7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Kredit
Menurut Kasmir (2012:112) “Dalam bahasa latin kredit disebut “credere”yang artinya percaya. Maksudnya si pemberi kredit percaya kepada sipenerima kredit, bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikansesuai dengan perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit berarti menerimakepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembalipinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya”.
Sedangkan menurut Suyatno, dkk (2007:50) “Pinjaman yang diberikan(kredit) ialah penyedian uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakandengan itu berdasarkan persetujuan pinjaman-meminjam antara bank dan lainpihak dalam hal, pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelahjangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang ditetapkan”.
Menurut Fahmi (2014:2) “Kredit berasal dari bahasa latin yaitu
credere, yang diterjemahan sebagai kepercayaan atau credo yang berarti saya
percaya. Kredit dan kepercayaan (trust) adalah ibarat sekeping mata uang
logam yang tidak dapat dipisahkan”.
Menurut Kasmir (2013:85) “Kredit adalah berupa uang atau tagihan yangnilainya diukur dengan uang, misalnya bank membiayai kredit untukpembelian rumah atau mobil. Kemudian adanya kesepakatan antara bank(kreditor) dengan nasabah penerima kredit (debitur), bahwa mereka sepakatsesuai dengan perjanjian yang telah dibuatnya”.
8
Sedangkan menurut Ensiklopedia Umum dalam Firdaus, dkk (2009:2)memberikan definisi kredit “Kredit adalah sistem keuangan untukmemudahkan pemindahan modal dari pemilik kepada pemakai denganpengharapan memperoleh keuntungan. Kredit diberikan berdasarkankepercayaan orang lain yang memberikannya terhadap kecakapan dankejujuran si peminjam”.
Menurut Hasibuan (2011:87) “Kredit berasal dari Italia, credere yang
artinya kepercayaan, yaitu keoercayaan dari kreditor bahwa debitornya akn
mengembalikan pinjaman beserta bunganya sesuai dengan perjanjian kedua
belah pihak. Tegasnya, kreditor percaya bahwa kredit itu tidak akan macet”.
Menurut UU RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Bab 1, Pasal 1, ayat 12dalam Hasibuan (2011:87) mengemukakan Kredit adalah penyediaan uangatau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuanatau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yangmewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktutertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan”.
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian kredit
adalah suatu kegiatan pinjam-meminjam antara kedua belah pihak dengan
membuat perjanjian yang saling menguntungakan baik dari pemberi kredit
ataupun penerima kredit.
2.2. Unsur-unsur Kredit
Dalam perkreditan ada beberapa unsur yang harus dipenuhi untuk
memperlancar kegiatan perushaan itu sendiri. Menurut Fahmi (2014:6) Unsur-unsur
kredit adalah sebagi berikut :
9
1. Kepercayaan.
Kepercayaan (trust) adalah sesuatu yang paling utama dari unsur kredit yang
harus ada karena tanpa ada rasa saling percaya antara kreditur dan debitur maka
akan sangat sulit terwujud suatu sinergi kerja yang baik. Karena dalam konsep
sekarang ini kreditur dan debitur adalah mitra bisnis.
2. Waktu.
Waktu (time) adalah bagian yang paling sering dijadikan kajian oleh pihak analis
finance khususnya oleh analis kredit. Ini dapat dimengerti karena bagi pihak
kreditur saat ia menyerahkan uang kepada debitur maka ia juga harus
memperhitungkan saat pembayaran kembali yang akan dilakukan oleh pihak
debitur itu sendiri.
3. Risiko.
Risiko di sini menyangkut persoalan seperti degree of risk. Di sini yang paling
dikaji adalah pada keadaan yang terburuk yaitu pada saat kredit tersebut tidak
kembali atau timbulnya kredit macet.
4. Prestasi.
Prestasi yang dimaksud di sini adalah prestasi yang dimiliki oleh kreditur untuk
diberikan kepada debitur. Pada dasarnya bentuk atau objek dari kredit itu sendiri
adalah tidak selalu dalam barang dan jasa (goods and service). Namun pada saat
sekarang ini pemberian kredit dalam bentuk uang adalah lebih dominan terjadi
dari pada bentuk barang.
10
5. Adanya kreditur.
Kreditur yang dimaksud di sini adalah pihak yang memiliki uang (money), barang
(goods), atau jasa (service) untuk dipinjamkan kepada pihak lain, dengan harapan
dari hasil pinjaman itu akan diperoleh keuntungan dalam bentuk interest (bunga)
sebagai balas jasa dari uang, barang, atau jasa yang telah dipinjam tersebut.
6. Adanya debitur.
Debitur yang dimaksud di sini adalah pihak yang memerlukan uang (money),
barang (goods), atau jasa (service) dan berkomitmen untuk mampu
mengembalikannya tepat sesuai dengan waktu yang disepakati serta besedia
menanggung berbagai risiko jika melakukan keterlambatan sesuai dengan
ketentuan administrasi dalam kesepakatan perjanjian yang tertera di sana.
2.3. Tujuan dan Fungsi Kredit
Menurut kasmir (2013:88) menjelaskan bahwa “Pemberian suatu fasilitas
kredit mumpunyai tujuan tertentu. Tujuan kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi
bank tersebut didirikan. Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit adalah sebagai
berikut :
1. Mencari keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil
tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa
dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.
11
2. Membantu usaha nasabah
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana,
baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja.
3. Membantu pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan,
maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan
pembangunan diberbagai sektor. Keuntungan bagi pemerintah dengan
menyebarnya pemberian kredit adalah sebagai berikut :
a. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.
b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha
baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga
dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur.
c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian besar
kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang
beredar di masyarakat.
d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya
diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas
kredit yang ada. Jelas akan dapat menghemat devisa negara.
e. Meninigkatkan devisa negara, apabila kredit yang dibiayai untuk keperluan
ekspor.
Kemudian di samping tujuan di atas suatu fasilitas kredit memiliki fungsi
sebagai berikut :
12
1. Untuk meningkatkan daya guna uang
2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
3. Untuk meningkatkan daya guna barang
4. Meningkatkan peredaran barang
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi
6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha
7. Untuk meningkatlan pemerataan pendapatan
8. Untuk meningkatkan hubungan internasional
2.4. Jenis Kredit
Menurut Fahmi (2014:8) Kategori kredit menyebabkan kredit itu memiliki
beberapa posisinya masing-masing dengan kegunaan yang berbeda-beda pula.
Perbedaan-perbedaan tersebut menyebabkan public (masyarakat) bisa memutuskan
mana kredit yang akan dipilihnya. Sehingga kredit dapat dibedakan berdasarkan
jenisnya sebagai berikut :
1. Kredit konsumtif (consumptive credit).
Kredit ini adalah kredit yang diajukan oleh seseorang debitur kepada kreditur
guna memenuhi kebutuhan pribadinya. Seperti untuk membeli sepeda motor,
mobil, perabotan rumah, ponsel dan barang-barang elektronik.
2. Kredit produktif (productive credit).
Kredit ini adalah umumnya dipakai atau diajukan oleh mereka yang bergerak
dalam bidang usaha atau mereka yang mempunyai bisnis dan membutuhkan dana
13
dalam usahanya untuk berekspansi bisnis atau bertujuan untuk meningkatkan
grafik hasil yang diperoleh saat ini menjadi lebih tinggi, seperti ingin
menghasilkan produk baru atau tambahan, ingin membuka kantor cabang baru
(brand office) untuk bidang pemasaran. Umunnya kredit ini dibagi dua, yaitu :
a. Kredit investasi (investment credit).
Kredit saat diajukan oleh seorang debitur ke kreditur dengan tujuan akan
dipergunakan untuk membeli barang-barang modal (capital good).
b. Kredit modal kerja (working capital credit).
Kredit yang saat diajukan oleh seorang debitur kepada kreditur dengan tujuan
akan dananya khusus untuk membeli bahan baku (material) atau kebutuhan
suku cadang (spare part).
3. Kredit perdagangan (trade credit).
Kredit ini adalah umumnya dananya dipergunakan untuk keperluan perdagangan
(trade). Kredit perdagangan diajukan dengan maksud agar barang yang telah
diproduksi menjadi lebih berguna dan bisa dipakai oleh banyak orang.
2.5. Pengajuan Kredit
Menurut Fahmi (2014:14) untuk mengajukan pinjaman kredit ke suatu
lembaga perbankan ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon debitur
sebagai syarat administrasi yaitu :
1. Foto copi KTP (kartu Tanda penduduk)
2. Foto copi KK (Kartu Keluarga)
14
3. SK 80% DAN 100% (untuk 80% khusus bagi PNS, namun jika pegawai swasta
juga memilikinya agar turut menyertakannya)
4. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
5. Sertifikat kepemilikan rumah dan tanah sebagai jaminan, atau BPKB
6. Buku tabungan baik di bank tersebut atau di bank lain
7. Surat keterangan tempat bekerja (bagi pegawai kontrak)
8. Slip gaji 3 (tiga) atau 4 (empat) bulan terakhir
9. Mengisi formulir pengajuan kredit sesuai permintaan
10. Surat keterangan sanggup membayar cicilan kredit dengan baik jika masa pensiun
kerja semakin dekat.
Sedangkan pengajuan kredit secara umum menurut Kasmir (2013:100) adalah
sebagai berikut :
1. Pengajuan berkas-berkas.
Pengajuan berkas sebaiknya berupa proposal yang berisi sebagai berikut :
a. Latar belakang perusahaan.
b. Maksud dan tujuan.
c. Besarnya kredit dan jangka waktu.
d. Cara pemohonan mengembalikan kredit.
e. Jaminan kredit.
2. Penyelidikan berkas pinjaman.
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap
sesuai dengan persyaratan dan sudah benar
15
3. Wawancara 1.
Merupakan penyidikan kepada calon nasabah atau konsumen dengan berhadapan
langsung dengan calon nasabah atau konsumen, untuk menyakinkan apakah
berkas berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti dengan yang bank inginkan.
4. On the Spot.
Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai objek
yang akan dijadikan usaha atau jaminan.
5. Wawancara II.
Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan-kekurangan
pada saat setekah dilakukan on the spot di lapangan.
6. Keputusan kredit.
Keputasan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit akan diberikan
atau ditolak.
7. Penandatanganan akad kredit.
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebeleum
kredit dicairkan terlebih dahulu calon konsumen atau nasabah menandatangani
akad kredit.
8. Realisasi kredit.
Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan
dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan.
9. Penyaluran atau penarikan dana.
Adalah pencarian atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari
pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan.
16
2.6. Analisis Kredit
Kasmir (2013:95) menjelaskan sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, bank
harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar kembali.
Keyakinan tersebut dapat dipeloreh dari hasil penilain kredit sebelum kredit tersebut
diberikan. Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk
mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungan dilakukan dengan analisis 5C
Dan 7P. Tujuan Utama dari analisis kredit adalah untuk menentukan kesanggupan
dan kesungguhan seorang peminjam untuk membayar kembali pinjaman sesuai
dengan persyaratan dalam perjanjian kredit. Dalam pengertian yang luas analisis
kredit merupakan proses menilai risiko pemebrian pinjaman kepada perusahaan atau
kepada perorangan.
Adapun penjelasan untuk analisis 5C kredit adalah sebagi berikut :
1. Character.
Yaitu suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang diberikan
kredit benar-benar dapat dipercaya. Hal ini tercermin dari latar belakang si
nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi.
2. Capacity.
Yaitu untuk melihat nasabah dalam kemampuannya di bidang bisnis yang
dihubungkan dengan pendidikannya. Kemampuan bisnis juga diukur dengan
kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah.
Begitu pula kekampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini.
17
Pada akhirnya akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalaikan kredit
yang disalurkan.
3. Capital.
Yaitu untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat daei laporan
keuangan (neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran seperti
dari likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan ukuran lainnya. Capital juga dilihat
dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini.
4. Collateral.
Merupakan jaminan yang diberikan oleh calon nasabah baik yang bersifat fisik
maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan.
Jaminan juga harus teliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah, maka
jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.
5. Condition.
Yaitu dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik
sekarang di masa yang akan dating sesuai sektor masing-masing, serta prospek
usaha dari sektor yang ia jalankan.
Kemudian penilaian kredit dengan metode analisis 7P adalah sebagai berikut :
1. Personality.
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya tingkah lakunya sehari-hari
maupun masa lalunya. Personality juga menyangkut sikap, emosi, tingkah laku,
dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.
18
2. Party.
Yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan-
golongan tertentu modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat di
golongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari
bank.
3. Perpose.
Yaitu mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit
yang diinginkan nasabah.tu uan pengambilan kredit bermacamu-macam. Sebagai
contoh apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif atau produktif, dan
lain sebagainya.
4. Prospect.
Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan atau
tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting
mengingat jika suatu fasilitas kredityang dibiayai tanpa mempunyai prospek,
bukan hanya bank rugi, tetapi juga nasabah.
5. Payment.
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit telah diambil
atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak
sumber penghasilan debitur, akan semakin baik. Dengan demikian, jika salah satu
usahanya merugikan dapat ditutupi oleh sektor lainnya.
19
6. Profitability.
Yaitu untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.
Profitability diukur dari period ke periode apakah akan tetap sama atau akan
semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.
7. Protection.
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan
perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang, orang atau jaminan
asuransi.
2.7. Jaminan Kredit
Menurut Kasmir (2013:93) Kredit tanpa jaminan sangat membahayakan posisi
bank, mengingat jika nasabah mengalami suatu kemacetan, maka akan sulit untuk
menutupi kerugian terhadap kredit yang disalurkan. Sebaliknya dengan jaminan
kredit relatif lebih aman mengingat setiap kredit macet akan dapat ditutupi oleh
jaminan tersebut.
Adapun jaminan kredit yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon debitur adalah
sebagai berikut :
1. Dengan jaminan
a. Jaminan benda berwujud, yaitu barang-barang yang dapat dijadikan jaminan
seperti : tanah, bangunan, kendaraan bermotor, mesin-mesin atau pelaratan,
barang dagangan, sawah.
b. Jaminan benda tidak berwujud yaitu benda-benda yang merupakan surat-surat
yang dijadikan jaminan seperti : sertifikat saham, sertiifikat obligasi, sertifikat
20
tanah, sertifikat deposito, rekening tabungan yang dibekukan, rekening giro
yang dibekukan, promes, wesel dan surat tagihan lainnya.
c. Jaminan orang yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang dan apabila kredit
tersebut macet, maka orang yang memberikan jaminan itulah yang
menanggung resikonya.
2. Tanpa jaminan
Kredit tanpa jaminan maksudnya adalah bahwa kredit yang diberikan bukan
dengan jaminan barang tertentu. Biasanya diberikan untuk perusahaan yang
memang benar-benar bonafit dan profesional sehingga kemungkinan kredit
tersebut macet sangat kecil. Dapat pula kredit tanpa jaminan hanya dengan
penilaian terhadap prospek usahanya atau dengan pertimbangan untuk pengusaha-
pengusaha ekonomi lemah.