-12-
BAB II
TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
II.1 TINJAUAN UMUM
II.1.1 MIXED-USE BUILDING
Pengertian Mixed-use Building
Superblok atau Mixed-use Building adalah salah satu upaya pendekatan
perancangan yang berusaha menyatukan berbagai aktifitas dan fungsi yang
berada di bagian area suatu kota (luas area terbatas, harga tanah mahal, letak
strategis, nilai ekonomi tinggi) sehingga terjadi satu struktur yang kompleks
dimana semua kegunaan dan fasilitas saling berkaitan dalam kerangka integrasi
yang kuat.
( Sumber : http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/ars4/2006/jiunkpe-ns-s1-2006-22402024-4541-rumah_susun-chapter1.pdf. Meyer, 1983 )
Upaya tersebut dimaksudkan untuk mengeliminasi ruang-ruang mati,
sehingga penggunaan lahan lebih efektif dan efisien, pelayanan kebutuhan lebih
mudah, dan lingkungan menjadi lebih nyaman dihuni. Penyatuan berbagai
fungsi dan aktivitas ini dalam satu bangunan atau kompleks bangunan biasanya
diwadahi dalam bangunan atau kompleks bangunan besar sehingga sering
disebut sebagai superblok.
Proyek real estate yang relatif besar (dengan rasio area lantai terdiri dari
tiga atau lebih) yang terkarakteristik oleh tiga atau lebih penggunaan bangunan
revenue (seperti retail, office, residential, hotel/ motel, dan rekreasi- yang
-13-
dalam proyek perencanaannya akan saling berhubungan dan bergantungan satu
sama lain). Dengan fungsi dan bentuk fisik yang terintegrasi dari komponen
proyek, termasuk jalur pedestrian yang tidak terpotong.
( Sumber : Mike Jenks, “The Compact City A Sustainable Urban From?”, Oxford Brookers University, Oxford UK, E&FN Spon, First Edition 1996 London, UK )
Berdasarkan pengertian di atas tersebut maka dapat di definisikan
pengertian Mixed-use Building adalah bangunan multi fungsi yang terdiri dari
satu atau beberapa massa bangunan yang terpadu dan saling berhubungan
secara langsung dengan peruntukan yang berbeda, Mixed-use Building
menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas rekreasi, dan
biasanya dimiliki oleh satu pengembang.
Ciri Mixed-use Development Project
1. Mewadahi 2 fungsi urban atau lebih misalnya terdiri dari retail,
perkantoran, hunian, hotel, dan entertainment/ cultural/ recreation.
2. Terjadi integrasi dan sinergi fungsional
3. Terdapat ketergantungan kebutuhan antara masing-masing fungsi bangunan
yang memperkuat sinergi dan integrasi antar fungsi tersebut.
( Sumber : Panduan perancangan bangunan komersial p.281 )
Manfaat Mixed-use Development Project
1. Kelengkapan fasilitas yang tinggi pada bangunan superblok, memberikan
kemudahan bagi pengunjungnya.
-14-
2. Peningkatan kualitas fisik lingkungan. Kelengkapan fasilitas yang
direncanakan dengan matang pada suatu kawasan yang luas
memungkinkan diadakannya rancangan yang baik termasuk perbaikan
rancangan kualitas lingkungan.
3. Efisiensi pergerakan. Dengan pengelompokan berbagai fungsi dan aktivitas
dalam suatu superblok berarti terdapat efisiensi pergerakkan bagi pengguna
bangunan tersebut.
4. Vitalitas dan generator pertumbuhan. Pembangunan superblok pada salah
satu bagian kota berpotensi meningkatkan pertumbuhan kawasan
sekitarnya sebagai respon terhadap kebutuhan layanan bagi para pengguna
bangunan tersebut.
5. Penghematan pendanaan pembangunan. Pembangunan berbagai fasilitas
dalam satu komplek atau kawasan dapat mengefisienkan dana
pembangunan misalnya dengan efisiensi dana pembangunan infrastruktur.
6. Menghambat perluasan kota. Superblok dapat diasumsikan sebagai
pertumbuhan kota secara vertikal, karenanya pembangunan superblok
dapat meminimalkan perluasan kota secara horisontal.
7. Integrasi sistem-sistem. Sesuai persyaratan sebuah superblok,
pengembangan fungsi-fungsi di dalamnya harus dirancang secara
terintegrasi, saling menguntungkan antar fungsi. Integrasi ini dapat
merupakan simbiosis mutualisme antar fungsi.
( Sumber : Panduan perancangan bangunan komersial p.281 )
-15-
II.1.2 RUMAH SUSUN
Pengertian Rumah Susun
Rumah Susun :
Bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan,
yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional
dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan
yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah,
terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian-bersama,
benda-bersama dan tanah bersama.
( Sumber : Undang Undang No. 16 Tahun 1985 Tentang : Rumah Susun )
Sederhana :
Sedang; tidak berlebih-lebihan; tidak banyak pernik.
( Sumber : Kamus Umum Bahasa Indonesia, WJS Poerwadarminta, Balai Pustaka, 1986)
Jadi rumah susun merupakan suatu pengertian yuridis arti bangunan
gedung bertingkat yang senantiasa mengandung sistem kepemilikan
perseorangan dan hak bersama, yang penggunaannya bersifat hunian atau
bukan hunian. Secara mandiri ataupun terpadu sebagai satu kesatuan
sistem pembangunan.
-16-
Manfaat Rumah Susun
Bagi penghuni
• Hunian yang dekat dengan tempat kerja.
• Menyediakan fasilitas hunian yang lebih layak dari tempat tinggal
warga sebelumnya dengan karakter dan fasilitas yang sesuai dengan
kebutuhan.
Bagi masyarakat
Menciptakan lapangan kerja baru bagi lingkungan di sekitarnya, sehingga
terjadi interaksi antara kompleks rumah susun dengan lingkungannya,
sehingga Rumah susun dapat memberi economy value.
Bagi pemerintah
Membantu program pemerintah dalam penyediaan Rumah Susun
terutama di wilayah yang belum terjangkau.
( Sumber : http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/ars4/2006/jiunkpe-ns-s1-2006-22402024-4541-rumah_susun-chapter1.pdf. )
Tujuan Rumah Susun
Tujuan pembangunan rumah susun adalah:
1. - Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama bagi
golongan masyarakat yang berpenghasilan menengah kebawah, yang
menjamin kepastian hukum dalam pemanfaatannya.
- Meningkatkan daya guna tanah didaerah perkotaan dengan
memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan menciptakan
lingkungan permukiman yang lengkap, serasi dan seimbang.
-17-
2. Memenuhi kebutuhan untuk kepentingan lainnya yang berguna bagi
kehidupan masyarakat, dengan tetap mengutamakan ketentuan ayat (1
huruf a).
( Sumber : UU No.16 tahun 1985 bab 2 pasal 3 tentang rumah susun )
Tujuan khusus pembangunan rumah susun:
Untuk mengendalikan lajunya pembangunan rumah-rumah biasa yang
banyak memakai lahan.
( Sumber : Http://www.ar.itb.ac.id/wdp )
Macam-macam Hunian Vertikal Rumah Susun
Ada bermacam-macam jenis bangunan hunian vertikal di Indonesia yaitu:
1. Rumah Susun Masionette
Bangunan satu sampai dua lantai dengan bentuk struktur dan
finishing yang sederhana tapi relatif kurang kokoh dan tidak dilengkapi
dengan fasilitas-fasilitas penunjangnya. Biasanya terletak di pinggir kota
(kurang aman) dan diperuntukkan untuk golongan menengah ke bawah
dengan sistem kepemilikan membeli. Fasilitas-fasilitas umum yang ada
(seperti kamar mandi, dapur, dan ruang cuci) dipakai secara bersama-
sama. Sehingga sering timbul permasalahan sosial antara para
penghuninya.
2. Rumah Susun Biasa
Bangunan tiga sampai empat belas lantai dengan ciri-ciri karakter
yang hampir sama dengan bangunan hunian vertikal masionette, tapi
-18-
bedanya untuk jenis ini sudah memakai konstruksi permanen dan cukup
kuat, serta memiliki daya tampung yang lebih banyak yang terbagi dalam
beberapa tipe unit.
3. Rumah Susun Kondominium
Bangunan berlantai banyak yang dibangun dalam suatu lingkungan
yang lengkap dengan fasilitas-fasilitas penunjangnya dan sudah memakai
konstruksi yang kokoh dan permanen. Sistem kepemilikan yang ada tidak
dalam bentuk sewa, jadi harus membeli dan menetap, dengan akta
kepemilikan bangunan dan tanah adalah milik bersama.
4. Rumah Susun Apartemen
Bangunan berlantai banyak yang mirip dengan kondominium, hanya saja
untuk tipe ini memiliki bagian yang digunakan secara terpisah (terutama
untuk huniannya) tapi dilengkapi juga dengan bangunan bersama dan
tanah bersama. Sistem kepemilikan tidak harus beli, jadi bisa dengan
sistem sewa.
( Sumber : http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/ars4/2006/jiunkpe-ns-s1-2006-22402024-
4541-rumah_susun-chapter1.pdf. Betty,1998 )
Jenis- Jenis Rumah Susun
Ditinjau dari sudut penggunaanya rumah susun dapat dibagi menjadi
tiga golongan, yaitu:
a. Rumah susun hunian
Yakni rumah susun yang seluruhnya berfungsi sebagai tempat tinggal.
-19-
b. Rumah susun bukan hunian
Yakni rumah susun yang seluruhnya berfungsi sebagai tempat usaha dan
atau kegiatan sosial.
c. Rumah susun campuran
Yakni rumah susun yang sebagian berfungsi tempat tinggal dan
sebagian berfungsi sebagai tempat usaha.
( Sumber: http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/ars4/2006/jiunkpe-ns-s1-2006-
22402024-4541-rumah_susun-chapter1.pdf. Menurut Kuswahyono (2004, p.13) )
Sistem Kepemilikan Rumah Susun
Sistem kepemilikan rumah susun untuk lebih rinci akan diatur dalam
Undang Undang nomor : 16 tahun 1985 pasal 8, 9, 10, dan 11 akan
dilampirkan dalam karya tulis ini.
Sistem Penghunian dan Pengelolaan Rumah Susun
Sistem kepemilikan rumah susun untuk lebih rinci akan diatur dalam
Undang Undang nomor : 16 tahun 1985 pasal 18 dan 19 akan dilampirkan
dalam karya tulis ini.
Peraturan Bangunan
Peraturan bangunan untuk lebih rinci akan diatur dalam Undang Undang
nomor : 16 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun akan
dilampirkan dalam karya tulis ini.
-20-
II.1.3 PASAR MODERN
Pengertian Pasar Modern
Pasar dalam arti sempit adalah tempat dimana permintaan dan penawaran
bertemu, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar tradisional. Sedangkan
dalam arti luas adalah proses transaksi antara permintaan dan penawaran, dalam
hal ini lebih condong ke arah pasar modern. Permintaan dan Penawaran dapat
berupa Barang atau Jasa.
( Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar )
Pasar Tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya
ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai,
los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola
pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan
makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang
elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan
barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia,
dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli
untuk mencapai pasar. Beberapa pasar tradisional yang "legendaris" antara lain
adalah pasar Beringharjo di Jogja, pasar Klewer di Solo, pasar Johar di
Semarang. Pasar tradisional di seluruh Indonesia terus mencoba bertahan
menghadapi serangan dari pasar modern seperti pasar swalayan dan sejenisnya.
( Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar )
-21-
Pasar Modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun
pengertian pasar modern dalam arti sesungguhnya adalah ‘modernisasi pasar’
atau meremajakan pasar tradisional agar tidak kalah bersaing dengan pasar
swalayan, hypermarket, minimarket dan sejenisnya.
Modernisasi di pasar modern merupakan meremajakan pasar tradisional
dengan penataan letak jenis barang, sistim distribusi, fisik, manajemen, utilitas,
maintenance, packaging, scheduling, jam buka-tutup pasar ke dalam bentuk
modern yang lebih menyerupai pasar swalayan atau sejenisnya tetapi masih
dalam ciri tradisional.
( Sumber : http://kerangalam.wordpress.com/2008/02/28/pasar-modern-dan-modernisasi-pasar/ )
Pasar dapat dikategorikan dalam beberapa hal. Yaitu menurut jenisnya,
jenis barang yang dijual, lokasi pasar, hari, luas jangkauan dan wujud.
( Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar )
Fungsi Pasar
Menurut Lilananda, 1997, p.8
Pasar mempunyai 2 fungsi yaitu fungsi pokok dan fungsi pada skala kecil
sebagai berikut :
1. Fungsi pokok
Sebagai sarana pelayanan dan penyedia kebutuhan sehari-hari bagi
masyarakat, juga sebagai sumber pendapatan daerah yang diperoleh dari
jasa pelayanan dan perpasaran serta merupakan sarana distribusi
-22-
perekonomian yang dapat menciptakan tambahan tempat usaha bidang jasa
dan pencipta kesempatan kerja.
2. Fungsi pada skala kecil
Sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk saling memenuhi
kebutuhannya masing-masing baik untuk kebutuhan yang bersifat
konsumptif maupun untuk bidang jasa.
( Sumber : http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/eman/2007/jiunkpe-ns-s1-2007-31403011-8395-
wonokromo_dtc-chapter2.pdf. )
Menurut Kotler, 2003, p.189.
Fungsi pasar adalah sebuah pasar yang memiliki kesan yang tepat sesuai
dengan pencapaian tujuan.
( Sumber : http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/eman/2007/jiunkpe-ns-s1-2007-31403011-8395-
wonokromo_dtc-chapter2.pdf. )
Jenis – Jenis Pasar
Jenis pasar dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Pasar Konsumsi
Pasar Konsumsi menjual barang-barang untuk keperluan konsumsi.
Misalnya menjual beras, sandal, lukisan, dll. Contohnya adalah Pasar
Mergan di Malang, Pasar Kramat Jati, dll.
-23-
2. Pasar Faktor Produksi
Pasar Faktor Produksi menjual barang-barang untuk keperluan produksi.
Misalnya menjual mesin-mesin untuk memproduksi, lahan untuk pabrik,
dll.
( Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar )
Sistem Kepemilikan Pasar
Menurut Lilananda (1997, p.10), status kepemilikan, pasar dibagi menjadi
3 jenis, yaitu:
1. Pasar Pemerintah, yaitu pasar yang dimiliki dan dikuasai oleh pemerintah
pusat atau daerah.
2. Pasar Swasta, yaitu pasar yang dimiliki dan dikuasai oleh badan hukum
yang diijinkan oleh Pemda.
3. Pasar Liar, yaitu pasar yang aktifitasnya diluar Pemda yang kehadirannya
disebabkan karena kurangnya fasilitas perpasaran yang ada dan letak pasar
yang tidak merata, biasanya dikelola oleh perorangan atau Ketua RW.
Pasar liar ini dibagi menjadi 3 berdasarkan penanggungjawabnya, yaitu
pasar perorangan, pasar RW, pasar desa.
( Sumber : http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/eman/2007/jiunkpe-ns-s1-2007-31403011-
8395-wonokromo_dtc-chapter2.pdf. )
-24-
Kondisi Fisik Pasar
Kondisi Fisik Pasar untuk lebih rinci akan dilampirkan dalam karya tulis
ini.
II.2 TINJAUAN KHUSUS (TINJAUAN TERHADAP TOPIK-TEMA)
II.2.1 Pengertian Hemat Energi
Penghematan energi atau konservasi energi adalah tindakan mengurangi jumlah
penggunaan energi. Penghematan energi dapat dicapai dengan penggunaan energi
secara efisien dimana manfaat yang sama diperoleh dengan menggunakan energi
lebih sedikit, ataupun dengan mengurangi konsumsi dan kegiatan yang
menggunakan energi. Penghematan energi dapat menyebabkan berkurangnya biaya,
serta meningkatnya nilai lingkungan, keamanan negara, keamanan pribadi, serta
kenyamanan. Organisasi-organisasi serta perseorangan dapat menghemat biaya
dengan melakukan penghematan energi, sedangkan pengguna komersial dan
industri dapat meningkatkan efisiensi dan keuntungan dengan melakukan
penghemaan energi.
Penghematan energi adalah unsur yang penting dari sebuah kebijakan energi.
Penghematan energi menurunkan konsumsi energi dan permintaan energi per
kapita, sehingga dapat menutup meningkatnya kebutuhan energi akibat
pertumbuhan populasi. Hal ini mengurangi naiknya biaya energi, dan dapat
mengurangi kebutuhan pembangkit energi atau impor energi. Berkurangnya
permintaan energi dapat memberikan fleksibilitas dalam memilih metode produksi
energi.
-25-
Selain itu, dengan mengurangi emisi, penghematan energi merupakan bagian
penting dari mencegah atau mengurangi perubahan iklim. Penghematan energi juga
memudahkan digantinya sumber-sumber tak dapat diperbaharui dengan sumber-
sumber yang dapat diperbaharui. Penghematan energi sering merupakan cara palin g
ekonomis dalam menghadapi kekurangan energi, dan merupakan cara yang lebih
ramah lingkungan dibandingkan dengan meningkatkan produksi energi.
( Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Hemat_energi )
Hemat energi dalam arsitektur adalah meninimalkan penggunaan energi tanpa
membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan, maupun produktivitas
penghuninya.
( Sumber : Gelar seminar bangunan hemat energi, teknologi pengolahan limbah pada gedung, 1997, hal 17 )
II.2.2 Latar Belakang Hemat Energi
Bangunan sebagai suatu sistim terkait dengan masalah yang berhubungan
dengan perencanaan arsitektur, struktur, utilitas, yang berhubungan dengan
beberapa aspek teknis seperti aspek keamanan dan keselamatan, kenyamanan,
kemudahan dan kesehatan.
( Sumber : Dalam perwujudannya pemerintah telah menerbitkan UU.Bangunan Gedung No.28 Tahun 2002 ) .
Kenyamanan bangunan erat hubungannya dengan kondisi alam atau lingkungan
disekitarnya dan upaya pengkondisian atau pengaturan ruang dalam bangunan.
Permasalahan yang dihadapi dalam penerapan aspek kenyamanan pada bangunan
-26-
tergantung pada obyek, bangunan yang dihadapi. Untuk bangunan yang
menghendaki kualitas hunian yang sempurna maka persyaratan tersebut mutlak
harus diadopsi dan diterapkan. Penerapan ini akan lebih efisien bila dikaitkan
dengan masalah hemat energi dalam bangunan yang bersangkutan.
II.2.3 Maksud dan Tujuan Hemat Energi
Peran Arsitek sebagai perancang desain arsitektur yang hemat energi,
mengingat cadangan energi yang ada semakin terbatas sedangkan bangunan
semakin berkembang. Dengan desain arsitektural yang memanfaatkan energi alami.
II.2.4 Metode Perancangan Arsitektur Hemat Energi
Penipisan cadangan minyak nasional akan menempatkan Indonesia sebagai
negara pengimpor sumber daya energi ini dalam waktu dekat. Salah satu sektor
penting yang sangat berpengaruh terhadap penggunaan bahan bakar minyak adalah
bangunan, umumnya mengonsumsi BBM dalam bentuk energi listrik sekitar 30-60
persen dari total konsumsi BBM di suatu negara.
Untuk kawasan tropis, penggunaan energi bahan bakar minyak (BBM) dan
listrik umumnya lebih rendah dibandingkan dengan negara di kawasan sub- tropis
yang dapat mencapai 60 persen dari total konsumsi energi. Hal ini disebabkan oleh
kebutuhan pemanas ruang di sebagian besar bangunan saat musim dingin.
Sementara di kawasan tropis, pendingin ruang (AC) hanya digunakan sejumlah
kecil bangunan. Meskipun demikian, penghematan energi di sektor bangunan di
-27-
wilayah tropis semacam Indonesia tetap akan memberikan kontribusi besar terhadap
penurunan konsumsi energi secara nasional.
Bangunan merupakan penyaring faktor alamiah penyebab ketidaknyamanan,
seperti hujan, terik matahari, angin kencang, dan udara panas tropis, agar tidak
masuk ke dalam bangunan. Udara luar yang panas dimodifikasi bangunan dengan
bantuan AC menjadi udara dingin. Dalam hal ini dibutuhkan energi listrik untuk
menggerakkan mesin AC. Demikian juga halnya bagi penerangan malam hari atau
ketika langit mendung, diperlukan energi listrik untuk lampu penerang.
Penghematan energi melalui rancangan bangunan mengarah pada penghematan
penggunaan listrik, baik bagi pendinginan udara, penerangan buatan, maupun
peralatan listrik lain. Dengan strategi perancangan tertentu, bangunan dapat
memodifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi iklim ruang yang nyaman
tanpa banyak mengonsumsi energi listrik. Kebutuhan energi per kapita dan nasional
dapat ditekan jika secara nasional bangunan dirancang dengan konsep hemat energi.
Para arsitek di Barat memulai langkah merancang bangunan hemat energi sejak
krisis energi tahun 1973, sementara hingga kini-30 tahun sejak krisis energi di
negara Barat-belum juga muncul pemikiran ke arah itu di kalangan arsitek
Indonesia.
• Rancangan pasif
Perancangan bangunan hemat energi dapat dilakukan dengan dua cara:
secara pasif dan aktif. Perancangan pasif merupakan cara penghematan energi
melalui pemanfaatan energi matahari secara pasif, yaitu tanpa mengonversikan
energi matahari menjadi energi listrik. Rancangan pasif lebih mengandalkan
-28-
kemampuan arsitek bagaimana rancangan bangunan dengan sendirinya mampu
“mengantisipasi” permasalahan iklim luar.
Perancangan pasif di wilayah tropis basah seperti Indonesia umumnya
dilakukan untuk mengupayakan bagaimana pemanasan bangunan karena radiasi
matahari dapat dicegah, tanpa harus mengorbankan kebutuhan penerangan
alami. Sinar matahari yang terdiri atas cahaya dan panas hanya akan
dimanfaatkan komponen cahayanya dan menepis panasnya.
Strategi perancangan bangunan secara pasif di Indonesia bisa dijumpai
terutama pada bangunan lama karya Silaban: Masjid Istiqal dan Bank
Indonesia; karya Sujudi: Kedutaan Prancis di Jakarta dan Gedung Departemen
Pendidikan Nasional Pusat; serta sebagian besar bangunan kolonial karya
arsitek-arsitek Belanda. Meskipun demikian, beberapa bangunan modern di
Jakarta juga tampak diselesaikan dengan konsep perancangan pasif, seperti
halnya Gedung S Widjojo dan Wisma Dharmala Sakti, keduanya terletak di
Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta.
• Rancangan aktif: solar sel
Dalam rancangan aktif, energi matahari dikonversi menjadi energi listrik
sel solar, kemudian energi listrik inilah yang digunakan memenuhi kebutuhan
bangunan. Dalam perancangan secara aktif, secara simultan arsitek juga harus
menerapkan strategi perancangan secara pasif. Tanpa penerapan strategi
perancangan pasif, penggunaan energi dalam bangunan akan tetap tinggi
apabila tingkat kenyamanan termal dan visual harus dicapai.
-29-
Strategi perancangan aktif dalam bangunan dengan sel solar belum
dijumpai di Indonesia saat ini. Penggunaan sel solar masih terbatas pada
kebutuhan terbatas bagi penerangan di desa-desa terpencil Indonesia.
Salah satu bangunan yang dianggap paling berhasil menerapkan teknik
perancangan pasif dan aktif secara simultan dan sangat berhasil dalam
mengeksploitasi penggunaan sel solar adalah bangunan paviliun Inggris (British
pavillion). Bangunan ini dirancang Nicholas Grimshaw & Partner, arsitek yang
juga merancang Waterloo International Railway Station yang menghubungkan
Inggris dengan Perancis melalui jalur bawah laut. Paviliun Inggris ini dibangun
di kompleks Expo 1992 di kota Seville, Spanyol, sebagai perwujudan hasil
sayembara tahun 1989 yang dimenangi arsitek tersebut.
Foto : The British Pavilion ,Seville
Solar Panel ( Sumber : harian kompas )
Bangunan ini dirancang dengan pertimbangan iklim setempat, yaitu suhu
udara musim panas saat Expo dilangsungkan dapat mencapai 45 derajat
-30-
Celsius, serta meminimalkan penggunaan energi yang mengemisi
karbondioksida.
Beberapa strategi rancangan yang digunakan mengantisipasi kondisi udara
ini adalah pertama, menggunakan tabir air pada dinding timur yang berfungsi
sebagai filter radiasi matahari pagi untuk pendingin bangunan tanpa
menghilangkan potensi penerangan alami pagi hari. Tabir air dijatuhkan dari
dinding bagian atas bangunan mengalir di seluruh dinding kaca sepanjang 65
meter ke kolam di dasar bangunan.
Aliran air sebagai tabir dinding kaca berfungsi untuk pendinginan
permukaan kaca itu sendiri serta menurunkan suhu lingkungan di sekitar
bangunan secara evaporatif. Kelembaban udara pada kawasan ini relatif rendah,
sekitar 50-70 persen.
Dinding kaca terbuat dari bahan yang 20 persennya merupakan komponen
keramik dan berfungsi mengurangi panas matahari tanpa mengorbankan cahaya
yang masuk ke dalam bangunan. Penggunaan tabir air pada dinding timur ini
mampu menurunkan suhu udara di dalamnya hingga 10 derajat Celsius.
Sisi barat dinding bangunan dilapis kontainer berisi air yang berfungsi
sebagai penyerap panas matahari sore. Panas yang diserap kontainer
mengurangi pemanasan bangunan siang dan sore hari. Selanjutnya kontainer
akan menghangatkan bangunan pada malam hari (suhu udara luar malam hari
cenderung rendah di bawah batas nyaman). Air panas dalam kontainer ini juga
dimanfaatkan bagi keperluan pengguna bangunan.
-31-
Dinding bangunan sisi selatan diberi lembaran semitransparan yang
diperkuat dengan konstruksi baja. Selain sebagai elemen estetika yang
mencitrakan layar kapal yang menjadi simbol kejayaan Inggris di laut, juga
berfungsi mengurangi radiasi panas sisi selatan.
Sejumlah 1.040 panel sel solar di bagian atap bangunan yang - membentuk
semacam deretan layar kapal dan mampu menghasilkan 46kW daya listrik
digunakan untuk sebagian besar keperluan listrik bangunan. Konstruksi panel
sel solar ini diletakkan sedemikian rupa sehingga dapat melindungi atap
terhadap radiasi matahari dari sisi selatan. Paviliun Inggris ini menggunakan
energi listrik sekitar 24 persen lebih rendah daripada energi yang seharusnya
digunakan bangunan yang dirancang tanpa strategi semacam ini.
Langkah merancang bangunan hemat energi baik secara pasif maupun aktif
seperti di atas perlu dicermati. Sudah waktunya para arsitek Indonesia
memulainya. Jika dalam waktu dekat Indonesia menjadi negara pengimpor
minyak neto dan harga BBM dan tarif listrik dalam negeri melambung,
sebagian besar bangunan yang boros energi tidak lagi dapat berfungsi. Pemakai
bangunan akan menemui kesulitan menanggung biaya listrik untuk lift, AC,
pompa, dan peralatan lain, yang tinggi. Masih ada waktu untuk menghindari
situasi buruk semacam ini dengan memulai merancang bangunan yang hemat
energi, hemat listrik, sejak sekarang.
( Sumber : TRI HARSO KARYONO Bekerja di Pusat Pengkajian Kebijakan Inovasi Teknologi BPPT,
Pengajar Arsitektur di Universitas Tarumanagara, Harian Kompas )
-32-
II.2.5 Prinsip – Prinsip Hemat Energi
Prinsip dasar perancangan tipologi arsitektur sadar energi dan arsitektur hijau
dapat di formulasikan dalam matriks berikut ini :
PARAMETER
DISAIN
ARSITEKTUR
PRINSIP PRINSIP PERANCANGAN ARSITEKTUR
BIOKLIMATIK HEMAT
ENERGI
SURYA HIJAU LAIN LAIN
Bioclimatic
Architecture
Energy-efficient
Architecture
Solar
Architecture
Green
Architecture
Architecture
Konfigurasi
Bangunan
Dipengaruhi
Iklim
Dipengaruhi
Iklim
Dipengaruhi
Matahari
Dipengaruhi
Lingkungan
Pengaruh
Lainnya
Orientasi
Bangunan
Krusial Krusial Sangat Krusial Krusial Relatif tidak
penting
Fasade Bangunan Responsif Iklim Responsif Iklim Responsif
Matahari
Responsif
Lingkungan
Pengaruh
Lainnya
Sumber Energi Natural
Non Renewable
Pembangkit
Non Renewable
Pembangkit
Renewable
Natural +
Pembangkit
Renewable &
Non Renewable
Pembangkit
Non Renewable
Energy Cost Krusial Krusial Krusial Krusial Tidak penting
Sistim Operasional Passive & Mixed Active & Mixed Productive Passive + Active + Mixed +
Productive
Passive + Active
Tingkat
Kenyamanan
Variabel Konsisten Konsisten Variabel
Konsisten
Konsisten
Konsumsi Energi Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi / Medium
Sumber Material Tidak penting Tidak penting Tidak penting Minimum
dampak
lingkungan
Tidak penting
Material Output Tidak penting Tidak penting Tidak penting Reuse – Recycle
- Reconfigure
Tidak penting
Ekologi Tapak Penting Penting Penting Krusial Tidak penting
Tabel 2.1 : Prinsip – prinsip perancangan arsitektur
( Sumber : The Green Skyscraper, Ken Yeang, p. 12 )
-33-
II.3 TINJAUAN TERHADAP PROYEK DAN TAPAK
II.3.1 Tinjauan Proyek
Judul proyek : Rumah Susun dan Pasar di Jakarta Barat
Middle Income Apartment and Market in West Jakarta
Lokasi : Jalan Tanjung Duren
Wilayah : Kopro, Jakarta Barat
Fungsi : Hunian (rumah susun) dan Dagang (pasar)
Tema : Penerapan konsep hemat energi pada bangunan
Rumah susun dan pasar modern
Foto 2.1 : Lokasi tapak proyek terhadap kawasan
( Sumber : google earth. Kondisi existing 2009)
-34-
II.3.2 Tinjauan Tapak
Data Tapak
Gambar 2.1 : Lokasi Tapak Terhadap Kawasan ( Sumber : Dinas Tata Kota DKI)
Lokasi : Jalan Raya Tanjung Duren
Wilayah: Jakarta Barat, Kecamatan:
Kelurahan:
Luas Tapak : 9100 m2
KDB : 60% 5460 m2
KLB : 4 36400 m2
GSB :Utara : 10 m
Selatan : 7 m
Barat : 7 m dari Jalan Raya Tanjung Duren
Timur : 4 m
Ketinggian Max. : 12 lantai
LOKASI TAPAK
-35-
(pasar 2 lantai + rusun max.10 lantai)
Batas tapak :Utara : jalan tanjung duren barat 6
Selatan : jalan raya tanjung duren
Barat : jalan tanjung duren barat 5
Timur : perumahan warga
Kegiatan dan Kondisi Lingkungan di Sekitar Tapak
• Utara
Gambar 2.2 : Sebelah utara tapak ( Sumber : dinas tata kota DKI Jakarta )
Foto 2.2 : Bagian utara tapak Foto 2.3 : pintu keluar / masuk tapak
( Sumber : dokumen survey bersama. Kondisi existing 2009 )
Sirkulasi pada bagian dalam tapak dan pintu keluar-masuk tapak
Fungsi disekitar tapak bagian utara didominasi dengan kegiatan komersial yaitu rumah
-36-
• Selatan
Gambar 2.3 : Sebelah selatan tapak ( Sumber : dinas tata kota DKI Jakarta )
Foto 2.4 : parkiran motor Foto 2.5 : sebelah selatan tapak
( Sumber : dokumen survey bersama. Kondisi existing 2009 )
Kondisi parkiran motor di dalam tapak bagian selatan
Pada bagian selatan dipergunakan oleh fungsi komersial berupa warteg dan rumah warga
-37-
• Barat
Gambar 2.4 : Sebelah barat tapak ( Sumber : dinas tata kota DKI Jakarta )
Foto2.6:kantor lurah Foto2.7:Sebelah barat tapak Foto2.8:parkiran mobil
( Sumber : dokumen survey bersama. Kondisi existing 2009 )
Kantor lurah dan sarana umum masjid di seberang tapak bagian barat
Tapak bagian barat berbatasan dengan jalan utama dan bersebrangan dengan kantor lurah dan masjid yang cukup ramai pada jam-jam sibuk
-38-
• Timur
Gambar 2.5 : Sebelah timur tapak ( Sumber : dinas tata kota DKI Jakarta)
Foto 2.9 : Sebelah timur tapak ( Sumber : dokumen survey bersama. Kondisi existing 2009 )
Ramp menuju parkiran lantai atas terdapat pada bagian belakang tapak
Pada bagian belakang tapak berbatasan langsung dengan gang kecil dan rumah warga yang sebagian besar dimanfaatkan untuk kos-kosan oleh warga sekitar
-39-
II.4 LANDASAN TEORI
II.4.1 Pola Massa Bangunan
Untuk mengoptimalkan luasan bangunan sesuai dengan ketentuan KLB yang
diperbolehkan, dan massa bangunan didalam tapak perencanaanya harus
disesuaikan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu seperti :
o Pertimbangan terhadap aktivitas untuk berinteraksi dan menampung banyak orang.
o Pertimbangan terhadap efisiensi dan efektifitas pelayanan yang ada.
o Pertimbangan terhadap orientasi bangunan dan view
o Pertimbangan terhadap iklim, dengan pola massa yang bisa mendapatkan aliran
udara, sinar matahari yang baik dan mengatur kecepatan angin.
o Pemanfaatan tapak yang optimal dan peraturan setempat
o Pertimbangan terhadap penampilan bangunan yang dapat memberi kesan
arsitektural hemat energi.
o Keadaan curah hujan
Maka dibutuhkan suatu analisis mengenai pola massa bangunan yaitu :
Pola Massa Tunggal Pola Massa Majemuk Sifat bangunan terpusat dan ruang luar yang kurang dinamis.
Sifat bangunan menyebar dan memusat pada satu titik kegiatan
Bentuk bangunan cenderung vertical dan berkesan formal
Memerlukan lahan yang cukup luas Mudah dalam pengembangan
Kebutuhan lahan sedikit Memisahkan beberapa kelompok kegiatan
Sesuai untuk tanah di jantung kota karenaHarga tanah tinggi
Pencahayaan dan penghawaan alami dapat dimanfaatkan lebih maksimal
Pencapaian dan sirkulasi lebih Adanya kebebasan dalam
-40-
cepat dan efisien mengolah massa bangunan dalam tapak Pemanfaatan pencahayaan
dan penghawan alami kurang maksimal
Ruang luar dan sirkulasi yang lebih dinamis
Pengembangannya terbatas Pencapaian antar kegiatan relatif jauh karena peletakanya yang terpisah
Sirkulasi dan komposisi fasade lebih monoton
Sesuai dengan daerah pinggiran kota yang mempunyai kdb rendah dan ketinggian lantai maksimum rendah
Tabel 2.2 : Pola massa bangunan ( Sumber : Francis D. K. Ching )
II.4.2 Pola Perletakan Massa
Menurut Francis D.K. Ching, ada beberapa Pola Pengembangan Massa
Bangunan, antara lain:
Pola Terpusat
• Tata letak massa terikat • Pengembangan terikat • Terdiri dari sejumlah bentuk
sekunder yang mengitari bentuk dominant yang berada ditengah
• Pengawas yang terjadi pada area bangunan lebih baik
( sumber D. K. Ching p.190-191) Pola Linier
• Pola yang diatur dalam suatu deret yang berulang
• Mengikuti suatu garis/ sumbu (sumber D. K. Ching p.198-199)
Pola Cluster
• Merupakan bentuk yang salin g berdekatan
• Membentuk suatu kelompok ruang yang bebas
• Bersifat dinamis dan fleksibel (sumber D. K. Ching p.214-215)
Pola Grid
• Pengembangan mengikuti pola grid
• Bentuk-bentuk modular yang diatur oleh grid
-41-
(sumber D. K. Ching p.220-221)
Pola Radial
• Komposisi dari bentuk linier yang berkembang keluar dari bentuk pusat searah dengan jari-jarinya
(sumber D. K. Ching p.208-209) Tabel 2.3 : Pola perletakan massa
(sumber : Francis D. K. Ching)
II.4.3 Bentuk Dasar Bangunan dan Ruang
Menurut Francis D.K.Ching (1996), bentuk dasar ruang dan bangunan secara
umum ada tiga, yaitu:
SEGIEMPAT SEGITIGA LINGKARAN
Mempunyai kesan kaku dan formal
Mudah dalam pengolahan bidang-
Bentuk segitiga mempunyai kesan dinamis dan stabil
Orientasi menyudut
Mempunyai kesan tidak kaku dan stabil
Mempunyai orientasi yang terpusat
KESIMPULAN : - Untuk memilih pola peletakan massa, sebaiknya mempertimbangkan segi keamanan bagi pengguna bangunan, dan bentuk pola massa bangunan yang terpilih nantinya - Pola massa yang terpilih adalah pola massa linier ber-grid dengan massa tunggal sesuai dengan fungsi yang berbeda-beda. - Perletakan massa bangunan didalam tapak harus mempertimbangkan hirarki dan sifat ruang, untuk mempermudah pencapaian,dll. Untuk bangunan yang sifatnya publik diletakkan dibagian yang dekat dengan entrance bangunan, lalu bangunan yang sifatnya privat seperti area huni maka diletakan yang jauh dari area luar sehingga tidak menggangu penghuni rusun.
-42-
bidangnya Cocok untuk kondisi iklim tropis dimana matahari menyinari dari dua sisi sehingga permainan bidang lebih variatif
Sirkulasi menyebar Orientasi menyudut Cocok dengan bentuk lingkungan sekitar ( selaras dengan keadaan sekitar )
Pengaturan dan pembagian ruang fleksibel
Dpt menggunakan perabot umum
Variatif dalam pengolahan bidang
Kurang efisien pada sudut-sudut bangunan
Sirkulasi menyebar Menggunakan perabotyang khusus karena bentuknya yang menyudut pada sisi-sisinya
Pengaturan dan pembagian ruang agak sulit
Menggunakan perabot khusus
Pengaturan dan pembagian ruang agak sulit
Pada iklim tropis mendapatkan sinar matahari pada semua sisinya
Sirkulasi dalam memutar
Tabel 2.4 : Bentuk dasar bangunan dan ruang (sumber : Francis D. K. Ching p.39-41)
Beberapa jenis organisasi bentuk dan ruang antara lain:
• Ruang di dalam Ruang
Sebuah ruang yang luas dapat mencakup dan memuat sebuah ruang lain
yang lebih kecil di dalamnya.
• Ruang-Ruang yang saling berhubungan/ berkaitan
Suatu hubungan ruang yang saling berkaitan yang dihasilkan dari
overlapping dua daerah ruang dan membentuk irisan atau suatu daerah bersama.
KESIMPULAN :
- Bentuk dasar bangunan yang akan digunakan nantinya dalam
perencanaan bangunan sebaiknya yang selaras dengan lingkungan
sekitarnya agar terjadi keselarasan bangunan, yang sesuai dengan
-43-
• Ruang-Ruang yang Bersebelahan
Merupakan organisasi ruang yang paling umum. Batas-batas pemisah
ruang yang bersebelahan dapat berupa dinding, panel, kolom, ketinggian lantai,
ketinggian plafon, split dinding, dan lain-lain.
• Ruang-Ruang yang dihubungakan oleh sebuah Ruang Perantara
Dua buah ruang yang terpisah oleh jarak dapat dihubungkan atau dikaitkan
satu sama lain oleh ruang ketiga atau ruang perantara.
II.4.4 Kategori Hunian Vertikal
Menurut Joseph de Chiara dalam bukunya “Manual Housing Planning and
Design Criteria” bangunan hunian bertingkat termasuk rumah susun terdiri dari
bermacam-macam jenis menurut kriteria bangunan.
Berdasarkan Sistem Penggabungan Lantai
Simplex Duplex Triplex
Satu unit terdiri dari satu lantai
Satu unit terdiri dari dua lantai
Satu unit terdiri dari tiga lantai
Tabel 2.5 : Kategori hunian bertingkat berdasarkan sistem penggabungan lantai (sumber Joseph de Chiara and Koppelman)
Berdasarkan Sistem Pelayanan Koridor
Single Loaded Corridor, Pada Sistem Slab Block (+)- cahaya matahari maksimal - penghawaan alami - cahaya tersebar ke seluruh ruang
Koridor berada satu sisi di tepi
-44-
(-)- massa bangunan panjang - penggunaan lahan tidak efisien Double Loaded Corridor, Pada Sistem Slab Block (+)- menampung banyak unit - penggunaan lahan efisien (-)- pencahayaan kurang optimal - massa bangunan gemuk
Koridor berada ditengah bangunan
Koridor Pada 2 S isi Tepi Bangunan, Pada Sistem Slab Block (+)- pencahayaan tersebar - efisiensi lahan (-)- sirkulasi terpisah - shaft tidak efisien - penghawaan tidak maksimal
Koridor berada pada dua sisi bangunan
Koridor Terpusat di Tengah Bangunan, Pada Sistem Point Block (+)- efisiensi lahan - penghawaan maksimal - pencahayaan dan penghawaan pada koridor tidak maksimal (-)- massa bangunan tinggi - unit dalam satu lantai sedikit
Koridor berada terpusat di tengah bangunan
Tabel 2.6 : Kategori hunian bertingkat berdasarkan sistem pelayanan koridor (sumber: Joseph de Chiara and Koppelman)
Berdasarkan Bentuk Denah
Skip – Stop Plan (+) - elevator membuka pada lantai tertentu sesuai keinginan - dapat mengurangi jumlah koridor, efisiensi bangunan lebih tinggi - Pencahayaan alamiah lebih banyak (-) - Membutuhkan tangga tambahan dalam ruangan - Menyulitkan pencapaian bagi orang lansia dan cacat
-45-
Tower Plan Core terpisah ditengah umumnya digunakan untuk penghuni berpenghasilan menengah atau tinggi (+) - Ventilasi silang tercapai - Tiap unit mempunyai 2 arah pandangan - Mudah ditempatkan pada tapak tidak beraturan / berkontur (-) - Jumlah unit / lantai terbatas - Biaya sewa lebih banyak
Expanded Tower Plan Prinsip sama seperti tower plan (+) - Jumlah unit / lantai lebih banyak (-) - Dapat mengurangi tercapainya ventilasi silang dan penerangan dua arah - Dapat mengurangi penerangan dua arah
Cross Plan Mempunyai empat sayap masing-masing terdiri dari dua unit menyebar dari core tengah (+) - Pencapaian langsung ke unit - Ventilasi silang - pandangan dua arah tercapai (-) - Kesulitan orientasi terhadap matahari
Expanded Cross Plan Prinsip sama dengan cross plan (+) - Jumlah unit / lantai lebih banyak Circular Plan Prinsip sama dengan tower plan, jumlah unit tergantung dari diameter
Terrace Plan (+) - Orientasi terhadap matahari atau view baik - Umumnya single loaded corridor - Ventilasi silang dapat dicapai (-)
-46-
- Biaya relatif lebih mahal - Kesulitan menempatkan sirkulasi vertikal
Tabel 2.7 : Kategori hunian bertingkat berdasarkan bentuk denah ( Sumber: Joseph de Chiara and Koppelman)
II.4.5 Orientasi dan Tata Letak Bangunan
Dalam buku “Manual Housing Planning and Design Criteria” Joseph de
Chiara dan Koppelman menguraikan, bahwa Orientasi dan Tata Letak Bangunan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
• Jalan
• Bentuk Tapak
• Orientasi terhadap Matahari, yang menyangkut panas matahari pada bangunan,
serta penataan lansekap dan elemen bangunan untuk pengendalian panas
• Angin
• Jalan Sekitar Tapak
• Kebisingan, yang menyangkut bukaan terhadap kebisingan
• View
II.4.6 Estetika
Estetika mempunyai beberapa unsur pembentuk antara lain:
• Irama
Irama ialah penerangan dari elemen-elemen, dalam hal ini yang banyak
dibicarakan hadirnya irama dengan adanya akhiran dan awalan, cirri-ciri
horizontal atau vertical dan lain-lainnya.
-47-
• Emphasis/ Penekanan
Tekanan atau emphasis merupakan bagian yang menjadi pusat perhatian dan
mampu memberikan ciri tertentu yang mengandung ide, tujuan dan isi.
• Unity/ Kesatuan
Unity merupakan organisasi antara beberapa unsur satu sama lain tidak
terpisahkan.
• Skala/ Proporsi
Skala atau proporsi dapat menciptakan estetika dengan mempertimbangkan
peruntukan suatu elemen bangunan yang cukup teratur dan sesuai dengan
fungsinya.
• Komposisi
Komposisi merupakan suatu pengolahan unsur dan prinsip dalam usaha yang
menciptakan kondisi yang unity baik kontras maupun selaras.
(sumber : www.indesign.net, 2002)
Selain itu bentuk juga dipengaruhi oleh beberapa faktor/ prinsip, antara lain:
• Kerumitan (Complexity), berarti benda estetis yang bersangkutan tidak
sederhana sama sekali, namun kaya aka nisi maupun unsur-unsur yang paling
berlawanan ataupun mengandung perbedaan-perbedaan yang halus.
• Kesungguhan (Intensity), berarti suatu benda estetis yang baik harus memiliki
suatu kualitas yang menonjol, buka sekedar sesuatu yang kosong.
-48-
II.5 STUDI KASUS
II.5.1 Studi Lapangan
Rumah Susun
Rumah Susun Tanah Abang
Foto 2.10 : Lokasi Rumah Susun Tanah Abang dan Pasar Tanah Abang skala makro
(sumber : google earth. Kondisi existing 2009)
Rumah Susun Tanah Abang (RSTA) merupakan proyek rumah susun
pertama yang dilaksanakan oleh pemerintah pada tahun 1985 letaknya
strategis, karena terletak dekat dengan pusat kegiatan perdagangan pasar
tanah abang. Proyek Rumah Susun Tanah Abang yang dilaksanakan oleh
pemerintah untuk mengatasi masalah permukiman kumuh yang tumbuh di
tengah perkotan.
Pasar tanah abang Lokasi rusun
-49-
Letaknya yang strategis di belakang Mal Grand Indonesia dan berada di
kawasan perkantoran Jl. M. H. Thamrin dan dekat dengan pusat perdagangan
pasar tanah abang, sehingga mayoritas penghuni rumah susun ini berasal dari
para pedagang yang bekerja di pasar tanah abang dan kebanyakan berasal
dari suku padang yang memang terkenal dalam keahliannya di bidang
perdagangan.
Foto 2.11 : Lokasi Rumah Susun Tanah Abang skala mikro
(sumber : google earth. Kondisi existing 2009)
Rumah Susun Tanah Abang ini terbagi dalam 2 tahap, yaitu Blok A
sebagai tahap pembangunan pertama yang berada di bagian depan tapak dan
memiliki ciri fasad yang menggunakan material batu bata di ekspos, dan
Blok B sebagai tahap pembangunan kedua yang berada di bagian belakang
tapak dan memiliki ciri fasad yang lebih mempermainkan bentuk jendela.
-50-
Foto2.12:Rumah Susun tahapI BlokA Foto2.13:Rumah Susun tahapII BlokB
(sumber : dokumen survey bersama. Kondisi existing 2009)
Dalam pertimbangan perancangan rumah susun ini masih
memperhatikan ruang-ruang terbuka untuk pengudaraan dan pencahayaan
alami dimana dalam 1 massa hanya memiliki 4 unit rumah susun di setiap
lantainya.
Faktor kenyamanan dan kesehatan di dalam kompleks rumah susun ini
juga masih diperhatikan, dapat dilihat masih banyaknya ruang-ruang hijau
berupa pekarangan kecil pada setiap jalur sirkulasi komplek dan pemisahan
area parkir mobil dengan area hunian sehingga polusi tidak masuk ke area
hunian.
Foto 2.14: Sirkulasi kawasan Rumah Susun Foto 2.15: Area Penghijauan
(sumber : dokumen survey bersama. Kondisi existing 2009)
-51-
Rumah Susun Benhil
Foto 2.16 : Lokasi Rumah Susun Benhil (sumber : google earth. Kondisi existing 2009)
Rumah Susun Benhil ini berlokasi di kawasan Bendungan Hilir –
Pejompongan, Jakarta Pusat yang memiliki letak cukup strategis dekat
dengan gedung Jakarta Design Centre yang berada di kawasan Slipi.
Rumah Susun Benhil ini mempunyai 2 buah massa bangunan yang
terdiri dari 3 Blok, dimana Blok A yang memiliki massa terpisah dengan
Blok B dan Blok C dapat tetap berhubungan langsung dengan adanya
jembatan pengubung pada kedua massa tersebut.
Pada lantai dasar rumah susun ini diperuntukan khusus untuk fasilitas
komersial yang dapat disewakan untuk usaha seperti laundry, wartel,
waserba, warung makan, kios pulsa. Namun karena tingginya bangunan,
maka ada sebagian penghuni pada lantai atas yang memanfaatkan tempat
huniannya sebagian untuk dijadikan tempat usaha.
Blok
Blok Blok
-52-
Foto 2.17 : Hunian yang sebagian dijadikan tempat usaha di lantai atas
(sumber : dokumen survey bersama. Kondisi existing 2009)
Salah satu yang dapat dijadikan contoh dari Rumah Susun Benhil ini
adalah adanya ruang khusus untuk menjemur pakaian yang terdapat pada
bagian luar unit, sehingga fasad bangunan terlihat lebih rapih dan
terdapatnya shaft khusus sampah yang mempermudah penghuni membuang
sampah dari lantai atas agar sampah tidak tercecer dimana-mana.
Foto 2.18 : Ruang jemur tiap unit Foto 2.19 : Shaft pembuangan sampah
(sumber : dokumen survey bersama. Kondisi existing 2009)
-53-
Rumah Susun Kebon Kacang
Foto 2.20 : Rumah susun kebon kacang skala makro
(sumber : google earth. Kondisi existing 2009)
Rumah Susun Kebon Kacang ini letaknya cukup strategis di tengah
kota, yaitu tepat di belakang gedung Bawaslu, di antara kawasan perkantoran
Jl. M. H. Thamrin dan kawasan pusat perdagangan Tanah Abang.
Foto 2.21 : Rumah susun kebon kacang skala mikro
(sumber : google earth. Kondisi existing 2009)
-54-
Tujuan pembangunan Rumah Susun Kebon Kacang ini merupakan
proyek pemerintah untuk mengatasi masalah permukiman kumuh yang
berada di tengah kota. Kawasan Rumah Susun Kebon Kacang ini pernah
meraih penghargaan sebagai kawasan hunian paling bersih. Rumah Susun
Kebon Kacang merupakan wujud dari proyek peremajaan kawasan hunian di
perkotaan, dengan penggunaan lahan sesuai dengan perhitungan dan
pertimbangan yang matang sehingga tercipta suatu hunian yang tertata
dengan baik.
Foto2.22 Jalan lingkungan Foto2.23:Pintu masuk kawasan tanpa petunjuk
(sumber : dokumen survey bersama. Kondisi existing 2009)
Pencapaian ke dalam tapak kawasan Rumah Susun Kebon Kacang dari
Jl. M. H. Thamrin yang kemudian berbelok menuju Jl. K. H. Wahid Hasyim,
dan berbelok menuju Jl. Kebon Kacang IV. Disamping kiri jalan masuk
sirkulasi jalan mobil terdapat kantor pengelola yang bersebelahan dengan
gedung serba guna.
-55-
Gambar 2.6 : Site plan rumah susun kebon kacang
(sumber : Brosur. Direktorat perumahan dan perum perumnas, ditjen cipta karya, departemen pekerjaan umum- lingkungan rumah susun Kebon Kacang)
Kawasan Rumah Susun Kebon Kacang terdiri dari 8 blok bangunan
bersusun 4 yang terdiri dari, Blok 1-4 memiliki unit tipe 42m2 dan 51m2
dengan jumlah 52 unit disetiap blok (khusus blok 3 dan 4 diperuntukan bagi
penghuni bekas bongkaran hunian kumuh), blok 5-7 memiliki tipe 21m2
dengan jumlah 104 unit disetiap blok dan blok 8 memiliki tipe 21m2, 42m2,
51m2 dengan jumlah 80 unit (khusus blok 8 diperuntukkan bagi pedagang
kaki lima).
-56-
Gambar 2.7:Tipe F.51 Gambar 2.8:Tipe F.42 Gambar 2.9:Tipe F.21
(sumber : Brosur. Direktorat perumahan dan perum perumnas, ditjen cipta karya, departemen pekerjaan umum- lingkungan rumah susun Kebon Kacang)
Ada kasus dimana tempat hunian dijadikan sebagai tempat komersial
rental video game pada siang hari dan dijadikan tempat tinggal pada malam
hari. Hal ini menjadi contoh bahwa tempat komersial yang tidak merata,
sehingga para penghuni mengambil tindakan sendiri untuk membuka
peluang tempat usaha yang tidak pada tempatnya.
Foto 2.24 : Tipe 21 yang dijadikan usaha Foto 2.25 : Tipe 21 untuk hunian
(sumber:dok. Survey pribadi) (sumber:dok. Survey bersama.Kond.Existing 2009)
-57-
Mahalnya tanah di kawasan strategis memberi dampak pada kurangnya
lahan untuk penghijauan di kawasan Rumah Susun Kebon Kacang ini,
sebagai alternatif penggantinnya diletakkannya pot tanaman di hampir
sekeliling bangunan rumah susun.
Foto 2.26 : Penghijauan pada bangunan rumah susun
(sumber : dokumen survey bersama. Kondisi existing 2009)