6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Metode Demonstrasi
2.1.1.1 Pengertian Metode Demonstrasi
Menurut Syah (1995:209) Pendekatan metode demonstrasi adalah metode
pengajaran dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan
melaksanakan suatu kegiatan, baik secara langsung menggunakan media yang
relavan dengan pokok bahasan atau materi yang disajikan.
Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 133), metode
demonstrasi diartikan sebagai cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang
sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang
dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang memahami atau ahli dalam
topik bahasan yang harus didemonstrasikan.
Menurut Aminuddin Rasyad, .Metode demonstrasi adalah cara pembelajaran
dengan meragakan, mempertunjukkan atau memperlihatkan sesuatu di hadapan
murid di kelas atau di luar kelas.
Menurut Amin Suyitno (2005:3), metode demonstrasi adalah cara
penyampaian pelajaran dari seorang guru kepada siswa di dalam kelas dengan
menonjolkan suatu kemampuan. Kegiatan masih berpusat pada guru.
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode demonstrasi
menurut penulis adalah suatu metode mengajar yang digunakan guru untuk
memperagakan serta memperlihatkan suatu proses sesuai dengan materi yang
diajarkan baik secara langsung maupun tidak langsung yang diikuti oleh murid agar
pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan dapat dipahami dan dikuasai oleh murid
tersebut.
7
2.1.1.2 Langkah-langkah Metode Demonstrasi
Sanjaya W (2011: 153-154) langkah-langkah menggunakan metode
demonstrasi sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa yang harus dilakukan :
1. Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi
berakhir. Tujuan ini meliputi beberapa aspek seperti pengetahuan,sikap,
atau keterampilan tertentu
2. Persiapkan garis besar langkah langkah demonstrasi yang akan dilakukan.
Garis-garis besar langkah demonstrasi diperlukan sebagai panduan untuk
menghindari kegagalan.
3. Lakukan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala peralatan yang
diperagakan.
b. Tahap pelaksanaan
1. Langkah Pembukaan.
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus dipehatikan,
diantaranya:
a. Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat
memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
b. Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
c. Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya
siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari
pelaksanaan demonstrasi.
2. Langkah pelaksanaan demonstrasi
a. Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang
siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang
mengandung teka teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik
mempehatikan demonstrasi.
8
b. Ciptakan suasana menyejukkan dengan menghindari suasana yang
menegangkan.
c. Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalanya demonstrasi dengan
memperhatikan reaksi seluruh siswa.
d. Berikan kesempatan kepada siwa untuk secara aktif memikirkan lebih
lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.
3. Langkah mengahiri demonstrasi.
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diahiri
dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitanya dengan
pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal
ini diperlukan untuk menyampaikan apakah siswa memahami proses
demonstrasi itu apa tidak. Selain memberikan tugas yang relevan,ada
baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalanya
proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.
2.1.1.3 Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi
Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa kelebihan,
di antaranya: Menurut Elizar ( 1996 : 45 ), keunggulan dari metode demonstrasi
adalah kemungkinan siswa mendapat kesalahan lebih kecil, sebab siswa
mendapatkan langsung dari hasil pengamatan kemudian siswa memperoleh
pengalaman langsung, siswa dapat memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang
dianggap penting, bila melihat hal-hal yang membuat keraguan, siswa dapat bertanya
langsung pada guru.
Sedangkan menurut M. Basyiruddin Usman ( 2002 : 46 ) menyatakan bahwa
keunggulan dari metode demonstrasi adalah perhatian siswa akan dapat terpusat
sepenuhnya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, memberikan
pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan keterampilan
dalam berbuat, menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil suatu kesimpulan,
karena siswa mengamati secara langsung jalannya demonstrasi yang dilakukan.
9
Adapun menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2000 : 56 ) menyatakan bahwa
keunggulan metode demonstrasi adalah membantu anak didik memahami dengan
jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu kegiatan pembelajaran, memudahkan
berbagai jenis penjelasan, kesalahan- kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat
diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan objek
sebenarnya.
Walaupun memiliki beberapa kelebihan, namun metode demonstrasi ini juga
memiliki beberapa kelemahan-kelemahan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2000 :
57 ), ada beberapa kelemahan metode demonstrasi yaitu anak didik terkadang sukar
melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan, tidak semua benda dapat
didemonstrasikan, sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang
menguasai apa yang didemonstrasikan.
2.1.2 Belajar
2.1.2.1 Pengertian Belajar
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Banyak perubahan yang
terjadi dalam diri seseorang baik sifat maupun jenisnya, sehingga belum tentu setiap
perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Pada
umumnya belajar seringkali diartikan sebagai perolehan ketrampilan dan ilmu
pengetahuan. Nana Sudjana (1989) “Belajar adalah suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang.” Perubahan sebagai hasil dari proses
belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta
perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Bell-Gredler (dalam Winataputra: 1986) menyatakan bahwa “Belajar adalah
proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies,
skill, and attitudes.” Menurut Slameto (2010) mengemukakan bahwa “Belajar adalah
10
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya”. Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula
mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai
bentuk, seperti: berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah
lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya
penerimaannya dan lain-lain aspek yang terdapat pada individu. Belajar meliputi
tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan
atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain dan cita-cita
(Hamalik 2002 : 45). Dengan demikian, seseorang dikatakan belajar apabila terjadi
perubahan pada diri orang yang belajar akibat adanya latihan dan pengalaman
melalui interaksi dengan lingkungan.
Dari beberapa pengertian tentang belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli
pada intinya bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang
dalam berinteraksi dengan lingkungannya dan terjadinya perubahan perilaku yang
ditunjukkan dari hasil belajar itu. Tetapi proses, usaha itu harus dilakukan secara
sengaja dan sadar karena terdapat perubahan tingkahlaku seseorang yang bukan dari
hasil peristiwa yang disengaja. Contoh perubahan tingkah laku yang tidak disengaja
yaitu seorang wanita dapat menstruasi. Orang yang sedang mabuk dia adalah tidak
sadar jadi dalam keadaan mabuk dia bisa berjalan yang sempoyongan.
Hal itulah menunjukkan bahwa jalan sempoyongan bukan dari hasil belajar
karena dia sedang dalam keadaan tidak sadar. Untuk contoh peristiwa yang disengaja
adalah seseorang yang belum dapat membaca kemudian orang itu belajar membaca
sehingga setelah belajar (mengalami proses belajar) orang tersebut dapat membaca.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari kondisi semula orang tersebut belum dapat
membaca (input) setelah belajar (proses) akan memperoleh kondisi yang berbeda
dari keadaan semula tentunya lebih baik yaitu dapat membaca (output). Jadi peneliti
11
menyimpulkan bahwa “ Belajar adalah proses usaha seseorang yang dilakukan
secara sengaja dan sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang lebih baik
dari keadaan semula dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Secara sederhana peneliti menggambarkan bahwa belajar berawal dari adanya
input (kondisi awal seseorang) dan melalui suatu proses (belajar, dilakukan secara
sengaja dan sadar) dan akan menghasilkan output atau hasil, hasil yang diperoleh
itulah yang biasa disebut hasil belajar. Apabila proses yang biasa saja akan
menghasilkan hasil yang berkualitas biasa maka peneliti mencoba memanipulasi
proses yaitu agar kualitas hasil dari proses itu menjadi lebih baik.
2.1.2.2 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
KBBI (2003) kata pembelajaran diartikan sebagai “proses, cara, menjadikan
orang atau makhluk hidup belajar”. Kata ini berasal dari kata kerja belajar yang
berarti berusaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau
tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut Sri Anitah (2008)
pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja
dikelola untuk memungkinkan siswa turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan respon terhadap situasi tertentu dan Matematika adalah pengetahuan
dan ilmu mengenai logika dan problem – problem numerik, matematika membahas
faktor – faktor dan hubungan – hubungannya, serta membahas problem ruang dan
sehingga pembelajaran matematika adalah dimana proses yang disengaja untuk
mempelajari ilmu tentang logika, problem-problem numerik. Menurut Muhsetyo,
(2008) pembelajaran matematika adalah proses pemberian belajar kepada peserta
didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik
memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Menurut Bruner
bahwa anak dalam belajar konsep matematika melalui tiga tahap, yaitu enactive,
iconic, dan symbolic. Tahap enactive yaitu tahap belajar dengan memanipulasi benda
atau obyek konkret, tahap econic yaitu tahap belajar dengan menggunakan gambar,
dan tahap symbolic yaitu tahap belajar matematika melalui manipulasi lambang atau
12
simbol. Hal itu juga diperkuat oleh pendapat Sri Anitah (2008) yang menjelaskan
karakteristik pembelajaran matematika, yaitu diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kajian yang konkret dan abstrak.
b. Pola pikirnya induktif dan deduktif.
c. Kebenarannya konsistensi dan korelasional.
d. Bertumpu pada kesepakatan.
e. Memiliki simbol kosong dari arti dan juga berarti.
Sejalan dengan pemikiran para ahli, pendapat Piaget (dalam Nabisi, 2008),
Pemikiran anak – anak usia sekolah dasar disebut pemikiran Operasional Konkret
(Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada
objek-objek peristiwa nyata atau konkret.
Dari uraian penjelasan tentang pembelajaran matematika yang dikemukakan
oleh para ahli, pada dasarnya pembelajaran matematika hanyalah sebuah proses
dimana individu yang belajar diberikan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
memperoleh kompetensi dari bahan, konsep matematika yang dipelajari tetapi dalam
mempelajari konsep matematika diperjelas oleh bruner bahwa anak dalam
mempelajari konsep matematika melalui tiga tahap yang salah satunya adalah
enaktif. Dalam enaktif ini merupakan suatu tahap dimana anak secara langsung
memanipulasi benda-benda konkret atau situasi yang nyata karena pada dasarnya
pembelajaran matematika memiliki kajian yang abstark ditambah lagi pemikiran
anak SD masih dalam taraf berfikir secara konkret sehingga guru hendaknya
mengurangi keabstrakan dari materi yang disampiakan yaitu salah satunya dengan
menggunakan alat peraga. Peneliti beranggapan bahwa dalam pembelajaran
matematika yang menggunakan bantuan alat peraga, siswa akan lebih mudah
memahami materi, konsep yang disampaikan oleh guru. Peneliti menyimpulkan
bahwa dalam pembelajaran matematika hendaknya guru menyajikan materi pelajaran
dengan menghadapkan siswa pada benda-benda yang konkret atau situasi nyata
karena dengan memberikan benda-benda yang konkret, siswa akan lebih mudah
dalam memahami materi, konsep yang disampaikan oleh guru.
13
2.1.2.3 Pengertian Hasil Belajar
Setelah individu mengalami proses belajar maka akan memperoleh output atau
hasil dari proses belajar yang dialaminya itulah yang biasa disebut hasil belajar.
Hasil belajar biasanya ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Perubahan
tingkah laku yang dimaksud adalah perubahan ke arah yang positif misalnya anak
yang belum bisa naik bersepeda, setelah belajar anak tersebut dapat bersepeda, dari
belum bisa bersepeda menjasi bisa naik sepeda. inilah yang dimaksud hasil belajar
atau perubahan perilaku ke arah positif. Banyak para ahli yang mendefinisikan
tentang hasil belajar. Menurut Nana Sudjana (1989) hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar.
Sedangkan menurut Dimyati (dalam Nabisi, 1999) dampak pembelajaran adalah
hasil yang dapat diukur seperti tertuang dalam raport, angka dalam ijazah atau
kemampuan meloncat setelah latihan dan Hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak dari suatu interaksi dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (dalam Rahmat. 2001) hasil belajar dalam
rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif,
psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut :
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan
karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai
3. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Berdasarkan uraian tentang definisi hasil belajar, pada intinya hasil belajar
merupakan dampak yang telah diperoleh dari belajar atau berinteraksi dengan
14
lingkungan dampak tersebut dapat berupa perubahan tingkah laku yang pastinya
adalah kearah positif kemudian diperjelas pada teori bloom bahwa perubahan
perilaku digolongkan menjadi tiga ranah yang meliputi kognitif, afektif dan
psikomotorik. Oleh karena itu pembelajaran yang baik seharusnya dapat mencapai
tiga ranah tersebut tidak hanya pemahaman saja yang dicapai. Jadi peneliti
menyimpulkan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi pada
individu yang berinteraksi dengan lingkungan (belajar) dan tingkah laku yang
dimaksud meliputi tiga ranah dan perubahan tersebut merupakan perubahan ke arah
positif dalam penelitian ini perubahan tingkah laku yang dimaksud meliputi
pemahaman operasi hitung bilangan bulat, melakukan operasi hitung bilangan bulat,
dapat menilai hasil kerja orang lain.
Dalam penelitian ini peneliti hanya menilai hasil belajar berdasarkan ranah
koknitif dan afektif
2.1.2.4 Pengertian Alat Peraga
Alat peraga pengajaran adalah alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar
untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikannya kepada siswa
dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Banyak para ahli
mendefinisikan alat peraga. E.T.Ruseffendi dalam Info Diknas (dalam Info Diknas,
1994), Alat peraga, yaitu alat untuk menerangkan atau mewujudkan konsep
Matematika. Benda-benda itu misalnya batu-batuan dan kacang-kacangan untuk
menerangkan konsep bilangan; kubus (bendanya) untuk menjelaskan konsep titik,
ruas garis, daerah bujur sangkar, dan wujud dari kubus itu sendiri; benda-benda
bidang beraturan untuk menerangkan konsep pecahan; benda-benda seperti cincin,
gelang, permukaan gelas, dan sebagainya untuk menerangkan konsep lingkaran dan
sebagainya. Aristo Rohadi (dalam Info Diknas 2003), Alat peraga adalah alat (benda)
yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip, atau prosedur tertentu
agat tampak lebih nyata atau konkrit. I.L.Pasaribu, B.simanjuntak (dalam Info diknas
1983), Alat peraga yaitu alat untuk membantu pengajar menyampaikan pengetahuan
15
dan mengalihkan keterampilan. Alat peraga matematika adalah alat yang dibuat
untuk mempermudah peserta didik memahami pelajaran matematika. Sri Anitah
(2008).
Dari uraian pendapat ahli hampir semua menjelaskan bahwa alat peraga adalah
alat bantu yang digunakan guru dalam penyampaian materi pembelajaran. Dan
penggunaan alat peraga dimaksudkan untuk mempermudah Peserta didik dalam
memahami materi, konsep yang disampaikan oleh guru pada saat pembelajaran. Jadi
dengan menggunakan alat peraga, dapat membantu dalam penyampaian materi
sehingga materi/ konsep tampak lebih konkret atau nyata dan peserta didik akan
lebih mudah dalam memahami materi/konsep tersebut. Dengan demikian peneliti
meyimpulkan bahwa alat peraga adalah benda-benda yang digunakan guru dalam
penyampaian materi pelajaran sehingga materi pelajaran tampak lebih konkret dan
mudah dMatematikahami oleh peserta didik sehingga dapat membantu atau
mempermudah dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
2.1.2.5 Macam – Macam Alat Peraga Pembelajaran Matematika
Macam-macam alat peraga pada pembelajaran matematika menurut Sri Anitah
(2008) adalah sebagai berikut:
a. Alat Peraga Kekekalan Luas
Luas daerah persegi panjang, luas daerah bujur sangkar, luas daerah jajaran
genjang, luas daerah segitiga, luas daerah trapesium, luas daerah belah
ketupat, luas daerah layang – layang, luas daerah segienam beraturan, luas
daerah lingkaran, dalil phytagoras, luas permukaan kubus, luas permukaan
balok, luas permukaan limas luas permukaan prisma, luas permukaan kerucut,
luas permukaan tabung, luas permukaan bola, uraian a ( b + c ), uraian (x + a)
(x + b), uraian (a + b)2, uraian a2 – b2, jumlah ukuran sudut dalam segitiga,
16
jumlah ukuran sudut dalam segiempat, jumlah ukuran sudut dalam segi-n,
tanggram, linggram mini, pentamino, dan kartu nilai tempat.
b. Alat Peraga Kekekalan Panjang
Tangga garis bilangan, pita garis bilangan, neraca bilangan, penggaris
bilangan, dan batang Cuisenaire.
c. Alat Peraga Kekekalan Volume
Uraian (a+b)3, blok dienes, volume kubus, volume balok, volume prisma
segitiga, volume tabung, volume limas segiempat beraturan, volume kerucut,
dan volume bola.
d. Alat Peraga Kekekalan Banyak
Abacus biji (Romawi, Rusia dan Cina/Jepang) lidi, dan kartu nilai tempat.
e. Alat Peraga untuk Percobaan dalam Teori Kemungkinan
Uang logam, dadu (bermata dan berwarna), bidang empat ( bermata dan
berwarna) bidang delapan (bermata dan berwarna), gangsingan (segitiga,
bujursangkar, segilima, segienam, dan segi – n), palu paying, kartu (domino
dan bridge), bola berwarna dan distribusi Galton (sesatan Hexagon).
f. Alat Peraga untuk Pengukuran dalam Matekatika
Meteran, busur derajat, roda meteran, kapak tomahawk, jepit bola,
sperometer, jangka sorong (segmat), hypsometer, dan klinometer.
g. Bangun – bangun Geometri
Macam – macam daerah segitiga, macam – macam daerah segiempat,
pengubahan daerah segibanyak, daerah ellips, pengubinan daerah segitiga,
pengubinan daerah segiempat, pengubinan daerah segi banyak, pengubinan
17
daerah lingkaran, pengubinan daerah ellips, pengubinan huruf abjad latin,
kerangka benda ruang, dan benda – benda ruang.
h. Alat Peraga untuk Permainan dalam Matematika
Mesin fungsi, saringan Eratosthenes, bujursangkar ajaib, menara Hanoi,
mobiles, perkalian tulang Napier (bermacam – macam basis) nomograf, kartu
domino, pita mobius, aritmetika jam, blok logic, kode rahasia, menyusun
kartu, kartu penebak angka, kartu penebak bulan, kartu penebak “hati”, alat
kalkulasi, pita gulung dan perkalian dengan jari (untuk fakta dasar 9, untuk
perkalian dua bilangan antara 6 dan 10, dan untuk perkalian bilangan puluhan
dengan angka 9).
2.1.2.6 Kriteria Alat Peraga Matematika
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam dalam pembuatan alat peraga matematika
menurut Sri Anitah (2008) antara lain:
a. Tahan lama, terbuat dari bahan-bahan yang cukup kuat
b. Bentuk dan warnanya menarik.
c. Sederhana dan mudah dikelola (tidak rumit).
d. Ukurannya sesuai (seimbang) dengan ukuran fisik anak
e. Sesuai dengan konsep pada matematika.
f. Dapat memperjelas konsep matematika dan bukan sebaliknya
(mempersulit pemahaman konsep matematika).
g. Peragaan itu merupakan dasar bagi tumbunya konsep abstrak.
h. Bila kita mengharapkan agar siswa belajar aktif (sendiri maupun
kelompok) alat peraga itu seyogyanya dapat diraba dipegang,
dipindahkan, di utak–atik atau dMatematikasangkan, dicopot.
i. Bila mungkin alat peraga tersebut dapat berfaedah banyak.
18
Dari uraian kriteria alat peraga matematika di atas, maka peneliti menggunakan
alat peraga penggaris bilangan dimana alat peraga penggaris bilangan dibuat dengan
memperhatikan kriteria alat peraga matematika tersebut dan tujuannya dapat
berfaedah banyak pada pembelajaran matematika di kelas IV SD Negeri 3
Gemawang seperti yaitu dapat memudahkan dalam memahami konsep dari materi
operasi bilangan bulat yang disampaikan oleh guru dan mengoptimalkan hasil belajar
siswa.
2.1.2.7 Penggaris Bilangan
Penggaris bilangan termasuk dalam jenis alat peraga kekekalan panjang yang
disebut Penggaris bilangan adalah alat bantu yang digunakan untuk penyampaian
konsep operasi bilangan bulat yang dapat dibuat sendiri dari kertas karton yang
terdiri dari dua bagian dan terdapat skala bilangan dan merupakan pengembangan
dari garis bilangan. Penggaris bilangan ini termasuk dalam alat peraga dengan
pendekatan gerak. Penggaris bilangan yang akan digunakan terdiri dari dua buah
bagian dengan skala yang sama dan terdiri dari bilangan bulat, yaitu bilangan bulat
negatif, nol dan bilangan bulat positif.
Penggaris bilangan nampak seperti pada gambar berikut.
Gambar.2.1 penggaris bilangan
-13 -12 -1 0 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -9 -8 -11 -10 8 9 7 6 5 4 3 2 1 13 1211 10
-13 -12 -1 0 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -9 -8 -11 -10 8 9 7 6 5 4 3 2 1 13 1211 10
19
Penggunaan Alat Peraga Garis Bilangan dalam Pembelajaran
Penggunaan alat peraga penggaris bilangan dapat di aplikasikan pada mata
pelajaran matematika pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan. Menurut
Kristanto (2010) Penggunaan alat peraga penggaris bilangan pada pembelajaran
matematika sesuai dengan langkah-langkah berikut:
a. Tersedia sepasang penggaris bilangan.
b. Letakkan tepat sejajar atas dan bawah.
c. Penggaris yang bergeser hanya yang di atas.
d. Jika bilangan pertama positif, penggaris geser ke kanan sebanyak bilangan
tersebut.sehingga nol lurus dengan bilangan tersebut.
e. Jika bilangan pertama negatif, penggaris geser ke kiri sebanyak bilangan
tersebut. sehingga nol lurus dengan bilangan tersebut
Prinsip penggunaan alat peraga penggaris bilangan pada dasarnya adalah hampir
sama dengan penggunaan garis bilangan hanya saja pada garis bilangan hanya berupa
gambar dan penggaris bilangan berupa benda yang dapat dipegang, diraba oleh siswa
jadi peneliti mengungkapkan bahwa penggunaan alat peraga penggaris bilangan lebih
konkret dari pada garis bilangan. Dari penjelasan yang diungkapkan oleh Danu,
peneliti menyimpulkan dan menekankan bahwa penggunaan alat peraga penggaris
bilangan dalam operasi bilangan bulat yaitu penjumlahan dan pengurangan adalah
sebagai berikut.
Penggunaan penggaris bilangan pada penjumlahan :
a. Ditambah positif, hitung dari nol ke kanan sebanyak bilangan tersebut, dan
tandai.
b. Ditambah negatif, hitung dari nol ke kiri sebanyak bilangan tersebut, dan
tandai.
c. Hasil, bilangan yang ada tepat di bawah tanda.
20
Penggunaan penggaris bilangan pada pengurangan :
a. Dikurang positif, hitung dari nol ke kiri sebanyak bilangan tersebut, dan
tandai.
b. Dikurang negatif, hitung dari nol ke kanan sebanyak bilangan tersebut, dan
tandai.
c. Hasil, bilangan yang ada tepat di bawah tanda.
2.1.2.8 Penggunakan Alat Peraga Matematika
Sri Anitah (2008) menjelaskan bahwa seorang guru dalam melaksanakan pengajaran
dengan menggunakan alat peraga matematika sebaiknya memperhatikan langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Menetapkan tujuan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga
b. Persiapan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.
c. Guru harus bisa memotivasi siswa dan menyiapkan kelas
d. Penyajian pelajaran dan keperagaan.
e. Evaluasi pelajaran dan peragaan.
f. Mengadakan kegiatan belajar sehubungan dengan alat peraga.
Kemudian dijelaskan oleh Sukayati (2009) bahwa penggunaan alat peraga harus
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi kebutuhan alat peraga dengan cara
menganalisis kurikulum/ standar isi yang sedang
digunakan/berlaku untuk jenjang kelas karena tidak ada satu alat
peragapun yang dapat atau sesuai untuk segala macam kegiatan
belajar.
b. Penggunaan alat peraga hendaknya sesuai dengan tujuan
pembelajaran, metode pembelajaran.
c. Guru harus terampil menggunakan alat peraga dalam
pembelajaran.
21
d. Pemilihan alat peraga harus objektif, tidak didasarkan oleh
kesenangan pribadi.
e. Alat peraga yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan
peserta didik.
f. Penggunaan alat peraga untuk kelompok harus mengaktifkan
semua anggota kelompok bukan di dominasi oleh seorang
anggota kelompok saja dan semua anggota dapat bekerja sama.
Uraian penggunaan alat peraga dalam pembelajaran yang di jelaskan oleh kedua
ahli masih secara keseluruhan dan masih secara umum jadi belum dikelompokkan
tentang kegiatan pada tahap persiapan, pada tahap pelaksanaan dimana tahap
pelaksanaan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan dan kegiatan akhir dan pada
kegiatan peragaanya dalam menyampaikan materi pelajaran. Untuk tahap persiapan
sudah jelas dari kedua pendapat bahwa pada tahap ini merupakan pemilihan alat
peraga yang akan digunakan yang sesuai dengan materi yang akan di ajarkan dalam
penelitian ini yang sesuai dengan materi kelas IV Semester II yaitu operasi bilangan
bulat adalah alat peraga penggaris bilangan. Pada tahap pelaksanaan meliputi
ketrampilan guru dalam menggunakan alat peraga yaitu cara peragaan dalam
penyampaian materi pelajaran pada penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
Peneliti mengkaji dan mengelompokkan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran
yang terstruktur yaitu sebagai berikut:
Tahap persiapan, meliputi
a. Pemilihan alat peraga sesuai materi dilakukan dengan menganalisis
kurikulum dan membuat alat peraga.
b. Menentukan tujuan, menyiapkan materi, menyiapkan instumen dalam format
RPP.
Tahap pelaksanaan, meliputi
a. Kegiatan awal
1) Menyiapkan kelas dan memotivasi peserta didik.
22
2) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
b. Kegiatan inti
1) Membagikan alat peraga.
2) Penyajian materi pelajaran dan ketrampilan peragaan oleh guru.
3) Peniruan oleh peserta didik dan memperagakan .
4) Penilaian oleh peserta didik dan peragaan.
5) Penyimpulan dari hasil kegiatan atau peragaan.
c. Kegiatan akhir
1) Refleksi dari kegiatan dan pembelajaran.
2) Evaluasi dan peragaan.
Jadi kesimpulan dari penggunaan alat peraga penggaris bilangan dalam
pembelajaran materi operasi hitung bilangan bulat adalah melakukan peragaan
terhadap kegiatan pelajaran yaitu secara khusus pada kegiatan penyampaian materi
pada penjumlahan bilangan bulat positif dan negatif, bilangan bulat negatif dengan
negatif dan pada pengurangan bilangan bulat positif dengan negatif, bilangan bulat
negatif dengan negatif. Selanjutnya melakukan evaluasi.
2.2. Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan, berikut ini dikemukakan beberapa
penelitian yang ada kaitannya dengan variabel penelitian yang dilakukan.
Menurut penelitian yang dilakukan Giarto. Slamet (2010) dengan judul
“Penerapan Metode Permainan Dengan Alat ‘ Mobil Bil Bul’ dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Pada Operasi Hitung Bilangan Bulat Bagi Siswa Kelas IV
SDN Terasan Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten Tahun 2009/2010”
menyimpulkan bahwa adanya peningkatan Ketuntasan belajar mulai dari
prasiklus/kondisi awal (57,14%) meningkat menjadi (85,71%) pada siklus I
kemudian meningkat menjadi (100%) pada siklus II, oleh karena itu penggunaan alat
peraga “Mobil Bil Bul” dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
23
Sudirman (2010/2011) dalam penelitiannya “ Upaya meningklatkan Prestasi
belajar Matematika Tentang Operasi Penggurangan Bilangan Bulat Menggunakan
Metode Demonstrasi Tutor Sebaya Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Cikawung Pekuncen
Mbanyumas tahun 2010/2011” menyimpulkan bahwa adanya peningkatan
Ketuntasan belajar mulai dari kondisi awal nilai rata-ratanya siswa hanya 55,71
sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 60,71 jadi ada peningkatan nilai rata-rata
sebesar 5,00 atau 8,98%. Kenaikan juga terjadi dari siklus 1 ke siklus II pada siklus I
nilai rata-rata 60,71 sedangkan pada siklus II menjadi 70,71 . Ini berarti telah terjadi
peningkatan sebesar 10,00 atau meningkat 16,47 %
Menurut penelitian yang dilakukan Westi Handini (2010/2011) dalam
Penelitianya yang berjudul “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Tentang Keliling Bangun Datar Melalui Metode Demonstrasi Siswa Kelas III SD 1
Kaangrejo kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo tahun Pelajaran
2010/2011”menyimpulkan bahwa ada peningkatan ketuntasan belajar dari rata-rata
5,94 pada siklus I menjadi rata-rata 7,88 pada siklus II sehingga mengalami kenaikan
sebesar 32,65%
Penelitian yang dilakukan Kristanto. Danu (2010) dalam Skripsi yang berjudul
“Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Matematika Dengan Menggunakan Alat
Peraga Penggaris Bilangan Di Kelas V Semester I SDN Tempurejo 2 Blora Tahun
Pelajaran 2009/2010” penelitian ini menyebutkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan penggaris bilangan dapat meningkatkan hasil belajar Matematika
dibuktikan dari kondisi awal ketuntasan belajar hanya (29%) kemudian meningkat
pada siklus I menjadi (71%) dan meningkat lagi pada siklus II menjadi (82%) dan
hasil pengamatan menunjukkan perubahan positif yaitu siswa lebih aktif dan
bersemangat dalam proses pembelajaran.
Penelitian yang dilakukan Listiyono. Dwi (2011) dalam skripsi yang berjudul
“Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Penggaris Bilangan Terhadap Hasil Belajar
Matematika Kelas IV SD Negeri 03 Kalimanggis Kecamatan Kaloran Kabupaten
Temanggung Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011” penelitian menunjukkan
24
bahwa pada uji beda rata- rata nilai tes kelompok eksperimen yaitu dengan rata-rata
74,06 dan kelompok kontrol rata-rata nilainya hanya mencapai 56,06 dan pengujian
dilakukan dengan Independent Sampels T-test yang menunjukkan nilai sig adalah
0,000 yang artinya perbedaan rata-rata nilai kedua kelompok sangat signifikan, maka
dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga penggaris bilangan dalam
pembelajaran dapat berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas IV SD Negeri 03 Kalimanggis.
Dari hasil penelitian yang diuraikan di atas, penggunaan alat peraga pada dasarnya
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik secara berkala. Hal itu menunjukkan
adanya perubahan pada hasil belajar peserta didik dan tingkat ketuntasan belajar
peserta didik yang penyajikan materi pelajaran oleh guru dengan menggunakan alat
peraga. Tapi keraguan peneliti muncul apakah penggunaan alat peraga pada sekali
pelajaran itu menunjukkan perubahan yang signifikan karena yang dilakukan pada
penelitian sebelumnya adalah dilakukannya pembelajaran secara bertahap (bersiklus)
sampai benar-benar meningkat, oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian
dan pengujian apakah terdapat efektifitas yang signifikan pada hasil belajar peserta
didik dengan menggunakan metode demonstrasi dan pemanfaatan alat peraga
penggaris bilangan.
2.3 Kerangka Berfikir
Dari kajian teori yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa
penggunaan metode demonstrasi dan pemanfaatan alat peraga pada pembelajaran
matematika di Sekolah Dasar sangatlah penting karena terdapat beberapa faktor yang
mengharuskan untuk menggunakan alat peraga, faktor yang dimaksud adalah
pertama karakteristik pembelajaran matematika adalah mempunyai kajian yang
abstrak jadi seorang guru harus mengurangi keabstrakan pada pembelajaran
matematika. Kedua karakteristik peserta didik Sekolah Dasar berada pada tahap
operasional konkret oleh karena itu seharusnya peserta didik SD dihadapkan pada
25
benda yang nyata atau situasi konkret. Ketiga fungsi alat peraga adalah untuk
membantu menanamkan atau mengembangkan konsep yang abstrak, agar peserta
didik mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep tersebut. Dengan melihat,
meraba dan memanipulasi obyek/ alat peraga maka siswa mengalami pengalaman-
pengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti dari suatu konsep. Oleh karena itu
pemikiran peneliti bahwa pembelajaran yang menggunakan alat peraga, peserta didik
akan lebih mudah memahami konsep, materi yang disampaikan guru sehingga hasil
belajar peserta didik dapat tercapai secara maksimal.
Gambar.2.2 Skema kerangka berpikir
Berdasarkan kerangka berfikir diatas peneliti akan menjabarkan penggunaan
metode demonstrasi dan pemanfaatan alat peraga penggaris bilangan terhadap
hasil belajar matematika. Penggunaan metode demonstrasi dan pemanfaatan alat
Dengan
Penggunaan alat
peraga penggaris
bilangan
Kognitif
Memudahkan siswa untuk memahami
proses kegiatan pembelajaran
Metode Demonstrasi dengan Penggunaan alat peraga Garis Bilangan
Persiapan
Pelaksanan
demonstrasi
Penutup
Afektif
Pembelajaran lebih menarik
26
peraga penggaris bilangan dapat membantu guru dalam penyampaian materi
sehingga materi/konsep tampak lebih kongkrit atau nyata, dapat memperjelas
konsep-konsep pada pembelajaran matematika, dan Peserta didik dapat belajar
aktif tidak hanya pasif. Hasil belajar matematika tidak hanya dinilai dari
kemampuan koknitif siswa tetapi dapat dinilai dari kemampuan afektif.
2.5 Hipotesis Penelitian
Dari kerangka berpikir, maka dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini
sebagai berikut:
Hipotesis akan diuji di dalam penelitian dengan pengertian bahwa uji statistik
selanjutnya yang akan membenarkan atau menolaknya. Adapun hipotesis dalam
penelitian ini yaitu :
1. Ho = µ1 = µ2 (metode demonstrasi menggunakan alat peraga penggaris
bilangan tidak efektif terhadap hasil belajar kognitif bagi siswa kelas IV SD).
Ha = µ1 ≠ µ2 (metode demonstrasi menggunakan alat peraga penggaris
bilangan efektif terhadap hasil belajar kognitif bagi siswa kelas IV SD).
2. Ho = µ3 = µ4 (metode demonstrasi menggunakan alat peraga penggaris
bilangan tidak efektif terhadap hasil belajar afaktif bagi siswa kelas IV SD).
Ha = µ3 ≠ µ4 (metode demonstrasi menggunakan alat peraga penggaris
bilangan efektif terhadap hasil belajar afektif bagi siswa kelas IV SD).
Keterangan:
μ1 = Rata-rata hasil belajar kognitif siswa yang belajar menggunakan metode
Demonstrasi menggunakan alat peraga penggaris bilangan.
μ2 =Rata-rata hasil belajar kognitif siswa yang belajar menggunakan metode
konvensional.
μ3 = Rata-rata hasil belajar afektif siswa yang belajar menggunakan metode
Demonstrasi menggunakan alat peraga penggaris bilangan.
μ4 =Rata-rata hasil belajar afektif siswa yang belajar menggunakan metode
konvensional.