Transcript
Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1832/3/T1_162008064_BAB II… · 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan Peternakan

12

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Potensi Pengembangan Peternakan Sapi

Usaha ternak merupakan suatu proses mengkombinasikan faktor-faktor

produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja, dan modal untuk menghasilkan

produk peternakan. Para peternak mengkombinasikan faktor-faktor produksi

tersebut untuk memproduksi produk peternakan yang diinginkan. Baik atau

tidaknya peternak dalam melaksanakan proses tersebut akan mempengaruhi

keberhasilan mereka.

“Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga

unsur, yaitu bibit, pakan, dan manajemen atau

pengelolaan. Manajemen mencakup pengelolaan

perkawinan, pemberian pakan, perkandangan, dan

kesehatan ternak. Manajemen juga mencakup penanganan

hasil ternak, pemasaran, dan pengaturan tenaga kerja.”4

Hal-hal tersebut merupakan hal-hal yang bersifat teknis yang dilakukan

oleh peternak. Peternak sebagai pelaksana teknis dalam mengkombinasikan

faktor-faktor produksi dalam peternakan dituntut untuk dapat melaksanakannya

sebaik mungkin demi memperoleh produk peternakan yang diharapkan. Peternak

memilih mengusahakan ternak sapi bukan tanpa alasan, mereka memiliki tujuan

tertentu, salah satunya adalah untuk memperoleh pendapatan.

“Besarnya kontribusi ternak sapi terhadap pendapatan

bergantung pada jenis sapi yang dipelihara, cara

pemeliharaan, dan alokasi sumber daya yang tersedia di

masing-masing wilayah.”5

4 Achmad Suryana, 2004, Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Berorientasi

Agribisnis dengan Pola Kemitraan, Jurnal Litbang Pertanian, hal. 28. 5 Achmad Suryana, ibid, hal. 29.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1832/3/T1_162008064_BAB II… · 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan Peternakan

13

Jawa Tengah menjadi salah satu wilayah yang penduduknya menjadi

peternak sapi. Sebagian besar penduduk yang berprofesi sebagai petani

menjadikan usaha peternakan sebagai usaha yang mereka jalankan bersanding

dengan usaha pertanian mereka.

“Populasi sapi perah pada tahun 2006 adalah 112.153

ekor, dengan produksi susu 78.231 ton serta jumlah

peternak 28.400 orang (Laporan Tahunan Dinas

Peternakan Prov. Jawa Tengah 2006).”6

Berdasarkan pada informasi tersebut, kita dapat mengetahui adanya

peternakan sapi perah yang ada di Jawa Tengah. Hal ini tentunya menjadikan

Kecamatan Getasan sebagai salah satu bagian dari Propinsi Jawa Tengah juga

menjadi salah satu wilayah yang memiliki peternakan sapi. Berdasarkan data yang

diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kecamatan Getasan, populasi sapi yang ada

di Kecamatan Getasan pada tahun 2011 mencapai 20.423 ekor sapi perah dan 855

ekor sapi pedaging. Jumlah peternak sapi di Kecamatan Getasan sendiri mencapai

7.145 yang terdiri dari rumah tangga masyarakat dan beberapa peternakan sapi.

Jumlah ini dinilai akan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Pertambahan jumlah sapi yang dimiliki oleh peternak dinilai menjadi salah

satu indikator semakin meningkatnya kontribusi usaha peternakan sapi perah

dalam memberikan pendapatan bagi peternak di Kecamatan Getasan. Keuntungan

yang diperoleh oleh peternak tidak hanya berasal dari penjualan susu sapi

produksinya. Peternak yang memelihara sapi perah juga dapat memperoleh

penghasilan lain. Jika sapi perah melahirkan anak sapi atau sering disebut

6 Pranowo, 2010, Prospek Pengembangan Sapi Perah di Jawa Tengah,

http://sapiperahind.blogspot.com/2009/08/pranowoblog-blog-archive-prospek_27.html.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1832/3/T1_162008064_BAB II… · 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan Peternakan

14

“pedet”, maka mereka dapat menjualnya atau mengembangkannya sendiri. Anak

sapi berkelamin betina dapat dimanfaatkan sebagai calon induk baru dan anak sapi

berkelamin jantan dapat dimanfaatkan sebagai sapi pedaging yang nantinya dapat

dijual. Peternak yang memanfaatkan anak sapi berkelamin jantan sebagai sapi

pedaging biasanya memanfaatkan situasi-situasi tertentu dalam menjual sapi

mereka seperti pada saat hari raya atau momen-momen lain yang membutuhkan

daging sapi. Biasanya, pada saat tersebut terjadi kenaikan permintaan daging sapi.

Peternak juga dapat memperoleh keuntungan dari limbah kotoran sapi yang

mempunyai nilai jual karena sering dimanfaatkan sebagai pupuk kandang untuk

pertanian.

Selain keuntungan yang dapat diperoleh peternak, usaha sapi perah juga

dapat memberikan keuntungan bagi pihak lain yang berhubungan dengan sapi

perah. Ada pengumpul-pengumpul dan pengecer-pengecer susu sapi yang

menjadikan susu sapi sebagai komoditas usaha mereka. Ada pula makelar-

makelar sapi yang menjadikan sapi sebagai komoditas dagang mereka, baik sapi

perah maupun sapi pedaging. Masih ada pihak lain seperti petani yang

memanfaatkan kotoran sapi sebagai pupuk kandang untuk tanaman yang mereka

tanam.

“Selain susu segar yang diperoleh peternak sapi perah,

daging juga diperoleh dari penggemukan sapi perah

jantan serta kotoran untuk pupuk kandang dan biogas.

Hal inilah yang mendorong peternak sapi perah untuk

tetap mempertahankan usahanya dalam bidang

peternakan sapi perah.”7

7 Pranowo, op. cit.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1832/3/T1_162008064_BAB II… · 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan Peternakan

15

Melihat dari sekian banyak hasil dari peternakan sapi, yang paling banyak

dijadikan komoditas bisnis di Kecamatan Getasan adalah susu sapi. Susu sapi

hasil produksi peternak atau dikenal sebagai susu segar ini banyak dijadikan

pelaku-pelaku usaha sebagai komoditas usahanya. Nilai susu sapi menjadi salah

satu perhatian penting dalam hal ini. Daya tawar dan nilai tambah dari susu sapi

juga menjadi satu perhatian dalam pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan.

“Daya tawar adalah pencapaian posisi relatif perusahaan

dalam industri dari segi jumlah pemasok, jumlah pasokan,

penentuan harga, kualitas dan produk.”8

Mengacu pada pengertian tersebut, produsen susu sapi yang dalam hal ini

adalah peternak sapi perah ingin memposisikan produknya dalam jumlah, harga

dan mutu produk pada level tertentu. Peternak ingin susu sapi yang mereka

produksi laku dipasaran dengan harga yang setinggi-tingginya. Supaya tujuan

tersebut dapat dicapai, mereka harus melaksanakan pemeliharaan sapi perah

dengan perlakuan-perlakuan tertentu untuk dapat mencapai mutu susu sapi yang

diharapkan dapat dihargai sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Peternak sapi

perah yang dapat memproduksi susu sapi dengan mutu yang tinggi dapat

menjadikan susu sapi hasil produksinya mempunyai daya tawar yang tinggi pula.

“Nilai tambah dalam artian produksi diartikan sebagai

nilai yang muncul dari pengurangan nilai penjualan

produk dikurangi dengan nilai masukan utama dan nilai

barang tersebut ketika masih menjadi barang setengah

jadi. Nilai tambah jika dikaji dari artian perdagangan

dapat diartikan sebagai hasil pengurangan nilai

penjualan dikurangi dengan nilai pembelian suatu

barang.”9

8 Rahayu, 2011, Analisis Rantai Nilai Susu Siap Minum, Skripsi, Universitas Kristen

Satya Wacana, hal. 27. 9 Rahayu, ibid, hal. 27.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1832/3/T1_162008064_BAB II… · 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan Peternakan

16

Nilai tambah susu sapi dalam artian produksi susu sapi sangat diharapkan

oleh pihak-pihak yang menggunakan susu sapi sebagai bahan baku produksi

mereka. Pihak-pihak dalam hal ini seperti perusahaan susu kemasan siap minum,

susu kaleng, susu bubuk, produsen keju dan yogurt serta perusahaan-perusahaan

lain yang menggunakan susu sapi sebagai bahan baku produksi. Nilai tambah

dalam artian perdagangan merupakan nilai tambah yang diharapkan oleh pihak-

pihak yang menjadikan susu sapi sebagai komoditas usahanya yang dalam hal ini

mereka tidak merubah bentuk susu sapi tersebut kedalam bentuk lain.

Geliat usaha yang menggunakan susu sapi sebagai komoditas usaha baik

produsen suatu produk maupun usaha dagang terus berkembang. Di sisi lain

ternyata kebutuhan susu sapi di dalam negeri belum terpenuhi secara maksimal.

Kebutuhan susu sapi dalam negeri masih bergantung pada impor susu sapi. Hal ini

senada dengan apa yang diungkapkan oleh Priyono :

“Industri Pengolahan Susu (IPS) supaya dapat memenuhi

kebutuhan konsumen, harus memperoleh bahan baku susu

segar dari industri peternakan. Industri peternakan di

Indonesia terbagi menjadi dua yaitu usaha peternakan

rakyat dan usaha intensif untuk tujuan komersil. Industri

peternakan dalam negeri saat ini hanya mampu memasok

30 % bahan baku susu segar untuk memenuhi permintaan

IPS. Hal ini menunjukkan bahwa 70 % bahan baku susu

segar masih harus diimpor. Dengan melihat kondisi ini,

maka usaha ternak sapi perah harus ditingkatkan lagi

populasi dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi

kebutuhan IPS.”10

Melihat pendapat serta informasi yang disampaikan di atas, kita dapat

melihat bahwa peternakan sapi adalah salah satu usaha yang mempunyai potensi

10

Priyono, Analisi Usaha Tani Ternak Sapi Rakyat, 21 Agustus 2009,

http://sapiperahind.blogspot.com/2009/08/analisis-usaha-tani-ternak-sapi-perah.html.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1832/3/T1_162008064_BAB II… · 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan Peternakan

17

berkembang cukup baik. Permintaan susu sapi dan daging sapi yang besar

seharusnya dapat direspon masyarakat dengan mengembangkan usaha peternakan

sapi, baik sapi perah maupun sapi pedaging. Potensi ini patut untuk

diperhitungkan dengan lebih cermat mengingat susu sapi dan daging sapi

merupakan komoditas yang senantiasa dibutuhkan manusia.

2.2. Sapi Perah

Sapi adalah binatang yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai

kebutuhan manusia. Produk yang dihasilkan sapi beraneka ragam, mulai dari susu

segar yang dihasilkan oleh sapi perah sampai kotoran sapi yang dapat

dimanfaatkan sebagai pupuk kandang. Selain itu, sapi juga dapat dimanfaatkan

oleh manusia sebagai sumber daging. Sapi yang dimaksud dalam hal ini adalah

sapi pedaging yang sengaja dibudidayakan untuk dijadikan sumber daging.

“Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang

terdapat di dunia ada dua, yaitu (1) kelompok yang

berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi yang

berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis

serta (2) kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar di

daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos Taurus.

Di Indonesia, manajemen pemeliharaan biasanya terbagi

atas pemeliharaan sapi perah dan sapi potong. Jenis sapi

perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah

sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari

Belanda), Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan

Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish

(dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia).

Hasil survei menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang

paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di

Indonesia adalah Frisien Holstein.”11

11

M. Wahiddudin, Manajemen Pengelolaan Sapi Perah, 21 Agustus, 2009,

http://sapiperahind.blogspot.com/2009/08/manajemen-pengelolaan-sapi-perah.html.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1832/3/T1_162008064_BAB II… · 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan Peternakan

18

Sapi perah adalah penghasil susu sapi. Sapi perah banyak dipelihara oleh

masyarakat Indonesia dengan berbagai model pengelolaan, tetapi pada dasarnya

ada dua jenis peternakan sapi perah yang ada di Indonesia, yaitu konvensional dan

modern. Peternakan konvensional masih menggantungkan pengelolaan sapi pada

cara-cara bersifat tradisional. Berbeda dengan peternakan yang sudah modern,

peternakan modern lebih terencana dan pengelolaannya pun lebih baik dan

terstruktur serta didukung oleh produk-produk hasil kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

Sapi perah ini dipelihara oleh para peternak yang mempunyai tujuan dalam

memelihara sapi perah. Tujuan yang ditetapkan oleh peternak tidak jauh dari susu

segar sebagai produk utama dari sapi perah. Tujuan akhir berternak sapi perah

bagi sebagian besar peternak sapi perah ialah mendapatkan produksi susu sapi

sebanyak mungkin supaya mereka mendapatkan pendapatan finansial yang

semakin banyak.

2.3. Susu Sapi

Susu sapi merupakan salah satu sumber pangan yang sangat dibutuhkan

oleh manusia. Manusia mengkonsumsi susu sapi dalam berbagai bentuk olahan

susu sapi, mulai dari susu segar sampai produk-produk olahan yang berbahan

baku susu sapi.

“Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi

sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara yang benar,

yang kandungan alaminya tidak ditambah atau dikurangi

sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan

apapun.”12

12

Indonesia, Standar Nasional Indonesia No. 01-3141-1998 Tentang Susu Segar, ibid.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1832/3/T1_162008064_BAB II… · 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan Peternakan

19

”Susu segar adalah susu murni yang disebutkan diatas

dan tidak mendapat perlakuan apapun kecuali proses

pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya.”13

Kemurnian susu sapi tergantung pada tindakan pasca panen yang

dilakukan oleh peternak yang memproduksinya. Jika peternak tidak mencampur

susu sapi dengan bahan-bahan yang lain, maka kemurnian susu sapi masih baik.

Susu murni mengandung banyak gizi.

“Setiap 100 gram susu terkandung panas sebesar 70.5

kilokalori, protein sebanyak 3.4 gram, lemak 3.7 gram,

mengandung kalsium sebesar 125 miligram, sementara

prosentase penyerapan dalam tubuh sebesar 98% –

100%.”14

Saat masih berada di dalam kelenjar susu, susu dinyatakan steril. Namun,

apabila sudah terkena udara, susu sudah tidak bisa dijamin kesterilannya. Adapun

syarat susu yang baik meliputi banyak faktor, seperti warna, rasa, bau, berat

jenis, kekentalan, titik beku, titik didih, dan tingkat keasaman.

Warna susu bergantung pada beberapa faktor seperti jenis ternak dan

pakannya. Warna susu normal biasanya berkisar dari putih kebiruan hingga

kuning keemasan. Warna putihnya merupakan hasil dispersi cahaya dari butiran-

butiran lemak, protein, dan mineral yang ada di dalam susu. Lemak dan beta

karoten yang larut menciptakan warna kuning, sedangkan apabila kandungan

lemak dalam susu diambil, warna biru akan muncul.

Susu terasa sedikit manis dan asin (gurih) yang disebabkan adanya

kandungan gula laktosa dan garam mineral di dalam susu. Rasa susu sendiri

13

Indonesia, Standar Nasional Indonesia No. 01-3141-1998 Tentang Susu Segar, op. cit. 14

Sandy Nugroho, Manfaat Susu Sapi,

http://healthiskesehatan.blogspot.com/2011/01/kandungan-dan-manfaat-susu-sapi.html.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1832/3/T1_162008064_BAB II… · 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan Peternakan

20

mudah sekali berubah bila terkena benda-benda tertentu, misalnya makanan

ternak penghasil susu, kerja enzim dalam tubuh ternak, bahkan wadah tempat

menampung susu yang dihasilkan nantinya. Bau susu umumnya sedap, namun

juga sangat mudah berubah bila terkena faktor di atas.

Berat jenis air susu adalah 1,028 kg/L. Penetapan berat jenis susu harus

dilakukan 3 jam setelah susu diperah, sebab berat jenis ini dapat berubah,

dipengaruhi oleh perubahan kondisi lemak susu ataupun karena gas di dalam susu.

Viskositas susu biasanya berkisar antara 1,5 sampai 2 cP, yang dipengaruhi oleh

bahan padat susu, lemak, serta temperatur susu. Titik beku susu di Indonesia

adalah -0,520 °C, sedangkan titik didihnya adalah 100,16 °C. Titik didih dan titik

beku ini akan mengalami perubahan apabila dilakukan pemalsuan susu dengan

penambahan air yang terlalu banyak karena titik didih dan titik beku air yang

berbeda.

2.4. Mutu Susu Sapi dan Standar Mutu Susu Sapi

Susu sapi yang dihasilkan satu sapi dengan sapi yang lain relatif terlihat

sama jika hanya dilihat dan dirasakan dengan panca indera semata. Namun,

sebenarnya susu sapi yang dihasilkan oleh satu sapi berbeda dengan susu sapi

yang dihasilkan oleh sapi yang lain jika dilihat dari sudut pandang mutu yang

diukur secara teliti. Mutu dapat didefinisikan sebagai :

“derajat/tingkat kerakteristik yang melekat pada produk

yang mencukupi persyaratan atau keinginan”15

15

Rudi Suardi, 2004, Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000, Penerbit PPM, Jakarta,

hal. 3.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1832/3/T1_162008064_BAB II… · 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan Peternakan

21

Mengacu pada pengertian diatas, mutu susu sapi dapat diartikan sebagai

sifat-sifat yang terkandung atau melekat pada susu sapi yang berhubungan dengan

kandungan zat-zat yang ada di dalam susu sapi tersebut. Artinya, mutu susu sapi

ditentukan oleh kandungan zat-zat yang ada di dalam susu sapi tersebut.

Kandungan zat yang ada di dalam susu sapi tersebut berbeda antara satu

kumpulan susu sapi dengan kumpulan susu sapi yang lain. Satu sapi perah dengan

sapi perah yang lain juga menghasilkan susu sapi yang mempunyai kandungan zat

yang berbeda atau sama saja setiap sapi menghasilkan mutu susu sapi yang

berbeda.

Mutu susu sapi dapat diukur dengan memakai standar tertentu. Para pelaku

usaha menggunakan standar mutu susu sapi dalam mengukur seberapa tinggi

mutu susu sapi yang menjadi komoditas dagang mereka. Standar mutu yang

mereka terapkan dalam mengukur mutu susu sapi relatif sama, namun ada pula

yang menerapkan stadar mutu yang berbeda, terutama dikalangan pengusaha yang

skala usahanya masih kecil. Di Indonesia sendiri terdapat satu standar mutu susu

sapi yang umum dipakai. Mutu susu sapi dapat diukur berdasarkan standar yang

ditetapkan oleh Dewan Standarisasi Nasional. Standar tersebut memuat beberapa

parameter yang digunakan untuk mengukur seberapa tinggi mutu susu sapi beserta

syarat dari perameter-perameter yang ada dalam standar tersebut. Berikut adalah

parameter mutu susu segar berdasarkan Standar Nasional Indonesia Nomor 01-

3141-1998 :

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1832/3/T1_162008064_BAB II… · 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan Peternakan

22

Tabel 2.1 Parameter Mutu Susu Segar berdasarkan SNI No. 01-3141-1998 di

Indonesia Tahun 1998 *)

NO PARAMETER SYARAT

A Berat jenis pada suhu 27,5‟C Minimum 1,028

B Kadar lemak Minimum 3%

C Kadar bahan kering tanpa lemak Minimum 8%

D Kadar protein Minimum 2,7 %

E Warna, bau, rasa dan kekentalan Tidak ada perubahan

F Derajat asam 6-7‟SH

G Uji alkohol (70%) Negatif

H Uji katalase Maksimum 3 (cc)

I Angka refrakse 36-38

J Angka reduktase 2-5 (Jam)

K

Cemaran mikroba :

1 Total kuman Maksimum

1 X 10.000.000 CFU/ml

2 Salmonella Negatif

3 Patogen Negatif

4 Coliform Maksismum 20/ml

5 Streptososus Group B Negatif

6 Staphylococus eraeus Maksimum 1 X 1.000/ml

L Jumlah sel radang Maksimum

4 X 100.000/ml

M

Cemaran logam berbahaya :

1 Timbal Maksimum 0,3 ppm

2 Seng Maksimum 0,5 ppm

3 Merkuri Maksimum 0,5 ppm

4 Arsen Maksimum 0,5 ppm

N

Residu : Sesuai dengan keputusan

bersama Menteri Kesehatan

dan Menteri Pertanian yang

berlaku

1 Antibiotika

2 Pestisida/insektisida

O Kotoran dan benda asing Negatif

P Uji pemalsuan Negatif

Q Titik beku -0,52‟C s.d. -0,56‟C

R Uji peroxidase Negatif

*) Sumber : Modul Pasca Panen Susu Sapi, SNI No. 01-3141-1998 Tentang Susu Segar,

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Instalasi Penelitian dan

Pengembangan Teknologi Pertanian, Jakarta, 1997/1998, hal. 7.

Standar mutu ini dipakai oleh pelaku-pelaku usaha dengan produk susu

sapi sebagai acuan dalam pengendalian mutu produknya.

“Kendali mutu adalah usaha untuk menjaga dan

mengarahkan agar mutu produk dari suatu perusahaan

dapat dipertahankan sebagaimana yang telah

direncanakan.”16

16

Rudi Suardi, ibid, hal. 5.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1832/3/T1_162008064_BAB II… · 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan Peternakan

23

Pengendalian mutu susu sapi dilakukan oleh pelaku-pelaku usaha dengan

berbagai tujuan. Umumnya, tujuan dari pengendalian mutu antara lain :

“1. Tujuan kendali mutu adalah menghasilkan produk

bermutu, meningkatkan produktivitas

2. Perbaikan hubungan manusia serta mutu barang atau

jasa

3. Peningkatan moral, prakarsa, dan kerja sama

karyawan

4. Pengembangankemampuan kerja karyawan

5. Peningkatan produktivitas dan profitabilitas usaha”17

Pengendalian mutu penting untuk dilakukan supaya produk yang dijadikan

sebagai komoditas usaha oleh pihak-pihak tersebut terjaga mutunya. Hal ini harus

dilakukan untuk menjaga keberlangsungan usaha yang dijalankan masing-masing

pihak dalam pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan. Pengendalian mutu

menggunakan standar mutu dalam proses pelaksanaannya. Berdasarkan uraian

tentang mutu susu sapi dan kendali mutu susu sapi tersebut, dapat di definisikan

pengertian tentang standar mutu susu sapi. Standar mutu susu sapi adalah

kumpulan syarat yang berupa parameter-parameter beserta batasan kadar yang

terkandung dalam susu sapi yang akan menentukan seberapa tinggi mutu susu

sapi.

2.5. Harga Susu Sapi

Susu sapi yang diproduksi oleh peternak adalah produk yang selanjutnya

akan dijual oleh peternak. Peternak menjual susu sapi yang mereka produksi

kepada pihak-pihak yang dalam hal ini adalah pelaku-pelaku usaha yang

17

Andi Setiadi, 2009, Tujuan dan Manfaat Kendali Mutu, http://id.shvoong.com/social-

sciences/education/2195075-tujuan-dan-manfaat-kendali-mutu/#ixzz1furnz0Zv.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1832/3/T1_162008064_BAB II… · 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan Peternakan

24

menjadikan susu sapi sebagai komoditas usahanya. Penjualan susu sapi dari

peternak kepada pihak-pihak ini melibatkan faktor harga di dalamnya.

“Harga (Price) adalah nilai suatu barang yang

dinyatakan dengan uang.”18

Ada pula definisi lain dari harga :

“Harga adalah sejumlah uang yang dikeluarkan untuk

mendapatkan satu satuan barang atau jasa dengan

pengorbanan tertentu.”19

Berdasarkan dua definisi harga di atas, harga dalam penelitian ini adalah

sejumlah uang yang dikeluarkan oleh pihak pembeli susu sapi baik pengumpul

maupun pengecer yang akan diberikan kepada peternak sebagai suatu

pengorbanan dalam rangka mendapatkan susu sapi hasil produksi peternak. Faktor

harga menjadi penting bagi peternak sebagai produsen susu sapi. Harga menjadi

satu-satunya bauran pemasaran yang menjadi sumber pendapatan bagi peternak.

Harga susu sapi dikalangan peternak ditentukan oleh pembelinya.

Pembeli-pembeli tersebut antara lain adalah para pengumpul susu sapi dan para

pengecer susu sapi yang selanjutnya akan menjual susu sapi langsung kepada

konsumen. Peternak sebagai produsen susu sapi mengharapkan hasil produksinya

mendapat harga yang pantas. Peternak mengharapkan produknya dihargai dengan

harga yang wajar dan pantas, sehingga jerih payah atau pengorbanannya dalam

memproduksi barang dapat memberikan nilai keuntungan yang akan dapat

memperbaiki kehidupannya.

18

Buchari Alma, 2009, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Alfabeta, Bandung,

hal. 169. 19

Basu Swasta dan Handoko, 2000, Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku Konsumen,

BPFE Yogyakarta, hal. 211.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1832/3/T1_162008064_BAB II… · 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan Peternakan

25

Harga mempunyai empat macam fungsi, diantaranya :

“1. Sebagai pembayaran kepada lembaga saluran atas

jasa-jasa yang ditawarkannya.

2. Sebagai senjata dalam persaingan.

3. Sebagai alat untuk mengadakan komunikasi.

4. Sebagai alat pengawasan saluran.”20

Fungsi-fungsi tersebut hendaknya diperhatikan dalam menetapkan harga

supaya harga yang ditetapkan tidak menjadi sisi lemah dari suatu usaha.

Penetapan harga menjadi penting bagi pihak yang ingin memiliki memperoleh

susu sapi. Harga menjadi indikator penting bagi penjual susu dalam menentukan

kepada siapa mereka menjual susu sapi. Proses penetapan harga harus

memperhatikan beberapa elemen penetapan harga sebagai berikut :

Gambar 2.1. Elemen Penetapan Harga

Sumber : Kusjadi, 2009, Essensi Pemasaran Suatu Pegangan Teori & Praktek, Widya Sari,

Salatiga, hal. 94.

Penetapan harga merupakan salah satu bagian dari strategi harga. Strategi

harga dapat digunakan untuk memenangkan persaingan. Cara yang dapat

dilakukan terkait dengan strategi harga adalah dengan menawarkan suatu

tingkatan harga pada posisi tertentu. Berkaitan dengan pemasaran susu sapi,

strategi harga dapat dilaksanakan oleh pembeli dengan cara menetapkan harga

yang lebih tinggi supaya mereka dapat memperoleh susu sapi dengan mutu

tertentu.

20

Basu Swastha, 1979, Saluran Pemasaran, BPFE UGM, Yogyakarta, hal. 69.

Tujuan harga Strategi harga

Analisis permintaan Hubungan relevan

biaya dan harga

Penetapan harga

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1832/3/T1_162008064_BAB II… · 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan Peternakan

26

Prosedur penetapan harga juga perlu diperhatikan supaya harga yang

nantinya akan terbentuk mampu menjadi satu senjata dalam memenangkan

persaingan. Beberapa prosedur yang perlu diperhatikan dalam penetapan harga

antara lain :

“a. Menaksir permintaan

b. Mengidentifikasi persaingan

c. Memperhatikan kebijakan-kebijakan yang ada di

bidang produksi, saluran distribusi dan cara-cara

promosi serta kemudahan-kemudahan yang dimiliki oleh

perusahaan

d. Pemilihan strategi-strategi khusus di bidang harga

akan mewarnai penetapan harga”21

Strategi harga merupakan salah satu unsur penetapan harga yang mendasari

sampai pada tingkat harga tertentu. Strategi harga merupakan upaya yang jelas

dalam upaya mempengaruhi permintaan. Ada lima tipe dasar untuk

pengembangan strategi harga, yaitu :

“1. Mendapatkan konsumen (a) dari konsumen pesaing

(b) dari bukan konsumen yang ada

2. Mempertahankan dan memegang teguh keberadaan

konsumen (a) semua konsumen (b) konsumen yang dipilih

3. Meningkatkan keberadaan dari keberadaan konsumen

4. Meningkatkan jumlah produk komplementer

5. Menggeserkan konsumen terarah pada produk

subtitusi”22

Berdasarkan tipe-tipe dasar pengembangan strategi harga tersebut, dapat

disusun pula suatu pengembangan strategi harga susu sapi yang dapat dilakukan

oleh pelaku pemasaran susu sapi. Strategi tersebut dapat disusun berdasarkan atas

asumsi-asumsi yang dibangun dari lima tipe dasar pengembangan strategi harga

yang telah dipaparkan tersebut.

21

Kusjadi, 2009, Essensi Pemasaran Sebuah Pegangan Teori & Praktek, Widya Sari,

Salatiga, hal. 100-101. 22

Kusjadi, ibid, hal. 98

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1832/3/T1_162008064_BAB II… · 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan Peternakan

27

2.6. Pemasaran Susu Sapi dan Saluran Pemasaran Susu Sapi

Susu sapi yang dihasilkan oleh peternak menjadi satu komoditas usaha

bagi beberapa pihak. Pihak-pihak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

peternak sebagai produsen, pengumpul, pengecer dan perusahaan-perusahaan

manufaktur sebagai distributor serta masyarakat sebagai konsumen. Susu sapi ini

menjadi produk yang dialirkan dari produsen kepada konsumen. Aliran barang

dari produsen kepada konsumen ini terjadi dalam suatu proses pemasaran. Ada

beberapa definisi pemasaran yang pada dasarnya sama.

“Pemasaran adalah keseluruhan kegiatan perusahaan

yang mencakup kegiatan perencanaan harga, promosi,

dan distribusi barang dan/atau jasa yang menjadi alat

pemuas kebutuhan konsumen sekarang dan konsumen

potensial”23

“Pemasaran adalah suatu kegiatan usaha yang

mengarahkan arus barang dan jasa dari produsen kepada

konsumen.”24

Pemasaran susu sapi melibatkan beberapa pihak. Pihak-pihak yang terkait

dalam pemasaran susu sapi ini dapat disebut dengan saluran pemasaran susu sapi.

“Saluran merupakan suatu struktur unit organisasi dalam

perusahaan yang terdiri atas agen, dealer, pedagang

besar dan pengecer, melalui mana sebuah komoditi,

produk atau jasa dipasarkan.”25

Saluran pemasaran yang efektif akan membantu keseluruhan kegiatan

pemasaran yang efisien dan sukses. Pemahaman ini dapat diperkuat dengan

definisi lain dari saluran pemasaran yang pada dasarnya sama dengan definisi

yang telah dipaparkan sebelumnya :

23

Fandy Tjiptono, 2005, Pemasaran Jasa, Bayumedia Publishing, Malang, hal. 23. 24

Basu Swastha, op. cit., hal 6. 25

Basu Swastha, ibid, hal 4.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1832/3/T1_162008064_BAB II… · 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan Peternakan

28

“Yang dimaksud dengan saluran distribusi atau saluran

pemasaran adalah suatu seri dari lembaga-lembaga atau

orang-orang yang memfasilitasi proses perpindahan

barang/jasa dari produsen ke konsumen akhir atau user

(industrial user).”26

Seperti kita ketahui bahwa selain peternak sebagai produsen dan

masyarakat umum sebagai konsumen, masih ada beberapa pihak yang terlibat

dalam pemasaran susu sapi. Mereka ini adalah para pedagang dalam berbagai

jenis yang menggunakan susu sapi sebagai barang dagangan mereka. Ada

pengumpul susu sapi yang dalam hal ini dapat disamakan dengan agen.

“Agen adalah lembaga yang membeli atau menjual

barang-barang kepada pihak lain.”27

Agen dalam pemasaran susu sapi yang ada di penelitian ini adalah mereka

yang menjadi pengumpul baik dalam skala kecil maupun besar dan para pengecer

susu sapi. Jadi, pengumpul dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang membeli

susu sapi baik dari peternak maupun pengumpul lain yang kemudian menjual susu

sapi tersebut kepada pengumpul lain lagi dan/atau kepada perusahaan pengolah

susu sapi. Sementara itu, pengecer yang dimaksud adalah mereka yang membeli

susu sapi dari peternak dan menjualnya langsung kepada konsumen susu sapi.

“Pengecer dapat didefinisikan sebagai seorang pedagang

yang kegiatan pokoknya melakukan penjualan secara

langsung kepada konsumen.”28

Kebanyakan pengecer yang penulis jumpai adalah pengecer susu sapi yang

membeli susu sapi dari daerah Kecamatan Getasan yang menjual susu sapi kepada

masyarakat luas baik di dalam maupun di luar Kecamatan Getasan. Banyak

26

Kusjadi, op. cit., hal. 125. 27

Basu Swasta, op. cit., hal. 27. 28

Basu Swasta, ibid, hal. 28.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1832/3/T1_162008064_BAB II… · 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan Peternakan

29

pengecer yang dijumpai oleh penulis mempunyai strategi yang berlainan antara

satu pengecer dengan pengecer yang lain. Semua strategi yang berbeda ini

mempunyai tujuan yang sama, yaitu pengecer ingin memperoleh laba yang

sebanyak mungkin. Strategi yang dilakukan oleh pengecer bervariasi, mulai dari

strategi bersaing yang bersih, hingga strategi yang mengindikasikan adanya

kecurangan yang merugikan peternak dan konsumen susu segar.

“Keberadaan saluran pemasaran dalam kegiatan

pemasaran merupakan fasilitas yang memperlancar

kegiatan pemasaran dan mempercepat transfer of tittle

dari suatu produk atau jasa.” 29

Pentingnya saluran pemasaran dalam pemasaran susu sapi membuat

pertimbangan dalam memilih saluran distribusi itu perlu didasarkan pada faktor-

faktor penting. Faktor-faktor tersebut diantaranya :

“1. Karakteristik konsumen dan industrial pembeli akhir

2. Karakteristik produk

3. Karakteristik perusahaan

4. Karakteristik perantara

5. Karakteristik lingkungan”30

Saluran pemasaran ini sangat berarti bagi pemasaran susu sapi di

Kecamatan Getasan yang dapat dilihat dari fungsi dan tugasnya dalam pemasaran.

Secara umum, saluran pemasaran mempunyai sembilan fungsi.

“Fungsi saluran pemasaran diantaranya adalah fungsi

informasi, fungsi promosi, fungsi negosiasi, fungsi

pemesanan, fungsi pembiayaan, fungsi pengambilan

risiko, fungsi kepemilikan fisik, fungsi pembayaran dan

fungsi kepemilikan.”31

29

Kusjadi, op. cit., hal. 127. 30

Kusjadi, ibid, hal. 138. 31

D. Saladin, 2002, Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Pelaksanaan dan

Pengendalian, Bandung, Linda Karya, hal. 24.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1832/3/T1_162008064_BAB II… · 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Potensi Pengembangan Peternakan

30

Fungsi informasi diwujudkan saluran pemasaran dalam bentuk peranan

mereka sebagai pengumpul dan penyebar informasi tentang potensi dan

kemampuan pasar, pesaing, dan kekuatan-kekuatan lain dalam lingkungan

pemasaran. Fungsi promosi yang melekat pada saluran pemasaran memungkinkan

produk dapat diperkenalkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan produk

tersebut. Fungsi negosiasi yaitu usaha untuk mencapai persetujuan akhir mengenai

harga dan hal-hal lain yang berhubungan dengan perpindahan hak milik. Fungsi

pemesanan merupakan komunikasi saluran ke belakang mengenai minat membeli

oleh anggota saluran pemasaran. Pemesanan dapat dilakukan berdasarkan

beberapa hal, seperti kualitas dan kuantitas. Fungsi pembiayaan tercermin dari

beban-beban yang harus ditanggung oleh masing-masing saluran pemasaran.

Fungsi pengambilan risiko merupakan perkiraan besaran resiko berkaitan dengan

pelaksanaan pekerjaan masing-masing saluran pemasaran tersebut. Fungsi

kepemilikan fisik merupakan milik dari penyimpangan dan pergerakan barang

secara fisik dari bahan mentah sampai ke konsumen akhir. Fungsi pembayaran

diwujudkan dalam arus pembayaran berbentuk uang kepada penjual atas jasa atau

produk atau jasa yang telah diserahkan. Fungsi kepemilikan merupakan arus

kepemilikan produk dari suatu lembaga pemasaran ke lembaga pemasaran

lainnya.


Top Related