12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Perkembangan Anak Usia Sekolah Menengah Pertama
2.1.1 Pengertian Anak Usia Sekolah Menengah Pertama
Anak usia sekolah menengah (SMP) berada pada tahap perkembangan
pubertas (10-14 tahun). Kemampuan-kemampuan kognitif tersebut akan
semakin berkembang hingga anak memasuki tahap operasional formal, yakni
suatu tahap perkembangan kognitif yang dimulai pada usia kira-kira 11 atau
12 tahun. Secara umum karakteristik pemikiran remaja pada tahap operasional
formal ini adalah diperoleh kemampuan untuk berpikir secara abstrak,
menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
Pada tahap ini anak yang menginjak usia remaja sudah dapat berpikir secara
abstrak dan hipotesis, sehingga ia mampu memikirkan sesuatu yang akan
mungkin terjadi, sesuatu yang bersifat abstrak (Desmita, 2014).
2.1.2 Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah Menengah Pertama
Masa remaja (Adolescence) merupakan masa di mana terjadi transisi
masa kanak-kanak menuju dewasa, biasanya antaras usia 13 dan 20 tahun.
Istliah Adolescence merujuk kepada kematangan psikologis individu, sedangkan
pubertas merujak kepada saat dimana telah ada kemampuan reproduksi. Pada
masa remaja ini terdapat tiga subfase : masa remaja awal 11 sampai 14 tahun),
masa remaja pertengahan (15-17 tahun), dan masa remaja akhir (18-20 tahun),
Adapun tahap perkembangan masa remaja, yaitu :
1) Perubahan fisik, Perubahan fisik terjadi dengan cepat pada masa remaja.
Terdapat banyak variasi pada masa perubahan fisik yang dihubungkan
13
dengan pubertas antara lawan jenis dan sesama jenis. Anak perempuan
umumnya lebih dulu mengalami perubahan fisik dibandingkan anak laki-
laki, yaitu sekitar dua tahun lebih awal. Tinggi dan berat badan biasanya
terjadi pada masa pre-pubertas, yaitu pada usia 12 tahun untuk anak
perempuan dan usia 14 tahun pada anak laki-laki. Bagi anak perempuan,
tinggi badan bertambah 5,7 sampai 20,3 cm dan berat badan bertambah
6,8 sampai 25 kg. Tinggi badan pada anak laki-laki meningkat sekitar 10,2
sampai 30,5 cm dan berat badan bertambah 6,8 sampai 29,5 kg.
2) Perubahan kognitif, perubahan pada pikiran dan lingkungan sosial remaja
akan menghasilkan tingkat perkembangan intelektual tertinggi. Pada masa
remaja memperoleh kemampuan memperkirakan suatu kemungkinan,
mengurutkan, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan melalui
pemikiran logis. Mereka dapat berpikir secara abstrak dan dapat mengatasi
masalah hipotetis. Masa ini individu akan mengalami keajuan proses
berpikir yang sebelumnya masih bersifat fisik/konkret menjadi bersifat
abstrak. Anak usia sekolah hanya berpikir mengenai hal yang terjadi,
sedangkan remaja mampu membayangkan hal yang akan terjadi.
3) Perubahan Psikososial. Pada perkembangan psikososial, pencarian jati diri
merupaka tugas utama remaja. Mereka dapat membentuk hubungan
kelompok yang erat atau memilih untuk tetap terisolasi. (Potter & Perry,
2009).
Pada masa ini anak diharapkan memperoleh pengetahuan dasar yang
dipandang sangat penting bagi persiapan dan penyesuaian diri terhadap
kehidupan di masa dewasa diharapkan mempelajari keterampilan-
keterampilan tertentu. Keterampilan-keterampilan itu meliputi:
14
a) Keterampilan membantu diri sendiri, Pada masa ini, anak-anak mampu
dirinya sendiri untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Dia mampu
memecahkan masalahnya sendiri sehingga ia dapat berintegrasi dengan
lingkungannya. b) Keterampilan sosial, Pada masa ini anak-anak mampu
bersosialisasi baik dengan teman seumurnya maupun dengan orang yang lebih
tua atau muda darinya. c) Keterampilan Sekolah, Anak-anak pada masa ini
mampu untuk bersekolah, mengikuti pelajaran, dan menyerap pelajaran.
d) Keterampilan Bermain, Pada anak usia sekolah dasar, anak-anak mampu
bermain mainan untuk usia mereka (Iskandar & Sunendar, 2013).
2.1.3 Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa adalah bagian-bagian pengalaman siswa yang
berpengaruh pada keefektifan proses belajar. Karakteristik siswa bertujuan
untuk mendeskripsikan bagian-bagian kepribadian siswa yang perlu
diperhatikan untuk kepentingan rancangan pembelajaran. Karakteristik siswa
merupakan salah satu variabel dalam domain desain pembelajaran yang
biasanya didefinisikan sebagai latar belakang pengalaman yang dimiliki oleh
siswa termasuk aspek-aspek lain yang ada pada diri mereka seperti
kemampuan umum, ekspektasi terhadap pembelajaran, dan ciri-ciri jasmani
serta emosional siswa, yang memberikan dampak terhadap keefektifan belajar
(Budiningsih, 2011).
Karaktersitik siswa sekolah dasar secara umum: a) Memiliki rasa
keingintahuan yang kuat dan tertarik pada dunia sekitar yang mengelilingi diri
mereka sendiri, b) Senang bermain dan bergembira riang, c) Suka mengatur
diri untuk menangani berbagai hal, d) Bergetarnya perasaan dan terdorong
15
untuk berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan
dan menolak kegagaan-kegagalan, e) Belajar secara efektif ketika merasa puas
dengan situasi yang terjadi, f) Belajar dengan cara bekerja, mengobservasi,
berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya (Sumantri & Permana, 2011).
Dalam pemilihan strategi pembelajaran yang tepat, pengajar harus
memperhatikan karakteristik siswa antara lain :
a) Kematangan mental dan dan kecakapan intelektual. Tingkat kematangan
mental dan kecakapan intelektual sangat mempengaruhi strategi dalam
pembelajaran. Siswa memiliki kematangan mental dan kecakapan
intelektual yang berbeda-beda. Siswa yang telah matang secara mental dan
cakap secara intelektual, dengan strategi pembelajaran apapun, siswa akan
mudah mengikuti pembelajaran.
b) Kondisi fisik dan kecakapan psikomotor. Kondisi fisik dan kecakapan
psikomotor merupakan faktor yang mempengaruhi dalam strategi
pembelajaran. Kecakapan psikomotor meliputi kekuatan, kecepatan,
kordinasi, dan fleksibilitas, sehingga strategi pembelajaran digunakan
apabila sesuai dengan kondisi fisik dan kecakapan psikomotor siswa.
c) Umur. Umur merupakan hal yang harus dipertimbangkan dalam strategi
pembelajaran. Strategi pembelajaran siswa umur 6-12 tahun akan berbeda
dengan yang berumur 15-17 tahun, hal ini berkaitan dengan tugas-tugas
perkembangan belajar siswa. d) Jenis Kelamin. Meskipun secara prinsip
tidak terdapat perbedaan antara siswa laki-laki dan perempuan, namun
dalam hal-hal tertentu ada perbedaan, misalnya kebiasaan, cara belajar,
minat, kecakapan, psikomotor dan perhatian, sehingga jenis kelamin
16
merupakan hal yang harus dipertimbangkan dalam dalam strategi
pembelajaran (Iskandarwassid & Sunendar, 2013).
2.1.4 Karakteristik Anak Usia Sekolah Menengah (SMP)
Karakteristik yang menonjol pada anak usia SMP ini, yaitu :
a) Terjadi ketidakseimbangan prooporsi tinggi dan berat badan, b) Mulai
timbulnya ciri-ciri seks sekunder, c) Kecendrungan ambivalensi, antara
keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul, serta keinginan untuk bebas
dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua,
d) Senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika atau norma
dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa, e) Mulai
mempertanyakan secara skeptic mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan
keadilan Tuhan, f) Reaksi dan ekspresi emosi masih labil, g) Mulai
mengembangkan standar harapan terhadap perilaku diri sendiri yang sesuai
dengan dunia sosial (Desmita, 2014).
2.2 Konsep Belajar
2.2.1 Pengertian Belajar
Mendefinisikan kata pembelajaran berasal dari kata ajar yaitu petunjuk
yang diberikan kepada seseorang agar diketahui dan dituruti., sedangkan
pembelajaran merupakan proses, cara, perbuatan yang menjadikan seseorang
belajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) dalam Mustofa & Thobroni,
2011). Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
memperbaiki sikap dan perilaku, meningkatan keterampilan serta membentuk
kepribadian. Belajar didefinisikan sebagai suatu aktivitas untuk memperoleh
perubahan tingkah laku (behavioral change) pada siswa yang belajar sebagai
akibat dari interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar baik yang
17
secara sengaja dirancang maupun yang tidak secara sengaja dirancang tapi
dimanfaatkan (Samani, 2012). Seseorang yang belajar akan memperoleh
perubahan. Perubahan sikap, pengetahuan maupun keterampilan. Perubahan
hasil belajar tersebut, dapat membantu seseorang dalam memecahkan
permasalahan dalam hidupnya serta dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya (Baharuddin, 2014).
Belajar adalah proses interaksi langsung dari seseorang dengan objek
belajar yang menggunakan semua alat inderanya. Jadi belajar adalah suatu
proses bukan hasil, yang dalam prosesnya melibatkan tiga aspek yaitu: attension,
perception dan memory.
a) Attension, merupakan proses berpikir dengan pengelolaan informasi yang
diterima di lingkungan melalui tahap-tahap pada aktivitasnya. Tahap
pertama atensi, yaitu pengamatan pertama terhadap stimulus yang ada di
lingkungan. Tahap kedua, focusing yaitu pengamatan yang terpusat pada
isyarat-isyarat khusus dari stimulus. Individu membutuhkan jawaban dari
pertanyaan yang muncul disaat mengamati stimulus. Tahap ketiga, sustaining
focus yaitu suatu kemampuan mempertahankan pengamatan terhadap
stimulus dalam jangka waktu yang lama. Tahap ke empat, shifting focus adalah
kemampuan mengalihkan perhatian pada suatu stimulus ke stimulus lainnya
dalam waktu cepat.
b) Perception merupakan fungsi dari syaraf pusat. Organisme yang
memperhatikan stimulus agar dapat diterima otak melalui penglihatan dan
pendengaran. Persepsi membutuhkan penerimaan sensasi sebagai dasar
pemahaman, interpretasi dan penambahan arti. Persepsi juga dapat diartikan
sebagai proses penerimaan terhadap sensasi yang telah diinterpretasikan.
18
c) Memory merupakan suatu proses internal yang kompleks dengan berbagai
macam subkomponen. Informasi disimpan dalam tiga tahap: pertama,
informasi akan disimpan secara singkat pada penyimpanan sensori, kedua,
pentransferan informasi pada penyimpanan jangka pendek, ketiga, data yang
sudah dikodekan ditransfer pada penyimpanan jangka panjang yang lebih
permanen. Belajar akan menjadi masalah apabila seseorang tidak dapat
memfungsikan ketiga aspek tersebut ( Nur’aeni, 2010).
2.2.2 Tipe-tipe Belajar
Ada beberapa tipe belajar yang sering ditunjukkan anak yaitu :
1) Tipe Auditori, Anak dengan tipe ini lebih suka belajar dengan cara
mendengarkan dibandingkan membaca sendiri. Tipe ini biasanya
mempergunakan kemampuan mendengar dengan kordinasi imaginasi dan
kemampuan fantasinya untuk dapat memahami dan menyimpan suatu
ingatan. Tipe ini kurang tertarik dengan membaca, buku yang penuh tulisan
yang membuat mereka mengantuk.
2) Tipe Visual, Tipe ini kebalikan dari tipe auditori, belajar dengan cara melihat
merupakan gaya yang menarik bagi tipe ini sehingga menciptakan gambaran,
memori ataupun pemahaman dalam otaknya perlu adanya media pendukung
seperti gambar yang berwarna-warni dan menarik sehingga mengoptimalkan
proses belajar mereka (Nugroho, 2007).
3) Tipe Kinestetik, Peserta didik yang bertipe ini belajarnya dilakukan melalui
gerakan atau sentuhan.
4) Tipe Taktil, Taktil artinya rabaan atau sentuhan. Peserta didik yang bertipe
belajar taktil menyerap materi pelajarannya melalui alat peraba yaitu tangan
atau kulit..
19
5) Tipe olfaktoris, Keberhasilan belajar peserta didik yang bertipe ini
tergantung pada indra penciumannya. Peserta didik tipe ini akan sangat
cepat menyesuaikan dirinya dengan suasana yang harum, sejuk, dan segar.
6) Tipe Gustative, Gustative berarti kemampuan mencicipi, peserta didik yang
tergolong dalam tipe ini mencirikan belajarnya lebih mengandalkan
kecakapan lidah. Mereka akan lebih cepat mempelajari sesuatu melalui indra
kecapnya. Misalnya membaca buku sambil menguyah (Wiyani, 2013).
2.3 Konsep Konsentrasi
2.3.1 Pengertian Konsentrasi
Kesulitan belajar juga dipengaruhi oleh daya konsentrasi pada anak
yang sedang belajar. Anak dengan konsentrasi tinggi dalam belajar akan tetap
belajar meskipun banyak faktor yang mempengaruhi seperti kebisingan, acara
lebih menarik dan sebagainya. Namun sebaliknya jika seseorang tidak bisa
memiliki konsentrasi untuk belajar, hal yang mudah pun akan terasa sulit
untuk dipelajari. Pelajaran yang sulit tentu akan terasa lebih berat lagi (Subini,
2013). Konsentrasi adalah pemusatan perhatian dan kesadaran sepenuhnya
pada bahan pelajaran yang sedang dipelajari. Mengabaikan semua hal yang
tidak berhubungan dengan kegiatan tersebut. Konsentrasi terjadi proses
pengenalan dan pengolahan informasi yaitu memasukkan, menyimpan, dan
memanggil kembali informasi. Seorang siswa tidak dapat berkonsentrasi,
proses tersebut tidak berjalan dengan baik dan memungkinkan siswa tidak
dapat menyerap, menyimpan, dan mengingat kembali informasi dengan baik
(Ovilia, 2010).
Daya serap adalah kemampuan seorang siswa dalam menyerap
informasi yang diperolehnya selama pembelajaran. Daya serap berkaitan
20
dengan minat belajar dan tingkat konsentrasi. Konsentrasi yang baik adalah
ketika seorang siswa dalam kondisi alfa (rileks tanpa stres ditandai dengan
terbukanya 88% pikiran bawah sadar) (Olivia, 2007). Berdasarkan
penelalaahan para ahli pendidikan, hal yang menyebabkan rendahnya kualitas
dan prestasi belajar seseorang, disebabkan oleh lemahnya kemampuan
seseorang untuk dapat konsentrasi dalam belajar. Konsentrasi belajar itu tidak
datang dengan sendirinya ataupun pembawaan bakat yang dibawa sejak lahir,
sehingga konsentrasi belajar itu harus diciptakan dan direncanakan serta
dijadikan kebiasaan belajar. Anak mempunyai kemampuan yang sama untuk
dapat konsentrasi dalam belajar (Surya, 2009).
2.3.2 Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian
pada pelajaran (Dimyati & Mudjiono, 2006). Kesulitan dalam memusatkan
perhatian, dapat mempengaruhi performa akademis anak secara serius,
dimana gangguan kerap menyertai kelemahan dalam kemampuan akademis
(Wood, 2007). Konsentrasi belajar adalah pemusatan perhatian dalam proses
perubahan tingkah-laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan,
penggunaan, dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai,
pengetahuan, dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi
(Nuryadi, Negara & Roring, 2015).
2.3.3 Ciri-ciri Konsentrasi Belajar
Ciri-ciri konsentrasi belajar siswa yaitu :
a) Perilaku kognitif, yaitu yang menyangkut masalah kecakapan intelektual,
informasi, pengetahuan. Pada perilaku kognitif ini, siswa memiliki konsentrasi
belajar dapat ditengarai dengan kesiapan pengetahuan yang muncul
21
diperlukan komprehensif dalam penafsiran dan informasi, mengaplikasikan
pengetahuan yang diperoleh, mampu mengadakan analisis pengetahuan yang
diperoleh.
b) Perilaku afektif, yaitu perilaku yang berupa persepsi dan sikap. Siswa yang
memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai dengan adanya penerimaan
(tingkat perhatian tertentu), respon (keinginan untuk mereaksi bahan yang
diajarkan, mengemukakan pandangan dari suatu ide, sikap, keyakinan
seseorang.
c) Perilaku psikomotor, yaitu pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi
dapat ditengarai dengan adanya gerakan anggota tubuh yang tepat sesuai
dengan petunjuk guru, komunikasi non verbal seperti ekspresi muka dan
gerakan yang penuh arti.
d) Perilaku berbahasa, Pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar
dapat ditengarai dengan adanya aktivitas berbahasa yang terkoordinasi dengan
benar dan baik (Aprilia, Suranata & Dharsana, 2014).
2.3.4 Aspek-aspek Konsentrasi Belajar
Aspek - aspek pemusatan perhatian atau konsentrasi yaitu :
a) Pemusatan atau kontrol perhatian, Perhatian semakin dapat dipertahankan
dengan bertambahnya usia. Minat anak juga mempengaruhi perhatiannya.
b) Penyesuaian diri, diperlukan dalam penyaringan informasi yang relevan. Anak
yang usianya lebih tua dapat lebih fleksibel untuk memodifikasi perhatiannya
sesuai dengan kebutuhan.
c) Berencana, strategi mengarahkan perhatian dengan suatu perencanaan yang
sistematis dan terorganisir dapat meningkatkan efisiensi informasi yang tidak
22
relevan. Anak yang usianya lebih muda lebih tidak sistematis dan tidak terarah
dibandingkan anak yang usianya lebih tua.
d) Adaptasi perhatian dengan bertambahnya usia, dengan pertambahan usia,
anak menjadi lebih fleksibel dan lebih mampu mengadaptasi strategi
perhatiannya (Nuryana & Purwanto, 2010).
Aspek – aspek konsentrasi belajar sebagai berikut : a) Pemusatan
pikiran yaitu suatu keadaan belajar yang membutuhkan ketenangan, nyaman,
perhatian seseorang dalam memahami isi pelajaran yang dihadapi. b) Motivasi
yaitu keinginan atau dorongan yang terdapat dalam diri individu untuk
berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam
memenuhi kebutuhannya. c) Rasa khawatir yaitu perasaan yang tidak tenang
karena seseorang merasa tidak optimal dalam melakukan pekerjaannya.
d) Perasaan tertekan yaitu perasaan seseorang yang bukan dari individu
melainkan dorongan atau tuntutan dari orang lain maupun lingkungan.
e) Gangguan pemikiran yaitu hambatan seseorang yang berasal dari dalam
individu maupun orang sekitar. Misalnya masalah ekonomi, keluarga,
masalah pribadi individu (Nugroho, 2007).
2.3.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsentrasi Belajar
Siswa dapat berkonsentrasi dengan baik dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu faktor internal dan eksternal, yaitu :
2.3.5.1 Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang muncul dalam diri siswa misalnya
kesiapan siswa dalam menerima pelajaran, kondisi fisik seperti kondisi tubuh
yang sehat atau tidak sakit, kondisi fisiologis siswa tidak stress, modalitas
23
belajar atau yang sering disebut dengan gaya belajar (Agustini & Sudhana,
2014).
Hasil belajar yang dicapai oleh para peserta didik dipengaruhi oleh faktor
utama, yaitu disebut faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal
yaitu : a) Daya ingat rendah, daya ingat rendah sangat mempengaruhi hasil
belajar seseorang. Anak yang sudah belajar dengan keras namun mempunyai
daya ingat di bawah rata-rata hasilnya akan kalah dengan anak yang
mempunyai daya ingat tinggi. b) Kebiasaan belajar, Seorang anak yang
terbiasa belajar dengan kata lain ada jadwal tertentu setiap harinya juga akan
mengalami perbedaan prestasi dengan anak yang belajar tidak tertentu setiap
harinya (tidak terjadwal). c) Sikap dan perilaku, Perilaku juga merupakan
faktor yang berpengaruh pada tingkat kecedasan seseorang dalam kondisi dan
perilaku yang terganggu tentunya anak tidak dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal. Ia akan mengalami berbagai macam hambatan dalam tumbuh
kembangnya seperti gangguan perkembangan fisik, bidang akademis atau
dalam interaksi sosial dengan lingkungannya. Hal itulah yang menjadi
penyebab kesulitan belajar seseorang. Sikap siswa yang positif, tertama pada
guru dan mata pelajaran yang diberikan merupakan pertanda awal yang baik
bagi proses belajar siswa tersebut. d) Terganggunya alat-alat indra, Kesehatan
merupakan hal yang penting yang berpengaruh pada aktivitas sehari-hari.
Begitu pula dalam belajar. Siswa yang kesehatan tubuhnya terganggu akan
menjadi kedala yang menyebabkan gangguan dalam belajar. f) Tingkat
kecerdasan, Inteligensi bukan satu-satunya yang dapat menentukan
kecerdasan seseorang, inteligensi juga memberikan pengaruh pada kesulitan
belajar siswa. Siswa dengan tingkat kecerdasan tinggi dapat mudah belajar
24
menerima apa yang diberikan, sedangkan siswa dengan inteligensi rendah
cenderung lebih lambat menerima materi yang diberikan. g) Minat, Minat
adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat timbul dalam
diri siswa untuk menerima, memerhatikan, dan melakukan sesuatu tanpa ada
yang menyuruh. Minat mempengaruhi hasil belajar siswa. i) Konsentrasi
belajar, Kesulitan belajar sangat dipengaruhi oleh konsentrasi pada anak yang
sedang belajar. Anak yang memiliki konsentrasi tinggi untuk belajar akan
tetap belajar walaupun banyak faktor yang mempengaruhi seperti kebisingan,
acara lebih menarik dan sebagainya (Subini, 2013).
2.3.5.2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah pengaruh yang berasal dari luar individu adalah
pengaruh yang berasal dari luar individu miasalnya adanya gangguan dari
lingkungan seperti suara dan juga bau atau aroma (Agustini & Sudhana,
2014).
Adapun faktor-faktor eksternal yaitu :
a) Faktor Keluarga, Keluarga adalah lingkungan pertama yang paling
berpengaruh pada kehidupan anak sebelum kondisi di sekitar anak
(masyarakat dan sekolah). Lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi
tingkat kecerdasan atau hasil belajar pada anak yaitu, cara mendidik anak,
relasi antaranggota keluarga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang
tua, latar belakang kebudayaan. b) Faktor Sekolah, Sekolah merupakan
tempat belajar anak setelah keluarga dan masyarakat sekitar. 3) Faktor
lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar anak, antara
25
lain : a. Guru, b. Metode mengajar, c. Instrumen atau Fasilitas, d. Kurikulum
Sekolah, e. Relasi Guru dan Anak, f. Relasi antar anak, d. Disiplin Sekolah,
e. Pelaaran dan waktu, f. Standar pelajaran, g. Kebijakan penilaian,
h. Keadaan gedung, h. Tugas rumah (Subini, 2013).
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi adalah faktor sosial
meliputi guru, orang tua, dan teman. Faktor non sosial yang meliputi
lingkungan, latihan, metode belajar, sarana dan prasarana, serta bahasa dan
budaya. Faktor psikologi meliputi bakat, minat, ingatan, dan motivasi.
Faktor yang berikutnya adalah status gizi meliputi kebiasaan sarapan pagi,
pola konsumsi makan keluarga, persediaan pangan keluarga, pendapatan
keluarga, dan zat gizi dalam makanan (Tamsuri & Ajeng, 2012).
2.3.6 Faktor-faktor yang menyebabkan anak kehilangan konsentrasi belajar
Faktor-faktor yang menyebabkan anak kehilangan konsentrasi belajar, yaitu :
a) Tidak memiliki motivasi diri, Motivasi yang kuat timbul dalam diri seorang
siswa untuk dapat mendorongnya belajar sangat diperlukan. b) Suasana
lingkungan belajar yang tidak kondusif, Suasana yang ramai dan bising tentu
saja sangat mengganggu anak yang ingin belajar dalam suasana tenang.
c) Kondisi kesehatan anak, Bila anak terlihat ogah-ogahan pada materi
pelajaran yang sedang dialaminya, hendaknya jangan tergesa-gesa untuk
menghakimi bahwa ia malas belajar. Mungkin saja kondisi kesehatannya saat
itu sedang ada masalah. Selain itu kebiasaan tidak sarapan juga mempengaruhi
prestasi seorang anak disekolah. Sarapan pada pagi hari sebelum berangkat ke
sekolah sangatlah penting bagi anak, karena bisa mempengaruhi daya
konsentrasi belajar dikelas. d) Siswa merasa jenuh, Beban pelajaran yang harus
26
ditanggung seorang siswa sangatlah banyak. Belum lagi agar mereka harus
mengikuti kegiatan di beberapa lembaga pendidikan informal (khursus).
Karena sedemikian padatnya aktivitas yang harus dilakukan oleh seorang anak
sekolah, maka seringkali mereka dihinggapi kejenuhan. Berilah mereka waktu
untuk istirahat sebentar, sekedar untuk mengendorkan urat syaraf yang sudah
sangat tegang tersebut.. Dengan demikian diharapkan urat syaraf yang telah
terlanjur tegang tersebut dapat kendor kembali sehingga mudah untuk
menerima materi pelajaran berikutnya (Nugroho, 2007).
2.4 Konsep Yoga
2.4.1 Definisi Yoga
Yoga adalah penyatuan jiwa, tubuh dan pikiran yang berhubungan
dengan kesehatan dan kebugaran. Yoga dapat melatih kesabaran dan kontrol
emosi. Yoga muncul sekitar 5.000 tahun yang lalu. Pada abad ke-2 SM, Rishi
Patanjali dalam bukunya Yoga Sutra terdapat delapan unsur yoga, yaitu yama
atau pengendalian diri, niyama (disiplin diri), asana (postur yoga untuk
meditasi), pranayama (teknik pernafasan), pratyahara (menguasai rasa), dharna
(konsentrasi), dhyana (meditasi) dan Samadhi (keasaran tinggi ) (Hajir, 2010).
Yoga adalah sebuah aktivitas dimana seseorang memusatkan seluruh
pikiran untuk mengontrol panca inderanya dan tubuhnya secara keseluruhan
yang berarti mengendalikan, mengatur, dan berkonsentrasi, yang berfungsi
menyelaraskan tubuh, jiwa dan pikiran kita, selain itu, terapi yoga dapat
melancarkan aliran oksigen didalam tubuh sehingga tubuh pun menjadi lebih
sehat (Viklund (2010) dalam Andreanne, 2012). Yoga merupakan sistem
27
holistik praktek pada pikiran dan tubuh untuk kesehatan mental dan fisik
melalui kekuatan, latihan pernafasan, relaksasi yang mendalam dan meditasi
untuk melatih konsentrasi. Yoga telah terbukti mengurangi stres dan dapat
meningatkan mood. Yoga juga bermanfaat dalam memperbaiki gangguan
hiperaktif pada anak laki-laki, penurunan berat badan, harga diri, dan
kecemasan pada anak-anak. Selain itu, manfaat lain dari yoga dalam kondisi
kejiwaan seperti depresi dan kecemasan gangguan pernafasan seperti asma,
gangguan kardiovaskular seperti hipertensi, gangguan endokrin seperti
diabetes, dan berbagai kondisi saraf dan otot (Noggle, et al. 2012).
Yoga juga memiliki manfaat pada kesehatan mental dan fisik yaitu
meningkatkan kesadaran tubuh, mengurangi stres kronis, menyengarkan
tubuh dengan meghilangkan ketegangan otot, menenangkan pikiran dan
tubuh baik pencegahan dan terapi, mempertajam konsentrasi. Adapun
manfaat fisik dari yoga dapat meningkatkan fleksibilitas dan mobilitas otot
sendi, menguatkan otot, memperkuat tulang belakang, meningkatkan otot
skeletal, meningkatkan stamina, meningkatkan sirkulasi, meningkatkan
kondisi jantung, meningkatkan kekebalan tubuh, menurunkan kolestrol dan
kadar gula darah (Sharma, 2015).
2.4.2 Manfaat Yoga Dalam Proses Belajar Siswa
Beberapa manfaat melakukan latihan yoga untuk memaksimalkan proses
belajar siswa, yaitu :
a) Menumbuhkan minat belajar yang baik pada anak. b) Meningkatkan
konsentrasi, daya ingat dan pemahaman. c) Meringankan kecemasan dan
28
ketegangan. d) Meningkatkan suasana belajar yang nyaman dan lebih santai
dalam proses belajar dan mengajar. e) Menciptakan pembelajaran sosial dan
emosional. f) Mengetahui cara-cara yang sehat dalam mengekspresikan diri.
g) meningkatkan keterampilan mendengarkan. h) membangun kreativitas
yang diperlukan, meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan
berorganisasi.
i) membentuk postur tubuh dan membantu siswa untuk duduk dengan
nyaman dalam waktu lama. j) meningkatkan keterampilan motorik dan
keseimbangan. k) menjadikan kelas lebih tenang dan harmonis.
l) meningkatkan keseimbangan dan koordinasi. m) meningkatkan pola tidur.
n) meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh, mendorong disiplin diri dan
pengendalian diri (Hardjaddinata, 2012).
2.4.3 Manfaat Berlatih Yoga Pada Anak
Melakukan latihan yoga dapat meningkatkan pertumbuhan fisik,
psikis dan sosial emosional yang baik bagi anak. Latihan yoga yang dilakukan
secara teratur dapat membantu anak memiliki gaya hidup yang lebih sehat dan
menjadi lebih aktif. Latihan yoga yang dilakukan dalam kelompok bersama
teman-temannya, juga mampu mengembangkan keterampilan sosial anak,
misalnya menjalin hubungan dengan teman baru, mematuhi aturan-aturan
sosial, bekerja sama, dan lain-lain.
Berikut ini merupakan beberapa manfaat yoga : a) Mengembangkan
keterampilan bersosialisasi, Gerakan yoga yang dapat dilakukan bersama-
sama dalam satu kelompok akan membantu anak dalam bersosialisasi
sehingga dapat meningkatkan komunikasi dan keakraban di antara mereka.
29
b) Meningkatkan stamina tubuh, Gerakan yoga yang dilakukan secara
konsisten merupakan media untuk meningkatkan fungsi kelenjar endokrin
pada tubuh. Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang mengatur hormon tubuh
yang dapat memperbaiki segala macam gangguan yang terjadi pada tubuh bayi
dan anak. Tubuh mendapatkan fleksibilitas saat melakukan gerakan yoga
dengan melepaskan asam laktat yang bisanya menyebabkan kekakuan,
ketegangan, sakit dan kelelahan. c) Memperbaiki sistem pencernaan, kolik,
sembelit, atau kembung merupakan masalah kesehatan yang banyak dialami
oleh bayi maupun anak. Beberapa gerakan yoga dapat membantu
memperbaiki sistem pencernaan dengan cara mengoptimalkan kerja kelenjar
serotonin. d) Menciptakan sistem pernapasana yang baik, Gerakan yoga
banyak melibatkan sistem pernapasan sehingga dapat mennciptakan sistem
pernapasan yang baik. Latihan yoga yang dilakukan pada jangka pendek dapat
meningkatkan kapasitas pernapasan dan ekspansi dinding dada serta volume
paru-paru. Sitem pernapasan yang baik akan membantu pertumbuhan fisik
yang optimal. e) Menstimulasi perkembangan motorik, Gerakan yoga yang
dilakukan secara berulang-ulang oleh anak mampu menstimulasi jaringan
saraf dan otot di tubuh menjadi lebih kuat. Dengan demikian, akan
meningkatkan koordinasi anggota badan dalam melakukan motorik kasar
untuk mengembangkan keterampian anak. f) Membantu memperbaiki pola
tidur, Yoga dapat membantu memperbaiki pola tidur, baik frekuensi dan
durasi sehingga dapat memperlancar metanbolisme tubuh. g) Meningkatkan
sistem imunitas tubuh, Yoga dipercaya dapat meningkatkan sistem imunitas
tubuh. i) Mengusir stress dan mengembangkan kemampuan relaksasi, Gerkan
yoga dapat memacu tubuh meningkatkan hormon endokrin, yakni hormon
30
yang berfungsi menimbulkan rasa nyaman pada tubuh sehingga mampu
mengusir stress dan menciptakan relaksasi bagi tubuh ((Hardjaddinata, 2012).
2.4.4 Tahapan - tahapan dan Manfaat Gerakan Yoga
Tahap-tahapan dan manfaat gerakan yoga yaitu :
2.4.4.1 Sukhasana
1) Sukhasana (Posisi Sederhana), Manfaat gerakan ini yaitu untuk
membuat lutut dan pergelangan kaki fleksibel dan menyehatkan kerja
organ perut dengan melancarkan sirkulasi darah di area tersebut. Langkah-
langkah dalam melakukan gerakan ini adalah : a) Duduk dengan menyilang
kaki dibagian tengah tulang kering. Letakkan telapak kaki bagian dalam
menyangga bagian bawah luar lutut. Jari kaki menghadap lurus ke depan.
b) Tekan telapak kaki di lantai, angkat tulang punggung lurus ke atas.
c) Lebarkan dada serta jauhkan jaraka antara bahu kiri dan kanan
d) Sejajarkan dagu dengan lantai dan arahkan pandangan lurus ke depan.
(Lebang, 2015). Langkah-langkah dalam melakukan gerakan ini adalah :
a) Duduk santai di atas matras dengan kaki bersila. b) Rasakan tulang
duduk menempel di lantai dan fokus pada napas. c) Bernapas inhale dan
exhale untuk memaksimalkan oksigen yang masuk ke dalam tubuh.
31
d) Pusatkan pikiran sepenuhnya untuk memulai latihan yoga. e) Lakukan
sebanyak 10 napas inhale dan exhale (Putra, 2015).
2.4.4.2 Pranayamas
1) Kapalabhati, Manfaat gerakan ini yaitu dapat meningkatkan respirasi
paru-paru dan melancarkan sirkulasi darah. Teknik ini juga dapat membantu
menyembuhkan penyakit yang berhubungan dengan pernapasan, misalnya
asma, bronchitis, dan lain-lain. Teknik ini juga bermanfaat membuang
semua pikiran negatif sehingga membantu menerangi pikiran. Langkah-
langkah dalam melakukan gerakan ini adalah: a) Ambil posisi dudu
bersimpuh (vajrasana), b) Tarik perut ke dalam (posisi vajrasana) dengan
dibantu tangan, sambil menghembuskan nafas melalui hidung dengan
bersuara, lalu tarik dengan lembut, c) lakukan pranayama ini terus-menerus
selama satu menit. Teknik ini tidak direkomendasikan oleh wanita hamil dan
orang-orang yang pernah terkena serangan stroke dan serangan jantung
(Islafatun, 2014).
32
2) Bastrika, Manfaat gerakan ini yaitu untuk menghilangkan stress,
mengendalikan rasa marah, dan membangkitkan tenaga. Teknik
pranayama yang satu ini juga membantu mengatasi beberapa sikap
negatife, seperti selalu merasa lemah, kebiasaan suka mengkritik dan
menghina orang, tidak bisa mengambil keputusan, dan lain-lain.
Selain itu, teknik ini juga membantu kita untuk memudahkan
konsentrasi saat pikiran sedang kacau. Langkah-langkah dalam
melakukan gerakan ini adalah : a) Ambil dalam posisi duduk
(Vajrasana), b) Kepalkan kedua tangan, letakkan sejajar dengan bahu,
c) Luruskan tangan ke atas dan tarik kembali ke bawah, mengikuti
gerakan tangan sebanyak tiga kali (Islafatun, 2014).
(1) (2)
33
3) Ujjayi, Manfaat gerakan ini yaitu akan membuat pola pernapasan
lebih efesien. Langkah-langkah dalam melakukan gerakan ini adalah :
a) Ambillah posisi duduk yang nyaman, b) Mulai dengan menutup
mata yang akan membawa perhatian pada cara bernapas tanpa
berusaha menguasai napas, c) Tarik napas dengan mengontraksikan
tenggorokan dan rasakan gerakan pita suara, d) tarik napas dan
hitung dalam hati selama empat ketukan : satu, dua, tiga, empat.
Keluarkan napas dengan hitungan yang sama, f) lanjutnya ritme
pernapasan ini sampai merasa mampu menambah ketukan menjadi
5:5 saat menarik napas maupun saat menghembuskan napas
(Islafatun, 2014).
2.4.4.3 Surya Namaskara
2.4.4.4 Pranayamas
1) Anulom-vilom, Manfaat gerakan ini yaitu untuk menyeimbangkan
tekanan darah, baik rendah maupun tinggi. Teknik ini bermanfaat untuk
melancarkan peredaran darah, mengatasi insomnia, menyembuhkan
penyakit paru-paru basah, migren, dan vertigo, menghilangkan rasa cemas
dan takut. Langkah-langkah dalam melakukan gerakan ini adalah : a) Tutup
34
lubang hidung kanan, b) Tarik napas melalui lubang hidung kiri tanpa
menahan napas. Lalu, hembuskan napas melalui lubang hidung kanan
dengan menutup lubang hidung kiri, c) Lakukan hal yang sama, tapi mulai
dengan menutup lubang hidung kiri, d) Lakukan gerakan ini 1-3 menit
setiap tahapnya (Islafatun, 2014).
2) Bhramari, Manfaat gerakan ini yaitu untuk menenangkan pikiran pada
saat ada masalah yang harus diselesaikan secara mendadak. Dengan
melakukan pranayama ini, wajah juga akan menjadi lebih bercahaya, pikiran
menjadi kuat, dan jauh dari penyakit telinga. Langkah-langkah dalam
melakukan gerakan ini adalah : a) Duduk bersimpuh (vajrasana), b) Tutup
kedua lubang telinga dengan ibu jari, c) Tarik napas dalam-dalam melalui
kedua lubang hidung, d) Hembuskan napas denngan lembut sambil
mengeluarkan suara mendengung seperti suara lebah, secara berturut-turut
tiga sampai enam kali, e) Saat berhenti bersuara, tetap tutup telinga dan
dengarkan suara yang ada di dalam badan, dan lakukan sebanyak tiga kali
(Islafatun, 2014).
35
2.4.4.5 Asanas
2.4.4.5.1 Posisi Berdiri
1) Gerakan Butterfly (Posisi kupu-kupu), Manfaat gerakan ini yaitu
meningkatkan keseimbangan tubuh, merangsang sistem pernapasan,
melatih otot-otot lengan, membentuk tulang punggung yang prima dan
tegak, merangsang saraf tulang belakang. Langkah-langkah dalam
melakukan gerakan ini adalah : Duduk di lantai dengan posisi bersila dan
satukan kedua telapak kaki. b) Posisikan tangan berpegangan pada kaki
atau pergelangan kaki, dan biarkan kedua lutut jatuh ke lantai. c) Duduk
dengan tulang belakang yang tinggi. c) Ajak anak membayangan sebagai
kupu-kupu dengan sayapnya yang indah membentang dari tulang
punggung dengan antenna panjang menjangkau dari kepala. d) Tarik napas
dalam kemudian tahan napas sampai hitungan 5-8. e) Kemudian,
hembuskan napas secara perlahan. f) Lakukan gerakan ini sebanyak 5 kali
(Hardjadinata, 2012).
36
2) Padmasana (Posisi Teratai), Manfaat gerakan ini yaitu pada tulang
belakang akan dipertahankan tegak lurus pada asana, membantu
menstabilkan denyut nadi. Akibatnya peregangan otot dikurangi, yang
mana akan menurunkan peregangan jantung , juga nafas akan menjadi
lebih santai, pengaruh lainnya adalah meningkatkan konsentrasi pikiran
(Pal, 2014). Langkah-langkah dalam melakukan gerakan ini adalah :
a) Duduk dengan posisi sukhasana, dengan kaki kanan melintang didepan.
b) Perlahan, majukan kaki kanan ke depan dan angkat telapak kaki kanan
di atas paha kiri setinggi mungkin. c) Letakkan telapak kaki kanan di atas
paha kiri, d) Angkat kaki kiri dan tempatkan diatas paha kanan, e) Tekan
jari tangan di atas lantai dan angkat tulang punggung agar menegak hingga
puncak kepala., f) Tahan selama 30-60 detik. Ulangi lagi untuk sisi lainnya
(Lebang, 2015).
37
4) Vajrasana (Posisi Diamond), Manfaat posisi ini untuk membuka
dan memberikan peregangan pada paha bagian dalam. Langkah-
langkah dalam melakukan gerakan ini adalah : a) Duduk di atas
matras dan pastikan kedua bokong anda mempel di matras. b)
Satukan telapak kaki di depan. c) Pastikan kedua kaki anda
membentuk segitiga (diamond). d) Berikan jarak yang cukup panjang
antara paha dalam dan tumit, kira-kira 2 jengkel. e) Duduk dan
tegakkan tulang belakang anda. f) Pada saat inspirasi, angkat kedua
tangan dan tegakkan tulang belakang anda. g) Pada saat ekspirasi,
bawa tubuh anda ke depan. Jika mampu, meletakkan dahi anda di
telapak kaki; h) tahan pose ini selama 10 hitungan (Putra, 2015).
(1) (2)
(3)
5) Sasankasana (Posisi Kelinci), Manfaat gerakan ini yaitu melatih
pernapasan, membantu mengalihkan energi yang berlebihan, melatih
38
konsentrasi, melatih kelenturan tulang punggung serta gerakan ini
sangat baik untuk anak-anak yang memiliki ADD dan ADHD.
Langkah-langkah dalam melakukan gerakan ini adalah : a) posisi
duduk dengan kaki tertekuk ke belakang (lutut disamping). b) duduk
dengan dada tegak dan bahu ditekuk ke leher. c) relakskan rahang
bawah dengan membuka mulut. d) tarik napas cepat melalui hidung
sebanyak 4 sampai 6 kali. e) hembuskan napas melalui mulut yang
terbuka dengan cepat sambil berkata : aaaa ( Hardjadinata, 2012).
6) Dhanurasana (Posisi Lutut), Manfaat gerakan ini yaitu melatih
otot-otot lengan, melatih otot- otot kaki, melatih kelenturan tulang
punggung, meregangkan dada dan perut, meningkatkan fleksibilitas
tulang pinggang atau pinggul. Langkah-langkah dalam melakukan
gerakan ini adalah : a) Berbaring dengan muka menghadap ke
lantai. b) Tarik napas dan rileks lalu hembuskan napas. c) Tekuk lutut
ke atas lalu ambillah pergelangan kaki di belakang dengan tangan
sehingga titik tumpu berada pada perut. d) Tarik napas dalam, angkat
kepala, dada, dan kaki dari lantai ke arah langit-langit. e) Rasakan
lengkungan di punggung. f) Tahan posisi ini selama 5 hitungan.
39
g) Turunkan perlahan, atur pernapasan, dan beristirahatlah sejenak.
Lakukan gerakan ini sebanyak 5 kali (Lebang, 2013).
7) Singhasana (Posisi Singa), Manfaat gerakan ini yaitu
meningkatkan keseimbangan tubuh, melatih otot-otot lengan,
melatih otot-otot kaki, melatih kelenturan otot pinggang,
meningkatkan fleksibilitas tulang pinggang atau pinggul. Langkah-
langkah dalam melakukan gerakan ini adalah : a) berdiri tegak dengan
kaki dibuka selebar bahu lalu tekuk lutut sedikit. Bungkukkan badan
ke depan dan biarkan lengan menggantung di depan. c) ayunkan
tangan ke bagian dalam atau di antara lebar kaki sebanyak 4 kali.
Angkat badan tegak ke atas kembali.
d) lakukan gerakan ini sebanyak 5 kali. Perhatikan peraturan nafasnya
(Hardjadinata, 2012).
40
2.4.4.5.2 Posisi Tengkurap
1) Makarasana (Posisi Buaya), Manfaat gerakan ini tepat dipraktikkan
oleh seorang yang menderita penyakit asma. Selain asma, postur ini juga
dapat membantu mengobati penyakit urat pada tulang belakang maupun
masalah pada paru-paru. Langkah-langkah dalam melakukan gerakan ini
adalah : a) Tidur dengan posisi telungkup, b) Letakkan kedua tangan di
depan kepala dengan posisi telapak tangan mengarah ke bawah, kaki lurus
ke belakang, dan bernapaslah dengan normal (Islafatun, 2014).
2) Balasana (Posisi Anak), Manfaat gerakan ini yaitu mengistirahatkan
tubuh dan pikiran, meringankan ketidaknyamanan dan melancarkan
kembali sirkulasi energi tubuh. Langkah-langkah dalam melakukan gerakan
ini adalah : a) Duduklah di atas tumit dan regangkan kedua lutut hingga
sejajar dengan pinggul. b) Sambil membuang napas, condongkan tubuh ke
depan dan istirahatkan kening pada alas. c) Letakkan kedua lengan di
samping tubuh dengan telapak tangan menghadap atas. d) Pejamkan mata
dan bernapaslah secara perlahan. Lakukan selama yang diinginkan
(Islafatun, 2014).
41
4) Bhujaangasana (Posisi kobra), Manfaat gerakan ini yaitu untuk
peregangan pada tulang belakang, membuka otot dada serta bahu dan
penguatan perut serta tangan. Langkah-langkah dalam melakukan
gerakan ini adalah : a) Telengkupkan dan tempelkan dada di matras.
b) Letakkan kedua tangan disamping dada dan tekuk siku. c)
Dekatkan siku ke tubuh (menempel ke tubuh). d) Buka jari-jari
tangan. e) Rapatkan kaki dan paha, aktifkan otot-oto bokong. f) Pada
saat menarik napas, perlahan angkat kepala dan dada ke atas sehingga
seperti kobra. g) Pastikan pada saat dada terangkat, bahu tetap jauh
dari telinga (bahu rata) dan leher relaks. h) Tahan pose ini selama 5
napas (Putra, 2015).
(1) (2)
42
(3)
5) Dhanurasana (Posisi menunduk), Manfaat gerakan ini yaitu untuk
peregangan dan penguatan tulang belakang, pinggang, dan otot perut.
Langkah-langkah dalam melakukan gerakan ini adalah : a)
Telungkupkan dan tempelkan dada di atas matras. b) lengan berada
rileks disamping tubuh. c) Tekuk kaki satu per satu lalu kedua tangan
memegang punggung kaki. d) Perlahan angkat dada keatas dengan
menendang atau mendorong kedua kaki. e) Pastikan otot perut aktif
dan tetap bernafas, tahan posisi ini selama 5 napas (Islafatun, 2014).
2.4.4.5.3 Posisi Terlentang
1) Uttana Padasana, Manfaat dari melakukan postur ini adalah
menguatkan otot perut dan mengatasi masalah pencernaan. Langkah-
langkah dalam melakukan gerakan ini adalah : a)ambil posisi berbaring.
b) rapatkan kedua kaki, letakkan lengan disamping tubuh dan telapak
43
tangan menghadap ke atas. c) siku ditekan dan dada diangkat dari lantai
secara maksimal, lalu kepala diangkat ke belakang dan dagu ditarik sejauh
mungkin dari dada. d) letakkan ubun-ubun di lantai. Posisi ini juga
disebut postur ikan. e) pada posisi ini, kedua kaki diangkat 45 derajat dari
lantai tanpa menggerakkan kepala atau dada, dan jari kaki diluruskan.
f) lengan diluruskan dan kedua telapak tangan dirapatkan dengan jari
tangan mengarah ke kaki. g) tahan perlahan pada posisi ini lalu
hembuskan nafas sambil menurunkan seluruh tubuh (Islafatun, 2014).
2) Pavanamuktasana, Manfaat gerakan ini yaitu pada sistem syaraf
pusat. Pavanmuktasana seperti menekuk kedepan yang biasanya memiliki
efek menenangkan pada sistem syaraf dan menenangkan serta
menyantaikan pikiran. Posisi meditasi dari asana meningkatkan
konsentrasi dan meningkatkan suplai darah ke otak. Pada efek daerah
lokal dari asana memproduksi stimulus untuk menekan reseptor pada
otot perut dan organ yang mengirim impuls menuju ganglion autonom
pada daerah seperti ganglion celiac, ganglion mesenteric superior dan
inferior, dan pembuluh darah organ autonom lainnya. Stimulus ini
selanjutnya menyebabkan respon parasimpatik yang akan meningkatkan
suplai darah dan regulasi dari irama berbagai organ. Langkah-langkah
44
dalam melakukan gerakan ini adalah : a) Tegakkan punggungmu dengan
kaki ditarik kearah dalam. Letakkan tangan disamping. b) Keluarkan
nafas, tekuk lutut, ambil kaki sampai lutut dengan tangan, dekatkan jari,
dan angkat kepala kearah lutut seperti akan menciumnya. Gerakan ini
akan dilakukan berubah-ubah, gerakan stimulasi. c) tarik nafas, lepaskan
jari yang saling berdekatan, turunkan tangan dan angkat kaki sampai
sudut 90°. Kemudian bawa kaki turun secara perlahan ke lantai. d) Ulangi
gerakan ini 5-6 dalam 4x putaran (Gupta, 2014).
3) Naukasana (Posisi perahu), Manfaat gerakan ini yaitu untuk
penguatan otot perut. Langkah-langkah dalam melakukan gerakan ini
adalah : a) Duduk di atas matras, kemudian tekuk kaki. b) Pegang paha
dari bawah dan tegakkan tulang belakang. c) Pastikan bahu jauh dari
telinga, kemudian satu per satu, angkat dan luruskan kaki. d) Pastikan
lutut sejajar dengan pergelangan kaki. e) Aktifkan otot perut. Jika mampu
lepaskan kedua tangan. f) Pastikan untuk tetap bernafas. g) Tahan posisi
ini dalam 5 napas (Gupta, 2014).
45
2.4.4.5.4 Posisi Berdiri
1) Tadasana (Posisi Gunung), Manfaat gerakan ini yaitu untuk
menunjang tubuh agar dapat berdiri tegak. Langkah-langkah dalam
melakukan gerakan ini adalah : a) Berdiri dengan kedua telapak kaki
menempel di sisi dalam, kedua ibu jari kaki saling menempel. Bagi berat
tubuh merata ke seluruh telapak kaki, b) Biarkan kedua tangan memanjang
di sisi tubuh. Hadapkan telapak tangan ke arah paha dan seluruh jari
mengarah ke lantai dalam keadaan aktif. c) Tekan kaki kuat ke lantai,
kecangkan lutut, tarik quadriceps (paha bagian depan) ke atas. Pastikan
tubuh tidak condong ke depan ataupun belakang, d) Tegakkan tulang
punggung, angkat dagu sejajar garis lantai. Pandangan lurus ke depan, buat
area leher tidak menegang (Lebang, 2015).
46
2) Tiryak Tadasan (Posisi Pohon Palm), Manfaat gerakan ini yaitu
seperti tadasana, tetapi gerakan ini khusus untuk melakukan pijatan,
melonggarkan dan melatih pinggul bagian samping. Hal ini
menyeimbangkan otot postural bagian kanan dan kiri. Langkah-langkah
dalam melakukan gerakan ini adalah : a) berdiri dengan membuka kaki.
b) atur pandangan pada satu titik didepan secara langsung. c) dekatkan
jari-jari tangan dan arahkan keluar telapak tangan. d) tarik nafas dan angkat
lengan sampai menyentuh kepala. e) ketika mengeluarkan nafas, tekuk
badan kearah kiri dari pinggang. f) jangan tekuk kedepan atau kebelakang
atau memutarkan badan. g) pertahankan posisi untuk beberapa detik ketika
menahan pengeluaran nafas. h) tarik nafas dan perlahan posisikan tubuh
tegak. i) ulangi gerakan sebelumnya pada arah kanan. j) jari posisi tegak,
keluarkan nafas dengan membawa lengan menuju arah bawah. k) Gerakan
ini hanya 1 putaran. l) lakukan 5-10 putaran (Saraswati, 2002).
47
(1) (2)
(3)
3) Vrikshasana (Posisi Pohon), Manfaat gerakan ini yaitu meningkatkan
keseimbangan dan kelenturan tubuh, melatih otot-otot lengan, melatih
otot-otot kaki, merangsang pernafasan, melatih konsentrasi untuk
jangka waktu yang cukup lama. Langkah-langkah dalam melakukan
gerakan ini adalah : a) berdiri tegak, arahkan kepala ke atas sambil
menarik napas sambil menghembuskan napas secara perlahan.
b) Angkat tangan ke atas dan buka selebar bahu dengan menarik napas
dan menghembuskan napas secara perlahan. c) Angkat kaki kiri, tekuk
48
kaki dalam pada lutut kanan. d) Tahan posisi ini hingga hitungan ke-6.
e) Kembali ke posisi tegak. f) Lakukan hal yang sama untuk kaki kanan.
Ajak anak membayangkan menjadi pohon yang besar. Lakukan gerakan
ini sebanyak 5 kali. Atur nafas dengan benar (Lebang, 2015).
(1) (2)
4) Garudasana (Posisi Elang), Manfaat gerakan ini yaitu untuk menjaga
keseimbangan sistem saraf dan meningkatkan konsentrasi. Selain itu, dari
postur ini juga bisa memberikan manfaat fleksibilitas tangan dan kaki.
Langkah-langkah dalam melakukan gerakan ini adalah : a) Berdiri tegak,
b) Pandangan fokus pada satu titik. c) Ikatkan kaki kiri ke kaki kanan.
d) Lipat tangan kiri ke tangan kanan. e) Tarik napas, tahan sejenak,
kemudian hembuskan.
49
f) Lakukan dengan tangan dan kaki sebaliknya (Lebang, 2015).
5) Konasana (Posisi Angle), Manfaat gerakan ini yaitu untuk
meregangkan otot paha bagian dalam, melenturkan persendian di panggul,
melancarkan sirkulasi darah. Langkah-langkah dalam melakukan gerakan
ini adalah : a) Duduk dandasana, seperti posisi kupu-kupu. b) tekuk kedua
lutut dan rapatkan kedua telapak kaki, tumit diletakkan dekat panggul.
c) pegang kedua telapak kaki. d) tarik napas perlahan sambil tubuh ditarik
ke atas. e) saat mengakhiri gerakan ini, hembuskan napas perlahan sambil
tekuk tubuh ke depan (Islafatun, 2014).
50
2.4.4.5.5 Posisi Relaksasi
a) Savasana, Manfaat gerakan ini yaitu untuk melepaskan beban pikiran
dan mental, memaksimalkan seluruh aktivitas pembuangan racun,
membantu tubuh merestorasi energi, menyiapkan tubuh untuk aktivitas
selanjutnya. Langkah-langkah dalam melakukan gerakan ini adalah :
a) duduk dengan kaki lurus memanjang, panjangkan betis, tumit menjauh
dari tubuh. b) perlahan, rebahkan tubuh. c) relakskan seluruh otot yang
umum aktif, seperti leher, bahu, dan seluruh otot kaki. d) Lembutkan
kulit wajah, lalu relakskan mata, dahi, dan lidah serta rahang. e) bernafas
dengan mengaktifkan otot perut (diafragma). f) lepaskan pikiran dan
biarkan anda berada di antara fase sadar dan tidur. g) berdiam selama 10
menit (Lebang, 2015).
s
2.4.5 Proses Yoga Dapat Meningkatkan Konsentrasi Belajar
Proses konsentrasi dan memori adalah faktor utama dalam
pembelajaran. Latihan yoga pada anak usia 10-12 tahun dapat meningkatkan
konsentrasi dalam belajar. Olahraga dan aktivitas fisik telah terkait dengan
perubahan positif. Yoga adalah salah satu aktivitas fisik. Beberapa studi
menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara tingkat kebugaran dan
konsentrasi perhatian dan memori pada anak-anak, latihan yoga berpengaruh
51
pada konsentrasi pada anak-anak. Asana (postur tubuh) dan pranayama (teknik
pernapasan) adalah salah satu posisi terbaik untuk meningkatkan memori dan
daya konsentrasi (Tiwari, 2015).
Gerakan-gerakan di dalam yoga bisa membantu melancarkan sirkulasi
darah di dalam tubuh. Lancarnya sirkulasi darah, oksigen ( ) di dalam tubuh
dan darah pun akan meningkat sehingga aliran ke otak juga akan
meningkat (Putra, 2015). Adanya aliran darah yang lancar pada otak, dengan
sendirinya otak akan selalu merasa segar dan mudah untuk berkonsentrasi
dalam melakukan sesuatu. Selain itu yoga dapat menyeimbangkan fokus mata
anak dan juga melatih konsentrasi saat melakukan pergerakan badan
Gerakan-gerakan yoga diyakini dapat digunakan untuk meningkatkan
konsentrasi seseorang. melalui latihan yang rutin dan teratur, aliran darah ke
seluruh tubuh akan mengalir dengan lancar, khususnya pada bagian otak
Nugroho, 2007).
2.5 Konsep Army Alpha
Test Army Alpha merupakan bagian atau subtest dari suatu test
intelligensi yang disusun berdasarkan konsep intelligensi dari E.L Thomdike,
yaitu “Army AlphaTest. Test ini pada mulanya dipergunakan sebagai alat
seleksi bagi tentara Amerika pada masa perang dunia I. Alat test Army
Alpha yang berjumlah 12 soal. Di fakultas psikologi UI (universitas
Indonesia) Test Army Alpha-I banyak digunakan untuk keperluan seleksi
pula, namun bukan sebagai test intelligensi. Test Army Alpha-I sendiri
merupakan test yang mengukur kemampuan memusatkan perhatian
(attention) “attention” oleh Kendier (1975) diartikan sebagai. “the focusing
52
on certain featuras of a stimulus pattern while simultaneously ignoring
other”. Pengertian “attention” dapat dikatakan sama dengan konsentrasi,
yang diartikan sebagai pemusatan perhatian terhadap suatu tugas tertentu,
sambil berusaha untuk meyampingkan stimulus lain yang hadir yang
mungkin dapat mengganggu perilaku yang efektif dari tugas tersebut. Test
Army Alpha-I dapat diberikan secara masal atau individual, dan terdiri dari
12 soal. Pengerjaan tugas dilakukan soal demi soal atas instruksi lisan dari
tester, dan kepada testee diberikan waktu yang terbatas untuk
menyelesaikannya. Tiap-tiap soal mempunyai waktu yang berbeda, yang
berkisar antara 5-15 detik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a) Pemberian instruksi umum. Testee harus mengerti betul apa dan
bagaimana tugasnya kelak. Dalam hal ini testee memberi contoh
tertulis mengenai apa yang dimaksud
dengan : mencoret, membuat garis melintang, dan sebagainya.
b) Pemberian soal. Soal-soal test hanya dibacakan 1 kali, dan ini di
informasikan kepada testee.
Cara membaca yaitu penting sekali bahwa kalimat-kalimat
soal dibacakan dengan memperhatikan betul tanda-tanda baca
(koma, titik), tidak terlalu cepat atau lambat, ada intonasi dan irama,
dan ucapan benar-benar jelas.
Cara skoring yaitu soal yang diberi nilai 1 adalah soal yang
pengerjaannya betul seluruhnya. Soal yang hanya sebagian betul
dianggap salah.
53
Raw Score : = jumah soal yang dibuat betul
= jumlah soal yang dibuat – jumlah soal yang salah.
Instruksi/Perintah tes army Alpha :
1. Pada test ini anda akan melihat lingkaran, segitiga, segiempat, angka-
angka, dan perkataan-perkataan. Test ini terdiri dari 12 bagian yang
bernomor 1 s/d 12. Untuk mengerjakan tes ini perintah itu agak
panjang sehingga anda diminta untuk mendengarkan perintah-
perintah itu dengan baik, oleh karena perintah-perintah tersebut tidak
akan diulang. Kalau ada perintah ”MULAI” barulah anda mengambil
pensil dan mengerjakannya. Kalau ada printah “STOP” anda harus
segera berhenti menulis dan meletakkan pensil anda kembali, lalu
mendengarkan perintah “MULAI”, karena nanti anda akan membuat
kesalahan. Dalam perintah-perintah nanti, anda antara lain akan
diminta untuk membuat (contohkan di papan tulis).
a) Tanda silang
b) Mencoret angka atau huruf
c) Membuat garis dibawah angka atau huruf
d) Membuat garis melintang angka atau huruf
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam mengatasi anak yang mengalami
kesulitan dalam berkonsentrasi dalam belajar yaitu pengumpulan data, wawancara,
observasi, dokumentasi, angket, pemeriksaan fisik dan kesehatan, teknik tes. Teknik
tes merupakan bentuk mengumpulkan data dengan memberikan tes. Tes merupakan
deretan pernyataan yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dijalankan.
Tes yang dilakukan berupa tes hasil belajar dan tes psikologi. Tes psikologi
54
merupakan bentuk pengumpulan data yang bersifat potensial. Maksudnya data
tentang kemampuan yang belum tampak dan dimiliki oleh anak yang berkesulitan
belajar, misalnya intelegensi, bakat, minat, sikap, kepribadian, dan sebagainya. Tes
psikologi merupakan tes yang sudah distandarisasi, sudah ditetapkan tingkat
kesahihandan keandalannya. Tes psikologi sudah diakui secara umum sehingga orang
yang memberikan tes tinggal menggunakan sesuai aturan dan petunjuk yang ada
(Subini, 2013). Alat test Army Alpha ini termasuk dalam salah satu ciri-ciri konsentrasi
belajar yaitu aspek kognitif. Intelektual merupakan salah satu aspek yang harus
dikembangkan pada anak. Intelektual sering kali disinonimkan dengan kognitif,
karena proses intelektual banyak berhubungan dengan berbagai konsep yang telah
dimiliki anak dan berkenaan dengan bagaimana anak menggunakan kemampuan
berpikirnya dalam memecahkan suatu persoalan. Faktor kognitif mempunyai peranan
penting bagi keberhasilan anak dalam belajar, karena sebagian besar aktivitas dalam
belajar selalu berhubungan dengan masalah mengingat dan berpikir (Aphroditta,
2013).