6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Ladasan Teori
1. Pendidikan Karakter
Karakter merupakan sifat yang dimiliki oleh manusia, yang menjadi
ciri khas tertentu. Karakter setiap individu tentu berbeda-beda. Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2008: 623) menjelaskan istilah karakter berarti sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.
Scerenko (Samani, Muchlas dan Hariyanto, 2012: 42) mendefinisikan
karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri
pribadi, ciri etis dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok atau
bangsa. Karakter merupakan nilai-nilai universal perilaku manusia yang meliputi
seluruh aktivitas kehidupan yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, dan
sesama manusia (Suyadi, 2013: 5). Berdasarkan berbagai pengertian mengenai
karakter yang telah diuraikan tadi, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah
pola perilaku yang dilakukan oleh seseorang berupa sikap, akhlak atau budi
pekerti yang menjadi ciri pribadi, atau suatu kelompok bangsa.
Pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja
untuk mengembangkan karakter yang baik (good character) berlandaskan
kebajikan-kebajikan inti (core virtues) yang secara objektif baik bagi individu
maupun masyarakat (Saptono, 2011: 23). Lickona (Suyadi, 2013: 6)
mengemukakan pendidikan karakter mencakup tiga unsur pokok yaitu
mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the
6 Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017
7
good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Zubaedi (2011: 143)
pengembangan karakter merupakan proses seumur hidup, pengembangan
karakter merupakan upaya yang perlu melibatkan semua pihak, baik keluarga
inti, keluarga (kakek-nenek), sekolah, masyarakat maupun pemerintah.
Berdasarkan pendapat yang telah disampaikan maka hakikat dari pendidikan
karakter yaitu upaya membelajarkan nilai-nilai karakter yang baik sebagai
warga negara yang religius, produktif, dan kreatif. Zubaedi (2011: 182) faktor
yang berpengaruh terhadap pendidikan karakter adalah milieu atau
lingkungan. Salah satu aspek yang turut memberikan saham dalam
terbentuknya corak sikap dan tingkah laku seseorang adalah faktor milieu
(lingkungan) di mana seseorang berada. Mulyasa (2006: 43) berpendapat
bahwa guru adalah sebagai penasehat, guru adalah seorang penasehat bagi
peserta didik bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan
khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk
menasehati orang. Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik bahkan
bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai
penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati
orang.
2. Disiplin
a. Pengertian Disiplin
Disiplin berasal dari kata yang sama dengan “disciple” yakni
seorang yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seseorang
pemimpin. Verhoven dan Carvallo (Dolet Unaradjan, 2003: 8) disiplin
berasal dari kata latin discipulus, yang berarti siswa atau murid. Kata ini
mengalami perubahan bentuk dan perluasan arti. Kata ini berarti ketaatan,
Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017
8
metode pengajaran, mata pelajaran, dan perlakuan yang cocok bagi
seorang siswa dan pelajar.
Kemendiknas (2010: 9) mendeskripsikan disiplin sebagai tindakan
yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan. Imron, Ali (2011: 173) mengemukakan pengertian disiplin
sebagai “Suatu keadaan dimana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib,
teratur dan semestinya, serta tidak ada suatu pelanggaran-pelanggaran baik
secara langsung atau tidak langsung”. Berdasarkan beberapa pengertian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah sikap atau perilaku
ketaatan individu terhadap setiap ketentuan dan peraturan yang berlaku.
b. Indikator nilai disiplin
Kemendiknas (2010: 26) membagi indikator dari nilai disiplin
menjadi tiga yaitu sebagai berikut:
1) Membiasakan hadir tepat waktu.
2) Membiasakan mematuhi aturan.
3) Menggunakan pakaian sesuai dengan ketentuan.
c. Hal yang penting dalam menanamkan perilaku disiplin
Dolet Unaradjan (2003: 15) memaparkan ada empat hal penting yang
harus dipertimbangkan dalam mendisiplinkan anak:
1) Aturan-aturan (Rules)
Aturan digambarkan sebagai pola berperilaku di rumah, di sekolah
ataupun di masyarakat. Aturan-aturan itu memiliki nilai pendidikan
dan membantu anak untuk menahan perilaku yang tidak diinginkan
oleh masyarakat.
2) Hukuman (Punishment)
Beberapa fungsi hukuman dalam menanamkan disiplin adalah:
a) Yang bersifat membatasi
b) Yang bersifat mendidik
c) Sebagai pembangkit motivasi untuk menghindari perilaku yang
ditolak masyarkat
3) Imbalan
Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017
9
Imbalan merupakan suatu penghargaan untuk hasil baik yang telah
dicapai. Imbalan tidak harus berbentuk materi.
4) Konsistensi
Konsistensi berarti suatu derajat kesesuaian atau stabilitas (uniformity
or stability)
3. Pakaian Seragam
Seragam sekolah berarti pakaian yang sama potongan dan warna yang
digunakan untuk melakukan kegiatan sekolah. Sejarah dalam pemakaian
seragam di sekolah terjadi dimasa Indonesia masih dijajah oleh Jepang. Pada
saat itu semua sekolah diwajibkan memakaikan pakaian yang sama kepada
siswanya, namun pada saat itu pakaian seragam belum memiliki corak warna
seperti sekarang ini. Jepang yang sarat dengan militeristik membawa nilai
disiplin yang tinggi bagi masyarakat Indonesia, termasuk para siswa. Ibrahim
dalam Hudzaifah dkk (2012) menyatakan bahwa fashion, pakaian, busana
sudah menjadi bagian penting dari gaya trend, penampilan keseharian kita,
sebagai fenomena budaya dan komunikasi, fashion sesungguhnya dapat
berucap banyak tentang identitas pakaiannya. Pakaian seragam tidak berarti
hanya pakaian identitas, melainkan juga sebagai bentuk pendisiplinan.
Pemakaian seragam sekolah kepada siswa di sekolah bertujuan untuk
membuat siswa mudah diarahkan, diatur, dan agar siswa berdisiplin diri.
Seragam sekolah berarti pakaian yang sama potongan dan warnanya yang
digunakan untuk melakukan kegiatan sekolah. Dhakidae dalam Hudzaifah dkk
(2012) menyatakan, “untuk keperluan ketahanan sekolah diciptakan pakaian
seragam, sebagai pakaian digunakan saat belajar di sekolah, yang
disaturagamkan, yang diatur bentuk/model, warna, tambahan atribut dan cara
penggunaanya”. Berdasarkan pendapat yang telah disampaikan maka dapat
Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017
10
disimpulkan bahwa seragam sekolah adalah seperangkat pakaian yang digunakan
saat belajar siswa di sekolah dan sebagai identitas di setiap sekolah.
a. Jenis-jenis Pakaian Seragam menurut Permendikbud Nomor 40 Tahun 2014
(http://www.eurekapendidikan.com/2015/10/seragam-sekolah-permendikbud-
nomor-45.html)
Pakaian seragam sekolah terdiri dari pakaian seragam nasional,
pakaian seragam kepramukaan, pakaian seragam khas sekolah, pakaian
seragam muslimah, dan pakaian seragam olahraga. Untuk pakaian nasional
dan kepramukaan memiliki perbedaan di setiap jenjang sekolah, untuk
pakaian nasional jenjang SD menggunakan pakaian putih dan merah, jenjang
SMP menggunakan pakaian berwarna putih dan biru sedangkan untuk jenjang
SMA menggunakan pakaian putih dan abu-abu. Pakaian seragam khas,
muslim dan olahraga akan kembali kedalam kebijakan setiap sekolah.
Adapun pakaian seragam yang digunakan di SDN 2 PSR KLN adalah sebagai
berikut:
1) Pakaian Seragam Nasional
Gambar 2.1 Gambar Pakaian Seragam Nasional SD
Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017
11
Gambar di atas adalah gambar dari pakaian nasional yang
dikenakan di SDN 2 PSR KLN yang digunakan setiap hari senin dan
selasa. Permendikbud Nomor 40 Tahun 2014 menjelaskan pakaian
seragam nasional adalah pakaian yang dikenakan oleh peserta didik di
sekolah yang memiliki jenis, model, dan warna sama dan berlaku
secara nasional.
2) Pakaian Seragam Kepramukaan
Gambar 2.2 Gambar Pakaian Seragam Kepramukaan SD
Gambar di atas adalah gambar seragam pramuka di SDN 2
PSR KLN yaitu siswa menggunakan pakaian pramuka lengkap yang
digunakan setiap hari jumat dan sabtu. Permendikbud Nomor 40
Tahun 2014 menjelaskan pakaian seragam kepramukaan adalah
pakaian seragam yang memiliki model atau atribut tersendiri dan
dikenakan untuk melaksanakan kegiatan kepramukaan. Pakaian ini
diatur tersendiri oleh setiap sekolah dalam pemakaiannya.
Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017
12
Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017
13
Gambar di atas adalah pakaian seragam olahraga SDN 2 PSR
KLN. Pakaian seragam olahraga adalah pakaian yang digunakan
khusus untuk pada saat pelajaran olahraga. Setiap sekolah memiliki
pakaian olahraga yang berbeda-bedaa.
b. Tujuan Pakaian Seragam
Adapun tujuan dari pemakaian seragam di sekolah dasar menurut
Permendikbud Nomor 45 Tahun 2014
(http://www.eurekapendidikan.com/2015/10/seragam-sekolah-permendikbud-
nomor-45.html) adalah:
1) Menanamkan dan menumbuhkan rasa nasionalisme dan
kebersamaan, selain itu juga memperkuat persaudaraan sehingga
dapat menumbuhkan semangat kesatuan dan persatuan dikalangan
peserta didik.
2) Meningkatkan rasa kesetaraan tanpa memandang kesenjangan
sosial ekonomi orang tua/wali siswa.
3) Meningkatkan disiplin dan tanggungjawab siswa serta kepatuhan
terhadap peraturan yang berlaku.
4) Menjadi acuan bagi sekolah dalam menyusun tata tertib dan
disiplin siswa khususnya yang mengatur pakaian seragam.
c. Peraturan pemakaian seragam di SDN 2 PSR KLN
Pemakaian seragam di SDN 2 PSR KLN sudah diatur dalam tata tertib yang
ada, tata tertib tersebut adalah sebagai berikut:
TATA TERTIB SEKOLAH
I. Peraturan yang harus ditaati
1. Siswa harus datang di sekolah 10 menit sebelum bel masuk berbunyi.
2. Siswa yang mendapat tugas piket harus lebih awal.
3. Siswa yang sering terlambat akan diberi teguran.
Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017
14
4. Berpakaian sekolah yang bersih dan rapi dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Hari Senin-Selasa seragam putih merah (atas putih bawah merah)
b. Hari Rabu-Kamis seragam batik sekolah.
c. Hari Jumat-Sabtu seragam pramuka.
5. Siswa berbaris di depan kelas ketika bel berbunyi.
6. Guru kelas memeriksa kerapian dan kebersihan baju siswa sebelum
masuk kelas.
7. Siswa berdoa sebelum pelajaran dimulai.
8. Mengikuti upacara bendera setiap hari Senin dan upacara peringatan hari
besar lainnya.
II. Peraturan bagi siswa yang melanggar
1. Tidak mengerjakan PR: Mengepel lantai kelas setelah teman-teman
pulang.
2. Tidak memakai seragam sekolah sesuai peraturan: Menyapu halaman
kelas.
3. Terlambat masuk sekolah: Mencuci taplak/ membersihkan perkakas kelas
yang perlu dibersihkan.
4. Sering membolos tanpa surat: Memberikan WC.
Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017
15
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian Dian Ardiani (2015), tentang penanaman nilai-nilai kedisiplinan
siswa kelas IV SD Negeri Kepek Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon
Progo Yogyakarta Tahun Pelajaran 2014/2015 menyimpulkan bahwa dalam
penanaman nilai-nilai kedisiplinan, guru menggunakan teknik external
control yaitu dengan memberikan ancaman atau hukuman kepada siswa yang
tidak disiplin dan memberikan reward ataupun pujian kepada siswa yang
berdisiplin dan patuh terhadap peraturan. Guru juga menanamkan disiplin
melalui teknik inner control yaitu dengan guru secara langsung menjadi
teladan bagi siswannya, kegiatan peneladan yang dilakukan oleh guru berupa
guru tidak pernah terlambat datang kesekolah, cara berpakaian guru yang
rapih dan sopan, tutur kata dan bahasa yang digunakan baik dan sopan serta
mengajarkan sopan santun, beretika dan mengajarkan untuk saling
menghormati, baik kepada guru maupun kepada siswa.
2. Penelitian Akhmad Rofii’ Udiin (2016) yang berjudul kedisiplinan siswa
dalam mengikuti kegiatan sekolah (studi kasus di SD Negeri Panasan
Sleman) menyimpulkan bahwa:
3. Siswa dalam mengikuti kegiatan intrakurikuler memiliki kedisiplinan yang
meliputi ketepatan waktu datang, penggunaan barang yang sesuai fungsinya,
serta penggunaan seragam yang sesuai peraturan. Siswa kurang disiplin
dalam ketaatan terhadap tata tertib terutama terkait kewajiban mengerjakan
tugas. Siswa memiliki kesadaran ketika tidak disiplin yang dibuktikan dengan
mengakui secara jujur.
Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017
16
a. Siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pramuka memiliki
kedisiplinan yang meliputi ketepatan waktu datang, penggunaan peralatan
yang sesuai fungsinya, serta ketaatan terhadap tata tertib. Siswa kurang
disiplin dalam berpenampilan terutama terkait dengan penggunaan atribut
seragam. Siswa memiliki kesadaran ketika tidak disiplin yang dibuktikan
dengan mengakui secara jujur.
b. Faktor pendukung kedisiplinan siswa dalam mengikuti kegiatan
intrakurikuer di sekolah adalah faktor guru, peraturan (tata tertib), serta
penerapan hukuman yang mendidik. Faktor yang menghambat adalah
pengaruh teman yang tidak disiplin. Faktor yang menyebabkan siswa
sadar ketika tidak disiplin disebabkan karena guru yang membisakan tata
tertib dan disiplin, serta penerapan hukuman yang mendidik.
c. Faktor pendukung kedisiplinan siswa dalam mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler Pramuka di sekolah adalah pembina Pramuka, peraturan
(tata tertib), serta penerapan hukuman yang mendidik. Faktor yang
menghambat adalah pengaruh teman yang tidak disiplin. Faktor yang
menyebabkan siswa sadar ketika tidak disiplin adalah pembina Pramuka
yang membisakan untuk disiplin, serta hukuman yang mendidik
4. Penelitian Han, (2010) yang berjudul A Mandator y Uniform Policy in Urban
Schools: Findings from the School Survey on Crime and Safety: 2003-04.
Menyimpulkan bahwa efek kebijakan seragam mampu mengurangi masalah
pada perilaku siswa di tingkat sekolah dan seragam sekolah juga menjadi
Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017
17
kebijakan di daerah perkotaan sebagai wawasan untuk mengurangi masalah
pada perilaku siswa.
5. Penelitian Huss, (2007) yang berjudul The Role of School Uniforms in
Creating an Academically Motivating Climate: Do Uniforms Influence
Teacher Expectation?. Menyimpulkan bahwa seragam meningkatkan belajar
antar siswa dan mempermudah interaksi antara guru dan siswa. Siswa akan
merasa penting dan seolah-olah mereka menjadi anggota tim karena mereka
mengenakan seragam. Karena para siswa percaya bahwa mereka cocok,
mereka memiliki kecenderungan untuk bekerja keras yang lebih besar dan
telah menunjukan sikap yang lebih baik ketika berada di sekolah. Guru
menggaris bawahi kesediaan siswa dalam usaha untuk belajar lebih besar.
C. Kerangka Pikir
Tujuan pendidikan nasional menurut UU no 20 tahun 2003 pasal 3 ialah
untuk menciptakan generasi yang cerdas intelektual dan berakhlak mulia. Tetapi
kenyataan pendidikan pada aspek afektif sering terabaikan dan hanya aspek
kognitif yang sering ditonjolkan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam sebuah
pembelajaran. Hal tersebut dapat memunculkan individu-individu yang
kecerdasan intelektualnya bagus, namun mempunyai karakter yang buruk.
Berbagai pelanggaran hukum terjadi di segala kalangan. Hal itu tidak akan terjadi
jika setiap individu tertanam nilai moral dan karakter yang positif. Hal inilah
yang membuat pentingnya pendidikan karakter yang diharapkan mampu
Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017
18
menciptakan pribadi yang mempunyai akhlak mulia. Salah satunya adalah
karakter disiplin, Kemendiknas (2010: 9) mendeskripsikan disiplin sebagai
tindakan yang menunjukan tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
Pendidikan karakter disiplin dapat diterapkan dilingkup sekolah, salah
satunya melalui pakaian seragam sekolah. Karena pemakaian seragam sekolah
kepada siswa di sekolah bertujuan untuk membuat siswa mudah diarahkan,
diatur, dan agar siswa berdisiplin diri. Melalui penelitian ini diharapkan mampu
menggali lebih dalam terkait pendidikan karakter disiplin melalui pakaian
seragam di sekolah dasar.
Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017
19
Berikut ini gambar kerangka pikir dalam penelitian ini:
Gambar 2.5 Gambar Kerangka Pikir
Tujuan pendidikan nasional
Aspek afektif masih terabaikan
Pendidikan karakter
disiplin di sekolah dasar
Pakaian seragam
Faktor penyebab siswa kurang
berdisiplin dalam berpakaian
seragam
Penerapan pendidikan
karakter disiplin melalui
pakaian seragam
Hambatan pendidikan
karakter disiplin melalui
seragam
Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017