12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar dan Hasil Belajar
Dalam proses pendidikan yang dilakukan disekolah, belajar
merupakan kegiatan pokok siswa untuk menguasai bahan atau
materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Tingkatan usaha belajar
itu dapat dilihat dan dinilai melalui hasil belajar siswa. Berikut ini
akan diuraikan tentang belajar dan hasil belajar.
a. Belajar
1. Pengertian belajar
Belajar adalah suatu aktivitas atau proses untuk
memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,
memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan
kepribadian (Suyono dan Harianto, 2017:9).
Beberapa ahli psikologi (Suyono dan Harianto,
2017:11-12) memberi defenisi dan batasan yang berbeda-
beda, akibatnya terdapat keragaman didalam menjelaskan
dan mendefenisikan makna belajar.
a) Witherington(1952) menyatakan bahwa belajar
merupakan perubahan dalam kepribadian, yang
dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru
yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan,
pengetahuan dan kecakapan.
b) Crow and Crow(1958), belajar merupakan diperolehnya
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru.
13
Belajar dikatakan berhasil jika seseorang mampu
mengulang kembali materi yang telah dipelajarinya
sehingga belajar semacam ini disebut dengan rote
learning, belajar hafalan, belajar melalui ingatan, by
heart,diluar kepala tanpa mempedulikan makna. Rote
learning merupakan lawan dari meaningful learning,
pembelajaran bermakna.
c) Hilgard(1962), belajar adalah suatu proses dimana
suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya
respon terhadap suatu situasi. Selanjutnya bersama-
sama dengan Marquis, Hilgard memperbaharui
defenisinya dengan menyatakan bahwa belajar
merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri
seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan lain-lain
sehingga terjadi perubahan dalam diri.
d) Gage(1984) mendefenisikan belajar adalah suatu proses
dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai
akibat dari pengalaman.
e) Gagne(1977) menyatakan bahwa belajar adalah sebuah
proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan
kecendrungan manusia, seperti sikap, minat, atau nilai
dan perubahan kemampuannya yaitu peningkatan
kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja.
f) Divesta dan Thomson(1970) dalam sukmadinata
(2004:156) menyatakan bahwa belajar adalah
14
perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai
hasil dari pengalaman.
2. Tujuan belajar
Berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Bloom
dalam Suhana (2014:19-21) yaitu:
a. Indikator aspek kognitif mencakup;
1) Ingatan atau pengetahuan
2) Pemahaman
3) Penerapan
4) Analisis
5) Sintesis
6) Penilaian
b. Indikator aspek afektif mencakup;
1) Penerimaan
2) Penanggapan
3) Penghargaan
4) Pengorganisasian
5) Pengkarakterisasian
c. Indikator aspek psikomotor mencakup;
1) Persepsi
2) Kesiapan
3) Respon terbimbing
4) Mekanisme
5) Respon nyata kompleks
6) Penyesuaian
15
7) Penciptaan
3. Prinsip belajar
Menurut Sukmadinata dalam Suyono (2017:128-
129) menyampaikan prinsip umum belajar sebagai berikut;
a) Belajar merupakan bagian dari perkembangan.
Dalam perkembangan dituntut untuk
belajar,sedangkan melalui belajar terjadi perkembangan
individu yang pesat.
b) Belajar berlangsung seumur hidup.
Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran
sepanjang hayat.
c) Belajar mencakup semua aspek kehidupan.
Oleh karena itu, belajar harus mengembangkan
aspek kognitif, afektif dan psikomotor dan
keterampilan hidup.
d) Kegiatan belajar berlangsung disembarang tempat dan
waktu.
Berlangsung disekolah (kelas dan halaman
sekolah), dirumah, dimasyarakat, ditempat rekreasi, dan
sebagainya.
e) Belajar berlangsung baik dengan guru maupun tanpa
guru.
Berlangsung dalam situasi formal, informal, dan
nonformal.
16
f) Pembuatan belajar bervariasi dari yang paling
sederhana sampai dengan yang amat kompleks.
g) Dalam hal tertentu, belajar memerlukan adanya bantuan
dan bimbingan dari orang lain. Orang lain itu dapat
berupa guru, orangtua, teman sebaya yang kompeten
dan lainnya.
Dari beberapa defenisi yang telah dikemukan di atas
maka peneliti berkesimpulan bahwa belajar itu adalah salah
satu kegiatan atau aktivitas manusia yang merupakan proses
usaha yang aktif untuk memperoleh perubahan tingkah laku
yang baru, baik melalui berbagai pengalaman maupun
kegiatan aktivitas yang terarah.
b. Hasil belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil
belajar siswa. Hasil belajar merupakan kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Setelah suatu proses belajar berakhir, maka siswa
memperoeh suatu hasil belajar. Hasil belajar mempunyai
peranan penting dalam proses pembelajaran. Tujuan utama
yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran adalah
hasil belajar. Hasil belajar digunakan untuk mengetahui
sebatas mana siswa dapat memahami dan mengerti materi
tersebut (Dwi Feni, 2017).
2. Ciri-ciri hasil belajar
17
Ciri-ciri hasil belajar adalah adanya perubahan tingkah
laku dalam diri individu. Artinya, seseorang yang telah
mengalami proses belajar itu akan berubah tingkah lakunya.
Tetapi tidak semua perubahan tingkah laku adalah hasil
belajar. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Perubahan yang disadari, artinya individu yang melakukan
proses pembelajaran menyadari bahwa pengetahuan,
keterampilannya telah bertambah, ia lebih percaya
terhadap dirinya, dan sebagainya.
b. Perubahan yang bersifat kontinu (berkesinambungan),
perubahan tingkah laku sebagai hasil pembelajaran akan
berkesinambungan, artinya suatu perubahan yang telah
terjadi menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku
yang lain.
c. Perubahan yang bersifat fungsional, artinya perubahan
yang telah diperoleh sebagai hasil pembelajaran
memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan.
d. Perubahan yang bersifat positif, artinya terjadi adanya
pertambahan perubahan dalam individu.
e. Perubahan yang diperoleh itu senantiasa bertambah
sehingga berbeda dengan keadaan sebelumnya. Orang
yang telah belajar akan merasakan ada sesuatu yang lebih
banyak, sesuatu yang lebih baik, sesuatu yang lebih luas
dalam dirinya.
18
f. Perubahan yang bersifat permanen, artinya perubahan
yang terjadi sebagai hasil pembelajaran akan berada secara
kekal dalam diri individu, setidak-tidaknya untuk masa
tertentu.
g. Perubahan yang bertujuan dan terarah, artinya perubahan
itu terjadi karena ada sesuatu yang akan dicapai.
3. Indikator hasil belajar
Kriteria hasil belajar meliputi:
a. Kriteria dari sudut pandang prosesnya
Kriteria dari sudut pandang prosesnya menenkankan kepada
pengajaran sebagai suatu proses yang merupakan interaksi
dinamis sehingga peserta didik sebagai subjek mampu
mengembangkan potensi melalui belajar sendiri.
b. Kriteria ditinjau dari hasilnya
Disamping tinjauan dari segi proses, keberhasilan pengajaran
dapat dilihat dari segi hasil yang diperoleh.
4. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Hasil Belajar
a) Faktor Internal (diri pelajar)
1. Fisik yang sehat
2. Kemampuan intelektual diatas rata-rata
3. Mental yang sehat, dll
b) Faktor Eksternal (diluar diri pelajar)
1. Suasana yang tenang
2. Penerangan yang cukup
3. Fasilitas dan sarana belajar yang memadai
19
4. Makanan yng bergizi, dll
Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar sebagai
hasil interaksi dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar
seseorang tergantung kepada apa yang telah diketahui pembelajar
seperti konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi
interaksi dengan bahan yang dipelajari.
B. Sikap Ilmiah
Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu sains yang
ditemukan melalui kerja, proses dan sikap ilmiah menggunakan
metode-metode ilmiah. Kegiatan pembelajaran dikelas harusnya
dilakukan sebagaimana konsep-konsep kimia ditemukan. Hal
tersebut akan membuat kimia dapat disampaikan kepada siswa
dengan lebih nyata sehingga meningkatkan sikap ilmiah (Pambudi
Teguh dkk, 2016:79).
a. Pengertian
Sikap menurut Winkel (Hendracipta, 2016:111)
merupakan suatu kecendrungan untuk menerima atau menolak
suatu objek tersebut sebagai objek yang berharga atau baik dan
objek yang tidak berharga atau tidak baik
Kemudian smith (Hendracipta, 2016:111) memberikan
definisi bahwa sikap merupakan perpaduan dari kepercayaan
seseorang terhadap obyek, dengan kata lain sikap merupakan
kecenderungan umum untuk merespon secara konsisten yang
terpola pada pemikiran, perasaan, dan kecenderungan. Jadi
dalam hal ini sikap berhubungan dengan perasaan seseorang
20
terhadap obyek tertentu yang disertai dengan kecenderungan
untuk bertindak sesuai dengan obyek tersebut.Jadi, dalam hal
ini sikap berhubungan dengan perasaan seseorang terhadap
objek tertentu yang disertai kecenderungan untuk bertindak
sesuai dengan objek tersebut.
Sikap ilmiah itu sendiri adalah sikap tertentu yang
diambil dan dikembangkan oleh seseorang untuk mencapai
hasil yang diharapkan (Iskandar (Hendracipta,
2016:111)).Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada
diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi
persoalan-persoalan ilmiah. Sikap ilmiah ini perlu dibiasakan
dalam berbagai forum ilmiah, misalnya dalam diskusi,
seminar, loka karya dan penulisan karya ilmiah.
b. Macam-macam sikap ilmiah
Menurut Hendracipta (2016:111-112) macam-macam
sikap ilmiah meliputi:
1) Sikap ingin tahu
Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan
bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
bidang kajiannya. Misalnya, mengapa demikian?
Bagaimana caranya? Apa saja unsur-unsurnya?
2) Sikap kritis
Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari
informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang
kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan-
21
kekurangannya, kecocok-tidaknya, kebenaran-tidaknya,
dan sebagainya.
3) Sikap terbuka
Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau
mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik dan
keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat,
argumentasi, kritik dan keterangan orang lain tidak
diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.
4) Sikap objektif
Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan
menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
5) Sikap menghargai karya orang lain
Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada
kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya
pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang
berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
6) Sikap berani
Sikap ini menampak pada ketegaran membela
fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan
walaupun bertentangan atau tidak, sesuai dengan teori.
C. Kemampuan Analisis
1) Pengertian kemampuan analisis
Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia pernah
mengalami masalah. Begitu pula siswa tidak pernah luput dari
22
masalah yang dihadapinya dalam belajar. Masalah yang
dimaksud disini adalah suatu kendala atau persoalan siswa yang
mempelajari materi yang harus dipecahkan dengan
mengembangkan kemampuan berpikir analitis. Analisis adalah
kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu
bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan
mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau
faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Dalam hal
ini dapat dicontohkan peserta didik merenung dan memikirkan
dengan baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang
siswa dirumah, disekolah dan dalam kehidupan sehari-hari
ditengah-tengah masyarakat (Yuniarti, 2015:23-24).
Kemampuan Analisis merupakan kemampuan siswa
dalam menguraikan, memisahkan, dan mengaitkan suatu hal
kedalam bagian-bagiannya (Uno dalam Arifuddin,dkk
(2017:88). Kemampuan analisis mengacu kepada kemampuan
menguraikan materi kedalam komponen-komponen atau faktor
penyebabnya, dan mampu memahami hubungan diantara bagian
yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya
dapat lebih dimengerti (Arifuddin,dkk, 2017:88).
2) Indicator Kemampuan Analisis.
Untuk mengukur kemampuan analisis siswa diperlukan
indikator sebagai acuannya. Menurut Krathwohl (Handoyo dkk,
2017:3)
23
a. Menganalisis pernyataan-pernyataan dan memberikan
contoh yang dapat mendukung atau bertolak belakang.
b. Membuat dan mengevaluasi kesimpulan umum berdasarkan
atas penyelidikan dan penelitian.
c. Meramalkan kesimpulan atau putusan dari informasi yang
sesuai.
D. Pendekatan Discovery Learning
a. Pengertian
Ada yang menyebutnya sebagai belajar inkuiri yaitu
suatu kegiatan belajar yang mengemukakan aktivitas siswa.
Inkuiri menekankan kepada proses mencarinya, sedangkan
diskaveri (menemukan) menekankan kepada penemuannya.
Siswa yang melakukan kegiatan pencarian, apalagi yang
sistematis dan teratur, kemungkinan besar akan akan
menemukan sesuatu, sedangkan penemuan pada hakikatnya
adalah suatu hasil dari proses pencarian (Suyono, 2017:136).
Dalam pendekatan ini, bentuk bahan ajar tidak dijadikan
sebagai bahan jadi, tetapi dapat berupa bahan setengah jadi
bahkan bahan seperempat jadi. Bahan pembelajaran dinyatakan
sebagai rangkaian pertanyaan terstruktur yang harus dijawab
oleh siswa. Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, siswa
nantinya tidak saja mendapatkan pemahaman menyeluruh
terhadap suatu objek kajian, tetapi pemahamannya juga
dikembangkan secara bertingkat, sampai kemudian ia
menemukan sesuatu. Dalam pembelajaran penemuan ada
24
sejumlah alternatif jawaban dengan nuansa perbedaan yang
tipis, dalam hal ini tingkat kedewasaan atau kematangan struktur
kognitif siswa yang akan mampu membedakan (Suyono,
2017:136-137).
b. Macam-macam Discovery Learning
Ada tiga pendekatan Discovery Learning menurut Suhana
(2014:44) yaitu:
1. Discovery terpimpin, yaitu pelaksanaan discovery dilakukan
atas petunjuk dari guru. Dimulai dari pertanyaan inti, guru
mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak, dengan
tujuan untuk mengarahkan siswa ke titik kesimpulan yang
diharapkan. Selanjutnya siswa melakukan percobaan untuk
mebuktikan pendapat yang dikemukakannya.
2. Discovery bebas, yaitu siswa melakukan penyelidikan bebas
sebagaimana seorang ilmuan, antara lain masalah
dirumuskan sendiri, penyelidikan dilakukan sendiri dan
kesimpulan diperoleh senddiri.
3. Discovery bebas yang termodifikasi, yaitu masalah diajukan
guru didasarkan teori yang sudah dipahami siswa, untuk
melakukan penyelidikan dalam rangka membuktikan
kebenarannya.
c. Fungsi Discovery Learning
Ada tiga fungsi Discovery Learning menurut Suhana
(2014:45)yaitu:
25
1. Membangun komitmen dikalangan siswa untuk belajar,
yang diwujudkan dengan keterlibatan, kesungguhan, dan
loyalitas terhadap menemukan sesuatu dalam proses
pembelajaran.
2. Membnagun sikap aktif, kreatif, inovatif dalam proses
pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.
3. Membangun sikap percaya diri dan terbuka terhadap hasil
temuannya.
d. Fakta Empirik Keberhasilan
Kelebihan dan kekurangan pada pendekatan Discovery
Learning (Suhana, 2014:45-46) dapat dijelaskan sebagai berikut;
1. Keuntungan Pembelajaran discovery learning
a) Membantu peserta didik untuk mengembangkan,
kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses
kogniif.
b) Membantu siswa untuk memperbaiki dan
meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-
proses kognitif.
c) Peserta didik memperoleh pengetahuan secara
individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap
dalam pikirannya.
d) Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat
pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian,
ingatan, dan transfer.
26
e) Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar
peserta didikuntuk ebih giat lagi.
f) Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk
memecahkan masalah.
g) Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri
sendiri dengan proses menemukan sendiri, karena
pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan peran
guru yang sangat terbatas.
2. Kelemahan pendekatan discovery learning
a) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan
masalah.
b) Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental.
Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui
keadaan sekitarnya dengan baik.
c) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam
percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami
kesulitan.
d) Guru dan siswa yang sudah terbiasa dengan PMB gaya
lama, maka model discovery akan mengecewakan.
e) Ketika topic yang diberikan kepada masing-masing
kelompok berbeda dikhawatirkan peserta didik tidak
bisa memahami topic secara keseluruhan.
f) Ada kritik, bahwa proses dalam model discovery terlalu
memetingkan proses pengertian saja, kurang
27
memerhatikan perkembangan sikap dan keterampilan
bagi siswa.
g) Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan
cara ini.
Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran penemuan di
atas seorang pendidik harus dapat mengatasi dengan cara
memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah,
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga
instruktur dan peserta didik merasa nyaman dalam proses
pembelajaran. Pendekatan discovery learning ini akan efektif jika
terjadi hal-hal berikut:
a) Proses belajar dibuat secara terstruktur
b) Siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan awal untuk
belajar
c) Guru memberikan dukungan yang dibutuhkan siswa untuk
melakukan penyelidikan
e. Langkah-langkah Operasional
Langkah-langkah pembelajaran menurut Bruner dalam Suyono
(2017:91)
1. Langkah persiapan pendekatan discovery learning:
a) Menentukan tujuan pembelajaran
b) Melakukan identifikasi karakteristik siswa
c) Memilih materi pelajaran
d) Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa
secara induktif
28
e) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa
contoh-contoh, ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk
dipelajari siswa
f) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke
kompleks, dari yang konkret ke abstrak
g) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
2. Prosedur aplikasi pendekatan discovery learning:
a) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsang)
Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu
yang menimbulkan kebingungan, kemudian dilanjutkan
untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan
untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai dengan
mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan
belajar lainnya yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah.
b) Problem statemen (pernyataan/identifikasi masalah)
Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang relevan
dengan bahan ajar pelajaran, kemudian salah satunya
dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
c) Datta collectuion (pengumpulan data)
Tahap ini siswa diberi kesempatan untuk
berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,
mengamati objek, wawancara, melakukan uji coba
29
sendiri untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan
benar tidaknya hipotesis.
d) Datta processing (pengolahan data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah
data dan informasi yang telah diperoleh siswa melalui
wawancara, observasi dan sebagainya. Tahap ini
berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi,
sehingga siswa akan mendapatkan pengetahuan baru dari
alternatif jawaban yang perlu mendapat pembuktian
secara logis.
e) Verification (pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan
secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif
dan dihubungkan dengan hasil pengolahan data.
f) Generalization (menarik kesimpulan)
Tahap ini adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan
berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama,
dengan memperhatikan hasil verifikasi.
Secara umum, tahapan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan discovery learning dapat di
gambarkan sebagai berikut:
Guru memaparkan topik yang akan dikaji, tujuan belajar,
motivasi, dan memberikan penjelasan singkat.
30
Kelompok mengorganisasikan dan menganalisis data serta
membuat hasil percobaan atau pengamatan.
Kelompok memaparkan hasil percobaan dan mengemukakan
konsep yang ditemukan.Guru membimbing siswa dalam
mengkontruksi konsep berdasarkan hasil investigasi.
Guru mengajukan permasalahan atau pertanyaan yang terkait
dengan topik yang dikaji.
Kelompok merumuskan hipotesis dan merancang percobaan
atau mempelajari tahapan percobaan yang dipaparkan oleh
guru, LKS, atau buku. Guru membimbing dalam perumusan
hipotesis dan merencanakan percobaan.
Kelompok melakukan percobaan atau pengamatan untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis.
Guru memfasilitasi kelompok dalam melaksanakan percobaan.
31
Gambar 1. Diagram Langkah-langkah Pelaksanaan
Pembelajaran discovery learning
E. KOMPETENSI GURU
Rahman,dkk (2014:65-66) mengemukakan bahwa
Kompetensi didefenisikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk
penguasaan pengetahuan dan perbuatan secara profesional dalam
menjalankan fungsi sebagai guru.
Karakterisrik kompetensi guru menurut Direktorat Tenaga
Teknis dan Pendidikan Guru, yaitu:
1. Memiliki kepribadian sebagai guru.
2. Menguasai landasan kependidikan.
3. Menguasai bahan pelajaran.
4. Menyusun program pengajaran.
5. Melaksanakan proses belajar-mengajar.
6. Melaksanakan proses penilaian pendidikan.
7. Melaksanakan bimbingan.
8. Melaksanakan administrasi sekolah.
9. Menjalin kerja sama dan interaksi dengan guru sejawat dan
masyarakat.
10. Melaksanakan penelitian sederhana.
Pada UU Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 terdapat
komponen-komponen kompetensi guru sebagai berikut:
1. Kompetensi Pedagogik
32
Contohnya: Kompetensi melaksanakan proses belajar-
mengajar.
2. Kompetensi Profesional
Contohnya: Mampu menggunakan media dan sumber
pengajaran.
3. Kompetensi Pribadi
Contohnya: Penampilan sikap yang positif terhadap
keseluruhan tugasnya sebagi guru dan terhadap keseluruhan
situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.
4. Kompetensi Sosial
Contohnya: Mampu berbuat kreatif dengan penuh perhitungan.
Peran guru dan peserta didik dalam pelaksanaan Pembelajaran
discovery learning sebagai berikut:
a. Peran Guru
1. Merencanakan dan mendesain pembelajaran.
2. Membuat strategi pembelajaran.
3. Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru
dan siswa.
4. Mencari keunikan siswa.
5. Menilai siswa dengan cara transparan dan berbagai macam
penilaian.
6. Membuat potofolio pekerjaan siswa.
b. Peran Peserta Didik
1. Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir.
2. Melakukan riset sederhana.
33
3. Mempelajari ide dan konsep baru.
4. Belajar mengatur waktu dengan baik.
5. Melakukan kegiatan belajar sendiri/kelompok.
6. Mengaplikasikan hasil belajar lewat tindakan.
7. Melakukan interaksi social (wawancara, survey, observasi,
dll).
F. Materi
Salah satu materi IPA di SMA yaitu kimia. Kimia merupakan
bagian dari ilmu sains yang ditemukan melalui kerja, proses dan
sikap ilmiah menggunakan metode-metode ilmiah. Kegiatan
pembelajran dikelas harusnya dilakukan sebagaimana konsep-
konsep kimia ditemukan. Hal tersebut akan membuat kimia dapat
disampaikan kepada siswa dengan lebih nyata sehingga
meningkatkan kemampuan berpikir, kemampuan analisis, sikap
ilmiah dan keterampilan ilmiah (Pambudi, 2016:79).
Salah satu mata pelajaran kimia yang erat hubungannya
dengan kehidupan sehari-hari adalah larutan elektrolit dan
nonelektrolit. Penghantar listrik yang sering dipakai dalam
kehidupan sehari-hari adalah logam, seperti besi dan tembaga.
Namun, larutan juga dapat menghantarkan arus listrik. Salah satu
contoh larutan elektrolit dan nonelektrolit yang dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari adalah air aki.
Berikut ini adalah uraian singkat tentang materi yang akan
dipelajari siswa selama kegiatan pembelajaran.
a. Gejala Hantaran Arus Listrik
34
Arus listrik timbul karena adanya aliran elektron, yaitu
suatu partikel bermuatan negatif. Elektron-elektron ini
mengalir melalui suatu bahan yang disebut konduktor, seperti
besi dan kawat tembaga. Bahan konduktor seperti logam,
bersifat menghantarkan arus listrik sehingga dapat menyalakan
bola lampu. Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik
memberikan gejala berupa nyala lampu pada alat uji atau
timbulnya gelembung gas pada larutan.
b. Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit
1. Larutan Elektrolit
Menurut pakar kimia dari swedia, Svante August
Arrhenius (1859-1927), karena larutan mengandung ion-ion
yang bergerak bebas, maka larutan dapat menghantarkan
arus listrik yang disebut dengan larutan elektrolit. Zat
elektrolit adalah zat yang dalam larutan air dapat
menghantarkan arus listrik. Jika larutan ini dihubungkan
dengan lampu melalui kawat penghantar, maka lampu akan
menyala. Timbulnya nyala lampu menunjukan adanya
aliran arus listrik yang dibawa oleh ion-ion dalam larutan
dan dipindahkan melalui kawat penghantar yang
menghubungkan larutan dengan lampu.
Contoh: Reaksi zat elektrolit yang dimasukan ke dalam air
NaCl(aq) Na+
(aq) + Cl-(aq)
2. Larutan Nonelektrolit
35
Apa yang terjadi jika glukosa (C6H12O6) dilarutkan
dalam air? Molekul glukosa mempunyai 1 gugus aldehid (-
CHO), dan 5 gugus hidroksil (-OH). Gugus-gugus ini
merupakan gugus polar(bermuatan listrik parsial) yang
dapat berikatan dengan molekul-molekul polar seperti air
sehingga mudah larut dalam air. Namun demikian, glukosa
tidak terdisosiasi menjadi ion-ion dalam air, tetapi terurai
menjadi molekul-molekul netral. Karena glukosa tidak
terdisosiasi, maka glukosa memiliki derajat disosiasi sama
dengan nol. Oleh karena itu, larutan gukosa tidak
menghantarkan arus listrik. Jadi, larutan yang tidak dapat
menghantar arus listrik disebut larutan nonelektrolit.
Sama halnya dengan glukosa, semua zat yang tidak
terdisosiasi atau terionisasi dalam air memiliki derajat
disosiasi nol dan larutannya bersifat nonelektrolit. Larutan
yang demikian tidak menimbulkan nyala lampu bila
dihubungkan dengan lampu melalui rangkaian arus listrik
dari suatu sumber istrik. Selain itu, dalam larutan juga tidak
muncul gelembung-gelembung gas karena tidak ada
partikel yang berubah ketika dialiri arus listrik. Andaikan
ada gelembung-gelembung gas, gas-gas ini adalah gas H2
dan gas O2 dari elektrolisis air.
Zat nonelektrolit jika dilarutkan di dalam air tidak
akan diuraikan menjadi ion-ion, tetapi tetap berbentuk
molekul-molekul yang tidak bermuatan. Hal inilah yang
36
menyebabkan larutan nonelektrolit tidak dapat
menghantarkan arus listrik.
c. Daya Hantar Listrik
Berdasarkan kekuatan atau besar-kecilnya daya
hantarnya, larutan elektrolit dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Elektrolit Kuat
Elektrolit kuat adalah elektrolit yang dapat
menghasilkan larutan dengan daya hantar listrik yang
baik. Senyawa-senyawa yang tergolong elektrolit kuat
antara lain NaCl, HCl, dan H2SO4 karena dapat terurai
sempurna dalam pelarut air membentuk banyak ion.
Dengan demikian, larutannya mempunyai daya hantar
listrik yang baik.
b) Elektrolit Lemah
Elektrolit lemah adalah elektrolit yang dapat
menghasilkan larutan dengan daya hantar listrik yang
buruk. Senyawa-senyawa yang tergolong elektrolit
lemah antara lain CH3COOH dan NH3 hanya terurai
sebagian kecil dalam pelarut air membentuk sedikit ion.
Dengan demikian, larutannya mempunyai daya hantar
listrik yang buruk. Sehingga senyawa ini tergolong
elektrolit lemah. Secara kuantitatif, kuat atau lemahnya
suatu larutan elektrolit dapat dinyatakan dengan derajat
ionisasi ().
37
=dilarutkanyangzatmoljumlah
iterionisasyangzatmolJumlah
Untuk larutan elektrolit kuat: = 1 atau mendekati 1.
Untuk larutan elektrolit lemah: 0 < < 1.
Untuk larutan nonelektrolit: = 0.
Tabel 2.1 Sifat senyawa berdasarkan daya hantar
listriknya.
No Elektrolit Non-
elektrolit Elektrolit kuat Elektrolit lemah
1 Dalam air,terionisasi
sempurna ( = 1).
Dalam air, terionisasi
sebagian (0 < < 1).
Dalam air,
tidak
terionisasi (
= 0).
2 Dalam laruan, tidak
terdapat molekul zat
terlarut.
Dalam laruan, masih
terdapat molekul zat
terlarut.
Dalam
laruan, hanya
terdapat
molekul zat
terlarut.
3 Ion dalam larutan
banyak.
Ion dalam larutan
sedikit.
Tidak ada ion
bebas dlam
larutan.
4 Mempunyai daya hantar
listrik kuat.
Mempunyai daya
hantar lisrik lemah.
Tidak
mampu
menghantark
an listrik.
5 Adanya gelembung gas
yang banyak atau nyala
lampu terang.
Gelembung gas sedikit
atau nyala lampu redup.
Tidak ada
gelembung
gas dan
lampu tidak
menyala.
6 Contoh:
a. Senyawa ion: NaCl,
NaBr, CaCl2, BaCl2
b. Senyawa kovalen
polar:
HCl, HBr, HI,
HNO3, H2SO4
Contoh:
Senyawa kovalen polar:
HNO2, H3PO4, H2SO3,
NH4OH
Contoh:
Larutan gula,
larutan urea,
alkohol.
Peran larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit dalam
kehidupan sehari-hari sangat penting, contohnya:
38
a. Aki
Sel aki terdiri dari anoda Pb dan katoda PbO2 dengan larutan
elektrolit H2SO4. Adanya larutan elektrolit memungkinkan
terjadinya reaksi kimia yang menghasilkan arus listrik untuk
menghidupkan kendaraan.
b. Air Sungai dan Air Tanah
Air sungai dan air tanah mengandung ion-ion sehingga dapat
menghantarkan arus listrik. Sifat ini digunakan untuk
menangkap ikan atau belut di sungai atau di persawahan
dengan cara setrum listrik.
b. Air Suling
Air suling merupakan larutan nonelektrolit, karena
mengandung ion-ion dalam jumlah yang sangat kecil. Air
suling dapat digunakan untuk membuat larutan dalam
percobaan kimia nonelektrolit.
c. Cairan Tubuh
Cairan tubuh mengandung komponen larutan elektrolit.
Komponen larutan elektrolit memungkinkan terjadinya daya
hantar listrik yang diperlukan untuk kerja impuls. Contohnya
larutan oralit dikonsumsi oleh orang yang kekurangan cairan
tubuh (dehidrasi).
(Kurniawati, 2014:176-179), (TIG, 2015:18-19), (Suwardi dkk,
2009:113).
39
F. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dirujuk berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh:
1. Merta Dhewa Kususma yang berjudul “Pengaruh Sikap Ilmiah
Terhadap Hasil Belajar dan Kemandirian Belajar Melalui
Strategi Scaffolding-Kooperatif Kelas XI IPA SMA Tunas
Harapan Tahun Pelajaran 2012/2013”. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa:
Siswa yang memiliki sikap ilmiah yang positif terhadap
fisika, akan cenderung lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran
di dalam kelas dan siswa tersebut cenderung memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi serta sikap kritis terhadap permasalahan
fisika yang diberikan oleh guru. Besarnya persentase pengaruh
sikap ilmiah terhadap hasil belajar yaitu sebesar 0,46 atau 46%
sedangkan nilai koefisien korelasi (R) adalah sebesar 0,68
yang berarti sikap ilmiah dan hasil belajar memiliki tingkat
hubungan yang kuat.
2. Fatih Istiqomah(2014) dalam skripsinya yang berjudul
‟Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Siswa Kelas X IPA
SMA Tulung Balak Kabupaten Lampung Timur‟.
Dari hasil penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa
penerapan model discovery learning dapat meningkatkan
motivasi belajar dan hasil belajar tematik pada ranah afektif,
psikomotor, dan kognitif.
40
3. Surya Haryandi,dkk tentang Meningkatkan Kemampuan
Analisis Sintesis Siswa Melalui Penerapan Pengajaran
Langsung Dengan Metode Problem Solving pada Pembelajaran
Fisika Materi Perpindahan Kalor Kelas X SMA Negeri I
Banjarmasin bahwa pengajaran langsung dengan metode
Problem Solving dalam meningkatkan kemampuan analisis
sintesis sangat efektif. Oleh karena pembelajarannya efektif
meningkatkan kemampuan analisis siswa.Hasil temuan siswa
yaitu rata-rata attention (perhatian) siswa sebesar 3,97 dengan
kategori baik. Rata-rata relavace (keterkaitan) siswa sebesar
3,74 dengan kategori baik. Rata-rata confidance (keyakinan)
siswa sebesar 3,86 dengan kategori baik. Rata-rata satisfaction
(kepuasan) siswa sebesar 3,90 dengan kategori baik,sehingga
diperoleh gambaran bahwa secara keseluruhan siswa
memberikan respon positif terhadap pembelajaran.
G. Kerangka Berpikir
Di Sekolah Menengah Atas terdapat beberapa jurusan yang
disiapkan bagi siswa untuk mempelajarinya sesuai minat atau
keinginannya. Salah satu jurusan yang disiapkan adalah jurusan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan salah satu mata pelajaran yang
akan dipelajari yaitu Kimia.
Mata pelajaran kimia ini merupakan mata pelajaran yang lebih
banyak ditekankan pada pemahaman daripada hafalan. Dalam
mempelajari kimia seorang siswa tidak hanya mempelajari beberapa
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau pun
41
prinsip-prinsipnya saja namun yang terpenting proses penemuan. Adapun
tujuan dari mempelajari pelajaran kimia ini pada dasarnya untuk
menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan serta kemampuan
intelektual (kemampuan berpikir kritis, rasional, kreatif) dan psikomotor
yang dilandasi sikap ilmiah. Dengan adanya sikap ilmiah dan
kemampuan intelektual maka siswa mampu memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari dan juga saat memecahkan masalah yang diberikan
oleh guru.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa
terkhususnya siswa-siswi kelas X IPA 2 SMA Kristen 1 Kupang,
diantaranya adalah sikap ilmiah dan kemampuan analisis. Siswa
dengan sikap ilmiah dan kemampuan analisis yang kurang baik
akan mengalami kesulitan dalam menyikapi permasalahan yang
diberikan. Kurangnya sikap ilmiah pada diri seorang siswa juga
dapat dilihat bagaimana siswa tersebut mengikuti pelajaran dalam
kelas dimana siswa tersebut cenderung tidak memberikan perhatian
atau respon pada pertanyaan yang diberikan oeh guru.
Siswa yang memiliki sikap ilmiah dan kemampuan analisis
yang tinggi akan menyikapi setiap permasalahan dengan baik
dengan berpikir untuk mencari solusi dari setiap permasalahan
tersebut. Jika hal ini dimiliki dan dilakukan secara terus menerus
oleh siswa maka hasil belajar siswa tersebut akan baik. Banyaknya
siswa yang kurang memiliki sikap ilmiah dan kemampuan analisis
terhadap persoalan yang diberikan oleh guru dikarenakan siswa
kurang mampu menunjukkan sikap ilmiah baik saat pelajaran
42
berlangsung maupun pada saat diberikan tugas berkaitan dengan
materi yang akan dipelajari serta mengembangkan kemampuan
analisis dimana siswa menemukan suatu permasalahan dalam hal ini
soal-soal yang tingkatannya menganalisis, siswa cenderung tidak
mengerjakannya, mereka akan bermalas-malasan dan
mengharapkan jawaban dari gurunya tanpa berpikir dahulu.
Untuk itu peran guru sangat penting dalam mengembangkan
sikap ilmiah dan mengaktifkan kemampuan analisis dengan
memberikan pengetahuan yang tujuannya memberikan motivasi
serta menarik siswa sehingga daya tarik siswa untuk mengikuti
pelajaran dalam hal ini untuk meningkatkan sikap ilmiah dan
kemampuan analisis bisa tercapai. Salah satu materi yang akan
dipelajari oleh siswa yaitu larutan elektrolit dan nonelektrolit
dimana banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari seperti aki,
air laut, dll. Oleh karena itu, guru selaku pendidik harus bisa
memilih dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai agar
hasil belajar dari setiap siswa bisa meningkat dan memenuhi standar
kriteria ketuntasan minimal.
Salah satu pendekatan yang cocok dan sesuai dengan
karakteristik materi larutan elektroit dan nonelektrolit adalah
Discovery Learning. Discovery Learning ini merupakan suatu
pendekatan yang penyampaian materinya disajikan secara tidak
lengkap dan menuntut siswa terlibat secara aktif untuk menemukan
sendiri suatu konsep ataupun prinsip yang belum diketahuinya.
Melalui belajar penemuan, siswa dilatih belajar secara mandiri dan
43
mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi. Jadi,
pendekatan discovery learning merupakan pembelajaran yang dapat
mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa secara
seimbang. Hasil yang diharapkan yaitu meningkatkan hasil belajar
siswa dengan indikator yang ditetapkan.
Hal ini juga didukung dengan penelitian yang relevan yang
menyatakan bahwa:
1. Siswa yang memiliki sikap ilmiah yang positif terhadap fisika,
akan cenderung lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran di
dalam kelas dan siswa tersebut cenderung memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi serta sikap kritis terhadap permasalahan fisika
yang diberikan oleh guru.
2. Sikap ilmiah dan kemandirian belajar siswa cenderung baik,
hal ini berarti sikap ilmiah juga mempengaruhi kemandirian
belajar siswa.
3. Hasil temuan siswa yaitu rata-rata attention (perhatian) siswa
sebesar 3,97 dengan kategori baik. Rata-rata relavace
(keterkaitan) siswa sebesar 3,74 dengan kategori baik. Rata-
rata confidance (keyakinan) siswa sebesar 3,86 dengan
kategori baik. Rata-rata satisfaction (kepuasan) siswa sebesar
3,90 dengan kategori baik. Sehingga diperoleh gambaran
bahwa secara keseluruhan siswa memberikan respon positif
terhadap pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas maka diharapkan pendekatan
Discovery Learning yang diterapkan oleh guru dapat efektif dalam
44
pembelajaran serta ada hubungan dan pengaruh yang signifikan
antara Sikap Ilmiah dan Kemampuan Analisis Terhadap Hasil
Belajar Kimia pada Materi Pokok larutan elektrolit dan
nonelektrolit Pada pembelajaran pendekatan Discovery Learning
Siswa Kelas X IPA 2 SMA Kristen 1 Kupang Tahun Ajaran
2017/2018.
H. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori diatas, maka hipotesis yang diambil
dalam penelitian ini adalah:
1. Efektifitas pembelajaran dengan menerapkan pendekatan
Discovery Learning pada materi pokok larutan elektrolit dan
nonelektrolit siswa kelas X IPA 2 SMA Kristen 1 Kupang
tahun pelajaran 2017.
Secara spesifik, masalah ini dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
dengan menerapkan pendekatan Discovery Learning
pada materi pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit
siswa kelas X IPA 2 SMA Kristen 1 Kupang tahun
pelajaran 2017 tuntas.
b. Ketuntasan indikator dalam pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan Discovery Learning pada materi
pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit siswa kelas X
IPA 2 SMA Kristen 1 Kupang tahun pelajaran 2017
tuntas.
45
c. Ketuntasan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
dengan menerapkan pendekatan Discovery Learning
pada materi pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit
siswa kelas X IPA 2 SMA Kristen 1 Kupang tahun
pelajaran 2017 tuntas.
2. Sikap ilmiah siswa dalam mempelajari materi pokok larutan
elektrolit dan nonelektrolit Siswa kelas X IPA 2 SMA Kristen
1 Kupang tahun pelajaran 2017/2018 dengan criteria .
3. Kemampuan Analisis pada materi pokok larutan elektrolit dan
nonelektrolit Siswa kelas X IPA 2 SMA Kristen 1 Kupang
tahun pelajaran 2017/2018 dengan criteria .
4. a. Ada hubungan antara sikap ilmiah siswa dengan hasil belajar
kimia melalui pendekatan Discovery Learning pada materi
pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit Siswa kelas X IPA 2
SMA Kristen 1 Kupang tahun pelajaran 2017/2018.
b. Ada hubungan antara kemampuan analisis terhadap hasil
belajar kimia melalui pendekatan Discovery Learning pada
materi pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit Siswa kelas
X IPA 2 SMA Kristen 1 Kupang tahun pelajaran 2017/2018.
c. Ada hubungan antara sikap ilmiah dan kemampuan analisis
siswa terhadap hasil belajar kimia melalui pendekatan
Discovery Learning pada materi pokok larutan elektrolit
dan nonelektrolit Siswa kelas X IPA 2 SMA Kristen 1
Kupang tahun pelajaran 2017/2018.
46
5. a. Ada pengaruh antara sikap ilmiah terhadap hasil belajar
kimia melalui pendekatan Discovery Learning pada materi
pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit Siswa kelas X IPA 2
SMA Kristen 1 Kupang tahun pelajaran 2017/2018.
b. Ada pengaruh antara kemampuan analisis terhadap hasil
belajar kimia melalui pendekatan Discovery Learning pada
materi pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit Siswa kelas
X IPA 2 SMA Kristen 1 Kupang tahun pelajaran 2017/2018.
c. Ada pengaruh antara sikap ilmiah dan kemampuan analisis
siswa terhadap hasil belajar kimia melalui pendekatan
Discovery Learning pada materi pokok larutan elektrolit
dan nonelektrolit Siswa kelas X IPA 2 SMA Kristen 1
Kupang tahun pelajaran 2017/2018.