9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pelestarian
Terdapat beberapa bentuk pelestarian kebudayaan Islam. Pada sub bab ini akan
dipaparkan beberapa jenis bentuk pelestarian Islam.
a. Cultural Experience
Cultural experience adalah bentuk pelestarian kebudayaan secara langsung yang
dilakukan dengan cara mempelajari.
b. Cultural Knowledge
Cultural knowledge adalah bentuk pelestarian kebudayaan dengan menyediakan pusat
informasi yang dapat difungsikan dalam berbagai bentuk. Pusat informasi tersebut
ditujukan untuk sarana pengetahuan atau pendidikan, tempat pengembangan budaya,
pariwisata.
Berdasarkan kondisi kebudayaan Islam di Kabupaten Gresik yang punah dikarenakan
fasilitas yang tidak tersedia, maka bentuk pelestarian berupa cultural knowledge lebih
membantu untuk melestarikan kebudayaan tersebut. Bentuk pelestarian tersebut
diwujudkan dengan sebuah pusat informasi kebudayaan sekaligus sebagai pusat pelestarian
yang berupa pusat pelestarian kebudayaan.
2.2 Tinjauan Pusat Pelestarian Kebudayaan
Pada sub bab ini akan dipaparkan mengenai pengertian pusat pelestarian kebudayaan,
tinjauan pusat pelestarian kebudayaan melalui fungsi, dan peraturan pemerintah tentang
bangunan budaya.
2.2.1 Pengertian Pusat Pelestarian Kebudayaan
Pengertian Pusat Pelestarian Kebudayaan adalah tempat pengenalan, pembinaan dan
pengembangan kebudayaan. Pusat Pelestarian Kebudayaan bertanggung jawab menyusun
dan mengendalikan kegiatan budaya dan kesenian. Perancangan Pusat Pelestarian
Kebudayaan membutuhkan sebuah standar yang dapat dijadikan pedoman guna mencapai
rancangan ideal untuk pusat kebudayaan beserta fasilitas yang terdapat di dalamnya.
Adapun standar mengenai pusat kebudayaan dapat ditinjau dari fungsi dan peraturan
pemerintah.
10
2.2.2 Tinjauan Pusat Pelestarian Kebudayaan Melalui Fungsi
a. Fungsi informasi
b. Fungsi sumber ilmu pengetahuan
c. Fungsi pendidikan
d. Fungsi pengembangan budaya dan pariwisata
e. Fungsi rekreasi atau hiburan
2.2.3 Peraturan Pemerintah tentang Bangunan Budaya
Standar fasilitas Pusat Pelestarian Kebudayaan dapat ditinjau dari kegiatan
pengembangan dan pemanfaatan sebuah tradisi. Berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pedoman
Pelestarian Tradisi:
a. Bagian Keempat Pengembangan Pasal 8 Ayat 2
Pengembangan tradisi dilakukan melalui:
1) Revitalisasi nilai tradisi;
2) Apresiasi pada pelestari tradisi
3) Dikusi, seminar, sarasehan pengembangan tradisi dan pembinaan karakter dan pekerti
bangsa; dan
4) Pelatihan bagi pelaku tradisi dalam rangka pengetahuan nilai tradisi dan karakter
bangsa.
b. Bagian Kelima Pemanfaatan Pasal 10 Ayat 2
Pemanfaatan tradisi dilakukan melalui:
1) Penyebarluasan informasi nilai tradisi dan karakter dan pekerti bangsa;
2) Pergelaran dan pemeran tradisi dalam rangka penanaman nilai tradisi dan pembinaan
karakter dan pekerti bangsa; dan
3) Pengemasan bahan kajian dalam rangka penanaman nilai tradisi dan karakter dan
pekerti bangsa.
Berdasarkan tinjauan fungsi, pengembangan dan pemanfaatan maka dapat ditarik
kesimpulan standar fasilitas pada pusat kebudayaan dapat terdiri dari fungsi pergelaran,
pameran, pelatihan, dan diskusi. Kesimpulan mengenai fasilitas tersebut juga
mempengaruhi jenis kebudayaan yang akan diwadahi dalam Pusat Pelestarian
Kebudayaan. Sehingga perlu dilakukan peninjauan mengenai kebudayaan di Kabupaten
Gresik.
11
2.3 Tinjauan Kebudayaan di Kabupaten Gresik
Guna memenuhi terwujudnya fungsi pada Desain Pusat Pelestarian Kebudayaan
sehingga kebudayaan yang berada di Gresik tersebut dapat terwadahi secara maksimal,
maka dilakukan peninjauan kebudayaan yang dimiliki Kabupaten Gresik yang diawali dari
tinjauan wujud budaya berdasarkan teori.
2.3.1 Teori Wujud Budaya
Teori yang dikemukakan oleh J. J. Hoenigman dalam Koentjaraningrat (1986) wujud
kebudayaan terbagi tiga yaitu:
a. Gagasaan
Gagasan merupakan wujud budaya berupa ide, nilai, norma peraturan dan sebagainya
yang bersifat abstrak. Wujud budaya di Kabupaten Gresik yang berupa gagasan ini lebih
cenderung berwujud pola pikir masyarakat Gresik yang kental akan norma-norma agama
pada sikap dan perilaku kehidupan sehari-hari.
b. Kegiatan (aktivitas)
Kebudayaan berupa kegiatan berbentuk sebuah tindakan yang terpola dari satu
individu dalam sebuah masyarakat. Wujud budaya di Kabupaten Gresik yang
berwujudkegiatan ini bentuknya berupa kebiasaan yang ada di dalam masyarakat bisa
berwujud tradisi dan ciri khas tata krama atau cara berinteraksi masyarakat Gresik sebagai
penduduk pesisir pada pergaulan sehari-hari.
c. Artefak (karya)
Kebudayaaan yang berwujud artefak atau karya ini tergolong sebagai wujud fisik dari
sebuah kebudayaan, berupa benda atau sesuatu yang dapat disentuh, dilihat dan
didokumentasikan. Wujud budaya di Kabupaten Gresik berbentuk sebuah karya yang
berupa kesenian, meliputi seni tari, musik, dan kerajinan tangan serta seni rupa.
Berdasarkan teori tersebut wujud budaya berupa artefak atau karya lebih
memungkinkan untuk diwadahi karena memiliki sifat fisik yang mudah dilihat, diraba dan
didokumentasikan sehingga wujud tersebut dapat terwadahi dan memenuhi kriterian fungsi
Pusat Pelestarian Kebudayaan. Agar kesenian tersebut dapat terwadahi dengan maksimal
maka perlu dilakukan perbandingan dan dikaitkan dengan sifat kebudayaan guna
memperoleh wujud budaya yang benar-benar memungkinkan untuk di wadahi pada Pusat
Pelestarian Kebudayaan
12
Tabel 2. 1. Perbandingan Karaketr Wujud Kebudayaan
Wujud
Kebudayaan
Aspek Tinjauan
Aktivitas
(Kegiatan)
Artefak
(Karya)
Sumber Produk
Berasal dari tindakan individu
dalam masyarakat
Berasal dari kegiatan,
tindakan, dan karya individu
dalam masyarakat
Sifat Wujud Kebudayaan
Nyata, berlangsung dalam
kehidupan sehari hari, dapat
diperhatikan atau diamati, dan
dapat didokumentasikan
Nyata, dapat diraba
diperhatikan, dilihat, dan
didokumentasikan.
Wujud Nyata
Berupa tradisi, dikaitkan dengan
tradisi di Kabupaten Gresik yang
memiliki nilai dan filosofi Islam
sehingga dalam pelaksanaannya
lebih cenderung sebagai tradisi
yang berisi kegiatan religi
Berupa kesenian, dikaitkan
dengan kesenian yang dimiliki
Kabupaten Gresik. Kesenian
tersebut meliputi seni musik,
tari, dan kerajinan.
Karakter Wujud Nyata Sebagai ritual yang skral Ceria dan menghibur
Sumber:Pendekatan Kebudayaan Dalam Pembangunan Provinsi Jawa Timur, 2004
Berdasarakan tabel perbandigan tersebut dapat dilihat bahwa tradisi sebagai wujud
kebudayaan berupa aktivitas memiliki karakter sakral dalam kegiatannya, pelaksanaan
tradisi tersebut hanya dilakukan diwaktu tertentu. Sedangkan wujud kebudayaan berupa
artefak miliki sifat ceria, bisa dilakukan tanpa terikat dengan waktu secara khusus, dapat
dilihat, diraba dan dapat didokumentasikan melalui foto dan penjelasan narasi kemudian
dipublikasikan pada Pusat Pelestarian Kebudayaan. Guna menentukan tema Pusat
Pelestarian Kebudayaan maka dilakukan penijauan kelompok kesenian yang ada di
Kabupaten Gresik.
2.3.2 Kelompok Kesenian Kabupaten Gresik
Peninjauan kelompok kesenian di Kabupaten ditinjau dari:
a. Jumlah Kesenian Kabupaten Gresik
Berdasarkan data kesenian dari DISBUDPARPORA dalam buku agenda Gresik
Dalam Angka 2013 Sampai Dengan 2014 hanya tercatat sejumlah sembilan belas kesenian.
13
Jumlah kesenian yang belum tercatat sebanyak dua puluh satu macam, sehingga total
kesenian yang dimiliki Kabupaten Gresik berjumlah empat puluh jenis yang digolongkan
dalam beberapa aspek. Empat pulus satu jenis kesenian tersebut digolongkan dalam
beberapa kelompok.
b. Kelompok Kesenian Kabupaten Gresik
Kesenian Kabupaten Gresik berjumlah empat satu puluh jenis tersebut dikelompokkan
lagi berdasarkan:
1) Jenis Kesenian
Berdasarkan jenisnya kesenian yang dimiliki Kabupaten Gresik dikelompokkan
menjadi tiga jenis antara lain:
a. Kesenian bercorak Hindu Budha
b. Kesenian Islam
c. Kesenian Modern
Berdasarkan pengelompokan tersebut terdapat tiga puluh enam kesenian Islam, tiga
kesenian bercorak Hindu Budha, dan satu kesenian modern. Jumlah tersebut membuktikan
bahwa Kabupaten Gresik kental dengan kesenian Islam sehingga sesuai dengan citranya
sebagai kota santri. berangkat dari penjelasan yang terdapat pada latar belakang maka
pusat pelestarian kebudayaan yang akan dirancang adalah Pusat Pelestarian Kebudayaan
Islam di Kabupaen Gresik dan kesenian Islam menjadi tematik pada rancangan pusat
pelestarian kebudayaan tersebut. Dilakukan peninjauan bentuk kesenian Islam yang ada di
Kabupaten Gresik guna mengetahui bentuk kesenian Islam yang akan diwadahi.
2) Wujud Kesenian
Kesenian yang dimiliki Kabupaten Gresik dikelompokan dalam tiga wujud yaitu:
a. Seni tari
b. Seni musik
c. Seni kerajinan
Berdasarkan kelompok tersebut dipilih satu kelompok seni yang memiliki sifat, makna
dan wujud fisik yang lebih kuat, dari ketiganya yang memenuhi kriteria adalah kelompok
seni tari, sekian banyak tari akan dipilih sebagai objek pendekatan desain Pusat Pelestraian
Kebudayaan Islam di Kabupaten Gresik. Pada latar belakang masalah telah dijelaskan
bahwa Tari Pencak Macan memiliki makna yang dalam dan merepresentasikan karakter
Gresik sehingga tari ini digunakan sebagai objek pendekatan desain, untuk itu guna
memperjelas penggunaan tari sebagai pendekatan desain maka perlu dilakukan tinajuan
terhadap Tari pencak Macan.
14
2.4 Tinjauan Tari Pencak Macan
2.4.1 Sejarah Kesenian Pencak Macan KabuPaten Gresik
Pencak Macan, adalah salah satu kesenian tradisional bernuansa Islami yang dimiliki
oleh Kabupaten Gresik. Tumbuh dan berkembang di daerah masyarakat Kelurahan
Lumpur dan Kroman Kecamatan Gresik. Kesenian Pencak Macan berasal dari kisah
perjalanan Mbah Sindujoyo yang diutus oleh gurunya mencari ilmu. Perjalanan Mbah
Sindujoyo tersebut dituliskan dalam kitab Dlancang Wacan atau Dluwang Wacan. Kitab
tersebut ditulis oleh tujuh orang yaitu Kyai Untung, Kyai Badar, Pak Cito dan untuk nama
empat orang lainnya dirahasiakan.
Gambar 2. 1. Kesenian Pencak Macan Kabupaten Gresik
Sumber: www.google.com
Kitab Dlancang Wacan atau Dluwang Wacan secara etimologi mengambil dari istilah
Bahasa Jawa. Istilah tersebut diambil dari kata dlancang atau dluwang dan wacan. Kata
dlancang atau dluwang berarti kertas, dan wacan berarti bacaan. Berdasarkan istilah
tersesbut kitab Dlancang Wacan diartikan sebagai kertas yang memuat bacaan. Kitab
tersebut ditulis dalam Bahasa Arab Pegon dan dilengkapi gambar damar kurung.
Gambar 2. 2. Kitab Dlancang Wacan atau Daluwang Wacan
Dikisahkan Mbah Sindujoyo adalah sesepuh daerah Lumpur dan murid Sunan Prapen
(cucu dari Sunan Giri). Beliau diutus oleh Sunan Prapen menimba ilmu dan mencari
wahyu dengan melakukan lelono atau perjalanan yang ditemani oleh abdinya yaitu Imam
Sujono. Ketika diperjalanan Mbah Sindujoyo dan abdinya bertemu dengan Salam dan
15
Salim, yang ingin ikut serta untuk menemani perjalanan. Permintaan kedua orang tersebut
tidak serta merta mendapat persetujuan Mbah Sindujoyo, beliau mengajukan persyaratan
yang harus dipenuhi. Persyaratan yang diajukan adalah mereka harus berpuasa dan tidak
boleh memiliki rasa gentar atau takut terhadap apa pun yang terjadi. Setelah kedua orang
tersebut bersedia memenuhi persyaratan maka mereka dapat turut serta dalam perjalanan
Mbah Sindujoyo.
Gambar 2. 3. Kisah pertapaan Mbah Sindujoyo yang diganggu makhluk halus
Perjalanan Mbah Sindujoyo yang diikuti empat ekor harimau atau macan, sampai pada
tempat pertapaan yang dituju yaitu Gua Sigolo-golo. Kemudian Mbah Sindujoyo bertapa
dalam gua selama beberapa hari. Selama pertapaan berlangsung beliau mendapat godaan
dari makhluk halus yang berwujud gendruwo, banaspati dan sebagainya. Empat ekor
harimau yang bertugas sebagai pengawal melawan makhluk halus yang mengganggu
berlangsungya pertapaan Mbah Sindujoyo. Berawal dari perjalanan Mbah Sindujoyo dan
kesetiaan empat ekor harimau sebagai pengawal menjadi inspirasi terciptanya Kesenian
Pencak Macan yang hingga saat ini menjadi kesenian khas masyarakat Lumpur Kabupaten
Gresik. Nama Pencak Macan diambil kata “macan” Bahasa Jawa dari Harimau.
2.4.2 Tokoh Kesenian Pencak Macan Kabupaten Gresik
Terdapat 4 tokoh pada Tari Pencak Macan dan setiap peran yang ada dalam kesenian
tersebut memiliki simbol atau lambang masing-masing sebagai berikut:
a. Pendekar / Kesatria
Kesatria atau pendekar dalam Kesenian Pencak Macan berperan menjadi penengah
pertarungan antara macan, monyet dan gondoruwo. Peran kesatria atau pendekar ini
memiliki peran yang sama dengan auliya’ atau ulama. Pendekar atau kesatria ini dalam
Kesenian Pencak Macan disimbolkan sebagai perdamaian dan kebajikan.
16
Gambar 2. 4. Pemeran pendekar/kesatria
b. Macan
Peran macan dalam Kesenian Pencak Macan berperan mewakili sosok laki-laki yang
diibaratkan sebagai pemimpin dalam kehidupan. Macan dalam kesenian ini merupakan
lambang kepemimpinan, keperkasaan serta tanggung jawab.
Gambar 2. 5. Pemeran Macan
c. Monyet
Monyet dalam kesenian ini berperan mewakili sosok wanita yang diibaratkan sebagai
makmum dalam kehidupan. Peran monyet dalam Kesenian Pencak Macan adalah lambang
kelembutan dan kelincahan.
Gambar 2. 6. Pemeran Monyet
d. Gondoruwo
Gondoruwo dalam Kesenian Pencak Macan berperan sebagai penggoda dan
pengganggu hubungan antara monyet dan macan. Gangguan dan godaan tersebut membuat
macan serta monyet saling bertengkar. Peran gondoruwo ini melambangkan hawa nafsu
dan angkara murka dalam kehidupan.
17
Gambar 2. 7. Pemeran Gondoruwo
2.4.3 Filosofi Kesenian Pencak Macan Kabupaten Gresik
Peran pendekar, macan, monyet dan gondoruwo adalah perwakilan lambang sifat yang
ada pada diri manusia. Setiap manusia laki-laki maupun perempuan pada dasarnya adalah
pemimpin bagi dirinya sendiri dan memimpin dirinya untuk menjalani hidup. Semua
manusia yang dilahirkan di dunia membawa watak baik dan buruk. Selama menjalani
hidup watak baik dan buruk tersebut akan mendapat godaan dari setan, yang
mempengaruhi besar kecilnya hawa nafsu dan juga berdampak pada watak manusia.
Godaan yang dihadapi manusia selama hidup akan menjadi ujian kualitas manusia yang
diciptakan sempurna oleh Allah SWT.
Jika manusia tidak memiliki iman dan taqwa yang kuat, ia akan terpengaruh oleh
godaan setan dan akan cenderung memenuhi hawa nafsunya. Hal ini bisa menutup hati dari
kebaikan serta akan merubah jati diri tidak lagi sesuai dengan fitrah manusia sehingga
menjadi pribadi yang jelek tidak jauh berbeda seperti hewan. Tetapi sebaliknya jika
manusia menahan hawa nafsunya, bisa menguatkan iman dan taqwanya maka kualitas
manusia tersebut sama dengan auliya’ atau ulama. Maka dari itu untuk meningkatkan
kualitas iman, taqwa dan mempertahankan fitrah serta jati diri, manusia harus belajar
kebenaran dan kebaikan pada para wali atau ulama. Peran para Wali ini mengingatkan
manusia pada sifat dan jati diri yang hakiki sebagai hamba Allah sehingga bisa kembali
pada jalan yang benar. Kesimpulannya Kesenian Pencak Macan memiliki filosofi
keseimbangan hidup manusia yang kembali pada jati dirinya sesuai dengan hakikat dan
fitrahnya sebagai hamba Allah.
2.4.4 Karakteristik Tari Pencak Macan
Seni Tari Pencak Macan yang dimiliki Kabupaten Gresik pada dasarnya adalah
pertunjukan pencak silat. Namun kesenian ini memiliki karakteristik yang dapat diamati
dari gerakan dan busana. Dasar gerak pada Kesian Pencak Macan adalah pencak silat yang
dipadukan dengan seni gerak tari. Sehingga perpaduan tersebut menghasilkan gerakan
18
lebih alami dan dan tidak kaku. Busana yang dikenakan para pemeran Kesenian Pencak
Macan ini disesuaikan dengan keaslian karakter peran.
2.4.5 Struktur Pergelaran Tari Pencak Macan Kabupaten Gresik
Struktur pergelaran yang dimaksud dalam seni Tari Pencak Macan adalah sebuah
tahapan pementasan. Secara keseluruhan seni tari ini memiliki 3 tahapan dalam
pergelarannya yaitu:
a. Pembuka
(i) (ii)
Gambar 2. 8. Proses arak-arakan (i) dan Tahap pembuka (ii)
Pembuka pada Kesenian Pencak Macan ini diawali dengan arak-arakan yaitu para
pemeran berjalan dari tempat persiapan menuju tempat pementasan. Jika dalam perjalanan
menuju tempat pentas menemui persimpangan jalan berupa pertigaan atau perempatan,
para pemeran memainkan atraksi perkelahian sederhana. Atraksi ini akan dilakukan selama
menemui persimpangan dalam perjalanan. Usai melakukan atraksi perkelahian sederhana
maka dilanjutkan perjalanan meunuju tempat pentas. Setiba di tempat pentas pembuka
Kesenian Pencak Macan di awali dengan adegan dari peran gondoruwo. Disusul dengan
adegan pembuka dari peran macan dan monyet. Adegan pembuka ini memperagakan gerak
dasar tari dan jurus dasar dalam silat.
b. Inti
Gambar 2. 9. Tahap inti
19
Bagian inti Seni Tari Pencak Macan pada mulanya digambarkan peran macan dan
monyet hidup rukun. Kemudian peran gondoruwo datang lalu mulai menggoda peran
macan dan monyet. Peran macan dan monyet terpengaruh oleh godaan gondoruwo
kemudian terjadilah pertengkaran. Pada bagian ini peran macan dan monyet
memperagakan gerakan saling menyerang. Posisi peran macan dan monyet berada di
tengah-tengah pentas sedangkan peran gondoruwo berada di tepi sebagai pagar. Gerak
cakaran, menghindar dan menangkis adalah gerakan dasar yang dapat dilihat pada bagian
inti Kesenian Pencak Macan.
c. Penutup
Gambar 2. 10. Adegan penutup
Pertengkaran antara peran macan dan monyet semakin tidak berhenti bahkan semakin
sengit. Maka kondisi seperti ini muncul peran pendekar di tengah-tengah pertengkaran
peran macan dan monyet. Pendekar atau kesatria ini bisa menjadi penengah dan peredam
pertengkaran antara peran macan dan monyet. Pendekar ini juga berperan sebagai ulama
yang memberi nasehat. Nasehat yang diberikan oleh peran pendekar ini berupa petuah
tentang menjalani kehidupan agar tidak mudah tergoda oleh hawa nafsu. Munculnya peran
pendekar atau kesatria ini sekaligus menjadi penutup pergelaran Kesenian Pencak Macan.
2.4.6 Gerak Tokoh Macan
Menurut B.P.H Soeryodiningrat tari merupakan gerak seluruh tubuh yang selaras
dengan irama musik, sesuai dengan maksud dan tujuan dalam menari. Adapun unsur-unsur
dalam tari sebagai berikut:
a. Gerak
b. Musik
c. Tata rias dan busana
d. Properti
e. Setting
f. Lighting
20
g. Arena pentas
Dari semua unsur tersebut, unsur gerak mnjadi unsur utama dalam tari. Nantinya pada
karakter macan sebagai objek pendekatan desainakan diambil unsur geraknya untuk dikaji
lebih lanjut.
Gerak peran macan pada Kesenian Pencak perpaduan antara jurus dan seni gerak. Jika
perpaduan tersebut digabungkan peran macan memiliki jumlah 10 gerakan. Gerakan
tersebut sebagai berikut:
1) Jurus Cakaran
Gambar 2. 11. Jurus Cakaran
Gambar di atas adalah jurus cakaran pada karakter macan. Jurus ini memiliki kekuatan
utama pada gerakan tangan baik salah satu tangan maupun kedua tangan. Jurus ini terdapat
pada semua tahap dan atraksi awal sebelum pertunjukan. Jurus cakaran pada seni tari ini
mterdapat beberapa variasi yang memiliki urutan dan tahapan dalam penggunaannya.
2) Jurus Melompat
Gambar 2. 12. Jurus Melompat
Jurus melompat digunakan pada tahap arak-arakan saat atraksi berkelahi. Karakter
macan menggunakan jurus melompat diikuti ayunan cakaran kedepan.
21
3) Seni Gerak Putar Balik
Gambar 2. 13.Serangkaian Gerak Seni Putar Balik
Jurus-jurus pada karakter macan juga dipadukan dengan seni gerak. Gambar di atas
merupakan serangaian gerak seni putar balik. Gambar sebelah kiri, posisi awal karakter
macan sebelum melakukan gerakan putar balik. Gambar tengah, karakter macan yang
sedang melakukan proses berputar. Gambar sebelah kanan, karakter macan setelah
melakukan gerak putar balik. Seni gerak putar balik dilakukan pada atrakasi saat arak-
arakan, sebagai pembuka pergelaran seni Tari Pencak Macan dan digunakan karakter
macan untuk berwaspada dari serangan musuh.
4) Seni Berjalan
Gambar 2. 14.Serangkaian Gerak Seni Berjalan
Gambar di atas merupakan serangkaian gerak seni berjalan. Gerak seni berjalan ini
terdapat di seluruh tahapan pergelaran seni Tari Pencak Macan. Gerakan ini digunakan
karakter macan untuk menjangkau area musuh dan arena pergelaran.
5) Seni Gerak Kepala
Gambar 2. 15.Macam-macam Seni Gerak Kepala
22
Gambar di atas adalah macam-macam seni gerak kepala pada peran macan. Gambar
sebelah kiri adalah seni gerak kepala mendongak ke atas. Bagian tengah adalah seni gerak
kepala bergeleng ke samping. Gambar sebelah kanan adalah seni gerak kepala menoleh ke
kanan. Gerakan kepala ini dilakukan peran macan untuk melakukan waspada terhadap
serangan musuh.
6) Jurus Cakaran-Cakaran
Gambar 2. 16.Serangkaian Gerak Jurus Cakar-cakaran
Jurus cakaran-cakaran terdapat pada bagian pembuka dan inti. Jurus ini digunakan
peran macan untuk melakukan serangan intensif pada musuh. Sebelah kiri gerak cakaran
tahap awal. Bagian tengah gerak mencakar tahap pertama . Sebelah kanan gerak mencakar
tahap kedua.
7) Jurus Loncatan-Loncatan
Gambar 2. 17.Jurus Loncat-loncatan
Jurus loncatan-loncatan terdapat pada tahap inti dan penutup. Jurus ini sama dengan
jurus loncatan hanya saja memiliki melakukan loncatan perbedaan lebih intens. Jurus ini
digunakan peran macan untuk menyerang lawan secara intensif.
23
8) Jurus Berguling
Gambar 2. 18.Serangkaian Gerak Jurus Berguling
Jurus berguling terdapat pada bagian inti dan penutup. Sebelah kiri atas tahap awal
sebelum melakukan proses berguling. Bagian tengah proses berguling dengan gerakan
tangan melakukan cakaran ke arah atas. Sebelah kanan tahap akhir dari jurus berguling.
Jurus ini digunakan peran macan untuk menyerang lawan sekaligus melakukan
perlindungan.
9) Seni Gaya Menarik Nafas
Gambar 2. 19.Seni Gaya Menarik NafasBerguling
Seni gaya ini digunakan agar bisa membuat karakter macan sesuai dengan karakter
aslinya. Seni gaya menarik nafas terdapat pada bagian pembuka dan sela-sela bagian inti.
10) Seni Gerak Balik Kanan dan Kiri
Gambar 2. 20. Serangkaian gerak seni balik kanan dan kiri
Seni gerak balik kanan dan kiri terdapat pada setiap tahap pergelaran seni Tari Pencak
Macan. Sebelah kiri, posisi awal sebelum melakukan gerak putar balik. Bagian tengah,
proses melakukan gerak putar balik. Sebelah kanan, gerak akhir setelah melakukan putar
24
balik. Seni gerak putar balik digunakan karakter macan untuk melihat dan mengawasi
kondisi di sekitarnya.
Penggunaan jurus dan seni gerak tersebut pada Keseninan Pencak Macan lebih
didominasi oleh jurus cakaran. Hal ini dikarenakan jurus cakaran menjadi jurus inti
sekaligus ciri khas Kesenian Pencak Macan. Oleh karena itu jurus cakaran diambil sebagai
objek pendekatan desain untuk diterjemahkan dalam metafora tangible.
2.5 Tinjauan Pendekatan Desain
2.5.1 Teori Metafora
Berdasarkan teori metafora yang dikemukakan oleh Anthony C. Antoniades dalam
buku Phoetic of Architecture (1990) bahwa metafora adalah cara melihat objek dengan
objek yang lain. Berdasarkan teori tersebut maka metafora dapat membantu dalam hal
mendesain dengan melalui pendekatan berupa pola gerak Tari Pencak Macan. Pada buku
tersebut Anthony C. Antoniades membagi metafora dalam tiga jenis.
2.5.2 Macam-Macam Metafora
Seperti pada penjelasan sebelumnya bahwa Anthony C. Antoniades membagi metafora
dalam tiga jenis.
a. Intangible metaphors (tidak dapat diraba)
Kategori ini adalah metafora yang berawal dari sebuah konsep, ide, hakikat manusia
dan nilai. Nilai-nilai ini seperti individualisme , naturalisme. Budaya, sifat, tradisi, dan
sebagainya.
b. Tangible Metaphors (dapat dilihat)
Kategori ini adalah metafora yang asalnya dari hal-hal nyata, karakter tertentu dari
sebuah benda dapat terlihat, seperti rumah yang perwujudannya menyerupai puri, istana
atau kastil.
c. Combine metaphors (kombinasi)
Kategori ini adalah gabungan dari tangible dan intangiblemetaphors dengan melakukan
perbandingan sebuah objek visual dan objek lain yang masih memiliki persamaan berupa
nilai konsep dan objek visualnya.
Berdasarkan tiga jenis metafora teresebut, tangible metaphor lebih mampu untuk
mentransfer pola gerak Tari Pencak Macan ke dalam desain bangunan. Hal ini dikarenakan
tangible metaphor yang nantinya lebih mampu melihat karakter dari sebuah wujud gerak
tari.
25
2.5.3 Penerapan Tangible Metaphor
Penerapan tangible metaphor akan dilakukan dengan menggunakan modular. Perlu
dilakukan pengkajian teori mengenai modular, tujuannya agar penggunaan modul berjalan
sesuai dengan kaidah yang telah ada. Teori The Modulor yang dikemukakan oleh Le
Corbisier bahwa The Modulor adalah teori mengenai sistem proporsi yang berlandaskan
bilangan Fibonacci dan Golden Section. Le Corbusier menyebut modular tersebut Modulor
Man dan mempercayai bahwa proporsi angka ini adalah hasil perhitungan dengan tubuh
manusia. Selain itu, Le Corbusier juga menyatakan bahwa Modulor memberikan proporsi
yang harmonis untuk segala hal. Berikut adalah
Gambar 2. 21. Modulor Man
Sumber: https://geometryarchitecture.files.wordpress.com/2014/04/45_le-corbusier-le-modulor-dor.jpg
Teori modular tersebut dicoba diterapkan pada tokoh macan sebagai objek pendekatan
desain. Sehingga akan didapatkan modul untuk hewan berkaki empat sebagai berikut:
26
Gambar 2. 22. Modular tubuh hewan berkaki empat
Sumber: https://geometryarchitecture.files.wordpress.com/2014/04/45_le-corbusier-le-modulor-dor.jpg
Karena tokoh macan tergolong dalam hewan berkaki 4 maka modul ini akan
digunakan sebagai acuan dalam pembacaan pola gerak tokoh macan. Anggota gerak
kepala, kaki dan badan diambil sebagai aspek yang akan menjadi acuan pembacaan pola
gerak padatokoh macan.
2.6 Tinjauan Karakter Islam pada Bangunan
Penguat citra Islam pada bangunan dapat dilakukan dengan menampilkan geometri
Islam pada bangunan dan pola-pola Islami yang dapat dikaji melalui geometri Islam yang
berbentuk ornamen dan pola-pola Islam yang terwujud dalam bentuk taman Islam. Maka
untuk mewujdkan tujuan tersebut maka perlu dilakukan pengkajian sebagai berikut:
2.6.1 Geometri Islam
Gambar 2. 23. Ornamen Pola Simetris
Sumber: www.google.com
Gambar 2. 24. Ornamen Motif Poligon (i) dan Motif (ii)
Sumber: (Al-Faruqi, 2003)
27
Penerapan geometri Islam secara umum nantinya akan diterapkan pada fasad sebagai
penguat citra Islam pada bangunan
2.6.2 Lansekap Islami (Taman Islami)
Secara umum, elemen tipikal yang terdapat dalam taman Islami:
a. Dinding yang meliputi taman, penggunaan air, pohin dan bunga, penggunaan seni
arabesque – dekorasi geometris Islami.
b. Taman direncanakan dalam pola persegi dengan sumbu bersilangan (crossed plan)
dengan karakter sederhana, jelas, disiplin dan menyenangkan.
c. Komposisinya adalah sebagai inner court, yaitu sebagai orientasi pandangan ke dalam.
Penggunaan tipikal tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi luas posisi, topografi lahan,
iklim kelembaban kondisi tanah yang kemudian ditunjang dengan pola-pola dasar lay-out
taman. Pada taman Islami terdapat 4 pola dasar lay-out taman. Pola-pola ini ditentukan
oleh bentuk kolam atau saluran air yang dibangun. Sementara unsur-unsur lain seperti
naungan, tumbuhan dan air mancur akan mengikuti pola dasar ini:
a. Pola Crossed Plan (Sumbu Bersilangan)
Gambar 2. 25. Pola Crossed Plan
Sumber: Desain Taman Islami (2014)
Pola yang cocok diterapkan pada tapak yang cukup luas. Kanal dibuat bersilangan
membentang ke arah yang simetris pada pertemuan persilangan kanal tersebut. penerapan
pola ini juga sangat ideal pada tapak yang berfungsi sebagai inner court suatu bangunan.
Karakternya yang terpusat pada persilangan kanal atau kolam air mancur sangat cocok
menjadi suatu point of interest. Unsur taman Islami yang lain seperti gazebo dibangun
dekat dan menghadap kolam persilangan kanal sedangkan tanaman ditanam searah dengan
kanal. Tanaman yang dipilih sebaiknya berupa perdu rendah sehingga tidak menutupi jalur
air kanal dan kolam air mancur. Komposisi tanaman bersifat gradasi; semakin menjauh
dari pusat kolam atau kanal, semakin tinggi dan semakin jarang. Sedangkan ground cover
dapat ditanam pada empat bagian tapak yang telah dipisahkan oleh kanal.
28
Perkerasan juga dapat dipakai pada tepi-tepi kanal. Perkesrasan yang dipakai dapat
berupa tegel semen atau batu alam. Karena perkerasan di sini sifatnya hanya menjadi
border antara kanal dengan tanah rumput.
b. Pola Linear Plan (Sumbu Lurus)
Gambar 2. 26. Pola Linear Plan
Sumber: Desain Taman Islami (2014)
Pola sumbu lurus mempunyai karakter utama kolam berbentuk rectangular (empat
persegi) yang membentang searah dengan panjang tapak taman. Dengan demikian, pola ini
cocok untuk taman berbentuk tapak memanjang. Tegasnya, bentuk kolam dapat berfungsi
sebagai pengarah sirkulasi searah dengan panjangnya kolam tersebut. sepanjang kolam
dapat dilengkapi dengan air mancur di sisi kaan dan kirinya.
Pada linear plan, gazebo diletakkan di ujung kolam dan menjadi klimaks dari sirkualsi
sepanjang kolam. untuk penerapan pada bangunan modern, terutama pada taman entrance,
gazebo dapat diganti kanopi entrance bangunan.
Tanaman ditanam sejalan sejajar panjang kolam dan berfungsi sebagai pengarah
sirkulasi. Komposisi penanaman pohon juga seperti pada pola crossed plan; semakin jauh
dari kolam, semakin tinggi pepohonan. Barisan tanaman yang terjauh dari kolamdapat
berfungsi sebagai pagar.
29
c. Pola Cascade Plan (Air Terjun Berjenjang)
Gambar 2. 27. Pola Cascade Plan
Sumber: Desain Taman Islami (2014)
Pola cascade plan adalah pengembangan pola linear plan atau crossed plan. Pada
prinsipnya, kriteria penerapan pada desain sama dengan dua pola sebelumnya, yang
membedakan adalah cascade plan dipakai apabila taman yang akan dibuat berada kontur
yang tidak datar; miring atau berjenjang.
Solusinya adalah kanal-kanal atau kolam dibuat berjenjang dengan membangun air
terjun kecil pada setiap jenjangnya. Elemen air terjun kecil dan suara gemericik air akan
menjadi elemen utama, sehingga penggunaan air mancur daat dikurangi hanya pada
beberapa tempat yang agak jauh dari air terjun. Karena air terjun meruoakan atraksi taman
yang akan dijadikan pusat perhatian, gazebo sebaiknya dibangun dekat setiap air terjun.
Untuk tapak yang lebih luas, jika mungkin area yang akan ditanami tumbuhan dibuat
pola-pola crossed plan lagi untuk menguatkan kesan sederhana, jelas, dan disiplin yang
merupakan karakter taman Islami.
30
d. Pola Cocentric (Memusat)
\
Gambar 2. 28. Pola Concentric Plan
Sumber: Desain Taman Islami (2014)
Pola memusat merupakan alternatif membangun taman Islami dengan lahan yang
sangat terbatas. Pada pola ini, unsur utama tetap kolam dengan air mancur, tetapi kolam
tidak dibuat memanjang atau bersilangan. Kolam dibuat dengan pola geometris tanpa kanal
panjangnya. Untuk mengangkat konsep taman Islami, bentuk dasar kolam harus dibuat
berdasarkan pola arabesque, antara lain; persilangan dua tumpuk bujur sangkar atau
persilangan bujur sangkar dan lingkaran yang ditumpuk.
Bentuk yang lebih rumit dapat diaplikasikan sepanjang berawal dari bentuk-bentuk
dasar bujur sangkar dan lingkaran. Bentuk ini perlu ditegaskan karena merupakan lambang
sifat Allah SWT yang tiada berawal dan tiada berakhir. Pusat perhatian pada kolam ini
adalah air mancur yang mengeluarkan suara lembut yang ada di tengahnya.
Pada pola memusat, gazebo mungkin tidak dapat diterapkan, karena alasan
keterbatasan lahan da juga untuk menghindari perebutan pusat perhatian antara kolam dan
gazebo yang mungkin mempunyai skala yang sama. Tanaman ditanam radial sekeliling
kolam dengan komposisi yang sama seperti pola lay-out.yang lain.
Penerapan taman Islami pola sumbu lurus dan memusat dipilih untuk diterapkan pada
tapak karena pola tersebut sangat sesuai dengan luasan dan bentuk tapak.
2.7 Studi Komparasi
2.7.1 Studi Komparasi Metode Desain
a. Studi Komparasi Metode Desain 1 (Walt Disney Concert Hall)
Komparasi :Walt Disney Concert Hall
31
Lokasi : Los Angeles, California
Kegunaan : Pusat Kesenian
Fungsi : Aula konser
Metode Metafora : Tangible Metaphors dari bunga mawar
Walt Disney Concert Hall merupakan salah satu bangunan Frank Owen Gehry yang
menampilkan arsitektur Expressionist. Skema awal berupa perubahan dari bunga mawar
(bunga lokal) yang tumbuh kota Los Angeles. Bentuk bunga mawar tersebut berasal
kehendak kliennya, yaitu Lilian Disney, sekaligus hasilnya nanti akan menjadi
sebuah“giant sculpture” yang menjadi ikon kota Los Angeles.
Gambar 2. 29. Bangunan dan Layout Plan Walt Disney Concert Hall
Sumber: www.archdaily.com
Gambar 2. 30. Proses Sketsa Desain Frank Gehry
Sumber: www.archdaily.com
Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa proses desain tangible metaphor yang
dilakukan oleh Frank Gehry tersebut dimulai dari mengamati data fisik berupa mahkota
bunga mawar. Data fisik tersebut kemudian ditransfer paida desain dengan melakukan
percobaan melalui sketsa-sketsa dan meggabungkan kebutuhan ruang dan standar yang
dibutuhkan pada concerthall. Hasil sketsa terseut terwujud menjdi Walt Disney Concert
Hall yang menggambarkan bentuk bunga mawar dan memliki kesesuaian dengan
fungsinya yaitu gedung concert hall.
32
b. Studi Komparasi Metode Desain 2 (Stasiun TGV)
Lokasi : Lyon, Perancis
Kegunaan : Pusat Kesenian
Fungsi : Stasiun TGV
Metode Metafora : Tangible Metaphors dari bunga mawar
Stasiun TGV terletak di Lyon, Perancis salah satu karya arsitektur yang menggunakan
tangible metaphor karena mengandaikan dengan obyek benda nyata (tangible). Stasiun
TGV dirancang oleh Santiago Calatravaberkelahiran Spanyol. Dengan mengunakan
pendekatan tektonika struktur,Santiago Calatrava mendesain Stasiun TGV berkonsep
metafora seekor burung, bentuk dirancang menyerupai seekor burung, bagian depannya
runcing menyerupai paruh burung, pada sisi bangunan didesain seperti sayap burung.
Gambar 2. 31. Gedung Stasiun TGV
Sumber: www.archdaily.com
Gambar 2. 32. Sketsa Proses Desain Stasiun TGV
Sumber: www.archdaily.com
33
Stasiun TGV merupakan penghubung antara bandara dan pusat kota Lyon. Rancangan
pada sisi bangunan metaforadari sayap burung yang terbuka yang juga juga mendapat
inspirasi tersebut dari bentuk mata manusia.
Pada bagian depan terdapat pintu masuk untuk akses masuk pengunjung dirancang
dari beton berbentuk huruf “V”menghubungkan empat lengkungan dari bangunan yang
terbentuk sebagai patung paruh burung. Sehingga dari sisi depan terlihat seperti burung
yang membuka sayap.
c. Hasil Kesimpulan Studi Komparasi Metode Desain 1 dan 2
Kedua komparasi tersebut kemudian dibandingkan dan ditarik benang merah untuk
menarik kesebuah kesimpulan
Tabel 2. 2. Perbandingan Komparasi Terakit Metode Desain
Dari segi Walt Disney Concert Hall Stasiun TGV
Teori yang digunakan
Teori tangible metaphor (tangible
emetaphor pada bentuk). Mengambil
bentukan dari bunga mawar.
Teori tangible methafor (tangib
lemetaphor pada bentuk
bangunan) mengambil bentuk
dari gerak sayap burung
Analogi yang
mendasari
Menghadirkan karakter bentuk
kelopak bunga mawar pada bentuk
bangunan
Menghadirkan karakter bentuk
sayap pada bentuk bangunan
Pandangan
masyarakat
Seperti kumpulan lembaran-lembaran
kertas.
Seperti bentuk paruh burung
yang lancip bila dilihat dari
depan
Kesan yang ingin
dicapai
Kecintaan manusia pada tumbuhah
atau pada bunga
Menampilkan kedinamisan pada
sebuah bangunan.
Berdasarkan perbandingan diatas dapat dismpulkan bahwa penerapan teori metafora
yang kerap dipakai oleh arsitek-arsitek zaman sekarang adalah teori tangible methafor
karena teori ini menampilkan bentuk dari analogi yang dipakai.
34
2.7.2 Studi Komparasi Terkait Fungsi Pusat Kebudayaan
a. Studi Komparasi Terkait Fungsi 1 (Bangkok Art And Cultural Centre)
Tabel 2. 3. Fasilitas Bangkok Art And Cultural Centre
Aspek Tinjauan Keterangan Gambar Dan Penjelasan
Nama Bangunan Bangkok Art And
Cultural Centre
Lokasi Kota Pathumwan Temu,
Bankok, Thailand
Tipe Bangunan Culture Centre
Berada di kawasan Asia Tenggara. Merupakan
fasilitas dalam skala kota untuk seni kontemporer.
Tujuannya, memberikan informasi menegenai
pentingya kebudayaan melalui program yang
disajikan berupa pertunjukan seni, pameran, diskusi
dan pendidikan budaya.
Fungsi Standar
Pergelaran
Auditorium
Memuat 5.220 kursi digunakan sebagai tempat
pertunjukan musik, tari dan pemutaran film.
Pameran
Main Gallery
Ruang galeri utama berjumlah kurang lebih 3.500
sq.m (7, 8, dan 9 galeri approx 1.200 sqm)
35
Aspek Tinjauan Keterangan Gambar Dan Penjelasan
digunakan untuk memperlihatkan benda-benda seni
dai Thailand.
People’s Gallery
Adalah galeri dengan aplikasi untuk menampilkan
pameran seni rakyat Thailand.
Pelatihan Studio
Ruang yang digunakan sebagi tempat pendidikan.
Memiliki kapasitas 150-200 orang. Sehingga dapat
menjadi tempat pelatihan seni yang beragam.
Diskusi
Meeting Rooms
Ruang yang diguanakan sebagi tempat pertemuan
ntuk diskusi, seminar dan pengarahan. Memiliki
kapasitas kurang lebih 10-50 orang.
Multi Function
Room
Ruang yang digunakan sebagai tempat pertemuan
seperti seminar, konferensi, sarasehan dan diskusi.
Fungsi Library Hall
36
Aspek Tinjauan Keterangan Gambar Dan Penjelasan
Penunjang
Ruang yang difungsikan sebagi tempat perpustakaan
pada bagian hall bangunan. Selain difungsikan
sebagai perpustakanan tempet tersebut juga
digunakan sebagi pameran dan berbagai kegiatan.
Art HuBACC
Ruang yang digunakan sebagai tempat
berkumpulnya kafe, restoran dan toko yang
memiliki yang didesain seara seni.
Open Space
Ruang terbuka yang berada di depan gedung
Bangkok Art Cultural Centre. Ruang tersebut
digunakan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan
outdoor seperti konser dan pemutaran film.
37
b. Studi Komparasi Terkait Fungsi 2 (Hong Kong Cultural Centre)
Tabel 2. 4. Fasilitas Hong Kong Cultural Centre
Aspek Tinjauan Keterangan Gambar Dan Penjelasan
Nama Bangunan Hong Kong Cultural Centre
Lokasi 10 Salisbury Road, Tsim
Sha Tsui, Kowloon, Hong
Kong
Tipe Bangunan Cultur Centre Pusat kebudayaan yan menyajikan
program kegiatan berupa pergelaran
musik, tari, pameran, pelatihan diskusi
dan seminar.
Fasilitas Standar
Peregelaran
Concert Hall
Ruang yang digunakan untuk pertunjukan
musik. Menampung 2.019 kursi.
Dirancang berbentuk oval yang
dilengkapi dengan kanopi akustik yang
dipasang di belakang panggung.
Grand Theatre
Ruang yang digunakan sebagai tempat
untuk pertunjukan opera dalam skala
besar, balet, musikal, tarian, dan teater
spektakuler. Memuat 1.734 kursi yang
disusun dalam tiga tingkat.
38
Aspek Tinjauan Keterangan Gambar Dan Penjelasan
Pameran
Exhibition Gallery
Ruang yang digunakan sebagai tempat
untuk memamerkan benda seni. Memiliki
luas 287 m2 dengan partisi yang fleksibel,
lampu pameran dan panel. Ruangan
tersebutjuga dilengkapai dengan suara
proyeksi peralatan dan perelengkapan
untuk resepsi, pertemuan dan kelas.
Foyer Exhibition Areas
Lobi utama bangunan yang digunakan
sebagai galeri benda seni. Dilengkapai
dengan lampu sorot, dan panel display.
Pada ruang ini hanya berlangsung sebuah
pameran dengan skala kecil.
Pelatihan
Studio Theatre
Ruang yang digunakan sebagai saran
latihan untuk tari maupun teater dalam
skala kecil. Memuat 303-496 kursi.
39
Aspek Tinjauan Keterangan Gambar Dan Penjelasan
Diskusi
Rehearsal Rooms, Practice
Rooms & Function Rooms
Ruamg yang digunakan sebagai tempat
seminar, pertemuan, konferensi, kelas,
sarasehan, dan diskusi.
Fasilitas Penunjang
Piazza
Adalah fasilitas yang berada di luar
bangunan. Digunakan untuk pertunjukan
outdoor.
Sumber: www.lcsd.gov.hk
c. Hasil Kesimpulan Studi Komparasi Terkait Fungsi 1 dan 2
Kedua komparasi tersebut kemudian dibandingkan dan ditarik benang merah untuk
menarik kesebuah kesimpulan
Tabel 2. 5. Perbandingan Komparasi Terakait Fasilitas Pusat Kebudayaan
Fungsi Bangkok Art and Cultural Centre Hong Kon Cultural Centre
Pergelaran Auditorium Concert Hall, Grand Theatre
Pameran Main gallery, People’s Gallrry, Exhibition Gallery, Foyer Exhibitin
40
Pelatihan Studio Studio Theatre
Diskusi Meeting Room, Multi Function room Rehearsal Rooms, Practice Rooms &
Function Rooms
Penunjang Library Hall, Art HubACC, Open
Space
Piazza
Berdasarkan komparasi yang dilakukan maka dapat dilihat dari bangunan pusat
kebudayaan yang telah ada memiliki standar fasilitas berupa ruang pergelaran, pameran,
pelatihan, dan diskusi yang dapat diaplikasikan pada Pusat Pelestarian Kebudayaan Islam
di Kabupaten Gresik, sehingga fasilitas dirancang memenuhi standar fasilitas bangunan
pusat kebudayaan yang ada.
2.7.3 Studi Komparasi Tampilan Pusat Kebudayaan Islam
a. Studi Komparasi Tampilan Bangunan 1 (Jakarta Islamic Center)
Gambar 2. 33. Jakarta Islamic Center
Sumber: www.google.com
Lokasi Jakarta Islamic Center berada di Jalan Kramat Jaya, Jakarta Utara. Jakarta
Islamic Centre merupakan sebuah lembaga pengkajian dan pengembangan Islam di
Jakarta. Bangunan tersebut menggunakan atap limas dengan paduan atap kubah pada
bagian puncaknya. Memiliki menara yang memilili puncak lancip. Menggunakan ornamen
berbentuk bintang. Kolom dan pilar pada bagian atasnya berbentuk setengah dari ornamen
bintang.
b. Studi Komparasi Tampilan Bangunan 2 (Ciamis Islamic Center)
Lokasi Ciamis Islamic Center beada di Jalan MR. Iwa Kusuma Sumantri, Kertasari,
Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Ciamis Islamic Center ini adalah salah
satu lembaga pengkajian dan pengembangan Islam di Ciamis. Bangunan tersebut memiliki
atap pelana dan datar pada sisi-sisi bangunannya dan tidak memiliki menara. Pada bagian
dinding terdapat ornamen dengan jenis kurva yang berbentuk lingkaran dan di dalamnya
41
terdapat motif lingkaran. Kolom dan pilar bangunan menggunakan gaya Arsitektur
modern.
Gambar 2. 34. Ciamis Islamic Center
Berdasarkan dua studi komparasi diatas perlu dibandikan untuk mendapatkan
informasi guna menunjang perencanaan dan perancangan Pusat Pelestarian Kebudayaan
Islan di Kabupaten Gresik.
c. Hasil Kesimpulan Studi Komparasi Tampilan Bangunan 1 dan 2
Kedua komparasi tersebut kemudian dibandingkan dan ditarik benang merah untuk
menarik kesebuah kesimpulan
Tabel 2. 6. Perbandingan Studi Komparasi Terkait Tampilan Bangunan
UNSUR ISLAM
PEMBANDING
STUDI KOMPARASI 1
(Jakarta Islamic Centre)
STUDI KOMPARASI 2
(Ciamis Islamic Center)
Bentuk atap
Atap bangunan pepaduan dari
atap limas dan kubah.
Atap bangunan berbentuk pelana bertingkat/tumpang
dan pada terdapat atap datar pada beberapa bagian
bangunan.
Bentuk menara Tidak memiliki menara Tidak memiliki menara
Bentuk ornamen
42
UNSUR ISLAM
PEMBANDING
STUDI KOMPARASI 1
(Jakarta Islamic Centre)
STUDI KOMPARASI 2
(Ciamis Islamic Center)
Ornamen bangunan berbentuk
geometris yang bermotif
bintang dan poligon yaitu
berbentuk belah ketupat
Ornamen bangunan berbentuk geometris
lingkaran yang tergolong ornamen berpola
simetris dan berpola geometris
Bentuk kolom
dan pilar
Kolom dan pilar pada
bangunan pada bagian
teras menggunakan
kubah terbuka yang
berbentuk setengah dari
motif ornamen bintang
Kolom dan pilar bangunan menggunakan
gaya arsitektur modern
www.google.com
43
Berdasarkan komparasi yang dilakukan maka dapat dilihat bahwa Pusat Pelestarian
yang ada di Jawa memiliki tampilan bangunan dengan ciri atap berbentuk limas, atap
pelana dan dipadukan dengan atap datar. Tidak memiliki menara dan menggunakan
ornamen berbentuk geometri dan berbentuk simetris. Kolom dan pilar menggunakan
ornamen kubah terbuka. Berdasarkan dari hasil komparasi maka unsur-unsur Islam yang
meliputi bentuk atap, bentuk ornamen, kolom dan pilar pada komparasi tersebut sedikit
banyak dapat dijadikan acuan untuk tampilan bangunan pada Pusat Pelestarian
Kebudayaaan Islam yang dirancang, sehingga dapat menampilkan karakter Islma pada
bangunan sesuai dengan bangunan Pusat Kebudayaan Islam yang telah ada di Jawa.