Download - BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Brain Gym - UKSW
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Efektivitas Penggunaan Metode Brain Gym terhadap Minat Belajar IPA
2.1.1 Pengertian Metode
Metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan
yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut
masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Pendapat lain juga mengatakan bahwa metode adalah cara tertentu yang
digunakan untuk menyampaikan pesan informasi dari satu penyampai informasi
kepada penerima informasi (Mulyani Sumantri, 2001: 254). Sedangkan pakar lain
mengatakan bahwa metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus
dilakukan dalam mengajar (Slameto, 2003: 15). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
ketiga (2002) disebutkan bahwa metode adalah cara teratur yang digunakan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki.
2.2 Pengertian Brain Gym
Brain Gym adalah program pelatihan yang dikembangkan oleh Paul E.
Dennison dan Gail E. Dennison sejak tahun 1970. Awalnya program ini dirancang
untuk mengatasi gangguan belajar pada anak yang mengalami gangguan hiperaktif,
kerusakan otak, sulit berkonsentrasi dan depresi, namun dalam perkembangannya
setiap orang bisa memanfaatkannya untuk beragam kegunaan. Dasar pemikirannya,
belajar adalah kegiatan alami dan menyenangkan yang dilakukan sepanjang hidup.
Kesulitan belajar biasanya berasal dari ketidakmampuan mengatasi stres dan
keraguan dalam menghadapi tugas baru.
Brain Gym atau senam otak adalah latihan gerak sederhana yang dilakukan
untuk memudahkan kegiatan belajar, membangun harga diri, dan rasa kebersamaan,
rangkaian gerakan yang dilakukan, bisa memperbaiki konsentrasi belajar siswa,
7
meningkatkan rasa percaya diri, menumbuhkan minat belajar, serta membuatnya
lebih mampu mengendalikan stres dan kesulitan-kesulitan belajarnya (Dennison,
2005: 3). Pendapat lain mengemukakan tentang Brain Gym atau senam otak adalah
serangkaian latihan fisik yang bisa digunakan untuk memperbaiki konsentrasi belajar.
(Nirmala, 2001: 2). Pendapat lain menyebutkan Brain Gym adalah serangkaian
latihan gerak sederhana untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan
tuntutan sehari-hari (Kartini Supardjiman, 2007: 1). Tokoh lain menyebutkan bahwa
Brain Gym adalah serangkaian gerakan tubuh yang sederhana yang digunakan untuk
memadukan semua bagian otak untuk meningkatkan kemampuan belajar,
membangun harga diri dan rasa kebersamaan (Gunawan, 2006: 270), pendapat yang
sama menyebutkan bahwa Brain Gym adalah serangkaian gerak sederhana yang
menyenangkan dan digunakan para siswa di Educational Kinesiology (Edu-K) untuk
meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan menggunakan keseluruhan otak
(Paul & Gail, 2004: 3). Gerakan-gerakan dalam Brain Gym yang dilakukan di
Educational Kinesiology (Edu-K) membuat segala macam pelajaran menjadi lebih
mudah dan menarik, dan terutama sangat bermanfaat bagi kemampuan akademik.
Kata Education berasal dari kata Latin educare, yang berarti “menarik keluar.”
Kinesiology dikutip dari Bahasa Yunani Kinesis, berarti gerakan” dan merupakan
pelajaran gerakan tubuh manusia. Edu-K adalah suatu sistem yang memberdayakan
semua orang yang belajar, tanpa batas umur, dengan menggunakan aktivitas gerakan-
gerakan untuk menarik keluar seluruh potensi seseorang. Senam yang bertujuan
mengaktifkan dan melancarkan semua fungsi otak, serta dilakukan dengan gerakan-
gerakan sederhana, terbukti dapat menjaga keseimbangan manusia, meningkatkan
percaya diri, serta mengoptimalkan seluruh potensi dan kemampuan yang dimiliki
(Kompas, 2005: 7). Pada umumnya pendidik mengatasi kegagalan dengan membuat
program untuk lebih memotivasi, menekankan, mengulang-ulang, dan “memaksa”
belajar. Orang mencoba terlalu keras dan mematikan (“switch off”) mekanisme
integrasi otak yang diperlukan untuk menyerap pelajaran secara keseluruhan.
Informasi diterima oleh otak bagian belakang sebagai pesan (impress), tetapi tidak
8
dapat diungkapkan oleh otak bagian depan (express). Ketidakmampuan untuk
menerangkan apa yang sudah dipelajari menyebabkan pelajar terperangkap dalam
sindrom kegagalan. Jalan keluarnya adalah belajar dengan seluruh otak, melalui
pembaruan pola bergerak dan kegiatan Brain Gym sehingga pelajar dapat menguasai
juga bagian-bagian otak yang sebelumnya terhambat. Perubahan belajar dan perilaku
kadang-kadang amat cepat dan mendalam, karena para pelajar menemukan cara untuk
menerima informasi dan pada saat yang sama dapat mengungkapkan diri.
Buzan dalam (Gordon dan Jeannette, 2003: 231) menyarankan anak-anak sedini
mungkin mendapatkan latihan sebanyak yang mereka inginkan, yang mengandung
sebanyak mungkin aktivitas fisik seperti tangan, kaki, merangkak dan memanjat,
biarkan ia membuat kesalahannya sehingga ia belajar dengan cara mencoba-coba,
karena anak belajar paling cepat dari pengalaman indrawi. Olahraga sederhana adalah
salah satu cara yang dapat menumbuhkan semangat belajar pada anak (Gordon dan
Jeannette, 2003: 226). Palmer mantan presiden Masyarakat Pembelajaran dan
Pengajaran Cepat dalam (Gordon dan Jeannette, 2003: 237) menyarankan
memberikan aktifitas-aktifitas stimulasi yang didesain untuk mengaktifkan bagian-
bagian otak yang akan meningkatkan indra penglihatan, perasa, pendengaran sebaik
kemampuan mereka menyerap pengetahuan.
Otak merupakan bagian yang paling penting dari tubuh kita, karena semua
fungsi organ-organ tubuh, dan semua pusat kehidupan kita terletak di otak. Contoh
jantung yang merupakan organ, denyutnya diatur oleh susunan saraf otonom yang
berpusat disalah satu bagian otak (Tim Power Brain Indonesia). Berdasarkan fungsi
keseluruhan otak, maka akan menstimulasi, meringankan, atau merelaksasi peserta
didik dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat mengatasi semua hambatan
belajarnya. Berdasarkan beberapa pengertian Brain Gym yang telah dikemukakan,
maka dapat disimpulkan bahwa Brain Gym atau senam otak adalah serangkaian gerak
sederhana yang digunakan untuk menumbuhkan minat belajar, meningkatkan
kemampuan belajar, menumbuhkan rasa percaya diri dan membangun rasa
kebersamaan dengan menggunakan keseluruhan otak. Dengan menerapkan Brain
9
Gym ke dalam pembelajaran, maka diharapkan berbagai kesulitan belajar dapat
teratasi sehingga para siswa menjadi lebih tertarik dan berminat dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran terutama pembelajaran IPA.
2.2.1 Gerakan Brain Gym (Paul E. Dennison, 2004)
Berikut gerakan-gerakan Brain Gym yang dikembangkan oleh Paul E.
Dennison, yang digunakan dalam penelitian ini:
a. Angka 8 Tidur
Menggambar 8 tidur atau simbol “tak terhingga” memungkinkan pembaca
untuk menyeberangi garis tengah visual tanpa berhenti, dengan demikian
mengaktifkan mata kanan dan kiri serta mengintegrasikan bidang penglihatan
kanan dan kiri. Angka 8 digambar dalam posisi tidur dengan titik tengah yang
jelas, yang memisahkan wilayah lingkaran kiri dan kanan, dan dihubungkan
dengan garis yang tersambung. Gerakan 8 tidur berfungsi mengaktifkan otak untuk
menyebrangi garis tengah penglihatan, meningkatkan integrasi kedua sisi,
memperbaiki penglihatan dengan dua mata bersamaan (binokular) dan melihat
lebih jauh ke samping (perifer), dan meningkatkan koordinasi otot mata (terutama
untuk menyusun) (Paul & Gail, 2004: 9-10). Contoh gerak sederhana Brain Gym
pada gambar 2.1 dengan membentuk angka ”8” menggunakan gerak kepala, bahu,
tangan, pinggul, dan kaki.
Gambar 2.1
Gambar 2.1
Contoh gerakan Brain Gym
10
b. Gajah
Gerakan gajah digunakan untuk mengaktifkan bagian dalam terlinga,
keseimbangan menjadi lebih baik, juga mengintegrasikan otak untuk mendengar
dengan kedua telinga, membuat rileks otot-otot tengkuk yang tegang, yang sering
timbul sebagai reaksi terhadap bunyi atau gerakan bibir yang berlebihan sewaktu
membaca dalam hati. Cara melakukan gerakan gajah yaitu berdiri dengan kedua
lutut agak menekuk, lekatkan satu telinga pada bahu, dan lengan yang sama
menunjuk ke seberang ruangan, berfokus pada suatu daerah arbitrasi yang akan
membantu sebagai titik tengah gambar imajiner 8 yang akan digambar secara
horizontal. Pada gerakan gajah, batang tubuh, kepala dan tangan bekerja sebagai
satu kesatuan, yang bergerak di sekeliling bayangan 8 Tidur dari jarak jauh,
dengan fokus mata melewati tangan. Seluruh tubuh ikut bergerak, bukan hanya
lengan. Gerakan gajah mengaktifkan otak untuk menyebrangi garis tengah
pendengaran (termasuk kemampuan untuk memperhatikan, pengenalan, persepsi,
pembedaan, dan ingatan), mendengarkan suara sendiri, daya ingat jangka panjang
dan jangka pendek, kemampuan berbicara dalam hati dan berpikir, integrasi
penglihatan, pendengaran, dan gerakan seluruh tubuh, dan kedalaman persepsi dan
kemampuan kerja sama mata. (Paul & Gail, 2004: 15-16).
c. Saklar Otak
Cara dalam melakukan gerakan ini adalah letakkan satu tangan di atas pusar
dengan ibu jari dan jari-jari tangan yang lain, raba kedua lekukan di antara rusuk
tepat di bawah tulang selangka dan kira-kira 2-3 cm kiri-kanan dari tulang dada.
Pijat daerah ini selama 30 detik sampai satu menit, sambil melirik mata dari kiri ke
kanan dan sebaliknya. Manfaat dalam gerakan ini adalah membantu memulihkan
komunikasi antar bagian-bagian tubuh, memudahkan membaca, menulis, dan
berbicara.
11
d. Titik Positif
Dalam keadaan stres, otot bagian depan pada kening adalah salah satu yang
mengerut, sehingga menghambat kelancaran arus neurovascular ke daerah
prefrontal dari bagian depan otak. Jika kita bisa menenangkan otot bagian depan
itu dengan memberikan sentuhan lembut otot wajah lainnya juga akan relaks dan
arus neurovascular tidak terhambat lagi. Meningkatnya arus darah ke bagian depan
otak, tempat bagian rasional terjadi, menyehatkan dan menumbuhkan serat-serat
prefrontal dan membantu mencegah respons “maju atau lari” sehingga respons
baru terhadap suatu situasi dapat dipelajari. Belum lama ini ada beberapa peneliti
yang menstimulasi bagian depan otak dengan obat-obatan, namun gerakan Brain
Gym ini telah membantu bagian depan otak hanya dengan sentuhan. Cara
melakukan gerakan titik positif ini adalah dengan menyetuh lembut titik-titik di
atas kedua mata, di tengah antara batas rambut dan alis, dengan ujung jari-jari tiap
tangan. Gunakan tekanan secukupnya untuk menarik kulit agar kencang, dan tahan
kontak itu selama sekitar satu menit.
e. Gerakan Silang (Cross Crawl)
Dalam latihan silang ini, pelajar menggerakkan secara bergantian pasangan
kaki dan tangan yang berlawanan, seperti pada gerak jalan di tempat. Gerak silang
mengaktifkan hubungan kedua sisi otak dan merupakan gerakan pemanasan untuk
semua keterampilan yang memerlukan penyebrangan garis tengah bagian lateral
tubuh. Gerakan silang mengaktifkan otak untuk menyebrangi garis tengah
penglihatan/ pendengaran/ kinestetik/ perabaan/ sentuhan, gerakan mata dari kiri
ke kanan, dan meningkatkan kebersamaan penglihatan kedua mata (binokular)
(Paul & Gail, 2004: 7).
f. Gerakan Homolateral
Gerakan homolateral meliputi mengangkat lengan pada sisi yang sama pada
tubuh, dan tidak pada sisi yang berlawanan seperti dalam gerakan silang.
12
Dikontrol oleh serebelum (otak kecil sebelah belakang), modulator gerak dari
batang otak kita, gerakan ini merupakan gerakan yang lebih primitif dalam
gerakan Brain Gym.
g. Burung Hantu
Gerakan ini mengembangkan kualitas yang sama dari luasnya persepsi. Cara
melakukan gerakan ini adalah memutar mata dan kepala pada waktu yang
bersamaan dengan rotasi 180 derajat, yang berfungsi memberi bidang penglihatan
yang luas dan pendengaran yang tajam.
h. Putaran Leher (Neck Rolls)
Putaran leher menunjang relaksnya tengkuk dan melepaskan ketegangan
yang disebabkan oleh ketidakmampuan menyebrangi garis tengah visual atau
untuk bekerja dalam bidang tengah. Bila gerakan ini dilakukan sebelum membaca
dan menulis, akan memacu kemampuan penglihatan dengan kedua mata
(binokular) dan pendengaran dengan dua telinga (binaural) secara bersamaan.
Kepala diputar di posisi depan saja, setengah lingkaran dari kiri ke kanan dan
sebaliknya. Tidak disarankan memutar kepala hingga ke belakang. Gerakan
putaran leher berfungsi mengaktifkan otak untuk penglihatan dengan dua mata
secara bersamaan (binokular), kemampuan membaca dan menulis pada bidang
tengah, pemusatan (centering), pasang kuda-kuda (grounding), dan sistem saraf
pusat lebih rileks (Paul & Gail, 2004: 17-18).
2.2.2 Manfaat Metode Brain Gym
Manfaat dari metode Brain Gym (Paul E. Dennison, 2006: 32), diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Membantu peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar secara
berkesinambungan secara aktif dan kreatif.
b. Memberikan stimulus terhadap aktivitas belajar peserta didik dengan
menggunakan seluruh kemampuan otak.
13
c. Dapat mengoptimalkan kegiatan belajar peserta didik.
d. Menjadikan anak tidak mudah bosan dengan aktivitas belajarnya
e. Menumbuhkan minat belajar anak
f. Memungkinkan belajar dan bekerja tanpa stres
g. Dapat dipakai dalam waktu singkat (kurang dari 5 menit)
h. Tidak memerlukan bahan atau tempat khusus
i. Dapat dipakai dalam semua situasi termasuk saat belajar/bekerja
j. Meningkatkan kepercayaan diri
k. Menunjukkan hasil dengan segera
l. Dapat dijelaskan secara neurofisiologi : “why learning is not all in your head” by
Dr. Carla Hannaford
m. Sangat efektif dalam penanganan seseorang yang mengalami hambatan dan stress
belajar.
n. Memandirikan seseorang dalam hal belajar, dan mengaktifkan seluruh potensi
dan keterampilan yang dimiliki seseorang.
o. Diakui sebagai salah satu teknik belajar yang paling baik oleh National Learning
Foundation USA, dan sudah tersebar luar di lebih dari 80 negara.
2.2.3 Penerapan Brain Gym dalam Pembelajaran
Brain Gym atau senam otak dalam penelitian ini adalah serangkaian gerak
sederhana yang digunakan untuk menumbuhkan minat belajar siswa, menumbuhkan
rasa percaya diri dan membangun rasa kebersamaan dengan menggunakan
keseluruhan otak. Dengan menerapkan Brain Gym ke dalam pembelajaran, maka
diharapkan berbagai kesulitan belajar dapat teratasi sehingga proses belajar mengajar
menjadi lebih efektif. Berkaitan dengan hal tersebut, maka yang menjadi dasar dalam
penerapan Brain Gym adalah untuk menumbuhkan minat belajar anak, sehingga
tercipta pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan. Penerapan Brain
Gym sangat baik dilakukan pada awal proses pembelajaran terlebih lagi bila diiringi
dengan lagu atau musik yang bersifat riang dan gembira (Heru Subrata, 2008: 3).
14
Brain Gym juga bisa dilakukan untuk menyegarkan fisik dan pikiran siswa setelah
menjalani proses pembelajaran yang membutuhkan konsentrasi tinggi yang
mengakibatkan kelelahan pada otak. Brain Gym mempunyai tujuan agar siswa dapat
bermain dan melakukan olah tubuh yang dapat membantu meningkatkan kemampuan
otak mereka. Adapun gerakan tubuh dalam Brain Gym dapat dilakukan dengan
mudah oleh siapa saja dan dengan efek yang langsung terlihat. Dalam filosofi
Educational Kinesiology, siswa justru sangat disarankan untuk bergerak mengikuti
dorongan gerak secara alamiah dan tidak dipaksakan.
Brain Gym telah digunakan oleh guru dan para ahli terapi dalam suatu program
yang ditujukan untuk membantu anak yang mengalami kesulitan dalam
perkembangan dan pembelajaran. Apabila Brain Gym dilakukan teratur dalam
kegiatan pembelajaran di kelas, akan menghasilkan efek positif, seperti mind focusing
(konsentrasi pikiran) serta ice breaking (penawar kejenuhan belajar) yang pada
akhirnya membantu menumbuhkan minat belajar siswa, memunculkan spirit,
motivasi, energi positif dan optimis dalam meraih prestasi. Brain Gym juga berfungsi
sebagai hidden curriculum untuk membangun character building ke dalam semua
bidang studi. (Koran pendidikan, 2007: 4).
Brain Gym awalnya dimanfaatkan untuk anak yang mengalami gangguan
hiperaktif, kerusakan otak, sulit berkonsentarasi dan depresi. namun dalam
perkembangannya, setiap orang bisa memanfaatkannya untuk beragam kegunaan.
Brain Gym pertama kali diperkenalkan oleh Paul E. Dennisson diawal 1981. Seperti
penelitian yang telah dilakukan oleh Paul dan Gail (2004: 3) gerakan-gerakan dalam
Brain Gym yang dilakukan di Educational Kinesiology (Edu-K) membuat segala
macam pelajaran menjadi lebih mudah dan menarik, terutama sangat bermanfaat bagi
kemampuan akademik. Selain itu Team Power Brain Indonesia juga telah
mengadakan sebuah penelitian latihan otak dengan optimalisasi fungsi sepuluh menit
sehari selama 30 hari pada anak usia 5 tahun hingga usia lanjut (75 tahun). Dalam
penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan dalam mengembangkan 9 aspek
15
kecerdasan, optimalisasi otak kanan dan otak kiri dan meningkatkan daya kreatifitas
anak.
2.2.4 Tahap Pembelajaran dengan Metode Brain Gym
Tahap pembelajaran yang peneliti laksanakan dalam penggunaan metode
Brain Gym yaitu dengan melakukan pengenalan/orientasi kepada siswa tentang Brain
Gym dan pengenalan-pengenalan gerakan yang akan dilakukan, kemudian meminta
siswa untuk mencoba mengikuti gerakan-gerakan yang telah dibuat dan gerakan
pertama ini dilakukan pada awal pembelajaran/pra pembelajaran agar siswa tertarik
dan berminat dalam mengikuti pembelajaran. Tahap kedua yaitu melakukan gerakan
Brain Gym disaat pembelajaran tengah berlangsung sebagai ice breaking (penawar
rasa jenuh belajar) dan kegiatan ini dapat dilakukan untuk menarik perhatian siswa
jika telah terlihat lelah atau bosan dalam mengikuti pembelajaran agar minat
belajarnya dapat tumbuh kembali. Tahap yang ketiga yaitu gerakan Brain Gym
dilakukan pada akhir pembelajaran untuk melihat kemampuan siswa lebih lanjut
dalam melakukan gerakan-gerakan Brain Gym yang telah dilakukan bersama dan
gerakan terakhir pada kegiatan pembelajaran ini merupakan pemantapan gerakan-
gerakan Brain Gym yang telah dilakukan pada awal pembelajaran serta memberikan
penjelasan lebih lanjut tentang Brain Gym kepada siswa. Berikut tahap kegiatan
pembelajaran dengan metode Brain Gym secara lebih rinci dan sistematis:
a. Pengenalan/tahap orientasi Brain Gym (senam otak) kepada siswa dan
melakukan gerakan Brain Gym dengan bantuan peneliti. Penerapan Brain Gym
sangat baik dilakukan pada awal proses pembelajaran terlebih lagi bila diiringi
dengan lagu atau musik yang bersifat riang dan gembira (Heru Subrata, 2008: 3).
b. Melakukan gerakan-gerakan Brain Gym pada saat pembelajaran berlangsung
dengan jeda sejenak atau beberapa menit, sebagai ice breaking (penawar rasa
jenuh belajar).
c. Melakukan gerakan-gerakan pada akhir pembelajaran sebagai pemantapan
gerakan-gerakan Brain Gym yang telah dilakukan pada awal pembelajaran.
16
d. Penjelasan kembali kepada siswa tentang manfaat dari gerakan-gerakan Brain
Gym.
2.3 Pengertian Minat belajar
Minat belajar terdiri dari dua kata yaitu minat dan belajar, dua kata ini berbeda
arti, untuk itu penulis akan mendefinisikan satu persatu, sebagai berikut definisi dari
minat belajar :
2.3.1 Pengertian Minat
Minat adalah sesuatu yang sangat penting bagi seseorang untuk melakukan
suatu aktivitas, dengan minat orang akan berusaha mencapai tujuannya. Oleh karena
itu minat dikatakan sebagai salah satu aspek psikis manusia yang dapat mendorong
untuk mencapai tujuan. Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu objek,
cenderung untuk memperbaiki perhatian atau merasa senang yang lebih besar kepada
objek tersebut. Namun apabila objek tersebut tidak menimbulkan rasa senang, maka
ia tidak akan memiliki minat pada objek tersebut. Minat adalah suatu pemusatan
perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan yang
tergantung dari bakat dan lingkungan (Sujanto Agus: 1981). Minat menurut kamus
besar bahasa Indonesia adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah
keinginan. Pendapat lain tentang minat yaitu Slameto (2010: 180) mengatakan bahwa
minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas
tanpa ada yang menyuruh, sedangkan menurut Hilgart (dalam Romlah: 22) minat
adalah kecenderungan yang taat untuk memperhatikan dan mengenal beberapa
kegiatan-kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai
rasa senang. Purbakawaca (dalam Nurkancana: 182) mengembangkan minat adalah
kesediaan jiwa yang sifatnya aktif menerima sesuatu dari luar. Pengertian minat
tersebut mengandung arti bahwa minat melibatkan unsur batin atau jiwa yang
memiliki keinginan untuk melakukan aktivitas. Dimyati (1984: 22) menyebutkan
minat adalah memuaskan kegiatan mental dan perhatian pada suatu objek yang ada
sangkut pautnya dengan keadaan individu. Manusia akan berbuat sesuatu apabila ia
17
memenuhi minat terhadap kegiatan tersebut, minat muncul apabila manusia menyukai
sesuatu. Crow and Crow berpendapat bahwa minat erat hubungannya dengan daya
gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang,
benda atau bisa juga sebagai pengalaman efektif yang dipengaruhi oleh kegiatan itu
sendiri. Dengan kata lain minat dapat menjadi sebab kegiatan dan sebab partisipasi
dalam kegaiatan itu. Selain itu Crow and Crow juga mengemukakan pendapat bahwa
minat erat hubungannya dengan dorongan (drive), motif, dan reaksi emosional.
Misalnya minat terhadap riset ilmiah, mekanika, atau mengajar bisa timbul dari
tindakan atau dirangsang oleh keinginannya dalam memenuhi rasa ingin tahu
seseorang terhadap kegiatan tersebut. Selanjutnya Skinner juga berpendapat bahwa
minat sebagai motif yang menunjukkan arah perhatian individu terhadap objek yang
menarik atau menyenangkannya, maka ia cenderung akan berusaha aktif dengan
objek tersebut. Sementara itu Dailer dan Sumartono (1983: 224) berpendapat bahwa
minat adalah psikis yang berkaitan dengan objek atau menstimulir perasaan senang
yang ada pada setiap individu. Minat tersebut akan tumbuh apabila seseorang
menyenangi sesuatu, minat diawali dengan adanya perasaan senang terhadap sesuatu.
Minat juga merupakan dorongan yang menyebabkan timbulnya perhatian seseorang
dan pemusatan pikiran.
Minat pada dasarnya adalah tindakan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri
(internal) dan di luar diri (eksternal). Semakin besar hubungan tersebut semakin
besar pula minat yang timbul. Berdasarkan beberapa definisi minat yang telah
dikemukakan dapat ditarik kesimpulan bahwa minat adalah keinginan seseorang
(individu) yang melibatkan unsur jiwa atau batin melakukan kegiatan (aktivitas)
dengan senang serta penuh perhatian untuk mencapai tujuannya. Selanjutnya Crow
and Crow mengemukakan pendapat tentang tanda-tanda bahwa seseorang mencapai
ke taraf ini antara lain adalah mau melakukan sesuatu atas prakarsa sendiri,
melakukan sesuatu secara tekun, dengan ketelitian dan kedisiplinan yang tinggi,
melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinannya itu di mana saja, kapan saja, dan atas
inisiatif sendiri. Skinner mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran ada beberapa
18
hal yang dapat mempengaruhi minat siswa, maka seorang pendidik harus dapat
mengubah proses belajar yang membosankan menjadi pengalaman belajar yang
menggairahkan, caranya antara lain sebagai berikut:
a. Materi yang dipelajari haruslah menjadi menarik dan menimbulkan suasana baru,
misalnya dalam bentuk permainan, diskusi atau pemberian tugas di luar sekolah
sebagai variasi kegiatan belajar.
b. Materi pelajaran akan menjadi lebih menarik apabila siswa mengetahui tujuan dari
pelajaran itu.
c. Media yang menarik sesuai dengan materi yang diajarkan. Ada dua aspek yang
terdapat dalam minat antara lain aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif
mengandung pengertian bahwa minat selalu didahului oleh pengetahuan,
pengetahuan, pemahaman dan konsep yang diperoleh dan dikembangkan dan
pengalaman atau hasil interaksi dengan lingkungannya. Aspek afektif
menunjukkan pada derajat emosional yang dinyatakan dalam bentuk proses
menilai untuk menentukan kegiatan yang disenangi. Jadi, suatu aktivitas bila
disertai dengan minat individu yang kuat, maka ia akan mencurahkan perhatiannya
dengan baik terhadap aktivitas tersebut.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, dapat
disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan seseorang terhadap suatu objek atau
sesuatu kegiatan yang digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya
perhatian, dan keaktifan untuk berbuat tanpa adanya unsur paksaan.
2.3.2 Pengertian Belajar
Banyak ahli yang telah mencoba merasakan dan membuat tafsirannya tentang
belajar. Seringkali tafsiran tersebut berbeda antara satu sama lain. Dalam uraian ini
dikemukakan beberapa rumusan para ahli untuk melengkapi dan memperluas
pandangan tentang belajar. Menurut Gagne, belajar merupakan perubahan yang
diperlihatkan dalam bentuk tingkah laku, yang keadaannya berbeda dari sebelum
individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang
19
sempurna itu, sedangkan pengertian belajar dalam kamus besar bahasa Indonesia,
secara etimologis belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.
Ahmad Fauzi yang mengemukakan pendapat tentang belajar adalah “Suatu proses di
mana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas
situasi (rangsangan) yang terjadi”.
Kemudian Slameto mengemukakan pendapat dari Gronback yang mengatakan
“Learning is show by a behavior as a result of experience”. Selanjutnya Moh. Uzer
Usman dan Lilis Setiawati mengartikan “belajar sebagai perubahan tingkah laku pada
diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu
dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan
lingkungannya”. Nana Sudjana mengatakan “belajar adalah proses yang aktif, belajar
adalah mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, belajar adalah
proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman,
belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu.” Sedangkan menurut
Sardiman (2004: 2) belajar adalah usaha mengubah tingkah laku. Arthur J. Gates
dalam Fudyartanto (2002: 150) menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan tingkah
laku melalui pengalaman dan latihan, selanjutnya Hamalik (1994: 36) belajar adalah
modifikasi atau mempengaruhi kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini
belajar adalah merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Belajar bukan saja mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yaitu
mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perbaikan
kelakuan. R.S. Chauhan juga mengemukakan pendapat bahwa belajar adalah
membawa perubahan-perubahan dalam tingkah laku organisme. Sementara Morgan
dalam Ngalin Purwanto (1998: 84) belajar adalah setiap perubahan yang relatif
menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman. Witting dalam Muhibin Syah (1999: 61), mengemukakan belajar adalah
perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan
tingkah laku suatu organisme sebagai pengalaman. Sejalan dengan rumusan di atas
ada pula penafsiran lain tentang belajar yang mengatakan bahwa belajar adalah
20
perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu
berbentuk perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Asumsi dasar teori ini adalah
bahwa setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya
sebagaimana dalam teori konstruktivisme (Suceati 2005: 33).
Berdasarkan beberapa pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh para
ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku individu
dari hasil pengalaman dan latihan, perubahan tingkah laku tersebut baik dalam aspek
pengetahuannya (kognitif), keterampilannya (psikomotor), maupun sikapnya (afektif)
dan dapat disimpulkan bahwa pengertian dari minat belajar adalah sesuatu keinginan
atau kemauan yang disertai perhatian dan keaktifan yang disengaja yang akhirnya
melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan,
sikap dan keterampilan.
2.3.3 Aspek Minat Belajar
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang
dipelajari untuk sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-
baiknya karena tidak ada daya tarik baginya (Slameto, 1995: 57). Usman Effendi dan
Juhaya S. Praja (1989: 72) berpendapat bahwa minat itu dapat ditimbulkan dengan
cara sebagai berikut:
a. Membangkitkan suatu kebutuhan misalnya, kebutuhan untuk menghargai
keindahan, untuk mendapatkan penghargaan dan sebagainya.
b. Menghubungkan dengan pengalaman-pengalaman yang lampau.
c. Memberikan kesempatan mendapat hasil yang baik “Nothing succes like
success” atau mengetahui sukses yang diperoleh individu itu sebab success akan
memberikan rasa puas.
Selanjutnya, akan memperoleh ukuran dan data minat belajar siswa, kunci
pokoknya adalah dalam mengetahui aspeknya. Aspek minat belajar yaitu, terdiri dari
partisipasi/perbuatan, perhatian dan perasaan senang, berikut diuraikan secara rinci:
21
1. Partisipasi/Perbuatan
Minat yang telah muncul, diikuti oleh tercurahnya perhatian pada kegiatan
belajar mengajar, dengan sendirinya telah membawa siswa kesuasana partisipasi
aktif dalam kegiatan belajar mengajar (Ahmad Tafsir, 1992: 24). Sementara itu,
Bernard yang dikutif Sardiman A.M. (1996: 76) mengatakan bahwa minat tidak
timbul secara tiba-tiba atau spontan melainkan timbul akibat dari adanya
partisipasi. Jadi, jelas bahwa soal minat akan selalu terkait dengan soal
kebutuhan atau keinginan. Oleh karena itu, yang penting bagaimana menciptakan
kondisi tertentu agar siswa selalu aktif dan ingin terus belajar.
2. Perhatian
Perhatian merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang dalam
hubungannya dengan pemulihan rangsangan yang datang dari lingkungannya.
(Slameto, 1996: 183) mengemukakan bahwa istilah perhatian dapat berarti sama
dengan konsentrasi, dapat pula minat momentan, yaitu perasaan tertarik pada
suatu masalah yang sedang dipelajari. Konsentrasi dalam belajar dipengaruhi
oleh perasaan siswa dalam minatnya terhadap belajar. Siswa yang berperasaan
tidak senang dalam belajar dan tidak berminat dalam materi pelajaran akan
mengalami kesulitan dalam memusatkan tenaga dan energinya. Sebaliknya siswa
yang berperasaan senang dan berminat akan mudah berkonsentrasi dalam belajar.
Senada dengan pendapat di atas Agus Sujanto (1991: 89) menyatakan bahwa
perhatian adalah konsentrasi atau aktifitas jiwa kita terhadap pengamatan,
pengertian dan sebagainya.
3. Perasaan
Perasaan adalah suatu pernyataan jiwa yang sedikit banyak yang bersifat
subjektif, untuk merasakan senang atau tidak senang dan yang tidak bergantung
pada perangsang dan alat-alat indra (Agus Sujanto, 1991: 75). Sementara itu
Kartini Kartono (1996: 87) menyebut perasaan dengan istilah rencana. Maka
22
merasa itu adalah kemampuan untuk menghayati perasaan atau rencana. Rencana
itu bergantung kepada isi-isi kesadaran, kepribadian, kondisi psikisnya.
Ringkasnya, rencana ini merupakan reaksi-reaksi rasa dari segenap organisme
psiko fisik manusia. W.S. Winkel (1996: 187) menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan perasaan di sini, adalah perasaan momentan dan intensional. Momentan
berarti bahwa perasaan pada saat-saat tertentu, intensional berarti bahwa reaksi
perasaan diberikan terhadap sesuatu, seseorang atau situasi tertentu. Apabila
situasi berubah, maka perasaan berganti pula sehingga perasaan momentan dan
intensional dapat digolongkan ke dalam perasaan tidak senang. Antara minat dan
berperasaan senang terdapat hubungan timbal balik, sehingga tidak
mengherankan jika siswa yang berperasaan tidak senang juga akan kurang
berminat dan sebaliknya.
2.3.4 Perlunya Minat dalam Melakukan Aktivitas Belajar
Sering tidak disadari bahwa minat merupakan faktor yang penting dalam
aktivitas belajar. Minat merupakan unsur pendorong yang kuat yang sering menjadi
alasan seseorang mengapa ia melakukan sesuatu. Di dalam belajar, minat sangat
diperlukan, oleh sebab itu jika di dalam aktivitas belajar seseorang didasari oleh
adanya minat maka akan menimbulkan suasana batin yang sangat kondusif dalam
belajar. Belajar akan selalu didukung oleh suasana kegembiraan, keikhlasan,
semangat, perhatian dan rasa nyaman tanpa merasa terbebani oleh adanya kesulitan
yang harus dipahami dalam pelajaran. Dengan kata lain bahwa seseorang yang penuh
minat dalam belajar akan melakukan aktivitas belajar tanpa perasaan terpaksa, karena
belajar menjadi suatu kebutuhan. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Nurkancana
(1986: 230) bahwa anak-anak tidak perlu mendapat dorongan dari luar, apabila
pekerjaan yang dilakukannya cukup menarik minat. Hal yang sama dikemukakan
pula oleh Usman (2001: 27) bahwa minat seseorang mau melakukan apa saja yang
diminatinya. Hal tersebut lebih ditegaskan lagi oleh James (dalam Usman, 2001: 27)
bahwa minat merupakan faktor yang menentukan derajat keaktifan belajar. Menurut
23
Slameto (2003: 58) siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan dan
mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.
b. Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.
c. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati.
d. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.
e. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya dari pada yang lainnya.
Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.
2.3.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, minat berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Robert
(dalam Syah, 2005: 136) minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena
ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti
pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan. Berdasarkan hal ini
faktor-faktor yang mempengaruhi minat dapat diklasifikasikan, antara lain:
Kemampuan dasar siswa, strategi pembelajaran, dan lingkungan keluarga.
1. Kemampuan Dasar.
Thorndike (dalam Sagala, 2008: 37) menjelaskan bahwa belajar akan terjadi
antara lain apabila siswa memiliki kematangan, kesiapan belajar dan motivasi
berperanan penting dalam keberhasilan belajar. Kemampuan dasar yang dimaksud
dalam hal ini adalah bagaimana sikap siswa menyikapi minat belajar. Dalam
belajar diperlukan adanya pemahaman atau insight. Hilgara (dalam Sagala, 2008:
50) menjelaskan salah satu faktor yang mempengaruhi belajar dengan pemahaman
yaitu kemampuan dasar yang dimiliki siswa. Berbicara tentang kemampuan dasar
juga tak lepas dari intelegensi siswa. Stern (dalam Djamarah, 2000: 57)
mengemukakan intelegensi merupakan daya untuk menyesuaikan diri secara
mudah dengan keadaan baru dengan menggunakan bahan-bahan pikiran yang ada
24
menurut tujuannya. Seseorang dikatakan intelegen, apabila orang yang
bersangkutan mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan cepat
tanpa mengalami suatu masalah, ini berarti, seseorang yang sukar beradaptasi dan
banyak mengalami masalah dikatakan tidak intelegen. Jadi dapat disimpulkan
bahwa dengan kemampuan dasar yang dimiliki, siswa akan dengan mudah
memiliki minat terhadap apa yang dipelajari.
2. Strategi Pembelajaran.
Kozna (dalam Uno, 2008: 1) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat
diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan
fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan
pembelajaran tertentu. Di sisi lain, Dick dan Carey (dalam Uno, 2008: 1)
menguraikan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi
pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan guru
dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya terbatas prosedur atau
tahapan-tahapan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau
paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
Memperhatikan pengertian strategi pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa
strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh
seorang pengajar, untuk menyampaikan materi pelajaran, sehingga akan
memudahkan peserta didik termasuk dalam menimbulkan minat dalam menerima
dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran
dapat dikuasainya diakhir kegiatan pembelajaran.
3. Lingkungan Keluarga.
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya
mengembangkan pribadi siswa. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang
dan pendidikan tentang nilai- nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya
25
yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak
menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. Maslow (dalam Jusuf, 2006:
37) mengemukakan keluarga merupakan lembaga yang dapat memenuhi
kebutuhan individu. Melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari orang tua,
anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik secara fisik-biologis
maupun sosio-psikologisnya. Apabila anak telah memperoleh rasa aman,
penerimaan sosial dan harga dirinya, maka anak dapat memenuhi kebutuhan
tertingginya, yaitu perwujudan diri (self actualization). Minat merupakan aspek
psikologis yang pembentukannya dimulai dari lingkungan keluarga. Untuk itu,
diharapkan keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama harus lebih
banyak berperan dalam menimbulkan minat karena minat adalah salah satu
faktor yang menentukan keberhasilan belajar.
2.3.6 Fungsi Minat dalam Belajar
Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang
dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih serius dan
tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan. Jika seorang siswa memiliki
rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya dalam belajar.
Dalam hal fungsi minat The Liang Gie (1998: 28) mengemukakan bahwa minat
merupakan salah satu faktor untuk meraih sukses dalam belajar. Secara lebih
terperinci arti dan peranan penting minat dalam kaitannya dengan pelaksanaan belajar
adalah sebagai berikut:
a. Minat melahirkan perhatian yang serta merta
b. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi
c. Minat mencegah gangguan perhatian di luar
d. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan
e. Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri, rincian penjelasannya
diuraikan sebagai berikut:
26
1. Minat Melahirkan Perhatian yang Serta Merta
Perhatian seseorang terhadap sesuatu hal dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu perhatian yang serta merta, dan perhatian yang dipaksakan,
perhatian yang serta merta secara spontan, bersifat wajar, mudah bertahan, yang
tumbuh tanpa pemaksaan dan kemauan dalam diri seseorang, sedang perhatian
yang dipaksakan harus menggunakan daya untuk berkembang dan
kelangsungannya. Menurut Jhon Adams yang dikutif The Liang Gie (1998: 29)
mengatakan bahwa jika seseorang telah memiliki minat belajar, maka saat itulah
perhatiannya tidak lagi dipaksakan dan beralih menjadi spontan. Semakin besar
minat seseorang, maka akan semakin besar derajat spontanitas perhatiannya.
Pendapat senada juga dikemukakan oleh Ahmad Tafsir (1992: 24) bahwa minat
telah muncul maka perhatian akan mengikutinya. Tetapi sama dengan minat
perhatian mudah sekali hilang. Pendapat di atas, memberikan gambaran tentang
eratnya kaitan antara minat dan perhatian. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa untuk meningkatkan perhatian seseorang dalam hal ini siswa terhadap
sesuatu, maka terlebih dahulu harus ditingkatkan minatnya.
2. Minat Memudahkan Terciptanya Konsentrasi
Minat memudahkan terciptanya konsentrasi dalam pikiran seseorang.
Perhatian serta merta yang diperoleh secara wajar dan tanpa pemaksaam tenaga
kemampuan seseorang memudahkan berkembangnya konsentrasi, yaitu
memusatkan pemikiran terhadap sesuatu pelajaran. Jadi, tanpa minat konsentrasi
terhadap pelajaran sulit untuk diperhatikan (The Liang Gie, 1998: 29). Pendapat
senada dikemukakan oleh Winkel (1996: 183) bahwa konsentrasi merupakan
pemusatan tenaga dan energi psikis dalam menghadapi suatu objek, dalam hal ini
peristiwa belajar mengajar di kelas. Konsentrasi dalam belajar berkaitan dengan
kemauan dan hasrat untuk belajar, namun konsentrasi dalam belajar dipengaruhi
oleh perasaan siswa dan minat dalam belajar. Berdasarkan Pendapat di atas dapat
27
disimpulkan, bahwa tanpa adanya minat konsentrasi terhadap pelajaran sulit
dipertahankan.
3. Minat Mencegah Gangguan Perhatian Dari Luar
Minat mencegah terjadinya gangguan perhatian dari sumber luar misalnya,
orang berbicara. Seseorang mudah terganggu perhatiannya atau sering mengalami
pengalihan perhatian dari pelajaran kepada suatu hal yang lain, jika minat
belajarnya kecil. Dalam hubungan ini Donald Leired (The Liang Gie, 1998: 30)
menjelaskan bahwa gangguan-gangguan perhatian sering kali disebabkan oleh
sikap batin karena sumber-sumber gangguan itu sendiri.
4. Minat Memperkuat Melekatnya Bahan Pelajaran dalam Ingatan
Bertalian erat dengan konsentrasi terhadap pelajaran adalah daya mengingat
bahan pelajaran. Pengingatan itu hanya mungkin terlaksana jika seseorang
berminat terhadap pelajarannya. Seseorang kiranya pernah mengalami bahwa
bacaan atau isi ceramah sangat mencekam perhatiannya atau membangkitkan
minat senantiasa teringat walaupun hanya dibaca atau disimak sekali. Sebaliknya,
sesuatu bahan pelajaran yang berulang-ulang dihafal mudah terlupakan, apabila
tanpa minat (The Liang Gie, 1998: 30). Anak yang mempunyai minat dapat
menyebut bunyi huruf, dapat mengingat kata-kata, memiliki kemampuan
membedakan dan memiliki perkembangan bahasa lisan dan kosa kata yang
memadai. Pendapat di atas, menunjukkan minat belajar memiliki peranan dalam
memudahkan dan menguatkan melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan.
5. Minat Memperkecil Kebosanan Belajar dalam Diri Sendiri.
Segala sesuatu yang menjemukan, membosankan, sepele dan terus menerus
berlangsung secara otomatis tidak akan bisa memikat perhatian (Kartini, 1996:
31). Pendapat senada dikemukakan oleh The Liang Gie (1998: 31) bahwa
kejemuan melakukan sesuatu atau terhadap sesuatu hal juga lebih banyak berasal
dari dalam diri seseorang dari pada bersumber pada hal-hal di luar dirinya. Oleh
28
karena itu, penghapusan kebosanan dalam belajar dari seseorang juga hanya bisa
terlaksana dengan jalan pertama yaitu menumbuhkan minat belajar dan kemudian
meningkatkan minat itu sebesar-besarnya.
2.3.7 Minat terhadap Mata Pelajaran
Setiap siswa seharusnya menaruh minat yang besar terhadap mata pelajaran
yang mereka ikuti, karena minat selain memusatkan pikiran juga akan menimbulkan
kegembiraan dalam usaha belajar, seperti yang kemukakan oleh The Liang Gie
(1983: 12) adalah keriangan hati akan memperbesar kemampuan belajar seseorang
dan juga membantunya tidak melupakan apa yang dipelajarinya itu. Materi pelajaran
dapat dipelajari dengan baik bila siswa dapat memusatkan pikirannya dan
menyenangi materi pelajaran tersebut. Siswa kurang berhasil dalam menerima materi
pelajaran itu disebabkan siswa itu tidak tertarik atau tidak memiliki minat dengan
materi pelajaran yang disampaikan.
2.3.8 Hubungan Metode Brain Gym dengan Minat Belajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilakukan dalam
mengajar (Slameto: 2003). Cara tersebut berkaitan dengan cara menyampaikan bahan
pelajaran oleh guru kepada siswa yang dalam proses belajar agar dapat menerima,
menguasai dan lebih mengembangkan bahan pelajaran itu maka cara mengajar harus
menggunakan cara yang setepat-tepatnya, seefektif dan seefisien mungkin. Brain
Gym adalah suatu cara yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan fungsi kerja
otak sehingga dapat merespon dan mengaplikasikan informasi yang diterima.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa metode mengajar itu mempengaruhi minat belajar
peserta didik. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi minat
belajar siswa yang kurang baik pula. Guru yang progresif berani mencoba metode-
metode baru yang dapat membantu meningkatkan proses pembelajaran dan
memotivasi proses belajar siswa dengan demikian akan berimplikasi terhadap minat
belajar siswa.
29
Team Power Brain Indonesia telah mengadakan sebuah penelitian latihan otak
dengan optimalisasi fungsi sepuluh menit sehari selama 30 hari pada anak usia 5
tahun hingga usia lanjut (75 tahun). Dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang
signifikan dalam mengembangkan 9 aspek kecerdasan, optimalisasi otak kanan dan
otak kiri, meningkatkan daya kreativitas anak. Berdasarkan uraian tersebut peneliti
berusaha untuk menggunakan metode Brain Gym dalam pembelajaran IPA di kelas V
SD untuk mengukur minat belajarnya.
2.4 Pelajaran IPA
2.4.1 Pengertian IPA
IPA berasal dari kata Sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (1998: 5)
merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada
henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis,
berobjek, bermetode dan berlaku secara universal. Sedangkan menurut Abdullah
(1998: 2), IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan
cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya
kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Berdasarkan pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan
manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa
metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat
umum sehingga akan terus disempurnakan.
2.4.2 Prinsip dan Tujuan Pembelajaran IPA
Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran IPA diterapkan dalam program-
program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman-
pengalaman nyata dan pemanipulasian alat, bahan, atau media belajar yang lain serta
peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan
30
siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar (Slavin, 1994). Implikasi teori
kognitif Piaget pada pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Memusatkan perhatian kepada berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar
kepada hasilnya. Selain kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses
yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.
b. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam
kegiatan belajar. Oleh karena itu, selain mengajar secara klasik, guru
mempersiapkan beraneka ragam kegiatan secara langsung dengan dunia fisik.
c. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan
perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan
melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung
pada kecepatan yang berbeda.
Selain prinsip di atas, pembelajaran IPA juga memiliki beberapa tujuan
pembelajaran bagi peserta didik. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Sekolah Dasar dan MI oleh Refandi (2006: 37) bahwa mata pelajaran IPA
di SD/MI diantaranya bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut :
a. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
Pendapat lain (Bernal, 1998: 3) juga menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran
IPA bagi peserta didik agar peserta didik memiliki kemampuan sebagi berikut :
a. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan,
keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
31
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
d. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan.
Berdasarkan beberapa tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar sains
tidak hanya menimbun pengetahuan, tetapi harus dikembangkan serta diaplikasikan
ke dalam bentuk yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
2.5 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Menurut skripsi Weka Erindrawanta (2009) sebuah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Guru
Sekolah Dasar UKSW dengan judul “Pembelajaran yang Menyenangkan Melalui
Penerapan Brain Gym pada Siswa Kelas IV Mata Pelajaran IPA Semester II SD
Negeri 1 Mrisi Kecamatan Tanggung Harjo, Kabupaten Grobogan”.
Berdasarkan penelitian Weka Erindrawanta (2009) menyimpulkan bahwa
terjadi peningkatan kesenangan belajar siswa dari kondisi awal hingga pelaksanaan
Siklus II. Pada kondisi awal menunjukkan bahwa tingkat kesenangan belajar siswa
termasuk dalam kategori sedang yang berada pada rerata 58, siklus I terjadi
peningkatan rata-rata tingkat kesenangan belajar siswa menjadi 64 meskipun masih
berada dalam kategori sedang, sedangkan untuk siklus II terjadi peningkatan yang
signifikan akan tingkat kesenangan belajar siswa yang termasuk dalam kategori
sangat tinggi dengan rerata 89, dengan menerapkan metode Brain Gym ke dalam
pembelajaran, maka pembelajaran menjadi lebih menyenangkan pada siswa kelas IV
mata Pelajaran IPA SDN 1 Mrisi Kecamatan Tanggung Harjo, Kabupaten Grobogan.
Dalam penelitian Ratna Arumsari (2010) sebuah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar
dan Prasekolah Universitas Negeri Malang dengan judul “Meningkatkan Kemampuan
Bercerita dengan Menerapkan Teknik Senam Otak (Brain Gym) pada Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Kelas III SD Negeri Sumberingin 3 Kabupaten Trenggalek,
32
menyatakan bahwa penerapan teknik Brain Gym dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam bercerita. Terbukti dengan adanya peningkatan nilai rata-rata persiklus,
siklus satu menunjukan rata-rata nilai kelas 73,75 dengan ketuntasan kelas mencapai
62,5%, pada siklus satu masih terdapat 6 siswa yang belum tuntas karena siswa
tersebut belum bisa bercerita dengan lancar, hasil pada siklus dua menunjukan adanya
peningkatan nilai rata-rata kelas 80,62 dengan ketuntasan kelas mencapai 93,75%.
Sedangkan dalam penelitian Aryani Utami (2009) Universitas Muhammadyah
Surakarta sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Optimalisasi
Penerapan Brain Gym untuk Meminimalkan Phobia Siswa dalam Belajar
Matematika di Kelas IV SD Negeri Kaliancar Selogiri” menyimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menerapkan Brain Gym dapat meminimalkan phobia siswa dan
dapat meningkatkan keberanian siswa untuk aktif di kelas. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa persentase siswa yang mengalami phobia sebelum tindakan
sebesar 81,25%, mengalami penurunan setelah diberi tindakan menjadi 37,5%.
Keberanian siswa untuk aktif di kelas mengalami peningkatan yaitu siswa yang
berani menjawab pertanyaan guru sebelum tindakan sebesar 25%, setelah diberikan
tindakan menjadi 75%. Siswa yang berani mengajukan pertanyaan sebelum tindakan
sebesar 18,75%, setelah tindakan menjadi 62,5%. Sedang siswa yang berani
mengerjakan soal ke depan sebelum tindakan sebesar 18,75%, setelah tindakan
menjadi 75%. Kesimpulan pada penelitian ini adalah permasalahan phobia siswa
dalam belajar matematika dapat diatasi dengan menerapkan Brain Gym.
Berdasarkan beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya, penulis tertarik untuk meneliti “Efektivitas Penggunaan Metode Brain
Gym terhadap Minat Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Kalibeji Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang semester II Tahun pelajaran 2011/2012 ”.
33
2.6 Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori dan kajian dari berbagai penelitian yang telah
diuraikan pada bagian sebelumnya, peneliti cenderung berpendapat bahwa penerapan
metode Brain Gym lebih efektif terhadap minat belajar IPA siswa siswa kelas V SD
Negeri Kalibeji Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran
2011/2012. Untuk kerangka berpikirnya digambarkan dalam pola kerangka berpikir
pada gambar 2.2.
Gambar 2.2
Model Kerangka Berpikir
Pengukuran Awal
Pembelajaran IPA dengan Metode Brain Gym
Pengukuran Akhir
Pembelajaran dengan Penggunaan Metode Brain Gym Lebih
Efektif terhadap Minat Belajar IPA
Pembelajaran Biasa dengan Metode
Ceramah (Konvensional)
Kelas Eksperimen
34
2.7 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian teori serta kerangka berpikir,
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ho : Pembelajaran dengan penggunaan metode Brain Gym tidak efektif terhadap
minat belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Kalibeji Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2011/2012.
Ha : Pembelajaran dengan penggunaan metode Brain Gym lebih efektif terhadap
minat belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Kalibeji Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2011/2012.
Berdasarkan hipotesis penelitian, maka peneliti menduga ”Pembelajaran dengan
penggunaan metode Brain Gym lebih efektif terhadap minat belajar IPA siswa kelas
V SD Negeri Kalibeji Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.