9
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan informasi utama yang dijadikan
acuan bagi investor baik secara individual maupun institusional dan
analisis sekuritas (Kurniawan dan Indriantoro, 2000: 207-224). Laporan
keuangan menjadi penting karena memberikan input (informasi) yang bisa
dipakai untuk mengambilan keputusan. Investor juga sangat
berkepentingan terhadap laporan keuangan untuk mengestimasi arus kas
di masa mendatang (Gentyowati, 2001: 275). Laporan keuangan disusun
dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi
kebutuhan pemakainya.
2.1.1 Karakteristik Laporan Keuangan
Informasi yang bersifat keuangan maupun ekonomi adalah bentuk
informasi yang lebik banyak digunakan dalam menganalisis saham
(Kurniawan dan Indriantoro, 2000: 207-224). Oleh karena itu informasi
dalam laporan keuangan haruslah bermanfaat bagi pemakainya.
2.1.2 Permintaan atas Laporan Keuangan
Menurut Foster (1986: 9), kebutuhan akan informasi laporan
keuangan didorong oleh peranannya dalam proses pengambilan
10
keputusan. Laporan keuangan memiliki potensi untuk mengurangi
ketidakpastian akan situasi yang ada. Beberapa faktor yang membuat
informasi dalam laporan keuangan mempunyai keuntungan komparatif
antara lain :
1. Informasi laporan keuangan secara langsung berhubungan dengan
variabel yang bersangkutan.
2. Informasi laporan keuangan merupakan sumber informasi yang
lebih dapat terpercaya.
3. Informasi laporan keuangan merupakan sumber informasi yang
berbiaya rendah.
4. Informasi laporan keuangan merupakan sumber informasi yang
lebih tepat waktu dalam publikasi atau penyampainnya.
Selain mengetahui keuntungan komparatif dari laporan keuangan,
pelaku pasar juga perlu mengetahui keterbatasan-keterbatasan laporan
keuangan. Dengan mengetahui manfaat dan keterbatasan laporan
keuangan, maka para pelaku pasar sebagai pemakai laporan keuangan
dapat lebih obyektif dan tepat dalam menganalisa laporan keuangan.
Investor akan dapat membuat keputusan yang tepat dalam berinvestasi
dengaan analisis yang tepat dan lebih obyektif.
2.2 Investasi di Pasar Modal
Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal pada satu atau
lebih aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan
mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut
11
di masa yang akan datang. Penelitian ini lebih memfokuskan pada
investasi keuangan. Menurut Hartono (1998: 6) terdaapat 2 bentuk
investasi keuangan, yaitu:
1. Investasi langsunng, investasi ini silakukan dengan membeli
aktiva keuangan yang dapat diperjual-belikan di pasar uang
(money market), pasar modal (capital market), dan di pasar
turunan (derivative market), atau dengan membeli aktiva
keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan yang dapat
diperoleh di bank komersial.
2. Investasi tidak langsung, investasi ini dilakukan dengan membeli
surat-surat berharga dari perusahaan investasi yaitu perusahaan
yang menyediakan jasa keuanngan dengan cara menjual
sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang diperoleh
untuk diinvestasikan ke dalam suatu portofolio.
Menurut Tandelilin (2001: 6-8) terdapat beberapa hal yang
dijadikan dasar bagi seorang investor untuk pengambilan keputusan
investasi yaitu:
1. Return, yang menjadi alasan utama orang berinvestasi adalah
memperoleh keuntungan atau return. Return yang diharapkan
oleh investor ini adalah kompensasi atas biaya kesempatan
(opportunity cost) dan resiko penurunan daya beli akibat adanya
pengaruh inflasi. Perbedaan antara return yang diharapkan
12
dengan return yang diterima merupakan suatu risiko yang harus
selalu dipertimbangkan dalam keputusan investasi.
2. Risiko, umumnya semakin besar risiko yang ditanggung oleh
investor dalam berinvestasi maka semakin besar pula tingkat
return yang diharapkan. Sikap investor terhadap risiko akan
sangat tergantung pada preferensi investor terhadap risiko.
Investor yang memiliki keberanian yang tinggi maka dia akan
memilih keberanian yang tinggi dengan harapan memperoleh
tingkat return yang tinggi, dan demikian juga sebaliknya.
2.3 Teori Efisiensi Pasar Modal
2.3.1 Definisi Efesiensi Pasar
Menurut Hartono (1998: 363-374) terdapat beberapa definisi
efisiensi pasar yaitu:
1. Efisiensi pasar berdasarkan intrinsik sekuritas.
Menurut konsep ini suatu pasar yanng efisien adalah:
Pasar yang nilai-nilai sekuritasnya tidak menyimpang dari nilai-
nilai intrinsiknya.Tetapi untuk perkembangan selanjutnya konsep
efisien pasar tidak lagi berpedoman pada konsep nilai intrinsiknya
melainkan lebih berpedoman pada konsep nilai intrinsiknya
melainkan lebih berpedoman pada aspek akurasi dari return yang
diharapkan investor, ketersediaan informasi, dan kecepatan pasar
menyerap informasi tersebut.
2. Efisiensi pasar berdasarkan akurasi dari ekspektasi harga.
13
Fama (1970) mendefinisikan pasar yang efisien adalah sebagai
berikut:
Suatu pasar sekuritas dikatakan efisien jika harga-harga sekuritas
”mencerminkan secara penuh” informasi yang tersedia (a security
market is efficent if security prices ”fully reflect” the available
information).
Pengertian dari ”fully reflect” yaitu harga-harga dari sekuritas
secara akurat merefleksikan informasi yang ada. Dan dengan
adanya informasi yang tersedia (available information), investor
dapat secara akurat mengekspektasi atau memprediksi harga dari
sekuritas yang bersangkutan.
Definisi yang dilontarkan oleh Fama (1970) ini menimbulkan
banyak perdebatan. Oleh karena itu Fama (1970) memberikan
suatu benchmark yang menunjukkan akurasi dari ekspektasi
harga semua investor. Fungsi dari harga-harga di masa
mendatang karena adanya informasi yang tersedia menjadi
benchmark untuk kemudian dibandingkan dengan fungsi harga-
harga di masa mendatang yang terjadi karena pasar
menggunakan informasi yang benar.
3. Efisiensi pasar berdasarkan distribusi informasi.
Menurut Beaver (1989) pasar yang efisien adalah Pasar
dikatakan efisien terhadap suatu sistem informasi, jika dan hanya
jika harga-harga sekuritas bertindak seakan-akan setiap orang
mengamati sistem informasi tersebut (The market is efficient with
14
respect to some specified information system, if and only if
security prices act as if everyone observes the information system)
Definisi ini memiliki arti bahwa pasar yang efisien jika harga yang
terjadi setelah informasi dipublikasikan dan diterima oleh pasar
sama dengan harga yang terjadi jika setiap orang memperoleh set
informasi tersebut.
Sama halnya dengan yang definisi yang dilontarkan oleh Fama
(1970), definisi berdasarkan distribusi informasi ini juga
membutuhkan benchmark sebagai pembanding. Benchmark yang
digunakan adalah return normal yang seharusnya diperoleh
pelaku pasar yang kemudian dibandingkan dengan return yang
sesungguhnya diperoleh.
4. Efisiensi pasar didasarkan pada proses dinamik.
Berbeda dengan konsep-konsep sebelumnya yang bersifat statis,
konsep ini mempertimbangkan distribusi informasi yang tidak
simetris dan menjelaskan bagaimana harga-harga akan
menyesuaikan karena adanya informasi yang tidak simetris
tersebut.
Menurut Jones (1995) pasar yang efisien adalah :
Pasar yang harga-harga sekuritasnya secara cepat dan penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia terhadap aktiva tersebut (an efficient market is one in which the price of all securities quickly and fully reflect all available information about the assets)
15
Menurut Fama (1970) suatu pasar dikatakan efisien jika tidak
seorang investor pun dapat memperoleh abnormal return setelah
dilakukan penyesuaian terhadap risiko yang akan diterima dengan
menggunakan beberapa strategi perdagangan dalam pasar
modal.
Sedangkan menurut Jogiyanto suatu pasar dikatakan efisien
jika pasar bereaksi cepat dan akurat terhadap suatu informasi
untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya
mencerminkan harga yang tersedia. Beberapa hal yang harus
dipenuhi untuk pasar menjadi efisien yaitu:
1. Harga sekuritas harus bebas turun dan naik atau
berfluktuasi, tidak ada seorangpun yang mempengaruhi
pergerakannya.
2. Tidak ada monopoli dalam pasar.
3. Harus adanya regulasi bahwa setiap perusahaan dalam
bursa mempublikasikan setiap informasi yang dimiliki
kepada publik.
4. Biaya untuk mendapatkan informasi tersebut minimum dan
informasi harus diperoleh tepat pada waktunya.
5. Informasi tersebut dalam bentuk random.
6. Investor bertindak cepat dan tepat terhadap informasi baru
yang diterima.
16
2.3.2 Bentuk-Bentuk Efisiensi Pasar
Menurut Hartono (1998 : 352-362) terdapat dua macam efesiensi
pasar yaitu efesiensi pasar secara informasi (informastionally efficient
market) yang ditinjau dari segi ketersediaan informasinya saja dan
efesiensi pasar secara keputusan (decisionally efficient market) yang
selain ditinjau dari ketersediaan informasi juga dilihat dari kecanggihan
pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis
informasi yang tersedia.
2.3.2.1 Efisiensi Pasar secara Informasi
Ada tiga bentuk pasar efisien secara informasi yaitu:
1. Hipotesa efisiensi pasar bentuk lemah (weak form), pasar yang
termasuk dalam bentuk ini adalah pasar yang harga sahamnya
mencerminkan secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu.
Hipotesa efisiensi pasar bentuk lemah berhubungan dengan
teori langkah acak (random walk theory) yang menyatakan
bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai
sekarang. Investor tidak dapat menggunakan informasi masa
lalu untuk memperoleh abnormal return.
2. Hipotesa efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semi-strong
form), pasar yang termasuk dalam bentuk ini adalah pasar yang
harga sahamnya mencerminkan secara penuh (fully reflect)
semua informasi publik yang relevan. Investor tidak dapat
17
mengguanakan informasi yang dipublikasikan ini untuk
mendapatkan abnormal return dalam waktu yang lama.
3. Hipotesa efisiensi pasar bentuk kuat (strong form), pasar yang
termasuk dalam bentuk ini adalah pasar yang harga sahamnya
mencerminkan secara penuh (fully reflect) semua informasi
yang relevan baik informasi public maupun informasi pribadi
(tertutup). Tidak ada investor yang dapat memperoleh abnormal
return karena memiliki informasi privat.
2.3.2.2 Efisiensi Pasar secara Keputusan
Seperti yang telah dikatakan di atas efisiensi pasar secara
keputusan ditinjau dari dua hal yaitu ketersediaan informasi dan
kecanggihan para pelaku pasar dalam pengambilan keputusan
berdasarkan analisis informasi yang tersedia. Tidak seluruh informasi
yang dipublikasikan di bursa langsung tercermin dalam harga sekuritas.
Tetapi ada informasi-informasi yang perlu diinterpretasikan dan dianalisa
lebih lanjut oleh pelaku pasar sebagai kabar baik ataukah buruk. Untuk
dapat menganalisa secara tepat, pelaku pasar harus memiliki keahlian
yang memadai. Jika hanya sebagaian saja pelaku pasar yang canggih
maka hanya kelompok inilah yang dapat menikmati abnormal return
karena mereka dapat menganalisa dengan lebih tepat dibandingkan
pelaku pasar lainnya. Hal itu dikatakan pasar tidak efisien walaupun
informasi tersedia secara luas. Dan jika seluruh pelaku pasar dapat
18
menginterpretasikan secara tepat informasi yang dipublikasikan maka
pasar dapat dikatakan efisien secara keputusan.
2.4 Kinerja Keuangan
Perusahaan sebagai suatu organisasi memiliki tujuan tertentu yang
harus dicapai. Salah satu cara untuk mengetahui apakah suatu
perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya telah sesuai dengan rencana
yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuannya adalah melalui kinerja
operasinya. Penilaian kinerja ini penting untuk mengidentifikasikan adanya
pemborosan atau ketidakberesan sehingga dapat segera diatasi.
Kinerja perusahaan dapat diwujudkan dalam 2 aspek yaitu aspek
finansial dan non financial. Aspek finansial perusahaan dapat berupa rasio
keuangan serta harga dan return saham. Sedangkan aspek non financial
dapat berupa penyebaran pasar, indeks kepuasaan konsumen,
perputaran pekerja, penghematan waktu dalam siklus produksi, inovasi
dan sebagainya. Adapun tujuan penilaian kinerja menurut adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang
harus segera dipenuhi.
2. untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila
perusahaan tersebut dilikuidasi, baik kewajiban keuangan jangka
pendek maupun kewajiban keuangan jangka panjang.
19
3. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas (profitabilitas) yaitu
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam
periode tertentu.
4. Untuk mengetahui stabilitas usaha yaitu kemampuan
perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang
dinilai dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan
untuk membayar kembali pokok hutangnya tepat waktu serta
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen secara teratur
kepada pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau
krisis keuangan.
2.4.1 Teknik Analisa Kinerja Keuangan
Sebagai sumber informasi utama bagi investor, laporan keuangan
diharapkan mampu membantu dalam proses pengambilan keputusan
ekonomi. Seperangkat laporan keuangan dalam bentuk neraca, laporan
laba rugi, laporan arus kas belum dapat memberi manfaat maksimal bagi
pemakainya sebelum dilakukan analisa terlebih dahulu. Adapun teknik
analisa laporan keuangan menurut Foster (1986: 58) adalah sebagai
berikut :
1. Cross-sectional techniques, yaitu membandingkan analisa
keuangan perusahaan yang satu dengan perusahaan sejenis pada
saat bersamaan, yang terdiri atas :
a) Common size statement, analisa untuk mangetahui
prosentase masing-masing aktiva terhadap total aktivanya
20
serta untuk mengetahui struktur permodalan dan komposisi
pembiayaan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah
penjualannya.
b) Financial ratio analisys, yaitu analisa dengan cara mengetahui
hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan
laba rugi untuk menginterpretasikan posisi keuangan suatu
perusahaan.
2. Time series techniques, yaitu membandingkan analisa perusahaan
dari periode ke periode untuk mengetahui kemajuan atau
kemunduran suatu perusahaan, yang terdiri atas:
a) trend statement, yaitu analisa untuk mengetahui
kecenderungan keadaan keuangan perusahaan, apakah
membaik atau memburuk.
b) Financial ratio analisys, yaitu analisa dengan cara mengetahui
hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan
laba rugi untuk menginterpretasikan posisi keuangan suatu
perusahaan.
c) Variability measures, yaitu analisa dengan mengetahui sebab-
sebab perubahan laba dari satu periode ke periode yang lain,
atau perubahan laba suatu periode dengan laba yang
dianggarkan untuk periode tersebut.
21
2.5 Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan alternatif untuk menguji apakah
informasi keuangan bermanfaat untuk memprediksi harga saham. Analisa
rasio keuangan didasarkan pada data historis yang tujuan utamanya
adalah memberikan indikasi kinerja perusahaan pada masa yang akan
datang. Macam-macam rasio keuangan ada lima macam, yaitu :
a. Rasio Likuiditas yaitu rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, contoh :
quik ratio, current ratio, dan lain-lain.
b. Rasio Aktivitas yaitu rasio yang mengukur sejauh mana efektifitas
penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas aset, rata-rata
umur piutang, perputaran, persediaan, perputaran aktiva tetap,
perputaran total aktiva, dan lain-lain.
c. Rasio Solvabilitas yaitu rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang, contoh :
total hutang terhadap total aset, times interest earned.
d. Rasio Profitabilitas rasio yang melihat kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan atau laba, contoh : profit margin, return
on assets, return on equity.
e. Rasio Pasar yang melihat perkembangan nilai perusahaan relative
terhadap nilai buku perusahaan, contoh : prices earning ratio,
dividend yield, dividend payout ratio, earning per share, dan lain-
lain.
22
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara
suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Melalui rasio keuangan
kita bisa membuat perbandingan dalam dua hal :
1. Rasio keuangan suatu perusahaan bisa dibandingkan dari waktu
ke waktu untuk mengamati kecenderungan (trend) yang sedang
terjadi.
2. Rasio keuangan bisa diperbandingkan antar perusahaan yang
masih bergerak pada industri yang relatif sama.
Dengan kedua cara ini kita bisa menilai keunggulan dan kelemahan
pengelolaan keuangan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang
lain dalam industri tertentu, atau antara perusahaan dengan rata-rata
perusahaan dalam industri yang sama.
2.6 Rasio Yang Digunakan Investor
Investor akan menerapkan berbagai teknik untuk memprediksi
harga saham, agar dapat memperoleh keuntungan, baik itu berupa return,
maupun capital gain. Terdapat beberapa rasio yang sering digunakan
investor, yang berkaitan dengan kegiatan mereka di pasar modal. Seperti
rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan rasio yang berkaitan dengan
sekuritas, yaitu: Current Ratio, Earning Per Share, dan Roe Equity.
23
2.6.1 Current Ratio (CR)
Aktiva lancar menggambarkan alat bayar dan diasumsikan semua
aktiva lancar benar-benar bisa digunakan untuk membayar. Sedangkan
uatang lancar menggambarkan yang harus dibayar dan diasumsikan
semua utang lancar benar-benar dibayar. Current Ratio sangat berguna
untuk mengukur likuiditas perusahaan, akan tetapi dapat menjebak. Hal ini
dikarenakan Current Ratio yang tinggi dapat disebabkan oleh adsanya
piutang yang tidak tertagih atau persediaan yang tidak terjual, yang tentu
saja tidak dapat dipakai untuk membayar utang. Untuk menguji apakah
alat bayar tersebut benar-benar likuid (benar-benar dapat digunakan untuk
membayar utangnya), meka alat bayar yang kurang atau tidak likuid harus
dikeluarkan dari total aktiva lancar. Alat bayar yang kurang likuid ini
misalnya pedrsediaan dan pos-pos yang analog dengan persediaan (Dwi
dan Rifka, 2008:85).
Rasio yang menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang
akan mempunyai pengaruh yang tidak baim menghasilakan terhadap
profitabilitas perusahaan. Aktiva lancar secara umum menghasilkan
return yang lebih rendah dibandingkan dengn aktiva tetap (Hanafi dan
Abdul Halim, 2005:79).
Elemen-elemen yang digunakan dalam perhitungan modal kerja
dapat dinyatakan dalam rasio, yang membandingkan antara total aktiva
lancar dan utang lancar. Current Ratio dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
24
Current Ratio =
2.6.2 Return on Equity (ROE)
Agnes Sawir (2001: 20) mendefinisikan Return on Equity atau
Tingkat Pengembalian Ekuitas pemilik sebagai berikut: Adalah rasio yang
memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri
(Networth) secara efektif mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang
telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham.
Sedangkan menurut Lukman Syamsudin (2004: 64)
mendefinisikan Return on Equity atau Tingkat Pengembalian Ekuitas
Pemilik sebagai berikut: Tingkat pengembalian ekuitas pemilik (ROE)
merupakan suatu alat ukur dari penghasilan (income) yang tersedia bagi
para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun
pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di
dalam perusahaan.
J.Fred.Weston dan Thomas E. Copeland (2002: 241) mengatakan
bahwa “rentabilitas usaha adalah hasil pengembalian atas ekuitas
mengukur pengembalian nilai buku kepada pemilik perusahaan, rasio ini
merupakan suatu rasio tujuan akhir.”
Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
tingkat pengembalian ekuitas pemilik (ROE) merupakan suatu alat
analisis untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam
Current Assets Current Liabilities
25
menghasilkan keuntungan bagi pemilik saham atas modal yang telah
mereka investasikan.
Menurut Sartono (2001: 127) Return On Equity atau Tingkat
Pengembalian Ekuitas Pemilik merupakan fungsi dari Asset Turn Over,
Profit Margin, dan Financial Leverage, yang dapat dirumuskan sebagai
berikut:
ROE =
Rasio tersebut penting bagi para pemilik dan pemegang saham
karena rasio tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
mengelola modalnya untuk mendapatkan laba bersih (net income).
Perusahaan yang memiliki Return On Equity yang rendah atau bahkan
negatif akan terklasifikasikan sebagai perusahaan yang kurang baik dalam
menghasilkan incomenya. Kenaikan Return On Equity biasanya diikuti
oleh kenaikan harga saham perusahaan tersebut (Mulyono, 1995: 74).
2.6.3 Earning Per Share (EPS)
Komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisis
perusahaan adalah laba per lembar saham atau dikenal sebagai Earning
per Share (EPS). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan
besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua
pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan bisa
diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan. Meskipun
Laba Bersih Setelah Pajak Total Ekuitas (Modal Sendiri)
X 100%
26
beberapa perusahaan tidak mencantumkan besarnya EPS perusahaan
bersangkutan dalam laporan keuangannya, tetapi besarnya EPS suatu
perusahaan bisa kita hitung berdasarkan informasi laporan neraca dan
laporan rugi laba perusahaan. Rumus untuk menghitung EPS suatu
perusahaan adalah sebagai berikut (Tandelilin, 2001: 241-242):
beredarsahamjumlah
pajakdanbungasetelahbersihLabaEPS
EPS ini akan sangat membantu investor karena informasi EPS ini
bisa menggambarkan prospek earning suatu perusahaan dimasa yang
akan datang. Karena EPS menunjukkan laba bersih perusahaan yang
siap dibagikan kepada semua pemegang saham perusahaan, maka
semakin besar EPS akan menarik investor untuk melakukan investasi
diperusahaan tersebut. Oleh karena itu, hal tersebut akan mengakibatkan
permintaan akan saham meningkat dan harga saham akan meningkat.
Dengan adanya kenaikan harga saham maka akan memungkinkan
terjadinya peningkatan return saham. Diharapkan hubungan antara EPS
dan return saham adalah positif (Kusumawati dan Susilowati, 2002).
2.7 Peneliti Terdahulu
Tunjung (2012) meneliti tentang analisis perbandingan kinerja
keuangan PT Gudang Garam Tbk. dengan PT HM Sampoerna Tbk.
Penelitian tersebut untuk menilai kinerja keuangan PT Gudang Garam
Tbk, dan PT HM Sampoerna Tbk dan membandingkan kinerja keuangan
27
kedua perusahaan tersebut dengan menggunakan analisis Rasio
Keuangan, dan laporan keuangan yang digunakan berupa laporan
keuangan kedua perusahaan periode Triwulan I - Triwulan IV tahun 2009
– 2010. Dilihat dari rasio aktivitas dan profitabilitas, PT HM Sampoerna
Tbk lebih baik dibandingkan dengan PT Gudang Garam Tbk ini
dikarenakan perusahaan mengalami peningkatan laba dari 2009 sampai
2010 sebesar 1,75%. Sedangkan jika dilihat dari rasio likuiditas dan
solvabilitas, PT Gudang Garam Tbk lebih baik dibandingkan dengan PT
HM Sampoerna. Ini dikarenakan PT Gudang Garam Tbk lebih likuid
karena dari current ratio perusahaan di atas rata-rata 2.0.
Gunawan (2005) meneliti tentang analisis kinerja keuangan pada
perusahaan rokok yang listing di bursa efek Jakarta. Dalam penelitian ini
membuktikan arti penting analisis kinerja keuangan pada perusahaan,
terutama perusahaan rokok yang listing di BEJ dan termasuk dalam LQ-
45; selain itu juga membandingkan kondisi ketiga perusahaan yang
dijadikan sampel penelitian melalui rasio keuangan. Alat analisis yang
digunakan yaitu rasio-rasio keuangan berupa rasio likuiditas, rasio
aktivitas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas. Dari perhitungan rasio
tersebut kemudian dilakukan analisis perbandingan time-series untuk
mengetahui perbandingan perusahaan dari tahun ketahun. Yang terakhir
adalah melakukan perbandingan cross-section untuk mengetahui
perbandingan ketiga perusahaan tersebut dengan rasio industri.
Dari hasil analisis rasio keuangan, PT. HM. Sampoerna lebih likuid
28
dibanding dua perusahaan lain Tetapi dalam hal kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban keuangan (hutang) jangka panjang PT Gudang
Garam lebih unggul dibanding PT .HM. Sampoerna dan PT Bentoel (lebih
solvabel). Dalam hal tingkat efektifitas perusahaan PT Bentoel menduduki
peringkat pertama menyusul PT .HM. Sampoerna, kemudian PT Gudang
Garam. Sedangkan dalam hal efektivitas perusahaan dalam penggunaan
sumberdana yang tersedia PT Gudang Garam lebih unggul dari
keduanya.
29
2.8 Kerangka Pemikiran
Adapun kerangka pikir dari penelitian ini dijelaskan pada skema
sebagai berikut:
Gambar 2.1. Kerangka Pikir
Laporan Keuangan adalah beberapa lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis
di atasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan asset-aset nyata yang mendasari
angka tersebut. Brigham dan Houston (2006:44). Komponen Laporan Keuangan :
Neraca, Laporan Laba-Rugi, Laporan Perubahan Modal, Laporan Arus Kas.
Current Ratio (CR) merupakan suatu ratio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi utang jangka pendeknya. Return on Equity (ROE) merupakan perbandingan antara laba sesudah pajak dengan ekuitas yang diinvestasikan pemegang saham pada perusahaan. Earning Per Share (EPS) Merupakan salah satu dari dua alat ukur yang sering digunakan untuk mengevaluasi saham biasa disamping Price Earning Ratio (PER) dalam lingkaran keuangan.
Dasar Teori
Current Ratio (CR) Rasio ini dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya (Horne dan Wachowicz, 2009:206)
Lukman S. (2004:64) Tingkat pengembalian ekuitas pemilik (ROE) merupakan suatu alat ukur dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan.
Menurut Tangkisilan (2003:253) Earning Per Share adalah statistic yang paling banyak dilaporkan dalam keuangan per keuangan dan, dalam ketidakhadiran factor komplikasi.
Peneliti Terdahulu
Tunjung (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT Gudang Garam Tbk. dengan PT HM Sampoerna Tbk.”
Deves (2010) dalam penelitiannya yang
berjudul “Analisis Perbandingan Rasio Keuangan sebagai Alat Ukur Kinerja Keuangan Perusahaan Rokok yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”
Perbandingan Kinerja Keuangan
30
2.9 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka yang telah
dipaparkan sebelumnya maka dirumuskan hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah bahwa diduga terdapat perbedaan kinerja keuangan
pada PT. Gudang Garam, Tbk dengan PT. HM. Sampoerna, Tbk Ditinjau
Dari Current Ratio, Return On Equity Dan Earning Per Share.