24
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Cinta Tanah Air
a. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan Karakter menurut Megawangi, (Kesuma, 2011:5)
sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil
keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan konstribusi yang positif
kepada lingkungannya. Definisi lainnya dikemukakkan oleh Fakry
Gaffar yaitu sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk
ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi
satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Dalam devinisi tersebut ada
tiga ide pikiran penting, yaitu: 1) proses transformasi nilai-nilai, 2)
ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan 3) menjadi salah satu
perilaku. Dalam kata lain pendidikan karakter sebagai pembelajaran
yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak
secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh
sekolah. Dalam lingkungan sekoalah dapat dikatakan pula pendidikan
karakter adalah segala sesuatu ysng dilakukan guru, ysng mampu
mempengaruhi karakter peserta didik. Dalam hal ini peran guru sangat
penting yaitu membantu membentuk watak peserta didik agar
7
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
25
senantiasa positif. Oleh karena itu guru harus memperhatikan caranya
berperilaku, berbicara, ataupun bertindak. Hal yang sama juga
dikemukakan oleh Benninga, (1991:67) yaitu:
“The integrated approach aims to develop the three interrelated
aspects of character. thinking, action, and the moral affect that
serves as a motivational bridge between knowing what is right
and actually doing it.”
Dari pernyataan Benninga di atas diketahui pendekatan yang
terintregrasi bertujuan untuk mengembangkan tiga aspek yang satu
dengan lainnya saling berhubungan yaitu pemikiran, aksi, dan pengaruh
moral semua ini nantinya akan menjadi motivasi untuk memperoleh
pengetahuan.
Sedangkan menurut Wibowo, (2012:36) pendidikan karakter
adalah pendidikan yang menambahkan dan mengembangkan karakter-
karakter luhur kepada anak didik, sehingga mereka memiliki karakter
luhur itu, menerapkan dan mempraktikkan dalam kehidupannya, baik
dalam lingkungan keluarga, masyarakat, dan Negara. Dalam ruang
lingkup pendidikan formal yakni sekolah pendidikan karakter dapat
dimaknai sebagai “The deliberate use of all dimensions of school life to
foster optimal character development”. Hal ini berarti pendidikan
karakter merupakan satu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada
warga sekolah, yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau
kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
26
Seseorang dianggap memiliki karakter mulia apabila ia mempunyai
pengetahuan yang mendalam tentang potensi dirinya serta mampu
mewujudkan potensi itu dalam sikap dan tingkah lakunya dalam
kehidupan sehari-hari, seperti terpupuknya sikap-sikap terpuji, seperti
penuh reflektif, logis, kritis, rasional, mandiri, kreatif-inovatif, mau
menghargai, bersemangat, bertanggung jawab, ramah, bersahaja, rela
berkorban, dan sebagainya.
b. Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan pendidikan karakter adalah (Kusuma ,2011:9) :
1) Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu
sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah
maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah).
2) Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan
nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.
3) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan
masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan
karakter secara bersama.
Sedangkan tujuan pendidikan karakter menurut Sulistyowati (2012:27):
1) Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif siswa sebagai manusia
warga Negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku siswa yang terpuji dan
sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang
religious.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
27
3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab sebagai
generasi penerus bangsa.
4) Mengembangkan kemampuan siswa menjadi manusia yang mandiri,
kreatif, berwawasan kebangsaan.
5) Membangun lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas
dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan
penuh kekuatan.
c. Fungsi Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama yaitu
pengembangan, perbaikan, dan penyaringan. Fungsi pertama berperan
untuk mengembangkan potensi siswa menjadi pribadi berperilaku baik;
ini bagi siswa yang telah memiliki sikap dan perilaku yang
mencerminkan budaya dan karakter bangsa. Fungsi perbaikan, yaitu
memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab
dalam pengembangan potensi siswa yang lebih bermatabat dan fungsi
penyaring untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa
lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter yang
bermatabat. (sulistyowati, 2012:27)
d. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter
Menurut Wibowo, (2012:46) bahwa pada hakekatnya perilaku
seseorang yang berkarakter merupakan perwujudan fungsi totalitas
psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif,
afektif, dan psikomotorik) dan fungsi totalitas-kultural dalam konteks
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
28
interaksi (dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat) dan
berlangsung sepanjang hayat.
Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis
dan sosial-kultural dapat dikelompokkan dalam: (1) olah hati (spiritual
dan emotional development); (2) olah pikir (intellectual development);
(3) olah raga dan kinestetik (physical and kinesthetic development); (4)
olah rasa dan karsa (affective and creativity development). Proses itu
secara holistik dan koheren saling berkaitan dan saling melengkapi. Hal
ini bahwa totalitas psikologis dan sosio-kultural dapat dikelompokkan
sebagaimana yang digambarkan dalam bagan berikut:
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
29
Gambar 2.1 Desain Internalisasi Pendidikan Karakter (Wibowo, 2012:14)
e. Pengertian Cinta Tanah Air
Cinta tanah air menurut Sulistyowati, (2012:74) adalah cara
berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
Nama lain dari cinta tanah air adalah nasionalisme. Menurut
Ruang Lingkup Pendidikan Karakter
1. Olah Rasa
2. Olah Pikir
3. Olah Raga
4. Olah Rasa/Karsa
Beriman dan
bertakwa, jujur,
amanah, adil,
bertanggungjawab,
berempati, berani
mengambil resiko,
pantang menyerah,
rela berkorban, dan
berjiwa patriotik
Ramah, saling menghargai,
toleran, peduli, suka
menolong, gotong royong,
nasionalis, kosmopolit,
mengutamakan
kepentingan umum,
bangga menggunakan
bahasa dan produk
Indonesia, dinamis, kerja
keras, dan beretos kerja
Cerdas, kritis,
inofatif, ingin tahu,
berpikir terbuka,
produktif, berorientasi
ipteks, dan reflektif
Bersih dan sehat,
disiplin, sportif,
tangguh, handal,
berdaya tahan,
bersahabat,
kooperatif,
determinatif,
kompetitif, ceria, dan
gigih
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
30
Mustari, (2011:190) yang dinamakan bangsa (nation) adalah
sekumpulan manusia yang sama bahasanya, sama adat istiadatnya,
sama asal-usulnya, sama kebudayaanya, senasib dan sepenanggungan,
dan tempat kediamannya (negaranya) pun sama.
Nasionalisme secara umum melibatkan identifikasi identitas etnis
dan Negara. Dengan nasionalisme, rakyat dapat meyakini bahwa
bangsanya adalah sangat penting. Nasionalisme juga merupakan kata
yang dimengerti sebagai gerakan untuk mendirikan atau melindungi
tanah air. Dalam banyak kasus identifikasi budaya nasional yang
homogeny itu dapat dikombinasikan dengan pandangan negatif atas
ras, budaya, atau bangsa lain (asing).
Bentuk lain nasionalisme adalah revolusioner. Ia mengajak
pengukuhan Negara yang merdeka sebagai tanah air bagi etnik yang
dianggap kelas bawah. Disini yang muncul adalah pemberontakan-
pemberontakan etnis yang tujuannya adalah pemisahan diri
(separatism).
Nasionalisme juga menekankan identitas kolektif. Di sini “rakyat”
itu harus bersifat otonom, bersatu, dan mengekspresikan budaya
nasional yang tunggal. Identitas itu akan sangat terasa jika kita berada
di luar negeri, dimana postur tubuh, etnisitas, ras, bahasa, agama, dan
budaya kita berbeda dengan sekeliling kita. Maka kita pun akan
merasa lebih dekat dengan sebangsa kita ketika kita berada di
perantauan.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
31
f. Indikator Keberhasilan Cinta Tanah Air
Menurut Wibowo, (2012:102) indikator keberhasilan rasa cinta
tanah air antara lain:
1) Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2) Memajang foto presiden dan wakil presiden, bendera Negara,
lambing Negara, peta Indonesia, gambar kehidupan masyarakat
fisik, social, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
3) Tersedia informasi (dari sumber cetak, elektronik) tentang kekayaan
alam dan budaya Indonesia.
4) Menggunakan produk buatan dalam negeri.
Dari indikator diatas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dari
karakter cinta tanah air antara lain:
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
32
Tabel 2.1 Indikator Keberhasilan Sekolah dan Kelas
dalam Pengembangan Karakter
Nilai Indikator Sekolah Indikator Kelas
Cinta Tanah Air Menggunakan produk
buatan dalam negeri.
Menggunakan bahasa
Indonesia yang baik
dan benar.
Memajangkan: foto presiden
dan wakil presiden, bendera
Negara, lambing Negara, peta
Indonesia, gambar kehidupan
masyarakat fisik, social,
budaya, ekonomi, dan politik
bangsa.
Menyediakan informasi (dari
sumber cetak, elektronik)
tentang kekayaan alam dan
budaya Indonesia.
Menggunakan produk buatan
dalam negeri.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut Slameto, (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan dalam diri
seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
33
tentu tidak setiap perubahan pada diri seseorang merupakan perubahan
dalam arti belajar.
Belajar pada dasarnya suatu proses aktivitas mental seseorang
dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan
perubahan tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam
aspek pengetahuan, sikap, maupun psikomotor. Dikatakan positif, oleh
karena perubahan perilaku sebelumnya yang cenderung menetap
(tahap lama dan tidak mudah dilupakan). (Sanjaya, 2010:229)
Dari pedapat beberapa ahli tentang pengertian belajar yang
dikemukakan di atas adalah suatu kegiatan yang melibatkan jiwa dan
raga. Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa
untuk mendapatkan perubahan.Perubahan yang didapatkan nanti
bukan hanya perubahan yang berbentuk fisik, tetapi perubahan jiwa
dengan masuknya kesan-kesan baru. Oleh karenanya perubahan
sebagai hasil dari proses belajar adalah perubahan jiwa yang
mempengaruhi perubahan tingkah laku. Kegiatan belajar merupakan
sebuah proses yang nantinya akan menghasilkan sebuah prestasi
belajar.
b. Tujuan Belajar
Menurut Sardiman, (2011: 26) tujuan belajar ada tiga jenis:
1) Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini di tandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan
pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
34
dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan
kemampuan berpikir tanpa pengetahuan, sebaliknya kemampuan
berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang
memiliki kecenderunga lebih besar perkembangannya di dalam
kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengajar
lebih menonjol.
2) Pemahaman konsep dan ketrampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga
memerlukan suatu proses ketrampilan. Jadi soal ketrampilan yang
bersifat jasmani maupun rohani. Ketrampilan jasmaniah adalah
ketrampilan-ketrampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga
akan menitik beratkan pada ketrampilan gerak/penampilan dari
anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedangkan
ketrampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan
dengan masalah-masalah ketrampilan yang dapat dilihat
bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut
persoalan-persoalan penghayatan, dan ketrampilan berpikir serta
kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah
atau konsep.
3) Pembentukan sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi
anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam
pendekatannya. Dalam interaksi belajar mengajar guru akan
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
35
senantiasa diobservasi, dilihat, didengar, ditiru semua perilakunya
oleh para siswanya. Dari proses observasi siswa mungkin juga
menirukan perilaku gurunya, sehingga diharapkan terjadi proses
internalisasi yang dapat menumbuhkan proses penghayatan pada
setiap diri siswa untuk kemudian diamalkan.
c. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi Belajar berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie,
kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti
hasil usaha. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang sangat
potensial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang tentang
kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan
kemampuan masing-masing. (Arifin, 2009:12)
Menurut Syah, (2004:151) prestasi belajar berasal dari hasil
belajar siswa yang mengarah pada ranah kognitif pada proses
pembelajaran. Prestasi belajar siswa ditujukkan untuk mengukur
pemahaman siswa dengan melalui adanya evaluasi. Prestasi belajar
siswa sangat berkait erat dengan hasil belajar. Prestasi belajar terdiri
dari dua suku kata, prestasi dan belajar. Siswa dikatakan memiliki
prestasi belajar yang baik karena hasil belajar yang diperolehnya juga
baik. Sehingga prestasi tidak berbeda jauh dengan hasil belajar.
Hal yang demikian juga di kemukakan oleh Salvador, (2010)
yang menyatakan bahwa :
“Achievement is the word preferred in theeducational or
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
36
psychometrics fields, being sometimes characterized by the
degree of inference required on the part of the student to give a
response, and by the type of reference to a cognitive process
made explicit in the measurement tool.”
Dari pernyataan Salvador di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa prestasi adalah kata yang ada dalam bidang pendidikan atau
bidang psikometri yang kadang ditandai dari tingkatan inferensi yang
diperlukan pada diri siswa untuk dapat memberikan tanggapan dan
jenis referensi untuk proses kognitif yang dibuat dalam alat ukur
berupa prestasi belajar.
Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan tingkatan
seseorang untuk menerima, menolak, dan menilai informasi yang
diperoleh dalam kegiatan belajar mengajar. Alat ukur yang di buat
untuk mengetahui hasil prestasi belajar dalam mempelajari materi
pelajaran dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor. Prestasi belajar
dapat diketahui setelah diadakannya evaluasi, hasil evaluasi itulah
yang nantinya akan memperlihatkan tinggi rendahnya prestasi belajar
siswa.
d. Fungsi Prestasi Belajar
Menurut Arifin, (2009:12) kehadiran prestasi belajar dalam
kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu dapat memberikan
kepuasan tersendiri pada manusia, semakin terasa penting untuk
dipermasalahkan, karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
37
lain:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai siswa didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu,
termasuk kebutuhan siswa didik dalam suatu program pendidikan.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap
(kecerdasan) peserta didik.
Dengan adanya penjelasan tersebut di atas, dapat dimengerti
betapa pentingnya untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik,
baik secara perseorangan atau kelompok. Karena dalam fungsi prestasi
tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi
tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas pendidikan. Disamping
itu prestasi belajar juga berguna sebagai umpan balik bagi guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar sehingga dapat menentukan
apakah perlu melakkukan diagnosis, penempatan atau bimbingan
terhadap peserta didik.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Cronbach, (1970)
kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, bergantung kepada ahli
dan versinya masing-masing. Namun diantaranya; (a) Sebagai umpan
balik bagi pendidik dalam mengajar; (b) Untuk keperluan diagnostik;
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
38
(c) Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan; (d) Untuk keperluan
seleksi; (e) Untuk keperluan penempatan atau penjurusan; (f) Untuk
menentukan isi kurikulum; (g) Untuk menentukan kebijaksanaan
sekolah.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk mengetahui prestasi belajar terdapat faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Menurut Slameto,
(2010:54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan prestasi
belajar siswa di sekolah, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu:
1) Faktor Intern (faktor dari dalam diri siswa)
Yaitu keadaan kondisi jasmani atau rohani siswa. Faktor
intern dibagi menjadi tiga faktor yaitu faktor jasmaniah, faktor
psikologis, dan faktor kelelahan.
a) Faktor Jasmaniah
(1) Faktor kesehatan, yaitu dalam keadaan baik segenap
badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit.
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan
seseorang terganggu. Agar seseorang dapat belajar
dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya
tetap terjamin.
(2) Cacat tubuh, merupakan sesuatu yang menyebabkan
kurang baik atau kurang sempurna mengenai badan atau
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
39
tubuh. Cacat itu berupa buta, tuli, patah kaki, patah
tangan, lumpuh, dan lainnya. Keadaan cacat tubuh juga
mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya akan
terganggu.
b) Faktor Psikologis
Faktor yang tergolong dalam faktor-faktor psikologis
yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain:
(1) Inteligensi, yaitu faktor yang berkaitan dengan
Intellegency Question. Intelegensi adalah kecakapan yang
terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi
dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan
cepat dan efektif, mengetahui konsep yang abstrak secara
efektif, mengetahui relasi dan mempelajari dengan baik.
(2) Perhatian, yaitu perhatian yang terarah dengan baik akan
menghasilkan pemahaman dan kemampuan yang mantap.
(3) Minat, yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
(4) Bakat, yaitu kemampuan potensi yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan
dating.
(5) Motif, yaitu merupakan keaadan untuk mencapai tujuan
perlu berbuat sebagai daya penggerak atau pendorong.
(6) Kematangan, yaitu merupakan suatu tingkat/fase dalam
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
40
pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah
siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
(7) Kesiapan, yaitu merupakan kesediaan untuk memberi
respon atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam
diri seseorang dan juga berhubungan dengan
kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk
melaksanakan kecakapan.
c) Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang ada dua macam, yaitu
kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani
terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul
kecenderungan membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat
dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga
minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
2) Faktor ekstern (faktor dari luar siswa)
Faktor ekstern dikelompokan menjadi tiga yaitu:
a) Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota
keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi
keluarga.
b) Dalam faktor sekolah
yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar,
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
41
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar
pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan
tugas rumah.
c) Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh
terhadap belajar siswa. Faktor ekstern meliputi kegiatan
siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan
bentuk kehidupan masyarakat.
Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan dapat
membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan
sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya
dengan kebiasaan lingkungannya. Untuk itu perlu adanya
lingkungan yang baik untuk membentuk pengaruh positif
terhadap anak sehingga anak dapat belajar dengan baik.
3. Pendidikan Kewarganegaraan
a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan menurut Zubaedi, (2012:281)
adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan
kemampuan memahami, menghayati, dan meyakini nilai-nilai
pancasila sebagai pedoman berperilaku dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sehingga menjadi warga
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
42
Negara yang bertanggung jawab dan dapat diandalakan serta memberi
bekal kemampuan untuk belajar lebih lanjut.
Menurut Taniredja, (2009:3) Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan usaha membekali peserta didik dengan pengetahuan dan
kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga Negara
dengan Negara serta pendidikan pendahuluan bela Negara menjadi
warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara
(penjelasan pasal 39 undang-Undang No 2 Tahun 1989, tentang
Sistem Pendidikan Nasional).
Guru PKn sebagai salah satu komponen dalam system pembelajaran
dan meningkatkan kemampuan siswa, dan dituntut untuk menguasai
kemampuan dan ketrampilan yang berkaitan dengan proses
pembelajaran PKn. Oleh karena itu upaya untuk meningkatkan
kualifikasi dan mutu guru Pkn masih perlu dilakukan secara sistematis
agar terjadinya kesinambungan antara pendidikan guru melalui
lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK), pelatihan dalam
jabatan, serta pembinaan professional guru secara berkelanjutan dalam
mengelola proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar dan
merefleksikan karakter bangsa.
b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
(Fathurrohman, 2011:7) Tujuan dari Pendidikan
Kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi
sebagai berikut:
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
43
1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan
bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar
dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia
secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi.
c. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut Fathurrohman, (2011:8) mengatakan Dalam BSNP, ruang
lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-
aspek sebagai berikut:
1) Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam
perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia,
partisipasi dalam pembelaan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
keterbukaan dan jaminan keadilan.
2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan
keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat,
peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, hukum dan
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
44
peradilan internasional.
3) Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan
kewajiban anggota masyarakat, instrument nasional, hukum dan
peradilan internasional.
4) Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri
sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan
mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri,
persamaan kedudukan warga negara.
5) Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi
yang pernah yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah
digunakan di Indonesia, hubungan dasar Negara dengan konstitusi.
6) Kekuasaan dan politik, meliputi: pemerintah desa dan kecamatan,
pemerintah daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demonstrasi dan
sistem politik, budaya demonstrasi menuju masyarakat madani,
system pemerintahan, pers dalam masyarakat demonstrasi.
7) Pancasila meliputi: kedudukan pancasila sebagai dasar negara,
pengalaman nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
pancasila sebagai ideology terbuka.
8) Globalisasi meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri
Indonesia diera globalisasi, dampak globalisasi, hubungan
internasional dan organisasi internasional, dan, mengevaluasi
globalisasi.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
45
d. Materi Penelitian
Pada penelitian tindakan kelas ini mengambil materi upaya
menjaga keutuhan NKRI dengan keterangan sebagai berikut :
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas / Semester : V / I
Standar Kompetensi : 1. Memahami pentingnya keutuhan
Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI)
Kompetensi Dasar : 1.3 contoh-contoh perilaku dalam
Menjaga keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Indikator : 1. Menyebutkan keanekaragaman
suku dan budaya bangsa di
Indonesia.
2. Mencari informasi contoh-contoh
perilaku dalam menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
3. Menceritakan contoh-contoh
perilaku dalam menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik
Indonesia di lingkungan sekolah.
4. Menceritakan contoh-contoh
perilaku dalam menjaga keutuhan
NKRI di lingkungan masyarakat.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
46
4. Metode Demonstrasi
(Sanjaya, 2007:150) Metode demonstrasi adalah metode penyajian
pelajaran dengan memperagakan dan memperagukan kepada siswa tentang
suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya
sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari
penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi
peran siswa hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat
menyajikan bahan pelajaran lebih kongkret. Dalam strategi pembelajaran,
demonstrasi dapat di gunakan untuk mendukung keberhasilan strategi
pembelajaran eksporitori dan ikuiri.
Metode demonstrasi adalah pertunjukkan tentang proses terjadinya
suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang
dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara
nyata atau tiruannya. Dengan metode demonstrasi peserta didik
berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda
yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-
kesimpulan yang diharapkan. Dalam demonstrasi diharapkan setiap
langkah pembelajaran dari hal-hal yang didemonstrasikan itu dapat dilihat
dengan mudah oleh murid dan melalui prosedur yang benar dan dapat pula
dimengerti materi yang diajarkan (Sagala, 2010:210).
Hal yang demikian juga dikemukakkan oleh Jarolimek, (1976:120)
yang mengatakan bahwa “often demonstrations are developed on the spur
of the moment when the teacher discovers the limitations of an
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
47
explanation” dari pernyataan tersebut mengungkapkan bahwa seringkali
demonstrasi dikembangkan ketika guru mulai menemukan hambatan
dalam melakukan pembelajaran.
Dari pendapak para ahli tentang metode demonstrasi dapat dikatakan
bahwa metode demonstrasi adalah cara penyajian pembelajaran dengan
meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau
benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang
sering disertai dengan penjelasan lisan. Dengan metode demonstrasi siswa
lebih mudah untuk menangkap pelajaran serta siswa dapat secara langsung
mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran
berlangsung.
a. Kebaikan Metode Demonstrasi
1. Perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap
penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamanati
secara teliti. Disamping itu perhatian siswapun lebih mudah
dipusatkan kepada proses belajar mengajar dan tidak kepada
yang lainnya.
2. Dapat membimbing peserta didik ke arah berpikir yang sama
dalam satu saluran pikiran yang sama.
3. Ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam
waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi
dengan waktu yang pendek.
4. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
48
hanya membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan
gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya.
5. Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak
memerlukan keterangan-keterangan yang banyak.
6. Beberapa persoalan yang menimbukan persoalan dan keraguan
dapat di perjelas waktu proses demonstrasi.
b. Kelemahan Metode Demonstrasi
1. Derajat visibilitasnya kurang, Peserta didik tidak dapat melihat
atau mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang
demonstrasikan, kadang-kadang terjadi perubaan yang tidak
terkontrol.
2. Kadang alat itu sukar didapat.
3. Tidak semua hal didemonstrasikan di dalam kelas.
4. Memerlukan banyak waktu, sedangkan hasilnya kadang-kadang
kurang minimum.
5. Kadang-kadang proses yang didemonstrasikan di dalam kelas
akan berbeda jika prose situ didemonstrasikan dalam situasi
nyata/sebenarnya.
6. Agar demonstrasi mendapatkan hasil yang baik diperlukan
ketelitian dan kesabaran.
c. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Demonstrasi
1. Tentukan terlebih dahulu hasil yang ingin dicapai dalam jam
pertemuan itu.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
49
2. Guru mengarahkan demonstrasi itu sedemikian rupa sehingga
murid-murid memperoleh pengertian dan gambaran yang benar,
pembentukan sikap dan kecakapan praktis.
3. Pilih dan kumpulkan alat-alat demonstrasi yang akan
dilaksanakan.
4. Usahakan agar seluruh murid dapat mengikuti pelaksanaan
demonstrasi itu sehingga memperoleh pengertian dan pemahaman
yang sama.
5. Berikan pengertian yang sejelas-jelasnya tentang landasan teori
dari yang didemonstrasikan. Hindari memakai istilah yang tidak
dipahami murid.
6. Sedapat mungkin bahan pelajaran yang didemonstrasikan adalah
hal-hal yang bersifat praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-
hari.
7. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang
akan dilaksanakan. Dan sebaiknyta sebelum demonstrasi itu di
mulai guru telah mengadakan uji coba, supaya kelak
melakukannya tepat dan secara otomatis. (Sagala, 2010:211-212)
d. Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi
1. Tahap Persiapan
(Sanjaya, 2007:151) Pada tahap persiapan ada beberapa hal
yang harus dilakukan:
a) Rumuskan tujuan yang akan dicapai oleh siswa setelah
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
50
proses demnstrasi berakhir. Tujuan ini meliputi banyak
aspek seperti aspek pengetahuan, sikap, atau ketrampilan
tertentu.
b) Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang
akan dilakukan. Garis-garis bbesar langkah-langkad
demonstrasi diperlukan sebagai panduan untuk
menghindari kegagalan.
c) Lakukan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segara
peralatan yang diperlukan.
2. Tahap Pelaksanaan
a) Langkah pembukaan
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, diantaranya:
1) Atur tempat duduk yang memungkinkan semua siswa
dapat memperhatikan dengan jelas apa yang
didemonstrasikan.
2) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai siswa.
3) Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan
oleh siswa, missal siswa ditugaskan untuk mencatat
hal-hal yang yang dianggap penting dari pelaksanaan
demonstrasi.
b) Langkah Pelaksanaan Demonstrasi
1) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
51
merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui
pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki
sehingga mendorong siswa untuk tertarik
memperhatikan demonstrasi.
2) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan
menghindari suasana yang menegangkan.
3) Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya
demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh
siswa
4) Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif
memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang
dilihat dari proses demonstrasi itu.
c) Langkah Mengakhiri Demonstrasi
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses
pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas
tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi
dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan
untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses
demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang
relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi
bersama tentang jalannya proses demonstrasi untuk perbaikan
selanjutnya. (Sanjaya, 2007:152)
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
52
5. Permainan
(Dananjaya, 2010:165) Permainan sebagai media pembelajaran
melibatkan siswa dalam proses pengalaman dan sekaligus menghayati
tantangan, mendapat inspirasi, terdorong untuk kreatif, dan berinteraksi
dalam kegiatan dengan sesama siswa dalam melakukan permainan. Setiap
siswa walau melakukan kegiatan yang sama dengan teman-temannya,
tetapi proses pengalaman batin dalam mengembangkan potensinya sendiri
mungkin berbeda-beda.
Kalau mereka bertukar pengalaman, mempertahankan pendapatnya
masing-masing mungkin timbul perdebatan yang hebat. Akan tetapi
mereka belajar bijaksana menggabungkan atau merumuskan yang lebih
mendekati kebenaran. Perilaku di dalam permainan, proses batin yang
dirasakan masing-masing dan ekspresi dalam bentuk kata dan perilaku
akan menjadi bahan pengamatan para pelakunya serta untuk memahami
proses pengembangan potensi dirinya, atau menimbulkan kesadaran akan
kebenaran atau keseluruhan sebagai bahan pembentukkan kepribadian
yang lebih bermutu.
Permainan adalah fakta yang dianalisis untuk memahami proses
perilaku dan permainan atau pilihan keputusan masing-masing dalam
bertindak atau berkata menjadi kesimpulan sebagai pembelajaran
memproduksi diri sendiri. Menurut psikolog Kurt D. Lewin, (Dananjaya,
2010:166) orang belajar dari pengalaman menurut struktur sebagai berikut:
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
53
Mengalami kembali/melakukan
Menerapkan Mengungkapkan
Menyimpulkan Mengolah/mengalisis
Gambar 2.2 Daur belajar dari pengalaman
Di atas sudah dikemukakan bahwa dasar metode pembelajaran daur
belajar dari pengalaman yaitu:
Tahap melakukan adalah tahap melaksanakan tugas dalam bentuk
permaian kelompok, pekerjaan individu, simulasi atau tes. Para peserta
didorong untuk melakukan pelaksanaan acara dengan sepenuh potensi
dirinya, potensi fisik, akal/pikiran, emosi/nurani. Secara motorik, hal itu
menggunakan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Selain keterlibatan
dirinyam, ia juga berinteraksi dengan peserta lain dan menimbulkan
“pengalaman”.
Tahap mengutarakan adalah tahap mensistematiskan pengalaman
secara urut dan logis. Inilah peristiwa pengalaman ilmiah: peristiwa yang
menyangkut dirinya atau teman sepengalaman. Pengalaman yang diungkap
berupa pengalaman fisik, pengalaman kejiwaan dan emosi. Dengan
pengungkapan ini diharapkan teridentifikasi kekuatan dan kelemahan diri
atau proses pengenalan diri.
Tahap menganalisis adalah tahap menilai hubungan antar
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
54
pengalaman, antara perilaku dan nilai-nilai acuan, antara emosi dan rasio
dan hubungan antar pribadi peserta. Analisis dapat dilaksanakan sebagai
presentasi pribadi atau diskusi kelompok.
Tahap kesimpulan adalah tahapan “pengalaman AHA”.
Sesungguhnya secara alamiah, pribadi yang belajar selalu akan sampai
pada “pengalaman AHA” yang lebih besar bila terjadi melalui diskusi,
renungan atau refleksi, sampai pada menyadari bahwa dirinya punya
kelemahan, punya kekuatan, berhasrat untuk meraih hasil mempunyai
dorongan untuk melakukan perubahan atau membangun citra baru. Aha
atau oh, adalah ungkapan “memahami” mengapa sesuatu terjadi begitu
atau kesimpulannya yang lain. Tiap tahapan berputar dan berulang dalam
daur belajar pengalaman berstruktur.
6. Broken Triangle
a. Pengertian Broken Triangle
Menurut Darinah, (2011:6) dalam Agustanto, broken triangle
merupakan sebuah alat berbentuk segitiga besar yang tersusun atas
segitiga-segitiga kecil yang dalam setiap garis pertemuan antar
segitiga-segitiga tersebut terdapat sepasang soal dan jawabannya.
Sehingga alat tersebut dapat dibongkar pasang menurut soal dan
jawabannya. Hal ini dapat dilakukan oleh siswa secara berulang kali
sampai siswa benar-benar yakin telah menguasai materi yang ada
dalam segitiga tersebut.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
55
Gambar 2.3 Permainan Broken Triangle
b. Segitiga Berantakan
Broken triangle merupakan segitiga besar yang tersusun atas
segitiga-segitiga kecil yang dalam setiap garis pertemuan antar
segitiga-segitiga tersebut.
1) Perlengkapan
a) 36 Segitiga (4 set) yang di buat oleh guru seperti pola pada
contoh.
b) 32 amplop yang berisi potongan segitiga.
2) Alat dan Bahan
a) Alat
(1) Gunting
(2) Cutter
(3) Penggaris
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
56
(4) Lem
(5) Kreketan
b. Bahan
(1) Kain flanel
(2) Papan triplek
(3) Kertas manila
c. Pembelajaran Metode Demonstrasi Dengan Permainan Broken
Triangle
Proses pembelajaran upaya menjaga keutuhan NKRI
menggunakan metode demonstrasi dengan permainan broken triangle
adalah :
1. Peserta dibagi dalam beberapa kelompok, masing-masing
beranggotakan 5 orang. Permainan ini sebaiknyadilakukan dengan
kelas yang terdiri dari 20-25 orang peserta.
2. Langkah-langkah permainan broken triangle :
a) Setiap kelompok akan menerima satu amplop dan tidak boleh
dibukak sebelum ada tanda dari si pemandu.
b) Masing-masing amplop berisi delapan potongan-potongan
segitiga.
c) Tugas masing-masing kelompok menyusun delapan buah segitiga
sama besar hingga potongan-potongan segitiga tadi terbentuk
menjadi sebuah segitiga besar.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
57
d) Persyaratan selama dalam permainan: tidak diperkenakan untuk
berbicara dan memberi kode apapun. Tidak boleh meminta atau
mengambil bagian orang lain, tapi boleh memberi dan yang di
beri dilarang menolak.
e) Kelompok yang tidak lengkap lima orang ditugasi sebagai
pengawas permainan agar pemain disiplin pada peraturan.
f) Setelah peraturan dibacakan, guru membagikan pada masing-
masing kelompok dan siswa melakukan pembelajaran
menggunakan metode demonstrasi menggunakan permainan
broken triangle. Pada saat permainan dilakukan, pemandu
hendaknya mengamati tingkah laku masing-masing. Apakah
terjadi pelanggaran dan tingkah laku khas lainnya.
g) Setelah ada ada dua atau tiga kelompok yang selesai, permainan
bisa di hentikan. Dilakukan pengungkapan yang mereka alami
dan rasakan. Dari yang mereka alami ini selanjutnya didiskusikan,
mengapa bisa terjadi dan sebutkan penyebabnya? Apakah bisa
diditunjuk orang yang menyebabkan kegagalan? Dan apakah bisa
dihubungkan dengan kegiatan-kegiatan di luar kelas
sesungguhnya.
h) Diskusi kelompok untuk menggambil kesimpulan dan memetik
hasil belajar tersebut.
i) Tiap-tiap kelompok mempresentasikan kesimpulannya.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
58
d. Tujuan Permainan
Tujuan dari permainan ini adalah:
1) Menyadarkan kepentingan kerjasama.
2) Mengembangkan kemampuan menganalisis kebutuhan pribadi
dan orang lain.
3) Kecerdasan mengendalikan diri. (Dananjaya, 2010:195)
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan penelitian Susilowati pada Jurnal Universitas Kristen
Satya Wacana tahun 2012 yang berjudul penerapan hasil belajar IPA melalui
penerapan metode demonstrasi pada siswa kelas II semester II SD Negeri
Mergorejo Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati tahun pelajaran 2011/2012
menyimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dengan media dan
benda nyata dapat meningkatkan hasil belajar IPA Siswa kelas II SD Negeri
Mergorejo.
Hasil penelitian di atas menjadi dasar peneliti untuk dapat melakukan
penelitian tindakan kelas ini dengan metode demonstrasi menggunakan media
permainan untuk mata pelajaran PKn di sekolah dasar.
C. Kerangka Berpikir
Kondisi awal sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas, telah
diperoleh gambaran awal bahwa prestasi belajar Pendidikan
Kewarganegaraan siswa masih rendah. Rendahnya prestasi belajar siswa
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
59
dalam pembelajaran diduga karena kurangnya minat membaca dan belajar
Pendidikan Kewarganegaraan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk
menggunakan media pembelajaran yang dapat membawa pengaruh besar
pada pola pikir siswa dalam peningkatan aktivitas belajar dan prestasi belajar
siswa, yaitu dengan menggunakan variasi media pembelajaran, diantaranya
dengan menggunakan media permainan Broken triangle.
Penggunaan media permainan Broken Triangle menarik untuk
digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa
bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Dengan
strategi ini diharapkan dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan
sekaligus meningkatkan Rasa cinta tanah air dengan cara guru menyampaikan
materi upaya menjaga keutuhan NKRI, pertama guru melakukan tanya jawab
untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, siswa melihat bagaimana cara
untuk mempertahankan NKRI sambil bermain permainan broken triangle,
guru membantu memperdalam pengetahuan siswa dengan memberikan
informasi-informasi yang dapat menumbuhkan rasa suka pada diri siswa yang
nantinya bila terus dipupuk akan berkembang menjadi cinta yang dapat
meningkatkan rasa cinta tanah air siswa dan prestasi belajar siswa mengenai
materi yang akan dipelajarai.
Untuk mendapatkan hasil memuaskan, guru dituntut menyajikan materi
dan mengelola siswa dalam KBM senantiasa menyenangkan dan tidak
membosankan dengan media pembelajran yang inovatif. Penggunaan media
permainan Broken Triangle menjadi solusi terbaik bagi guru agar tercipta
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
60
KBM yang diinginkan. Secara skematis, kerangka berfikir dapat ditunjukkan
dibawah ini
Gambar 2.4 Bagan Kerangka Berfikir
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka di atas, jika dilakukan tindakan dengan
sungguh-sungguh menggunakan media permainan broken triangle maka akan
meningkatkan rasa cinta tanah air dan prestasi belajar Pendidikan
Kewarganegaraan pada materi Upaya Menjaga Keutuhan NKRI.
Berdasarkan perumusan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
tindakan untuk penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
1. pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada materi Menjaga
Keutuhan NKRI menggunakan media permainan broken triangle di kelas
V SD N 3 Bobosan dapat meningkatkan rasa cinta tanah air.
2. pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada materi Menjaga
Kurangnya rasa
cinta tanah air dan
miant belajar siswa
sehingga siswa
merasa jenuh dan
malas untuk
membaca dan
belajar.
Prestasi di bawah
KKM, hasil belajar
rendah.
Menggunakan
media permainan
Broken Triangle
Cinta tanah air dan
Prestasi Belajar
Siswa Meningkat
Tindakan
Masalah
Hasil
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013
61
Keutuhan NKRI menggunakan media permainan broken triangle di kelas
V SD N 3 Bobosan dapat meningkatkan prestasi belajar.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Vini Setyorini, FKIP UMP, 2013