37
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Personal Hygiene
1. Pengertian Personal Hygiene
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani, personal yang
artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan
adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis Tarwoto & Wartonah
(2010). Menurut Potter & Perry (2005), personal hygiene adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi
dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk
dirinya.
Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk
memelihara kesehatan mereka secara fisik dan psikisnya. Dalam
kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan
harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan
psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai
individu dan kebiasaan. Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan
kurang diperhatikan, hal ini terjadi karena kita menganggap masalah
38
kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus
dapat mempengaruhi kesehatan secara umum (Hidayat, 2008).
Pemeliharaan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan
individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat mampu
memenuhi kebutuhan kesehatannya sendiri, pada orang sakit atau
tantangan fisik memerlukan bantuan perawat untuk melakukan praktik
kesehatan yang rutin. Tujuan dilakukannya personal hygiene adalah
peningkatan derajat kesehatan, memelihara kesehatan diri, memperbaiki
personal hygiene, mencegah penyakit, meningkatkan kepercayaan diri dan
menciptakan keindahan.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene
menurut Ambarawati & Sunarsih, (2011) adalah sebagai berikut: (1)
Dampak fisik, banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena
tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik
yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga serta gangguan fisik pada
kuku. (2) Masalah psikososial yang berhubungan dengan personal hygiene
adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi
sosial (Ambarawati & Sunarsih, 2011).
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
personal hygiene adalah suatu aktivitas untuk menjaga serta merawat
39
tubuh agar tubuh selalu sehat dan bersih serta mampu meningkatkan
derajat kesehatan pada tubuh sehingga masalah kesehatan serta dampak
negatif dari fisik maupun social dapat teratasi dengan baik.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene
Menurut Ambarwati & Sunarsih (2005), dan Depkes (2000) sikap
seseorang melakukan personal hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor
antara lain:
1) Citra tubuh (body image), penampilan umum dapat menggambarkan
pentingnya hygiene pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan
konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh
ini dapat seringkali berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara
mempertahankan hygiene. Citra tubuh dapat berubah akibat
pembedahan atau penyakit fisik .
2) Praktik sosial, kelompok-kelompok sosial wadah seorang pelayan
berhubungan dapat mempengaruhi praktik hygiene pribadi.
3) Status sosial ekonomi, sumber daya ekonomi seseorang
mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang digunakan.
4) Pengetahuan, pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan
mempengaruhi praktik higiene. Kendati demikian, pengetahuan itu
sendiri tidaklah cukup. Seseorang juga harus termotivasi untuk
memelihara perawatan diri.
40
5) Kebudayaan,kepercayaan kebudayaan seseorang dan nilai pribadi
mempengaruhi perawatan higienis. Orang dari latar kebudayaan yang
berbeda, mengikuti praktik perawatan diri yang berbeda.
6) Kebiasaan dan kondisi fisik seseorang, setiap orang memiliki
keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk mandi, bercukur,
dan melakukan perawatan rambut.
3. Tipe Personal Hygiene
Ada beberapa tipe personal hygiene, menurut Depdikbud (1986)
tipe personal hygiene adalah sebagai berikut:
a. Kesehatan Gigi dan Mulut
Mulut beserta lidah dan gigi merupakan sebagian dari alat
pencerna makanan. Mulut berupa suatu rongga yang dibatasi oleh
jaringan lunak, dibagian belakang berhubungan dengan tengggorokan
dan di depan ditutup oleh bibir. Lidah terdapat di dasar rongga mulut
terdiri dari jaringan yang lunak dan ujung-ujung syaraf pengecap. Gigi
terdiri dari jaringan keras yang terdapat dirahang atas dan bawah yang
tersusun rapi dalam lengkungan.
Makanan sebelum masuk ke dalam perut, perlu dihaluskan,
maka makanan tersebut dihaluskan oleh gigi dalam rongga mulut.
Lidah berperan sebagai pencampur makanan, penempatan makanan
agar dapat dikunyah dengan baik dan berperan sebagai indera perasa
dan pengecap. Penampilan wajah sebagian ditentukan oleh tata letak
41
gigi. Seperti halnya dengan bagian tubuh yang lain, maka mulut dan
gigi juga perlu perawatan yang teratur dan seyogyanya sudah
dilakukan sejak kecil. Untuk pertumbuhan gigi yang sehat diperlukan
sayur-sayuran yang cukup mineral seperti zat kapur, makanan dalam
bentuk buah-buahan yang mengandung vitamin A atau C sangat baik
untuk kesehatan gigi dan mulut. Gosok gigi merupakan upaya atau
carayang terbaik untuk perawatan gigi dan dilakukan paling sedikit
dua kali dalam sehari yaitu pagi dan pada waktu akan tidur. Dengan
menggosok gigi yang teratur dan benar maka plak yang ada pada gigi
akan hilang. Hindari kebiasaan menggigit benda-benda yang keras dan
makan makanan yang dingin dan terlalu panas. Gigi yang sehat adalah
gigi yang rapi, bersih, bercahaya, gigi tidak berlubang dan didukung
oleh gusi yang kencang dan berwarna merah muda pada kondisi
normal, dari gigi dan mulut
b. Kesehatan Rambut dan kulit rambut,
Rambut berbentuk bulat panjang, makin ke ujung makin kecil
dan ujungnya makin kecil. Pada bagian dalam berlubang dan berisi zat
warna. Warna rambut setiap orang tidak sama tergantung zat warna
yang ada didalamnya. Rambut dapat tumbuh dari pembuluh darah
yang ada disekitar rambut. Rambut merupakan pelindung bagi kulit
kepala dari sengatan matahari dan hawa dingin. Dalam kehidupan
sehari-hari sering nampak pemakaian alat perlindungan lain seperti
42
topi, kain kerudung dan masih banyak lagi yang lain. Penampilan akan
lebih rapi dan menarik apabila rambut dalam keadaan bersih dan
sehat. Sebaliknya rambut yang dalam keadaan kotor, kusam dan tidak
terawat akan terkesan jorok dan penampilan tidak menarik. Rambut
dan kulit kepala harus selalu sehat dan bersih, sehingga perlu
perawatan yang baik. Untuk perawatan rambut dapat ditempuh dengan
berbagai cara namun demikian cara yang dilakukan adalah cara
pencucian rambut. Rambut adalah bagian tubuh yang paling banyak
mengandung minyak. Karena itu kotoran, debu, asap mudah melekat
dengan demikian maka pencucian rambut adalah suatu keharusan.
Pencucian rambut dengan shampo dipandang cukup apabila dilakukan
dua kali dalam seminggu. Rambut yang sehat yaitu tidak mudah
rontok dan patah, tidak terlalu berminyak dan terlalu kering serta tidak
berketombe dan berkutu. Tujuan bagi subjek yang membutuhkan
perawatan rambut dan kulit kepala meliputi sebagai berikut: (a) pola
kebersihan diri subjek normal, (b) subjek akan memiliki rambut dan
kulit kepala bersih yang sehat, (c) subjek akan mencapai rasa nyaman
dan harga diri, (d) subjek dapat mandiri dalam kebersihan diri sendiri,
(e) subjek akan berpartisipasi dalam praktik perawatan rambut.
c. Kesehatan kulit
Kulit terletak diseluruh permukaan luar tubuh. Secara garis
besar kulit dibedakan menjadi 2 bagian yaitu bagian luar yang disebut
43
kulit ari dan bagian dalam yang disebut kulit jangat. Kulit ari berlapis-
lapis dan secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 2
kelompok, yaitu lapisan luar yang disebut lapisan tanduk dan lapisan
dalam yang disebut lapisan malpighi. Kulit jangat terletak di sebelah
bawah atau sebelah dalam dari kulit ari. Kulit merupakan pelindung
bagi tubuh dan jaringan dibawahnya. Perlindungan kulit terhadap
segala rangsangan dari luar, perlindungan tubuh dari bahaya kuman
penyakit, dan sebagai pelindung cairan-cairan tubuh sehingga tubuh
tidak kekeringan dari cairan. Melalui kulit rasa panas, dingin dan nyeri
dapat dirasakan. Perawatan kulit dilakukan dengan cara mandi 2 kali
sehari yaitu pagi dan sore dengan air yang bersih. Perawatan kulit
merupakan keharusan yang mendasar. Kulit yang sehat yaitu kulit
yang selalu bersih, halus, tidak ada bercak-bercak merah, tidak kaku
tetapi lentur (fleksibel).
d. Kesehatan Telinga
Telinga dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu bagian paling
luar, bagian tengah, dan daun telinga. Telinga bagian luar terdiri dari
lubang telinga dan daun telinga. Telinga bagian tengah terdiri dari
ruang yang terdiri dari tiga buah ruang tulang pendengaran. Ditelinga
bagian dalam terdapat alat keseimbangan tubuh yang terletak dalam
rumah siput. Telinga merupakan alat pendengaran, sehingga berbagai
macam bunyi-bunyi suara dapat didengar. Disamping sebagai alat
44
pendengaran telinga juga dapat berguna sebagai alat keseimbangan
tubuh. Menjaga kesehatan telinga dapat dilakukan dengan
pembersihan yang berguna untuk mencegah kerusakan dan infeksi
telinga. Telinga yang sehat yaitu lubang telinga selalu bersih untuk
mendengar jelas dan telinga bagian luar selalu bersih.
e. Kesehatan Kuku
Kuku terdapat di ujung jari bagian yang melekat pada kulit
yang terdiri dari sel-sel yang masih hidup. Bentuk kuku bermacam-
macam tergantung dari kegunaannya ada yang pipih, bulat panjang,
tebal dan tumpul. Guna kuku adalah sebagai pelindung jari, alat
kecantikan, senjata, pengais dan pemegang. Bila untuk keindahan bagi
wanita karena kuku harus relatif panjang, maka harus dirawat
terutama dalam hal kebersihannya. Kuku jari tangan maupun kuku jari
kaki harus selalu terjaga kebersihannya karena kuku yang kotor dapat
menjadi sarang kuman penyakit yang selanjutnya akan ditularkan
kebagian tubuh yang lain.
f. Kesehatan Mata
Pembersihan mata biasanya dilakukan selama mandi dan
melibatkan pembersihan dengan washlap bersih yang dilembabkan ke
dalam air.
45
g. Kesehatan Hidung
Seseorang biasanya mengangkat sekresi hidung secara lembut
dengan membersihkan ke dalam dengan tisu lembut. Hal ini menjadi
hygiene harian yang diperlukan. Perdarahan hidung adalah tanda
kunci dari pengeluaran yang kasar, iritasi mukosa, atau kekeringan.
Mengenai hal tersebut Hidayat (2008), menambahkan bahwa tipe
Personal Hygiene adalah kebersihan tangan dan kebersihan mulut,
kebersihan tangan merupakan salah satu penghantar masuk kuman ke
dalam tubuh manusia karena tangan adalah bagian tubuh yang paling
sering bersentuhan dengan mulut dan hidung secara langsung, sedangkan
kebersihan mulut merupakan organ yang bertindak sebagai pintu masuk
untuk kuman memasuki badan. Oleh karena itu, menjaga kebersihan mulut
dan gigi sangat penting. Banyak yang masih tidak mengetahui waktu yang
sesuai untuk menyikat gigi dan ramai percaya bahwa menyikat gigi sekali
sehari sudah memadai. Seseorang itu, wajib menyikat gigi sekurang-
kurangnya dua kali sehari yaitu selepas makan sarapan dan sebelum tidur
dengan rata-rata waktunya dari 1 menit hingga 2,5 menit setiap kali
menyikat gigi. Cara yang lebih ideal adalah dengan menyikat gigi sesudah
setiap kali makan. Sikat gigi yang dipakai juga harus diganti setiap 6
bulan. Lebih baik jika diganti setiap 3 bulan.
Berdasarkan uraian tersebut personal hygiene adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihandan kesehatan seseorang untuk
46
kesejahteraan fisik dan psikis. Personal hygiene adalah salah satu
kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna
mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya, subjek dinyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri. Jenis-jenisnya yaitu,
perawatan pagi hari, siang hari, menjelang tidur, dan dini hari. Personal
Hygiene adalah suatu tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Ukuran kebersihan atau
penampilan seseorang dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene
berbeda pada setiap orang sakit karena terjadi gangguan pemenuhan
kebutuhan. Selain itu sebagian besar pemenuhan kebutuhan personal
hygiene dapat dilakukan secara mandiri kecuali untuk perawatan kuku kaki
dan tangan yang masih bergantung pada orang lain. Pemeliharaan personal
hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya.
4. Tujuan Personal Hygiene
Ada beberapa tujuan dalam personal hygiene menurut Yuni (2015),
adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan derajat kesehatan
2) Memelihara kebersihan diri
3) Memperbaiki personal hygiene
4) Pencegahan penyakit
47
5) Meningkatkan percaya diri
6) Menciptakan keindahan
Sementara itu Tarwoto dan Wartonah (2004), menjelaskan tujuan
personal hygiene adalah untuk memelihara kebersihan diri, menciptakan
keindahan, serta meningkatkan derajad kesehatan individu sehingga dapat
mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri maupun terhadap orang
lainnya.
Berdasarkan uraian tersebut tujuan dari personal hygiene adalah
kebersihan seseorang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan
dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Personal
hygiene adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya yang meliputi
memelihara kebersihan diri, menciptakan keindahan, serta meningkatkan
derajad kesehatan individu sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit
pada diri sendiri maupun terhadap orang lain.
5. Personal Hygiene Pada Anak Jalanan
Konvensi Hak-hak Anak (Convention on The Right of The Child)
menyatakan anak adalah setiap individu yang berusia di bawah18 tahun.
Selain itu dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 4 tahun 1979
tentang kesejahteraan anak, dinyatakan bahwa anak adalah seseorang yang
belum mencapai usia 21 tahun dan belum pernah kawin.
48
UNICEF mendefinisikan anak jalanan sebagai those who have
abandoned their home, school, and immediate communities before they
are sixteen yeas of age have drifted into a nomadic street life (anak-anak
berumur di bawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga,
sekolah dan lingkungan masyarakat terdekat, larut dalam kehidupan yang
berpindah-pindah). Anak jalanan merupakan anak yang sebagian besar
menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan
atau tempat-tempat umum lainnya. (Departemen Sosial RI, 2005)
Hidup menjadi anak jalanan bukanlah pilihan yang menyenangkan,
melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima karena adanya sebab
tertentu. Secara psikologis mereka adalah anak-anak yang pada taraf
tertentu belum mempunyai bentukan mental emosional yang kokoh,
sementara pada saat yang sama mereka harus bergelut dengan dunia
jalanan yang keras dan cenderung berpengaruh bagi perkembangan dan
pembentukan kepribadiannya. Aspek psikologis ini berdampak kuat pada
aspek sosial. Penampilan anak jalanan yang kumuh, melahirkan pencitraan
negatif oleh sebagian besar masyarakat terhadap anak jalanan yang
diidentikan dengan pembuat onar, anak-anak kumuh, suka mencuri, dan
sampah masyarakat yang harus diasingkan (Armai, 2002).
Pusdatin Kesos Departemen Sosial RI sebagaimana dikutip oleh
Zulfadli (2004), menjelaskan bahwa anak jalanan adalah anak yang
sebagian besar waktunya dihabiskan di jalanan atau di tempat-tempat
49
umum, dengan usia antara 6 sampai 21 tahun yang melakukan kegiatan di
jalan atau di tempat umum seperti: pedagang asongan, pengamen, ojek
payung, pengelap mobil, dan lain-lain. Kegiatan yang dilakukan dapat
membahayakan dirinya sendiri atau mengganggu ketertiban umum. Anak
jalanan merupakan anak yang berkeliaran dan tidak jelas kegiatannya
dengan status pendidikan masih sekolah dan ada pula yang tidak
bersekolah. Kebanyakan mereka berasal dari keluarga yang tidak mampu.
Sadli dalam Armai (2002), menyatakan bahwa ada berbagai faktor
yang saling berkaitan dan berpengaruh terhadap timbulnya masalah anak
jalanan, antara lain: faktor kemiskinan (structural), faktor keterbatasan
kesempatan kerja (faktor intern dan ekstern), faktor yang berhubungan
dengan urbanisasi dan masih ditambah lagi dengan faktor pribadi seperti
tidak biasa disiplin, biasa hidup sesuai dengan keinginannya sendiri dan
berbagai faktor lainnya.
Menurut Suyanto dan Sanituti (1999), berdasarkan intensitasnya di
jalanan, anak jalanan dapat dikelompokkan menjadi tiga karakteristik
utama, yaitu sebagai berikut:
a. Chidren of the street, anak yang hidup/tinggal di jalanan dan tidak ada
hubungan dengan keluarganya. Kelompok ini biasanya tinggal di
terminal, stasiun kereta api, emperan toko dan kolong jembatan.
50
b. Children on the street, anak yang bekerja di jalanan. Umumnya mereka
adalah anak putus sekolah, masih ada hubungannya dengan keluarga
namun tidak teratur yakni mereka pulang ke rumahnya secara periodik.
c. Vulnerarable children to be street children, anak yang rentan menjadi
anak jalanan. Umumya mereka masih sekolah dan putus sekolah, dan
masih ada hubungan teratur (tinggal) dengan orang tuanya. Jenis
pekerjaan anak jalanan dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu
sebagai berikut:
1) Usaha dagang yang terdiri atas pedagang asongan, penjual koran,
majalah, serta menjual sapu atau lap kaca mobil.
2) Usaha di bidang jasa yang terdiri atas pembersih bus, pengelap kaca
mobil, pengatur lalu lintas, kuli angkut pasar, ojek payung, tukang
semir sepatu dan kenek.
3) Pengamen, dalam hal ini menyanyikan lagu dengan berbagai macam
alat musik seperti gitar, kecrekan, suling bambu, gendang, radio
karaoke dan lain-lain.
4) Kerja serabutan, yaitu anak jalanan yang tidak mempunyai pekerjaan
tetap, dapat berubah-ubah sesuai dengan keinginan mereka.
Lingkungan yang menyebabkan anak jalanan rendah dalam
perilaku personal hygiene. Dari lingkungan sosial dapat dijelaskan
beberapa faktor yang dapat menyebabkan perilaku personal hygiene anak
jalanan rendah, yaitu sebagai berikut:
51
a. Teman, saudara, dan orang-orang sekitar
Kelompok-kelompok sosial wadah anak jalanan berhubungan
dapat mempengaruhi bagaimana mereka terlibat dalam pelaksanaan
praktik personal hygiene. Pada anak-anak selalu terbiasa dalam
kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola
personal hygiene (Depkes RI, 2000).
b. Status Sosial Ekonomi
Menurut Friedman, dalam Pratiwi (2008), pendapatan keluarga
akan mempengaruhi kemampuan keluarga untuk menyediakan fasilitas
dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang hidup dan
kelangsungan hidup keluarga. Sumber daya ekonomi seseorang
mempengaruhi jenis dan tingkatan praktik personal hygiene. Untuk
melakukan personal hygiene yang baik dibutuhkan sarana dan
prasarana yang memadai, seperti kamar mandi, peralatan mandi, serta
perlengkapan mandi yang cukup misalnya: sabun, sikat gigi, sampho,
dan lain-lain (Depkes RI, 2000).
Penelitian telah dilakukan pada tahun 2009, di 11 negara
termasuk negara Eropa, Afrika dan Asia Tenggara. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan praktek personal hygiene di
negara berkembang dan negara maju. Dari hasilnya 62% kematian
berlaku di Afrika karena infeksi dan 31% kematian berlangsung di
negara Asia Tenggara karena sebab yang sama. Di Inggris cuma 5%
52
menunjukkan kematian akibat infeksi. Penelitian ini menunjukkan
praktek kebersihan diri di negara maju lebih baik dibandingkan negara
berkembang.
c. Pengetahuan yang rendah dan sikap kurangnya perilaku personal
hygiene.
Pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting, karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan dan pengetahuan
tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan akan
mempengaruhi praktik hygiene (Depkes RI, 2000).
Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup,
seseorang juga harus termotivasi untuk memelihara personal hygiene
sebab individu dengan pengetahuan tentang pentingnya personal
hygiene dan memiliki motivasi akan selalu menjaga kebersihan dirinya
untuk mencegah diri dari keadaan sakit (Notoatmodjo dalam Pratiwi,
2008).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal
yang mempengaruhi rendahnya perilaku personal hygiene pada anak
jalanan adalah lingkungan, teman, pengetahuan, dan status sosial ekonomi.
Anak jalanan belum sepenuhnya memahami mengenai pentingnya
personal hygiene meskipun ada pemberian beberapa informasi dari
volunteer save street child namun pelaksanaan dalam kehidupan sehari-
hari belum diterapkan sepenuhnya, hal tersebut ditunjukan dengan sikap
53
acuh tak acuh anak jalanan dalam menjaga personal hygiene. Citra tubuh
anak jalanan bahwa mereka percaya diri dengan pakaian yang mereka
gunakan, mereka juga ingin terlihat menarik di depan teman-teman
mereka, walaupun pakaian terlihat kotor dengan anggapan mereka akan di
kasihani ketika mencari nafkah di jalanan. Peran orang tua secara
emosional kepada anak jalanan yang mendukung anak untuk selalu
menjaga personal hygiene dan beberapa orang tua justru bersikap acuh dan
adanya dukungan volunteer yang memberikan dukungan secara informasi
kepada anak jalanan saat kelas belajar dimulai. Ketersediaan fasilitas anak
jalanan untuk melaksanakan personal hygiene masih sangat nihil.
6. Intervensi Psikologi
Istilah intervensi secara umum adalah upaya untuk merubah
perilaku, pikiran dan perasaan seseorang. Intervensi tidak hanya dilakukan
oleh psikolog dan dapat digunakan dalam berbagai bidang. Salah satu
intervensi dalam konteks hubungan professional antara psikolog dan
subjek adalah psikoterapi (Teguh, 2013).
Beberapa cara atau metode intervensi peningkatan perilaku dalam
beberapa penelitian antara lain:
a. Penyuluhan dan psikoedukasi
Penyuluhan berasal dari kata suluh yang berarti pelita atau
pemberi terang. Harapan dari pemberian penyuluhan adalah terjadi
peningkatan dalam pengetahuan, keterampilan, sikap, dan niat untuk
54
meningkatkan personal hygiene. Pengetahuan dikatakan meningkat
jika terjadi perubahan dari tidak mampu menjadi mampu. Sikap
dikatakan berubah jika terjadi perubahan dari yang tidak mau menjadi
mau. Berbeda dengan penyampaian pesan dengan penyuluhan dengan
penyampaian materi berupa tulisan, tidak menarik apalagi tidak ada
media lain yang dibawa oleh anak jalanan sehingga membosankan,
maka untuk variasi diberikan melalui media komik sehingga lebih
menarik dan lebih mudah diterima karena menggunakan visualisasi
(Ibrahim, 2013).
b. Konseling Behavioral
Konseling behavioral atau modifikasi tingkah laku adalah
sebuah teknik yang berangkat dari persepsi Skinerian bahwa dalam
setiap situasi atau dalam merespon setiap stimulus, seseorang sudah
memiliki pembendaharaan respon yang mungkin sesuai dengan
stimulus tersebut, dan mengeluarkan perilaku yang dikuatkan atau
diberi ganjaran (McLeod, 2008).
Prinsip ini kemudian dikenal dengan istilah operant
conditioning. Jadi konseling Behavioral adalah salah satu pendekatan
konseling yang berpusat pada modifikasi perilaku yang berarti
mengubah perilaku. Konseling Behavioral bersandar pada konsep
stimulus dan respon di mana seorang individu akan berperilaku sesuai
stimulus yang ia terima, mempelajarinya kemudian menentukan
55
respon atas stimulus tersebut. Sehingga konseling Behavioral diartikan
juga sebagai usaha menerapkan prinsip-prinsip belajar. Melalui
konseling Behavioral seorang individu akan mempelajari perilaku
baru yang lebih adaptif, mengubah perilaku mal adaptifnya dan
mempertahankan perilaku barunya. Pada konseling behavioral ada
unsur yang cukup penting, yakni pemberian hadiah dan hukuman
untuk mengubah perilaku seorang individu.
c. Teknik Token Ekonomi
Token Ekonomi merupakan salah satu contoh dari penguatan
yang ekstrinsik, yang menjadikan orang-orang melakukan sesuatu
untuk meraih “pemikat di ujung tongkat”. Tujuan prosedur ini adalah
untuk mengubah motivasi ekstrinsik menjadi motivasi instrinsik.
Diharapkan bahwa perolehan tingkah laku yang diinginkan akhirnya
dengan sendirinya akan menjadi cukup mengganjar untuk
memperoleh tingkah laku yang baru (Corey, 2013).
Gantina mengemukakan Token Ekonomi merupakan teknik
konseling behavioral yang didasarkan pada prinsip operant
conditioning skinner yang termasuk didalamnya adalah penguatan.
(Komalasari, 2011)
Jadi token ekonomi adalah sistem perlakuan pemberian
penghargaan atau penguatan kepada anak jalanan berupa token (tanda-
tanda) yang dikumpulkan dan ditukarkan dengan suatu benda yang
56
bermakna, setelah ia mampu menghilangkan perilakunya yang tidak
diharapkan atau membentuk/meningkatkan perilaku yang diharapkan
yakni disiplin.
d. Teknik Positive Reinforcement (penguatan positif)
Teknik Positive Reinforcement (penguatan positif) adalah
sebuah teknik dalam modifikasi perilaku sehingga terjadi penguatan
perilaku yang bersifat positif, yang didasari pada prinsip bahwa respon
meningkat karena diikuti oleh stimulus yang mendukung atau
rewarding (Suharyanto, 2018).
e. Hipnoterapi
Hipnoterapi adalah terapi yang menggunakan hypnosis sebagai
sarana untuk menjangkau bawah sadar. Peran dan pengaruh pikiran
sadar adalah 12%, sedangkan pikiran bawah sadar adalah tempat yang
paling dominan untuk mempengaruhi perilaku manusia, perilaku
manusia 88% dipengaruhi oleh pikiran bawah sadarnya. Pikiran sadar
dan bawah sadar sebenarnya saling mempengaruhi dan bekerja dalam
kecepatan yang tinggi (Gunawan, 2006).
Misalnya, sebagian besar anak jalanan tahu bahwa dengan
personal hygiene dapat meningkatkan kesehatan dan kebersihan diri
akan tetapi karena pengaruh lingkungan sangat kuat dengan pola
perilaku personal hygiene yang tidak memperhatikan kebersihan
dalam kesehariannya, maka pikiran bawah sadar menerima hal
57
tersebut sebagai habit. Hipnoterapi menawarkan terapi yang dapat
membawa ke arah perubahan, salah satunya adalah perubahan
perilaku. (Gunawan, 2007)
Berdasarkan uraian tersebut, terdapat beberapa intervensi yang
dapat dilakukan untuk peningkatan perilaku personal hygiene. Dari
beberapa intervensi yang ada, peneliti memilih hipnoterapi untuk
meningkatkan perilaku personal hygiene. Alasan pemilihan intervensi
tersebut karena selama ini terapi untuk peningkatan perilaku personal
hygiene ada pada domain pikiran sadar dan bawah sadar, sehingga pesan
dalam intervensi peningkatan perilaku personal hygiene diyakini dapat
menjadi salah satu alternative untuk peningkatan perilaku personal
hygiene.
B. Hipnoterapi
1. Pengertian Hipnoterapi
Hipnoterapi berasal dari kata hypnosis. Hypnosis secara istilah
dalam Kamus Encarte memiliki makna: pertama, suatu kondisi yang
menyerupai tidur yang dapat secara sengaja dilakukan kepada orang,
dimana mereka akan memberikan respon pada pertanyaan yang diajukan
dan sangat terbuka terhadap sugesti yang diberikan oleh hipnotis. Kedua,
teknik atau praktek dalam mempengaruhi orang lain untuk masuk dalam
kondisi hipnosis (Gunawan, 2016).
58
Hipnoterapi merupakan salah satu terapi komplementer yang
menggunakan teknik hipnosis untuk mempengaruhi kondisi seseorang
terutama kesehatan. Hipnosis dilakukan dengan memberikan edukasi dan
kepercayaan yang benar melalui alam bawah sadar klien untuk merubah
pola hidup yang buruk misalnya yang mempengaruhi kondisi kesehatan
melalui personal hygiene. Hipnoterapi diharapkan mampu membuat klien
merubah cara pikirnya dan kemudian mampu melakukan pola hidup sehat
dan mendapatkan manfaat dengan terjaganya kesehatan tubuh. Hipnoterapi
sendiri menggunakan teknik relaksasi yang menggunakan kekuatan sugesti
yang diberikan terapis atau merupakan efek plasebo.
Hipnoterapi adalah salah satu cabang dari ilmu psikologi yang
mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi masalah kognisi (pikiran),
afeksi (perasaan), dan perilaku. Selain itu, hipnoterapi juga dikatakan
sebagai suatu teknik terapi pikiran dan penyembuhan yang menggunakan
metode hipnosis untuk memberi sugesti atau perintah positif kepada
pikiran bawah sadar untuk penyembuhan suatu gangguan psikologis atau
untuk mengubah pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang agar menjadi
lebih baik. Orang yang ahli dalam menggunakan hipnosis untuk terapi
disebut "hypnotherapist". Hipnoterapi menggunakan pengaruh kata-kata
yang disampaikan dengan teknik-teknik tertentu. Satu-satunya kekuatan
dalam hipnoterapi adalah komunikasi (Kahija, 2007).
59
Dalam ruang lingkup psikoterapi, hipnosis digunakan bukan saja
dalam psikoterapi penunjang, tetapi lebih dari itu. Hipnosis merupakan alat
yang ampuh dalam psikoterapi penghayatan dengan tujuan membangun
kembali (rekonstruktif), sehingga perlu pengkajian yang lebih mendalam
agar tercapai suatu pendekatan terinci dan menyeluruh. Penggunaan
hipnosis sudah ada sejak awal mula peradaban manusia. Pada saat itu,
hipnosis belum dikenal dengan nama “hipnosis”. Hipnotis di masa lalu
dipraktikkan dalam ritual agama dan ritual penyembuhan (untuk
membantu mengatasi emosi, masalah psikologis, dan sebagai alternatif
anestesi untuk operasi lapangan). Hipnoterapi adalah psikoterapi yang
menggunakan teknik hipnosis sebagai bagian dari proses perawatan
dengan tujuan untuk menyingkap kejadian-kejadian masa lalu yang
mungkin mempengaruhi pola berpikir saat ini.
Hipnotherapi adalah terapi yang dilakukan pada subjek dalam
kondisi Hipnosis. Hipnosis adalah kependekan dari istilah James Braid's
(1843) "neuro-hypnotism", yang berarti "tidurnya sistem saraf". Orang
yang terhipnotis menunjukan karakteristik tertentu yang berbeda dengan
yang tidak, yang paling jelas adalah mudah disugesti. Hipnotherapi sering
digunakan untuk memodifikasi perilaku subjek, isi perasaan, sikap, juga
keadaan seperti kebiasaan disfungsional, kecemasan, sakit sehubungan
stress, manajemen rasa sakit, dan perkembangan pribadi.
(https://id.wikipedia.org/wiki/hipnoterapi#hypnotherapy)
60
Dari pengertian tersebut, hipnoterapi adalah suatu perjalanan
hipnosis ke pikiran bawah sadar yang sangat luas dan menyimpan
kekuatan yang dapat dialirkan untuk proses penyembuhan. Secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa metode hipnoterapi adalah suatu
cara untuk menemukan akar permasalahan dan mencari solusinya dengan
pendekatan hipnoterapi melalui alam bawah sadar. Hipnoterapi, sesuai
dengan namanya, adalah terapi yang menggunakan hipnosis sebagai sarana
untuk menjangkau pikiran bawah sadar subjek, maka seorang hipnoterapist
perlu mengetahui pikiran dan cara kerjanya. Peran dan pengaruh pikiran
sadar adalah 12% sedangkan pikiran bawah sadar adalah tempat yang
paling dominan untuk mempengaruhi perilaku manusia, perilaku manusia
88% dipengaruhi oleh pikiran bawah sadarnya. Pikiran sadar dan bawah
sadar sebenarnya saling mempengaruhi dan bekerja dalam kecepatan yang
tinggi (Gunawan, 2006).
Pikiran sadar mempunyai empat fungsi spesifik, yaitu sebagai
berikut:
a. Mengindentikasi informasi yang masuk; informasi ini diterima melalui
panca indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, pengecap,
sentuhan atau perasaan.
b. Membandingkan; informasi yang masuk dibandingkan dengan database
(referensi, pengalaman, dan segala informasi) yang berada di pikiran
bawah sadar.
61
c. Menganalisis; memeriksa informasi yang masuk dengan membagi
informasi itu menjadi komponen yang lebih kecil agar dapat diperiksa
dengan seksama.
d. Memutuskan; menentukan respon atau tindakan yang akan diambil
terhadap informasi yang sebelumnya telah diperiksa dengan seksama.
Pikiran bawah sadar mempunyai fungsi atau menyimpan hal-hal
berikut:
a. Kebiasaan baik; kebiasaan yang bersifat positif dan produktif, seperti
mencuci tangan sebelum makan, berdoa sebelum melakukan kegiatan,
dan lain-lain.
b. Kebiasaan buruk; kebiasaan yang bersifat negative dan destruktif,
seperti merokok, makan secara berlebihan, dan lain-lain.
c. Kebiasaan reflex, antara lain dapat dilihat pada aktivitas seperti
otomatis menutup pintu setelah membukanya, menutup mulut saat
batuk atau bersin.
d. Emosi; bagaimana perasaan kita mengenai suatu keadaan, hal-hal
tertentu, dan terhadap orang lain.
e. Memori jangka panjang; memori jangka panjang adalah tempat
penyimpanan informasi yang bersifat permanen; ada memori yang
tidak dapat diingat dalam kondisi sadar, tetapi dapat dimunculkan
kembali dengan bantuan hypnosis.
62
f. Kepribadian; kepribadian adalah kareteristik individual kita dalam
berhubungan dengan orang lain dan dengan lingkungan yang kita
jumpai sehari-hari.
g. Intuisi; perasaan mengetahui sesuatu melalui insting, berhubungan
dengan spiritual dan/atau metafisik.
h. Kreativitas; kemampuan untuk mewujudkan visi, pemikiran dan
impian menjadi kenyataan.
i. Persepsi; bagaimana melihat dunia menurut “kaca mata” kita.
j. Belief dan Value; beliefe adalah segala sesuatu yang kita yakini sebagai
hal yang benar; sedangkan value atau nilai adalah segala sesuatu yang
kita pandang sebagai hal penting. Kedua hal ini sama seperti program
di komputer. Jika programnya canggih, sehat dan tidak treinfeksi virus,
kinerja komputer pun akan bagus (Modul Pelatihan Clinical
Hipnoterapi, Jaspi, 2010).
Pada penelitian ini akan menggunakan tehnik Indirect Guided
Imagery (Ericksonian Methapors) teknik yang menggunakan metafora,
hipnoterapist perlu membuat script atau cerita yang telah disiapkan
sebelumnya. Cerita yang disampaikan sepenuhnya tergantung pada terapis,
dengan penggabungan tehnik direct suggestion sugesti yang bersifat
langsung diberikan berdasarkan apa yang diucapkan oleh klien
(verbalizing) penyimpulan makna cerita itu dilakukan klien. Secara inti
peneliti membuat cerita bagaimana subjek tersebut merawat dirinya dari
63
mulai bangun tidur lalu beraktivitas sampai akan tidur kembali. Cerita
tersebut dikemas dalam bentuk sugesti imagery dimana hal tersebut
berkaitan dengan tingkat sugetibilitas subyek yang dilakukan diawal
sebelum penelitian berlangsung. Cerita dibuat dengan menekankan
bagaimana subjek dapat melakukan rawat diri dengan benar dan kontinyu
setiap hari, sehingga hal tersebut secara otomatis tersimpan pada bawah
sadar kemudian mengganti perilaku rawat diri dengan yang baru.
Hipnotherapist harus menyesuaikan teknik hipnoterapi agar sesuai dengan
permasalahan klien yang ada, dengan harus selalu memperhatikan faktor
budaya dan sejarah hidup klien dan perhatikan juga kemampuan klien
untuk menginterpretasikan (Raming, 2014).
Selanjutnya Erickson dalam Laksana (2011) mengatakan orang
bisa menolak sugesti langsung karena sugesti langsung memiliki karakter
menantang reaksi pikiran sadar, tetapi orang tidak bisa menolak cerita.
Orang hanya bisa menerima cerita yang disampaikan kepadanya, dan pada
saat yang sama ia menerima semua pesan tersirat yang menyentuh bawah
sadarnya, arena cerita menyampaikan pelajaran secara tidak langsung,
maka ia tidak memancing reaksi pikiran sadar. Cerita tidak mengundang
pikiran sadar untuk campur tangan, tidak memancing penolakan sadar,
tidak memancing respons kritis pikiran sadar. Dengan demikian setiap
sugesti akan diterima dalam cara yang nyaman oleh pasien tanpa ia merasa
terdikte untuk menjalankan sugesti apa pun yang disampaikan. Cerita
64
adalah sugesti yang sangat licin. Ia tidak bisa dijangkau oleh pikiran sadar
dan hanya bisa diterima oleh bawah sadar. Bagi Erickson, cerita juga
menjadi salah satu alat untuk berkomunikasi dengan pasiennya di dua level
kesadaran. Di level pikiran sadar, cerita adalah sesuatu yang menarik
untuk didengar. Di level bawah sadar, cerita itu adalah sugesti agar orang
memberi respons tertentu demi mendapatkan manfaat terapeutik darinya,
dengan menggunakan cerita untuk membuat orang mau bekerja sama,
Ericson menggunakan cerita untuk membuat kliennya lebih rileks,
menggunakan cerita dapat menumbuhkan motivasi atau harapan klien.
2. Struktur Proses Hipnoterapi
Hipnoterapi mempunyai beberapa tahap dalam struktur proses
hipnoterapi. Tahap-tahap ini menjadi dalam memasuki tidur hypnosis.
Menurut Nurindra (Sumali, 2008) ada beberapa tahap yang harus dilalui
dalam hypnosis, yaitu: (a) pre-induction, tahap ini dilakukan analisis
permasalahan dan pengujian untuk mengetahui tingkat sugestibilitas
alamiah; (b) induction, yakni proses pemberian sugesti untuk membawa
dari keadaan normal ke keadaan hypnosis; (c) deepening yakni proses
untuk memperdalam tingkat kondisi trance; (d) depth level test, yakni
pengujian seberapa dalam level kondisi trance; (e) change work, pada
tahap ini dilakukan intervensi terapeutik dengan menggunakan teknik-
teknik tertentu yang dapat digunakan secara terpisah atau digabung satu
sama lain sesuai dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan; (f) post hypnotic,
65
tahap ini adalah tahap memberikan sugesti jangkar agar perubahan saat
sesi terapi tetap bertahan setelah sesi berakhir; (g) termination pada tahap
ini terapis membangunkan dengan memberikan sugesti agar saat bangun
tidak terkejut dari kondisi hypnosis; (h) normal kembali sadar sepenuhnya.
Lebih lanjut struktur proses hipnoterapi dijelaskan pada tahap-tahap
berikut ini:
a. Pre-induksi / Pre-talk
Pengertian pre-induksi menurut Fachri (2008), yaitu merupakan
tahap awal sebelum proses hipnosis dilakukan. Per-induksi adalah tahap
yang mengkondisikan seseorang untuk mau, bersedia, dan siap untuk
dihipnosis. Dalam hipnosis modern, dijelaskan bahwa fungsi pre-
induksi dalah membangun hubungan baik, mengatasi rasa takut klien
apda proses hipnotherapi yang akan dijalankan, membangun harapan,
serta mengumpulkan data dan informasi.
b. Tes Sugestibilitas
Tes Sugestibilitas dijelaskan oleh Fachri (2008), bahwa dalam
proses terapi, yaitu tes sugestibilitas digunakan sebagai sarana latihan
untuk dilanjutkan persiapan memasuki kondisi hipnotic. Sementara itu,
bagi therapist adalah merupakan proses untuk menguji sugestibilitas
seseorang, sehingga dapat memilih tehnik induksi yang cocok.
66
c. Induksi
Induksi menurut Kahija (2007), adalah proses yang ditempuh
terapis dalam membawa klien menuju tidur hipnotic, ibarat kapal yang
membawa penumpang dari ”pulau kesadaran” menuju ”pulau bawah
sadar”. Terapis berperan sebagi pemandu jalan menuju trance.
Perjalanan itu dimulai dengan memusatkan perhatian klien pada objek
tertentu, dengan tujuan mengasingkan klien dari banyak stimulus
disekitarnya. Dengan pikiran yang terarah dan fokus klien pelan-pelan
bergerak dari luar kedalam, secara fisiologis, dari gelombang beta ke
delta, baru sesudah itu tubuh menjadi sangat rileks. Salah satu dalam
proses induksi yaitu relaksasi progresif. Pada relaksasi progresif,
hipnotis berkonsentrasi bagaimana membuat klien menjadi rileks, alur
relaksasi biasanya dimulai dari kepala sampai kaki.
Sebagaimana menurut Fachri (2008) menjelaskan bahwa induksi
merupakan proses untuk menurunkan level kesadaran seseorang. Jika
dikaitkan dengan gelombang otak dari beta (sadar sepenuhnya atau
multifokus) menuju ke alpha merupakan proses untuk menurunkan
level kesadaran seseorang. Apabila dikaitkan dengan gelombang otak
manusia, teknik induksi bertujuan untuk mereduksi/menurunkan
gelombang otak manusia dari beta (sadar sepenuhnya, atau multi fokus)
menuju ke alpha (relaks & lebih fokus) atau theta (lebih relaks dan
67
kondisi meditatif). Dalam hipnotis modern telah mengklasifikasikan
teknik-teknik yang telah berkembang menjadi beberapa teknik.
Beberapa teknik induksi dan contohnya menurut Fachri (2008),
yaitu sebagai berikut:
1. Teknik fixasi mata pada prisipnya bertujuan untuk melelahkan
mata yaitu dengan cara mata subjek diminta fokus pada suatu
benda atau titik. Untuk membuat mata subjek lelah, fokus
pandangan diarahkan ke atas pandangan mata sehingga subjek
mendongak sehingga mempercepat kelelahan mata dan fisik, dan
berakibat pada penurunan gelombang otak subjek. Contoh teknik
fixasi mata adalah sebagai berikut:
Bagus sekali...sekarang Anda fokuskan perhatian Anda pada titik
ini (obyek apapun, dimana terletak diatas pandangan mata.....
misal titik benda di sekitar, atau jari atau tangan atau pendulum
atau yang lain)... Anda fokuskan pandangan anda titik itu...
usahakan anda jangan mengedipkan mata anda... anda rasakan
perlahan-lahan semakin lama semakin berat mata Anda dan
semakiiin mengantuk...
Anda fokus.. fokus.. fokuskan... dan fokuskan... semakin fokus...
semakin... mengantuk... (lihat reaksi subjek, apabila sudah
mulai capek lanjut ke instruksi selanjutnya)
Sekarang... Anda rasakan mata anda semakin lama semakin
berat... seiring dengan beratnya mata anda... saya akan
menghitung angka satu sampai lima... perlahan lahan Anda
semakin mengantuk dan semakin berat mata anda... semakin
besar angkanya... semakin lama mata Anda semakin berat dan
menutup...
Baik... satu... mata anda semakin berat... dua... anda menjadi
sangat mengantuk.. tiga... mata Anda semakin menutup....
empat... mata anda menutup... dan lima.... mata anda menutup
dan Tidur... Bagus sekali...
68
2. Teknik relaksasi pada prinsipnya berupa sugesti-sugesti yang
diberikan pada subjek untuk merelaksasi fisik dan mental subjek.
Relaksasi dilakukan dengan mensugesti bahwa subjek merasakan
rasa relaks di seluruh tubuhnya dari ujung kepala sampai ujung
kaki. Selain itu juga meminta subjek untuk mengistirahatkan
pikirannya, merasakan dirinya lebih tenang, nyaman, damai dan
bahagia atau perasaan positif lainnya.
Sekarang, Anda mulai kondisikan tubuh yang rileks, santai dan
nyaman (lihat sampai seluruh tubuh terlihat sudah nyaman dan
subjek siap untuk diinduksi)… Baik, Tarik nafas Anda… tahan...
dan keluarkan... Bagus sekali... sekali lagi…. (minimal 3X atau
lihat reaksi subjek ketika terlihat lebih tenang).
Bagus sekali... Perlahan – lahan... anda rasakan rasa nyaman
anda... yang terasa semakin lama semakin... Nyaman... semakin
rileks... dan saaangat Nyaman... Bagus sekali... Anda rasakan
rasa nyaman anda, yang perlahan – lahan mengalir ke seluruh
tubuh anda, dari ujung kepala sampai ujung kaki...
3. Teknik membingungkan pikiran biasanya sesuai dengan subjek
yang analitis. Kenapa orang analitis membutuhkan pendekatan
khusus dalam teknik induksinya? Karena biasanya, mereka
senantiasa memikirkan dan menganalisa dari sugesti-sugesti yang
kita berikan kepadanya. Oleh karenanya, kita perlu mengalihkan
pikiran analitis dengan membingungkannya, setelah itu kita baru
bisa menembus pikiran bawah sadarnya. Salah satu teknik yang
sering digunakan dalam gaya ini adalah subjek diminta menghitung
dari angka 1 sampai angka 100. Sambil menghitung, subjek
69
diminta untuk membuka mata ketika angka ganjil dan menutup
mata ketika angka genap Dalam perjalanan proses ini, terapist
mensugesti bahwa subjek semakin lama semakin rileks, mengantuk
dan akhirnya tidur. Dalam teknik ini, subjek tidak harus
menghitung urut dari 1 sampai 100, namun bisa menghitung
dengan curang. Contoh teknik membingungkan pikiran adalah
sebagai berikut:
1... buka mata... 2..tutup mata... semakin rileks.. 3...buka mata..
4... tutup mata... semakin mengantuk dan mengantuk... 5 buka
mata... 6... tutup mata... tidur yang nyenyak... 7... buka mata...
(lihat sampai subjek sudah malas membuka mata) baru hitung
dengan curang misal 12... tidur... 14...tidur... 16..tidur....
18..tidur.... 20... tidur... 30.. tidur... 40. tidur... .50.. tidur... 60..
tidur... 70.. tidur.... 80... tidur... 90.. tidur... 100... tidur yang
nyenyak... semakin dalam... dan semakin dalam...
4. Teknik menyesatkan pikiran dilakukan dengan cara subjek diminta
untuk membayangkan hal tertentu yang terjadi pada dirinya dan ia
merasakannya. Seiring dengan ia merasakannya dan masuk dalam
imajinasinya, sugestikan subjek merasakan kondisi yang semakin
lama semakin rileks, nyaman, mengantuk dan akhirnya tidur.
Contoh penggunaan teknik ini adalah subjek disugesti bahwa
tangannya telah diikat balon gas hidogen yang sangat besar,
sehingga subjek disugesti untuk merasakan bahwa tangannya
terangkat ke atas. Semakin ke atas dan ke atas, ketika hipnotist
70
meletuskan balon maka membuat subjek menjatuhkan tangan dan
sugestikan “tidur”, sehingga akhirnya subjek tertidur.
5. Teknik shock induction / rapid induction merupakan
pengembangan dari teknik induksi dengan waktu yang relatif lebih
cepat. Prinsip dari teknik ini adalah kejutan. Dengan kejutan,
pikiran bawah sadar seseorang untuk sementara terbuka. Ketika
pikiran bawah sadar terbuka, kemudian langsung dikejutkan
dengan sugesti TIDUR!!! Sehingga sugesti tersebut langsung
dipatuhi, dan subjek langsung masuk dalam kondisi ”tidur
hipnotic”.
d. Deepening
Deepening menurut Wong dan Hakim (2009) adalah suatu
teknik yang bertujuan membawa klien memasuki kondisi hipnosis lebih
dalam lagi dengan memberikan sentuhan imajinasi. Selain itu menurut
Fachri (2008), deepening merupakan proses untuk memperdalam level
kesadran seseorang setelah diinduksi. Deepening dibutuhkan untuk
menurunkan kedalaman dibutuhkan bagi terapist untuk menurunkan
kedalaman tingkat hypnotic sesuai yang dibutuhkan agar sugesti yang
disampaikan dapat masuk ke pikiran bawah sadarnya atau terapi dapat
berjalan sebagaimana seharusnya. Teknik yang sering digunakan dalam
proses deepening yaitu teknik menghitung turun, teknik imajinasi,
71
teknik fractionation, teknik reinduksi dan lain sebagainya. Berikut
adalah contoh deepening :
Semakiiiin dalam... tidur anda... semakiiin dalam... dan sangaaaat ...
semakiin nyenyak tidur anda... semakiin lelap dan sangat pulas tidur
anda.... Bagus sekali...
anda mendengar suara – suara di sekitar anda... ada suara mobil...
ada suara orang – orang... ada suara siapa pun dan apapun...
semakin anda mendengar... semakin membuat tidur anda semakiiiin
dalam... dan sangat... dalam... bagus sekali...
Contoh menghitung turun :
Teknik menghitung turun, pada prinsipnya berupa sugesti ketika
terapist menghitung turun, semakin membuat subjek merasa tidur lebih
dalam atau lebih nyenyak. Kadang teknik ini dimodifikasi dengan
sugesti subjek mengimajinasikan dalam sebuah gerakan, semakin turun
ke bawah semakin membuat subjek tidur semakin dalam atau semakin
nyenyak.
Bagus sekali...sebentar lagi saya akan menghitung mundur dari
angka 10 sampai angka 1. Semakin kecil angkanya... semakin
membuat anda semakiiin dalam tidur Anda... dan semakiiin nyenyak
tidur anda... Baik... satu... anda tidur... semakin dalam... dua... tidur
sangaat dalam... tiga... menjadi semakiiin dalam.... (dan seterusnya)
dan.... sepuluh... anda telah tidur saaangat dalam dan saangat
dalam... Bagus sekali
Contoh Tehnik Imajinasi :
Teknik imajinasi pada prinsipnya, subjek diminta untuk masuk
dalam sebuah imajinasi tempat yang paling ia sukai, yang membuat
dirinya semakin rileks, nyaman, tenang, damai dan bahagia. Dalam
72
teknik ini, sugesti dari terapist harus sangat kuat, untuk menimbulkan
sensasi ke semua indera subjek. Misal memunculkan sensasi indera
visual, ketika subjek diminta melihat pemandangan yang sangat indah
di depannya. Sensasi auditori, ketika subjek diminta mendengar suara-
suara di sekitarnya, misal suara burung, suara air, suara angin. Atau
memunculkan sensasi penciuman, ketika subjek diminta untuk
mencium sesuatu yang ada disekitarnya, misal bau harum bunga di
sekitarnya. Atau bahkan memunculkan sensasi ”rasa”, sebagai contoh
meminta subjek merasakan dinginnya air yang menyiramnya atau
lembutnya pasir yang ia genggam.
Baik.. sekarang bayangkan di depan anda adalah tempat yang
sangat menyenangkan, yang membuat anda menjadi merasa sangat
senang... sangat nyaman... sangat tenang... serta sangat damai
dalam hati... apapun tempat itu... itu adalah tempat kedamaian diri
anda... apapun itu... mungkin gunung... mungkin bukit... mungkin
Teknik fractionation sebagai proses deepening digunakan
setelah subjek terinduksi kemudian meminta subjek untuk membuka
mata lalu meminta subjek menutup kembali matanya, sembari
mensugestikan ”tidur semakin dalam”. Mengapa? Karena ketika subjek
membuka mata untuk sementara, lalu disuruh “tidur” lagi maka subjek
cenderung akan tidur lebih dalam. Hal ini bisa dilakukan sama seperti
teknik induksi membingungkan pikiran, yaitu ketika dihitung angka
ganjil membuka mata dan ketika dihitung angka genap subjek menutup
73
mata dan tidur lebih dalam. Ini dilakukan berulang kali sampai subjek
masuk dalam kondisi trance yang lebih dalam.
e. Trance Level Test
Fachri (2008) menjelaskan bahwa Trance level test atau uji
kedalaman hipnotic klien sangat penting dalam proses hipnotherapi.
Karena therapist harus bisa memastikan bahwa subjek telah benar-benar
memasuki kondisi hipnotic yang dibutuhkan untuk dilakukan proses
therapy. Mengapa? karena bisa jadi, subjek hanya pura-pura
memejamkan mata namun sebenarnya subjek belum masuk dalam
kondisi hipnotic yang dalam. Sehingga, jika terjadi seperti itu maka
sugesti positif yang diberikan pada subjek, tidak akan masuk ke pikiran
bawah sadarnya atau hipnotherapi tidak bisa dilakukan.
Fachri (2008), mengatakan ada beberapa cara untuk menguji
kedalaman. Bagi hipnotherapist yang terlatih, dapat lebih peka dan
berpengalaman untuk mengetahui apakah subjek benar-benar telah
masuk dalam kondisi hipnotic yang dalam. Hal itu dapat diketahui dari
ciri-ciri fisik/fisiologis subjek. Namun untuk memastikan, jika perlu
therapist melakukan uji sugestibilitas pada subjek untuk memastikan
bahwa subjek mau mengikuti sugestinya atau tidak. Sebagai contoh;
Tangan kanan terangkat keatas oleh balon gas, dan tangan kiri tertarik
ke bawah batu bata.
74
Baik...rileks...sekarang angkat kedua tangan anda...lurus sejajar
dengan dada anda...tangan kanan menghadap keatas... dan tangan
kiri menghadap ke bawah... tutup mata anda...rileks...semakin
rileks...dan sangat rileks...bayangkan apapun yang saya sugestikan
menjadi nyata dalam pikiran anda...sekarang bayangkan tangan
kanan anda yang menghadap ke atas... saya ikatkan balon gas
hidrogen besaar sekali...yang anda rasakan...semakin lama semakin
menarik tangan kanan anda ke atas...sekarang kuat...dan sekarang
perhatikan tangan kiri anda yang menghadap ke bawah... sekarang
saya ikatkan ember disana...sekarang dalam ember itu saya taruh
kuat...dan sekarang perhatikan tangan kiri anda yang menghadap ke
bawah... sekarang saya ikatkan ember disana...sekarang dalam
ember itu saya taruh satu batu bata...blug..berat...berat..dua batu
bata...blugg..semakin berat...dan sangat berat...blugg...dan semakin
berat... dan sangat berat...dan sekarang anda perhatikan tangan
kanan anda...saya tambahkan sepuluh balon gas...semakin
keatas..semakin keatas..dan saya tambahkan lima puluh balon
gas...dan sangat kuat menarik lebih kuat dan lebih cepat...dan lebih
cepat...sekarang rasakan balon gas itu tertiup kanan...wuzzz...ke
kiri...wuzz...ke depan...wuzz...ke belakang..wuzz...
Dari uji sugestibilitas ini, subjek ditanya dan diminta untuk
cerita apakah bisa benar-benar merasakan tangan tertarik ke atas atau
tangan kiri tertarik ke bawah karena menahan berat batu bata.
Lebih lanjut Arons dalam Wong dan Hakim (2009)
menyederhanakan skala dalam beberapa level kedalaman yang telah
dibuat oleh L.Leorcron, J.Dordeaux, dan L,Davis. R. Hasbanddan.
Terdapat enam level tingkat sugestibilitas, diantaranya dapat dilihat
pada bagan berikut ini :
75
Tabel 2 : Arons Scale
ARONS SCALE
Sumber: Wong dan Hakim (2009)
Tabel 3: Tingkat dan karateristik Trans
Tingkat Karakteristik Contoh
Terjaga Pikiran masih berfungsi normal
Respon tubuh yang normal
Refleks tubuh yang normal
Klien belum benar-benar
berenang di pantai
Trans
Ringan
Tubuh yang santai
Napas yang santai
Denyut nadi yang pelan
Fantasi dan imajinasi yang mulai
aktif
Klien santai dan mulai
membayangkan sedang
berenang di pantai
Level 1
Level 2
Level 3
Level 4
Level 5
Level 6
Hyp
no
sis
Scal
e
Hynoidal
Light Sleep
Partial Analgesia
Amnesic Stages
Beginning Of Somnambulism
Profound Somnambulism
76
Trans
Medium
Kehilangan kontak dng lingkungan
Mata tertutup
Perhatian lebih terarah ke dalam diri
Indra menjadi lebih sensitif
Gambaran mental mjd semakin kuat
Ucapan diterima secara harfiah
Klien
Membayangkan sedang
berenang di pantai
Trans
Dalam
Aktivitas motorik yang berkurang
Fisik yang menjadi lemas
Kaku pada lengan dan tungkai
Perhatian yang menyempit
Pemberian sugesti yang lancar
Halusinasi
Pendengaran yang kurang peka
Ketidakpekaan dengan lingkungan
Gambaran mental dialami sbg realita
Klien secara fisik merasa
sedang berenang di pantai
Sumber: Modul Pelatihan Hipnoterapi, Basic-Advance Clincal Hypnoterapy
Jaspi 2008
f. Sugesti / afirmation
Fachri (2008) menjelaskan bahwa sugesti atau afirmasi
diberikan setelah proses deepening dilakukan dan terapist menilai
bahwa klien telah masuk ke kedalaman trance yang dibutuhkan
selanjutnya terapist memberikan sugesti atau afirmasi. Sugesti
merupakan pesan yang diberikan kepada subjek ketika masuk dalam
kondisi hypnotic. Dalam kondisi hypnotic pesan tersebut dapat
langsung mengakses ke pikiran bawah sadarnya, dapat berpengaruh
77
pada sikap dan perilakunya. Ada dua macam sugesti, yaitu yang bersifat
non-therapeutic dan therapeutic. Sugesti non-therapeutic, biasanya
diberikan pada hypnostage, yang sugesti-sugesti yang memunculkan
perilaku menarik untuk dilihat sebagi hiburan. Sementara sugesti
therapeutic diberikan dalam proses terapi. Dalam terapi, dapat
digunakan post hypnotic suggestion atau sugesti yang diberikan saat
kondisi hypnotic.Sugesti itu dapat berlaku setelah bangusn dari
“tidurnya”. Sedangkan menurut Kahija (2008), adalah pernyataan atau
gerak isyarat yang diberikan terapais dalam proses meningkatkan
sugestibilitas. Adapun teknik pembuatan sugesti bahasa jelas, lugas,
sederhana dan usahakan mengundang emosi. Bahasa sugesti harus
jelas, lugas dan sederhana karena pikiran bawah sadar seperti anak kecil
yang menerima secara harfiah bahasa sugesti. Selain itu, jangan
menggunakan kata yang klise, namun lebih baik menggunakan kata yng
memiliki makna dan kesan yang mendalam masuk dalam pikiran bawah
sadar. Sehingga memerlukan pilihan kata yang tepat, serta cara
mengucapkan sugesti dengan emosi yang tepat. Bahkan bayangkan
dalam mengucapkan ikut terhanyut dengan emosi tersebut. Lebih lanjut
Wong dan Hakim (2009) menjelaskan bahwa prinsip-prinsip
pembentukan dalam sugesti adalah menggunakan kata-kata positif,
hindari penggunaan kata “tidak” dan kata “jangan”, kecuali tidak ada
lagi padaan kata yang tepat, pengulangan kalimat seperlunya saja,
78
gunakan kalimat yang menunjukkan waktu sekarang (present tense) dan
hindari kata “akan”, tambahkan sentuhan emosional dan imajinasi,
bentuk kalimat sugesti secara progresif (bertahap jika diperlukan),
berikan kalimat bernuansa pribadi sehingga pikiran bawah sadar dapat
menerima sugesti seutuhnya, dan menggunakan kata-kata yang sesuai.
Contoh sugesti adalah sebagai berikut:
Anda rasakan rasa SEGAR ... FRESH... Anda PERCAYA DIRI...
memiliki KEYAKINAN pada diri sendiri dengan KEMANTAPAN
HATI dan KEBERANIAN yang LUAR BIASA...
(Katakan dengan penegasan pada kata yang tercetak tebal, serta
gunakan emosi yang tepat dalam mengucapkannya ~ seakan-akan
anda merasakan emosi tersebut)
Sedangkan contoh kalimat yang kurang tepat adalah:
Anda adalah orang yang baik dan budiman ... dan akan bahagia
(Bagi saya baik dan budiman bukanlah pilihan kata yang bagus dan
mengundang emosi. Bahkan kata budiman merupakan kata klise
yang kurang mengena di hati sedangkan kata akan menunjukan
ketidakpastian)
g. Awakening / emerge
Awakening atau emerge menurut Fachri (2008) merupakan
proses membangunkan dari kondisi “hypnotic” yang dialaminya. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan ketika membangunkan. Dalam
proses membangunkan subjek secara pelan-pelan dan tidak mendadak,
karena akan mengakibatkan subjekmerasa pusing. Kondisi tersebut,
sama ketika anda tidur lelap kemudian tiba-tiba dikagetkan untuk
bangun, pastinya merasa pusing. Namun jika memang darurat, misal
79
bencana atau membahayakan tidak bermasalah subjek dibangun lebih
cepat. Adapun contohnya sebagai berikut :
Baik..... sebentar lagi saya akan membangun anda...... dan anda
nanti bangun dalam kedaan... sangat segar... sangat sehat... dan
sangat bersemangat... sekarang saya membangun anda.. dengan
menghitung angka satu sampai lima... semakin besar angkanya...
semakin membuat anda segar.. sehat.. dan bersemangat..... dan
akhirnya sadar sepenuhnya... jika anda paham.. anggukkan kepala
anda... bagus sekali.....
Satuu... semakin segar.... dua semakin sehat..... tiga... semakin
bersemangat... empat... semakin segar, sehat dan bersemangat... dan
perlahan buka mata anda... lima... anda sekarang sangat segar...
sangat sehat.. dan sangat bersemangat... dan sekarang buka mata
anda.... Nyaman kan......?
Berdasarkan urain tersebut maka dapat disimpulkan bahwa struktur
di dalam proses hipnoterapi dilakukan beberapa tahap, yaitu: pre-induksi,
tes sugetibilitas, induksi, deepening, trance level test, sugesti/afirmasi dan
awakening.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Hipnosis
Kahija (2007) menjelaskan bahwa melakukan proses hipnoterapi
(hipnosis) terdapat hal-hal yang harus diperhatikan karena dapat
mengganggu proses hipnosis dan mengganggu konsentrasi penghipnotis
dan subjek yang dihipnosis. Apabila subjek mersa tidak nyaman maka
akan mengganggu proses hipnosis, karena pada dasarnya hipnosis adalah
membuat subjek rileks agar mudah masuk ke pikian bawah sadar.
Penataan iklim kerja berarti mempersiapkan tempat dan iklim yang
nyaman bagi terapis maupun klien dalam menjalankan sesi hipnosis. Iklim
80
yang baik menurut Kahija (2007) pada umumnya ditunjang oleh faktor-
faktor berikut:
a. Sikap dan penampilan terapis. Sikap dan penampilan terapis dalam
menyambut, berkomunikasi dan mendengarkan klien akan
mempengarhi persepsi klien terhadap terapi yang akan dijalani.
b. Temperatur ruang. Terapis perlu memperhtikan temperatur ruangan,
khususnya sebelum induksi dilakukan. Temperatur yang terlalu dingin
adalah masalah utama dalam membawa klien ke dalam trans.
c. Pencahayaan. Ruangn yang terlalu terang atau gelap akan membuat
mata menjadi hiperaktif dalam bereaksi. Maka dari itu, ruang yang
ideal menggunakan pencahayan yang remang-remang.
d. Kelengangan ruang. Ruang yang lengang akan sangat membantu bagi
relaksasi dan induksi. Ruangan sebaiknya ditempatkan pada lokasi
yang terhindar dari kebisingan orang dan kendaraan yang lalu lalang.
Ini penting karena ketenangan membantu kien untuk lebih
berkonsentrasi pada ucapan terapis.
e. Peralatan. Peralatan yang umumnya disediakan adalah meja, sofa, atau
kursi. Peralatan ditata agar tidak memberi kesan sempit dan sesak.
Kondisi peralatan ini haruslah membuat klien merasa nyaman ketika
bersandar.
81
Kemudian menurut Fachri (2008) keberhasilan dalam praktik
hipnoterapi ini terletak pada langkah awal yang menitikberatkan tiga
sumber, yaitu:
a. Kekuatan pandangan mata. Kekuatan mata dapat memberikan
pengaruh, misalnya dengan memandang yang bersifat memerintah,
mengancam, atau menghardik;
b. Pengaruh suara atau sugesti. Sugesti adalah anjuran secara lisan yang
sifatnya memaksa, tetapi sangat halus kata-katanya sehingga tidak
dirasakan sebagai perintah atau anjuran;
c. Kekuatan jiwa. Kekuatan hipnosis yang ketiga adalah kekuatan jiwa
dan pikiran. Untuk dapat menggunakan kekuatan jiwa dan pikiran,
diperlukan latihan pernapasan, pembangkitan cakra atau prana yang
sederhana.
d. Bahasa non-verbal. Bahasa non-verbal adalah representasi seseorang.
Jika seseorang tenang, percaya diri, berani, dan mantap, akan
menghasilkan bahasa non-verbal yang sejalan dengan sikap
mentalnya. Sikap mental juga sangat berkaitan dengan pengolahan
batin dan jiwa seseorang.
Lebih lanjut Bernstein, dan kawan-kawan Prawitasari (2002)
menyatakan bahwa sebelum proses hipnoterapi dilakukan, perlu
diperhatikan mengenai lingkungan fisik (physical setting), sehingga
individu tenang. Lingkungan fisik tersebut antara lain:
82
a. Kondisi ruangan. Ruangan yang digunakan untuk relaksasi harus
tenang, segar, dan nyaman. Untuk mengurangi cahaya dan suara dari
luar, jendela dan pintu sebaiknya ditutup. Penerang ruangan sebaiknya
remang-remang saja, dan dihindari adanya sinar langsung yang
mengenai mata individu, sehingga memudahkan mereka untuk
berkonsentrasi.
b. Kursi. Dalam relaksasi perlu digunakan kursi yang dapat
memudahakan undividu untuk menggerakkan otot dengan konsentrasi
penuh. Berdasarkan pengalaman menggunakan kursi malas, sofa, atau
kursi yang ada sandarannya akan mempermudah individu melakukan
relaksasi. Relaksasi juga dapat dilakukan dengan berbaring.
c. Pakaian. Pada waktu relaksasi sebaiknya digunakan pakaian yang
longgar, dan hal-hal yang mengganggu jalannya relaksasi (kacamata,
jam tangan, gelang, sepatu, dan ikat pinggang) dilepas dulu.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi proses hipnosis diantaranya adalah sikap dan
penampilan terapis, sugesti yang diberikan, kekuatan jiwa, kondisi ruangan,
dan pakaian yang digunakan.
83
C. Hipnoterapi Untuk Peningkatan Perilaku Personal Hygiene Pada Anak
Jalanan
Anak jalanan adalah anak yang berusia 5–18 tahun baik lakilaki
maupun perempuan yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalan,
memiliki komunikasi yang minimal atau sama sekali tidak pernah
berkomunikasi dengan keluarga dan kurang pengawasan, perlindungan dan
bimbingan sehingga rawan terkena gangguan kesehatan dan psikologi
(UNICEF 2001).
Anak jalanan berimplikasi pada dua pengertian yang harus dipahami.
Pertama, pengertian sosiologis, yaitu menunjuk pada aktifitas sekelompok
anak yang keluyuran di jalan-jalan, difahami masyarakat sebagai kenakalan
anak, dan perilaku mereka dianggap mengganggu ketertiban sosial.
Kedua, pengertian ekonomi, yaitu menunjuk pada aktifitas sekelompok anak
yang terpaksa mencari nafkah di jalanan karena kondisi ekonomi orangtua
yang miskin (Nugroho, 2000).
Sebagaimana pembedaan Nugroho tersebut, secara definitive istilah
anak jalanan terbagi dalam dua batasan istilah, yaitu sebagai berikut:
1. Pengertian Sosiologis: Anak jalanan adalah sekelompok anak yang
keluyuran di jalan-jalan. Masyarakat menganggap sebagai anak nakal dan
perilaku mereka mengganggu ketertiban sosial.
2. Pengertian Ekonomi: Anak jalanan adalah sekelompok anak yang terpaksa
mencari nafkah di jalanan karena kondisi ekonomi orangtua miskin.
84
Penyuluhan kesehatan merupakan salah satu bagian dari upaya
promotif dan preventif untuk mempertahankan derajat kesehatan yang sudah
ada dan mencegah timbulnya penyakit serta membantu didalam mengatasi
masalah kesehatan yang harus diberikan secara berkesinambungan Effendi
(1998). Persoalan tentang personal hygiene menjadi permasalahan tersendiri
pada anak jalanan karena yang sering dilakukan dengan berbagai intervensi
tetapi tidak tepat sasaran, apalagi yang menjadi obyek sasarannya adalah anak
jalanan yang masih dalam tahap perkembangan dan bahkan tidak bisa baca
tulis.
Keberhasilan dalam upaya peningkatan personal hygiene pada anak
jalanan sangatlah minim, hal ini disebabkan karena mereka menganggap
penampilan yang kurang bersih adalah suatu tradisi sebagai cara untuk
menarik simpati orang laindengan demikian pada individu satu dengan yang
lain berbeda dalam memahami personal hygiene diantaranya masih memiliki
sikap dan perilaku yang kurang terbuka terhadap peningkatan personal
hygiene.
Sesuai dengan Notoatmodjo, (2008) bentuk dari perilaku seseorang
yang masih tertutup inimenggambarkan ketidaksiapan iauntuk melakukan
suatu tindakan Notoatmodjo, (2003). Perbaikan perilaku (personal hygiene)
anak jalanan dengan memperbaiki sikap dan niat mereka akan membawahasil
yang cukup berarti, oleh karena itu diperlukan usaha yang lebih keras untuk
dapat meningkatkan personal hygiene.
85
Dengan memberikan pengetahuan tentang personal hygiene melalui
berbagai cara diantaranya hipnoterapi dimana dengan hipnoterapi ditawarkan
bukan hanya diberikan secara teori saja melainkan secara langsung anak
jalanan akan mendapat perlakuan hipnoterapi maka tingkat keeratan
hubungan antara pengetahuan dan upaya memperbaiki perilaku akan
meningkat. Walaupun nantinya akan mendapatkan hasil tingkat minimal pada
tingkat sedang tetapi keberartianhubungan yang diperoleh menunjukan bahwa
perubahan perilaku dengan meningkatkan pengetahuan hipnoterapi akan
memberi hasil yang cukup berarti (NGH Modul, 2008).
Hal ini sesuai dengan pernyataan Rogers dalam Notoatmodjo(1993),
yang menyatakan bahwa pengetahuan/kognitif merupakan domain yang
sangat penting bagi terbentuknya perilaku, dan perilaku yang didasari
pengetahuan akan bertahan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari pengetahuan. Tujuan personal hygiene seperti yang
dikemukakan oleh Tarwoto dan Wartonah (2004), adalah untuk memelihara
kebersihan diri, menciptakan keindahan, serta meningkatkan derajad
kesehatan individu sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit pada diri
sendiri maupun terhadap orang lain.
Perilaku personal hygiene pada anak jalanan merupakan perilaku yang
tampak. Menurut pandangan perilakuan Prawitasari (2011), perilaku atau
tingkah laku adalah respon organisme atau yang dilakukan oleh organisme.
Respon dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu motorik, fisiologik, dan
86
kognitif. Respon motorik biasanya disebut perilaku tampak, seperti berjalan,
berbicara, makan, mandi, dan seterusnya. Respon fisiologik yang sering
diteliti adalah perubahan dalam sistem saraf otonom, seperti detak jantung.
Keluarnya keringat, ataupun ketegangan otot. Respon yang tidak mudah
diamati adalah respon kognitif. Bentuk-bentuk respon kognitif adalah
bayangan yang muncul ketika manusia memikirkan sesuatu.
Sedangkan menurut Freud dalam Marliani (2010), alam bawah sadar
atau alam tidak sadar merupakan penggerak utama munculnya perilaku yang
berbentuk mind atau pikiran maupun fisikal. Artinya, semua perilaku manusia
yang tampak maupun yang tersembunyi, yang biologis maupun kejiwaan
didorong oleh energi alam bawah sadar. Energi alam bawah sadar ditarik oleh
rangsangan-rangsangan eksternal dan diakses dalam bentuk perilaku yang
kongkret maupun abstrak. Manusia menikmati keadaan alam tidak sadarnya
dalam bertindak dan berpikir. Dengan demikian, terdapat peristiwa mental
yang disadari atau tidak menciptakan bentuk tindakan. Alam tidak sadar
(unconscious) menyimpan struktur kepribadian manusia yang diibaratkan
gunung es. Konsep dari teori Freud yang paling terkenal adalah tentang
adanya alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku.
Gunawan, (2005) menyatakan pembagian tingkatan kesadaran yang
dikemukakan oleh Freud dapat digambarkan sebagai fenomena gunung es
(iceberg). Es yang selalu berada dipermukaan air hanya menyisakan sedikit
bagian yang nampak ke permukaan dan sebagian besar berada di bawah
87
permukaan air. Hal ini sama seperti tingkatan kesadaran manusia di mana
proses mental lebih banyak terjadi pada tingkatan tak sadar dan hanya sedikit
yang berada pada tingkatan sadar. Es yang sebagian besar berada di bawah
permukaan air diibaratkan sebagai tingkatan tak sadar manusia, sedangkan
bagian es yang sejajar dengan permukaan air adalah tingkatan prasadar dan es
yang berada diatas permukaan air adalah alam sadar manusia. Pikiran bawah
sadar sekitar 88% terletak di medulla oblongata yang terbentuk sejak dalam
kandungan. Sejak lahir hingga usia 3 tahun, apapun yang terjadi di sekitar
kita positif, negatif, gambar, tindakan, kata-kata, nada, frekwensi suara akan
langsung diserap dan masuk ke pikiran bawah sadar. Pengalaman yang paling
berkesan yang mempunyai komponen emosi tinggi atau intens akan menjadi
informasi yang terekam sangat kuat dalam pikiran bawah sadar. Kebanyakan
orang terprogram dengan kombinasi emosi positif dan negatif. Emosi negatif
membawa akibat buruk saat dewasa karena emosi ini akan selalu menghantui
dan mempengaruhi perilakunya.
Selanjutnya Frued dalam Ichwan, (2011), mengumpamakan
kehidupan psikis seseorang seperti gunung es yang terapung-apung di laut.
Puncaknya saja yang tampak di permukaan laut, sedangkan bagian terbesar
dari gunung tersebut tidak tampak, karena terendam di dalam laut. Kehidupan
psikis seseorang sebagian besar juga tidak tampak (bagi diri mereka sendiri),
dalam arti tidak disadari oleh yang bersangkutan. Meski demikian, hal ini
tetap perlu mendapat perhatian atau diperhitungkan, karena mempunyai
88
pengaruh terhadap keutuhan pribadi (integrated personality) seseorang.
Fenomena gunung es dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Menurut Fachri (2008), Pikiran bawah sadar adalah tempat yang
paling dominan untuk mempengaruhi perilaku manusia, perilaku manusia
88% dipengaruhi oleh pikiran bawah sadarnya. Karena dalam pikiran bawah
sadar menyimpan beberapa faktor kunci terhadap perilaku manusia seperti:
persepsi, emosi, kebiasaan, intuisi, memory jangka panjang, kreativitas, belief
and value, dan self image.
Berdasarkan uraian tersebut, bahwa alam bawah sadar atau alam tidak
sadar merupakan penggerak utama munculnya perilaku yang berbentuk mind
atau pikiran maupun fisikal. Demikian juga perilaku personal hygiene pada
anak jalanan terbentuk karena ketidaksadaran. Secara umum mekanisme kerja
hipnoterapi sangat berkait dengan aktivitas otak manusia. Aktivitas ini sangat
beragam pada setiap kondisi yang diindikasikan melalui gelombang otak yang
dapat diukur menggunakan alat bantu EEG (Electroenchepalograph). Berikut
diuraikan berbagai gelombang otak disertai dengan aktivitas yang terkait:
Gambar 1. Fenomena gunung es (iceberg)
89
Beta (14–25 Hz) (normal); Atensi, kewaspadaan, kesigapan, pemahaman,
kondisi yang lebih tinggi diasosiasikan dengan kecemasan, ketidaknyamanan,
kondisi lawan/lari. Alpha (8 – 13 Hz) (meditatif); Relaksasi, pembelajaran
super, fokus relaks, kondisi trance ringan, peningkatan produksi serotonin,
kondisi pra-tidur, meditasi, awal mengakses pikiran bawah sadar
(unconscious). Theta (4 – 7 Hz) (meditatif); tidur bermimpi (tidur REM/Rapid
Eye Movement), peningkatan produksi catecholamines (sangat vital untuk
pembelajaran dan ingatan), peningkatan kreatifitas, pengalaman emosional,
berpotensi terjadinya perubahan sikap, peningkatan pengingatan materi yang
dipelajari, hypnogogic imagery, meditasi mendalam, lebih dalam mengakses
pikiran bawah sadar (unconscious). Delta (0,5 – 3 Hz) (tidur dalam); Tidur
tanpa mimpi, pelepasan hormon pertumbuhan, kondisi non fisik, hilang
kesadaran pada sensasi fisik, akses ke pikiran bawah sadar (unconscious) dan
memberikan sensasi yang sangat mendalam ketika diinduksi (Kohen, D. P., &
Olness, K., 2012).
Lebih lanjut dijelaskan oleh Gunawan dan Setyo (2007), bahwa
dengan hipnoterapi dapat mengubah pikiran bawah sadar dengan memberikan
sugesti yang positif untuk mengaktifkan dan meningkatkan potensi yang
dimiliki manusia, karena pada dasarnya pikiran bawah sadar akan
dimunculkan. Orang yang terhipnosis ketika memasuki gelombang alpha
ataupun theta akan sangat reseptif terhadap sugesti yang diberikan dan sugesti
itu menetap menjadi kebiasaan.
90
Selanjutnya Gunawan (2011), menjelaskan hipnoterapist, dengan
persetujuan klien, akan membimbing klien turun dari gelombang otak
dominan beta (pikiran sadar), 12 - 25 Hz, ke gelombang pikiran bawah sadar
yang sangat rileks, yaitu alfa (8 – 12 Hz), theta (4 – 8 Hz), dan delta (0,5 – 4
Hz). Saat berada di frekuensi ini pikiran klien menjadi sangat reseptif dalam
menerima berbagai sugesti atau pesan mental untuk perubahan. Kondisi
pikiran yang sangat reseptif memungkinkan klien mengakses memori (theta),
dan emosi (delta) yang selama ini menjadi sumber masalah klien, tanpa
gangguan dan intervensi dari pikiran sadar (beta). Dengan demikian klien,
dengan bimbingan terapis, dapat melakukan resolusi trauma, rekonstruksi
memori, dan melepaskan emosi yang selama ini mengganggu hidup klien,
dan sembuh permanen. Berikut gambar gelombang otak yang dapat diukur
menggunakan alat bantu EEG (Electroenchepalograph) :
Gambar 2. Gelombang otak yang dapat diukur menggunakan alat bantu
EEG (Electroenchepalograph). Sumber Modul Pelatihan
Clinical Hipnoterapi, Jaspi 2010
91
Menurut Fachri (2008) Hipnoterapi efektif untuk membangkitkan
motivasi anak jalanan untuk meningkatkan perilaku karena dengan
hipnoterapi bisa menjangkau bawah sadar. Motivasi diberikankepadaanak
jalanan adalah motivasi berkaitan dengan emosi perilakuanak jalanan.
Motivasi tersebut dikemas dalam sugesti yang mempengaruhi peningkatan
perilaku personal hygiene pada anak jalanan. Dalam keadaan hypnosis,
terapis dapat memberikan induksi yang terkait dengansugesti atau afirmasi
tersebut. Relaksasi hipnoterapi dapat menjangkau alam bawah sadar sehingga
dapat mengganti masalah emosional dan tanpa disadari. Program bawah sadar
dengan hipnoterapi akan merubah perilaku anak jalanan tanpa disadari bahwa
personal hygiene pada dirinya meningkat.
Hal tersebut didukung oleh Gunawan (2007) yang menjelaskan bahwa
hipnoterapi adalah seni komunikasi bawah sadar untuk mempengaruhi
seseorang sehingga mengubah tingkat kesadarannya, yang dicapai dengan
cara menurunkan gelombang otak. Seni dalam komunikasi bawah sadar ini
berkaitan dengan afirmasimotivasi yang dibutuhkan sesuai permalahan yang
akan diperbaharui.
Hipnosis melalui hipnoterapi dapat mempengaruhi sesorang, karena
memiliki karakter yang mampu merubah cara berpikir dan perilaku
seseorang, sebagaimana menurut Ligget dalam Vasques (2005), yang
menyatakan bahwa dengan karakter hypnosis seperti relaksasi, focus dan
sugesti mampu memberikan dampak besar dalam pelatihan mental dengan
92
cara memperbaiki perkembangan raga, membangun kekuatan, konsentrasi,
dan kenyamanan dasar penampilan yang maksimal.
Ditambahkan oleh Kahija (2007), bahwa ketika gelombang otak
menunjukkan keadaan beta, perhatian umumnya mengarah keluar. Keadaan
alfa, perhatian mulai terarah kedalam, dan dalam keadaan tetha dan delta,
perhatian semakin jauh ke dalam. Perbedaan ini menunjukkan bahwa semakin
rendah gelombang otak, semakin terarah perhatian seseorang pada
pengalaman-pengalaman individual yang subjektif. Semakin perjalan
seseorang ke bawah sadarnya, semakin kuat pikirannya dalam mengontrol
tubuh. Ini terjadi karena kekuatan –kekuatan yang ada di bawah sadar naik ke
kesadaran.
Sebagaimana menurut Ariesandi (2006), apabila pelajaran/informasi
disampaikan saat dalam wilayah gelombang otak alpha dan theta. Pada
kondisi ini, semua perhatian tertuju pada satu titik, yaitu si pemberi informasi.
Semua panca inderanya bekerja sama menagkap informasi yang baru masuk
dan dicerna langsung setelah diproses dengan sangat cepat untuk kemudian
disimpan dalam memori jangka panjang.
Mengenai hal tersebut, Gunawan (2007) menjelaskan bahwa pakar
menyebutkan semakin dalam level hypnosis, saat hipnoterapi dilakukan,
maka akan semakin efektif dan permanen. Hipnoterapi dilakukan pada level
light trance maka efeknya akan bertahan antra 2 jam hingga 2 hari. Pada level
93
medium trance efeknya bertahan antara 2 minggu hingga 5 minggu,
sedangkan pada level deep trance efeknya permanen.
Akitson (1995), menjelaskan sugesti dalam hipnoterapi merupakan
setiap kata yang disugestikan kepada klien adalah stimulus. Stimulus yang
diberikan berulang kali, maka reflex terkonsikan akan muncul, dan stimulus
verbal berkolerasi dengan reaksi yang terkondisi.
Pengaruh baik dan buruk, memori lama atau baru yang akan dialami
kembali, dan perubahan terjadi sesuai dengan sugesti yang diberikan. Sugesti
dalam hypnosis diberikan melalui pikiran bawah sadar, dalam hal ini Wong
dan Hakim (2009), menyatakan bahwa pikiran bawah sadar mempunyai
pengaruh yang lebih besar dalan proseskegiatan hidup manusia. Saat manusia
melakukan suatu hal, sering kali hal, sering kali hal tersebut tidak selaras
dengan memori atau informasi yang tertanan dalam pikiran sadarnya.
Sedangkan dinamika pengaruh hipnoterapi terhadap perubahan
personal hygiene pada anak jalanan dapat dikemukan sebagai berikut,
hipnoterapi adalah metode terapi melalui bawah sadar untuk mengubah
perilaku yang ditambah atau dikurangkan, sedamgkan perilaku personal
hygiene pada anak jalan ada pengaruh dari alam bawah sadarnya, Freud
dalam Marliani (2010), menyatakan alam bawah sadar atau alam tidak sadar
merupakan penggerak utama munculnya perilaku yang berbentuk mind atau
pikiran maupun fisikal. Dalam hipnoterapi diberikan sugesti positif untuk
meningkatkan suatu hal, sehingga terjadi perubahan persepsi dan perilaku.
94
Mengenai pengaruh hipnoterapi terhadap peningkatan perilaku personal
hygiene, pikiran bawah sadar dimunculkan dan diselaraskan dalam tindakan
dan pikiran sadar, sehingga apa yang dilakukan secara positif dapat
mendukung pencapaian dengan ditanamkannya kepercayaan diri pada anak
jalan tentang personal hygiene yaitu kebersihan rambut, kebersihan mulut dan
gigi, kebersihan kulit tangan dan kaki, kebersihan kuku tangan dan kaki,
kebersihan baju serta penampilan keseluruhan. Lebih lanjut Kahija ( 2007),
menjelaskan bahwa dengan hipnoterapi, diarahkan untuk berani mengambil
keputusan resiko atas tindakannya, meyakini apa yang dilakukannya, dan
bertanggung jawab terhadap perilakunya. Kepercayaan ini berkaitan dengan
peningkatan kebersihan diri, muncul lewat persiapan yang baik, optimalisasi
kemampuan diri dan latihan.
D. Landasan Teori
Menurut teori Perry dan Potter (2006), faktor yang mempengaruhi
praktik personal hygiene salah satunya melalui praktik sosial, kelompok-
kelompok sosial wadah seorang individu berhubungan dapat mempengaruhi
praktik hygiene perorangan. Sedangkan menurut DepKes (2000), Personal
hygiene adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhan guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya yang dinyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri.
95
Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk
memelihara kesehatan mereka secara fisik dan psikisnya Potter dan Perry
(2005). Pemeliharaan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan anak
jalanan keamanan dan kesehatan. Selama ini upaya peningkatan perilaku
rawat diri pada anak jalanan dilakukan baik melalui penyuluhan maupun
penelitian-penelitian. Sebenarnya hal yang menyebabkan kurangnya personal
hygiene pada anak jalanan adalah kemalasan atau kurangnya perhatian anak
jalanan tersebut kepada anggota tubuhnya dan hal tersebut sudah menjadi
kebiasaan.
Hipnoterapi merupakan salah satu interveni untuk peningkatan
perilaku personal hygiene pada anak jalanan. Di jelaskan oleh Gunawan dan
Setyono (2007) bahwa menggunakan praktik hipnoterapi, dapat mengubah
pikiran bawah sadar dengan memberikan sugesti positif untuk mengaktifkan
dan meningkatkan potensi yang dimiliki manusia, karena pada dasarnya
pikiran bawah sadar mempunyai potensi yang belum kelihatan dan ketika
dihipnoterapi maka pikiran bawah sadar akan dimunculkan. Seseorang yang
dihipnoterapi ketika memasuki gelombang alfa ataupun theta akan menjadi
sangat reseptif terhadap sugesti yang diberikan dan sugesti tersebut menjadi
kebiasaan.
Ditambahkan oleh Kahija (2007) serta Kaplan& Sadock (2004), dalam
Rommy(2010), bahwa ketika gelombang otak menunjukan keadaan beta,
perhatian umumnya mengarah keluar. Keadaan alfa perhatian mulai
96
mengarah kedalam, dan dalam keadaan tetha dan delta, perhatian semakin
jauh kedalam. Perbedaan ini menunjukkan bahwa semakin rendah gelombang
otak, semakin terarah perhatian sesorang pada pengalaman-pengalaman
individual yang subjektif. Semakin dalam perjalanan seseorang ke dunia
bawah sadarnya, semakin kuat pikirannya dalam mengontrol tubuh. Ini terjadi
karena kekuatan-kekuatan yang ada dibawah sadar naik ke kesadaran.
Hipnoterapi dapat juga dikatakan sebagai suatu tehnik terapi pikiran dan
penyembuhan uyang enggunakan metode hipnotis untuk memberi sugesti
atau perintah positif kepada pikiran bawah sadar untuk penyembuhan suatu
gangguan psikologis atau mengubah perasaan, pikiran dan perilaku seseorang
menjadi lebih baik. Orang yang ahli dalam menggunakan hipnotis untuk
terapi disebut hypnotherapist. Hipnoterapi menggunakan penggaruh kata-kata
yang disampaikan dengan tehnik-tehnik tertentu. Satu-satunya kekuatan
dalam hipnoterapi adalah komunikasi. Secara umum, teori-teori hipnosis
dibagi dalam dua kategori besar, yakni sebagai berikut:
1. Teori berdasarkan neuropsiko-fisiologis, yang menerangkan hipnosis
sebagai suat keadaan dimana kondisi otak berubah dan karena itu, faal
otakpun berubah.
2. Teori berdasarkan psikologis, yang memandang sebagai hubungan antar
manusia yang khas (termasuk teori sugesti, disosiasi, psikoanalitik,
phychicrelative exclusion, hubungan dwi tunggal dan lain-lain).
97
Pengaruh baik dan buruk, memori baru atau lama yang akan dialami
kembali, dan perubahan perubahan persepsi terjadi sesuai dengan sugesti
yang diberikan, sugesti dalam hipnoterapi diberikan melalui bawah sadar.
Dalam hal ini Wong dan Hakim (2009), menyatakan bahwa pikiran bawah
sadar mempunyai pengaruh lebih besar dalam proses kegiatan hidup manusia.
Saat manusia melakukan suatu hal, sering kali hal tersebut tidak selaras
dengan memori atau informasi yang tertanam di pikiran sadarnya.
Berdasarkan alur kerangka tersebut dapat disimpulkan bahwa kekuatan
hipnoterapi dapat mengubah gelombang otak pada level kesadaran menurun
pada gelombang otak.
E. Pengaruh Psikologis Hipnoterapi Untuk Peningkatan Perilaku Personal
Hygiene Pada Anak Jalanan
Perilaku personal hygiene dalam penelitian ini mengacu pada konsep
personal hygiene, Hidayat (2008) kombinasi Depdikbud (1986), yang
meliputi kebersihan tangan, kebersihan kuku, kebersihan mulut, kebersihan
kulit serta kebersihan rambut. Perilaku personal hygiene diukur melalui
pelaksanaan kebiasaan sehari-hari yang terdiri dari kebersihan tangan,
kebersihan kuku, kebersihan mulut, kebersihan kulit serta kebersihan rambut,
yaitu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana
seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.
98
Perilaku personal hygiene meliputi perawatan tubuh/mandi, perawatan
rambut, memotong kuku, dan perawatan gigi dan mulut.
Perilaku personal hygienemerupakan suatu kebiasaan yang dapat
dirubah. Perilaku personal hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan
dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Anak
jalanan dikatakan memiliki personal hygiene baik apabila, orang tersebut
dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan
mulut, rambut, mata, hidung, dan telinga, kaki dan kuku, serta kebersihan dan
kerapihan pakaiannya (Rahmawati, 2012).
Menurut Wati dalam Hellosehat (2015), kebersihan diri atau personal
hygiene adalah tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikis yang optimal.
Menjaga kebersihan diri perlu dilakukan karena tiga alasan, yaitu: (1) alasan
sosial, menjaga personal hygiene dapat membantu menghindari citra tubuh
yang negative, terutama ketika yang dibicarakan adalah karena bau badan,
bau ketiak, bau mulut, gigi kuning, atau hal yang berkaitan dengan tubuh; (2)
alasan kesehatan, personal hygiene yang buruk bisa meningkatkan risiko anda
terkena penyakit, seperti diare atau infeksi lainnya. Dengan menjaga
kebersihan diri, mencegah terjadinya infeksi penyakit tersebut; (3) alasan
psikologis, personal hygiene yang baik bisa meningkatkan rasa percaya diri,
terutama dalam situasi sosial.
99
Tujuan dilakukannya personal hygiene adalah peningkatan derajat
kesehatan, memelihara kesehatan diri, memperbaiki personal hygiene,
mencegah penyakit, meningkatkan kepercayaan diri dan menciptakan
keindahan. (Ambarawati & Sunarsih, 2011) \
Selanjutnya Dampak yang sering timbul pada masalah personal
hygiene adalah sebagai berikut:
1. Dampak fisik, banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang
karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik.
Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,
gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga serta
gangguan fisik pada kuku.
2. Masalah psikososial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
(Ambarawati & Sunarsih, 2011)
Berkaitan dengan pernyataan tersebut, peneliti telah melakukan
observasi dan wawancara permasalahan personal hygiene dari sisi psikologis
anak jalanan. Personal hygiene yang terjadi pada anak jalanan ditinjau secara
psikologis dari hasil obsevasi dan wawancara; anak jalanan memiliki
permasalahan psikologis yang muncul pada perilaku personal hygiene yakni
takut karena ada ancaman teman sesama anak jalanan, merasa malas untuk
melakukan aktivitas kebersihan badan, frustasi, perasaan takut dan tidak
100
tenang, cemas, hilang nafsu makan dan tidak dapat tidur nyenyak pada malam
hari, serta kurang percaya diri saat berinteraksi sosial di luar komunitas anak
jalanan itu sendiri, keadaan tersebut sudah mengacu pada permasalahan
abnormal. Dalam pendekatan psikoanalisa menganggap bahwa tingkah laku
abnormal disebabkan oleh faktor-faktor intra psikis (konflik tak sadar, represi,
mekanisme defensif) yang menganggu penyesuaian diri. Menurut Freud,
esensi pribadi seseorang bukan terletak pada apa yang ditampilkan secara
sadar, melainkan apa yang tersembunyi dalam ketidaksadaran. Konsep dari
teori Freud tentang adanya alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian
besar perilaku. Aspek-aspek kepribadian yang menjadi perhatian adalah id,
ego dan super ego. (Markam, 2015)
Anak jalanan dengan stigma masyarakat bahwa anak jalanan kotor,
bau, dan sebagainya mengakibatkan motif tidak berkembang dan karena
dapat terjadi ketidakmampuan untuk melakukan apa yang dituntut masyarakat
(inadequacy), atau bentrokan dengan masyarakat (delinquency). Pada
gangguan kepribadian bahwa kehidupan psikis internal seseorang tidak
diliputi oleh konflik (Bucklew dalam Markam, 2015).
Perilaku yang berkaitan dengan personal hygiene pada anak jalanan
takut karena diancam teman lalu menjadi cemas merupakan defence
mekanisme, dari hal tersebut muncul suatu gejala yang tujuannya
menyembunyikan konflik yaitu displacement. Dari konflik dan seterusnya
101
hingga pembentukan simtom merupakan proses yang berlangsung di dalam
atau internal (Bucklew dalam Markam, 2015).
Freud menjelaskan, yang membagi pikiran menjadi tiga kekuatan,
yaitu id, ego, dan super ego. Freud mengatakan baik perilaku normal maupun
abnormal dihasilkan dari interaksi diantara id, ego, dan super ego.
Diantaranya ego cenderung untuk mendistorsi atau menyangkal kenyataan
yang akan membangkitkan kegelisahan. Freud menyebut hal ini sebagai
mekanisme pertahanan, dan selama itu berhasil, kecemasan akan terjadi alami
tanpa disadari (Chang-Ghone, Kim, 2018).
Demikian halnya pada anak jalanan dalam personal hygiene ego
cenderung mendistorsi atau menyangkal pada pola kebersihan badannya
sehingga mengalami kegelisahan. Perilaku personal hygiene pada anak
jalanan berpengaruh pada perkembangan kepribadiannya. Dalam
Psikoanalitik, struktur kepribadian manusia dalam terbentuknya perilaku,
terdiri dari id, ego, dan super ego.
Id adalah komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan
libinal, dimana sistem kerjanya dengan prinsip kesenangan “pleasure
principle”. Ego adalah bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana,
dimana sistem kerjanya pada dunia luar untuk menilai realita dan
berhubungan dengan dunia dalam untuk mengatur dorongan id agar tidak
melanggar nilai-nilai super ego. Sedangkan Super ego adalah bagian moral
dari kepribadian manusia, karena ia merupakan filter/penyaring dari sensor
102
baik-buruk, salah-benar, boleh-tidak sesuatu yang dilakukan dorongan ego
(Rohadi, 2007).
Perilaku Personal Hygiene pada anak jalan di PPAP Seroja terbentuk
dari id, ego dan super ego menjadi sebuah perilaku kebiasan yang terjadi pada
lingkungannya, adapun id, ego dan super ego sudah menjadi pola kebiasaan
pada anak jalanan. Anak jalanan mengabaikan keadaan psikisnya yang
berkaitan dengan kesehatan psikologisnya. Perilaku personal hygiene anak
jalanan merupakan peniruan secara langsung terhadap lingkungannya, anak
jalanan memodelkan atau mencontohkan melalui teman disekitarnya dengan
gaya dan model rambut, pakaian yang dikenakan serta meniru tingkah laku
yang ditunjukkan oleh teman dan/atau keluarga, tekanan dari lingkungan
melalui proses perhatian ketidaksadaran.
Demikian juga seperti yang dikemukakan oleh Hartono (2016), dalam
kehidupan sehari-hari secara sadar kita tidak menghayati adanya naluri ini.
Apabila dibandingkan dengan fungsi kepribadian bagian yang lainnya, fungsi
id memiliki sifat yang paling primitif. Pada dasarnya, naluri selalu menuntut
pemuasan dengan segera sesuai dengan sifat biologisnya. Psikoanalisis
menggunakan istilah ”prinsip senang“ untuk menyatakan keadaan. Id
mempunyai sifat yaitu tidak memperhitungkan kenyataan situasi dan kondisi
yang ada. Naluri disebut dengan dorongan nafsu dasar atau secara populernya
disebut dengan nafsu. Ego bertugas mengatur pelaksanaan pemuasan naluri
yang berasal dari id. Untuk fungsi pokok ego adalah mengenal dan
103
memahami realitasnya (keadaan yang nyata), khususnya kenyataan dunia
luar. Karena hal tersebut, psikoanalisis menyatakan bahwa ego berfungsi atas
dasar prinsip realitas. Ego melaksanakan kontak dengan dunia luar sesuai
dengan pemahaman tentang situasi dan kondisi dunia luar itu. Ego
menggunakan berbagai fungsi kementalan seperti berpikir, meningat,
merencanakan, mengatur, dan sekaligus memadukan segala masukan yang
diperoleh lewat panca indra, terutama data yang diperoleh dari dunia . Super
ego berfungsi menghimpun segala norma baik dan buruk yang ada pada diri
seseorang. Berbagai petuah dan nasihat yang “dituangkan” kedalam diri
seseorang ”mengendap” dalam super ego. Super ego yang sebenarnya tumbuh
dari ego, dan mulai menampakan diri pada waktu komplik mendekati
penyesuaian diri.
Berikut penjelasan dinamika perilaku personal hygiene anak jalanan
ditinjau dari prespektif Psikoanalisa. Perilaku personal hygieneanak jalanan
merupakan suatu hasil akhir dari sebuah proses. Proses itu sendiri sudah
berlangsung sejak lama, bahkan mungkin sejak anak jalanan dilahirkan,
dalam bertingkah laku anak jalanan dimotivasi oleh insting. Insting-insting
inilah yang memberi energi kepada id untuk menjalankan sistem kepribadian.
Normalnya, dalam suatu kepribadian ego lebih mendominasi daripada id dan
superego, akan tetapi pada keadaan yang tidak semestinya (abnormal) ego
tidak dapat mendominasi. Anak jalanan melakukan tindakan cenderung
impulsif dan irasional. Dalam kondisi biasa (tanpa adanya konflik yang berat)
104
defence mechanism (represi) yang dilakukan anak jalanan merupakan cara
yang efektif untuk melindungi ego dari rasa tidak percaya diri. Namun pada
suatu saat represi yang telah lama dipendam akan meledak, ketika represi itu
meledak maka terjadilah ketidakseimbangan dalam perilaku anak jalanan.
Yang dimaksud ketidakseimbangan kepribadian yang mewudjudkan
perilaku adalah tidak dapat berfungsinya struktur kepribadian sebagaimana
mestinya. Konkritnya, ego sebagai eksekutif kepribadian tidak dapat
menyeimbangkan pendistribusian energi untuk id, ego dan superego. Dengan
pendistribusian energi yang tidak tepat maka salah satu struktur kepribadian
yang menyediakan energi untuk kepribadian, maka id memiliki energi
terbesar jika dibandingkan dengan ego dan super ego. Akibatnya id
mendominasi kepribadian dan menjalankan kepribadian untuk memenuhi
prinsip kenikmatan. Pemenuhan prinsip kenikmatan yang tidak disertai
dengan perimbangan yang realistik menyebabkan usaha pemenuhan itu
menjadi tindakan yang impulsif dan irrasional. Karena prinsipnya hanya
mengejar kenikmatan dan kurang dapat berfikir logis dan rasional.
Hipnoterapi adalah terapi yang menggunakan hypnosis sebagai sarana
untuk menjangkau bawah sadar. Peran dan pengaruh pikiran sadar adalah
12% sedangkan pikiran bawah sadar adalah tempat yang paling dominan
untuk mempengaruhi perilaku manusia, perilaku manusia 88% dipengaruhi
oleh pikiran bawah sadarnya. Pikiran sadar dan bawah sadar sebenarnya
105
saling mempengaruhi dan bekerja dalam kecepatan yang tinggi. (Gunawan,
2006).
Konsep dari teori Freud, adanya bawah sadar yang mengendalikan
sebagian besar perilaku. Sedangkan semua yang dilakukan yang berkaitan
dengan perilaku oleh anak jalananan merupakan fisik maupun psikologis
(Teguh, 2015).
Hipnoterapi dapat mempengaruhi seseorang, karena memiliki karakter
yang mampu merubah cara pikir dan perilaku seseorang sebagai mana
menurut Ligget Vasques (2005), yang menyatakan bahwa dengan karakter
hipnoterapi seperti relaksasi, focus dan sugesti, hipnoterapi mampu
memberikan dampak besar dalam pelatihan mental dengan cara memperbaiki
membangun kekuatan mental, konsentrasi dan kenyamanan dasar untuk
penampilan maksimal. Sugesti positif diberikan untuk meningkatkan
motivasi, sehingga terjadi perubahan persepsi dan perilaku. Mengenai
perngaruh hipnoterapi terhadap peningkatan perilaku personal hygiene pada
anak jalanan, pikiran bawah sadar dimunculkan selaras dalam tindakan dan
pikiran sadar, sehingga apa yang dilakukan secara positif dapat mendukung
pencapaian harapan dengan ditanamkan kepercayan diri pada sesorang.
Hipnoterapi memiliki karateristik relaksasi. Sedangkan manfaat
relaksasi menurut Prawitasari (2002), sangat efektif selain mengurangi
ketegangan, kecemasan dan mengatasi berbagai keluhan fisik. Ketegangan
(atau menurut istilah yang popular stress) dan kecemasan adalah kondisi
106
mental yang sering dialami manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian hipnoterapi efektif digunakan untuk perilaku anak jalanan yang
memiliki masalah fisik dan psikologis.
Lebih lanjut Kahija (2007), menjelaskan bahwa dengan hipnoterapi,
klien diarahkan untuk berani mengambil resiko tindakannya, meyakini apa
yang dilakukannya, dan bertanggungjawab terhadap perubahan perilakunya.
Kepercayaan diri yang berhubungan dengan peningkatan perilaku personal
hygiene muncul lewat persiapan yang baik, optimalisasi kemampuan diri dan
latihan sehingga menjadi kebiasaan. Berdasarkan alur kerangka tersebut dapat
disimpulkan bahwa kekuatan hipnoterapi dapat mengubah gelombang otak
pada level kesadaran menurun pada gelombang otak theta. Keadaan hipnosis
membawa pada kondisi bawah sadar dan kondisi imajinasi yang dapat
divisualisasikan. Kondisi tersebut akan memberikan sensasi-sensasi tertentu
yang membuat diri individu lebih nyaman, tenang dan damai, hal ini
dilakukan agar proses hipnoterapi dapat dilakukan dengan baik, menurunnya
level gelombang otak pada theta sangat vital untuk pembelajaran dan ingatan,
potensi terjadi perubahan sikap dan perilaku peningkatan perilaku personal
hygiene (Fachri, 2008).
Penerapan hipnoterapi pada anak jalanan untuk peningkatan perilaku
personal hygiene tidak dapat ditolak ketika dalam keadaan hipnotik, dengan
menggunakan kata-kata sugeti yang berulang dan penegasan kata, serta
didukung dengan intonasi dan ritme yang terarah, sehingga subjek dapat
107
merespon sugesti dengan baik, merasakan kekuatan jiwa dan kekuatan pikiran
untuk percaya dan meyakini sugesti yang diberikan. Proses hipnoterapi
melalui sugesti diarahkan untuk mengambil resiko atas tindakannya,
meyakini apa yang dilakukan dan bertanggung jawab terhadap perilakunya.
Subjek mampu menyingkirkan pikiran-pikiran negatif, seperti tidak mampu
atau tidak yakin, kurang sehingga subjek memiliki kepercayaan diri dalam
meningkatkan perilaku personal hygiene, yaitu meliputi kebersihan tangan,
kebersihan kuku, kebersihan mulut, kebersihan kulit, serta kebersihan rambut.
Kebiasaan anak jalanan dalam personal hygiene tersimpan pada alam
bawah sadar, anak jalanan melakukan perilaku personal hygiene yang sama
dari hari kehari sehingga menguatkan pikiran bawah sadarnya menciptakan
pola perilaku personal hygiene pada dirinya, tanpa disadari anak jalanan
melakukan kebiasaan perilaku personal hygiene secara otomatis dan menjadi
kebiasaan, seperti yang dikemukakan oleh Fachri (2008). Karena dalam
pikiran bawah sadar menyimpan beberapa faktor kunci terhadap perilaku
manusia seperti: persepsi, emosi, kebiasaan, intuisi, memory jangka panjang,
kreativitas, belief and value.
Dengan demikian, hipnoterapi berpengaruh terhadap peningkatan
perilaku personal hygiene pada anak jalanan sehingga anak jalan dapat
meningkatkan taraf hidupnya. Karena dengan kebersihan tubuh maka orang-
orang yang berada didekatnya akan menjadi nyaman dan tidak risih. Melalui
hipnoterapi citra tubuh anak jalanan dapat terbentuk, maka percaya diri
108
semakin bertambah dengan kebersihan yang dilakukan, meskipun hanya
mengamen, dengan kebersihan tubuh yang baik maka pendapatan akan
bertambah serta persiapan anak jalanan masuk dunia kerja yang sudah
dipersiapkan. Penerapan hipnoterapi pada anak jalanan bisa dilakukan atas
kemauan saja karena hipnoterapi melalui self hipnosis tidak diperlukan alat
yang khusus sehingga dapat dilakukan berdasarkan keinginan dan kemauan,
maka latihan self hypnosis diberikan kepada anak jalanan agar dapat
dilakukan dengan rutin sehingga menggubah perilaku personal hygiene yang
lama menjadi perilaku personal hygiene yang baru.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan melalui bagan dinamika
Psikologis Hipnoterapi terhadap peningkatan perilaku personal hygiene pada
anak jalanan, dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
109
Penggulangan
Gambar 3. Kerangka Berpikir
Perilaku
Personal Hygiene Rendah
1. Kebersihan Tangan rendah
2. Kebersihan Kuku rendah
3. Kebersihan Mulut rendah
4. Kebersihan Kulit rendah
5. Kebersihan Rambut rendah
Keterangan
Perilaku Personal Hygiene pada
anak jalanan meningkat
1. Kebersihan Tangan meningkat
2. Kebersihan Kuku meningkat
3. Kebersihan Mulut meningkat
4. Kebersihan Kulit meningkat
5. Kebersihan Rambut meningkat
: Diteliti
: Tidak diteliti
Subjek
Merespon sugesti,
menerima dengan
kekuatan jiwa dan
pikiran, meyakini
motivasi yang
disugestikan
Mengurangi
kecemasan,
ketakutan
Meningkatnya
Percaya diri
Hipnoterapi
Sesi 1 : Pre- Induksi
Merupakan proses pengkondisian
subjek untuk di hipnoterapi antara lain,
membangun dan menjaga
relasi,mengatasi rasa takut.
Sesi 2 : Induksi
Merupakan proses menurunkan
kesadaran gelombang otak subjek dari
alpha menuju ke gelombang betha
Sesi 3 :Deepening
Merupakan proses memperdalam
level kesadaran setelah proses
induksi dilakukan
Sesi 4 : Sugesti
Memotivasi
Membimbingpikiran,perasaan,
perilaku subjek untuk menerima
pemahaman baru
Awakening Tipe-tipe Personal Hygiene
Kebersihan tangan, kuku, mulut,
kulit dan rambut
110
F. Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas dapat disusun hipotesis penelitian sebagai
berikut: terdapat peningkatan perilaku personal Hygiene pada anak jalanan di
PPAP Seroja setelah mendapatkan hipnoterapi. Artinya perilaku Personal
Hygiene setelah hipnoterapi lebih tinggi dibandingkan sebelum hipnoterapi.