila di darat, tahan dirasakan hanya dari satu arah saja yang

tergantung pada arah beban yang diberikan (Vargas, 2004).

Tahanan cairan memberikan keuntungan saat melakukan latihan di dalam

air, karena memberikan efek penyanggan sehingga otot postural akan berkontraksi

menjaga tubuh agar tetap pada posisi stabil. Tahanan cairan juga dapat

meningkatkan kesadaran sensoris, meningkatkan waktu reaksi dan belajar

mempertahankan keseimbangan dalam lingkungan air (Brody, 2009)

e. Turbulence

Teori Bernoulli menyatakan turbulence merupakan hubungan antara

kecepatan cairan dengan tekanan cairan di dalam aliran yang tenang. Perubahan

kecepatan dan arah gerakan dapat mengubah turbulence. Gerakan acak yang

terjadi di dalam air, sebagai respon dari ketidakstabilan. Hal ini menyebabkan

perubahan tekanan cairan dan terjadi putaran di dalam air. Efek dari putaran air

memberikan efek pijatan untuk rileksasi dan tahanan pada saat latihan. Apabila

seseorang bergerak melewati air, maka akan menghasilkan putaran arus. Putaran

arus menyebabkan gangguan yang membuat kondisi tubuh di dalam air menjadi

tidak stabil, sehingga otot-otot tungkai dan postural akan berkontaksi menjaga

tubuh agar tetap seimbang (Brody, 2009).

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

35

2.7.3 Komponen spesifik aquatic exercise therapy

Aquatic exercise therapy terdiri dari beberapa komponen spesifik, yaitu

sebagai berikut :

a. Pemanasan (warming up)

Pemanasan merupakan latihan permulaan yang berguna untuk

mempersiapkan fisik dan harus selalu dilakukan saat pertama kali sebelum

memulai latihan. Gerakan dalam pemanasan harus dilakukan secara perlahan-

lahan, yang bertujuan untuk mempersiapkan grup otot dan persendian, agar dapat

terulur serta kuat saat terjadi kenaikan suhu dan sirkulasi dalam otot, tanpa harus

menyebabkan timbulnya kelelahan pada otot dan adanya pengurangan cadangan

energi. Pemanasan dapat membuat otot menjadi lebih fleksibel dan mengurangi

terjadinya cedera (Brody, 2009).

Tujuan dari pemanasan adalah sebagai berikut (1) menaikkan suhu tubuh

dan otot, (2) mengurangi kemungkinan terjadinya cedera pada otot dan

penguluran pada ligamen, (3) meningkatkan lingkup gerak sendi, (4)

mengidentifikasi adanya nyeri atau keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS), (5)

mencegah sakit pada otot atau spasme.

b. Inti (conditioning)

Latihan inti yang dirancang oleh peneliti terdiri dari dua tahap, yaitu

penguluran (stretching) dan latihan keseimbangan.

1. Penguluran (stretching)

Stretching dirancang untuk meningkatkan LGS pada persendian.

Persendian yang memiliki pergerakan yang luas, dapat meningkatkan

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

36

kemampuan seseorang dan membuat pergerakan menjadi lebih efisien.

Apabila fleksibilitas persendian meningkat, maka otot dan tendon akan

menjadi lebih lunak (soft) dan ligamen menjadi lebih luwes (Kisner, 2010).

Spasme pada otot akan membuat LGS seseorang menjadi lebih

terbatas. Ketika melakukan latihan fleksibilitas, harus dihindari ballistic

stretching atau penguluran yang dilakukan secara tiba-tiba atau mendadak,

yang dapat memicu terjadinya spasme otot. Penguluran harus dilakukan

secara perlahan dan dengan kecepatan sedang saat melakukan penguluran.

Penguluran secara statis paling baik, karena saat dilakukan penguluran otot

dibiarkan dalam keadaan memanjang tanpa menghasilkan sobekan pada

jaringan otot. Untuk menghasilkan penguluran terbaik, maka saat

melakukan penguluran pada suatu persendian, dilakukan penahanan

selama 15 – 20 detik (Brody, 2009).

Tujuan dari latihan stretching ini adalah sebagai berikut (1)

mengembalikan lingkup gerak sendi normal pada suatu persendian dan

meningkatkan mobilitas jaringan lunak disekitar persendian, (2) untuk

mencegah spasme otot, (3) untuk memfasilitasi rileksasi pada otot, (4)

untuk mengurangi resiko terjadinya cedera pada otot saat latihan atau

melakukan suatu pergerakan.

2. Latihan keseimbangan

Latihan keseimbangan bagi lansia di dalam air memberikan

pengaruh yang baik, karena latihan di dalam air memanfaatkan prinsip

fisik yang dimiliki oleh air. Prinsip penahanan yang diberikan oleh zat cair

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

37

dapat meningkatkan kesadaran sensoris seseorang serta meningkatkan

waktu reaksi seseorang, sehingga dapat tetap mempertahankan posisi

tubuh dalam keadaan tetap stabil. Hal ini dapat membuat seseorang

menjadi lebih tanggap sehingga dapat menurunkan resiko jatuh yang

sering terjadi pada lansia.

c. Pendinginan (colling down)

Pendinginan berfungsi menghilangkan ketegangan otot. Ketegangan otot

dapat dihasilkan oleh tubuh secara fisiologis dan juga oleh psikologis. Ketegangan

otot secara fisiologis dapat disebabkan oleh karena nyeri akut atau cedera,

sedangkan ketegangan otot secara psikologis disebabkan oleh karena stres atau

cemas. Faktor seperti kelelahan dan tekanan yang berlebihan pada seseorang akan

dapat berpengaruh terhadap ketegangan ototnya. Rileksasi lokal dapat dilakukan

dengan pemanasan, pemijatan (massage) dan penarikkan pada persendian.

Rileksasi general dapat dilakukan dengan mengapung, meditasi seperti yoga, dan

latihan pernapasan.

Tujuan dari gerakan rileksasi adalah menurunkan ketegangan otot,

menurunkan atau mengurangi stres dan kecemasan, serta dapat untuk

menghentikan lingkaran nyeri.

2.7.4 Aquatic exercise therapy terhadap keseimbangan

Aquatic exercise therapy meningkatkan keseimbangan pada lansia, oleh

karena gerakan yang digunakan dalam aquatic exercise therapy dapat

meningkatan kualitas dari komponen keseimbangan seperti sistem

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

38

muskuloskeletal, sensomotorik dan neuromuskular, berikut analisis unsur-unsur

posisi dan gerakan aquatic exercise therapy yang meningkatkan keseimbangan:

1. Straddle standing, Thigh side bends dan Heel raises

Saat kaki jinjit dan menyangga berat tubuh dengan kedua kaki atau satu

kaki dan akan terjadi perubahan pada base of support (BOS) yang bervariasi,

sehingga merangsang propioseptif untuk identifikasi posisi sendi. Identifikasi

posisi sendi direspon tubuh sebagai informasi gerakan baru kemudian timbul

umpan balik untuk mempertahan posisi tetap seimbang. Pengulangan posisi

dengan BOS yang besar akan di terima oleh otak dan COG untuk secara cepat

memberikan umpan balik sehingga keseimbangan dapat dicapai secara

otomatis, dapat dilihat gambar 2.4.

(a) (b) (c)

Gambar 2.2 (a) Straddle standing, (b) Thigh side bends, (c) Heel raises (Brody,

2009)

2. Stork stand, Leg balance exercise dan Four-corner pivot

Bertumpu pada satu kaki dapat merangsang kontraksi otot tungkai agar

mempertahankan posisi tubuh agar tetap stabil di dalam air. Gerakan ini

juga merangsang propioseptif terhadap posisi sendi yang akan berdampak

pada BOS yang akan memberikan respon ke otak dan COG mengalami

perubahan secara cepat yang akan menimbulkan keseimbangan secara

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

39

otomatis. Terlebih lagi, saat bertumpu pada satu tungkai dan tungkai lainnya

bergerak kedepan, samping dan belakang akan menyebabkan terjadinya

putaran arus yang mengakibatkan ketidakstabilan tubuh. Otot-otot tungkai

juga menerima hambatan oleh air sehingga otot-otot tungkai dan postural

bekerja lebih kuat agar dapat mempertahankan kestabilan tubuh, dapat

dilihat gambar 2.5.

(a) (b) (c)

Gambar 2.3 (a) Thigh side bends, (b) Leg balance exercise, (c) Four-corner pivot

(Brody, 2009)

3. Forward walking, Backward walking, Side walking

Berjalan maju, mundur dan ke samping di dalam air dapat menimbulkan

terjadinya tahanan cairan dan turbulence terhadap otot-otot tungkai dan

postural dari segala arah serta memberikan efek kesadaran sensoris pada

seluruh permukaan tubuh. Hal tersebut dapat meningkatkan waktu reaksi

sehingga otot akan memberikan umpan balik terhadap tubuh agar mampu

mempertahankan keseimbangan secara otomatis, dilihat dari gambar 2.6.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

40

(a) (b) (c)

Gambar 2.4 (a) Forward walking, (b) Backward walking, (c) Side walking

(Brody, 2009)

2.8 Pengukuran Keseimbangan Dinamis Pada Lansia

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur keseimbangan dimanis adalah

four square step test. Peralatan yang diperlukan dalam four square step test adalah

stopwatch dan 4 buah tongkat dengan panjang 90 cm digunakan untuk membuat

persegi di lantai. Keseimbangan dinamis diukur dengan satuan detik.

Gambar 2.7 Four square step test

Pelaksanaan four square step test adalah subjek berdiri pada persegi

angka 1 dengan menghadap ke depan. Kemudian subjek melangkah ke samping

kanan (persegi angka 2), melangkah ke belakang (persegi angka 3), melangkah ke

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan … II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya

41

samping kiri (persegi angka 4), melangkah ke depan (persegi angka 1). Setelah

itu, subyek kembali melangkah ke belakang (persegi angka 4), melangkah ke

samping kanan (persegi angka 3), melangkah ke depan (persegi angka 2) dan

berakhir melangkah ke samping kiri (persegi angka 1). Stopwatch dimulai sejak

kaki pertama menyentuh lantai pada persegi angka 2 dan stopwatch dihentikan

saat kaki terakhir menyentuh lantai pada persegi angka 1. Subjek diminta untuk

menyelesaikan urutan secepat mungkin tanpa menyentuh tongkat dan kedua kaki

harus menyentuh lantai pada setiap persegi (Gunarto, 2005).

Four square step test merupakan salah satu alat ukur keseimbangan yang

baik. Alat ukur ini mempunyai validitas dan reliabilitas yang baik pula. Dite

(2002) menjelaskan bahwa alat ukur ini mempunyai reliabilitas inter-rater dengan

r=0,99 dan retest reliability 0,98. Selain itu four square step test berkorelasi

dengan alat ukur keseimbangan yang lainnya. Bahkan alat ukur ini mempunyai

validitas yang lebih tinggi dengan nilai p<0,01.

Whitney (2007) menjelaskan bahwa ada kriteria dari hasil pengukuran

menggunakan four square step test, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1

Kriteria Pengukuran Menggunakan Four Square Step Test

RESIKO JATUH NILAI

Tinggi > 15 detik

Sedang 11 – 15 detik

Rendah < 10 detik


Top Related