Transcript
Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdf · pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu organisasi dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori dan Konsep

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan (agency theory) adalah suatu teori yang menjelaskan

tentang hubungan yang dimiliki oleh principal dan agent. Principal (pemilik)

adalah pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain yang disebut dengan

agent dan agent akan melaksanakan mandat tersebut. Jensen dan Meckling (1976)

mendefinisikan bahwa hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak di mana satu

atau lebih (principal) menggunakan orang lain (agent) untuk melakukan beberapa

aktivitas untuk kepentingan mereka. Konflik kepentingan akan mucul dari

pendelegasian tugas yang diberikan kepada agent yaitu agent tidak dalam

kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemilik, tetapi mempunyai

kecenderungan untuk mengejar kepentingan sendiri dengan mengorbankan

kepentingan pemilik.

Menurut contracting theory (dalam Watts dan Zimmerman 1983) yang

juga dikenal dengan teori prinsipal dan agen (the principle-agent theory)

menyatakan bahwa hubungan antara pihak-pihak dalam perusahaan yaitu

pengelola, pemegang saham, kreditur, pemerintah dan masyarakat akan sulit

tercipta karena kepentingan yang saling bertentangan. Jensen dan Meckling

(1976) mengatakan bahwa kepentingan yang berbeda dan saling bertentangan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdf · pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu organisasi dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

11

akan mengarahkan kepada penipuan dan rekayasa sehingga hasil dari pekerja

ataupun kinerja yang dihasilkan dari agent kepada principal tidak dapat

dipercaya, sehingga penyatuan visi dan misi sangat diperlukan.

Melihat dari sudut pandang teori di atas, hubungan masyarakat (rakyat)

dengan pemerintah adalah seperti hubungan principal dan agent. Dalam hal ini

masyarakat merupakan principal sedangkan pemerintah bertidak sebagai agent.

Principal memberikan mandat atau kewenangan kepada agent untuk

menggunakan dan mengelola sumber daya yang diberikan (dalam bentuk pajak

dan lain-lain). Sebagai wujud pertanggungjawaban, maka pihak agent wajib

memberikan laporan atas pengelolaan sumber daya yang telah diberikan pihak

principal. Untuk menghindari adanya asimetri informasi yang dilakukan oleh

pihak agent maka principal membutuhkan pihak ketiga guna memberikan

keyakinan bahwa laporan yang disampaikan tanpa rekayasa.

Stanford (1991) mengatakan dalam posisi sebagai pihak ketiga inilah

sebenarnya peran auditor pemerintah diharapkan berperan besar. Dimana auditor

memiliki kekuasaan yang mutlak dalam memeriksa laporan keuangan entitas atau

pemerintah. Mengingat bahwa sebagaian besar laporan yang diberikan pemerintah

adalah berbentuk informasi keuangan. Auditor mempunyai posisi penting dengan

alasan bahwa: (1) mempunyai akses terhadap informasi keuangan, (2) mempunyai

akses terhadap informasi manajemen, (3) independen, (4) telah mendapat

pelatihan profesional, dan (5) bisa didapatkan (ada) (Jones and Bates, 1990).

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdf · pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu organisasi dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

12

2.1.2 Pengertian Audit

Menurut Agoes (2004:1), audit merupakan suatu proses pemeriksaan yang

dilakukan secara sistematis dan kritis oleh pihak independen terhadap laporan

keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan

dan memberikan pendapat mengenai kewajaran terhadap laporan keuangan.

Menurut Mulyadi (2002: 11), menyatakan bahwa audit merupakan proses

pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu organisasi dengan tujuan

untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam

semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau

organisasi tersebut. Menurut Boynton (dalam Rohman, 2007), audit adalah suatu

proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif

mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan

menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang

telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak

yang berkepentingan. Menurut Committe of Auditing Concept (2005) pengertian

auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi

bukti-bukti secara objektif mengenai suatu pernyataan tentang kegiatan atau

kejadian ekonomis untuk menentukan tingkat kesesuaian antara pernyataan

tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan, serta mengkomunikasikan hasilnya

kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdf · pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu organisasi dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

13

Menurut Mulyadi (2002), audit mengandung beberapa unsur-unsur

berikut:

1) Proses yang sistematis: Audit adalah rangkaian langkah dan prosedur

yang bersifat logis, berkerangka dan terorganisir.

2) Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif: Suatu proses

sistematik yang dilakukan untuk memperoleh bukti-bukti yang

mendasari pernyataan atau asersi-asersi yang dibuat oleh individu

maupun badan usaha. Obyektif berarti mengungkapkan fakta apa adanya

yang sesungguhnya, tidak bias tanpa memihak dan tidak berprasangka

buruk terhadap individu atau badan usaha terhadap bukti-bukti tersebut.

3) Asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi: Asersi

merupakan suatu pernyataan, atau suatu rangkaian pernyataan secara

keseluruhan, oleh pihak yang bertanggung jawab atas pernyataan

tersebut. Pernyataan mengenai kegiatan ekonomi merupakan hasil proses

akuntansi.

4) Menentukan tingkat kesesuaian: Penghimpunan bukti dan

pengevaluasian hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk

menentukan kesusuaian pernyataan atau asersi-asersi tersebut dengan

kriteria yang telah ditetapkan. Tingkat kesesuaian tersebut kemungkinan

dapat dikuantifikasikan, kemungkinan pula dapat bersifat kualitatif.

5) Kriteria yang ditentukan: Kriteria yang ditentukan merupakan standar-

standar pengukur yang digunakan untuk mempertimbangkan (judgement)

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdf · pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu organisasi dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

14

asersi-asersi atau representasi-representasi. Kriteria tersebut dapat berupa

peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif, anggaran atau

ukuran prestasi yang ditetapkan oleh manajeman, prinsip akuntansi

berterima umum (PABU) diindonesia.

6) Menyampaikan hasil-hasilnya (atestasi): Hal ini berarti hasil-hasil audit

dikomunikasikan melalui laporan tertulis dalam bentuk laporan audit

yang mengindikasikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi dengan

kriteria yang telah ditentukan. Komunikasi hasil audit tersebut dapat

memperkuat ataupun memperlemah kredibilitas representasi atau

pernyataan yang dibuat.

7) Para pemakai yang berkepentingan: Para pemakai yang berkepentingan

merupakan para pengambil keputusan yang menggunakan dan

mengandalkan temuan-temuan yang diinformasikan melalui laporan

audit, dan laporan lainnya. Para pemakai tersebut meliputi investor

maupun calon investor di pasar modal, pemegang saham, kreditor

maupun calon kreditor, badan pemerintahan, manajemen, dan publik

pada umumnya.

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 dan SPKN 2007 menyebutkan, audit adalah

proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang dilakukan secara

independen, objektif dan profesional berdasarkan standar audit, untuk menilai

kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdf · pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu organisasi dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

15

pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah. Secara umum, berdasarkan

penjelasan mengenai audit diatas, maka dapat disimpulkan bahwa audit

merupakan suatu proses yang sistematis yang dijalankan oleh seorang yang

berkompeten dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai

kejadian atau asersi-asersi yang terjadi dan menentukan kesesuaian asersi dengan

kejadian berdasarkan kriteria kemudian melaporkan dalam bentuk laporan audit

kepada pihak yang berkepentingan. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan

yaitu, dalam melakukan audit:

1) Dibutuhkan informasi yang dapat diukur dan sejumlah kriteria (standar)

yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mengevaluasi informasi.

2) Penetapan intetitas ekonomi dan periode waktu yang di audit harus jelas

untuk menentukan lingkup tanggung jawab auditor.

3) Bukti harus diperoleh dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk

memenuhi tujuan audit.

4) Kemampuan auditor dalam memahami kriteria yang digunakan serta sikap

independen dalam mengumpulkan bahan bukti yang diperlukan untuk

memdukung kesimpulan yang akan diambil.

Audit sebagai suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti tentang

informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan

seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan

kesesuaian informasi dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. SPKN

menguraikan 3 (tiga) jenit audit yang dilakukan, yaitu:

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdf · pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu organisasi dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

16

1) Audit Keuangan

Audit keuangan adalah auit atas laporan keuangan. Audit keuangan

bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable

assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam

semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2) Audit Kinerja

Audit adalah audit atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas

audit aspek ekonomi dan efisiensi serta audit aspek efektivitas. Dalam

melakukan audit kinerja, auditor juga menguji kepatuhan terhadap

ketentuan peraturan perundang-undangan serta pengendalian intern. Audit

kinerja dilakukan secara obyektif dan sistematik terhadap berbagai macam

bukti, untuk dapat melaukan penilaian secara independen atas kinerja

entitas atau program/kegiatan yang diperiksa.

3) Audit dengan tujuan tertentu

Audit dengan tujuan tertentu bertujuan untuk memberikan simpulan atas

suatu hal yang diperiksa. Audit dengan tujuan tertentu bersifat eksaminasi,

revie, atau prosedur yang disepakati. Audit ini meliputi audit atas hal-hal

lain di bidang keuangan, investigasi, dan audit atas sistem pengendalian

intern.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdf · pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu organisasi dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

17

2.1.3 Jenis Auditor

Menurut Araminta (2011) auditor adalah seseorang yang memiliki

kualifikasi tertentu dalam melakukan audit setiap laporan keuangan dan kegiatan

suatu perusahaan atau organisasi. Untuk entitas hukum pada umumnya

diklasifikasikan kedalam tiga kelompok:

1) Auditor Independen

Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya

kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan

keuangan yang dibuat oleh kliennya. Auditor independen harus telah lulus

dari jurusan akuntansi fakultas ekonomi atau mempunyai ijazah yang

disamakan, telah mendapat gelar akuntan dari Panitia Ahli Pertimbangan

Persamaan Ijazah Akuntan, dan mendapat ijin praktek dari Menteri

Keuangan. Auditor independen harus independen, tidak memihak pada

kliennya karena pihak klien yang memanfaatkan jasa auditor independen

adalah pihak selain kliennya. Oleh karena itu, independensi auditor dalam

melaksanakan keahliannya merupakan hal yang pokok, meskipun auditor

tersebut dibayar oleh kliennya karena jasa yang diberikannya tersebut.

2) Auditor Intern

Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan

Negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan

apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah

dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan kekayaan atas organisasi,

menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdf · pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu organisasi dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

18

menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian

organisasi.

3) Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi

pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban

keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemeintah atau

pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Auditor

pemerintah dibagi menjadi dua yaitu:

(1) Auditor yang bekerja di BPKP (Badan Pengawas Keuangan dan

Pembangunan), dan BPK (Badan Pengawas Keuangan). BPKP adalah

instansi pemerintah yang bertanggungjawab langsung kepada presiden RI

dalam bidang pengawasan keuangan dan pembangunan yang dilaksanakan

oleh pemerintah. Tugasnya melakukan audit atas laporan keuangan

instansi pemerintah, projek-projek pemerintah, BUMN,BUMD, projek

pemerintah dan peruahaan-perusahaan swasta yang pemerintah

mempunyai penyertaan modal yang besar didalamnya. BPK adalah

lembaga tinggi Negara yang tugasnya melakukan audit atas

pertanggungjwaban keuangan Presiden RI dan aparat dibawahnya kepada

DPR.

(2) Auditor yang bekerja di instansi pajak adalah unit organisasi dibawah

Departemen Keuangan yang tugas pokoknya adalah mengumpulkan

beberapa jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdf · pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu organisasi dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

19

2.1.4 Auditor Internal

Audit internal merupakan bagian dari suatu organisasi yang integral, yang

menjalankan fungsinya berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan dan memiliki

peran yang sangat besar dalam memberikan kontribusi kepada pihak manajemen

organisasi dan pemeriksa ekstern. Menurut Boynton (dalam Rohman, 2007),

fungsi auditor internal adalah melaksanakan fungsi pemeriksaan internal yang

merupakan suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk

menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilakukan. Auditor internal

juga dapat memberikan secara langsung dukungan kepada manajer selama

pekerjaan audit dilaksanakan, serta pada saat penyelesaian laporan dan

ditindaklanjutinya hasil audit. Selain itu, auditor internal diharapkan pula dapat

lebih memberikan sumbangan bagi perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam

rangka peningkatan kinerja organisasi. Dengan demikian auditor internal

pemerintah daerah memegang peranan yang sangat penting dalam proses

terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan daerah.

Kosasih (1981) dalam bukunya berjudul Auditing: Prinsip dan Prosedur

memaparkan aktivitas audit internal. Aktivitas audit internal menyangkut dua hal

yaitu: financial audit atau pemeriksaan keuangan adalah verifikasi eksistensi

kekayaan dan meyakinkan bahwa pengamanannya cukup dan apakah sistem

akuntansi dan sistem pelaporan dapat dipercaya termasuk pembahasan internal

control. Selanjutnya yaitu operational/management audit atau pemeriksaan

pengelolaan merupakan perluasan jangkauan internal auditing ke seluruh tingkat

operasi dari perusahaan, tidak terbatas pada keuangan dan pembukuan. Dari

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdf · pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu organisasi dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

20

pernyataan di atas diterangkan bahwa financial audit memusatkan

pemeriksaannya pada informasi keuangan dan operasi dalam hal ini untuk

memperoleh kebenaran atas proses pencatatannya. Sedangkan, management

auditing berfokus pada keekonomisan dan efisiensi penggunaan sumber daya

perusahaan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi, atau dengan kata lain,

menilai efektivitas kinerja organisasi tersebut.

Tahap pekerjaan audit internal menurut Tunggal (2012: 120) terdiri atas

enam proses:

1) Audit Planning dan Risk Analysis

Dalam tahap ini proses audit memfokuskan perencanaan bahwa apa yang

seharusnya dilakukan, di mana, dan kapan dilakukan. Adapun poin penting dalam

tahap ini adalah menganalisis penilaian audit, mengumpulkan fakta tentang

wilayah audit, analisis risiko kinerja, mengidentifikasi bukti audit, menuliskan

secara detail objek yang diaudit, mengembangkan program kerja audit,

menentukan jadwal serta membagi pekerjaan kepada staf.

2) Preliminary Survey

Dalam tahap ini seorang auditor menentukan segala aspek terhadap

wilayah audit yang terdiri dari program, fungsi, entitas atau yang diaudit. Poin

penting dalam tahap ini yaitu: mengetahui latar belakang informasi, menelusuri

wilayah aktivitas, menentukan segala kemungkinan alasan dan dokumentasi, dan

menggunakan hasil survey secara efektif.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdf · pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu organisasi dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

21

3) Audit Field Work

Audit kerja lapangan yaitu usaha yang dilakukan oleh auditor internal

dalam membentuk suatu opini dan menghadirkan, serta merekomendasikan

tentang wilayah audit. Dalam tahap ini terdapat dua hal utama yaitu:

mengevaluasi sistem pengendalian internal, serta mendesain tes audit.

4) Audit Finding dan Recomendation

Adanya temuan merupakan pernyataan dari kondisi yang menyatakan

suatu fakta. Temuan audit yang baik tergantung pada kualitas kerja lapangan

seorang auditor dan dilengkapi dengan kertas kerja. Terdapat empat poin penting

dalam tahap ini: mengembangkan temuan audit, mendokumentasikan temuan

audit, dan melakukan penutupan (closing).

5) Reporting

Reporting merupakan bagian yang terpenting dalam tahap proses audit

internal. Banyak yang mampu menulis sebuah report, tapi tak satupun yang

mampu menulisnya dengan benar. Empat poin penting dalam tahap ini: utline

report, menulis draf awal, mengedit draf dan menuliskan final report.

6) Follow Up

Dalam tahap ini dilakukan pengoreksian terhadap kontrol yang lemah

yang telah diidentifikasi oleh internal audit dan dilaporkan kepada manajemen.

Ada dua hal penting pada tahap ini: kebutuhan akan follow up atau tindak lanjut

dan melakukan tindak lanjut terhadap audit.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdf · pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu organisasi dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

22

2.1.5 Kinerja

Menurut Trisnaningsih (2007), secara etimologis, kinerja berasal dari kata

prestasi kerja (performance). Istilah kinerja sendiri berasal dari kata job

performance yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab

yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2005:67). Goodhue dan Thompson

(1995) menyatakan bahwa pencapaian kinerja individual berkaitan dengan

pencapaian serangkaian tugas-tugas individu. Kinerja yang lebih tinggi

mengandung arti terjadinya peningkatan efisiensi, efektivitas atau kualitas yang

lebih tinggi dari penyelesaian serangkaian tugas yang dibebankan kepada individu

dalam perusahaan atau organisasi. Sebenarnya, ukuran dari suatu kinerja yang

baik tidak dapat dibuat ataupun ditentukan secara pasti oleh lembaga, setiap

lembaga memiliki ukuran ataupun persepsi yang berbeda mengenai kinerja

namun, kinerja yang baik dan berkualitas akan dihasilkan oleh seseorang yang

memiliki sikap profesionalisme dalam melaksanakan tugasnya (Yousef, 2000).

Kinerja dibedakan menjadi dua, yaitu kinerja individual dan kinerja

organisasi. Menurut Engko (2006) dan Bhagat (2001) kinerja individual mengacu

pada prestasi kerja individu yang diatur berdasarkan standar atau kriteria yang

telah ditetapkan oleh suatu organisasi. Kinerja individual yang tinggi dapat

meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan. Kinerja yang lebih tinggi

dapat mengandung arti terjadinya peningkatan efisiensi, efektivitas, atau kualitas

yang lebih tinggi dari penyelesaian serangkaian tugas yang dibebankan kepada

individu dalam perusahaan atau organisasi. Menurut Tantina (2004), kinerja

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdf · pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu organisasi dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

23

diukur dengan instrumen yang dapat dikembangkan dalam studi yang tergabung

dalam ukuran kinerja secara umum, selanjutnya diterjemahkan kedalam penilaian

prilaku secara mendasar, meliputi: (1) kualitas kerja, (2) kuantitas kerja, (3)

pengetahuan tentang pekerjaan, (4) pendapat atau pernyataan yang disimpulkan,

(5) perencanaan kerja.

Dari definisi di atas, yang dimaksud kinerja dalam penelitian ini adalah

kinerja individu auditor. Pengertian kinerja mengacu pada Mangkunegara

(2005:67) yaitu hasil kerja kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang

pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang

diberikan kepadanya.

2.1.6 Due Professional Care

Due professional care memiliki arti kemahiran profesional yang cermat

dan seksama (PSP No. 01 SPKN 2007). Singgih dan Bawono (2010)

mendefinisikan due professional care sebagai kecermatan dan keseksamaan

dalam penggunaan kemahiran profesional yang menuntut auditor untuk

melaksanakan skeptisme profesional. Penting bagi auditor untuk

mengimplementasikan due professional care dalam pekerjaan auditnya. Auditor

dituntut untuk selalu berpikir kritis terhadap bukti audit dengan selalu

mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti audit tersebut.

Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama memungkinkan

auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdf · pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu organisasi dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

24

dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan

(Elisha dan Icuk, 2010).

Auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan

seksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap

penugasan. Due professional care dapat diterapkan dalam pertimbangan

profesional (professional judgement), meskipun dapat saja terjadi penarikan

kesimpulan yang tidak tepat ketika audit sudah dilakukan dengan seksama.

Penerapan kecermatan dan keseksamaan diwujudkan dengan dilakukannya review

secara kritis pada setiap tingkat supervise terhadap pelaksanaan audit. Kecermatan

dan keseksamaan menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan bagaimana

kesempurnaan pekerjaan yang dihasilkan (Anwar, 2013). Auditor yang memiliki

kemahiran profesional yang cermat dan seksama akan lebih melaksanakan audit

secara benar serta cenderung menyelesaikan setiap tahapan-tahapan proses audit

secara lengkap dengan mempertahankan sikap skeptisme dalam

mempertimbangkan bukti-bukti audit yang kurang memadai yang ditemukan

selama proses audit untuk memastikan agar kualitas audit yang dihasilkan baik

(Ardani,2010).

2.1.7 Integritas

Menurut Arens (2008:108), yang termasuk kedalam prinsip-prinsip etika

profesional auditor adalah tanggungjawab, kepentingan masyarakat, integritas,

objektifitas dan independensi, keseksamaan anggota serta ruang lingkup dan sifat

jasa. Integritas berarti bahwa seseorang bertindak sesuai dengan kata hatinya,

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdf · pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu organisasi dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

25

dalam situasi seperti apapun (Arens 2008:99). Auditor yang berintegritas adalah

auditor yang memiliki kemampuan untuk mewujudkan apa yang telah diyakini

kebenarannya tersebut dalam kenyataan.

Integritas adalah sikap jujur, berani, bijaksana dan tanggung jawab auditor

dalam melaksanakan audit. Keempat unsur itu diperlukan untuk membangun

kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang handal

(Sukriah, dkk 2009). Wibowo (2010) menyebutkan integritas auditor internal

menguatkan kepercayaan dan karenanya menjadi dasar bagi pengandalan atas

judgement mereka. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan

publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya.

Mediasari dan Nellysari (2007) menyatakan bahwa integritas dapat menerima

kesalahan yang tidak sengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak

dapat menerima kecurangan prinsip. Dengan integritas yang tinggi, maka auditor

dapat meningkatkan kinerjanya terhadap kualitas hasil auditnya.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdf · pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu organisasi dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

26

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

Beberapa penelitian terdahulu yang mengkaji tentang due professional

care, integritas dan kinerja auditor dapat dilihat dalam Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya

No

Nama dan

Tahun

Penelitian

Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1 Naa, Faya

Alfonso

(2014)

Pengaruh

Independensi,

Pengalaman

Kerja, Locus of

Control, dan Due

Professional

Care Terhadap

Kinerja Aparat

Inspektorat

Kabupaten

Mimika

1) Independen:

independensi,

pengalaman

kerja, locus of

control, dan due

professional

care.

2) Dependen:

kinerja auditor.

1) Independensi

berpengaruh positif

pada kinerja

2) Pengalaman kerja

berpengaruh positif

pada kinerja

3) Locus of control

berpengaruh positif

pada kinerja

4) Due professional care

berpengaruh positif

pada kinerja

2 Orchidia,

Indah

(2014)

Pengaruh Gaya

Kepemimpinan,

Integritas, dan

Komitmen

Organisasi

Terhadap

Kinerja Auditor

Pemerintah

(Studi Empiris

pada Perwakilan

BPKP di

Provinsi

Sumatera Barat)

1) Independen: gaya

kepemimpinan,

integritas, dan

komitmen

organisasi.

2) Dependen:

kinerja auditor.

1) Gaya kepemimpinan

berpengaruh positif

pada kinerja

2) Integritas berpengaruh

positif pada kinerja

3) Komitmen organisasi

berpengaruh positif

pada kinerja

3 Wijana,

Dewa Gde

Ananta

(2015)

Integritas

Sebagai

Pemoderasi

Pengaruh

Komitmen

Organisasi Pada

Kinerja Auditor

1) Independen:

komitmen

organisasi.

2) Dependen:

kinerja auditor.

3) Moderating:

integritas

1) Komitmen organisasi

berpengaruh positif

pada kinerja auditor.

2) Integritas memoderasi

hubungan komitmen

organisasi pada kinerja

auditor

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdf · pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu organisasi dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

27

No

Nama dan

Tahun

Penelitian

Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

4 Febriyanti,

Reni (2014)

Pengaruh

Independensi,

Due Professional

Care, dan

Akuntabilitas

Terhadap

Kulaitas Audit

(Studi Empiris

Pada Kantor

Akuntan Publik

di Kota Padang

dan Pekanbaru)

1) Independen:

independensi, due

professional care,

dan akuntabilitas.

2) Dependen:

kualitas audit

1) Independensi tidak

berpengaruh terhadap

kualitas audit.

2) Due profesional Care

berpengaruh positif

terhadap kualitas audit.

3) Akuntabilitas tidak

berpengaruh terhadap

kualitas audit

Sumber: Data diolah, 2015

2.3 Rumusan Hipotesis Penelitian

2.3.1 Pengaruh Due Professional Care pada Kinerja Auditor

Due professional care memiliki arti kemahiran profesional yang cermat

dan seksama. Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

Negara nomor PER/05/M.PAN/03/2008, auditor harus menggunakan keahlian

profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional care) dan secara

hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan. Due professional care dapat

diterapkan dalam pertimbangan profesional (professional judgement), meskipun

dapat saja terjadi penarikan kesimpulan yang tidak tepat ketika audit sudah

dilakukan dengan seksama. Menurut PSP No. 01 SPKN 2007, kecermatan dan

keseksamaan dalam penggunaan kemahiran profesional menuntut auditor untuk

melaksanakan skeptisme profesional, yaitu suatu sikap auditor yang berpikir kritis

terhadap bukti audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi

terhadap bukti audit tersebut. Menerapkan kemahiran profesional secara cermat

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdf · pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu organisasi dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

28

dan seksama memungkinkan pemeriksa untuk mendapatkan keyakinan yang

memadai bahwa salah saji material atau ketidakakuratan yang signifikan dalam

data akan terdeteksi. Auditor yang gagal dalam menggunakan atau menerapkan

sikap skeptis maka akan menghasilkan opini audit yang tidak berdaya guna dan

tidak memiliki kualitas audit yang baik (Mansur, 2007).

Penting bagi auditor untuk mengimplementasikan due professional care

dalam pekerjaan auditnya. Hal ini dikarenakan standard of care untuk auditor

berpindah target yaitu menjadi berdasarkan kekerasan konsekuensi dari kegagalan

audit. Sehingga auditor di tuntut untuk cermat dan seksama dalam melakuakan

tugasnya (Naa, 2014). Hasil penelitian Kopp, Morley, dan Rennie dalam Mansur

(2007: 38) membuktikan bahwa masyarakat mempercayai laporan keuangan jika

auditor telah menggunakan sikap skeptis profesionalnya (professional skepticism)

dalam proses pelaksanaan audit. Penelitan mengenai due professional care pernah

di teliti oleh Singgih dan Bawono (2011) serta Naa (2014) dalam penelitiannya

menunjukan bahwa due profesional care berpengaruh signifikan terhadap kinerja

auditor.

Dengan demikian, dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut:

H1: Due professional care berpengaruh positif pada kinerja auditor.

2.3.2 Integritas Memoderasi Pengaruh Due Professional Care pada Kinerja

Auditor

Penting bagi auditor untuk mengimplementasikan due professional care

dalam pekerjaan auditnya. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan

seksama memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdf · pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu organisasi dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

29

laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh

kekeliruan maupun kecurangan. Auditor yang cermat dan seksama akan dapat

menghasilkan audit yang berkualitas (Naa, 2014). Menurut SPKN 2007,

pemeriksa harus mempertahankan integritas dan obyektivitas pada saat

melaksanakan pemeriksaan untuk mengambil keputusan yang konsisten dengan

kepentingan publik. Dalam melaporkan hasil pemeriksaannya, pemeriksa

bertanggung jawab untuk mengungkapkan semua hal yang material atau

signifikan yang diketahuinya, yang apabila tidak diungkapkan dapat

mengakibatkan kesalahpahaman para pengguna laporan hasil pemeriksaan,

kesalahan dalam penyajian hasilnya, atau menutupi praktik-praktik yang tidak

patut atau tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Integritas merupakan suatu sikap yang mutlak diperlukan bagi seorang

auditor. Integritas dapat mencegah kebohongan dan pelanggaran prinsip tetapi

tidak dapat menghilangkan kecerobohan dan perbedaan pendapat. Integritas

mensyaratkan pemeriksa untuk memperhatikan jenis dan nilai-nilai yang

terkandung dalam standar teknis dan etika. Integritas juga mensyaratkan agar

pemeriksa memperhatikan prinsip-prinsip obyektivitas dan independensi (SPKN,

2007). Sunarto (2011) menyatakan bahwa integritas dapat menerima kesalahan

yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat

menerima kecurangan prinsip. Dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat

meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya (Pusdiklatwas BPKP, 2008).

Kualitas hasil pemeriksaan merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam

menilai kinerja auditor. Integritas merupakan kualitas yang menjadikan timbulnya

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdf · pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu organisasi dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

30

kepercayaan masyarakat dan tatanan nilai tertinggi bagi anggota profesi dalam

menguji semua keputusannya. Dengan timbulnya kepercayaan masyarakat dan

pengguna laporan lainnya, maka kinerja dari auditor dikatakan meningkat menjadi

lebih baik. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Larkin (2000), Arini (2010) serta Eria, dkk (2012).

Dengan demikian, dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut:

H2: Integritas memoderasi pengaruh due professional care pada kinerja

auditor.


Top Related