10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 HIPNOTERAPI
2.1.1 Definisi Hipnosis
Pengertian hipnosis adalah suatu kondisi yang menyerupai tidur yang dapat
secara sengaja dilakukan kepada orang, dimana mereka akan memberikan respons
pada pertayaan yang diajukan dan sangat terbuka dan reseptif terhadap sugesti yang
di berikan oleh hipnoterapist. Teknik atau praktik dalam mempengaruhi orang lain
untuk masuk ke dalam kondisi hipnosis. Hipnosis sendiri juga diartikan sebagai suatu
kondisi di mana perhatian menjadi sangat terpusat sehingga tingkat sugestibilitas
meningkat sangat tinggi, seni komunikasi untuk mempengaruhi seseorang sehingga
mengubah tingkat kesadaranya, yang dicapai dengan cara menurunkan gelombang
otak. Hipnosis juga disebut sebagai seni eksplorasi alam bawah sadar, kesadaran yang
meningkat, suatu kondisi pikiran yang dihasilkan oleh sugesti (Gunawan, 2012).
2.1.2 Jenis-Jenis Hipnosis
Jenis-jenis hipnosis dibagi menjadi 5 yaitu :
a. Stage Hypnosis
Stage hypnosis adalah hipnosis yang digunakan untuk pertunjukan hiburan,
dalam stage hypnosis, hipnotis memilih subjek dari antara penonton, yang
setelah melewati serangkaian uji sugestibilitas, membuat subjek tersebut
masuk ke dalam kondisi trance. Kemudian hipnotis memberikan
“program” yang akan dijalankan setelah subjek bangun atau sadar dari
kondisi trance. Program yang dimasukan biasanya “aneh-aneh” dan tidak
masuk akal, misalnya seorang pria mengaku hamil, handphone jadi
11
sepatu, menjadi penyayi terkenal, dan sebagainya (Gunawan, 2012:13).
b. Anodyne Awareness
Anodyne Awareness adalah aplikasi hipnosis untuk mengurangi rasa sakit
fisik dan kecemasan. Banyak dokter, tenaga medis, perawat, dan dokter
gigi menggunakan teknik anodyne untuk membantu pasien menjadi rileks
dengan sangat cepat dan mengurangi rasa sakit dengan mental anastesi
(Gunawan, 2012:15).
c. Forensic hypnosis
Forensic hypnosis adalah penggunaan hipnosis sebagai alat bantu dalam
melakukan investigasi atau penggalian informasi dari memori. Sering
kali, dalam suatu kejadian yang mempuyai muatan emosi negatif tinggi,
misalnya dalam kasus kejahatan, orang mengalami “lupa ingatan” akan
kejadian tersebut. Hal itu terjadi karena pikiran bawah sadar
menyembuyikan informasi traumatik sehingga tidak dapat diakses oleh
pikiran sadar, dengan tujuan agar pengalaman buruk itu tidak lagi diingat
(Gunawan, 2012:15).
d. Metaphysical Hypnosis
Metaphysical Hipnosis adalah aplikasi hipnosis dalam meneliti berbagai
fenomena metafisik. Jenis hipnosis ini bersifat eksperimental. Dengan
hipnosis, seseorang akan dapat dengan angat cepat masuk ke kondisi
rileks yang sangat dalam (somnambulims), yang diukur dengan EEG
akan menunjukan frekuensi gelombang otak yang sangat
rendah(Gunawan, 2012:16).
12
e. Clinical Hypnosis atau Hypnotherapy
Clinical Hypnosos atau Hypnotherapy adalah aplikasi hipnosis dalam
menyembuhkan masalah mental dan fisik (psikosomatis). Aplikasi dalam
pengobatan penyakit, antara lain depresi, kecemasan, fobia, stres,
penyimpangan perilaku mual dan muntah, nyeri, melahirkan, penyakit
kulit, dan msih banyak lagi (Gunawan, 2012:14).
2.1.3 Fisiologis Hipnosis
a. Pola gelombang otak
Setiap orang punya pola gelombang yang unik dan selalu konsisten.
Keunikan itu tampak pada komposisi ke empat jenis gelombang pada
saat tertentu. Komposisi gelombang otak itu menentukan tingkat
kesadaran seseorang. Meskipun pola gelombang otak ini unik, tidak
berarti akan selalu sama sepanjang waktu. Kita dapat secara sadar,
dengan teknik tertentu, mengembangkan komposisi gelombang otak
agar bermanfaat bagi diri kita. Frekuensi impuls menentukan jenis
gelombang otak yaitu Beta, Alfa, Theta, dan Delta. Jenis atau kombinasi
dari jenis gelombang otak menentukan kondisi kesadaran pada satu
saat (Gunawan, 2012:54). Sistem Limbic salah saatu bagian otak yang
berada pada bagian atas batang otak dan di bawah korteks. Adapun
peran-peranan dari struktur sistem limbik itu sendiri antara lain banyak
terlibat dengan fungsi emosi seperti perasaan senang yang
berhubungan dengan kelangsungan hidup, pengalaman seksual,
motivasi yang ada pada diri manusia, learning, fungsi neuroendokrin dan
aktivitas autonomi dan memory yang nantinya akan mempengaruhi
mekanisme tingkah laku individu. Sehingga nantinta sistem limbik juga
13
memiliki peran dalam fungsi-fungsi seperti flight or fight, homoestatis, self-
maintenance, napsu makan, dan seksualitas, dapat dikatakan bahwa
sistem limbic merupakan nyawa yang menentukan bagaimana individu
tersebut hidup dan berperilaku di lingkunganya (Muttaqin, 2012:16).
b. Beta
Beta adalah gelombang otak yang frekuensinya paling tinggi. Beta
dihasilkan oleh proses berfikir secara sadar. Beta terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu beta rendah 12-15 Hz, beta 16-20 Hz, dan beta tinggi 21-
40 Hz. Gelombang beta memungkinkan seseorang memikirkan sampai
9 obyek secara bersamaan (Gunawan, 2012:55).
c. Alfa
Alfa adalah jenis gelombang yang frekuensinya sedikit lebih lambat
dibandingkan beta, yaitu 8-12 Hz. Alfa berhubungan dengan kondisi
pikiran yang rileks dan santai. Dalam kondisi alfa, pikiran dapat melihat
gambaran mental secara sangat jelas dan dapat merasakan sensasi
dengan lima indra dari apa yang terjadi atau dilihat dalam pikiran. Alfa
adalah pintu gerbang bawah sadar (Gunawan, 2012:56).
d. Theta
Theta adalah gelombang otak, pada kisaran frekuensi 4-8 Hz, yang
dihasilkan oleh pikiran bawah sadar (subconscious mind). Theta
muncul saat kita bermimpi dan saat terjadi REM (rapid eye movement).
Pikiran bawah sadar menyimpan memori jangka panjang kita dan juga
merupakan gudang inspirasi kreatif. Selain itu, pikiran bawah sadar juga
menyimpan materi yang berasal dari kreativitas yang ditekan atau tidak
diberi kesempatan untuk muncul ke permukaan dan materi psikologis
14
yang ditekan. Meskipun kita dapat masuk ke theta dan mengakses
berbagai materi yang tersimpan di sana, bila tidak dibantu dengan
gelomabang alfa dan beta. Semua materi yang berhubungan dengan
emosi, baik itu emosi positif maupun negatif, tersimpan dalam pikiran
bawah sadar (Gunawan, 2012:57).
e. Delta
Delta adalah gelombang otak yang paling lambat, pada kisaranya
frekuensi 0,1-4 Hz, dan merupakan frekuensi dari pikiran unconscious
mind. Pada saat kita tidur lelap, otak hanya menghasilkan gelombang
delta agar kita dapat istirahat dan memulihkan kondisi fisik. Delta juga
memberikan kebijakan dengan level kesadaran psikis yang sangat dalam
(Gunawan, 2012:58)
f. Aktivasi sistem saraf parasimpatik
Dalam diri manusia, sebagaimana berlaku pada semua mamalia,
terdapat dua sistem saraf yaitu saraf pusat dan sistem saraf otonom.
Sistem saraf pusat mengatur respons motorik hingga impresi sensori
melalui otak dan saraf pada tulang belakang. Sistem saraf otonom
mengatur sistem internal, yang biasanya merupakan gerak yang di luar
kendali pikiran sadar. Yang termasuk dalam kendali sistem saraf
otonom, antara lain adalah detak jantung sitem pecernaan, dan aktivitas
kelenjar. Sistem saraf otonom terbagi menjadi dua bagian, yang cara
kerjanya saling bertolak belakang. Sistem pertama adalah sistem saraf
simpatik, yang bertanggung jawah bersifat darurat. Misalnya jantung
berdetak lebih cepat dan lebih kuat, tekanan darah meningkat, atau
pernafasan menjadi lebih cepat. Penyebab sistem sarafsimpatik aktif
15
karena respon dari perasaan takut dan tegang diterjemahkan sebagai
suatu kondisi darurat dan tubuh manusia, secara refleks, menyimpan
diri untuk memberikan respon lawan. Sebaliknya kerja sistem saraf
parasimpatik mengakibatkan detak jantung melambat, tekanan darah
turun, dan respon insting dari kondisi istirahat dan relaksasi (Muttaqin,
2012:31). Respons parasimpatik mengakibatkan kita menajadi lebih
tenang dan nyaman, semua itu bertujuan untuk menghambat energi
tubuh. Kedua sistem saraf, simpatik dan parasimpatik, tidak bisa aktif
bersamaan. Saat proses hipnosis dilakukan, yang terjadi sebenarnya
adalah hipnosis mengaktifkan sistem saraf parasimpatik klien sehingga
klien menjadi sangat rileks dan nyaman. Hal ini sangat bermanfaat
dalam melakukan terapi karena subjek akan tetap rileks (Gunawan,
2012:91)
2.1.4 Definisi Hipnoterapi
Menurut (Setiawan, 2009:179) tentang Hipnoterapi, dikatakan bahwa
Hipnoterapi dipandang sebagai salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari
manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan, dan perilaku.
Hipnoterapi dapat juga dikatakan sebagai salah satu teknik terapi pikiran yang
menggunakan hipnotis. Hipnotis dapat diartikan sebagai ilmu memberi sugesti atau
perintah kepada pikiran bawah sadar. Orang yang ahli dalam menggunakan hipnotis
untuk terapi disebut “hipnotherapist” (hipnoterapis).
Hipnoterapi merupakan konsep penyembuhan yang menyeimbangkan sistem
harmonisasi tubuh dengan mengatur kembali pola pola negatif yang sering dilakukan,
baik secara sadar maupun tidak secara sadar olah seseorang. Dengan memasuki
pikiran bawah sadar klien, pola-pola negatif yang selama ini dilakukan oleh klien bisa
16
dikoreksi dan diprogram kembali dengan memberikan pandangan-pandangan baru
yang bisa memberikan kenyamanan dan ketenangan secara jangka panjang bagi klien
(Hakim, 2010)
Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa Hipnoterapi sebagai
aplikasi hipnosis dalam menyembuhkan gangguan mental dan meringankan
gangguan fisik. Uraian ini sesuai dengan pendapat (Anam, 2010) bahwa dalam
praktek di lapangan hipnoterapi telah terbukti secara medis bisa mengatasi berbagai
macam gangguan psikologis maupun fisik, Misalnya: menghilangkan kebiasaan buruk
merokok, menghilangkan phobia, mengurangi nyeri, memberi efek anaesthesia pada
cabut gigi dan sebagainya (Gunawan, 2012).
2.1.5 Manfaat Hipnoterapi
Hipnotherapi adalah ilmu untuk mengeksplorasi pkiran, maka segala masalah
yang berkaitan dengan pikiran dan perasaan biasa dibantu dengan hipnoterapi.
Hipnotherapi juga bisa berperan dalam bidang kecantikan, kedokteran, kebidanan,
kesehatan tubuh dan pikiran, masalah anak dan remaja, pengembangan diri, masalah
seksual, bahkan untuk sekedar hiburan dan reklesi mental. Hipnotherapi banyak
untuk mengatasi berbagai masalah seperti minder kurang percaya diri, stess terlalu
banyak pikiran, trauma selalu terbayang pengalaman buruk, berhenti merokok
selamanya dan menghilangkan nyeri haid berlebihan (Gunawan, 2012).
Hipnotrapi di gunakan untuk sebagai penyembuhan segala macam gangguan
yang berkaitan dengan pikiran dan perasaan, mulai dari menurunkan berat badan
sampai menyembuhkan gangguan mental yang berat. Hipnotrapi juga cara tercepat
dan termudah untuk mengubah pikiran, perasaan, perilaku, kebiasaan dan
kepribadian seseorang. Dari segi medis hipnotrapi bisa digunakan untuk anastesi,
cabut gigi, khitan, menjahit luka dan operasi besar atau kecil (Mustofa, 2012).
17
Hipnotrapi adalah aplikasi hipnosis dalam menyembuhkan gangguan mental
dan meringankan gangguan fisik. Dalam praktek di lapangan hipnosis telah terbukti
secara medis bisa mengatasi berbagai macam gangguan psikologis maupun fisik,
misalnya menghilangkan kebiasaan buruk merokok, menghilangkan phobia (Triana,
2014).
Adapun maanfaat lain dari hipnoterapi menurut (Setiawan, 2009), diantaranya yaitu :
a. Forensic Hypnosis
Forensic Hypnosis digunakan dalam penyelidikan kepolisian, hipnosis dapat
digunakan untuk menggali informasi dari saksi.suatu kejadian traumatis seperti
dalam kasus kejahatan yang menakutkancenderung membuat pikiran bawah
sadar menyembuyikan ingatan yang lengkap tentang kejadian tersebut agar
tidak dapat diingat oleh pemikiran sadar. Tujuan pikiran sadar menyembuyikan
informasi itu sesungguhnya untuk kebaikan diri sendiri karena apabila kejadian
itu dapat diingat dalam kondisi sadar, rasa takut akan sering muncul tanpa
sebab. Dengan bantuan hipnosis,korban atau saksi dapat mengingat kembali
peristiwa-peristiwa dengan jelas.
b. Erotic Hypnosis atau Hypnosex Hipnosis
Erotic hypnosis ini dapat berperan dalam berbagai macam bidang, tidak terkecuali
dalam urusan seksual. Erotic hypnosis atau hypnosex merupakan aplikasi hipnosis
yang berfungsi meningkatkan kualitas hubungan seks. Karena seks dapat
menjadi hiburan biologis sekaligus psikologis yang sangat seru,berbeda, dan
luar biasa.
18
2.1.6 Cara Kerja Hipnoterapi
Manusia dikarunia Allah dua pikiran yaitu pikiran sadar atau rasional dan
pikiran bawah sadar atau irasional. Seseorang yang berpikir terus menerus tentang
suatu hal di pikiran sadar lama lama akan tersimpan dalam alam bawah sadar. Pikiran
bawah sadar adalah tempat emosi dan pikiran yang mencipta, jika seseorang
menanamkan pikiran positif dalam dirinya maka akan menuai hasil yang positif,
namun kalao negatif maka akan menuai hasil yang negetif. Serta sifat pikiran bawah
sadar adalah tidak pernah memilih milih, dan tidak pernah menolak apa yang
ditanamkan, sekali seseorang menerima maka hal itu akan diwujudkan. Pikiran sadar
manusia adalah gerbang dari pikiran bawah sadarnya. Sebelum sesuatu masuk dalam
alam bawah sadar maka terlebih dahulu melalui seleksi alam sadarnya (Afriani, 2015).
Selama proses hipnosis, tubuh seseorang akan terasa rileks, sedangkan
pikirannya sanagat terfokos dan penuh perhatian. Seperti halnya teknik relaksasi
lainya, hipnosis menurunkan tekanan darah dan detak jantung serta mengubah semua
jenis aktivitas gelombang otak. Dalam kondisi yang rileks, seseorang secara fisik akan
merasa sangat tentram meski secara mental dalam kondisi waspada. Dalam kondisi
yang sangat terkonsentrasi, orang sangat responsif terhadap segala sugesti. Jika anda
berusaha untuk berhenti merokok misalnya sugesti seoarang terapi akan
menyakinkan perokok bahwa di masa depan akan merasa sangat tidak suka dengan
rokok (Setiawan, 2009).
Hipnoterapi secara fisiologis, bekerja melalui sistem gelombang otak. Pada sesi-
sesi hipnoterapi, seperti induksi dan deepening, pasien akan dibimbing terapis dari
pikiran sadar ke pikiran bawah sadar. Pada kondisi seperti ini akan memasuki kondisi
hipnosis yang lebih dalam, sehingga gelombang otak yang semula berada pada
gelombang beta akan berubah pelan-pelan menuju gelombang alpha. Otak dalam
19
kondisi alpha akan memproduksi hormon seretonin dan endorfin yang menyebabkan
seseorang merasakan rasa nyaman, tenang, bahagia sehingga stess menjadi menurun
(Setiawan, 2009).
Hipnosis bekerja pada pikiran bawah sadar, yakni pada gelombang alpha
sampai dengan theta, pikiran ini adalah lawan dari conscious mind atau pikiran sadar.
Pikiran sadar adalah pikiran yang kita gunakan sehari-hari yang dipenuhi dengan
analisa, proses berpikir dan penilaian. Sebaiknya pikiran bawah sadar bekerja tanpa
analisa ibaratnya sebuah gudang besar yang menyimpan emosi, memori, kepribadian,
intuisi, persepsi, kepercayaan terhadap suatu hal dan kebiasaan. Sifat pikiran bawah
sadar adalah dia tidak pernah memilih-milih dan menolak apa yang ditanamkan, sekali
dia menerima maka hal itu akan diwudujudkan. Saat seseorang berada dalam kondisi
pikiran bawah sadar, dia berada dalam keadaan remang-remang, suasana sadar tapi
tidak mampu lagi untuk mengolah pikiran secara detil, dan menerima saja segesti yang
diberikan (Maliya, 2011).
2.1.7 Tahapan Hipnoterapi
Menurut The Indonesian Board Of Hypnotrapi (IBH), (2015) bahwa hipnoterapi
dapat dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu :
a. Pre induction (Prainduk)
Tahap preinduction seperti sebuah keadaan di mana dua orang sedang
melakukan percakapan pada tahap awal perkenalan. Pre-induksi
merupakan suatu proses untuk mempersiapkan suatu situasi dan kondisi
yang kondusif antara ahli hipnoterapi dengan klien. Dalam tahapan pre-
induksi ini ahli hipnoterapi membangun hubungan dengan klien melalui
percakapan ringan, saling berkenalan, serta hal hal lain yang bersifat
mendekatkan ahli hipnosis secara mental terhadap klien. Selain itu, pada
20
tahapan ini klien diberikan seputar hipnosis dan manfaatnya untuk
kemudian dipastikan apakah klien bener-bener mau di dihipnosis atau
tidak (The Indonesian Board Of Hypnotrapi (IBH), 2015).
b. Induction (Induksi)
Induksi merupakan sugesti untuk membawa klient dari normal state ke
hypnosis state, atau dengan kata lain induksi akan membuat conscious dari
klien “sangat rileks” atau bahkan “tertidur”. Terdapat ratusan jenis induksi
yang diperuntukkan untuk klien dengan tipe sugestivitas yang berbeda-
beda. Sebagai pemahaman awal, secara garis besar, teknik induksi dibagi
atas 2 kelompok, yaitu : 1. Induksi untuk klien dengan sugestivitas rendah
,2. Induksi untuk klien dengan sugestivitas tinggi. Dalam memberikan
induksi, harus mahir dalam menyusun variasi kalimat pacing- leading. Dalam
sesi hypnotherapi, terget seorang hypnotherapist adalah membawa klient ke
suasana yang rilek dan sugestif, tidak selalu harus “tertidur” atau “deep
trance”. Kondisi deeptrance hanya diperlukan untuk teknik trerapeutic
tertentu (The Indonesian Board Of Hypnotrapi (IBH), 2015).
c. Deepening
Konsep dasar dari deepening ini adalah membimbing klient untuk
berimajinasi melakukan sesuatu kegiatan atau berada di suatu tempat yang
mudah dirasakan oleh klien. Rasa mengalami secara dalam ini akan
membimbing klien memasuki trance level lebih dalam. Deepening dapat
berupa imajinasi :
1) Alam atau tempat : gunung, pantai, taman bunga, rumah, dan kamar.
2) Hitungan : hitungan dan sugesti langsung (The Indonesian Board Of
Hypnotrapi (IBH), 2015).
21
d. Depth Level Test (Tes Kedalaman Hipnosis)
Suatu teknik untuk memeriksa kedalaman dari subyek. Dapat dilakukan
dengan berbagai cara, antara lain :
1) Dengan melakukan konfirmasi secara langsung kepada klien misalnya
dengan teknik ideo Motor Response yaitu subjek memberikan jawaban
yang jujur yaitu subjek memberikan jawaban yang jujur sesuai dengan
jawaban pikiran bawah sadar melalui respon gerakan fisik.
2) Dengan cara mengamati tanda-tanda di fisik subjek.
3) Dengan membandingkan tanda-tanda kedalaman dengan skala
kedalaman skala kedalaman trance (depth Trance Scale) (The Indonesian
Board Of Hypnotrapi (IBH), 2015).
e. Suggestion Therapy
Suggestion Therapy merupakan salah satu metode Hypnotherapi paling
sederhana dan hanya dapat diterapkan ke kasus-kasus sederhana, antara
lain : kasus-kasus yang sangat jelas penyebabnya, serta sebagai teknik
untuk meningkatkan motivasi dan empowerment (pemberdayaan). Pada
prinsipnya suggestion therapi adalah scrip sebuah cerita atau saran yang
disampaikan kepada klien, berkaitan dengan dengan permasalahan klien.
Untuk menyusun script suggestion therapy dibutuhkan pengetahuan-
pengetahuan praktis yang berkaitan dengan pemberdayaan diri serta
pengetahuan praktis mengenai psikologi manusia. Suggestion therapy
biasanya dilakukan sekitar 15-20 menit pada saat pelaksanaan suggestion
therapi tetap dapat dilakukan prosos deeping berulang kali untuk
pendalaman relaksasi klien. Untuk kasus-kasus kompleks, tidak disarankan
menggunakan suggestion therapi secara langsung, melainkan menggunkan
22
Hypnotrerapeutic technique (Hypnotherapy Advanced) untuk menggali
permasalahan secara lebih jelas (The Indonesian Board Of Hypnotrapi
(IBH), 2015).
Untuk hal-hal utama dalam Suggestion Therapy, sebaiknya menggunakan aturan
umum dalam sugesti, yaitu :
1) Positive (sebutkan apa yang diinginkan, bukan yang dihindari).
2) Repetition (pengulangan).
3) Present tense (hindari kata akan).
4) Pribadi.
5) Tambahan sentuhan emosional dan imajinasi.
6) Progressive (bertahap), jika diperlukan (Gunawan, 2012).
f. Hypnotherapeutic Technique
Hypnotherapeutic adalah suatu teknik hipnoterapi yang sesuai dengan
permasalahan dan kondisi klien. Seluruh teknik hypnotherapeutic ini dapat
dimanfaatkan secara bersama-sama untuk menghasilkan efek
penyembuhan hipnotherapi dan dapat dimodifikasi sesuai dengan kultur
atau belief dari klien. Teknik hipnoterapeutik ini digunakan untuk mencari
akar permasalahan pada klien. Setelah mengetahuai akar permasalahan
dari klien, klien diberikan pemograman positif sehingga menghasilkan
perilaku baru Indonesian Boartd Of Hypnotherapy (IBH, 2015).
23
Menurut Gunawan (2015) Ada empat langkah hipnoterapeutik untuk
memfasilitasi perubahan yaitu :
1. Sugesti post-hipnosis dan imajinasi
Langkah ini sangat efektif bila klien memiliki motivasi yang kuat
untuk berubah, baik pada level pikiran sadar dan bawah sadar.
Hanya dengan memberikan dorongan dalam bentuk sugesti secara
benar dan diperkuat dengan imajinasi atau visualisasi, klien akan
berubah. Bila motivasi klien tidak kuat, langkah ini tidak akan
efektif karena akan mendapatkan resitensi dari pikiran sadar dan
pikiran bawah sadar (Gunawan, 2012:137).
2. Menemukan akar masalah
Meskipun ada klien yang bisa sembuh tanpa tahu atau menumukan
akar masalahnya, terapis perlu menemukan akar masalah yang
sesungguhnya. Masalah atau simtom diselesaikan dengan
menyelesaikan atau me-release beban emosi negatif akibat kejadian
yang menajadi akar masalah (Gunawan, 2015:138 ).
3. Release
Terapi dilakukan untuk membantu klien melepas atau me-release
perasaan atau emosi negatif dari pengalaman di masa lalu. Hal ini
sangat penting karena karena emosi ini, bila tidak di release akan
membuat klien terkunci dalam pola perilaku lama (Gunawan,
2015:138).
24
4. Pemahaman baru atau perilaku baru
Tujuan dari langkah ini adalah membantu klien membuat
pemahaman baru, berdasarkan cara pandang dan kebijakan orang
dewasa, terhadap masalah yang dialami, akar masalah, dan
solusinya (Gunawan, 2015:139).
g. Termination
Termination adalah suatu tahapan untuk mengakhiri proses hypnosis. Konsep
dasar terminasi adalah memberikan sugesti atau perintah agar seorang
klien tidak mengalami kejutan psikologis ketika terhubung dari “tidur
hypnosis”. Standar dari proses terminasi adalah membangun sugesti
positif yang akan membuat tubuh seorang klien lebih segar dan rileks,
kemudian diikuti dengen proses hitungan beberapa detik untuk membawa
clien ke kondisi normal kembeli. Contoh : ” kita akan mengakhiri sesi
hypnotherapi ini bapak saya akan menghitung dari 1 sampai dengan 5, dan pada
tepat pada hitungan ke 5 nati, silahkan anda bangun dalam keadaan sehat dan segar
. 1 tarik nafas dan hembuskan 2 rasakan anda semakin sehat 3 anda bertambah
segar 4 anda benar-benar merasakan tubuh anda sehat dan segar 5 silahkan bangun
dalam keadaan yang sangat sehat dan segar” (The Indonesian Board Of Hypnotrapi
(IBH), 2015).
Menurut Rustamaji & Kristiyadi, (2011) seorang klien yang akan di hipnoterapi
juga membutuhkan beberapa syarat atau kondisi, yaitu:
1. Menerima secara sadar dan sukarela tanpa paksaan (tidak menolak).
2. Mempunyai kemampuan menerima sugesti (susceptibility).
3. Dapat berkomunikasi dengan baik.
4. Mempunyai kemampuan untuk memusatkan pikiran (fokus).
25
5. Membutuhkan kerjasama antara hipnoterapis dan pasien.
6. Dibutuhkan suasana yang mendukung, biasanya tempat yang tenang
dan jauh dari kegaduh.
Menurut Meliya (2011) perlakuan terapi hipnoterapi dilakukan selama 45
menit, dalam perlakuan ini terapis memberikan beberapa tahapan sugesti
berupa Pre induction, Induction, Deepening, Depth Level Test, Suggestion Therapy,
Hypnotherapeutic Technique dan Termination. Hasil dari tahapan sugesti tersebut
dapat bekerja secara langsung untuk menurunkan nyeri dan permasalahan
lainya. Menurut Hauser, at al (2016) sesi hipnosis medis umumnya berlangsung
selama 20-50 menit dan hasil dari jurnal The Afficacy, Safety and Applications of
Medical Hypnosis mengatakan bahwa durasi paling banyak digunakan ialah durasi
dalam waktu 45 menit, dapat dibagi menjadi beberapa tahapan dalam hipnosis
berupa Pre induction, Induction, Deepening, Depth Level Test, Suggestion Therapy,
Hypnotherapeutic Technique dan Termination. Hipnosis mempunyai bukti akurat
adanya keefektivan dan keamanan hipnosis dalam pengobatan. Inggris Medical
Association dan American Medical Association sangat mendukung penggunaan
hipnoterapi dalam terapi pengobatan.
2.1.8 Hipnoterapi Terhadap Penurunan Dismenorea
Penelitian Setyawati dan Murniati (2013) dengan judul “Pengaruh Hipnoterapi
Terhadap Nyeri Pada Pasien Dispepsia di RSUD Dr.R.Goeteng Taruna Dibrata
Purbalingga” menunjukkan hipnoterapi terbukti efektif dalam menurunkan
menejemen nyeri dispepsia. Hipnoterapi menyebabkan relaksasi, sehingga tubuh
akan mengeluarkan hormon endokrin yang menghambat signal nyeri di subtansia
galatinosa (cornudorsalis medula spinalis). Hipnoterapi adalah salah satu penyembuhan
yang menyeimbangkan sistem harmonisasi tubuh dengan mengatur kembali pola-
26
pola negatif yang sering dilakukan, baik secara sadar maupun tidak secara sadar oleh
terapis. Dengan memasuki pikiran bawah sadar klien, pola-pola negatif yang selama
ini di lakukan oleh klien bisa dikoreksi dan di program kembali memberikan
pandangan-pandangan baru yang bisa memberikan kenyamanan dan ketenangan
secara jangka panjaang (Hakim, 2010).
Menurut Gunawan (2012) manusia mempunyai dua macam pikiran, yaitu pikiran
sadar dan pikiran bawah sadar. Peran dan pengaruh pikiran sadar terhadap diri kita
adalah sebesar 12%, sedangkan pikiran bawah sadar mencapai 88%. Pikiran sadar dan
bawah sadar sebenarnya saling mempengaruhi dan bekerja dengan kecepatan yang
sangat tinggi. Hipnoterapi terdapat berbagai macam-macam fase dimana fase
tersebut sangat mempengaruhi kinerja apa yang di inginkan untuk penyembuhan
pasien. Fase tersebut antara lain ada fase 1) pre induction yaitu proses awal sebelum sesi
hipnoterapi yang sangat penting dan bersifat kritis, serta menentukan kesuksesan sesi
hipnoterapi 2) induction sugesti untuk membawa klien dari normal state ke hipnotis
state, atau dengan kata lain induksi akan membuat concious dari klien “sangat rilek” 3)
deepening merupakan cara membimbing klien untuk berimajinasi melakukan sesuatu
kegiatan atau berada disuatu tempat yang mudah dirasakan oleh klien atau
membimbing klien memasuki trance level lebih dalam. Deepwning dapat berubah
berimajinasi berada di alam atau tempat yang disukai 4) depth level test dapat diartikan
sebagai tingkat kedalaman hipnosis 5) suggestion therapy adalah salah satu metode
hipnoterapi yang paling sederhana. Prinsip suggestion therapy berupa cerita atau saran
disampaikan oleh klien berkaitan dengan permasalahan klien dan biasanya dilakukan
selama 15-20 menit 6) hypnotherapeutic adalah suatu teknik hipnoterapi yang sesuai
dengan permasalahan dan kondisi klien. Seluruh teknik hypnotherapeutic ini dapat
dimanfaatkan secara bersama-sama untuk menghasilkan efek penyembuhan
27
hipnotherapi dan dapat dimodifikasi sesuai dengan kultur atau belief dari klien. 7)
termination suatu tahapan untuk mengakhiri proses hipnosis, konsep dasar termination
untuk memberikan sugesti atau perintah agar seorang klien tidak mengalami kejutan
psikologis ketika terbangun dari tidur hipnosis. Standar dari proses terminasi adalah
membangun sugesti positif yang akan membuat tubuh seorang klien lebih segar dan
rileks.
Hipnoterapi dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor fisiologis dan
psikologis dimana faktor fisiologis yang berkaitan dengan kondisi fisik seseorang dan
faktor psikologis dimana faktor tersebut berkaitan dengan kondisi mental atau emosi
seseorang. Faktor psikologi merupakan cara yang digunakan untuk mengenali
perasaan mereka, mengumpulkan dan menganalisis informasi, merumuskan pikiran
dan pendapat dalam mengambil tindakan. Manusia mempunyai dua macam pikiran,
yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Peran dan pengaruh pikiran sadar
terhadap diri kita adalah 12%, sedangkan pikiran bawah sadar mencapai 88%. Melalui
hipnosis, pikiran atau ingatan seseorang dapat di eksplorasi yaitu hal-hal tidak
menyenangkan yang mungkin di sembunyikan pikiran sadar. Hipnosis akan mencari
sumber dimana awal respon seseorang terhadap suatu hal. Ketika sesuatu terjadi pada
seseorang, maka hal itu akan di ingat oleh tubuh dan emosi. Respon terhadap hal
tersebut akan dilakukan berdasarkan ingatan awal kemudian respon yang dianggap
tidak baik akan diganti dengan sesuatu yang baru atau pemograman positif sehingga
menghasilkan perilaku baru seseorang. Ketika tahap pemikiran terpenting yang
betkaitan dengan masalah, hipnoterapis akan memberikan saran dan masukan yang
positif sehingga klien akan diminta untuk mengikuti saran-saran tersebut dan klien
akan dikembalikan ke alam sadar dengan bimbingan hipnoterapis dan merilekskan
28
klien sesudah dilakukannya hipnoterapi (The Indonesian Board Of Hypnotrapi IBH,
2015).
Menurut National Center for Complementary an Alternative Medicine (2012)
Hipnoterapi merupakan penanganan nyeri yang dapat digunakan dalam penanganan
dismenorea dengan efektif dan efisien. Hipnoterapi termasuk kedalam jenis terapi
komplementer mind and body interventions. Hipnoterapi adalah aplikasi hipnosis dalam
menyembuhkan gangguan mental dalam meringankan gangguan fisik. Dalam praktek
dilapangan hipnosis telah terbukti secara medis bisa mengatasi berbagai macam
gangguan psikologi maupun fisik. Menurut Gunawan (2012) hipnoterapi dapat
menurunkan intesitas dismenorea dengan dua mekanisme. Mekanisme pertama adalah
dengan menahan impuls nyeri di medulla spinalis sehingga impuls nyeri tidak
dihantarkan ke thalamus. Tahap induksi dan deepening dalam kondisi relaksasi yang
bertujuan agar otak memiliki gelombang theta. Pada kondisi relaksasi ini merangsang
tubuh memproduksi analgetik endogen yaitu endorphin yang dapat menahan impuls nyeri
di mudula spinalis. Mekanisme kedua adalah dengan mengubah persepsi nyeri di kortex
serebri. Tahap sugesti dalam hipnoterapi merupakan tindakan untuk memberikan data
baru masuk ke pikiran bawah sadar di system limbik. Data yang dimasukka adalah data
bahwa rangsang kontraksi yang dirasakan akan dipersepsikan sebagai rasa bahagia,
rasa nyukur dan rasa yang diharapkan. Dalam kondisi tersadar dari sugesti, pikiran
bawah sadar akan mempengaruhi kortek serebri. Ketika kortes serebri mendapatkan
impuls kontraksi maka impuls itu akan dipersepsikan sebagai rasa bahagia dan rasa
syukur. Kondisi ini bersifat permanen (Gunawan, 2012).
29
2.2 DISMENOREA
2.2 Definisi Dismenorea
Dysmenorrhea berasal dari bahasa Yunani-dys yang berarti sulit, nyeri, abnormal,
meno berarti bulan, dan rrhea berarti aliran. Dysmenorrhea atau dismenorea dalam
bahasa Indonesia berarti nyeri pada saat mentruasi. Hampir semua wanita mengalami
rasa tidak enak pada perut bagian bawah saat mentruasi. Namun, istilah dismenorea
hanya dipakai bila nyeri begitu hebat sehingga menggangu aktifitas dan memerlukan
obat-obatan. Uterus atau rahhim terdiri atas otot yang juga berkontraksi dan relaxasi.
Pada umumnya, kontraksi otot uterus tidak dirasakan, namun kontraksi yang hebat
dan sering menyebabkan aliran darah ke uterus terganggu sehingga timbul nyeri.
Dismenorea terbagi menjadi dua jenis yaitu dismenorea primer dan dimenorea sekunder
(Sukarni & Wahyu, 2013:37).
Disminorea adalah nyeri mentruasi (haid) yang terjadi saat terjadinya haid.
Keluhan disminorea harus selalu dianggap serius dan harus dilakukan upaya untuk
mengurangi insidennya. Usia normal bagi seorang wanita mendapatkan menstruasi
untuk pertama kalinya pada usia 12 atau 13 tahun. Tetapi ada juga yang mengalaminya
lebih awal, yaitu pada usia 8 tahun atau lebih lambat yaitu usia 18 tahun (Sukarni
&Wahyu: 24).
Dismenorea adalah rasa sakit yang tidak tertahankan pada saat menstruasi, sakit
menusuk, nyeri hebat di sekiter perut bagian bawah menyebar ke paha dan kaki
(Priyatna, 2009). Dismenorea atau nyeri haid merupakan suatu gejala bukan penyakit.
Istilah disminorea biasa dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat. Dalam kondisi ini,
penderita harus mengobati nyeri tersebut dengan analgesik dan memeriksakan diri ke
dokter dan mendapatkan penanganan, perawatan atau pengobatan yang tepat.
Disminorea berat adalah nyeri haid yang disertai mual, muntah, diare, pusing, nyeri
30
kepala, dan kadang-kadang pingsan. Jika sudah demikian ,penderita tidak boleh
menganggap remeh dan harus segera memeriksakan diri ke dokter. Penangannya pun
akan di lakukan secara menyeluruh dan memeriksa kondisi kesehatan dan latar
belakang, serta riwanyat penyakit dalam keluarga. Bisa jadi, kondisi nyeri tersebut
dipicu oleh penyakit lain (Anurogo & wulandari, 2011).
2.3 Klasifikasi Dismenorea
Secara klinis, disminorea dibagi menjadi dua yaitu :
1. Dismenorea primer
a. Definisi Dismenorea Primer
Disminorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan alat-
alat genital yang nyata. Disminorea primer biasanya terjadi dalam 6-12 bulan
pertama setelah 2 bulan haid pertama, segera setelah siklus ovulasi teratur
ditentetukan (Anurogo & Wulandari, 2011:44).
Dismenorea primer adalah adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan
pada alat-alat genital yang nyata.sifat kas nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit,
biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah
pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual,
muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dam sebagainya (Sukarni &Wahyu: 40).
Biasanya dismenorea primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3
tahun setelah menstruasi pertama dan bertambah berat setelah beberapa
tahun sampai usia 23-27 tahun, lalu mulai mereda. Frekuensinya menurun
sesuai pertambahan usia dan biasanya berhenti setelah melahirkan (Sukarni
&Wahyu: 42).
31
b. Patofisiologi Dismenorea Primer
Dismenorea primer adalah rasa nyeri yang terjadi selama masa mentruasi
dan selalu berhubungan dengan siklus ovulasi. Hal ini disebabkan oleh korpus
luteum yang akan mengalami regresi apabila tidak terjadi kehamilan. Hal ini
akan mengakibatkan penurunan kadar progesteron dan mengakibatkan
labilisasi membram lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim
fospolipase A2. Fasfolipasae A2 akan menghidrolisis senyawa fasfolipid yang
ada di membran sel endrometrium dan menghasilkan asam arakhidonat.
Asam arakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium akan
merangsang kaskade asam arakhidonat dan menghasilkan prostaglandin
PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan dismenorea primer didapatkan adanya
peningkatan kadar PGE2 dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang merangsang
miometrium. Akibatnya terjadi peningkatan kontraksi dan disritmi uterus,
sehingga terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan mengakibatkan
iskemia. Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga menyebabkan
sensitisasi, selanjutnya menurunkan ambang rasa sakit pada ujung-ujung saraf
aferen nerfus pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia (Anurogo & wulandari,
2011).
c. Mekanisme Dismenorea Primer
Menurut Karmi (2013) mekanisme dismenorea primer disebabkan
karena adanya prostaglandin F2a yang merupakan stimulan miometrium poten dan
vasokonstriktor pada endometrium. Kadar prostoglandin yang meningkat selalu
ditemui pada wanita yang mengalami dismenorea dan tentu saja berkaitan erat
dengan derajat nyeri yang ditimbulkan. Peningkatan kadar ini dapat mencapai
3 kali dimulai dari fase proliferatif hingga fase luteal, dan makin bertambah ketika
32
menstruasi. Peningkatan kadar prostaglandin inilah yang meningkatkan tonus
miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan. Adapun hormon yang
dihasilkan pituitari posterior yaitu vasopresin yang terlihat dalam penurunan aliran
menstruasi dan terjadi dismenorea primer.
Penyebab terjadinya dismenorea primer adalah rasa nyeri di perut bagian
bawah, menjalar ke daerah pinggang dan paha. Kadang-kadang disertai mual,
muntah, diare, sakit kepala dan emosi yang labil. Nyeri timbul sebelum haid
dan berangsur hilang setelah darah haid keluar (Sukarni &Wahyu, 2013:48).
Faktor lain yang bisa memperburuk dismenorea adalah kurang
berolahraga, stres psikis atau stres sosial. Pertambahan umur dan kehamilan
akan menyebabkan dismenorea primer. Hal ini terjadi diduga terjadi karena
adanya kemunduran saraf rahim akibat penuaan dan regangan pada waktu
rahim membeser dalam kehamilan, ujung-ujungnya syaraf di rongga panggul
dan sekiternya menjadadi rusak ( Anurogo & Wulandari, 2011)
d. Faktor yang Mempengaruhi Dismenorea primer
1) Prostaglandin
Penelitian dalam tahun-tahun terakhir menunjukan bahwa
peningkatan kadar prostaglandin (PG) penting peranannya sebagai
penyebab terjadinya dismenorea. Atas dasar itu disimpulkan bahwa
(PG) yang dihasilkan uterus berperan dalam menimbulkan
hiperaktivitas miometrium. Jika (PG) dilepaskan dalam jumlah
berlebihan ke dalam peredaran darah, maka selain dismenorea
timbul pula pengaruh umum lainya seperti diare, mual, muntah
(Sukarni &Wahyu, 2013:49).
33
2) Hormon streroid seks
Dismenorea primer hanya terjadi pada siklus ovulatorik. Artinya,
dismenorea hanya timbul bila uterus berada di bawah pengaruh
progesteron. Sedangkan sintesis PG berhubungan dengan fungsi
ovarium. Kadar progesteron yang rendah akan menyebabkan
terbentuknya PGF-alfa dalam jumlah yang banyak. Estradiol lebih
tinggi pada wanita yang menderita dismenorea dibandingkan wanita
normal (Sukarni &Wahyu, 2013:49).
3) Sistem saraf (neurologik)
Uterus dipersarafi oleh sistem saraf otonom (SSO) yang terdiri
dari sistim saraf simpatis dan parasimpatis. Dismenorea ditimbulkan
oleh ketidak seimbangan pengendalian sistem saraf otonom
terhadap mio-metrium. Pada keadaan ini terjadi perangsangan
yang berlebihan oleh saraf simpatik sehingga serabut-serabut
sirkuler pada istmus dan ostium uteri interneum menjadi hipertonik
(Sukarni &Wahyu, 2013:50).
4) Vasopresin
Wanita dengan dismenorea primer teryata memiliki kadar vasopresin
yang sangat tinggi, dan berbeda bermakna dari wanita tanpa
dismenorea. Ini merupakan bahwa vasopressin dapat merupakan
faktor etiologi yang penting pada dismenorea primer (Sukarni
&Wahyu, 2013:50).
5) Psikis
Semua nyeri tergantung pada hubungan susunan saraf pusat,
khususnya talamus dan korteks. Derajar penderita yang dialami
34
akibat rangsang nyeri tergantung pada latar belakang pendiidkan
penderita. Pada dismenorea faktor pendidikan dan faktor psikis
sangat berpengaruh, nyeri dapat dibangkitkan dibangkitkan atau
diperberat oleh keadaan psikis penderita. Seringkali segera setelah
perkawinan dismenorea hilang, dan jarang masih menetap setelah
melahirkan (Sukarni &Wahyu, 2013:50).
e. Derajat Dismenorea Primer
Setiap mentruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal
mentruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda dismenorea secara
siklik dibagi menjadi tiga tingkat keparahan, yaitu :
1) Dismenorea ringan
Dismenorea yang berlangsung beberapa saat dan klien masih dapat
melaksanakan aktifitas sehari-hari ( Anurogo & Wulandari, 2011).
2) Dismenorea sedang
Dismenorea ini membuat klien memerlukan obat penghilang rasa
nyeri dan kondisi penderita masih dapat beraktifitas ( Anurogo &
Wulandari, 2011).
3) Dismenorea berat
Dismenorea berat memebuat klien memerlukan istirahat beberapa
hari dan dapat disertai sakit kepala, migren, pingsan, diare, rasa
tertekan, mual dan sakit perut ( Anurogo & Wulandari, 2011).
f. Tanda dan Gelaja Dismenorea Primer
Gejala umum dismenorea primer adalah nyeri yang terkonsentrasi pada
abdomen bawah, region umbilical atau region suprapubic dari abdomen. Dismenorea
primer juga sering dirasakan pada abdomen kiri atau kanan. Nyeri ini dapat
35
menjalar ke paha atau punggung bawah. Gejala lain yang menyertai berupa
mual dan muntah, diare, sakit kepala, pusing (Sukarni &Wahyu) dan pada
kasus berat nyeri menstruasi dapat menyebabkan seseorang pingsan
(Anurogo & Wulandari, 2011).
Menurut karakteristik dan faktor yang berkaitan dengan dismenorea,
dismenrea primer umumnya dimulai 1-3 tahun setelah mentruasi. Umumnya
dismenorea primer terjadi pada wanita nulipara (belum pernah melahirkan),
dismenorea primer kerap menurun secara signifikan setelah kelahiran anak
(Morgan dan Hamilton, 2009).
g. Pencegahan Dismenorea Primer
Menurut Anurogo & Wulandari (2011:77) langkah- langkah yang
dilakukan untuk mencegah dismenore (nyeri haid), yaitu a) hindari stress,
sebisa mungkin hidup tenang dan bahagia; b) memlih pola makan yang teratur
dengan asupan gizi yang memadai, memenuhi standar 4 sehat 5 sempurna; c)
saat menjelang haid, sebisa mungkin menghindari makanan yang cenderung
asam dan pedas; d) istirahat yang cukup; e) tidur yang cukup, sesusai standar
keperluan masing masing 6-8 jam sehari sesuai dengan kebiasaan; f) rajin
minum susu dengan kalsium tinggi; g) lakukan olahraga secara teratur
setidaknya 30 menit tiap hari; h) lakukan peregangan antinyeri haid setidaknya
5-7 hari sebelum haid; i) menjelang haid, cobalah merendam dengan
menggunakan air hangat yang diberi garam mandi dan beberapa tetes minyak
esensial bunga lavender atau sesuai selera masing-masing; j) usahakan tidak
mengkonsumsi obat anti nyeri; k)Selama masa nyeri jangan melakukan
olahraga berat atau bekerja berlebihan sehingga menyebabkan kelelahan; l)
hindari mengomsumsi alkohol, rokok, kopi, maupun cokelat, karena akan
36
memicu bertambahnya kadar estrogen; m) jangan makan segala sesuatu yang
dingin secara berlebihan; n) perbanyak konsumsi buah-buahan dan sayur
makanan berkadar lemak rendah, konsumsi vitamin E, vitamin B6, dan
minyak ikan untuk mengurangi peradangan; o) suhu panas merupakan
ramuan tua yang perlu dicoba, seperti menggunakan bantal pemanas,
kompres handuk atau botol berisi air panas di perut dan punggung bawah
serta minum minuman yang hangat; p) terapi alternative; q) pijatan dengan
aroma terapi juga dapat mengurangi rasa tidak nyaman; r) mendengarkan
musik, mambaca buku atau menonton tv juga bisa dapat membantu
mengurangi rasa sakit.
h. Menejemen Dismenorea Primer
Menurut Kusmira (2011) beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
mengatasi dismenorea, yaitu a) kompres dengan botol panas (hangat) pada
bagian yang terasa keram (bisa di perut atau pinggang bagian belakang); b)
mandi air hangat, boleh juga menggunakan aroma terapi menenangkan diri;
c) mengonsumsi minuman hangat yang mengandung kalsium tinggi; d)
menggosok-gosok perut atau pinggang yang sakit, ambil posisi menungging
sehingga rahim tergantung ke bawah. Hal tersebut dalam membantu relaksasi;
e) obat-obtan yang digunakan harus berdasarkan pengawasan dokter. Boleh
minum analgesik (penghilang rasa sakit) yang banyak dijual di toko obat,
tetapi dosisnya tidak lebih dari tiga kali sehari.
Menurut Anurogo & Wulandari (2011:85) salah satu terapi non
farmakologi untuk meringankan gelaja dismenorea, yaitu a) pengobatan dengan
herbal seperti mengkonsumsi kunyit asam pagi dan sore hari; b) penggunaan
suplemen minyak ikan, vitamin E; c) relaksasi, penting untuk memberikan
37
kesempatan bagi tubuh memproduksi hormone yang penting untuk
mendapatkan haid tanpa rasa nyeri; d) akulpuntur, sebagian besar penanganan
akulpuntur yang ada di indonesia untuk menangani dismenorea digabungkan
dengan pengobatan medis; e) hipnotrapi sangat efektif untuk mengatasi nyeri
haid, salah satunya adalah mengubah pola pikit dari negatif ke positif.
2. Dismenorea Sekunder
a. Definisi Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder dapat terjadi kapan saja setalah haid pertama, tetapi
yang paling sering muncul di usia 20-30 tahunan, setelah tahun-tahun normal
dengan siklus nyeri (Anugroho dan Wulandari, 2011:48). Rasa sakit juga dapat
disebabkan oleh peradangan pada panggul, struktur panggul yang tidak
normal, pelekatan jaringan di dalam panggul, endrometriosis, tumor, polip,
kista ovarium dan penggunaan alat IUD, jenis ini dinamakan disminore
sekunder (Pribakti B, 2010:102). Dismenorea sekunder mirip dengan primer,
tetapi akibatnya lebih parah dan biasanya lebih lama dari pada disminorea
primer (Nurchasanah, 2014:56).
Dismenorea sekunder lebih jarang ditemukan dan terjadi pada 25%
wanita yang mengalami dismenorea. Dismenorea sekunder adalah nyeri saat
mentruasi yang disebabkan oleh kelainan ginekologi atau kandungan. Pada
umumnya terjadi pada wanita yang berusia lebih dari 25 tahun. Tipe nyeri
dapat menyerupai nyeri menstruasi dismenorea primer, namun lama nyeri
dirasakan melebihi periode mentruasi dan dapat pula terjadi bukan pada saat
mentruasi. Definisi sekunder sebagai nyeri yang muncul saat mentruasi
namun disebabkan oleh adanya penyakit lain. Penyakit lain yang sering
menyebabkan dismenorea sekunder antara lain endometriosis, fibroid uterin,
38
adenomyosis uterin, dan inflamsi pelvis kronis (Sukarni &Wahyu, 2013:43).
b. Etiologi Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder disebabkan oleh kondisi iatrogenik dan patologis yang
beraksi di uterus, tuba falopi, ovarium, atau pelvis peritoneum. Secara umum, nyeri
datang ketika terjadi proses yang mengubah tekanan di dalam atau di sekitar
pelvis, perubahan atau terbatasnya aliran darah, atau karena iritasi peritoneum
pelvis. Prosos ini berkombinasi dengan fisiologi normal dari menstruasi
sehingga menimbulkan ketidaknyamanan. Ketika gejala ini terjadi pada saat
menstruasi , proses ini menjadi sumber rasa nyeri. Dari referensi lain juga
sama ditemukan, penyebab paling umum dari dismenorea sekunder adalah
endometriosis. Penyebab lainya termasuk leiomyoma, adenomiosis, kista ovarium, dan
kemacetan panggul. Kehadiran IUD tembaga juga dapat menyebabkan
dismenorea. Dan juga pada pasien dengan adenomiosis (Sukarni &Wahyu,
2013:44).
Beberapa penyebab dismenorea sekunder menurut Anugoro &
Wulandari (2011:52) antara lain yaitu, 1) intrauterine contraceptive devices (alat
kontrasepsi dalam rahim); 2) adenomyosis (adanya endometrium selaim di
rahim); 3)Uterine myoma (tumor jinak rahim yang terdiri dari jaringan otot),
terutama mioma submukosum (bentuk mioma uteri); 4) uterine polyps (tumor
jinak di rahim); 5) adhesions (pelekatan); 6) Stenosis atau striktur serviks, striktur
kanalis servikalis, verikosis pelvic, dan adanya AKDR (alat kontrasepsi dalam
rahim); 7) Ovarian cysts (kista ovarium); 8) Ovarian torsion (sel telur terpelintir);
9) Pelvic congestion syndrome (gangguan atau sumbatan di panggul); 10)Uterine
leiomyoma (tumor jinak otot rahim); 11)Mittelschmerz (nyeri saat pertengahan
siklus ovulasi); 12) Psychogenic pain (nyeri psikogenik); 13) Endometrium pelvis
39
(jaringan endometrium yang berada dipanggul); 14) Penyakit radang panggul
kronis; 15) Tumor ovarium, polip endometrium; 16) Kelainan letak uterus
seperti retrofleksi, hiperantefleksi, dan retrofeksi terfiksasi; 17) Faktor psikis, seperti
takut tidak punya anak, konfik dengan pasangan, gangguan libido; 18) Allen-
Masters syndrome (kerusakan lapisan otot di panggul sehingga pergerakan
serviks meningkat abnormal). Sindrom ini ditandai dengan : nyeri perut
bagian bawah yang akut, nyeri saat bersenggama, kelelahan yang sangat, nyeri
panggul secara umum, dan nyeri punggung.
c. Tanda dan Gejala Dismenorea Sekunder
Tanda dan gelaja pada dismenorea sekunder dan nyeri pelvis dapat
beragam dan banyak. Umumnya gelaja tersebut sesuai dengan penyebabnya.
Keluhan yang bisa muncul adalah gejala pada gastrointestinal, kesulitan
berkemih, dan masalah pada panggul. Keluhan menstruasi berat yang disertai
nyeri menandakan adanya perubahan kondisi uterus seperti adenomyosis,
myomas, atau polip. Demam,menggigil, dan malaise menandakan adanya proses
inflamsi (Sukarni &Wahyu, 2013:43).
d. Mekanisme dismenorea sekunder
Dismenorea sekunder adalah nyeri saat menstruasi yang disebabkan oleh
kelainan ginekologi atau kandungan. Pada umumnya terjadi pada wanita yang
berusia lebih dari 25 tahun. Tipe nyeri dapat menyerupai nyeri mestruasi dan
dapat pula terjadi bukan pada saat menstruasi. Dismnorea sekunder sebagai nyeri
yang muncul saat mentruasi namun disebabkan oleh adanya penyakit lain
seperti endometriosis, filbroid uteris, adenomyosis uterin, dan inflamasi pelvis
kronis. Dismenorea sekunder disebabkan oleh kondisi iatrogenik dan patologis
yang beraksi di uterus, tuba falopi, ovarium, atau pelvis peritoneum. Secara
40
umum nyeri datang ketika terjadi proses yang mengubah tekanan di dalam
atau di sekitar pelvis, perubahan atau terbatasnya aliran darah, atau karena
iritasi peritonium pelvis. Ketika gejala ini terjadi pada saat menstruasi, proses
ini menjadi sumber rasa nyeri (Sukarmi & Wahyu, 2013:43).
2.3 Konsep Nyeri
2.3.1 Definisi Nyeri
Nyeri merupakan pengalaman sensorik yang tidak menyenangkan, unsur utama
yang harus ada untuk disebut sebagai nyeri adalah rasa tidak menyenagkan. Tanpa
unsur itu tidak dapat dikategorikan sebagai nyeri. Nyeri merupakan pengalaman
emosional yang tidak menyenagkan, persepsi nyeri seseorang sangat ditentukan
oleh pengalaman dan status emosionalnya. Nyeri terjadi akibat adanya kerusakan
jaringan yang nyata (paid associate with actual tissue damage). Nyeri yang demikian
dinamakan nyeri akut yang dapat menghilang seiring dengan penyembuhan
jaringan dan nyeri yang demikian sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari
(Zakiyah, 2015:6).
2.3.2 Klasifikasi Nyeri
a. Nyeri akut
Nyeri akut adalah respon fisiologis normal yang diramalkan terhadap
rangsangan kimiawi, panas, atau mekanik menyusul suatu pembedahan,
trauma, dan penyakit akut. Ciri khas nyeri akut adalah nyeri yang
diakibatkan kerusakan jaringan yang nyata dan akan hilng seirama dengan
proses penyembuhan, terjadi dalam waktu singkat dari 1 detik sampai
kurang dari 6 bulan (Zakiyah, 2015:18).
41
b. Nyeri kronis
Nyeri kronis adalah nyeri yang menetap melampaui waktu
penyembuhan normal yakni enam bulan. Nyeri kronis dibedakan menjadi
dua, yaitu: nyeri non maligna (nyeri kronis persisten dan nyeri kronis
intermitten) dan nyeri kronis maligna. Nyeri kronis persisten merupakan
perpaduan dari manisfestasi fisik dan psikologi sehingga nyeri ini idealnya
diberikan intervensi fisik dan psikologi. Pada umumnya nyeri ini
diakibatkan oleh kesalahan diagnosis, rehabilitasi yang tidak adekuat,siklus
pemulihan dan depresi. Nyeri kronis intermitten merupakan eksaserbasi
dari kondisi nyeri kronis. Nyeri ini terjadi pada periode yang spesifik. Nyeri
kronis maligna biasanya disebabkan oleh kanker yang pengobatanya tidak
terkontrol atau disertai gangguan progresif lainya, nyeri ini dapat
berlangsung terus menerus sampai kematian (Zakiyah, 2015:19).
2.3.3 Skala Nyeri
Skala nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan individu,
pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan
nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang
berbeda.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Gambar 2.1 Skala nyeri Bourbonais (Anjelita, 2013)
Keterangan :
Skala nyeri 0 : Tidak nyeri
Skala nyeri 1-3 : Nyeri ringan. Secara obyektif klien dapat berkomunikasi
dengan baik.
Skala nyeri 4-6 : Nyeri sedang. Secara obyektif klien mendesis, menyeringai,
42
dapat menunjukan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya,
dapat mengikuti perintah dengan baik.
Skala nyeri 7-9 : Nyeri berat. Secara obyektif klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya,
tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas panjang, dan
distraksi.
Skala nyeri 10 : Nyeri sangat berat. Pasien sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi, perubahan ADL yang sangat mencolok
(ketergantungan).
2.3.4 Cara Mengukur Nyeri
Mengukur nyeri dapat dikaji dengan prilaku yang menarik diri dari komunikasi,
postur tubuh kaku, keluhan, dan ungkapan verbal mengenai ketidaknyamanan
(Muttaqin, 2008:521).
Mengukur nyeri dengan menggunakan pendekatan skala PQRST :
a. Provoking incident :
Apakah ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab nyeri, apakah nyeri
berkurang apabila beristirahat, apakah nyeri bertambah berat bila beraktifitas
(aggravation). Faktor-faktor yang dapat meredakan nyeri (misalnya gerakan,
kurang bergerak, pengarahan tenaga, istirahat, obat-obat bebas, dan
sebagainya) dan apa yang dipercaya klien dapat membantu mengatasi nyerinya
(Muttaqin, 2008).
b. Quality or quantity of pain :
Seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah seperti
terbakar, berdenyut, tajam, atau menusuk (Muttaqin, 2008).
43
c. Region radiation relief :
Lokosi nyeri harus ditunjukkan dengan tepat oleh klien, apakah rasa sakit
bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit
terjadi. Tekanan pada saraf atau akan memberikan gejala nyeri yang disebut
radiotion pain misalnya pada seketika dimana rasa nyeri menjalar mulai dari
bokong sampai anggota gerak bawah sesuai dengan distribusi saraf. Nyeri lain
yang disebut nyeri kiriman atau referred pain adalah nyeri pada suatu tempat yang
sebenarnya akibat kelainan dari tempat lain misalnya nyeri lutut akibat kelainan
pada sendi panggul (Muttaqin, 2008).
d. Severity (scale) of pain :
Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri
deskriptif (tidak ada nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri berat, nyeri tak
tertahankan) dan klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit memengaruhi
kemampuan fungsi terhadap aktifitas kehidupan sehari-hari (misalnya tidur,
nafsu makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain, gerakan fisik, bekerja,
dan aktivitas0-aktivitas santai). Nyeri akut sering berkaitan dengan cemas dan
nyeri kronis dengan depresi (Muttaqin, 2008).
e. Time :
Berapa nyeri berlangsung (bersifat akut atau kronis), kapan, apakah ada
waktu-waktu tertentu yang menambah rasa nyeri (Muttaqin, 2008:522).
44
2.4 REMAJA
2.4.1 Pengertian Remaja
Remaja (adolensence) adalah masa transisi (peralihan dari kanak-kanak menuju
masa dewasa) yang ditandai dengan adanya perubahan aspek positif, psikis, dan
psikososial. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak kemasa
dewasa, yang meliputi masa perkembangan yang dialami sebagai masa persiapan
memasuki masa dewasa (Nadliroh, 2013). Pada masa ini terjadi suatu fase
perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Dimana salah satu
tanda yang khas pada remaja adalah terjadinya pubertas. Pubertas didefinisikan
sebagai waktu kematangan seksual yang ditandai dengan adanya manarche (mentruasi
pertama kali) yang merupakan salah satu tanda terjadinya masa reproduksi pada
anak perempuan (Savitri, 2015).
2.4.2 Tugas Perkembangan Remaja
Menurut (Al-Mighwar, 2008:152-154) tugas perkembangan remaja dibagi
menjadi 6 kelompok yaitu :
a. Menerima kondisi jasmani
Pada periode pra-remaja (periode pubertas), anak tumbuh cepat yang
mengarahkanya pada bentuk orang dewasa. Pertumbuhan ini diiringi juga
oleh perkembanagan sikap dan cinta diri. Mereka memiliki gambaran diri
seolah-olah sebagai model pujaanya. Mereka sering membandingkan dirinya
dengan temen-temen sebayanya, sehingga akan cemas bila kondisinya tidak
seperti model pujaanya atau teman-teman sebayanya. Pada masa remaja, hal
itu semakin berkurang, dan mereka mulai menerima kondisi jasmaninya,
serta memelihara dan memanfaatkanya seoptimal mungkin (Al-Mighwar,
45
2008:152)
b. Mendapatkan hubungan baru dengan teman-teman sebaya yang
berlainan jenis
Kematangan seksual yang dicapai sejak awal masa remaja mendorong
remaja untuk menjalin hubungan sosial, terutama dengan lawan jenis.
Remaja diharapkan bisa mencari dan mendapatkan teman baru yang
berlainan jenis. Mereka ingin mendapatkan penerimaan dari kelompok
teman sebaya lawan jenis ataupun sesama jenis agar merasa dibutuhkan dan
dihargai. Kematengan fisik dan psikis banyak mempengaruhi penerimaan
teman-teman sekelompok remaja dalam pergaulanya. Tanpa penerimaan
teman sebaya, dia akan mengalami berbagai gangguan perkembangan psikis
dan sosial, seperti membentuk geng sendiri yang berperilaku menggangu
orang lain (Al-Mighwar, 2008:152)
c. Menerima kondisi dan belajar hidup sesuai jenis kelaminya
Sejak masa puber, perbedaan fisik antara laki laki dan wanita tampak
jelas lalu berkembang matang pada masa dewasa. Apabila bentuk tubuhnya
memuaskan, mereka menyesali diri sebagai laki-laki atau wanita. Padahal,
mereka seharunya menerima kondisinya dengan penuh tanggung jawab.
Remaja laki-laki harus bersifat maskulin, lebih banyak memikirkan sosial
pekerjaan sedangkan remaja wanita harus bersiaft feminim, memikirkan
pekerjaan yang berkaitan dengan urusan rumah tangga dan pola asuh anak
(Al-Mighwar, 2008:153)
d. Mendapatkan kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainya
Bebas dari ketergantungan emosinoal merupakan tugas perkembangan
penting yaitu dihadapi remaja. Apabila tidak memiliki kebebasan emosional,
46
mereka akan menemui berbagai kesukaran dalam masa dewasa, tidak bisa
membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas pilihan yang
ditempuhnya (Al-Mighwar, 2008:153)
e. Mendapatkan kesanggupan berdiri sendiri dalam hal-hal yang berkaitan dengan masalah ekonomi
Tugas lainya adalah kesanggupan berdiri sendiri dalam maslah ekonomi
karena kelak mereka akan hidup sebagai orang dewasa. Kesanggupan disini
mencakup dua tugas, pertama, mencari sumber keuwangan atau pemasukan.
Dalam hal ini, remaja diharapkan belajar untuk lepas dari bantuan orangtua
dengan mendapat pekerjaan (jangka pendek) dan mempersiapkan diri untuk
memasuki lapangan kerja tetap pada masa depan (jangka panjang). Kedua,
pengelolaan keuwangan. Dalam hal ini, remaja diharapkan mampu
mengatur pengeluaranya (Al-Mighwar, 2008:154)
f. Memperoleh nilai-nilai dan filsafat hidup
Para remaja memang diharapkan memiliki pola pikir, sikap perasaan, dan
perilaku yang menuntut dan mewarnai berbagai aspek kehidupannya dalam
masa dewasa kelak. Dengan demikian mereka memiliki kepastian diri, tidak
mudah bingung, tidak, mudah terbawa arus kehidupan yang terus berubah
yang pada akhirnya tidak mendaptkan kebagiaaan (Al-Mighwar, 2008:154)
Menurut Asrori (2011) tugas-tugas perkembangan masa remaja yaitu :
Mampu menerima keadaan fisiknya; b. Mampu menerima dan memahami
peran seks usia dewasa; c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota
kelompok yang berlainan jenis; d. Mencapai kemandirian emosional; e.
Mencapai kemandirian ekonomi; f. Mengembangkan perilaku tanggung jawab
sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa; g. Mempersiapkan diri
47
untuk memasuki perkawinan; h. Memahami dan mempersiapkan berbagai
tangguang jawab kehidupan keluarga.
2.4.3 Ciri-ciri Remaja
Menurut Khoerunisya (2015) ciri-ciri remaja yaitu: a. Masa remaja sebagai
periode yang penting; b. Masa remaja sebagai periode peralihan; c. Masa remaja
sebagai periode perubahan; d. Masa remaja sebagai usia bermasalah; e. Masa remaja
sebagai masa mencari identitas; f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan
ketakutan; g. Di Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik; h. Masa remaja
sebagai ambang masa dewasa.
Menurut (Jahja, 2011:235) terdapat perubahan yang terjadi selama masa
remaja yaitu: a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja
awal yang dikenal sebagai masa strom & stress; b.Perubahan yang cepat secara fisik
yang juga disertai kematangan seksual; c. Perubahan dalam hal yang menarik bagi
dirinya dan hubungan dengan orang lain; d. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen
dalam menghadapi perubahan yang terjadi.
2.4.4 Pembagian Masa Remaja
Menurut Nadliroh (2013) pembagian masa remaja yaitu :
a. Masa remaja awal (12-15 tahun)
Pada masa remaja ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak
dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak
tergantung pada orang tua (Nadliroh, 2013).
b. Masa remaja dalam pertengahan (16-18 tahun)
Masa ini ditandai dengan perkembangan kemampuan berfikir yang baru
teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah
48
lebih mampu mengarahkan diri sendiri self direcred (Nadliroh, 2013).
c. Masa Remaja Akhir
Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran
orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tuan
yang rasional dan mengembangkan sense of personal identity. Batasan usia
remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21
tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas 3, yaitu 12-
15 (remaja awal), 15-18 tahun (remaja pertengahan), dan 18-21 (remaja
akhir). Tetapi Monks, Knoers, & Haditono membedakan masa remaja
menjadi 4 bagian, yaitu masa pra-remaja 10-12 tahun, masa remaja awal
12-15 tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun, dan masa remaja
akhir 18-21 tahun (Nadliroh, 2013).
2.4.5 Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja
Pencapaian tugas perkembangan satu individu akan berbeda dengan individu
lainya karena dipengaruhi oleh perkembangan yang dialami masing masing induvidu,
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut dibagi menajdi dua
macam yaitu faktor yang berasal dari dalam individu dan faktor yang berasal dari luar
individu (Santrock, 2007).
Secara umum ada 2 faktor yang memperngaruhi perkembangan yaitu :
a. Faktor endogen
Faktor endogen adalah perubahan fisik maupun psikis dipengaruhi oleh
faktor internal yang bersifat herediter yaitu dengan dfitentukan minat, dan
kesadaran (Nadliroh, 2013).
49
b. Faktor eksogen
Faktor eksogen adalah perubahan dan perkembangan individu sangat
dipengaruhi oleh faktor faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri
(Nadliroh, 2013).