22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Identitas Jurnal Teori/ Metode Hasil Penelitian
1. Porman Juanda
Marpomari
Mahulae. 2019.
“Deskripsi
Permasalahan
Upaya
Pengembangan
Pariwisata
Berkelanjutan Di
Danau Toba
Sumatera Utara”.
Inovasi Vol. 16 No.
1, Mei 2019: 11-20
Penelitian ini
menggunakan
teori
pengembangan
pariwisata
berkelanjutan.
Adapun metode
penelitian yang
digunakan yaitu
deskriptif
kualitatif
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa salah satu alternatif
solusi yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan
persoalan tentang
pengembangan pariwisata
adalah dengan menetapkan
beberapa kebijakan
pengembangan pariwisata
yang berkaitan dengan
peningkatan perekonomian,
jaminan kesejahteraan daerah
dan masyarakat, kepuasan
wisatawan, keterlibatan
masyarakat, dan pelestarian
lingkungan hidup (Mahulae,
2019).
2. Nyoman Surya
Wijaya, dan I
Wayan Eka
Sudarmawan. 2019.
“Community Based
Tourism (CBT)
sebagai
Strategi
Pengembangan
Pariwisata
Berkelanjutan di
Dtw Ceking Desa
Pekraman
Tegallalang”.
Jurnal Ilmiah
Hospitality
Penelitian ini
menggunakan
teori
pembangunan
berkelanjutan
dan Community
Based Tourism
(CBT). Adapun
metode yang
digunakan yaitu
metode
penelitian
campuran (mix
method) disertai
dengan metode
survei
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa salah satu cara yang
dapat digunakan untuk
mengembangkan pariwisata
yang berkelanjutan adalah
dengan menggunakan strategi
CBT, di mana masyarakat
dilibatkan secara penuh
didalam prosesnya. Dengan
cara ini, maka juga dapat
mewujudkan tercapainya
peningkatan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat.
Hal ini juga dilakukan untuk
menumbuhkan kesadaran,
rasa memiliki dan
23
Management Vol.
10 No. 1, Desember
2019; 77-98
tanggungjawab masyarakat
terhadap objwk wisata yang
saat ini dikelola (Wijaya &
Sudarmawan, 2019).
3. Luh Putu Kirana
Pratiwi ,Nyoman
Yudiarini, I Wayan
Wiadnyana, Sri
Mulyani. 2020.
“Pengembangan
Pariwisata
Berkelanjutan
Berbasis Eco-Edu-
Spiritualtourism
Sebagai Upaya
Peningkatan Sosial
Ekonomi
Masyarakat
Perkotaan (Studi
Kasus: Tukad
Bindu, Desa
Kesiman, Kota
Denpasar)”.
GARA Vol. 14, No.
2, September 2020
Pengembangan
pariwisata dalam
penelitian ini
menggunakan
strategi SO
(Strengths
Oppurtunity).
Adapun metode
penelitian yang
digunakan yaitu
pendekatan
Sustainable
Livelihoods
Approach (SLA)
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa untuk memetakan
potensi pariwisata yang
mengedepankan konsep eko-
edu-spiritual dapat dilakukan
dengan menggunakan strategi
SO yang terbagi kedalam 3
program kegiatan utama,
yaitu 1) optimalisasi
penggunaan lahan, 2)
mengembangkan pusat
ekonomi dan kualitas produk
wisata, dan 3)
mengembangkan paket
wisata. Melalui ketiga
program kegiatan tersebut,
maka dapat mendukung
terwujudnya pengembangan
pariwisata yang berkelanjutan
(PRATIWI, YUDIARINI,
WIADNYANA, &
MULYANI4, 2020).
4. Heylen Amildha
Yanuarita. 2018.
“Pembangunan
Pariwisata
Berkelanjutan:
Studi tentang
Pengembangan
Wisata Gua
Selomangleng di
Kota Kediri”.
Publik (Jurnal Ilmu
Administrasi) Vol 7
(2), Desember 2018
Penelitian ini
menggunakan
teori
pembangunan
berkelanjutan
(sustainable
development).
Adapun metode
penelitian yang
digunakan yaitu
deskriptif
kualitatif
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengembangan wisata
yang dilakukan masih sangat
kurang atau minim, karena
masih adanya beberapa
kendala seperti masalah
kepemilikan lahan. Dengan
demikian, maka upaya yang
dapat dilakukan untuk
mengembangkan wisata Goa
Selomangleng adalah dengan
melaksanakan 4 prinsip
pembangunan berkelanjutan,
yaitu prinsip lingkungan
melalui kegiatan tertib
sampah; prinsip sosial
24
melalui pelaksanaan ritual
adat dan keagamaan secara
harmonis, prinsip budaya
melalui adanya kegiatan
asimilasi budaya; dan prinsip
ekonomi melalui terbukanya
peluang kerja bagi
masyarakat sekitar
(Yanuarita, 2019).
5. Kanom, Randhi
Nanang Darmawan,
Nurhalimah. 2020.
“Sosialisasi
Penerapan Sapta
Pesona Dalam
Perencanaan Dan
Pengembangan
Destinasi
Pariwisata
Berkelanjutan Di
Lider Desa
Sumberarum
Kecamatan
Songgon
Kabupaten
Banyuwangi”.
CENDEKIA :
Jurnal Pengabdian
Masyarakat. Vol. 2
No. 1 Bulan Juni
2020 halaman 24-
32
Penelitian ini
menggunakan
teori
pengembangan
pariwisata
berkelanjutan
yang
dikemukakan
oleh Butler.
Adapun metode
penelitian yang
digunakan yaitu
eksplorasi dan
sosialisasi.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kegiatan sosialisasi
yang dilakukan oleh peneliti
memberikan dampak yang
besar terhadap perubahan
pola pikir atau mindset
masyarakat terhadap kegiatan
pengembangan pariwisata.
Selanjutnya, perlu dilakukan
mediasi dan koordinasi lebih
lanjut antara masyarakat
dengan instansi yang
berwenang (Dinas Pariwisata)
sehingga potensi pariwisata
dapat segera dikembangkan,
yang mana dapat memberikan
manfaat bagi masyarakat dan
wilayah tersebut (Kanom,
Darmawan, & Nurhalimah,
2020).
6. Rina Sari
Qurniawati dan
Bertha Kusuma
Wardani. 2020.
“Analisis
Pengembangan
Pariwisata
Berdasarkan
Dukungan
Masyarakat Di
Penelitian ini
menggunakan
teori
pengembangan
pariwisata
berkelanjutan,
teori pertukaran
sosial (social
exchange
theory). Adapun
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa besarnya dukungan
masyarakat terhadap
pengembangan pariwisata
berkelanjutan bergantung
terhadap besarnya manfaat
yang diterima oleh
masyarakat. Sejalan dengan
teori pertukaran sosial,
semakin banyak manfaat
25
Temanggung”.
Jurnal Manajemen
Daya Saing. Vol.
21 No. 2 hlm 88-97
metode
penelitian yang
digunakan yaitu
deskriptif
kualitatif.
maka semakin banyak pula
dukungan yang akan
diberikan. Dengan demikian,
maka pengembangan
pariwisata dapat dilakukan
dengan mempertimbangkan
kebermanfaatan yang akan
diterima oleh masyarakat,
baik dalam konteks sosial
maupun ekonomi. Hal ini
dilakukan guna menarik
simpati dan partisipasi
masyarakat dalam
pengembangan pariwisata
sehingga pembangunan yang
dilakukan juga dapat
diwujudkan secara optimal,
efektif dan efisien
(Qurniawati, 2019)
7. Desi Qoriah, Marti
Dewi Ungkari,
Husni Muharam.
2019.
“Pengembangan
Pariwisata
Berkelanjutan
Wisata Domba Adu
Di Desa
Rancabango
Tarogong Kaler
Garut”. Journal Of
Knowledge
Management Vol.
13; No. 02
Teori yang
digunakan dalam
penelitian ini
yaitu
pengembangan
pariwisata
berkelanjutan
dan ekologi
manusia.
Adapun metode
penelitian yang
digunakan yaitu
deskriptif
analisis.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kegiatan sosial budaya
atau adat desa juga dapat
menjadi daya tarik dan
apabila dikelola secara tepat
dapat menjadi potensi
pariwisata. Setelah dilakukan
analisa berdasarkan teori
yang digunakan, dapat ditarik
kesimpulan bahwa wisata
Domba Adu yang ada di Desa
Rancabango Traogong Garut
memenuhi ketiga aspek
dalam pengembangan
pariwisata berkelanjutan, baik
dalam aspek nilai ekologi,
sosial dan budaya, serta
keberlanjutan ekonomi
(Qoriah, Ungkari, &
Muharam, 2019).
8. Yudha Eka
Nugraha dan
Frengky Lussie.
Penelitian ini
menggunakan
teori
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa salah satu cara yang
dapat digunakan untuk
26
2020.
“Pengembangan
Wisata Bahari
Pantai Mulut
Seribu Sebagai
Daya Tarik Wisata
Berkelanjutan Di
Kabupaten Rote,
Nusa Tenggara
Timur”. JOURNEY
Volume 2 Nomor 2,
Juni
pengembangan
pariwisata
dengan strategi
Strength
Oppurtunity
(SO). Adapun
metode
penelitian yang
digunakan yaitu
deskriptif
kualitatif.
mengembangkan pariwisata
adalah dengan menggunakan
strategi SO, yaitu fokus pada
kekuatan dan peluang dari
objek wisata yang sedang
dikembangkan. Dalam
konteks pengembangan
wisata bahari di Pantai Mulut
Seribu, peneliti juga
menyampaikan bahwa
kegiatan promosi, partisipasi
masyarakat, serta kerjasama
antara pemerinta dan
masyarakat juga perlu
dilakukan untuk mewujudkan
pengembangan pariwisata
yang lebih maksimal
(Nugraha & Lussie, 2020).
9. Agita Widya
Pangestika. 2019.
“Implementasi
Pembangunan
Pariwisata
Berkelanjutan
Melalui Partisipasi
Masyarakat Di
Desa Wisata
Pulesari Turi,
Sleman, Provinsi
Yogyakarta”.
Research Gate.
Penelitian ini
menggunakan
teori
pembangunan
pariwisata
berkelanjutan
dan teori
partisipasi.
Adapun metode
yang digunakan
yaitu jenis
penelitian
kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa partisipasi masyarakat
baik berupa tenaga, ide,
maupun keahlian merupakan
kunci utama dari suksesnya
pengembangan pariwisata
berkelanjutan. Masyarakat
dilibatkan dalam semua
tahapan, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan
hingga evaluasi. Keterlibatan
masyarakat juga mendukung
tercapainya peningkatan
perekonomian masyarakat
yang lebih optimal, serta
munculnya sikap saling
menghargai antara
masyarakat dengan
lingkungan sekitarnya
(Pangestika, 2019).
10. Nailul Insani, Fauzi
Ramadhoan
A’rachman, Putri
Kusuma Sanjiwani,
Penelitian ini
menggunakan
teori
Dengan menggunakan analisa
SOAR, dapat disimpulkan
ada 4 alternatif startegi yang
digunakan untuk
27
Frisco Imanuddin.
2019. “Studi
kesesuaian dan
strategi
pengelolaan
ekowisata Pantai
Ungapan,
Kabupaten Malang
untuk
pengembangan
pariwisata
berkelanjutan”.
Jurnal Teori dan
Praksis
Pembelajaran IPS
Volume 4, No.1,
2019, ISSN 2503-
5307
pengembangan
pariwisata
berkelanjutan
dengan
menggunakan
analisis strategi
SOAR (strength,
opportunity,
aspirations,
result). Adapun
metode
penelitian yang
digunakan yaitu
metode
deskriptif
dengan Teknik
analisis
campuran (mix
methods)
mengembangkan potensi
pariwisata, yaitu 1)
optimalisasi potensi yang ada,
2) kerjasama antar selurh
pihak yang terlibat, dan 3)
meningkatkan kualitas
infrastruktur dan fasilitas
dalam rangka meningkatkan
daya saing, 4) membangun
kemitraan guna mempercepat
pertumbuhan ekonomi
(Insani, A’rachman,
Sanjiwani, & Imamuddin,
2019)
Sumber: diolah dari berbagai sumber
Berdasarkan pada tabel 2.1 di atas, peneliti menguraikan beberapa jurnal
yang menjadi referensi atau literatur dalam kajian penelitian yang sedang
dilakukan. Penetapan jurnal-jurnal tersebut di atas dilakukan berdasarkan
kesesuaian atau relevansi jurnal terhadap fokus penelitian, yaitu tentang
pengembangan pariwisata.
Kesepuluh jurnal penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai referensi
dalam kajian penelitian ini memiliki fokus terhadap pengembangan pariwisata
dengan menitikberatkan pada prinsip berkelanjutan, di mana pembangunan
yang dilakukan dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama dan dapat
memberikan kebermanfaat bagi masyarakat dalam kurun waktu yang panjang.
28
Secara umum, teori yang digunakan dalam penelitian terdahulu adalah
serupa, yaitu menggunakan teori pembangunan pariwisata berkelanjutan
(sustainable development tourism), teori partisipasi, teori pembangunan
berkelanjutan (sustainable development), teori pertukaran sosial (social
exchange theory), hingga teori ekologi manusia.
Dengan berpedoman pada beberapa penelitian terdahulu tersebut di atas,
maka penelitian yang saat ini dilakukan oleh peneliti dengan judul
“Pengembangan Objek Wisata Pantai Modangan di Kecamatan Donomulyo”
juga menggunakan teori yang serupa yaitu teori pembangunan pariwisata
secara umum dan teori pembangunan pariwisata berkelanjutan sebagai pisau
analisis kajian penelitian.
1.2. Teori Pengembangan Pariwisata
Gamal Suwantoro mendefinisikan pengembangan pariwisata sebagai
upaya yang dilaksanakan dalam rangka memperbaiki kualitas kepariwisataan
serta meningkatkan daya tarik dari objek wisata itu sendiri. Ia juga
menambahkan bahwa upaya-upaya ini dilakukan untuk menambah
kemanfaatan pariwisata bagi masyarakat dan meningkatkan pendapatan
ekonomi baik bagi masyarakat maupun bagi daerah itu sendiri (Gamal, 2000)
Soekardijo juga menyebutkan bahwa ada 3 manfaat yang dihasilkan dari
adanya pengembangan pariwisata, antara lain: 1) adanya multiplier effect ,
yaitu di mana keuntungan dari hasil pengelolaan pariwisata memberikan
dampak munculnya transaksi-transaksi lain dibidang ekonomi atau disebut
dengan dampak penggandaan; 2) meningkatkan daya konsumtif masyarakat
29
karena pemasaran produk yang semakin maju; dan 3) meningkatnya
penerimaan atau pendapatan daerah terutama dalam bentuk retribusi dan pajak
(Soekadijo, 1997).
Adapun menurut Joyosuharto, pengembangan pariwisata memiliki tiga
fungsi yaitu: (1) menggalakan ekonomi, (2) memelihara kepribadian bangsa,
kelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup, (3) memupuk rasa cinta tanah
air dan bangsa. Untuk menjalankan ketiga fungsi tersebut maka diperlukan
pengembangan objek wisata dan daya tarik wisata, meningkatkan dan
mengembangan promosi dan pemasaran, serta meningkatkan pendidikan dan
pelatihan kepariwisataan (Joyosuharto, 1995).
Lebih lanjut, Joyosuharto juga menyebutkan bahwa terdapat 6 indikator
yang menjadi fokus utama dalam suatu pengembangan pariwisata, yaitu 1)
sumber daya alam; 2) kebudayaan hidup; 3) sarana prasarana; 4) aksesibilitas;
5) partisipasi masyarakat; dan 6) kelembagaan (Joyosuharto, 1995).
Pendit dalam tulisannya juga menyebutkan bahwa suatu pegembangan
pariwisata yang dilakukan dengan tujuan untuk menunjang pertumbuhan
ekonomi juga harus memperhatikan beberapa hal berikut, antara lain:
1) Perlu ditetapkan beberapa aturan yang berpihak pada peningkatan mutu
pelayanan pariwisata dan kelestarian lingkungan wisata, bukan berpihak
pada kepentingan pihak-pihak tertentu.
2) Pengelola pariwisata harus melibatkan masyarakat stempat. Hal ini
bertujuan untuk hal pengalaman pada bebearapa daerah tujuan wisata,
30
apabila tidak melibatkan masyarakat setempat, akibatnya tidak ada
sumbangsih ekonomi yang diperoleh masyarakat sekitar.
3) Kegiatan promosi harus beraneka ragam, selain dengan mencanangkan
cara kampanye dan program Visit Indonesia Year seperti yang sudah
dilakukan sebelumnya. Kegiatan promosi juga perlu dilakukan dengan
membentuk sistem informasi yang handal dan membangun kerjasama
yang baik dengan pusat informasi pada negara-negara lain terutama pada
negara yang berpotensi.
4) Perlu menentukan daerah tujuan wisata yang memiliki keunikan
disbanding dengan daerah tujuan wisata lain, terutama yang bersifat
tradisional dana lam. Karena era kekinian sebagai salah satu objek wisata
yang alami dan tradisional yang menjadi sasaran wisatawan asing.
5) Pemerintah pusat membangun kerjasama dengan kalangan swasta dan
pemerintah daerah setempat, dengan sisitem terbuka, jujur dan adil.
Kerjasama ini penting karena untuk memperlancar pengelola secara
professional dengan mutu pelayanan yang memadai.
6) Perlu dilakukan pemerataan arus wisatawan bagi semua daerah tujuan
wisata yang ada diseluruh Indonesia.
7) Mengajak masyarakat sekitar daerah tujuan wisata agar menyadari peran,
fungsi dan manfaat pariwisata serta merangsang mereka untuk
memanfaatkan peluang-peluang yang tercipta bagi berbagai kegiatan yang
dapat menguntungkan secara ekonomi.
8) Sarana serta prasarana yang dibutuhkan perlu dipersiapkan secara baik
untuk menunjang kelancaran pariwisata. Seperti perbaikan jalan, jaringan
31
telepon maupun internet serta pusat perbelanjaan disekitar lokasi daerah
wisata (Pendit, 1986).
Oleh sebab itu, dalam melaksanakan fungsi dan peranannya pada
pengembangan pariwisata, pemerintah daerah wajib melakukan berbagai
upaya dalam pengembangan wahana dan prasarana pariwisata guna mencapai
hasil yang dinginkan, melalui cara-cara serta metode-metode pada penggunaan
sarana serta prasarana yang bisa menambah pendapatan daerah.
Seiring berjalannya waktu, teori pengembangan pariwisata juga semakin
berkembang. Fokus pengembangan pariwisata tidak hanya terbatas pada upaya
untuk meningkatkan kualitas objek wisata, mengembangkan daya tarik wisata,
serta mempercepat pertumbuhan ekonomi. Pengembangan pariwisata di masa
dewasa ini juga dilakukan guna mempertahankan kebermanfaatan pariwisata
dalam jangka waktu yang panjang (berkelanjutan) (Sharpley, 2000).
Berdasarkan pada kondisi tersebut di atas, maka muncul teori
pengembangan pariwisata berkelanjutan. The World Conservation Union
(WCU) atau saat ini dikenal dengan International Union for Conservation
Nature (IUCN) selaku lembaga internasional yang berwenang dalam
pengelolaan konservasi alam memberikan definisi terhadap pembangunan
pariwisata berkelanjutan sebagai sebuah proses untuk membangun tempat
maupun daerah tanpa mengurangi nilai guna atau eksploitasi berlebihan
terhapan potensi dari sumber daya yang ada. Proses ini juga harus diimbangi
dengan tindakan pengawasan dan pemeliharaan, sehingga potensi dan sumber
32
daya tersebut dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama (berkelanjutan)
(Sastrawan, Rahmawati, & Azhari, 2018).
Sejalan dengan IUCN, World Commicion on Environment and
Development (WCED) juga mengatakan bahwa konsep pembangunan
pariwisata berkelanjutan merupakan bagian dari pembangunan berkelanjutan
(sustainable development). Sejalan dengan inti dari pembangunan
berkelanjutan yaitu pembangunan yang mempertimbangkan kebutuhan dalam
jangka panjang, maka pengembangan pariwisata berkelanjutan juga
dilaksanakan dengan prinsip memerhatikan kebermanfaatan dan pengelolaan
sumber daya pariwisata unutk saat ini dan masa yang akan datang (Nurhadi,
Mardiyono, & Rengu, 2014).
J. Swarbroke dalam tulisannya juga mengatakan bahwa pariwisata
berkelanjutan atau sustainable tourism merupakan bagian dari kegiatan
ekonomi yang dibentuk guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan
memelihara kualitas lingkungan. Poin utama dari keberhasilan pengembangan
pariwisata berkelanjutan juga mengacu kepada penggunaan daya tarik wisata
tanpa menimbulkan masalah sosial, ekonomi dan lingkungan (Swarbrooke,
1999).
Adapun beberapa konsep yang berkaitan dengan prinsip pengembangan
pariwisata berkelanjutan, antara lain:
1. Sebagai bagian dari aset pariwisata, aspek lingkungan harus dapat dikelola
untuk jangka waktu yang panjang;
33
2. Masyarakat harus diberikan pemahaman bahwa pariwisata adalah suatu
kegiatan yang positif, yang mana dapat memberikan keuntungan dan
manfaat bagi masyarakat;
3. Pariwisata dan lingkungan harus berjalan secara seimbang, di mana
kegiatan kepariwisataan tidak boleh membawa kerugian atau dampak
buruk bagi lingkungan;
4. Pengembangan pariwisata harus memerhatikan dan mempertimabngan
karakteristik dari daerah tersebut;
5. Kebutuhan wisatawan, tempat dan masyarakat sekitar harus dapat berjalan
secara serasi dan seimbang (Wijaya & Sudarmawan, 2019).
Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Wijaya, McIntyre juga
menyatakan ada 3 komponen penting yang menjadi indikator dalam
keberhasilan pengembangan pariwisata berkelanjutan dan memiliki kontribusi
yang cukup besar dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat di sekitar
lokasi pariwisata, antara lain:
1. Industri Pariwisata
Dalam konteks ini, industri pariwisata bukan hanya dimaknai sebagai
ruang yang dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat, seperti
terbukanya lapangan pekerjaan maupun meningkatkan pendapatan.
Industri pariwisata pada hakikatnya kepada rangkaian yang lebih
kompleks, yaitu berkaitan dengan infrastruktur pariwisata seperti
transportasi, fasilitas bagi wisatawan, informasi dan promosi wisata, serta
atraksi wisata yang mana kesediannya harus terjamin untuk jangka waktu
yang lama. Hal ini dilakukan guna terjaganya kualitas pariwisata yang
34
dapat mendukung datangnya wisatawan atau pengunjung secara terus-
menerus dalam jangka waktu yang lama, bukan hanya sementara.
2. Lingkungan
Dalam rangka memastikan pariwisata dapat dilakukan secara
berkelanjutan, perlu dilakukan pengelolaan dan perlindungan bagi
lingkungan. Pada hakikatnya, pengelolaan pariwisata dapat dilakukan
secara maksimal, akan tetapi tetap mengedepankan nilai keramahan
terhadap sumber daya yang tersedia, sehingga lingkungan dan sumber
daya yang ada tidak mengalami kerusakan atau eksplorasi yang
berlebihan.
Dalam konteks pengembangan pariwisata berkelanjutan, lingkungan
dibagi kedalam 3 aspek, yaitu 1) ecological, yaitu aspek yang berhubungan
dengan lingkungan alam dan manusia, 2) sosio-kultural yaitu lingkungan
yang berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat dan budaya, serta 3)
fasilitas pendukung yang dibutuhkan oleh wisatawan.
Dengan demikian, untuk mewujudkan terwujudnya pengembangan
pariwisatayang berkelanjutan, maka ketiga aspek lingkungan sebagaimana
tersebut di atas harus dipenuhi. Apabila salah satunya tidak terpenuhi,
maka dapat memberikan dampak bagi kurang optimalnya kondisi aspek
lingkungan yang lainnya.
3. Masyarakat
Masyarakat bukan hanya menjadi objek dari pariwisata, tetapi juga
sebagai subjek atau aktor yang memiliki kontribusi yang sangat penting
dalam pengelolaan pariwisata maupun dalam pengembangan pariwisata
35
berkelanjutan. Guna meningkatkan motivasi masyarakat dalam
pengembangan pariwisata, maka tujuan pariwisata juga harus diarahkan
untuk memberikan keuntungan bagi masyarakat, baik secara ekonomi
maupun sosial.
Masyarakat juga harus dilibatkan secara penuh dalam kegiatan
kepariwisataan, bukan hanya pada tahapan perencanaan akan tetapi pada
semua tahapan termasuk pada tahapan evaluasi. Hal ini dilakukan guna
meningkatkan motivasi dan tanggungjawab masyarakat terhadap kegiatan
kepariwisataan yang dilaksanakan, sehingga proses pengelolaan maupun
pengembangan kepariwisataan juga dapat dilakukan secara maksimal
(McIntyre, 1993).
Sejalan dengan kajian penelitian yang saat ini dilakukan oleh peneliti,
maka pengembangan objek wisata Pantai Modangan yang terletak di
Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang juga harus dilakukan dengan
mengedepankan atau mengimplementasikan indikator-indikator dalam
pengembangan pariwisata berkelanjutan. Hal ini dilakukan guna mewujudkan
pembangunan pariwisata yang bukan hanya optimal, tetapi juga dapat bertahan
dalam jangka waktu yang panjang.
Seperti yang telah diuraikan dilatar belakang, Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Malang telah membentuk rencana
strategis yang menjadi pedoman atau acuan dalam kegiatan pengembangan
destinasi pariwisata yang ada di Kabupaten Malang. Renstra tersebut juga
telah menetapkan beberapa program yag dapat dilaksanakan dalam kegitana
pengembangan pariwisata di Kabupaten Malang.
36
Adapun program kegiatan pengembangan destinasi pariwisata yang
terdapat di dalam renstra Disparbud Kabupaten Malang yaitu 1) pengembangan
jenis dan paket wisata unggulan; 2) pengembangan sarana dan prasarana
pariwisata; dan 3) pengembangan daerah tujuan pariwisata. Apabila dikaitkan
dengan fokus kajian penelitian ini, maka pengembangan objek wisata Pantai
Modangan juga dilakukan dengan berpedoman pada program kegiatan
pengembangan destinasi pariwisata sebagaimana yang tertera direnstra.
Sesuai dengan teori yang digunakan sebagai pisau atau alat analisis dalam
kajian penelitian, program pengembangan destinasi pariwisata juga harus
dilaksanakan dengan mengedepankan konsep pengembangan pariwisata
berkelanjutan, baik dalam aspek industri pariwisata, lingkungan maupun
masyarakat. Hal ini dilakukan guna mewujudkan terbentuknya pembangunan
pariwisata yang optimal dan dapat bertahan dalam jangka panjang.
1.3. Wisata Pantai
John O. Simond mengatakan bahwa wisata pantai dapat dimaknai sebagai
jenis wisata yang memanfaatkan sumber daya alam dan elemen pendukungnya
seperti laut, serta daratan sekitar pantai, baik yang terbentuk secara alami,
buatan, maupun gabungan antar keduanya (Simond, 1978).
Adapun Yulinda mendefinisikan wisata pantai sebagai kegiatan wisata
yang menjadikan pantai, kebudayaan masyarakat di sekitar pantai, serta
rekreasi atau wahana yang ada sebagai objek wisata. Lebih lanjut, Yulinda juga
mengatakan bahwa wisata pantai merupakan bagian dari konsep ekowisata,
37
yaitu pemanfaatan sumberdaya yang ada tanpa merusak alam dan lingkungan
(Yulinda, 2007).
Berkaitan dengan konsep ekowisata tersebut di atas, Armyn Hadi dalam
Pangarso juga mengatakan bahwa suatu pembangunan atau pengembangan
yang menempatkan pantai sebagai objek wisata harus memerhatikan beberapa
kriteria, sehingga pembangunan dapat dilakukan secara aman dan tetap
menjaga karakter dari pantai itu sendiri. Adapun kriteria yang dimaksud, yaitu:
1. Arus dan Kecepatan Angin
Besarnya arus dan kecepatan angin pada hakikatnya dapat digunakan
sebagai dasar untuk menentukan jenis paket wisata atau jenis rekreasi yang
akan ditawarkan kepada pengunjung, seperti mendayung, berselancar, ski
dan wahana lainnya. Kondisi arus dan kecepatan angin juga penting untuk
memastikan wisata dapat dilakukan dengan aman dan tidak
membahayakan wisatawan atau pengunjung.
2. Vegetasi Lingkungan
Vegetasi lingkungan mencakup tumbuhan atau tanaman yang tumbuh
di sekitar pantai. Kondisi vegetasi lingkungan juga berpengaruh terhadap
keindahan pantai, yang mana jika dikelola dengan baik dapat menjadi daya
tarik pantai itu sendiri.
3. Oceanografi
Adapun yang dimaksud dengan oceanografi yaitu kondisi pasang
surut air laut. Serupa dengan arus dan kecepatan angin yang dapat
38
memengaruhi jenis wahana yang dapat dilakukan, faktor oceanografi juga
memberikan pengaruh terhadap jenis wahana atau rekreasi yang
dilakukan, karena tinggi pasang air laut juga dapat memengaruhi
keamanan wisatawan selama berwisata.
4. Posisi Pantai
Posisi pantai pada hakikatnya berpengaruh terhadap besaran ombak
dan daya tahan pantai. Pantai yang memiliki ombak besar dan daya tahan
pantai yang tidak cukup kuat pada hakikatnya tidak dapat dijadikan
sebagai objek wisata karena dapat membahayakan wisatawan.
5. Kemiringan Pantai
Kemiringan pantai pada hakikatnya juga dijadikan sebagai acuan atau
pedoman untuk menentapkan jenis wisata atau rekreasi yang dapat
ditawarkan kepada wisatawan atau pengunjung. Pantai yang memiliki
kemiringan yang cukup ideal sering kali dijadikan sebagai lokasi ideal
untuk berjemur, serta berpengaruh dalam sedikit atau banyaknya
hamparan pasir yang mana dapat dijadikan sebagai media sand play atau
permainan pasir bagi anak-anak.
6. Luas Pantai
Luas wilayah pantai pada hakikatnya juga dapat dimaknai sebagai
suatu potensi bagi pantai itu sendiri. Pantai yang memiliki wilayah yang
luas bukan hanya dapat berpengaruh terhadap semakin banyaknya
kapasitas wisatawan yang dapat ditampung, akan tetapi juga dapat dikelola
sebagai wilayah konservasi untuk menahan atau mengurangi besaran
ombak dan arus pantai (Pangarso, 2001).
39
Dalam konteks kajian penelitian ini, maka pengembangan juga dilakukan
terhadap objek wisata Pantai, lebih tepatnya Pantai Modangan yang terletak di
Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang. Seperti yang telah diuraikan pada
latar belakang, bahwa saat ini Pantai Modangan mengalami beberapa kendala
yang memengaruhi efektifitas pengelolaan Pantai Modangan itu sendiri,
diantaranya yaitu 1) keterbatasan akses; 2) kurangnya minat investor; dan 3)
terbatasnya anggaran dana pemerintah.
Seperti yang dikatakan oleh Armyn Hadi dalam Pangarso bahwa
pembangunan atau pengembangan wisata pantai harus memenuhi beberapa
kriteria yang telah ditetapkan agar pembangunan yang dilakukan aman dan
tidak membahayakan pengunjung, maka pengembangan wisata Pantai
Modangan juga harus memenuhi kriteria tersebut di atas.
Berdasarkan kriteria pembangunan wisata pantai yang telah disebutkan,
kriteria arus dan kecepatan angin, serta luas pantai merupakan dua kriteria
utama yang cukup berpengaruh dalam pengembangan Pantai Modangan.
Dikatakan demikian, karena Pantai Modangan sendiri memiliki potensi di
bidang paralayang, yang mana kegiatan ini membutuhkan kecepatan angin
tertentu.
Adapun di sisi lain, luas pantai juga dapat menjadi salah satu kriteria yang
dapat mendukung pengembangan Pantai Modangan, di mana saat ini Pantai
Modangan masih mengalami kekurangan fasilitas. Dengan demikian, apabila
luas pantai mendukung, maka hal ini dapat menjadi media atau lahan untuk
40
membangun beberapa fasilitas pendukung yang dibutuhkan oleh wisatawan
atau pengunjung.
Sejalan dengan teori pengembangan pariwisata yang juga digunakan
sebagai pisau analisis dalam kajian penelitian ini, maka pengembangan wisata
pantai juga harus memerhatikan kondisi lingkungan, di mana pembangunan
atau pengembangan yang dilakukan harus mampu mengoptimalkan sumber
daya yang ada tanpa melakukan eksploitasi yang berlebihan hingga berdampak
terhadap kerusakan lingkungan.
Dengan demikian, maka pengembangan objek wisata pantai modangan
harus dilakukan dengan memerhatikan beberapa kriteria pengembangan wisata
pantai yang telah ditetapkan agar pembangunan yang dilakukan aman dan tidak
berbahaya, serta harus menerapkan konsep pengembangan pariwisata
berkelanjutan yang mengedepankan kebermanfaatan bagi generasi masa kini
dan masa yang akan datang.