5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Pada Bab II tentang metode penelitian ini, berturut-turut akan dibahas
mengenai hasil belajar, belajar dan pembelajaran, pembelajaran bahasa Indonesia
di sekolah dasar, kurikulum pembelajaran bahasa Indonesia di kelas 4 SD, tujuan
pembelajaran bahasa Indonesia, ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia,
kalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, pembelajaran cooperative
script, tujuan pembelajaran cooperative script, unsur penting dan prinsip utama
pembelajaran cooperative script, dampak model pembelajaran cooperative script,
model pembelajaran cooperative script, langkah-langkah serta penerapan model
pembelajaran cooperative script dalam pembelajaran, kajian hasil penelitian yang
relevan, kerangka pikir, dan hipotesis.
2.1.1 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2008:22). Indikator kualitas dan
kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik dalam proses belajar mengajar
disebut juga dengan hasil belajar.
Menurut Purwanto (2009:44) hasil adalah penilaian pendidikan tentang
perkembangan dan kemajuan murid yang berkenan dengan penguasaan bahan
pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat di dalam
kurikulum. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui
seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Setiap guru pasti memiliki keinginan agar dapat meningkatkan hasil belajar
siswa yang dibimbingnya. Karena itu guru harus memiliki hubungan dengan
siswa yang dapat terjadi melalui proses belajar mengajar. Setiap proses belajar
mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai
siswa.
6
Menurut Sudjana, Nana (2009:22) mengemukakan "Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya". Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar meliputi tiga domain,
yaitu kognitif, efektif, dan psikomotor. (Heri 2012:5)
Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom dalam Suprijono (2009:5-6) secara
garis besar terbagi menjadi 3 ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotoris.
a) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual.
b) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap.
c) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa salah satu fungsi
hasil belajar Bahasa Indonesia di antaranya ialah siswa dapat mencapai prestasi
yang maksimal sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki, serta siswa dapat
mengatasi berbagai macam kesulitan belajar yang mereka alami. Aktivitas siswa
mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, tanpa
adanya aktivitas siswa maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan
baik, akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa rendah. Untuk mengetahui
keberhasilan proses dan hasil belajar siswa digunakan alat penilaian untuk
mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai atau tidak. Hasil
belajar yang berupa aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik
menggunakan alat penilaian yang berbeda-beda. Untuk aspek kognitif digunakan
alat penilaian yang berupa tes, sedangkan untuk aspek afektif digunakan alat
penilaian yaitu skala sikap (ceklist) untuk mengetahui sikap siswa dalam
mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik digunakan lembar observasi.
2.1.1.1 Pengertian Belajar
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku,
akibat interaksi individu dengan lingkungan. Jadi perubahan perilaku adalah hasil
belajar. Artinya seorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu
yang tidak dapat dilakukan sebelumnya. (Sumiati dan Asra 2008:38)
7
Menurut Gagne dalam Sumarjhono (dkk). (2012:13) mengartikan
pembelajaran sebagai pengaturan peristiwa yang berada diluar diri siswa, yang
dirancang guna memudahkan proses belajar dalam diri siswa. Sedangkan menurut
Sugandi (dkk). 2000:16 Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan
secara sadar dan sengaja.
Dengan demikian suatu pengajaran akan berhasil secara baik apabila seorang
guru mampu mengubah diri siswa dalam arti luas menumbuhkembangkan
keadaan siswa untuk belajar, sehingga dari pengalaman yang diperoleh siswa
selama ia mengikuti proses pembelajaran tersebut dirasakan manfaatnya secara
langsung bagi perkembangan pribadi siswa.
Menurut Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan.
Menurut Morgan (dalam Heri 2012:5) belajar adalah perubahan tingkah laku
yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman. Belajar dalam
hal ini merupakan proses yang bisa mengubah tingkah laku seseorang disebabkan
adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang
terdijadi dalam diri seseorang.
Morgan (dalam Anni, 2005:2) menyatakan bahwa “belajar merupakan
perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktek atau
pengalaman”. Slavin (dalam Anni, 2005:2) menyatakan bahwa “Belajar
merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman”.
Berdasarkan pendapat-pendapat mengenai batasan-batasan pengertian belajar
maka dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya pengalaman yang sama dan
berulang-ulang dalam situasi tertentu serta berkaitan dengan perubahan tingkah
laku. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan keterampilan,
kebiasaan, sikap, pengetahuan dan pemahaman. Sedang yang dimaksud
pengalaman adalah proses belajar tidak lain adalah interaksi antara individu
dengan lingkungannya.
8
2.1.1.2 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap
kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi
interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa.
(Suyitno, 2004:2)
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat
berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang
mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam
konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan
menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek
kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta
keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi
kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan
pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
Instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang,
disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses
belajar siswa yang bersifat internal Gagne dan Briggs (1979:3) dalam dan dapat
ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk
membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa
yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang
berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha.Dengan demikian
dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang
melibatkan beberapa komponen: Siswa, guru, tujuan, isi pelajaran, metode, media
dan evaluasi.
9
2.1.1.3 Prinsip-prinsip Belajar
a. Belajar menurut Wingo dalam Sumiati dan Asra (2008:41-43) didasarkan atas
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Hasil belajar sepatutnya menjangkau banyak segi
Dalam suatu proses belajar, banyak segi yang sepatutnya dicapai sebagai hasil
belajar, yaitumeliputi pengetahuan dan pemahaman tentang konsep,
kemampuan menjabarkan dan menarik kesimpulan serta menilai kemanfaatan
suatu konsep, menyenangi dan memberi respon yang positif terhadap sesuatu
yang dipelajari, dan diperoleh kecakapan melakukan suatu kegiatan tertentu.
2) Hasil belajar diperoleh berkat pengalaman
Pemahaman dan struktur kognitif dapat diperoleh seseorang melalui
pengalaman melakukan suatu kegiatan. Dalam khasanah peristilahan
pendidikan, hal ini dikenal dengan “learning by doing-yaitu belajar dengan
jalan melakukan suatu kegiatan”. Pemahaman itu bersifat abstrak. Sesuatu
yang abstrak akan mudah diperoleh dengan jalan melakukan kegiatan-
kegiatan yang nyata atau konkrit, sehingga orang yang bersangkutan
memperoleh pengalaman yang menuntun pada pemahaman yang abstrak.
3) Belajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan
Dalam proses belajar, apa yang ingin dicapai sepatutnya dirasakan dan
dimiliki oleh setiap siswa.
b. Prinsip belajar pada aktivitas Siswa
Prinsip belajar yang menekankan pada aktivitas siswa antara lain :
1) Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami
2) Belajar merupakan transaksi aktif
3) Belajar secara aktif memerlukan kegiatan yang bersifat fital, sehingga dapat
berupaya mencaai tujuan dan memenuhi kebutuhan pribadinya
4) Belajar terjadi melalui proses mengatasi hambatan (masalah) sehingga
mencapai pemecahan atau tujuan
5) Hanya dengan melalui penyodoran masalah memungkinkan diaktifkanya
motivasi dan upaya, sehingga siswa berpengalaman dengan kegiatan yang
bertujuan
10
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar siswa
Menurut Masnur Muslich (2008:207) faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar siswa adalah:
1). Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yaitu kondisi/keadaan jasmani
dan rohani siswa
2). Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan sekitar
siswa
3). Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
2.1.1.4 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu
diajarkan kepada para siswa di sekolah. Tidak heran apabila mata pelajaran ini
kemudian diberikan sejak masih di bangku SD. Dari situ diharapkan siswa mampu
menguasai, memahami dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa.
Seperti membaca, menyimak, menulis, dan berbicara.
Pelajaran Bahasa Indonesia mulai dikenalkan di tingkat sekolah sejak kelas 1
SD. Seperti ulat yang hendak bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. Mereka
memulai dari nol. Pada masa tersebut materi pelajaran Bahasa Indonesia hanya
mencakup membaca, menulis sambung serta membuat karangan singkat. Baik
berupa karangan bebas hingga mengarang dengan ilustrasi gambar. Sampai ke
tingkat-tingkat selanjutnya pola yang digunakan juga praktis tidak mengalami
perubahan yang signifikan. Pengajaran Bahasa Indonesia yang monoton telah
membuat para siswanya mulai merasakan gejala kejenuhan akan belajar Bahasa
Indonesia. Hal tersebut diperparah dengan adanya buku paket yang menjadi buku
wajib. Sementara isi dari materinya terlalu luas dan juga cenderung bersifat
hafalan yang membosankan. Inilah yang kemudian akan memupuk sifat
menganggap remeh pelajaran Bahasa Indonesia karena materi yang diajarkan
hanya itu-itu saja.
11
Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam buku Udin S. Winataputra
(2008:40) pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang
untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Menurut UU Nomor
20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkingan belajar.
2.1.1.5 Kurikulum Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas 4 SD
Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan
benar, baik secara lisan maupun tertulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap
hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Selanjutnya, Standar Kompetensi mata
pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal siswa
yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan
sikap positif terhadap bahasa dan sastra indonesia. Standar kompetensi ini
merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal,
regional, nasional, dan global.
Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diharapkan:
1) Siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan,
kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap
hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri.
2) Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa
siswa dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar.
3) Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan
dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan
siswanya.
4) Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan
program kebahasaan dan kesastraan disekolah.
5) Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan keadaan siswa dan sumber belajar yang tersedia.
12
6) Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap
memperhatikan kepentingan nasional.
2.1.1.6 Tujuan Pelajaran Bahasa Indonesia
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Bahasa
Indonesia bertujuan agar siswa SD memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,
baik secara lisan maupun tulis.
2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
pemersatu dan bahasa negara.
3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif
untuk berbagai tujuan.
4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk menigkatkan kemampuan intelektual,
serta kematangan emosional dan sosial.
5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa.
6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya
dan intelektual manusia Indonesia.
2.1.1.7 Ruang Lingkup Pelajaran Bahasa Indonesia
Ruang lingkup pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan
berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1) Mendengarkan
2) Berbicara
3) Membaca
4) Menulis
13
2.1.1.8 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia Kelas 4
SD
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran bahasa
Indonesia kelas 4 semester 2 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia Kelas 4 SD
Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
7. Membaca
Memahami teks
melalui membaca
intensif, membaca
nyaring, dan membaca
pantun.
7.1 Menemukan kalimat utama pada tiap paragraf
melalui membaca intensif.
7.2 Membaca nyaring suatu pengumuman dengan
lafal dan intonasi yang tepat.
7.3 Membaca pantun anak secara berbalasan dengan
lafal dan intonasi yang tepat.
2.1.1.9 Kalimat Utama Paragraf
Pada sebuah paragraf terdapat kalimat utama dan pikiran pokok/ide pokok untuk
memahami hal tersebut hendaknya terlebih dahulu memahami arti kalimat.
2.1.1.10 Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri mempunyai
pola intonasi final dan secara aktual atau pun potensial terdiri atas klausa. (KBBI,
2008)
Berikut ini ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tentang
arti kalimat:
Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2003:146) kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran utuh. Dalam wujud lisan kalimat diungkapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, di sela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan, huruf latin, kalimat di
14
mulai dengan huruf kapita dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda Tanya (?), atau tanda seru (!); Sementara itu, di dalamnya disertakan pula berbagai tanda baca tanda koma (,),tanda titik dua (:), tanda pisah (-), dan spasi.
Menurut Keraf (1984) dalam Nyoto dan Plilipus (2009:54) mendefinisikan
kalimat sebagai satu bagian dari ujaran yang didahului dan diikuti oleh
kesenyapan, sedangkan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah
lengkap.
Menurut Chaer (2000) mendefinisikan kalimat adalah satuan bahasa yang
berisi suatu pikiran atau amanat yang lengkap.
Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relative dapat berdiri-sendiri,
mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri dari klausa (Cook, 1971;Elson dan
Picket, 1969). Hal yang sama pada Kridalaksana dalam Nyoto dan Philipus
(2009:54) merumuskan kalimat sebagai satuan bahasa yang relatif berdiri sendiri,
mempunyai intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa.
Disisi lain Lamuddin (2009:149) kalimat adalah bagian ujaran/tulisan yang
mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasi finalnya
menunjukkan bagian ujaran/tulisan itu sudah lengkap dengan makna (bernada
berita, tanya, atau perintah).
Kalimat utama adalah sebuah kalimat yang diperjelas oleh kalimat-kalimat
lain dalam suatu paragraf. Dengan kata lain, kalimat utama adalah kalimat yang
berisi gagasan utama. Kalimat penjelas adalah kalimat yang memperjelas,
menguraikan, atau berupa rincian-rincian tentang kalimat utama. Dengan kata
lain, kalimat penjelas adalah kalimat yang berisi gagasan penjelas. Kalimat utama bisa terletak di awal paragraf, di akhir paragraf, di awal dan
akhir paragraf, atau di awal sampai akhir paragraf.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat
adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri,
mengandung pikiran lengkap dan mempunyai intonasi final ujaran/tulisan.
15
Berikut ini ciri-ciri kalimat utama:
1) Kalimat bersifat umum
2) Kalimat tersebut dijelaskan oleh kalimat lain
3) Kalimat tersebut memuat kata kunci yang diulang pada kalimat berikutnya
4) Kalimat tersebut mempunyai koherensi dengan kalimat lain
(Koherensi/kesinambungan)
Tanda-tanda koherensi:
a) Pengulangan kata kunci
b) Adanya kata ganti
c) Adanya kata tugas ( kata penghubung, kata sambung, dsb. )
d) Apabila paragraf tersebut paragraf induktif, kalimat terakhir berupa
kesimpulan yang ditandai dengan kata jadi, memang demikian, dan
sejenisnya.
2.1.1.11 Pengertian Paragraf
Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan
hasil penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa
kalimat menjadi paragraf, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan.
Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan
(gagasan tunggal). Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak,
saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.
Paragraf atau alinea merupakan sekumpulan kalimat yang saling berkaitan
antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Paragraf juga disebut sebagai
karangan singkat, karena dalam bentuk inilah penulis menuangkan ide atau
pikirannya sehingga membentuk suatu topik atau tema pembicaraan. Dalam 1
paragraf terdapat beberapa bentuk kalimat, kalimat-kalimat itu ialah kalimat
pengenal, kalimat utama (kalimat topik), kalimat penjelas, dan kalimat penutup.
Kalimat-kalimat ini terangkai menjadi satu kesatuan yang dapat membentuk suatu
gagasan. Panjang pendeknya suatu paragraf dapat menjadi penentu seberapa
banyak ide pokok paragraf yang dapat diungkapkan.
16
1) Bagian-bagian paragraf
Pada umumnya alinea terdiri atas lebih dari satu kalimat. Atau dapat
dikatakan bahwa alinea pada umumnya terdiri atas beberapa kalimat. Dari fungsi
dan kandungannya, kalimat dalam alinea dapat dipilah-pilah menjadi kalimat
topik, kalimat pengembangan, kalimat penutup, dan kalimat penghubung.
2) Tujuan pembentukan paragraf
a) Memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap satu tema
b) Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan normal
3) Struktur paragraf
Paragraf terdiri atas kalimat topik atau kalimat pokok dan kalimat penjelas
atau kalimat pendukung. Kalimat topik merupakan kalimat terpenting yang berisi
ide pokok alinea. Sedangkan kalimat penjelas atau kalimat pendukung berfungsi
untuk menjelaskan atau mendukung ide utama.
a) Ciri kalimat topik:
(1) Mengandung kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri
(2) Mempunyai arti yang jelas tanpa dihubungkan dengan kalimat lain
(3) Dapat dibentuk tanpa kata sambung atau transisi
b) Ciri kalimat pendukung:
(1) Sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri
(2) Arti kalimatnya baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam
satu alinea
(3) Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa
penghubung atau kalimat transisi
(4) Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang bersifat
mendukung kalimat topik
17
4) Syarat-syarat Pembentukan Paragraf
a) Kesatuan
Tiap alenia hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi
alenia adalah mengembangkan gagasan pokok atau topik tersebut. Oleh karena
itu, dalam pengembangannya tidak boleh ada unsur-unsur yang sama sekali tidak
berhubungan dengan topik atau gagasan tersebut. Alenia dianggap mempunyai
kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam alenia itu tidak telepas dari topiknya atau
selalu relevan dengan topik.
b) Kepaduaan (Koherensi)
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah alenia ialah koherensi atau
kepaduan, yakni adanya hubungan yang harmonis, yang memperlihatkan kesatuan
kebersamaan antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam sebuah
alenia. Alenia yang memiliki koherensi akan sangat memudahkan pembaca
mengikuti alur pembahasan yang disuguhkan. Ketiadaan Koherensi dalam sebuah
alenia akan menyulitkan pembaca untuk menghubungkan satu kalimat dengan
kalimat lainnya. Dalam koherensi, termasuk pula keteraturan (sistematika) urutan
gagasan. Gagasan dituturkan pula secara teratur dari satu detail ke detail
berikutnya, dari satu fakta ke fakta selanjutnya, dari satu soal ke soal yang lain,
sehingga pembaca dapat dengan mudah mengikuti uraian yang disajikan dengan
seksama. Untuk menyatakan kepaduan atau koherensi dari sebuah alenia, ada
bentuk lain yang sering digunakan yaitu penggunaan kata atau frasa (kelompok
kata) dalam bermacam-macam hubungan.
c) Kelengkapan
Ialah suatu paragraf yang berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk
menunjang kalimat topik. Paragraf yang hanya ada satu kalimat topik dikatakan
paragraf yang kurang lengkap. Apabila yang dikembangkan itu hanya diperlukan
dengan pengulangan-pengulangan adalah paragraf yang tidak lengkap.
d) Panjang Paragraf
Panjang paragraf dalam sebagai tulisan tidak sama, bergantung pada beberapa
jauh/dalamnya suatu Bahasa dan tingkat pembaca yang menjadi sasaran.
18
Memperhitungkar, 4 hal :
1) Penyusunan kalimat topik,
2) Penonjolan kalimat topik dalam paragraf,
3) Pengembangan detail-detail penjelas yang tepat, dan
4) Penggunaan kata-kata transisi, frase, dan alat-alat lain di dalam paragraf.
e) Pola Sususnan Paragraf
Rangkaian pernyataan dalam paragraf harus disusun menurut pola yang taat
asas, pernyataan yang satu disusun oleh pernyatanyang lain dengan wajar dan
bersetalian secara logis. Dengan cara itu pembaca diajak oleh penulis untuk
memahami paragraf sebagai satu kesatuan gagasan yang bulat. Pola susunannya
bermacam-macam, dan yang sering diterapkan dalam tulisan ilmiah. antara lain
(1) pola runtunan waktu, (2) pola uraian sebab akibat, (3) pola perbandingan dan
pertentangan, (4) pola analogi, (5) pola daftar, dan (6) pola lain.
Ada tiga teknik pengembangan paragraf :
1) Secara alami
Pengembangan paragraf secara alami berdasarkan urutan ruang dan waktu.
Urutan ruang merupakan urutan yang akan membawa pembaca dari satu titik ke
titik berikutnya dalam suatu ruang. Urutan waktu adalah urutan yang
menggambarkan urutan tedadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan.
2) Klimaks dan Antiklimaks
Pengembangan paragraf teknik ini berdasarkan posisi tertentu dalam suatu
rangkaian berupa posisi yang tertinggi atau paling menojol. Jika posisi yang
tertinggi itu diletakkan pads bagian akhir disebut klimaks. Sebaliknya, jika
penulis mengawali rangkaian dengan posisi paling menonjol kemudian makin
lama makin tidak menonjol disebut antiklimaks.
3) Umum Khusus dan Khusus Umum
Dalam bentuk Umum ke Khusus utama diletakkan di awal paragraf, disebut
paragraf deduktif. Dalam bentuk khusus-umum, gagasan utama diletakkan di
akhir paragraf, disebut paragraf induktif.
19
5) Macam-macam paragraf berdasarkan letak kalimat utama
a) Paragraf deduktif
Paragraf deduktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal paragraf
dan dimulai dengan pernyataan umum yang disusun dengan uraian atau
penjelasan khusus.
Contoh paragraf deduktif :
Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya, sudah diputuskan
bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu.
Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya untuk membuka usaha baru.
b) Paragraf induktif
Paragraf induktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di akhir paragraf dan
diawali dengan uraian atau penjelasan bersifat khusus dan diakhiri dengan
pernyataan umum.
Contoh paragraf induktif :
Semua orang menyadari bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan budaya.
Tanpa bahasa, sendi-sendi kehidupan akan lemah. Komunikasi tidak lancer.
Informasi tersendat-sendat. Memang bahasa merupakan alat komunikasi yang
penting, efektif dan efisien.
c) Paragraf campuran
Paragraf campuran ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal dan
akhir paragraph. Kalimat utama yang terletak diakhir merupakan kalimat yang
bersifat penegasan kembali.
Contoh paragraf campuran :
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat dilepaskan dari
komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana
komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern.
Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bias maju seperti sekarang ini
tanpa adanya sarana komunikasi.
20
6) Unsur-unsur paragraf
Dalam pembuatan suatu paragraf harus memiliki unsur unsur pembangun
paragraf agar paragraf atau alinea dapat berfungsi dengan sebagaimana mestinya
a) Topik atau tema atau gagasan utama atau gagasan pokok atau pokok pikiran,
topik merupakan hal terpernting dalam pembuatan suatu alinea atau paragraf
agar kepaduan kalimat dalam satu paragraf atau alinea dapat terjalin sehingga
bahasan dalam paragraf tersebut tidak keluar dari pokok pikiran yang telah
ditentukan sebelumnya.
b) Kalimat utama atau pikiran utama, merupakan dasar dari pengembangan
suatu paragraf karena kalimat utama merupakan kalimat yang mengandung
pikiran utama. Keberadaan kalimat utama itu bisa di awal paragraf, diakhir
paragraf atau pun diawal dan akhir paragraf.
Berdasarkan penempatan inti gagasan atau ide pokoknya alinea dibagi
menjadi beberapa jenis yaitu:
1) Deduktif : kalimat utama diletakan di awal alinea
2) Induktif : kalimat utama diletakan di akhir anilea
3) Variatif : kalimat utama diletakan di awal dan diulang pada
akhir alinea
4) Deskriptif/naratif : kalimat utama tersebar di dalam seluruh alinea
c) Kalimat penjelas, merupakan kalimat yang berfungsi sebagai penjelas dari
gagasan utama. Kalimat penjelas merupakan kalimat yang berisisi gagasan
penjelas.
2.1.2 Hakekat Model Pembelajaran
Menurut Suprijono (2010:45-46) model pembelajaran merupakan
Perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
21
Mills (dalam Agus 2009:45) berpendapat bahwa “model adalah bentuk
representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau
sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”. Model merupaka
interprestasi terhadap hasil opservasi dan pengukuran yang diperoleh dari
beberapa sistem.
Model pembelajaran merupakan ladasan praktik pembelajaran hasil
penemuan teori psikologis pendidikan dan teori belajar yang dirancang
berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implementasiyan pada
tingkat oprasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola
yang digunakan untuk penyusun kurikulum, mengatur materi, dan memberi
petunjuk kepada guri di kelas.
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagi pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.
Menurut Arends (dalam Agus 2009:46) model pembelajaran Mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termaksuk
didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedursistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Menurut Trianto (2009:46) suatu model pembelajaran adalah
Pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sinyaks (pola urutan) dari bermacam-macam model pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama, Contoh, setiap model pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memitivasi siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri dengan tahap menutup pelajaran, di dalamnya meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok pelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru.
Tiap-tiap model, pembelajaran membutuhksan sistem pengelolaan dan
lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran
cooperative script memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedia
22
meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Pada model pembelajaran kooperatif
siswa perlu berkomunikasi satu sama lain.
2.1.2.1 Pembelajaran Cooperative Script
Cooperative script atau skrip kooperatif merupakan metode belajar di mana
siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikthisarkan, bagian-
bagian dari materinya yang dipelajari. Belajar cooperative script bukanlah sesuatu
yang baru. Sebagai guru dan mungkin siswa kita pernah menggunakannya atau
mengalaminya sebagai contoh saat bekerja dalam laboratorium. Dalam belajar
kooperative script, siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 2
orang berpasangan sebangku untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang
diberikan guru. Dalam belajar cooperative script siswa belajar bersama sebagai
suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan
bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama
untuk keberhasilan kelompoknya.
Dansereau (Komalasari, 2010:63) menjelaskan bahwa “Cooperative Script
merupakan metode belajar dimana murid bekerjasama berpasangan, dan secara lisan
bergantian mengikhtisarkan bagian bagian dari materi yang dipelajari”.
Pembelajaran cooperative script bernaung dalam teori konstruktivis.
Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan
dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.
Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan
masalah-maslah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok
sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran cooperative script.
Di dalam kelas siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang
terdiri dari 2 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis
kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya
kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa
untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar.
Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai
23
ketuntasan materi yang disajikan oelh guru, dan saling membantu teman
sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.
Selama belajar secara cooperative siswa tetap tinggal dalam kelompoknya
selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan ketrampilan-ketrampilan
khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti
menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok
dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa
diberi naskah bacaan dan lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang
direncanakan untuk diajarkan. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota
kelompok adanya mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling
membantu diantara teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan materi. Belajar
belum selesai jika salah satu anggota kelompok ada yang belum menguasai materi
pelajaran.
Sebagaimana model-model pembelajaran lain, model pembelajaran
cooperative script memiliki tujuan-tujuan, langkah-langkah dan lingkungan
belajar dan sistem pengelolaan yang khas.
2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran Coperative Script
Di awal telah disebutkan, bahwa ide utama dari belajar kooperatif adalah
siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar
temannya. Sebagai tambahan, belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan
kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok
mencapai tujuan atau penguasaan materi (Slavin, 2002:42). Tujuan pokok belajar
kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi
akademik dan pemahaman baik secra individu maupun secara kelompok. Karena
siswa bekerja dalam suatu team, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki
hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan,
mengembangkan ketrampilan-ketrampilan proses kelompok dan pemecahan
masalah
Manfaat penerapan belajar cooperative script adalah dapat mengurangi
kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Di
24
samping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas social di
kalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul
generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki
solidaritas sosial yang kuat.
Pembelajaran cooperative script merupakan sebuah kelompok strategi
pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai
tujuan bersama.. Pembelajaran cooperative script disusun dalam sebuah usaha
untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman
sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan
kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang
berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran cooperative script siswa
berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara
kolaboratif akan mengembangkan ketrampilan berhubungan dengan sesama
manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
Tabel 2.1
Perbedaan Kelompok Belajar Cooperative Script dengan
Kelompok Belajar Konvensional
Kelompok Belajar Cooperative Script Kelompok Belajar
Konvensional
Adanya saling ketergantungan positif, saling
membantu, dan saling memberikan motivasi
sehingga ada interaksi promotif.
Guru sering membiarkan adanya
siswa yang mendominasi
kelompok atau menggantungkan
diri pda kelompok.
Adanya akuntabilitas individual yang
mengukur penguasaan materi pelajaran tiap
anggota kelompok, dan kelompok diberi
umpan balik tentang hasil belajar para
anggotanya sehingga dapat saling
mengetahui siapa yang memerlukan bantuan
Akuntabilitas individual sering
diabaikan sehingga tugas-tugas
sering diborong oleh salah
seorang anggota kelompok
sedangkan anggota kelompok
lainnya hanya “mendompleng”
25
dan siapa yang dapat memberikan bantuan. keberhasilan “pemborong”.
Kelompok belajar heterogen, baik dalam
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras,
etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling
mengetahui siapa yang memerlukan bantuan
dan siapa yang memberikan bantuan.
Kelompok belajar biasanya
homogen.
Pimpinan kelompok dipilih secara
demokratis atau bergilir untuk memberikan
pengalaman memimpin bagi para anggota
kelompok
Pemimpin kelompok sering
ditentukan oleh guru atau
kelompok dibiarkan untuk
memilih pemimpinnya dengan
cara masing-masing.
Ketrampilan social yang diperlukan dalam
kerja gotong royong seperti kepemimpinan,
kemampuan berkomunikasi, mempercayai
orang lain, dan mengelola konflik secara
langsung diajarkan.
Ketrampilan sosial sering tidak
secara langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif sedang
berlangsung guru terus melakukan
pemantauan melalui observasi dan
melakukan intervensi jika terjadi masalah
dalam kerja sama antar anggota kelompok.
Pemantauan melalui observasi
dan intervensi sering tidak
diakukan oleh guru pada saat
belajar kelompok sedang
berlangsung.
Guru memerhatikan secara proses kelompok
yang terjadi dalam kelompok-kelompok
belajar.
Guru sering tidak memerhatikan
proses kelompok yang terjadi
dalam kelompok-kelompok
belajar.
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian
tugas tetapi juga hubungan interpersonal
(hubungan antar pribadi yang saling
menghargai)
Penekanan sering hanya pada
penyelesaian tugas.
26
Struktur tujuan cooperative script terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan
mereka hanya jika siswa lain dengan siapa mereka bekerja sama mencapai tujuan
tersebut. Tujuan-tujuan pembelajaran ini mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu
hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan
ketrampilan sosial.
Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran cooperative script dapat
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam
membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran kooperatif dapat
memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok
atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
Pembelajaran cooperative script mempunyai efek yang berarti terhadap
penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata social,
kemampuan, dan ketidakmampuan. Pembelajaran cooperative script memberikan
peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja
saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui
penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama
lain.
Ketrampilan sosial atau kooperatif berkembang secara signifikan dalam
pembelajaran cooperative script. Pembelajaran cooperative script sangat tepat
digunakan untuk melatihkan ketrampilan-ketrampilan kerja sama dan kolaborasi,
dan juga ketrampilan-ketrampilan Tanya jawab.
2.1.2.3 Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Cooperative Script
Menurut Saleh (2009:45) terdapat lima unsur penting dalam belajar
cooperative script, yaitu:
Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam
belajar cooperative script siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk
mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses
kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa
27
dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap
suksesnya kelompok.
Kedua, Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar cooperative
script akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang
siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling
memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan
seseorang dalam kelompok memengaruhi suksesnya kelompok. Untuk mengatasi
masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan dari teman
sekelompoknya, Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal
tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.
Ketiga, tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar
kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa
yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat hanya sekedar
“membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya.
Keempat, Ketrampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar
cooperative script, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan
seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain
dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan
menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut ketrampilan khusus.
Kelima, Proses kelompok. Belajar cooperative script tidak akan berlangsung
tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok
mendiskusikan bagaimana mereka kan mencapai tujuan dengan baik dan
membuat hubungan kerja yang baik.
Selain lima unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran
cooperative script, model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang
memebdakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari belajar
cooperative script menurut Slavin (1995), adalah sebagai berikut.
a. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria
yang ditentukan.
b. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok
tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung
28
jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan
setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan lain.
c. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu
kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini
memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah sama-
sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua
anggota kelompok sangat bernilai.
2.1.2.4 Dampak Model Pembelajaran Cooperative Script
Belajar cooperative script dapat mengembangkan tingkah laku cooperative
script dan hubungan yang lebih baik antar siswa, dan dapat mengembangkan
kemampuan akademis siswa. Siswa belajar lebih banyak dari teman mereka dalam
belajar kooperatif daripada guru. Interaksi yang terjadi dalam belajar cooperative
script dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan
intelektual siswa.
Implikasi positif dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi belajar
cooperative script yaitu sebagai berikut.
a. Kelompok kecil memberikan dukungan social untuk belajar. Kelompok kecil
membentuk suatu forum di mana siswa menanyakan pertanyaan,
mendiskusikan pendapat, belajar member pendapat orang lain, memberikan
kritik yang membangun dan menyimpulkan penemuan mereka dalam bentuk
tulisan.
b. Kelompok kecil menawarkan kesempatan untuk sukses bagi semua siswa.
Interaksi dalam kelompok dirancang untuk semua anggota mempelajari
konsep dan startegi pemecahan masalah.
c. Suatu masalah idealnya cocok untuk didiskusikan secara kelompok, sebab
memiliki solusi yang dapat didemonstrasikan secara objektif. Seorang siswa
dapat mempengaruhi siswa lain dengan argumentasi yang logis.
d. Siswa dalam kelompok dapat membantu siswa lain utnuk menguasai
masalah-masalah dasar dan prosedur perhitungan yang perlu dalam konteks
permainan, teka-teki, atau pembahasan masalah-masalah yang bermanfaat.
29
e. Ruang lingkup materi dipenuhi oleh ide-ide menarik dan menantang yang
bermanfaat bila didiskusikan.
Belajar cooperative script dapat berbeda dalam banyak cara, tetapi dapat
dikategorikan sesuai dengan sifat berikut, (1) tujuan kelompok; (2) tanggung
jawab individual; (3) kesempatan yang sama untuk sukses; (4) kompetisi
kelompok; (5) spesialisasi tugas; dan (6) adaptasi untuk kebutuhan individu.
2.1.2.5 Model Pembelajaran Cooperative Script
Menurut Schank dan Abelson, (2007:33) pembelajaran cooperative script
adalah pembelajaran yang mengatur interaksi siswa seperti ilustrasi kehidupan
sosial siswa dengan lingkungannya sebagai individu, dalam keluarga, kelompok
masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas.
Salvin, (2000:34) mengemukakan bahwa penggunaan pembelajaran
cooperative dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat
meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima
kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri.
Spurlin, (2007:23) menyatakan bahwa, cooperative script dapat mendorong
siswa untuk mendapatkan kesempatan mempelajari bagian lain dari materi yang
tidak dipelajarinya
Danserau, (2007:37) menyatakan bahwa pembelajaran cooperative script
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa dapat mempelajari materi yang
lebih banyak dari siswa yang belajar sendiri.
2.1.2.6 Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Script
Dansereau (Komalasari, 2010:63) menjelaskan Langkah-langkah Model
Pembelajaran Cooperative Script (Cooperative script) sebagai berikut:
a) Guru membagi siswa untuk berpasangan
b) Guru membagikan wacana atau materi tiap murid untuk dibaca dan membuat
ringkasan
c) Guru dan murid menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara
dan siapa yang berperan sebagai pendengar
30
d) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan
memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
e) Sementara pendengar menyimak, mengoreksi atau menunjukkan ide-ide
pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat atau menghafal ide-ide
pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi
lainnya
f) Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan
sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas.
g) Kesimpulan siswa bersama-sama dengan Guru
h) Penutup (evaluasi dan refleksi).
Pada tahap penutup, guru memberikan soal evaluasi secara individu dan
melakukan refleksi terhadap pelajaran yang baru dipelajari. Dalam kegiatan
refleksi ini dijadikan media untuk merefleksi (bercermin) pada kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi ini merupakan suatu cara untuk
belajar, menghindari kesalahan di waktu yang akan datang dan untuk
meningkatkan prestasi belajar serta kinerja peneliti.
2.1.2.7 Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script
Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model
pembelajaran cooperative script dengan menggunakan beberapa tahap:
1) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan) adalah sebagai bentuk
penerapan belajar
Pada tahap ini untuk membangkitkan minat siswa, guru menyuruh siswa
membacakan satu cerita pendek sebagai apersepsi. Kemudian guru menjelaskan
materi yang akan disampaikan setelah itu guru membagi siswa untuk
berkelompok berpasangan sebangku.
2) Tahap Penyampaian dan Pelatihan (kegiatan inti) adalah sebagai
bentuk penerapan belajar
Pada tahap ini guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan
membuat ringkasan. Kemudian guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama
berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
31
Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan
kalimat utama dalam ringkasannya. Sementara siswa yang sebagai pendengar
menyimak/mengoreksi/menunjukkan kalimat utama yang kurang lengkap
kemudian embantu mengingat/menghafal ide-ide pokok yang kurang lengkap.
Selanjutnya bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar
dan sebaliknya. melakukan seperti di atas. Kemudian siswa bersama-sama dengan
guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dipelajari.
3) Tahap penampilan hasil, kesimpulan dan refleksi (kegiatan penutup)
adalah sebagai bentuk belajar)
Pada tahap terakhir, guru memberikan soal latihan/evaluasi secara individu
dan melakukan refleksi terhadap pelajaran yang baru dipelajari. Dalam kegiatan
refleksi ini dijadikan media untuk merefleksi (bercermin) pada kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi ini merupakan suatu cara untuk
belajar, menghindari kesalahan di waktu yang akan datang dan untuk
meningkatkan prestasi belajar serta kinerja peneliti.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Cooperative
Script Dengan Media Gambar Pada Siswa Kelas 4 SDN Mangunsari 01 Salatiga.
Berdasarkan judul di atas dapat diketahui bahwa dalam pembelajaran IPS
peningkatan hasil belajar siswa kelas 4 SDN Mangunsari 01 Salatiga dapat
meningkat dikarenakan dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran
cooperative script. Penelitian tersebut dilakukan oleh Delita, subjek penelitiannya
berjumlah 40 orang. Pengumpulan data menggunakan tes dan pengamatan. Data
dianalisis dengan melihat ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu 80% siswa
mendapat skor ≥ 70. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran menyimak berita. Hal ini terbukti dari adanya peningkatan
rata-rata hasil tes siklus 1 diketahui 75,10 dan hasil tes siklus 2 rata-rata 78,65.
Ditinjau dari pencapaian ketuntasan belajar siswa pada siklus 1 diperoleh 85%
dan siklus 2 diperoleh 93%. Dengan demikian, ketuntasan belajar siswa
32
mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 8%.berdasarkan
penelitian tersebut maka terbukti bahwa peningkatan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPS dikarenakan dalam pembelajaran peneliti menggunakan model
pembelajaran cooperative script. Berdasarkan penelitian tersebut maka terbukti
bahwa peningkatan hasil belajar siswa dikarenakan dalam pembelajaran peneliti
menggunakan model pembelajaran cooperative script. Maka dapat disimpulkan
melalui pembelajaran cooperatif script dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 7 SMP Negeri 2 Banyuasin I
Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperatif
Script.
Berdasarkan judul di atas dapat diketahui bahwa dalam peningkatan hasil
belajar siswa kelas 7 SMP Negeri 2 Banyuasin I dapat meningkat dikarenakan
dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran cooperative script.
Penelitian tersebut dilakukan oleh Admin, Subjek penelitian berjumlah 30 orang.
Pengumpulan data menggunakan tes dan pengamatan. Data dianalisis dengan
melihat ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu 85% siswa mendapat skor ≥
65. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran menyimak berita. Hal ini terbukti dari adanya peningkatan rata-rata
hasil tes siklus 1 diketahui 73,17 dan hasil tes siklus 2 rata-rata 76,83. Ditinjau
dari pencapaian ketuntasan belajar siswa pada siklus 1 diperoleh 80% dan siklus 2
diperoleh 90%. Dengan demikian, ketuntasan belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 10%.berdasarkan penelitian tersebut
maka terbukti bahwa peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
menyimak dikarenakan dalam pembelajaran peneliti menggunakan model
pembelajaran cooperative script. Maka dapat disimpulkan melalui pembelajaran
cooperatif script dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan analisis judul yang pernah digunakan para peneliti di atas maka
dengan menggunakan model pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa. Dengan analisis tersebut maka peneliti melakukan
33
penelitian dengan menerapkan model pembelajaran cooperative script pada
pelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2.3 Kerangka Pikir
Salah satu faktor yang berpengaruh pada hasil belajar adalah faktor model
pembelajaran yang digunakan oleh guru atau pendidik selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Model yang digunakan sangat berpengaruh dan
berperan penting terhadap hasil belajar anak. Dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran sangat penting untuk menunjang keberhasilah seseorang dalam
belajar.
Pada kondisi awal, hasil belajar bahasa Indonesia melalui kegiatan membaca
dan menemukan kalimat utama pada teks cerita masih rendah. Hal tersebut terjadi
karena guru masih menggunakan metode dan model pembelajaran yang
kovensional, kurang inovatif dalam mengemas pembelajaran, sehingga siswa
kurang termotivasi dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu,
diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang inovatif yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa melalui kemampuan membaca dan menemukan
kalimat utama dalam teks cerita. Diantara beberapa model pembelajaran
kooperatif, yang lebih cocok dengan pembelajaran membaca ialah penggunaan
model pembelajaran cooperative script.
Model pembelajaran cooperative script merupakan sebuah kelompok model
pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai
tujuan bersama. Pembelajaran cooperative script disusun guna untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap
kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan
kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang
berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran cooperative script siswa
berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara
kolaboratif akan mengembangkan ketrampilan berhubungan dengan sesama
manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
34
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan model
pembelajaran cooperative script berpeluang besar dalam meningkatkan hasil
belajar siswa.
Alur kerangka berpikir yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya
penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan.
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pikir di atas dapat dirumuskan hipotesis sementara
dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran cooperative script
dalam pembelajaran bahasa Indonesia KD: “Menentukan kalimat utama pada tiap
paragraf melalui membaca intensif” dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa
Indonesia kelas 4 semester 2 SD Negeri Tlogo Tahun 2012/2013”