10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Pustaka
1. Pengertian Program
Istilah program serung di dengar. Menurut suryosubroto
program adalahsederetan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan
untuk mencapai tujuan tertentu. Program merupakan kegiatan yang di
rencanakan untuk dilaksanakandalam rangka pencapaian tujuan.1
Pengrtian dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Program merupakan
rencana mengenai asas-asas serta usaha yang di jalankan.2 Dengan
kata lain program sederetan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan tertentu.
Pendidik merupakan bagianyang tidak dapat di pisahkan dari
pelaksanaan program di sekolah. Dalam menyusun suatu program di
perlukan menejemen yang harus benar-benar di terapkan dalam
mengaplikasikan konsep tidak sampai terjadi pada pada pengabaian
terhadap program tersebut. Seorang guru menjadi pemimipin bagi
anggota dan perserta didiknya, ia di tuntut untuk memiliki kempuan
menejeria.
Kemapuan menejeria tersebut menurut Zulkarnain yaitu:
merencanakan mengorganisasikan, memimpin dan mengawasi. 3
a. Merencanakan yaitu merupakan perkerjan pendidik untuk
menyusun tujuan belajar.
b. Mengorganisasikan yaitu pekerjaan pendidik untuk mengatur dan
menghubung-hubungkan sumber belajar dengan cara yang paling
efektif, efisien, dan ekonomis.
1 Sryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, PT Renaka Cipta, Jakarta, 1997, hlm.
217. 2Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, 1991, hlm. 557. 3Zulkarnain, Transformasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008,
hlm. 52.
11
c. Memimpin dalam rangka memotivasi, mendorong danmenstimulus
murid-murid.
d. Mengawasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam
menilai dan mengatur kembali situasi dan bukan mengubah tujuan.
2. Pengertian Hafalan
Kegiatan menghafal Al-Qur’an sebenarnya sudah dimulai
sejak al-Qur’an pertama kali diturunkan pada masa Nabi Muhammad
SAW dan para sahabanya karna pada waktu itu belum banyak kegiatan
baca tulis, sehinnga untuk mengingat ayat-ayat Al-Qur’an yang sudah
di wahyukan oleh Allah SWT, beliau selalu menghafalkanya supaya
tidak lupa4
Aktivitas pembelajaran melaui kegiatan menghafal adalah
sesuatu aktivitas menanamkan sesuatu materi verbal melaui proses
mental dan menyimpanya dalam ingatan, sehingga dapat di produksi
kembali kealam sadar jika di perlukan.5 Kata hafalan berasal dari kata
“hafal”telah dapat mengucapkan dengan ingatan (tidak usah membuka
buku).6 Dapat disimpulkan bahwa hafalan adalah kegiatan menginganta
atau selau ingat dan sedikit lupa dalam peroses mengingat atau proses
merekam semua kedalam memory otak tengang materi yang di pelajari.
Inagatan ada beberapa macam yaitu ingatan cepat artinya
mudah menghafal sesuatu mencamkan sesuatu hal tanpa menjumpai
kesukaran. Ingatan setia adalah apa yang telah diterima (dicamkan
/dihafal) itu akan disimpan sebaik-baiknya, tak akan berubah-ubah, jadi
tetap cocok dengan keadaan waktu menerimanya, ingatan teguh artinya
dapat menyimpan kesan dalam waktu yang sama, tidak mudah lupa.
Inagatan luas artinya dapat menyimpan banyak kesan-kesan.Ingatan
siap artinya mudah dapat memproduksi kesan yang telah
4Mubasyaroh, Memorisasi dan Bingkaian Tradisi Pesantren, Idea Perss, Yogyakarta, 2009,
hlm. 92. 5Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21 (Kunci Sukses
Pembelajaran Abad 21), Galia Indonesia, Jakarta, 2014, hlm. 104. 6WJS. Purwadinata, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan), Balai Pustaka 1998, hlm. 38.
12
disimpanya.7Kegiatan menghafal atau mengingat ada beberapa tahap di
antaranya:
a. Merefleksi : memperhatikan bahan yang sedang di pelajari, baik
dari segi tulisan dan tanda bacanya maupun syakalnya. Artinya
b. Mengulangi : yakni membaca atau mengikuti berulang-ulang apa
yang di ucapkan oleh pengajar.
c. Meresetas : mengulangi secara individu guna menunjukan
perolehan hasil belajar tentang apa yang telah terjadi
d. Retensi : yakni ingatan yang telah dimiliki mengenai apa yang telah
terjadiyang bersifat permanen.
Untuk mempelajari bahan hafalan diperlukan jenis belajar
menghafal (memori type of learning). Belajar dengan menghafal sering
menimbulkan penyakit verbalisme yaitu anak tahu menyebutkan kata-
kata, definisi, rumus dan sebagainya tetapi tidak dipahami.
Penyakit lain yang sering dijumpai akibat belajar menghafal
ialah intelektualitas penguasaan pengetahuan sebanyak-banyaknya dari
buku pelajaran tanpa menghubungkannya dengan realitas kehidupan
sehari-hari. Untuk menghindari anak anak dari penyakit tersebut, perlu
diperhatikan prinsip-prinsip, sebagai berikut :
a. Bahan yang akan dihafalkan hendaknya diusahakan agar dipahami
benar-benar oleh anak.
b. Bahan hafalan hendaknya merupakan suatu kebulatan (keseluruhan
dan bukan fakta yang lepas).
c. Bahan yang telah dihafal hendaknya digunakan secara fungsional
dalam situasi tertentu.
d. ActiveRecall hendaknya senantiasa dilakukan.
e. Metode keseluruhan atau metode bagian yang digunakan tergantung
pada sifat bahan.8 Dalam hubungan ini kita mengenal tiga macam
metode belajar yaitu:
7Sumadi Suryabrata, Pesikologi Pendidikan, PT Raja Grofinda Persada, Jakarta, 2004, hlm.
44.
13
1) Metode keseluruhan G (Ganzleren methode) metode menghafl
dengan mengulangi dari permulan sampai akhir. Artinya perserta
didik menghafal materi dari awal samapi akhir materi.
2) Metode bagian atau T (Teillern methode) yaitu menghafal
sebagian demi sebagian. Artinya dalam proses menghafal materi
dipilih dengan mengghafal sebagian dari materi tersebut.
3) Metode campuran atau V (vermit teledren methode). Yaitu
menghafal bagian bagian yang sukar terlebih dahulu, selajutnya
di pelajari dengan metode keseluruhan. 9
3. Hadist
a. Pengertian Hadits
Hadits atau Al-Hadist menurut bahasa Al-jadid yang artinya
sesuatu yang baru-lawan dari al-Qadim (lama), yang berati
menunjukan kepada waktu yang dekat atau waktu yang di singkat. 10
Sedangkan menurut Habsas Shiddieqy yang di kutip oleh Umar dalam
bukunya yang berjudul Ilmu Hadits mengatakan bahwa hadist
menurut bahasa yaitu: 11
1) Hadist dalam pengertian jadid, yakni sesuatu yang baru, lawan
dari usang atau qadim.
2) Hadits dalam pengertianya alqarib yakni sesuatu yang belum lama
terjadi seperti dalam perkataan.
3) Hadits dalam pengertianya al-khabar atau masalah yang sedang di
bicarakan atau perangkat seperti dalam perkataan. Artinya adalah
sesuatu yang dipercakapkan dan di pindahkan dari sesorang sama
maknanya dengan dari maksud inilah diambil perkataan hadist
Rasulullah. Firman Allah yang menunjukan tentang makna
8Zakiyah Darajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2001, hlm.
264. 9Mubasyaroh, Op. Cit., hlm. 27-28. 10Munzier Suparta, Ilmu Hadist, RajaGrafindo, Jakarta, 2002, hlm. 1. 11Umar, Ilmu Hadits, Nora Media Enterprise, Kudus, 2011, hlm. 3.
14
hadist, surat Ath Thuur ayat 34 nama Khabar yaitu sebagai
berikut:
Artinya : Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al-Qur’an itu jika mereka orang-orang yang benar.(Qs.Ath Thuur:34)12
Ayat tersebut bermakna bahwa Al-Khabar yang mengandung
warta, baik warta Nabi dari Nabi sahabat atau warta dari tabiin.
Sedangkan atsar sama dengan hadits Nabi atau perkatan sahabat
yang berarti berita, yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan di
pindahkan dari seseorang kepada orang lain, sama maknanya
dengan hadis.
Pengertian hadits secara istilah di kemukakakan oleh berbagai
perspektif ahli sebagai berikut:13
1) Ulama hadist atau ahli hadits mendefinisikan sebagai berikut:
وسلم من قو ل او فعل اوتقرير او النبي صلى اهللا عليهكلمااثرعن لقجاو ةيقلخ فةزصةي
Artinya : “Segala sesuatu yang di beritakan dari Nabi SAW baik berupa sabda perbuatan taqrir, sifat- sifat maupun ihwal Nabi”. 14
2) Secara istilah pengertian hadits menurut ahli Fikih sebagai berikut:
عليه وسلم غير القران كل ما صد ر عن النبي صلى اهللا Artinya : “Segala sesuatu yang di dasandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW, Selain Al-Qur’an Al-karim, baik perkataan, perbuatan maupun taqrir Nabi yang bersangkut paut dengan hukum syara”.15
12Al-Qur’an, Surat Ath Thuur ayat 34, Mahad Tahfihd Yanbu’ul Qur’an Kudus,
CV.Mubarokatan Thoyyibah, Kudus, hlm. 524. 13Badri Keheruman, Ulumul Al-Hadits, Pustaka Setia, Bandung, 2014, hlm. 60. 14Muhamad Ajaj Al Khib, As-Sunah Qobla At-Tadwin, Maktabah Wahbah, Kairo, 1975, hlm.
19. 15 Ibid., hlm. 20.
15
Secara umum hadits atau yang disebut juga dengan sunah,
sebagai sumber ajaran Islam yang berisi pernyataan, pengalaman,
pengakuan dan ihwal Nabi SAW yang beredar pada masa Nabi
Muhammad SAW hingga wafat di sepakati sebagai ajaran sumber
Islam setelah Al-Qur’an da isinya menjadi hujah (sumber otoritas)
keagamaan. Oleh karena itu, umat Islam pada masa Nabi Muhammad
SAW (al-sahabat) dan pengikutnya menggunakannya hadist sebagi
hujah keagamaan yang di ikuti dengan mengamalkan isinya dengan
penuh semangat keaptuhan dan ketulusan. Dalam praktek, disamping
menjadikan Al-Qur’an sebagai hujah keagaman, mereka menjadikan
hadits sebagai hujah serupa secara seimbang karena keduanya sama
di yakini sebagai wahyu Allah SWT.16
Dari beberapa pengertian hadits tersebut dapat di simpulkan
bahwa hadist meliputi perkatan, perbuatan, pernyataan dan sifat-sifat
atau keadaan-keadaan nabi Muhammad SAW.
1) Perkataan Yang dimaksut dengan perkatan Nabi Muhammad
SAW ialah perkataan yang pernah bliau ucapkan dalam berbagai
bidang hukum(sya’riat), akhlak, aqidah, pendidikan dan
sebagainya.17
2) Perbuatan adalah perbuatan Nabi Muhammad SAW,
perbuatanNabi ini merupakan penjelasan praktis terhadap
perbuatan-perbuatan dan peraturan-peraturan syariat yang belum
jelas cara aplikasinya.18
3) Taqrir di sini adalah keadaan beliau yang mendiamkan atau tidak
mengadakan sanggahan terhadap apa yang telah di lakukan, oleh
sahabat ketika di beliau. 19
4) Sifat-sifat Rasuluallah dilukiskan para sahabat Nabi seperti sifat
jasmani bliau.
16Ervan Soebahar, Menguak Fakta Keabsahan Al-Sunah, Kencana Jakarta, 2003, hlm. 3. 17Umar., Op. Cit., hlm. 4. 18Ibid., hlm. 5. 19Ibid., hlm. 6.
16
Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam arti sempit
pengertian hadits hanya terbatas pada segala sesutau yang di
sandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbutan, atau
taqrir. Secara luas hadist memiliki pengertian yang di kemukakan oleh
Al-Tirmdzi ia mengatakan bahwa sesunguhnya bukan hanya yang di
marfukan Nabi Muhammad SAW, saja melaikan dapat pula dapat di
sebutkan apa yang maukuf (bahkan pada perkataan perbuatan dari
sahabat dan tabin. 20
b. Keistimewan Hadist Nabi dalam Kehidupan Seorang Muslim
Seluruh Umat Islam, telah sepakat bahwa hadist Rasulullah
merupakan sumber dan dasar hukum Islam setelah Al-Qur’an. Uamat
Islam di wajibkan mengikuti hadist sebagaimana di wajibkan
mengikuti Al-Qur’an.
Al-Qur’an hadits merupakan dua sumber hukum syariat Islam
yang tetapi, yang orang Islam tidak mungkin memahami syariat Islam
secara mendalam dan lengkap dengan tanpa kembali kepada dua
sumber tersebut. Seorang mujtahid dan seorang alimpun tidak
diperbolehkan mencukupkan diri dengan salah satu dari keduanya.21
Keduanya merupakan satu keastuan.Al-Qur’an sebagi sumber pertama
yang bersifat umum dan global.Dan hadist tampil untuk menjelaskan
(bayan) keumuman isi Al-Qur’an tersebut.22 Seperti diuraikan
dibawah ini:
Artinya : Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu di beri Rahmad (Qs. Ali Imran 132)23
Taatlah kepada Allah adalah dengan mengikutinya ketentuan
baik yang tertera dalam Al-Qur’an, baik perintah maupun larangnya.
20Badri Keheruman., Op. Cit., hlm. 63. 21Munzier Suparta,Op. Cit., hlm. 49. 22Ibid., hlm. 57. 23Al-Qur’an, Surat Ali Imran ayat 132, Mahad Tahfihd Yanbu’ul Qur’an Kudus, CV.
Mubarokatan Thoyyibah, Kudus, hlm. 66.
17
Menaati Rasul berarti mengikuti suanahnaya. Oleh karena itu semua
hadist yang di akui kesahihnya wajib diikuti, diamailakan umat
manusia mengikutiAl-Qur’an sebab hadits merupakan interpretrasi
(bayan) dari Al-Qur’an.24
Al-hadits merupakan pedoman hidup yang harus di ikuti oleh
segenap umat Islam. Hal ini secara tegas telah disabdakan oleh nabi
sebagai berikut:
)رواه مالك.(ماتمسكتم بهماكتاب اهللا وسنة نبيهتركت فكم أمرين لن تضلوا Artinya : “Aku tingaklan dua pusaka untuk kamu sekalian tidak akan
teresat selagi kamu berpegan teguhlah pada keduanya yaitu berupa kitap Allah SAW dan Sunah RasulNya”(HR. Malik).25
Melihat kedudukan hadist yang sangat penting itu, setiap umat
Islam haruslah mempelajari hadist serta mendalami ilmu-ilmunya agar
mengetahui memahami hal-ilwal Al-hadits secara maksimal untuk
pengalaman syariat Islam.
Tanpa memahami dan menguasai hadits siapa pun tidak bisa
memahami Al-Qur’an. Sebaliknya siapapun tidak akan bisa
memahami hadits tanpa memahami Al-Qur’an. Sebab Al-Qur’an
merupakan dasar hukum pertama, yang didalamnya berisi garis besar
syariat, dan hadits merupakan dasar hukum kedua yang didalamnya
berisi penjabaran dan penjelasan Al-Qur’an. Dengan demikian antara
hadits dan Al-Qur’an memiliki kaitan yang sangat erat, yang satu
sama lain tidak bisa dipisahpisahkan atau berjalan sendiri-sendiri.
c. Kedudukan Dan Fungsi Hadits
Kedudukan hadits terhadap Al-Qur’an ada tiga macam yakni:
1) Bayan at-Taqrir disebut juga dengan bayan al-ta’kid dan bayan al-
itsbat. Yang dimaksut bayan ini, ialah menetapkan dan
memperkuat apa yang telah diterangkan di dalam haditst. Fungsi
24Jalil Al-Din ‘Abd Al-Rahman bin Abi Bakar Al-Syuthi, Al-Jami’Al-Shaghir Jilid I, Dar-
fikr, Kairo, 1993, hlm. 505. 25Badri Keheruman., Op. Cit., hlm. 70.
18
hadits dalam hal ini hanya memperkokoh isi kandungan Al-
Qur’an.
2) al-Tafsir adalah hadits yang berfungsi untuk memberikan rincian
dan tafsiran terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang masih bersifat
global (mujmal), memberikan persyaratan /batasan (taqyid) ayat-
ayat Al-Qur’an yang bersifat mutlak, dan mengkususkan
(takhsish) terhadap ayat Al-Qur’an yang masih bersifat umum.
3) Bayan at-Tasyri adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran–
ajaran yang yang tidak didapati dalam Al-Qur’an atau dalam Al-
Qur’an hanya terdapat pokok-pokoknya (ashl).
4) Bayan al-Nasakh. Kata naskh secara bahasa berarti (membatalkan)
izalah (menghilangkan), tahwil (memindahkan), dan taghyir
(mengubah). Menurut pendapat ulama taqaddimin terjadi naskh
ini karena adanya dalil syara’ yang mengubah suatu hukum
(ketentuan) meskipun jelas. 26
Sedangkan fungsi hadis adalah sebagai pedoman hidup umat
Islam. Al-Qur’an dan hadits sebagai pedoman hidup, sumber hukum
dan ajaran dalam Islam, antara yang satu dengan yang lain tidak
terpisahkan, keduanya adalah satu kesatuan. Al-Qur’an sebagai
sumber pertama dan utama banyak memuat ajaran-ajaran yang bersifat
umum dan global. Oleh karena itulah kehadiran hadits Nabi sebagai
(bayan) keumuman isi Al-Qu’an sebagai beriku:27
Artinya : Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur’an, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah
26Munzier Suparta, Op. Cit., hlm. 58-65. 27 Ibid., hlm . 57-58.
19
diturunkan kepada mereka[829] dan supaya mereka memikirkan. “(An-nahl ayat 44)28
Ayat diatas dapat dikatakan bahwa Allah SWT menurunkan
Al-Qur’an bagi umat manusia, agar Al-Qur’an dapat difahami oleh
manusia, maka Rasul SAW, diperintahkan untuk menjelaskan
kandungan dan cara-cara laksana ajarannya kepada mereka melalui
hadits-haditsnya.29Oleh karena itu fungsi hadits yaitu : Sebagai
sumber ajaran kedua, untuk menjelaskan kilabullah, sebagai
suriatauladan bagi umat Islam, sebagai ajaran yang wajib di taati,
sebagai pembuat peraturan (syariah) selain Al-Qur’an.
d. Dasar-dasar Pendidikan Hadis bagi Anak
Long life education, kalimat yang kita kenak sejak dulu sampai
saat ini, pendidikan sepanjang hayat, itu merupakan arti bebas dari
kalimat tersebut. Pentingnya pendidikan dalam hidup dan kehidupan
manusia telah menjadikan salah satu kebutuhan pokok manusia.30
Terkait dengan hal tersebut pengenalan melaui belajar hadist dalam
usia anak itu sangat perlu. Dasar pendidikan hadist bagi anak sebagai
berikut:
1) Berusaha untuk mengkorelasikan antara makna-makna dan hukum
hukum-hukum yang termaktub dalam hadits Nabi dengan ayat Al-
Qur’an.
2) Menjelaskan perbedaan atara Al-Qur’an dengan hadits-hadits Nabi
sebagai salah satu sumber-sumber penentu hukum Islam.
3) Memberikan pengarahan kepada anak akan pentingnya hadits-
hadits Nabi SAW sebagai petunjuk bagai berbagai perilaku
manusia dalam kehidupan mereka, baik bersifat umum mapun
khusus.
28Al-Qur’an, Al-Ahzab: 33 Ayat 21Mahad Tahfihd Yanbu’ul Qur’an Kudus, CV.
Mubarokatan Thoyyibah, Kudus, hlm. 532. 29 Munzier Suparta, Op. Cit., hlm. 58. 30Isjoni, Model Pembelajaran Anak Usia Dini, Alfabeta, Bandung, 2011, hlm. 53.
20
4) Memberikan pengarahan kepada anak akan pentinya hadist-hadits
Nabi SAW dalam ke hidupan manusia, agar mereka menjadikan
hadits-hadits tersebut sebagai sumber acuan yang datang dari
Rasulluallah SAW. Sehingga, mereka menjadikan semua itu
sebagai acuan perilaku kehidupan kehidupan mereka sehari-hari.
5) Mengarahkanperhatian anak kepada berbagai kandungan makan
yang dimuat dalam hadits-hadits, dan menjelaskan bagaimana tata
cara menyimpulkan hukum-hukum dan kaidah-kaidah dari hadits-
hadits Nabi tersebut.
6) Mengembangakan kecenderungan-kecenderungan keagamaan
anak terhadap hadits Nabi SAW, mengarahkan mereka untuk
menghafal hadits-hadits Nabi dalam jumlah yang lebih besar,
sesuai dengan fase-fase kehidupan mereka, serta memberitahukan
mereka bagaimana cara menghadapinya, tentunya dengan
mengikuti jejak Rasulluallah SAW. 31
Menghafal hadits menjadi salah satu bagian dari dasar
pendidikan hadis bagi anak, terkait dengan hal demikian dapat
dikatakan belajar hadits dan menghafal hadis merupakan satu
kesatuan.
e. Tujuan Belajar Hadits bagi Anak
Hadits merupakan sumber ajaran kedua setelah Al-Qura’an
yang menjadi rujukan ataupedoman umat manusia di dunia. Terkait
dengan hal demikian hadits perlu disamapaikan dan di pelajari oleh
anak, tujuanya adalah :
1) Mengetahui perbedaan antara Al-Qur’an dengan hadist Nabi, dan
mengetahui kedudukan Al-Qur’an dengan hadist Nabi, dan
mengetahuikedudukan Al-Qur’an sebagai sumber yang paling
pokok diantara sumber sumber penentuan hukum dalam Islam.
2) Memberikan arahan kepada anak akan pentingnya hadist-hadist
Nabi sebagai sumber kedua dalam penentuan hukum Islam, dan
31Fuhaimin Mustthafa, Manhaj Pendidikan Anak Muslim, Mustaqim, Jakarta, 2004, hlm. 153.
21
mengarahkan mereka akan pentingnya sumber kedua tersebut bagi
kehidupan kaum muslimin karena, di dalamnya terdapat
pentunjuk, pengarahan dan bimbingan.
3) Mengarahkan anak-anak untuk mengikuti seluruh perintah
Rasuluallah SAW, menjadikan beliausebagai panutan dan uswah
hasanah, sehingga anak-anak akan mengikuti jejak langkah beliau
dalam kehidupan mereka, yaitu dengan cara menjalankan segala
hal yang diperintahkan beliau dan meninggalkan larangan
larangannya.
4) Memantapkan akidah Islam dalam jiwa anak anak, membina
kualitas spiritual mereka, menanamkan tradisi-tradisi dan perilaku-
perilaku baik, dan melindungi mereka dari berbagai
penyimpangan.
5) Mengembangkan sisi naluri keagamaan mereka melalui hadist-
hadist Nabi dan mendorong mereka menghafal lebih banyak
hadist-hadist Nabi, sesuai fase-fase kehidupan yang meraka jalani,
dilihat dari kacamata pendidikan.
6) Menapakkan keagungan hadist hadist Nabi dalam memberikan
solusi terhadap berbagai problematika kehidupan yang dihadapi
seorang muslim sehari-hari
7) Agar anak anak menjadikan hadist hadist Nabi sebagai qudwah
(panutan) yang bersumber dari RasuluallahSAW, sehingga hal
tersebut mereka jadikan acuan dalam mengatur perilaku mereka
sehari-hari.
8) Berusaha mengkorelasikan hadist-hadist Nabi dengan berbagai
problematika anak-anak, baik sekoalah maupun dalam kehidupan
sehari hari mereka, dan mejelaskan tatacara menghadapi berbagai
problematika tersebut dengan mengikuti jejak RasuluallahSAW.
9) Menjelaskan tatacara mengambil suatu maanfaat dari hadist-hadist
Nabi, dalam rangka menanamkan perilaku perilaku yangbenar
bagi anak-anak.
22
10) Mengarah perhatian anak-anak kepada ajaran-ajaran yang penuh
makana dalam pemikiran pemikiran yang benar, dimana semua itu
sudah termuat dalam hadits. 32
f. Tata Cara Belajar Hadits bagi Anak
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses
belajar dapat ditunjukkan berbagai bentuk berupa pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan,
kebiasaan serta perubahan-perubahan aspek-aspek lain pada diri
individu yang belajar. Dalam belajar hadits anak di perlukan tata cara
sebagai berikut:
1) Mengalihkan perhatian anak kepada tema hadits Nabi yang di
ajarkan dan menjalakskan pada mereka dalam ruang lingkup
pandangan-pandangan, kesempatan atau persolan-persoalan yang
terjadi atau bahkan akan terjadi.
2) Menjelaskan kepada anak tentang ajaran-ajaran yang memiliki
makna yang sangat agung dan pemikiran yang termaktub dalam
hadits Nabi, sehingga mereka dapat memahami, menyerap dan
menerapakannya dalam kehidupanya sehari-hari.
3) Menggunakan kamus (ensklopedia Bahasa) dalam rangka
mengetahui kata-kata yang sulit dipahami oleh anak-anak dan
terutama dalam pembelajaran hadits. Sebagaimana anak-anak juga
bergabung bersama pendidik, dalam mengetahui arti kata-kata
yang sulit di pahami tersebut. Sehingga makna-maknanya dapat di
serap sebaik mungkin dalam benak mereka.
4) Anak-anak diharapkan berperan aktif dan responsif pada saat
pendidik menjelaskan palajaran hadits Nabi, dengan cara
menerapkan dialog dan di sukai interaktif di antara mereka.
5) Mendorong anak-anak untuk untuk menyimpulkan prinsip-prinsip
dan dasar-dasaryang paling penting dari isi hadits Nabi, sehingga
32Ibid., hlm. 157.
23
hal tersebut biasa dimanfaatkan diamalkan dan diterapkan dalam
kehidupan mereka, di sekolah mapun luar sekolah.
6) Menjelaskan sebab-sebab atau beberapa hal yang berkaitan
dengan, mengapa Rasulluallah SAW mengeluarkan sabada beliau
dalam hadits tersebut. Jika serang pendidik tidak mampu
melakukannya, hendaknya merujuk kitab “riyaadhush-shaalihin”.
7) Berusaha untuk mengkolerasikan isi hadits Nabi dengan realitiatas
kehidupan anak-anak baik di keluarga, sekolah, masjid, mapun di
jalan.
8) Meyakinkan anak-anak terhadap pengaruh Islam dalam mengatur
kehidupan kita, dan meyakinkan mereka bahwa tanpa agama
kehidupanakan dipenuhi dengan berbagai tindakan kekerasan dan
pertengkaran antar sesama manusia. Bahkan harus di ingatkan
kepada mereka bahwa hadits Nabi adalah salah satu sumberpokok
ajaran Islam yang memuat undang-undang kehidupan kita.
9) Menjelaskan bahwa dengan mempraktekan prinsip-prinsip dan
nilai-nilai yang di kandung setiap hadits dapat mempengaruhi
kesuksesan seoarangmuslim dan kemajuan masyrakat melalui
dialog dan diskusi interaktif.
10) Menyimpulkan prinsi-prinsip dan nilai-nilai yang terkandung
dalam hadits Nabi dan menjeaskan hubungan hal tersebut dengan
kehidupan seharihari. Dalam hal ini seorang pendidik hendaknya
merujuk pada kitab-kitab yang dijamin kesahihanya. Diantaranya
kitab yang paling penting dan perlu dijadikan rujukan adalah sahih
Bukhari dan Muslim.33
4. Progaram Hafalan Hadits
a. Pengertian Progaram Hafalan Hadits
Menghafal hadits adalah kegiatan yang sudah lama di jalankan
oleh umat muslim bahkan pada zaman Rasulluallah SAW. Minat
seperti ini diperkuat dengan imbauanRasulluaallah SAW agar mereka
33Ibid., hlm. 158.
24
menghafalkan hadits dan menyampaikannya kepada orang-orang.Hal
ini menunjukan betapa besar perhatian beliau terhadap penghafalan
dan penyampain hadits. Zaid bin Tsabda:
غها فر ب حا مل فقه غير فقيه ور ب حا نضر اهللا ا مرأ سمع مما لتى فبلهنم افقه وه نم قهل فرواه ابوداودو(.م(
Artinya : Semoga allah memperindah wajah orang yang mendengar ucapanku lalu menyampaikannya. Mungkin saja orang yang membawa (informasi) Fiqih itu bukan seorang faqih, dan siapa saja yang membawa (informasi) fiqih menyampaikannya kepada orang yang lebih faqih dari padanya. (HR. Abu Dawud).34
Dengan demikian, pemeliharan hadits itu wajib hukumnya agar
umat Islam bebas dari tuntunan penyampainya yang telah di
perintahkan Rasulullah SAW. Betapa pentinya menghafalkan hadits
sebagai salah satu pemeliharan hadits yang di lakukan umat Islam
yang kita ketahui hadits adalah sumber kedua umat Islam.
Pada zaman sekarang pengembanganprogram hafalan hadist
merupakan kegiatan yang dirancang untuk membawa sesorang untuk
menghafal, memelihara, menjagadalam artian meanampakan dan
membaca di luar kepala tanpa melihat kitab yang berkaitan erat
dengan segala sesuatu yang bersumber dari Nabi SAW. Baik ucapan,
perbuatan maupun ketetapan yang berhubungan dengan hukum atau
ketentua-ketentuan Allah yang disyariatkan kepada manusia. Dengan
katalainmenghafal hadits, memeliharanya serta menalarnya haruslah
memperhatikan tiga unsur pokok berikut ini. Pertama menhayati
bentuk-bentuk visiual sehingga dapat di ingat kembali tanpa kitab.
Kedua membacannya secara rutin ayat-ayat yang dihafalkan dan yang
ketiga mengingatnya. Kegiatan tersebut sebagai dorongan dunia
pendidikan sebagai salah satu upaya peneliharahan hadits.
34Abi Dawud Sulaiman Bin Asy’ats Bin Ishaq Bin Basyir, Sunah Abi Dawud Jus I, Dar Ibnu
Hisyam, Kairo,2007, hlm. 456.
25
b. Metode Menghafal Hadits
Menghafalan hadis salah satu cara mengajarkan ketaataan
kepada Nabi Muhammad SAW. Setaip Hadits yang diajarkan
dihafalkan akan memndarah daging ke diri anak dan menjelma
menjadi sebuah perilaku yang seperti di tuntukan oleh Rasul. Sebab
itu di perlukan metode untuk melakukanya. Usia dini merupakan masa
yang paling pas untuk menanamkan cinta anak kepada Hadits Nabi
SAW. Menghafal hadits yang dilakukan oleh anak usia dini, hampir
sama dengan cara anak menghafal Al-Qur’an.
Metode menghafal Al-Qur’an menurut Ahmmad Syaifuddin,
ada tiga metode dalam mempelajari Al-Qur’an yaitu:
1) Musyafahah yaitu pendidik membacakan lebih terdahulu
kemudian disusul oleh anak atau murid. Dengan metode ini,
pendidik dapat menerapakan cara membaca huruf dengan benar
melalui lidahnya. Sedangkan anak dapat melihat dan menyaksikan
langsung keluarnya huruf dari lidah pendidik untuk di tirukan.
2) Ardul Qiraah atau sorong anak membaca di depan pendidik dan
pendidk mendengarkannya.
3) Pengulan gan yaitu pendidik mengulang-ulang bacaan sedangkan
anak meniru kata perkata dan kalimat perkalimat secara berulang
–ulang hingga benar. 35
c. Motivasi Menghafal Hadits
Kegiatan menghafal hadits di mulai sejak zaman Rasulullah
SAW yang di laksanakan para sahabat Rasulullah SAW. Sebagaimana
telah maklum bahwa haditsmerupakan sandi asasi yang telah
membentuk pola pikir sahabat dan serta sikap dan perbuatan dan etika
mereka.Sebab mereka senantiasatundukkepada Rasulullah dalam
segala hal.Setiap kali mereka mendapakan satu kalimat dari Nabi
Muhammad SAW, maka kalimat tersebut mendarh daging. Dan
35Ahmmad Syaifuddin, Mendidik anak, Membaca, Menulis Al-Qu’ran, Gema Insani Pres,
Jakarta, 2004, hlm. 81.
26
menjelma menjadi perilaku mereka, hal seperti itu tidak diragukan
lagi, yang akan menyebabkan mereka hafal dan tidak menutup
kemungkinan untuk lupa. Dan dengan cara itu mereka dapat
membebaskan diri dari tuntutan dan kewajiban sekaligus sebagai
manifistasi ketaatan. 36
Motivasi Para sahabat untuk menghafal hadits ialah Pertama,
kegiatan menghafal adalah budaya bangsa arab yang di wariskan
sejak Pra Islam, mereka terkenal kuat. Kedua, Rasulullah SAW
memberikan sepirit melalu doa-doanya ke tiga sering menjajikan
kebaikan akhirat kepada mereka yang menghafalkan hadits dan
menyampaikankanya kepada orang lain.37
Hal demikan yang menjadikan program hafalan hadits sangat di
perlukan untuk umat muslim, para sahabat Nabi SAW sudah
memberikan contoh yang sangat jelas dan memberitahukan bahwa
menghafal hadits banyak manfaatnya untuk kehidupan manusia
didunia menjajikan kebaikan akhirat kepada mereka yang
menghafalkan hadits dan menyampaikankanya kepada orang lain.
Dalam hadits lain di terangkan bahwa:
نل مشر من الا خم كا ن له دعب تتيا م ى قدتنس نة منى سيأح نم )الترمذىراوه .(من اخورهم شيئاير ا ن ينقص عمل بها من غ
Artinya : Barang siapa yang menghidupkan salah satu sunahku yang telah di liburkan setelah ku, maka pahala baginya semisal pahala orang yang mengamalkanya tanpa menguranginya sedikitpun (HR. At-Turmudzi).38
d. Materi Hafalan Hadits
Hadits menurut Moh Erfan soebahar dikutip dari buku,
menyatakan bahwa teks bertuliskan Arab yang menyampaikan sesuatu
yang di sandarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai materi hadits,
36Nurudin, Ulumul Hadits, PT.Remaja Rosada Karya, Bandung, 2014, hlm. 27. 37Munzier Suparta, Op. Cit., hlm. 75. 38Imam Tirmidzi, Sahih sunanul At Tirmidzi jilid III, Pustaka azam, Kairo, 2004, hlm. 324.
27
berupa apa-apa yang pernah disabdakan atau di katakan oleh Nabi
Muhammad SAW (qauluhu), dilaksanakan oleh Nabi (fi’luhu), di
sepakati Nabi (taqriruhu) serta informasi yang di sampaikan oleh
sahabat tentang sifat-sifat Nabi (hammiyah). Dengan ungkapan lain
pelajaran hadits terkait tentang empat usur yang (jelas,di pandang)
bersumber dari Nabi Muhammad SAW. Jadi emapt unsur poko ini lah
yang muatan pokok materi pembelajaran hadits (disajikan sesuai
dengan kebutuhan pererta didik).39
Saecara umum materi tersebut menyangkup hal tersebut.
Namun dalam dunia pendidikan usia dini adab atau etika kesaharian
umat muslim di ajarkan melaui hadits Nabi. Adab yang baik tercermin
dari anak menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari,
mengucapkan salam, berjabat tangan saat berjumpa, saling
memaafkan menyayangi yang lebih kecil, sanyang kepada teman,
menghormati pendidikdan orang tua, membaca doa, setelah dan
sesuadah melakukan sesuatu, serta patuh dan taat kepada orang tua
dan guru. Berikut ini beberapa hadits yang diajarkan kepada anak usia
dini dalam rangka mengembangkan etika dan adab yang baik bagi
mereka.
)رواه مسلم(.اليشربن أحد كم قا ئماArtinya : Jangalah kalian minum sambil berdiri (HR. Muslim) 40
)رواه ابوداودو(.فابد ءو ا بميا منكم, لبستم وإذا تو ضأ إذا Artinya : Jika kalian berpakaian dan berwundu mulailah dari kanan
(HR. Abu Dawud )41
39 Adi Prasetiyo, Pembelajaran Konstruktivistik sinentific, untuk pendidikan Agama Islam di
Sekolah / Madrasah, PT. Raja Grofindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 234. 40 Imam Muslim, Sahih Muslim Volume III B, Derel Aker Beyrouth, Libian,1993, hlm. 712. 41 Abi Dawud Sulaiman Bin Asy’ats Bin Ishaq Bin Basyir, Op. Cit., hlm. 654.
28
)رواه البخارى(.يمينك و كل مما يليكيا غال م سم اهللا و كل بArtinya : Wahai anaku bacalah bismilah dan makanlah dengan
tangan kanan mu serta makanlah yang terdekat dari mu (HR Bukhori)42
5. Taman Kanak-kanak
a. Pengertian Taman Kanak-kanak
Undang-undang NO.20 Tahun 2003 pasal I butir 14
menyebutkan bahwa “pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam
tahun yang dilakukan pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lanjut”. 43
Jika ditinjau dari pengertian pendidikan anak usia dini yang
merupakan pendidikan yang menitik beratkan kepada perletakan dasar
kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (motorik kasar/halus),
kecerdasan (daya fikir/daya cipta, kecerdasan emosional, kecerdasan
sepritual), sosial emosional (sikap perilaku dan beragama), serta
berbahasa dan komunikasi, sesuai dengan tahap perkembangan
anak.44Dengan demikian PAUD upaya menstimulus membimbing,
mengasuh dan memberikan kegiatan yang mengembangkan kemapuan
jasmani dan rohani sesuai dengan tahab perkembangannya.
Sebagai salah satu lembaga pendidikan anak usia dini, TK
mengelolaanak usia 4 sampai 6 tahun sebelum anak memasuki jenjang
sekolah dasar.45 Jenjang taman kanak-kanak, anak mulai di berikan
pendidikan secara berencana dan sistematis agar pendidikan yang di
42 Abi Abdullah Muhammad Bin Ismail Al-Boukhari, Sahih Al-Boukhri Volume VII, Derel
Aker Beyrouth, Libian,1993, hlm. 120. 43Mursid, Pengembangan Pembelajaran PAUD, PT. Remaja Rosada Karya, Bandung, 2015,
hlm. 124. 44Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini, Diva Perss, Jogjakarta, 2010, hlm. 15-16. 45Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm.
59.
29
berikan lebih bermakna oleh anak. Taman kanak-kanak haruslah tetap
merupakan tempat yang menyenangkan bagi anak.
Tempat yang harus memberikan rasa aman, nyaman dan
menarik bagi anak serta mendorong keberanian dan merangsang untuk
bereksplorasi atau menyelidikin dan mencari pengalaman demi
perkembangan jasmani dan rohani anak di luar lingkungan keluarga
sebelum memasuki pendidikan dasar. 46
b. Tujuan Pendidikan Taman Kanak-kanak
Secara umum memberikan setimulus atau rangsangan bagi
perkembangan potensi anak agar menjadi mausia beriman dan
bertaqwa kepada tuhan yang maha esa berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kritis kreatif inovatif, mandiri percaya diri dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.47
Menurut Maimunah hasan, pendidikan anak usia dini tujuan di
selenggarakannya pendidikan PAUD sebagai berikut: 48
1) Membentuk anak indonesia yang berkualitas yaitu: tumbuh dan
berkembang sesuai dengan tingkat perkembangany, sehingga
memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidika
dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
2) Membantu anak menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar
(akademik) di sekolah.
Secara garais besar pendidikan di PUD bertujuan untuk
mengembangkan seluruh potensi anak (the wolde childe), sebab masa
anak usia dini dianggap masa yang berarga untuk menanamkan nilai
nasionalisme, kebagsaan, agama, etika, moral dan sosial yang berguna
bagi kehidupanya dan setrategi pengembngn bangsa.
46Suyadi, Teori Pembelajaran Anak Usia Dini (dalam Kajian Neurosains), Bandung, 2014,
hlm. 26-27. 47Ibid., hlm. 24. 48Ibid., hlm. 17.
30
c. Aspek Kurikulum Pendidikan Nasional Anak Usia Dini
Kurikulum adalah seprangkat rencana yang dikembangkan
untuk memperlajar proses pembelajaran. Setidakya ada enam aspek
kurikulum pendidikan nasional yang menjadi ketentuan pokok
pendidikan anak usia dini yakni moral, nilai agama, sosial, emosiolal,
kemandirian, kemapuan bahasa, kognitif, fisik motorik, dan seni. Usia
dini adalah masa yang paling penting untuk memberikan dorongan
maupun upaya pengembangan agar anak dapat berkembang secara
optimal.
1) Nilai-nilai Agama
Nilai-nilai agama sangat besar perana dan pengaruhnya
akan sangat penting dalam kehidupanya. Gizi berupa nilai-nilai
agama yang di berikan kepada anak menjadi pesan dari dalam diri
anak tentang urgensi berbuat baik. Sifat keagamaan anak tumbuh
mengikuti ideas concept on autbority, yang artinya konsep
keagaman anak di pengaruhi faktor luar dari dirinya.
Oleh sebab itu di perlukan pendampingan yang sangat
intenst. Nilai-nilai agama di jadikan bidikan di PAUD/TK, hal ini
di fungsikan untuk memberikan landasan yang kuat kepada anak
sejak usia dini. Harapanya ia memiliki basis kehidupan khususnya
kebergamaan yang kuat. 49
2) Sosial moral
Pendidikan yang berjalan di TK-PAUD mendapatkan
bimbingan tentang ranah sosial dan moral. Sebab nilai-nilai yang
terangkung dalam sosial dan moral membingkai setiap langkah
anak agar senantiasa dalam koridor kebaikan. Nilai adalah harga,
hal-hal yang berguna bagi manusia. Moral adalah berkenaan
dengan kesusilaan. Seorang individu dikatakan baik secara moral
49Asef Umar Fakhruddin, Sukses Menjadi Guru TK-PAUD ( Tips, Strategi, dan Panduan-
panduan Pengembangan Praktisnya ), Jakarta,Bening, 2010, hlm. 80.
31
apabila bertingkahlaku sesuai dengan kaidah-kadah moral.50
Untuk itu dalam pendidikan PAUD perlu dilaksanakan pendikan
sosial moral sesuai dengan tahapan usia mereka sebagai bekal
kehidupan mereka.
3) Emosional
Bimbingan pada ranah emosional juga menempati tempat
yang penting bagi anak, pada tingkatan PAUD/TK emosi anak
harus diarahkan dan diperhatikan perkembangannya secara
mendalam dan seksama. Emosin merupakan perasaan yang
merupakan perapaduan gejolak fisiologi dan perilaku yang terlihat
ada didalamnya. Kemarahan, kesedihan, dan kegembiran
merupakan bagian dari emosi. Emosi menjadi salah satu bidikan
kareana semua hal yang berlangsung di TK /PAUD akan
berhubungan dengan emosi, anak dari latar belakang apapun akan
bisa menjadi baik jika memiliki emosi yang baik. 51
4) Kemandirian
Kemandirian merupakan kemampuan untuk melakukan
bimbingan kegiatan atau tugas sehari-hari atau dengan sedikit
bimbingan sesuai dengan tahap perkembanganya. Kemandirian
dapat dikatakan sikap yang harus di kembnagkan sejak masa
kanak-kank, agar kelak mereka terbiasa menjalani hidup tanpa
tergantung pada prang lain. 52
5) Bahasa
Ranah bahasa bertujuan untuk membaca dan menganalis
kecenderungan bahsa anak. Kecerdasan bahasa adalah kemapuan
untuk menyusun pikiran dengan jelas dan mampu
menggunakannyasecara kompeten melalui kata-kata, seperti
bicara, membaca,dan menulis. 53 Oleh sebab itu ranah sanagat ini
50Ibid., hlm. 90-95. 51Ibid., hlm. 101. 52Ibid., hlm. 106. 53Ibid., hlm. 11.
32
sanagt penting sebab dalam hal ini anak akan diajarkan dalam
mengelolah kata-kata atau keterbahasan mereka.
6) Kognitif
Kognitif sering diartikan sebagai kecerrdasan atau berfikir,
kognitif adlah pengertian luas mengenai berfikir, mengamati, jadi
merupakan tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh
pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan
pengetahuan. Perkembangan kognitif menujukan perkembangan
dari cera berfikir anak untuk mengkordinasikan berbagai cara
berfikir, kemampuan anak untuk menyelesaikan berbagi masalah
dapat di pergunakan sebagai tolak ukur pertumbuhan kecerdasan
anak.54
d. Pembelajaran Anak Usaia Dini (TK)
Combach mengatakan bahwa, Learning is shown by change in
behavior as a result of experince (belajar sebagai suatu aktivitas yang
ditunjukan oleh perubahan perilaku sebagai pengalaman.55 Maka dari
definisi tersebut dapat dikatakan bahwa adalah hasil dari aktivitas
yang dilakuka. Sedangkan pembelajaran didefinisikan sebagai
perubahan tingkah laku individu yang di sebabkan oleh siswa.56
Pembelajaran juga dapat dikatakan suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan
prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajara. 57
Proses pembelajaran yang akan dilakukan harus memenuhi
prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut:
1) Berangkat dari yang dimliki oleh anak
2) Belajar harus mematankan pemahaman anak.
3) Belajar dilakukan sambil bermain.
4) Menggunakan alam sebagai sarana pembelajaran.
54Seomarti Patmono Dewa, Op. Cit., hlm. 27. 55Hosnan, Op. Cit., hlm. 3. 56Ibid., hlm. 4. 57Isjoni, Op. Cit., hlm. 55.
33
5) Belajar dilakukan melaui sensirinya.
6) Belajar membekali kecakapan hidup.
7) Belajar sambil melakukan. 58
B. Penelitian Terdahulu
Peneliti coba untuk mengali informasi terhadap skripsi,tesis atau yang
lainya. Sebagai bahan pertimbangan untuk membandingkan masalah -
masalah
1. Penelitiaan yang berjudul Pengaruh Orang Tua Dalam Meningkatkan
Hafalan Bagi Jusz Amah Bagi Santri Pasca TPQ Di Tamana Pendidikan
Al-Qur’an Nurul Karimah Kertomulyo Pati Tahun 2014/2015 dilakuakan
oleh Sri Hartini mengatakan bahwa hafalan seseoarang di pengaruhi oleh
faktor internal dan eksrernal ketika sesorang sudah lulus dari TPQ,
pengaruh motvasi diri sendari menjadi pendorong utama dalam
menerapkan hafalan tersebut. 59
2. Penelitian yang berjudul Muatan Lokal Takhashush (Studi analis
pengembangan mata pelajaran Agama Islam BTQ,Tahfiz Just 30, doa
sehari-hari, dan Aspek Ibadah) SD IT Aninda Yatafatimah Jepatlor Tayu
Pati 2014/2015, karya Devi Setiya Rahayu Nim 111343, STAIN kudus,
dalam penelitian ini faktor pendorong dalam penerapan program ini
adalah profesonalitas guru dan materi yang akan di aplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari. faktor penghamabat adalah dalam keadaan anak
didiknya sendiri yang kurang motivasi. 60
Dua penelitian yang pernah di lakukan terdahulu dengan penelitian
ini, adalah sama-sama membahas tentang meningkatkan hafalan anak,
hafalan merupan suatu kegiatan untuk mengingat materi tanpa menggunakan
58Ibid., hlm. 58-60. 59Sri Hartini, Pengaruh Orang Tua dalam Meningkatkan Hafalan Bagi Jusz Amah Bagi
Santri Pasca TPQ Di Di Tamana Pendidikan Al-Qur’an Nurul Karimah Kertomulyo Pati Tahun 2014/2015, STAIN, Kudus, 2015, hlm. 75.
60Devi Setiya Rahayu, Muatan Lokal Takhashush (Studi Analis Pengembangan Mata Pelajaran Agama Islam Btq,Tahfiz Just 30, Doa Sehari-Hari, Dan Aspek Ibadah) SD IT Aninda Yatafatimah Jepatlor Tayu Pati 2014/2015, STAIN, 2015, hlm. 76.
34
teks atau buku, hal ini akan mendorong anak akan terus mengingat materi
yang ada dalam penelitian terdahulu adalah jus ammah /surat pendek dan
doa-doa pendek. Perbedaan dalam penlitian adalah pada materi ini hafalan
yaitu tentang hadits Nabi Muhammad SAW sebagai materi dasar hafalan
untuk anak-anak. kedua yaitu lebih fokus pada muatan lokal yang berisi
hafalan just amaah dan doa bersam. Yang satu adalah hafalan jus ammah
pada anak yang sudah tamat TPQ. Namum pada penelitian ini lebih di
fokuskan pada, penerapan, faktor pendukung dan penghambant, serta proses
evaluasi dan hasil yang dapat di petik dari penerapan program hafalan Hadits
di Taman kanak-kanak.
C. Kerangka Berpikir
Taman kanak-kanak sebagai lembaga pendidikan pertama diluar
lingkungan keluarga, pendidik di TK merupakan orang prtama di luar
keluarga yang ikut membimbing kepribadan anak. Salah satu bidang
pngembangan dalam pertumbuhan ketrampilan dasar di taman kanak-kanak
adalah perkembangan nilai-nilai agama. Penanaman nilai-nila agama pada
anak haruslah di sesuaikan pada usia perkembangan anak yang berada pada
usia emas (golden age).
Maka dari itu sifat pemahaman agama autoritas yaitu konsep
keagamaan pada diri mereka oleh faktor dari luar diri mereka. Anak-anak
telah melihat dan mengikuti apa yang diajarkan oleh orang dewasa dan orang
tuanya mereka, tentang sesuatu yang berhubungan dengan kemaslahatan
agama. Bagi mereka sangatlah memudah untuk menerima ajaran dari orang
dewasa, walaupun mereka belum menyadari sepenuhnya bahwa ajaran
tersebut mempunyai manfaat.
Lewat program hafalan hadits sejak dini anak-anak sebagai sarana
pengenalan dan penanaman nilai-nilai agama yang bersumber dari
Rasuluallah SAW. Sebagai wujud menumbuhkan cinta terhadap Hadist
tidak hanya cinta pada Al-Qur’an semata, karena sumber kehidupan manusia
yang utama ada di dalam dua pilar tersebut Al-Qur’an dan hadsit.
35
Jika dilihat Esensi dari Al-Qur’an dan Al-Sunah Rasulullah atau hadist
merupakan dasar utama ajaran Isalam, dan pedoman hidup ummat Islam
yang dapat menjamin keselamatan baik dunia dan Akhirat. Dijadikanya Al-
Qur’an sebagai mukjizat yang abadi Rasulnya yaitu Muhammad SAW, untuk
mengajak manusia kejalan yang benar. Kemudian di berikanya sunah atau
hadits yang merupakan perncian dan penjelasan dari Al-Qur’an. Untuk itu
pembelajaran hadits sangat penting, mengingat kedudukanya sebagi sumber
kedua Islam.
Proses penghafalan tersebut menjadi titik awal perserta didik
mengetahu kemudian memahami memicu munculnya sikap sesuai dengan
ajaran agama yang diajarkan oleh Nabi Muhamad SWA yang menjai suri
tauladan umat Islam. Proses pelaksanaan hafalan hadits di sesuaikan dengan
pembelajaran anak usia dini yang hakikatnya adalah bermain, bermain adalah
belajar, dimana bermain merupakan kegitan yang berulang-ulang dan
menimbulkan rasa senang dan puas. Sehinnga tanpa sadar anak-anak
disisikan dogma atau indoktrinisasi norma-norma agama dengan
pembelajaran yang menyenangkan.