�
�
�
�
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Metode Pembelajaran
Metode berasal dari bahasa latin “ Methodos” yang berarti jalan yang
harus dilalui. Menurut Sudjana (2002: 260)” Metode adalah cara yang
digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat
berlangsungnya pelajaran, oleh karena itu peranan Metode pengajaran sebagai
alat untuk menciptakan proses belajar mengajar”.
Sejalan dengan pendapat Sudjana, menurut Moedjiono dan Dimyati
(1992:45)” Metode adalah cara untuk melakukan sesuatu cara untuk mencapai
suatu tujuan”. Sejalan pendapat Sudjana, Slameto (2003:15), Metode mengajar
adalah suatu cara atau jalan yang harus dilakukan dalam mengajar. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1980), Metode mengandung arti cara yang
teratur dan terpikir untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengeahuan), cara
kerja Konsisten untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan. Berdasarkan beberapa pendapat diatas,
Metode dapat diartikan sebagai suatu cara atau jalan menyajikan atau
melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan.
2.1.2 Pengertian Pembelajaran Aktif (Actife Learning)
Banyak istilah yang digunakan untuk menggambarkan belajar atau
mengajar, belajar aktif tidak mudah didefinisikan secara sederhana. Beberapa
kutipan definisi ini menawarkan beberapa gambaran apa yang dipikirkan
orang mengenai belajar aktif.
Menurut Wardani(2010: 8), Pembelajaran Aktif terjadi saat siswa aktif
terlibat, peduli dan bertanggung jawab terhadap belajar siswa itu sendiri.
Siswa didorong untuk berfikir, menganalisa, mengajukan pendapat,
menerapkan pengetahuan dan ketrampilan siswa. Bukan hanya siswa sekedar
�
��
�
�
�
menjadi pendengar pasif terhadap apa yang disampaikan guru. Sejalan dengan
pendapat wardani (2010:8) di atas, menurut Glasgow dalam Permatasari
(2011:16), memberikan pengertiannya tentang Pembelajaran aktif yaitu
bahwa:
“Pembelajaran Aktif berusaha sungguh-sungguh untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar pada belajarnya sendiri. Mereka mengambil peran yang lebih dinamis dalam menentukan bagaimana dan apa yang mereka akan ketahui, apa yang seharusnya mereka bisa lakukan, dan bagaimana mereka akan melakukannya. Peran mereka berkembang lebih jauh ke pengelolaan pendidikan diri, dan memotivasi diri menjadi kekuatan lebih besar di belakang belajar”.
Pembelajaran aktif (Active Learning), dimaksudkan untuk
mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik,
sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan
sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Pembelajaran aktif
(Actife Learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa atau anak
didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Pembelajaran Aktif (Active
Learning) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar
stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses
pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang
membosankan bagi mereka. Memberikan strategi dengan pembelajaran aktif
(Active learning) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka,
sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan
sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran Konvensional.
Pembelajaran aktif merupakan sebuah kesatuan sumber kumpulan
strategi-strategi pembelajaran yang komprehensif. Belajar aktif meliputi
berbagai cara untuk membuat siswa aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas
yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat mereka
berfikir tentang materi pelajaran. Juga terdapat teknik-teknik memimpin
belajar bagi seluruh kelas, bagi kelompok kecil, merangsang diskusi dan
debat, mempraktekkan ketrampilan-ketrampilan, mendorong adanya
pertanyaan-pertanyaan, bahkan membuat siswa dapat saling mengajar satu
sama lain.
��
�
�
�
Pembelajaran secara pasif, siswa mengalami proses tanpa rasa ingin
tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa daya tarik pada hasil. Ketika belajar secara
aktif, siswa mencari sesuatu. Siswa ingin menjawab pertanyaan, memperlukan
informasi untuk menyelesaikan masalah, atau menyelidiki suatu pekerjaan.
Metode pembelajaran aktif (Actife Learning) didalam proses belajar
mengajar yaitu setiap Materi Pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan
berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran
yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Zaini
(2010:15) berpendapat bahwa Pembelajaran Aktif adalah suatu pembelajaran
yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik
belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran.
Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan
ide pokok dari materi, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang
baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan
nyata. Kegiatan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam
semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan
fisik. Cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih
menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.
Menurut Silberman dalam Komarudin Hidayat (2002:3),
menggambarkan saat belajar aktif, para siswa melakukan banyak kegiatan.
Mereka menggunakan otak untuk mempelajari ide-ide, memecahkan
permasalahan, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif adalah
mempelajari dengan cepat, menyenangkan, penuh semangat, dan keterlibatan
secara pribadi untuk mempelajari sesuatu dengan baik, harus mendengar,
melihat, menjawab pertanyaan, dan mendiskusikannya dengan orang lain.
Semua itu diperlukan oleh siswa untuk melakukan kegiatan,
menggambarkannya sendiri, mencontohkan, mencoba ketrampilan, dan
melaksanakan tugas sesuai dengan pengetahuan yang telah mereka miliki.
Berdasarkan pendapat para Ahli diatas dapat ditarik beberapa perbedaan
antara pendekatan Pembelajaran Aktif (Actife learning) dan pendekatan
pembelajaran Konvensional, yaitu:
�
�
�
�
Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Konvensional dan
Pembelajaran Aktif
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PEMBELAJARAN AKTIF
Berpusat pada guru. Berpusat pada anak didik
Penekanan pada menerima pengetahuan Penekanan pada menemukan
Kurang menyenangkan Sangat menyenangkan
Kurang memberdayakan semua Membemberdayakan semua
Menggunakan metode pembelajaran yang monoton
Menggunakan banyak metode pembelajaran yang variatif
Kurang banyak media yang digunakan Menggunakan banyak media
Tidak perlu disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada.
Disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada.
Perbandingan di atas dapat dijadikan bahan pertimbangan dan alasan untuk
menerapkan strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning) dalam Kelas.
Berdasarkan beberapa pendapat Ahli, dapat diartikan bahwa Metode
Pembelajaran Aktif adalah suatu metode pembelajaran yang memberi ruang gerak
kepada siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar yang mana siswa tidak
hanya sekedar mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru, akan tetapi
siswa akan melakukan eksplorasi dan tindakan kreatif dan anak mengalaminya
sendiri seperti: menemukan, melihat, mencoba, bertanya, dan memecahkan
masalah sendiri.
2.1.3 Pengertian Tipe Quiz Team
Tipe Quiz Team merupakan Metode pembelajaran aktif yang
dikembangkan oleh Mel Silberman, yang mana dalam Tipe Quiz Team ini
siswa dibagi menjadi tiga tim. Setiap siswa dalam tim bertanggung jawab
untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, dan tim yang lain menggunakan
waktunya untuk memeriksa catatan. Menurut Silberman dalam Komarudin
���
�
�
�
Hidayat (2002: 163), Tipe Quiz Team ini dapat meningkatkan kemampuan
tanggung jawab peserta didik terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara
yang menyenangkan dan tidak menakutkan.
Pembelajaran dengan Tipe Quiz Team ini, diawali dengan guru
menerangkan materi setelah selesai menerangkan materi lalu siswa dibagi
kedalam tiga kelompok besar. Semua anggota kelompok bersama-sama
mempelajari materi tersebut, saling memberi arahan, saling memberikan
pertanyaan dan jawaban untuk memahami mata pelajaran tersebut. Setelah
selesai materi maka diadakan suatu pertandingan akademis.
Adanya pertandingan akademis ini maka akan tercipta kompetisi antar
kelompok, siswa akan senantiasa berusaha belajar dengan semangat yang
tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan. Salah satu
cara untuk membangkitkan siswa belajar aktif pada Mata Pelajaran IPA yaitu
dengan penggunaan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team.
Dalvi (2006:53), menyatakan bahwa “Metode Pembelajaran Aktif Tipe
Quiz Team dapat menghidupkan suasana dan mengaktifkan siswa untuk
bertanya ataupun menjawab”. Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team ini
diawali dengan menerangkan materi pelajaran, lalu siswa dibagi kedalam
kelompok besar. Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi
tersebut melalui lembaran kerja. Mereka mendiskusikan materi tersebut, saling
memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban untuk
memahami materi tersebut. Setelah selesai materinya maka diadakan suatu
pertandingan akademis, sehingga siswa semangat untuk belajar. Apabila
dalam proses pembelajaran menggunakan Metode pembelajaran yang tepat
maka proses belajar yang dilaksanakan dapat memperbaiki hasil belajar siswa.
Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team yang dikemukakan oleh
Dalvi (2006:68) bahwa: “Merupakan salah satu tipe pembelajaran yang
mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar”.
Berdasarkan pendapat Ahli tentang pengertian Tipe Quis Team, dapat
diartikan Quis Team adalah cara yang digunakan guru dalam pembelajaran
dengan prosedur siswa dibentuk dalam kelompok dengan masing-masing
���
�
�
�
anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama atas keberhasilan
kelompoknya dalam memahami materi dan menjawab soal. Dalam Tipe Quiz
Team ini, diawali dengan guru menerangkan materi, lalu siswa dibagi kedalam
tiga kelompok besar. Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari
materi tersebut, saling memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan
jawaban untuk memahami Mata Pelajaran tersebut. Setelah selesai materi
maka diadakan suatu pertandingan akademis. Adanya pertandingan akademis
ini maka akan tercipta kompetisi antar kelompok, para siswa akan senantiasa
berusaha belajar dengan semangat yang tinggi agar dapat memperoleh nilai
yang tinggi dalam pertandingan dan hasil belajar siswa akan meningkat.
2.1.4 Prosedur Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team
Silberman dalam Komarudin Hidayat (2002: 163) mengungkapkan prosedur
pembelajaran dengan menggunakan Tipe Quiz Team adalah sebagai berikut:
1. Pilihlah topik yang dapat disajikan dalam tiga segmen.
2. Bagilah peserta didik menjadi tiga tim, yaitu tim A, B, dan C.
3. Jelaskan bentuk sesinya dan mulailah untuk menjelaskan topik materi yang
akan digunakan untuk pertandingan akademis. Batasi dalam menjelaskan
materi sampai 10 menit atau kurang.
4. Minta tim A untuk menyiapkan kuis yang berjawaban singkat. Kuis ini tidak
memakan waktu lebih dari lima menit untuk persiapan. Tim B dan C
memanfaatkan waktu untuk meninjau catatan mereka.
5. Tim A menguji anggota Tim B. Jika Tim B tidak bisa menjawab, Tim C diberi
kesempatan untuk menjawabnya.
6. Tim A melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya kepada anggota Tim C. Jika
Tim C tidak bisa menjawab, Tim B diberi kesempatan untuk menjawabnya.
Dan ulangi prosesnya.
7. Ketika kuisnya selesai, lanjutkan segmen kedua dari pelajaran dan mintalah
tim B sebagai pemandu kuis.
8. Setelah tim B menyelesaikan kuisnya, lanjutkan dengan segmen ketiga dari
pelajaran dan tunjuklah tim C sebagai pemandu kuis.
���
�
�
�
2.1.5 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2000:5) hasil belajar merupakan penguasaan (bahan
pengajaran) yang ditimbulkan oleh pemahaman atau pengertian. Belajar akan
meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap yang sesuai dengan tujuan belajar
dan bertambahnya ketrampilan individu. Perubahan sebagai hasil dari proses
dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan pengetahuan, pemahaman,
kecakapan serta perubahan aspek-aspek pada individu yang belajar. Hasil belajar
adalah perubahan sikap atau tingkah laku setelah anak melalui proses belajar
Winkel (2004). Hasil belajar menurut pandangan Hamalik (2009) hasil belajar
adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku orang
tersebut. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai individu atau siswa setelah
siswa tersebut mengalami atau melakukan suatu proses aktivitas belajar dalam
jangka waktu tertentu. Hasil belajar atau prestasi belajar itu merupakan kecakapan
aktual (actual Ability) yang diperoleh siswa, kecakapan potensial (potencial
ability) yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki individu
untuk mencapai prestasi.
Menurut Darsono (2000:110) hasil belajar siswa merupakan perubahan-
perubahan yang berhubungan dengan pengetahuan/kognitif, keterampilan/
psikomotor, dan nilai sikap/afektif sebagai akibat inetraksi aktif dengan
lingkungan. Pendapat dari Darsono tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar
dilihat dari tingkah laku siswa dari aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif
setelah siswa memperoleh pengalaman belajar.
Menurut Nurkancana (1990:11), mendefinisikan hasil belajar adalah suatu
tindakan atau proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar seseorang
setelah ia mengalami proses belajar selama satu periode tertentu. Salim
(2000:190) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan
keterampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes.
Berdasarkan beberapa pendapat Ahli tentang pengertian hasil belajar, dapat
disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar dalam penelitian ini adalah
kemampuan dalam ranah kognitif, keterampilan sikap yang diperoleh siswa
���
�
�
�
setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat
mengkonstruksikan pengetahuan yang didapat untuk dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
2.1.6 Pengukuran Peningkatan Hasil Belajar
Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam menurut Sudjana (2000:22) yaitu:
(a). Keterampilan dan kebiasaan; (b). Pengetahuan dan pengertian; (c). Sikap dan
cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada
kurikulum sekolah.
Untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa, diperlukan suatu
evaluasi setelah selesai mengajarkan satu pokok bahasan atau sub pokok bahasan
dalam kegiatan proses belajar mengajar. Alat yang digunakan untuk melihat hasil
belajar siswa dapat menggunakan beberapa cara, yaitu tes lisan, tes tertulis, dan
tugas-tugas.
Anas (2011:12), pengukuran adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengukur sesuatu. Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu
dengan atau atas dasar ukuran tertentu. Dengan kata lain Pengukuran
(measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi
numerik dari suatu tingkatan dimana seorang siswa telah mencapai karakteristik
tertentu. Contoh dari 100 butir soal yang diajukan dalam tes, Dedy menjawab
dengan betul 80 butir soal. Dari contoh tersebut dapat dipahami bahwa
pengukuran itu bersifat kuantitatif.
Teknik mengukur hasil belajar ada dua yaitu: Teknik Nontes; Instrumen
nontes berupa (1) portofolio, (2) lembar observasi, dan 3) wawancara. Non tes
diantaranya berupa tugas-tugas yang dilakukan di luar jam pembelajaran dapat
berupa tugas rumah (PR) dan tugas-tugas lain seperti membuat, menulis,
melaporkan, menganalisis sesuatu yang membutuhkan waktu yang relatif lama,
baik secara individual maupun kelompok. Portofolio; Portofolio adalah kumpulan
pekerjaan siswa. Penilaian portofolio pada dasarnya adalah penilaian terhadap
karya-karya siswa dalam pembelajaran, semua tugas penulisan yang dikerjakan
siswa dalam jangka waktu tertentu, misalnya satu semester dikumpulkan,
���
�
�
�
kemudian dilakukan penilaian. Lembar observasi; Lembar observasi ini ditujukan
kepada guru dan siswa, untuk menilai kegiatan belajar mengajar, apakah sudah
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Teknik
Wawancara; Teknik wawancara ini diperlukan guru untuk mengungkapkan atau
mengejar lebih lanjut tentang hal-hal yang dirasa guru kurang jelas informasinya.
Teknik wawancara digunakan sebagai alat untuk menelusuri kesukaran yang
dialami siswa tanpa ada maksud untuk menilai.
Teknik Tes adalah suatu cara atau sarana untuk mengukur hasil belajar.
Teknik tes menyangkut data-data kuantitatif, berupa angka atau skor yang
melambangkan tingkat kemampuan siswa yang dites.
Jenis tagihan yang berupa tes antara lain berupa pertanyaan lisan di kelas,
kuis, ulangan harian, tes formatif/ujian blok, tes sumatif/ujian semester, tugas
individual, dan tugas kelompok yang dikerjakan di luar jam pembelajaran.
Pertanyaan lisan di kelas dan ulangan harian dapat berwujud pertanyaan-
pertanyaan yang menjadi bagian proses pembelajaran, baik yang ditujukan kepada
individu maupun kelompok, atau ulangan/latihan setelah berakhirnya suatu materi
pembelajaran tertentu dalam waktu yang relatif pendek.
Bentuk tes atau soal dapat dibedakan ke dalam tiga bentuk, yaitu (1) tes
objektif, (2) tes non objektif (esai), dan (3) tes perbuatan. Tes bentuk objektif
mengacu pada pengertian bahwa jawaban Siswa diperiksa oleh siapa pun dan
kapan pun akan menghasilkan skor yang kurang lebih sama karena tes objektif
hanya memiliki satu alternatif jawaban yang betul. Jenis tes objektif yang banyak
dipergunakan orang adalah tes jawaban benar-salah (true-false), pilihan ganda
(multiple choise), isian (completion), dan penjodohan (matching).
Tes uraian atau tes esei. Tes ini lebih kompleks daripada tes objektif. Tes ini
menuntut kemampuan berpikir dan bernalar. Namun, tes ini memiliki kelemahan,
yaitu sulit untuk membuat kunci jawaban yang pasti karena jawabannya berbeda-
beda satu sama lain dalam cara mengungkapkan pendapatnya, lebih subjektif. Tes
berupa perbuatan yaitu untuk mengetahui kemampuan siswa mempergunakan atau
menampilkan aktivitas dalam pembelajaran. Penelitian ini akan digunakan teknik
tes, yaitu tes objektif dengan soal pilihan ganda yang akan diberikan diakhir
��
�
�
�
pembelajaran dan teknik nontes berupa lembar observasi aktifitas guru dan
aktifitas siswa.
2.1.7 Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Syaiful Bahri (2002:141) faktor yang mempengaruhi proses dan
hasil belajar ada empat yaitu:
1) Faktor lingkungan
meliputi : faktor lingkungan alami dan faktor lingkungan sosial budaya.
2) Faktor Instrumental
meliputi : kurikulum, program, sarana, fasilitas dan Guru.
3) Faktor kondisi psikologis
Meliputi: minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif.
4) Kondisi fisiologis
meliputi : keadaan jasmani dari siswa (mata, hidung, telinga, dan tubuh) yang
dapat bekerja dengan baik.
Menurut Slameto (2003:56-72) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
siswa yaitu :
1) Faktor Intern
Faktor intern terdiri atas faktor-faktor jasmaniah, psikologi, minat, motivasi
dan cara belajar. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar
yang berasal dari siswa yang sedang belajar. Faktor dari dalam ini meliputi
kondisi fisiologis dan kondisi psikologi. Kondisi fisiologis adalah keadaan
jasmani dari seseorang yang sedang belajar, keadaan jasmani dapat dikatakan
sebagai latar belakang aktifitas belajar. Sedangkan kondisi psikologis yang
dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kecerdasan, bakat, minat,
motivasi, emosi dan kemampuan kognitif.
2) Faktor Ekstern
Faktor ekstern yaitu faktor-faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Salah satu
faktor ekstern yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor sekolah,
yang mencakup model, metode mengajar, kurikulum, relasi guru, siswa,
sarana, dan sebagainya. Model pembelajaran adalah pola interaksi antara siswa,
��
�
�
�
guru, dan materi pembelajaran yang mencakup strategi, pendekatan, metode,
teknik pembelajaran.
2.1.8 Pengertian IPA
Menurut Srini.M.Iskandar (1997:2) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dalam
bahasa Inggris dikenal sebagai natural science atau disebut science. Natural
artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam.
Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi IPA secara harfiah dapat disebut
sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa
yang terjadi di alam. Menurut Webster dalam Srini.M.Iskandar ( 1997:2), IPA
adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya. Sedangkan menurut
Purnell dalam Srini.M.Iskandar (1997:2), mengartikan IPA adalah
pengetahuan manusia yang luas didapatkan dengan cara observasi dan
eksperimen secara sistematis, serta dijelaskan dengan batuan-bantuan, hukum-
hukum, prinsip-prisip, teori-teori, dan hipotesa. Siswa dituntut aktif dalam
segala aktifitas belajar mengajar dalam mata pelajaran IPA. Menurut Suyoso
(1998), IPA berasal dari kata Sain yang berarti alam. Sain merupakan ilmu
pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada
henti-hentinya serta diperoleh secara teratur, sistematis, berobyek, bermetode
dan berlaku secara universal. Berdasarkan beberapa pendapat Ahli tentang
pengertian IPA, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan satu kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara sistematis hasil kegiatan manusia tentang
alam sekitar yang terwujud melalui suatu rangkaian kerja ilmiah, nilai dan
sikap ilmiah pada siswa untuk mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan
Yang Maha Esa.
2.1.9 Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPA
Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI menurut Permendiknas
No.22 Tahun 2006 meliputi aspek-aspek berikut:
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan
���
�
�
�
2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas
3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya
dan pesawat sederhana
4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya
2.1.10 Tujuan Mata Pelajaran IPA
Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Mata Pelajaran IPA di SD/MI
bertujuan agar Siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs
���
�
�
�
2.2 Kajian-Kajian Penelitian Yang Relevan
Eva Nurhayati (2007), dalam penelitiannya “Pengaruh Penggunaan
Metode Belajar Aktif Tipe Quiz Team Terhadap Minat Belajar dan Hasil
Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Ak SMK Negeri 3 Jepara Tahun
2006/2007”. Dari hasil analisis data awal kedua kelompok mempunyai
kemampuan awal yang relatif sama, tidak ada perbedaan kemampuan awal
dari kedua kelompok. Untuk minat belajar kedua kelompok mempunyai varian
yang sama. Hasil uji ketuntasan belajar kelompok eksperimen (83.18) hasil
belajarnya lebih dari 70% atau telah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan
untuk kelompok kontrol hasil belajar (79.60) telah mencapai ketuntasan
belajar. Minat belajar siswa setelah pembelajaran antara Kelas eksperimen dan
Kelas kontrol terdapat perbedaan, minat belajar kelompok eksperimen lebih
baik dari pada kelompok kontrol.
Nita Septiningsih (2009), dalam penelitiannya yang berjudul
“Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Melalui Metode pembelajaran tipe
Team Quiz Dan Metode pembelajaran aktif tipe Learning Start With A
Question ( LSQ ) Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa (Pada Kelas VIII
Semester II MTs Negeri Surakarta II TA 2009/ 2010)”. Dari hasil analisis data
dapat disimpulkan (1) Terdapat pengaruh Metode pembelajaran terhadap
prestasi belajar Siswa, ini berarti bahwa pembelajaran matematika dengan
menggunakan tipe Team Quiz lebih baik daripada pembelajaran matematika
dengan tipe LSQ, (2) Terdapat pengaruh aktivitas belajar terhadap prestasi
belajar siswa, ini berarti bahwa semakin tinggi aktifitas belajar siswa, maka
semakin baik prestasi yang dicapai dan sebaliknya semakin rendah aktifitas
belajar siswa, maka semakin rendah pula prestasi belajarnya, (3) Tidak
terdapat interaksi antara Metode pembelajaran dan aktifitas belajar terhadap
prestasi belajar siswa. Ini berarti, jika dilihat pada masing-masing tingkat
aktifitas (tinggi, sedang, dan rendah), Metode pembelajaran aktif tipe Team
Quiz memiliki prestasi yang lebih baik daripada Metode pembelajaran aktif
tipe LSQ. Pada sisi lain, jika dilihat dari penggunaan Metode pembelajaran,
� �
�
�
�
pada siswa yang mempunyai aktivitas lebih tinggi memiliki prestasi yang
lebih baik.
Ayu Permatasari (2011), dalam penelitiaannya berjudul Pengaruh Metode
Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V
Terhadap Hasil Belajar Siswa Di SDN 1 Karanggeneng Kecamatan Kunduran
Kabupaten Blora. Kesimpulan dari penelitian ini dapat terlihat hasil F hitung
levene test sebesar 1,749 dengan probabilitas 0,191 > 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa kedua populasi memiliki variance sama atau dengan kata
lain kedua kelas homogeny. Dengan demikian analisis uji beda t-tes harus
menggunakan asumsi egual varience assumed. Nilai t adalah 8,102 dengan
probabilitas signifikasi 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan untuk pembelajaran dengan menggunakan Metode
Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team dengan pembelajaran Konvensional.
Perbedaan rata-ratanya berkisar antara 17,43560 sampai 28.87690 dengan
perbedaan rata-rata 23,15625. Hal ini berarti Metode Pembelajaran Aktif Tipe
Quiz Team berpengaruh terhadap hasil belajar di SDN 1 Karanggeneng
Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang relevan, penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Metode Pembelajaran Aktif Tipe
Quiz Team terhadap hasil belajar IPA Siswa Kelas IVa SD Negeri Sidorejo
Lor 01 Salatiga. Mata pelajaran yang digunakan adalah IPA dengan materi
perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit. Penelitian akan
dilakukan dengan populasi berbeda yaitu pada Siswa Kelas IVa SD Negeri
Sidorejo Lor 01 Salatiga. Penelitian ini dilakukan dengan sampel Siswa kelas
IVa di SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga.
���
�
�
�
2.3 Kerangka Berfikir
Hasil belajar yang dicapai siswa merupakan hasil interaksi dari berbagai
faktor yang mempengaruhinya baik dari diri (faktor internal) maupun dari luar
(eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar sangat penting dalam artian untuk membantu siswa dalam
mencapai hasil belajar yang optimal. Menurut Sudjana (2000: 15), salah satu
upaya pembaharuan dibidang pendidikan adalah pembaharuan strategi atau
meningkatkan relevansi Metode mengajar. Strategi mengajar dianggap relevan
jika mampu mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan melalui
pembelajaran. Strategi mengajar merupakan cara yang digunakan oleh guru
dalam mengajarkan materi pelajaran dengan memusatkan perhatian pada
situasi belajar untuk mencapai tujuan. Strategi mengajar yang baik adalah
strategi yang menuntut keaktifan siswa dalam berfikir dan bertindak secara
berdikari dan kreatif dalam mengembangkan materi yang sudah dikuasai.
Penelitian ini akan mengulas salah satu faktor yang mempengaruhi hasil
belajar yaitu Metode pembelajaran. Akan diteliti ada tidaknya pengaruh
Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team terhadap hasil belajar pada mata
pelajaran IPA. Tipe Quiz Team merupakan metode pembelajaran aktif yang
dikembangkan oleh Mel Silberman, yang mana dalam Tipe Quiz Team ini
siswa dibagi menjadi tiga tim. Setiap siswa dalam tim bertanggung jawab
untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, dan tim yang lain menggunakan
waktunya untuk memeriksa catatan.
Menurut Mel Silberman dalam Komarudin Hidayat (1996:3),
menggambarkan saat belajar aktif, para siswa melakukan banyak kegiatan.
Mereka mengunakan otak untuk mempelajari ide-ide, memecahkan
permasalahan, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif adalah
mempelajari dengan cepat, menyenangkan, penuh semangat, dan keterlibatan
secara pribadi untuk mempelajari sesuatu dengan baik, harus mendengar,
melihat, menjawab pertanyaan, dan mendiskusikannya dengan orang lain.
Penggunaan Metode ini bermaksud agar anak terlibat aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team ini adalah suatu
���
�
�
�
cara memberikan kesempatan kepada siswa secara perorangan atau kelompok
untuk berlatih dalam pertandingan akademis untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. Melalui Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team, siswa
sepenuhnya terlibat, antara lain untuk menyusun pertanyaan, menyusun
jawaban soal yang akan digunakan bahan pertanyaan untuk tim lain.
2.1 Gambar Kerangka Berfikir
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan, maka
dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
Ho : tidak ada pengaruh penggunaan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz
Team terhadap hasil belajar IPA.
Ha : ada pengaruh penggunaan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team
terhadap hasil belajar IPA.
�
�
�
�
�
�
Metode
(X)
Hasil Belajar
(Y)