6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian IPA
Ilmu Perngetahuan Alam (IPA) sering disebut dengan singkat sebagai sains.
Sains (Inggris: science) berasal dari kata latin “scientia” yang berarti (1)
pengetahuan tentang, atau tahu tentang; (2) pengetahuan, pengertian, faham yang
benar dan mendalam. Ilmu merujuk ke (1) studi sistematis; (2) tubuh pengetahuan
yang terorganisir; (3) pengetahuan teoritis. Menurut KTSP (2006) IPA atau
SAINS merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis,
dan dalam pengetahuannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Menurut Wahyana (dalam Trianto 2010: 136) IPA adalah suatu kumpulan
pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum
terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh
adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Menurut Powler (dalam Samatowa 2009: 3) IPA merupakan ilmu yang
berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun
secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan
eksperimen/sistematis.
Menurut Abdullah (1998: 18) “ IPA merupakan pengetahuan teoritis yang
diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan cara
melakukan oberservasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, dan
demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan yang lain”.
Perkembangan IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara sistematis hasil kegiatan manusia tentang alam sekitar yang terwujud
melalui suatu rangkaian kerja ilmiah, nilai dan sikap ilmiah pada siswa serta rasa
mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Depdiknas
(2006) mengemukakan ilmu pengetahuan alam merupakan hasil kegiatan manusia
berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar
yang ditempuh melalui pengalaman, serangkaian proses ilmiah antara lain
7
penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan. Dari pembelajaran IPA
diharapakan siswa menyelidiki kejadian-kejadian di lingkungan sekitarnya.
Dari paparan tersebut dapat diartikan bahwa IPA adalah kumpulan
pengetahuan mengenai konsep yang mempelajari tentang lingkungan sekitar
dengan tujuan untuk lebih mencintai lingkungan dan menjaga kelestarian alam
yang ada. IPA diperlukan dalam kehidupam sehari-hari untuk memenuhi
kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasikan.Penggunaan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak
berdampak buruk pada lingkungan. Di tingkat SD diharapkan pembelajaran IPA
ada penekanan pembelajaran dengan konsep lingkungan, teknologi dan
masyarakat yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan
membuat suatu karya melalui penggunaan konsep IPA dan kompetensi bekerja
ilmiah. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai produk isi mencakup fakta, konsep,
prinsip, hukum-hukum, dan teori Ilmu Pengetahuan Alam. Jadi pada hakikatnya
Ilmu Pengetahuan Alam terdiri dari tiga komponen, yaitu sikap ilmiah, proses
ilmiah, dan produk ilmiah.
2.2 Hakikat Pembelajaran IPA SD
Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan, yang
dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa (Oemar Hamalik,
2008: 25). Bila pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran
merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa
belajar. Proses tersebut dimulai dari merencanakan progam pengajaran tahunan,
semester dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) berikut persiapan
perangkat kelengkapannya antara lain berupa alat peraga dan alat-alat evaluasinya
(Hisyam Zaini, 2004: 4).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka disimpulkan pembelajaran
adalah suatu proses dan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka
membuat siswa belajar, pembelajaran juga merupakan persiapan di masa depan
dan sekolah mempersiapkan mereka untuk hidup dalam masyarakat yang akan
datang. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang
dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang
8
terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui
serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian
gagasan-gagasan.
IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi,
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait
mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain (Abdullah, 1998: 18). IPA
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau
prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sri
Sulistyorini, 2007: 39).
Menurut Iskandar IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa
yang terjadi alam (Iskandar, 2001: 2). Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata
pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan
dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari
pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan,
penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pada prinsipnya, mempelajari IPA
sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan dan membantu
siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam (Depdiknas dalam
Suyitno, 2002: 7).
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran IPA
adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dengan
melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori agar siswa
mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam
sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara
lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.
2.3 Pembelajaran IPA SD
Tujuan pembelajaran IPA adalah untuk memahami konsep-konsep IPA dan
keterkaitannya dengan pengetahuan sehari-hari, dan pada akhirnya dapat
menimbulakan rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran
keagungan Tuhan Yang Maha Esa. Muchtar, dkk (2004: 5) menjelaskan bahwa
9
prinsip-prinsip pembelajaran dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di
sekolah dasar sebagai berikut :
a. Materi pembelajaran disusun berdasarkan penyesuaian terhadap
Kurikulum Berbasis Kompetensi sesuai standar isi 2006.
b. Pemberian ilustrasi. Dimaksudkan untuk memberikan penjelasan kepada
murid dengan mempergunakan contoh-contoh gambar dari setiap materi
belajar dan untuk menarik minat murid terhadap mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam.
c. Aktivitas kegiatan. Merupakan penerapan percobaan-percobaan yang
dilakukan murid baik individu maupun kelompok yang bertujuan agar
murid memiliki pengalaman nyata dalam memahami suatu materi
pelajaran yang diberikan.
d. Akttivitas tugas. Pemberian tugas baik individu maupun kelompok
dimaksudkan agar murid aktif dan dapat memecahkan masalah yang
ditemukan.
Tating, dkk (2003: 11) mengemukakan prinsip-prinsip pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam di sekolah dasar sebagai berikut :
a. Pada awal setiap bab, disajikan wacana tentang kejadian-kejadian setiap hari
dilingkungan murid yang bertujuan untuk membangkitkan minat murid
untuk memahami konsep Ilmu Pengetahuan Alam dan keterkaitannya
dengan kehidupan murid.
b. Pemahaman konsep untuk murid disajikan berupa percobaan sederhana
dengan menggunakan alat-alat sederhana, mudah diperoleh serta pas untuk
usia murid.
c. Pada setiap akhir bab, disajikan rangkuman, tugas,dan evaluasi. Rangkuman
dimaksudkan untuk memudahkan murid mengingat kembali konsep dan hal-
hal yang sedang dipelajari. Dengan adanya tugas, murid diharapkan mampu
melakukan kegiatan sendiri, misalnya pada diskusi. Dengan diskusi murid
diharapkan mampu dan berani mengemukakan masalah dengan
menggunakan daya ingat, pemahaman dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
10
Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006)
secara terperinci adalah:
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat,
d. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan,
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran IPA di SD
disamping untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, juga
mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
2.4 Penilaian IPA SD
a. Tujuan Penilaian
Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar. Penilaian
meliputi pengumpulan informasi melalui berbagai teknik penilaian dan membuat
keputusan berdasar hasil penilaian tersebut. Penilaian memberi informasi
padaguru tentang prestasi siswa terkait dengan tujuan pembelajaran.
Dengan informasi ini, guru membuat keputusan berdasar hasil penilaian
mengenai apa yanh harus dilakukan untuk meningkatkan metode pembelajaran
dan memperkuat proses belajar siswa. Penilaian mengukur seberapa jauh
11
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah dicapai oleh siswa. Selain
melengkapi proses belajar mengajar, penilaian juga memberi umpan balik
formatif dan sumatif pada guru,siswa, sekolah dan orang tua siswa.
1) Penilaian member umpan balik kepada siswa, yang memungkinka nmereka
untuk menyadari kekuatan dan kelemahan mereka. Melalui penilaian, siswa
dapat memantau kinerja dan kemajuan mereka. Ia juga menunjukkan arah yang
ditempuh untuk berkembang lebih jauh.
2) Penilaian member umpan balik kepada guru, yang memungkinkan mereka
memahami kekuatan dan kelemahan siswa mereka. Ia juga member informasi
mengenai prestasi belajar siswa juga keefektifan pembelajaran yang dilakukan
guru.
3) Penilaian member umpan balik kepada sekolah. Informasi yang diperoleh
memudahkan penempatan siswa dalam kelompok yang sesuai, dan kenaikan
kelas siswa. Ia juga memungkinkan sekolah meninjau kefektifan program
instruksional sekolah
4) Penilaian member umpan balik kepada orang tua siswa, yang menungkinkan
mereka memantau kemajuan dan prestasi anak mereka melalui informasi yang
diperoleh..
b. Aspek Penilaian
Tujuan IPA adalah menguasai pengetahuan IPA, memahami dan menerapkan
konsep IPA, menerapkan keterampilan proses, dan mengembangkan sikap.
Tujuan penilaian ini sejalan dengan tiga ranah dalam kerangka kurikulum IPA
seperti ditunjukkan di bawah:
a) Penilaian Pengetahuan, pemahaman dan penerapan konsep IPA
b) Penilaian Keterampilan dan Proses
c) Penilaiankarakter dan sikap (sikap ilmiah)
Penjelasan ketiga jenis penilaian tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1) Penilaian Pengetahuan, Pemahaman dan Penerapan Konsep IPA
Penilaianpengetahuan IPA merupakan produk dari pembelajaran IPA.
Penilaian ini bertujuan untuk melihat penguasaanpeserta didik terhadap
fakta, konsep, prinsip, dan hukum-hukum dalam IPA dan penerapannya
12
dalam kehidupan. Peserta didik diharapkan dapat menggunakan
pemahamannya tersebut untuk membuat keputusan, berpartisipasi
dimasyarakat, dan menanggapi isu-isulokal dan global.
2) Penilaian Keterampilan Proses Penilaian dilakukan tidak hanya
terhadapproduk, tetapi juga proses. Penilaian proses IPA dilakukan
terhadap keterampilan proses IPA, meliputi keterampilan dasar IPA dan
keterampilan terpadu tingkat awal. Keterampilan proses IPA dasar
meliputi observasi, inferensi, melakukan pengukuran, menggunakan
bilangan, klasifikasi, komunikasi, dan prediksi. Di samping itu, peserta
7didik mulai diperkenalkan dengan kemampuan melakukan percobaan
sederhana dengan dua variabel atau lebih untuk menguji hipotesis tentang
hubungan antar variabel. Peserta didik juga dilatihmengkomunikasikan
hasil belajarnya melalui berbagai bentuk sepeti debat, diskusi, presentasi,
tulisan, dan bentuk ekspresif lainnya. Dari berbagai keterampilan proses
ilmiah, berikut adalah enam keterampilan dasar yang perlu dikuasai untuk
peserta didik.
a. Observasi
Penilaian keterampilan melakukan observasi dinilaipada saat melakukan
observasi dalam rangka memperoleh data hasil penginderaan terhadap
objek dan fenomena alam menggunakan panca indera. Informasi yang
diperoleh menimbulkan rasa ingin tahu, pertanyaan, interpretasi, dan
investigasi.
b. Komunikasi
Keterampilan berkomunikasi secara ilmiah menggunakan berbagai cara,
seperti menggunakan grafik, carta, peta, simbol, diangram, rumus
matematis, dan demonstrasi visual, baik secara tertulis maupun lisan.
c. Klasifikasi
Keterampilan melakukan klasifikasi diperlukan untuk mengelompokkan
berbagai objek untuk mempermudah mempelajarinya, berdasarkan
persamaan, perbedaan, dan saling keterkaitan obyek.
d. Pengukuran
13
Keterampilan melakukan pengukuran menggunakan alat ukur standar
untuk melakukan observasi secara kuantitatif, membandingkan, dan
mengklasifikasikan,serta mengkomunikasikannya secara efektif. Alat
pengukuran meliputi penggaris, meteran, neraca, gelas ukur, termometer,
pH meter, Higrometer, dan sebagainya.
e. Inferensi
Keterampilan melakukan interpretasi dan menjelaskankejadian di sekitar
kita. Kemampuan ini dibutuhkan antara lain untuk menyusunhipotesis.
Interpretasi menghubungkan pengalaman lampau dengan apa yang sedang
dilihat.
f. Prediksi
Keterampilan melakukan prediksi ditentukan oleh observasi yang teliti dan
inferensi untuk memprediksi apa yang akan terjadi untuk menentukan
reaksi yang tepat terhadap lingkungan.
g. Percobaan Sederhana
Keterampilan melakukan percobaan diawali dengan kemampuan
menyusun pertanyaan, mengidentifikasi variabel, mengemukakanhipotesis,
mengidentifikasi variabel kontrol, membuat desain percobaan, melakukan
percobaan, mengumpulkan data, dan interpretasi data.
3.Penilaian sikap
Penilaian sikap ilmiah meliputi sikap obyektif, terbuka, tidak menerima
begitu saja sesuatu sebagai kebenaran, ingin tahu, ulet , tekun, dan pantang
menyerah. Selain itu, kemampuan bekerjasama, bertukar pendapat,
mempertahankan pendapat, menerima saran, dan kemampuan sosial lainnya
dapat juga dilakukan melalui pembelajaran IPA.
c. Bentuk Penilaian IPA
Bentuk-bentuk penilaian mata pelajaran IPA yang dapat digunakan untuk
mengukur ketiga aspek diatas adalah sebagai berikut :
1) Penilaian Tertulis
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis (paper and pencil
test). Tes tertulis merupakan kumpulan soal-soal yang diberikan
14
kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal,
pesertadidik tidak selalu harus merespon dalam bentuk jawaban, tetapi
juga dapat dilakukan dalam bentuk lain seperti memberi tanda,
mewarnai, menggambar dan sejenisnya. Tes tertulis meliputi soal
bentuk pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah, isian, jawaban
singkat dan uraian. Penyusunan soal tes tertulis memperhatikan
kaidah-kaidah penulisan soal dilihat dari segi materi, konstruksi,
maupun bahasa, dan menuntut penalaran yang tinggi. Hal ini dapat
dilakukan guru dengan cara:
a. Materi yang ditanyakan mengukur perilaku pemahaman,
penerapan, sintesis, analisis, atau evaluasi. Perilaku ingatan juga
diperlukan namun kedudukannya adalah sebagai langkah awal
sebelum peserta didik dapat mengukur perilaku yang disebutkan di
atas.
b. Setiap pertanyaan diberikan dasar pertanyaan (stimulus), misalnya
dalam bentuk ilustrasi/bahan bacaan seperti kasus, contoh, tabel
dan sebagainya.
c. Mengukur kemampuan berpikir kritis.
d. Mengukur keterampilan pemecahan masalah.
2. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja dilakukan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang
menuntut peserta didik menunjukkan kinerjanya. Penilaian ini dilakukan
dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Cara
penilaian ini dianggap lebih autentik daripada tes tertulis karena:
a. Apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang
sebenarnya.
b. Untuk mata pelajaran IPA, penilaian semacam ini dapat dilakukan
melalui kegiatan seperti pengujian/penelitian, melakukan percobaan-
percobaan, dan lain-lain. Dalam penilaian kinerja perlu dipertimbangkan
hal-hal berikut:
15
a. Identifikasi langkah-langkah kinerja yang diharapkan sesuai
dengan tuntutan kompetensi
b. Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja
tersebut.
c. Upayakan kemampuan yang dinilai tidak terlalu banyak agar dapat
diamati.
d. Kemampuan yang dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang
diamati.
Penilaian kemampuan kinerja dapat dilakukan dengan cara yang paling
sederhana yaitu menggunakan: daftar cek (checklist) Pada penilaian ini peserta
didik mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat
diamati oleh penilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya bisa memilih dua
pilihan absolut yaitu teramati atau tidak teramati, jika tidak dapat diamati maka
peserta didik tidak memperoleh nilai (tidak ada nilai tengah); skala rentang(rating
scale)
Pada penilaian ini memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap
penguasaan kompetensitertentu, karena pemberian nilai secara kontinu dimana
pilihan kategori nilai lebih dari dua. Penilaian sebaiknya dilakukan lebih dari satu
penilai untuk menghindari subjektivitas.
2.5 Model Pembelajaran Group Investigation
2.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Group Investigation
Group Investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari
sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan
yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui
internet. siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik
maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. tipe ini menuntut para
siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam
keterampilan proses kelompok. model group investigation dapat melatih siswa
untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. keterlibatan siswa secara aktif
dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. dalam
16
metode group investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau
enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic
of the learning group, (udin s. winaputra, 2001:75). penelitian di sini adalah
proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan
masalah tersebut. pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa
baik secara langsung maupun tidak langsung. sedangkan dinamika kelompok
menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang
melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui
proses saling beragumentasi.
Pembelajaran kooperatif tipe group investigation berawal dari perspektif
filosofis terhadap konsep belajar. untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki
pasangan atau teman. sebuah gagasan john dewey tentang pendidikan, bahwa
kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk
belajar tentang kehidupan di dunia nyata yang bertujuan mengkaji masalah-
masalah sosial dan antar pribadi. Menurut depdiknas (2005:18) pada pembelajaran
ini guru seyogyanya mengarahkan, membantu para siswa menemukan informasi,
dan berperan sebagai salah satu sumber belajar, yang mampu menciptakan
lingkungan sosial yang dicirikan oleh lingkungan demokrasi dan proses ilmiah.
kelompok penyelidikan adalah medium organisasi untuk mendorong dan
membimbing keterlibatan siswa dalam belajar. siswa aktif berbagi dalam
mempengaruhi sifat kejadian di dalam kelas mereka. dengan berkomunikasi
secara bebas dan bekerja sama dalam perencanaan dan melaksanakan dipilih topik
mereka penyelidikan, mereka dapat mencapai lebih dari mereka sebagai
individu. hasil akhir dari kelompok kerja mencerminkan kontribusi masing-
masing anggota, tetapi intelektual lebih kaya dari kerja yang dilakukansendiri oleh
siswa yang sama.
2.5.2 Karakteristik Model Pembelajaran GI (Group Investigation)
Pembelajaran kooperatif tipe GI memiliki beberapa karakteristik, yaitu :
1. tujuan kognitif untuk menginformasikan akademik tinggi dan
keterampilan inkuiri.
17
2. kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4 atau 5 siswa
yang heterogen dan dapat dibentuk berdasarkan pertimbangan keakraban
persahabatan atau minat yang sama dalam topic tertentu.
3. siswa terlibat langsung sejak perencanaan pembelajaran (menentukan
topik dan cara investigasi) hingga akhir pembelajaran (penyajian laporan).
4. diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa.
5. adanya sifat demokrasi dalam kooperatif (keputusan-keputusan yang
dikembangkan atau diperkuat oleh pengalaman kelompok dalam konteks
masalah yang diselidiki).
6. guru dan murid memiliki status yang sama dalam mengatasi masalah
dengan peranan yang berbeda.
2.5.3 Tahap-Tahap Model Pembelajaran Kooperatif tipe GI (Group
Investigation)
Menurut Slavin (1995: 113-114) dalam implementasi teknik group
investigation dapat dilakukan melalui 6 (enam) tahap. Tahapan tersebut adalah: 1)
identifying the topic and organizing pupils into groups, 2) planning the learning
task, 3) carring out the investigation, 4) preparing a final report, 5) presenting the
final report, and 6) evaluation. Dengan melihat tahapan tersebut, maka
pembelajaran dengan teknik group investigation berawal dari mengidentifikasi
topik dan mengatur murid kedalam kelompok, merencanakan tugas yang akan
dipelajari, melaksanakan investigasi, menyiapkan laporan akhir,
mempersentasikan laporan akhir dan berakhir pada evaluasi.
Dari uraian pendapat Slavin, di atas dapat dijelaskan bahwa dalam group
investigation, para siswa bekerja melalaui enam tahapan. Tahapan-tahapan ini dan
komponen-komponennya dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasikan topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok.
a. Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik dan
mengkategotikan saran-saran.
b. Para siswa begabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang
mereka pilih.
18
c. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus
bersifat homogen.
d. Guru membantu dalam mengumpulkan informasi dan memfasilitasi
pengaturan.
2. Merencanakan tugas yang akan dipelajari.
3. Para siswa merencanakan bersama mengenai apa yang akan dipelajari,
bagaiman memepelajarinya dan pembagian tugas.
a. Melaksanakan investigasi
b. Para siswa mengumpulkan informasi, mengenai data dan membuat
kesimpulan.
c. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan
kelompoknya.
d. Para siswa saling bertukar, bediskusi, mengklasifikasi, dan mensintesis
semua gagasan.
4. Menyiapkan laporan akhir
a. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari tugas mereka
b. Anggota kelompok merencanakan apa yang mereka laporkan, dan
bagaiman mereka membuat pesentasinya.
c. Wakil-wakil kelompok membentuk panitia untuk mengkoordinasikan
rencana-rencana presentasi.
5. Mempresentasikan laporan akhir
a. Presentasi yang dibuat untuk semua kelas dan berbagai macam bentuk
b. Presentasi harus dapat melibatkan peseta secara aktif
c. Para peserta mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi
berdasarkan keriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
6. Evaluasi
a. Para siswa saling meberikan umpan balik mengenai topik tersebut.
b. Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.
c. Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.
d. Pendekatan lain untuk mengevaluasi dapat dengan membuat para siswa
merekonstruksi proses investigasi yang telah mereka lakukan dan
19
memetakan langkah-langkah yang telah mereka terapkan dalam
pembelajaran mereka.
Slavin (1995: 113-114) menyebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas
investigasi siswa dapat: students gather information, analyze the data and reach
conclusions, 2) each group member contributes to the group effort, and 3)
students exchange discuss clarify, and synthesize ideas.
Dalam menyiapkan laporan akhir, aktifitas yang dilakukan adalah:1) group
members determine the essential message of their project, 2) group members plan
what they will report and how they will make their presentation and 3) group
representatives form a steering committee to coordinate plans for the
presentation.
Pada tahap mempersentasekan laporan akhir yang harus dipehatikan adalah
the presentation is made to the entire class in a variety of forms, part
of the presentation should actively involve the audience, and the
audience evaluates the clarity and appeal of presentation according to
criteria determined in advance by the whole class. Sedangkan dalam
evaluasi, aktifitas siswa adalah students share feedback about the
topik, about the work they did, and about their effective experiences
(1) teachers and pupils collaborate in evaluating student learning,
and (3) assessment of learning should evaluate higher-level thinking.
Ini mengandung pengertian bahwa dalam melaksanakan tugas investigasi
siswa dapat mengumpulkan informasi, menganalisis, dan membuat simpulan,
setiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan
kelompoknya, dan saling bertukar pikiran, berdiskusi, mengklarifikasi, dan
mensintesis semua gagasan, sedangkan dalam menyiapkan laporan akhir, aktifitas
yang dilakukan siswa adalah nggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial
dari pekerjaan mereka, anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka
laporkan dan bagaimana membuat persentase, wakil-wakil kelompok membentuk
sebuah tim untuk mengkoordinasikan rencana persentasi.
Untuk mempersentasikan laporan akhir, persentase harus dapat melibatkan
pendengarnya secara aktif dan pendengar menevaluasi berdasrakan keriteria yang
20
telah ditentukan sebelumnya, sedangakan pada tahap evaluasi, siswa saling
memberikan umpan balik, kolaborasi guru dan murid dalam mengevaluasi
pembelajaran dan penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran
yang paling tinggi.
2.5.4 Sintaks Model koperatif tipe (Group Investigation) :
a. Pengarahan,
b. Buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas,
c. Rencanakan pelaksanaan investigasi,
d. Tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal
mengukur tinggi pohon,
e. Mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan
keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah),
f. Pengolahan data,
g. Penyajian data hasil investigasi,
h. Presentasi,
i. Kuis individual,
j. Buat skor perkembangan siswa,
k. Umumkan hasil kuis dan berikan reward.
Langkah-langkah Pembelajaran Group Investigation
Langkah-langkah pembelajaran Group Investigation di dalam kegiatan
pembelajaran di kelas menurut Istarani (2011: 86) adalah sebagai berikut
1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
3. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas
satu materi atau tugas yang berbeda dari kelompok lain.
4. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara
kooperatif dan bersifat penemuan.
5. Setelah selesai berdiskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil
pembahasan kelompok.
6. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberikan kesimpulan.
7. Evaluasi
21
8. Penutup
Menurut (Istarani ( 2010: 87) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe GI (Group Investigation).
Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif tipe GI (Group Investigation)
Adapun kelebihan dari model pembelajaran ini adalah:
1. Dapat memadukan antara siswa yang berbeda kemampuan melalui
kelompok heterogen
2. Malatih siswa untuk meningkatkan kerjasama dalam kelompok.
3. Melatih siswa untuk memepertanggungjawabkan sebab ia diberi tugas
untuk diselesaikan dalam kelompok.
4. Siswa dilatih untuk menemukan hal-hal baru dari hasil investigasi
kelompok yang dilakukan.
5. Melatih siswa untuk mengeluarkan ide dan gagasan baru melalui
penemuan yang ditemukannya.
Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif tipe GI (Group Investigation)
Kekurangan dari model pembelajaran ini adalah;
1. Dalam berdiskusi sering kali yang aktif hanya sebagian siswa
2. Adanya pertentangan diantara siswa yang sulit disatukan karena dalam
kelompopk sering berbeda pendapat
3. Sulit bagi siswa untuk menemukan hal yang baru sebab ia belum terbiasa
untuk melakukan hal itu.
4. Bahan yang tersedia untuk melakukan penemuan kurang lengkap.
Pengertian group investigation model group investigation seringkali disebut
sebagai metode pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. hal ini disebabkan
oleh metode ini memadukan beberapa landasan pemikiran, yaitu berdasarkan
pandangan konstruktivistik, democratic teaching, dan kelompok belajar
kooperatif. berdasarkan pandangan konstruktivistik, proses pembelajaran dengan
model group investigation memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa
untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari
perencanaan sampai cara mempelajari suatu topik melalui investigasi. democratic
teaching adalah proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi,
22
yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan
persamaan kesempatan, dan memperhatikan keberagaman peserta didik
(budimansyah, 2007: 7).
Group Investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong
siswa dalam keterlibatan belajar. metode ini menuntut siswa untuk memiliki
kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses
kelompok (group process skills). hasil akhir dari kelompok adalah sumbangan ide
dari tiap anggota serta pembelajaran kelompok yang notabene lebih mengasah
kemampuan intelektual siswa dibandingkan belajar secara individual. eggen &
kauchak (dalam maimunah, 2005: 21) mengemukakan group investigation adalah
strategi belajar kooperatif yeng menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk
melakukan investigasi terhadap suatu topik. dari pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa metode gi mempunyai fokus utama untuk melakukan
investigasi terhadap suatu topik atau objek khusus. Tujuan model pembelajaran
grup investigasi paling sedikit memiliki tiga tujuan yang saling terkait:
1. Group Investigasi membantu siswa untuk melakukan investigasi terhadap
suatu topik secara sistematis dan analitik. hal ini mempunyai implikasi
yang positif terhadap pengembangan keterampilan penemuan dan
membentu mencapai tujuan.
2. pemahaman secara mendalam terhadap suatu topik yang dilakukan melaui
investigasi.
3. Group Investigasi melatih siswa untuk bekaerja secara kooperatif dalam
memecahkan suatu masalah. dengan adanya kegiatan tersebut, siswa
dibekali keterampilan hidup (life skill) yang berharga dalam kehidupan
bermasyarakat. jadi guru menerapkan model pembelajaran gi dapat
mencapai tiga hal, yaitu dapat belajar dengan penemuan, belajar isi dan
belajar untuk bekerjas secara kooperatif.
langkah-langkah model pembelajaran Group Investigasi sharan (dalam
supandi, 2005: 6) mengemukakaan langkah-langkah pembelajaran pada model
pemelajaran gi sebagai berikut.
1. guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen.
23
2. guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang
harus dikerjakan.
3. guru memanggil ketua-ketuaa kelompok untuk memanggil materi
tugas secara kooperatif dalam kelompoknya.
4. masing-masing kelompok membahas materi tugaas secara
kooperatif dalam kelompoknya.
5. setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua
kelompok atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil
pembahasannya.
6. kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil
pembahasannya.
7. guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi
kesalahan konsep dan memberikan kesimpulan.
8. evaluasi.
Tahap-Tahap Pembelajaran Group Investigasi pelaksanaan langkah-
langkah pembelajaran di atas tentunya harus berdasarkan prinsip pengelolaan
atau reaksi dari metode pembelajaran kooperatif model group investigation.
dimana di dalam kelas yang menerapakan model gi, pengajar lebih berperan
sebagai konselor, konsultan, dan pemberi kritik yang bersahabat. dalam
kerangka ini pengajar seyogyanya membimbing dan mengarahkan kelompok
menjadi tiga tahap:
1. tahap pemecahan masalah,
2. tahap pengelolaan kelas,
3. tahap pemaknaan secara perseorangan.
Tahap pemecahan masalah berkenaan dengan proses menjawab pertanyaan,
apa yang menjadi hakikat masalah, dan apa yang menjadi fokus masalah. tahap
pengelolaan kelas berkenaan dengan proses menjawab pertanyaan, informasi apa
yang saja yang diperlukan, bagaimana mengorganisasikan kelompok untuk
memperoleh informasi itu. sedangkan tahap pemaknaan perseorangan berkenaan
dengan proses pengkajian bagaimana kelompok menghayati kesimpulan yang
dibuatnya, dan apa yeng membedakan seseorang sebagai hasil dari mengikuti
24
proses tersebut (thelen dalam winataputra, 2001: 37). Untuk lebih praktis model
GI dapat diadaptasi dalam bentuk kerangka operasional sebagai berikut:
Kerangka Operasional
kerangka pembelajaran grup investigasi dari kerangka operasional pembelajaran
group investigation yang ditulis oleh joise & weil ini dapat kita ketahui bahwa
25
kerangka operasional model pembelajaran group investigation adalah sebagai
berikut:
1. siswa dihadapkan dengan situasi bermasalah
2. siswa melakukan eksplorasi sebagai respon terhadap situasi yang
problematis.
3. siswa merumuskan tugas-tugas belajar atau learning taks dan
mengorganisasikan untuk membangun suatu proses penelitian.
4. siswa melakukan kegiatan belajar individual dan kelompok.
5. siswa menganalisis kemajuan dan proses yang dilakukan dalam proses
penelitian kelompok.
6. melakukan proses pengulangan kegiatan atau recycle activities.
2.6 Pengertian Belajar
Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosial menuju ke
perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian
besar masyarakat tidaklah demikian. Belajar dianggapnya property sekolah.
Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian besar
masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu
pengetahuan. Anggapan tersebut tidak seluruhnya salah, sebab seperti dikatakan
Reber, belajar adalah the proces of acquiring knowledge. Belajar adalah proses
mendapatkan pengetahuan.
Menurut Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2009:10), belajar pada hakikatnya
merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah
belajar memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya
kapabilitas tersebut dari stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses
kognitif yang dilakukan oleh pebelajar.
Djamarah (2000: 45), mengemukakan, bahwa belajar adalah serangkaian
kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu suatu perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya
menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.
26
Harold Spears (dalam Agus Suprijono, 2009) mengemukankan, learning is
to observe, to read, to imitate, to try something thenselves, to listen, to follow
direction. (Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru,
mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu).
Slameto (2003: 2) berpendapat, bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang
terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang
dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dilepaskan
berdasarkan atas tanggapan bawaan.
Pendapat para ahli di atas tentang pengertian belajar dapat di simpulkan
bahwa, belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang secara sadar
untuk melakukan perubahan tingkah laku. Dari belajar sesorang dapat mengetahui
sesuatu yang pada dasarnya belum mereka ketahui. Belajar merupakan proses dari
tidak tahu menjadi tahu. Seperti pepatah mengatakan ‘’berakit-rakit ke hulu
berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu baru senang kemudian. Jadi,
belajarlah maka kamu akan bisa.
2.6.1 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 40-41), hasil belajar merupakan hal
yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru.Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut
terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari
sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan. Menurut
Woordworth dalam Dimyati dan Mudjiono (2009: 41), “Hasil belajar merupakan
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar”. Hasil belajar tersebut
terjadi terutama berkat evaluasi guru dan mengatakan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan aktual yang diukur secara langsung.
27
Menurut Hamalik (2006: 3) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar
akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Pendapat beberapa para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah perubahan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya dari hal yang tidak tahu menjadi tahu. Hasil
belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai
suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami
belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku.
Menurut peneliti hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata
pelajaran yang berupa data angka (hasil tes) maupun proses belajar. Hasil belajar
diperoleh pada kegiatan akhir yang diisi dengan pemberian evaluasi terhadap
siswa dan dilakukan di dalam kelas. Pengambilan hasil belajar digunakan sebagai
tolok ukur keberhasilan belajar dan menunjukkan kompetensi siswa melalui
pengadaan tes bagi siswa.
2.6.2 Pengukuran Hasil Belajar IPA
Menurut Sudjana (2013: 3), penilaian hasil belajar adalah proses pemberian
nilai terhadap hasil-hasil belajar yang di capai siswa dengan kriteria tertentu. Hal
ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa.
Menurutnya ada tiga istilah yang merujuk pada aktivitas-aktivitas utama dalam
kegiatan penilaian/pengukuran kelas, yaitu (1) asesmen, (2) pengukuran dan (3)
evaluasi. prosedur teknik yang dimaksud adalah teknik tes dan teknik nontes.
Menurut Chatterji dalam Supratiknya (2013 : 4), aktivitas terakhir dalam
rangkaian kegiatan penilaian kelas adalah evaluasi, yaitu “a procces that comes
after measurement is completed. It involves making a value judgmentor
interpretation of the resulting data in a decision making context”. Maksudnya,
evaluasi merupakan proses sesudah pengumpulan data atau informasi baik dengan
teknik pengukuran (tes atau skala) maupun dengan teknik asesmen lain selesai
dilakukan bahkan sesudah data atau informasi tersebut selesai diolah.
28
Pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran hasil belajar
adalah suatu pengukuran berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah
dilaksanakan dengan menggunakan istilah tiga aktivitas, yaitu: (1) asesmen, (2)
pengukuran, (3) evaluasi serta pengumpulan data atau informasinya dengan teknik
pengukuran tes dan skala.
2.7 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Iswandi (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan model
pembelajaran Group Investigation untuk meningkatkan hasil belajar IPA tentang
tumbuhan hijau kelas V SDN Temenggungan 02 kecamatan Udanawu kabupaten
Blitar” menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran Group Investigation
dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar juga dapat meningkatkan hasil
25 belajar siswa. Dalam penelitiaanya didapati bahwa terdapat segi positif dalam
penelitiaanya yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode group
investigation sangat menyenangkan sehingga pembelajaran tidak monoton serta
membuat siswa aktif bekerja diantaranya aktif berpendapat dalam berdiskusi,
disamping itu juga terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II
yaitu sebanyak 78 % dan nilai siswa telah mencapai standar kelulusasan sebesar
75.
Devi (2010) dalam skripsinya yang berjudul “ Penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation (GI) untuk meningkatkan pemahaman gaya
magnet pada pembelajaran IPA bagi siswa kelas V SD Negeri 2 Wanaraja
Wanarasa Banjarnegara tahun ajaran 2010/2011.” menyimpulkan bahwa
penerapan metode Group Investigation dapat meningkatkan pemahaman siswa
dalam belajar IPA ( magnet ) yang ditandai dengan kenaikan hasil belajar siswa.
Peningkatan ini terlihat dari hasil pra tindakan sebesar 64,89 dan setelah
dilakukan tindakan maka pad siklus I mencapai 67,32 dan pada siklus II menjadi
70,08.
Winoto(2011) dalam skripsi PTK yang berjudul “Penerapan model Group
Investigation untuk meningkatkan pembelajaran IPA kelas V SDN Kidul Dalem 2
Malang” menarik kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran dengan
menggunakan model Group Investigation dapat meningkatkan pembelajaran IPA
29
materi "Bumi dan Alam Semesta" pada siswa kelas V SDN Kidul Dalem 2
Malang. Kondisi awal siswa yang sebelum menggunakan metode group
investigaton terlihat ramai, tapi keramaian itu tidak disebakan siswa membahas
tentang pembelajaran tetapi karena hal lain selain itu pembelajaran masih berpusat
pada guru / guru mendominasi. Dengan digunakannya pembelajaran dengan group
investigation maka didapati hasil belajar yang meningkat, yaitu pada siklus I hasil
belajar 55 % dan disiklus II mengalami peningkatan yaitu 75,93 %. Sedangkan
pada aspek aktivitas siswa meningkat dari sebesar 42,34% pada siklus I dan pada
siklus II meningkat menjadi 64,03%.
Sudarmono (2009) dalam tesisnya menyimpulkan bahwa penggunaan metode
Group Investigation dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar 26 siswa.
Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan melakukan observasi terhadap
aktivitas belajar siswa dan kegiatan mengajar guru. Dalam kegiatan ini, aktvitas
siswa berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar
nampak dari hasil ulangan harian siswa yang mulanya hanya 66 kemudian
meningkat menjadi 88. Sedangkan hasil analisis data dari keaktifan siswa yaitu
pada kondisi awal hanya 51 %, siklus I mencapai persentase 77 %, dan siklus II
dengan persentase 89 %.
2.8 Kerangka Berpikir
Keberhasilan proses pembelajaran juga didukung oleh penggunaan model
atau metode pembelajaran yang tepat, sesuai mata pelajaran, materi dan kondisi
siswa secara keseluruhan, selain oleh kemampuan siswa itu sendiri. Salah satu
wujud pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa adalah dengan
pembelajaran kooperatif Model Pembelajaran Group Investigation.
Pembelajaran kooperatif Model Pembelajaran Group Investigation adalah
suatu teknik pembelajaran kooperatif dengan belajar kelompok antara 4-6 yang
saling bekerja sama, saling ketergantungan antara teman satu dengan teman yang
lainnya, dalam menerima suatu materi yang berbeda dan setiap siswa harus
bertanggung jawab untuk dapat menyampaikan materi yang dipelajarinya kepada
orang lain. Jadi, dengan menerapkan pembelajaran kooperatif Model
Pembelajaran Group Investigation dapat diduga dapat meningkatkan hasil belajar
30
siswa karena siswa dapat lebih aktif serta lebih mudah memahami materi
pembelajaran. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1
Bagan Kerangka Pikir
2.9 Hipotesis
Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut ”Penggunaan
Model Pembelajaran Group Investigation (GI) berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPA kelas 4 SDN Rowosari Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang Semester 1 Tahun 2016/2017”.
Kelas Kontrol Pretes
Model pembelajaran
Konvensional yang
dilakukan oleh guru
kelas
Rata - rata nilai
Terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap hasil belajar siswa kelompok
eksperimen dengan penggunaan
Model Pembelajaran Group
Investigation
Rata – rata nilai Pembelajaran
dengan Model
Pembelajaran
Group
Investigation
Pretes Kelas Ekperimen