Download - BAB II (I)
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Visitor Center dan Arboretum
2.1.1 Pengertian Visitor Center dan Arboretum
a) Pengertian Visitor Center
Visitor Center adalah sebuah fasilitas pendidikan atau edukasi publik,
dapat juga diartikan ruang yang didedikasikan dalam sebuah bangunan gedung untuk
pertunjukan, program dan layanan serta sebagai tempat informasi. Interpretasi dari
visitor center itu sendiri adalah kombinasi dari aktivitas edukasi untuk arti nyata dan
dalam hubungannya dengan presentasi, objek asli, setra ilustrasi grafik, atau media
desain untuk membantu orang-orang mengerti, mengapresiasi, dan menjaga alam dan
lingkungan budaya (Bureau of Reclamation,2007). Visitor Center memilki definisi
terluas, karena didalamnya ia dapat menggabungkan aspek-aspek dari pusat warisan
serta museum. Visitor Center dapat memegang beberapa artefak tetapi fungsi
utamanya adalah untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang situasi yang
ada sekarang, latar belakang sejarah dan rencana akan datang (Michael.G.Beech,
2009). Berlabel publik merupakan label untuk Visitor Center, pelayanan personil
didalamnya yang memberikan informasi bebas biaya kepada wisatawan. Visitor
Center memerlukan kunjungan dari manusia, sehingga harus tersedia outlet informasi
bahkan mampu menghadirkan fasilitas yang lebih canggih dan interaktif tanpa
dipungut biaya, namun ada kalanya juga fasilitas yang tersedia mungkin memiliki
komponen komersial yang bertujuan untuk kegiatan sosial masyarakat atau
pengunjungnya (I Gusti Bagus, 2012). Tujuannya agar tempat ini menjadi tolak ukur
pertama sebelum melakukan eksplorasi sebenarnya pada atraksi tersebut. Visitor
Center tidak dapat dberikan pengertian yang sama dengan Museum, tetapi tujuan
antara Visitor Center lebih mengutamakan “atraksi”, sedangkan museum lebih kepada
“melestarikan artefak untuk kebaikan umum”, karena sebuah organisasi dapat
menyimpan arsip tetapi mereka belum tentu benda-benda tersebut adalah benda
museum, sedang untuk tempat yang berpredikat “ pusat /center” akan selalu dituntun
untuk memiliki staf yang baik, informasi yang jelas, mempunyai area penjualan sesuai
dengan lokasi wisata dimana pusat pengunjung ini berada, fasilitas toilet dan mungkin
juga minuman.
12
Fungsi pusat pengunjung secara umum adalah (Biro Reclamation of Berau
2007 ; Dumas, 2009 )
Tempat mengkomunikasikan dan informasi kepada pengunjung tentang
informasi dari tempatnya berada, serta sebagai tempat aktivitas yang beragam.
Visitor Center juga bertindak sebagai fasilitas masyarakat untuk berbagai
kegiatan budaya dan sosial lokal, memiliki fasilitas yang bersifat fleksibel.
Meningkatkan kualitas wisata rekreasi dan pariwisata, dengan mampu
memberikan pengalaman yang berkualitas. Menjelaskan peluang dan fasilitas
yang tersedia didalam suatu kawasan wisata.
Sebagai wadah untuk memahami kondisi wisata tempatnya berdiri, dalam
pusat pengunjung diberikan pengetahuan mengenai tempat yang mereka
kunjungi, walaupun bukan pembelajaran yang mendalam dan hanya bertaraf
pengetahuan umum.
Sebagai tempat menyediakan keamanan pengunjung dan kepuasan bagi
pengunjung.
b) Pengertian Arboretum
Kebun botani termasuk merupakan tempat konservasi ex-situ atau diluar
habitat aslinya, sebagai suatu kawasan atau tempat yang memberikan informasi dan
pendidikan, wahana bertemunya masyarakat dengan ilmu pengetahuan alam untuk
melihat dan mempelajari fenomena-fenomena kehidupan makhluk hidup. Arboretum
merupakan termasuk dalam kategori kebun botani yang mengkoleksi pepohonan
dengan luasan tertentu berisi berbagai jenis pohon yang ditanam sedapat mungkin
mengikuti habitat aslinya dan dimaksudkan sebagai areal pelestarian keanekaragaman
hayati dan sedikitnya dapat memperbaiki/menjaga kondisi iklim di sekitarnya. Di
dalam Arboretum sendiri memiliki keanekaragaman pohon sehingga ia juga dapat
difungsikan sebagai kebun pohon-pohon hutan. Selain itu, keberadaan arboretum
dapat berperan sebagai sarana pendidikan, penelitian dan pengembangan.
Pembangunan Arboretum juga ditujukan sebagai bentuk lain dari konservasi
sumberdaya hayati ex-situ yang aman dan efisien dalam pelestarian sumberdaya
genetik. Keberadaan arboretum saat ini dianggap penting baik bagi negara dan
masyarakat secara umum, terutama bagi perguruan tinggi dan lembaga pendidikan
secara umum, mengingat semakin berkurangnya tempat penelitian dan pengkajian
ekosistem hutan bagi pelajar, mahasiswa dan peneliti. Selain itu, keberadaan
13
arboretum dapat dijadikan sumber pendapatan dengan turut dibudidayakannya
tanaman buah-buahan atau penanaman tanaman, selain bernilai ekonomi tinggi atau
pemeliharaan ternak ditambah juga dengan fungsinya menjadi tempat rekreasi alam
(A.Rauf, 2008; Shera 2013).
2.1.2 Kriteria Visitor Center
Visitor Center lebih memungkinkan untuk muncul kedalam hal yang lebih
modern dan berkembang mengikuti perkembangan jaman, begitu juga dengan
museum, ia dapat mengembangkan fitur-fitur baru yang lebih modern tetapi tetap
melaksanakan mandat dari fungsi museum tradisional. Oleh karena itu, perlunya
kejelasan dari keduannya dan dijelaskan melalui tabel berikut :
Spesifikasi Pusat Pengunjung (visitor centers) Museum
Konten Terpilih, mengalami penyempitan atau pengurangan (terspesifkasi), meneladani (mainly medially communicated).
Komprehensif, bersifat mewakili, menkomunikasikan berdasarkan dokumen asli dan media.
Cakupan Memberikan gambaran. Memberikan gambaran dan rincian.
Lokasi Berada pada pusat utama pengunjung di tempat atraksi budaya atau alam.
Ditetapkan oleh parameter-parameter tertentu.
Pengertian dan Misi
Visitor Center adalah fasilitas umum dengan karakter menampilkan atau memamerkan sesuatu hal yang berhubungan langsung dengan tujuan budaya atau tujuan alam atau atraksi lokal, serta merupakan tempat pertama yang menampilkan gambaran dan titik kontak pertama untuk wisatawan dan masyarakat terhadap tujuan eksplorasi lebih dalam terhadap atraksi yang di jelaskan. Visitor Center biasanya langsung terhubung kepada situs-warisan budaya atau alam dengan pemberian informasi yang terintegrasi baik dalam bentuk analog, digital dan secara lisan.
Museum adalah hal yang bersifat (non-profit) tidak mengambil keuntungan, merupakan institusi permanen dalam pelayanan masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, sifatnya melestarikan, penelitian, berkomunikasi dan memamerkan pameran warisan budaya (benda) untuk tujuan pendidikan.
Komunikasi Dirancang untuk memberi Memungkinkan untuk terjadi
14
persepsi yang cepat, tekstual dan singkat, elemen interaktif dan inovatif, dan memungkinkan untuk tidak melakukan studi yang mendalam.
pembelajaran yang mendalam.
Kelompok sasaran Wisatawan, warga, ahli publik serta kemlompok kepentingan khusus.
Wisatawan, warga serta kelompok kepentingan khusus
(Cross-Linkage) Hubungan dengan lanskap budaya dan mungkin dengan aset budaya yang lainnya.
Museum lainya dan aset, budaya.
Layanan Tambahan Umumnya layanan tambahan adalah informasi wisata, tempat yang menjual makanan atau minuman, menjual souvenir, menyimpan buku cetak ataupun elektronik pertunjukan secara teknologi.
Kegiatan menjual barang khas, tempat makan.
Motivasi utama kunjungan
Memperoleh gambaran atau informasi tentang layanan, struktur dan sifat dari situs warisan budaya atau alam, pusat pengunjung sifatnya bukan tujuan utama dari perjalanan, tetapi lebih kepada pameran khusus.
Dengan tujuan tertentu yang menarik, melihat dokumen asli serta mengetahui benda-benda sejarah.
Membangun Visitor Center adalah suatu aktivitas yang menuntut persyaratan
berbeda dari pengembangan sebuah museum, dalam hasil penelitian yang dilakukan
pada pusat pengunjung di World Heritage Regensburg (Dumas, 2009) ada beberapa
parameter yang dapat diterima dengan oleh pengunjung sebagai tolak ukur dalam
keberhasilan suatu pusat pengunjung :
Lokasi, sebuah Visitor Center memiliki parameter mudah untuk diakses dan
idealnya berada disepanjang rute wisata, karena ia sangat berhubungan dengan
situs warisan budaya atau alam.
Mempertimbangkan pengunjung, siapa yang akan berkunjung ke pusat
pengunjung ini, apakah pengunjung akan memerlukan akses informasi atau
fasilitas diluar jam, apakah fasilitas-fasilitas penunjang yang layak dan berguna
untuk di tempatkan dalam pusat pengunjung ini. Kedua adalah staf, kebutuhan
ruang apa saja yang diperlukan staf, seperti untuk persiapan, penyimpanan.
Ketiga adalah masyarakat lokal, penggunaan fungsional dari Visitor Center,
15
Tabel 2.1 Tabel perbandingan antara Pusat Pengunjung dan Museum, (Dumas, Haler dan Ripp, Learnig and Having Fun : Visitor Centers)
terhadap ruang-ruang yang bisa diapliksan untuk pengunjung juga bisa di pakai
oleh masyarakat lokal.
Tim pengembang pusat pengunjung , diperlukan pemikiran yang baik terutama
dalam membangun sebuah pameran yang permanen yang bisa berintegrasi
dengan baik.
Memiliki orientasi fisik yang baik, fitur-fitur didalamnya benar-benar jelas
sehingga pengunjung tidak memiliki kebingungan dan dapat memberi nilai yang
positif bagi bangunan
Metode komunikasi yang beragam, metode yang sama apabila diterapkan
dalam jangka panjang akan menimbulkan kebosanan pengunjung, penting untuk
mempertimbangkan penyampaian yang menarik seperti memanfaatkan teknik
visual, gambar, video atau pemutaran film pendek yang bisa meningkatkan
minat pegunjung untuk berkunjung.
Lebih inovatif, menawarkan beragam kegiatan dan fasilitas, idealnya pusat
pengunjung harus memperhatikan metode-metode komunikasi yang menjamin
untuk terus aktif serta dengan menyediakan fasilitas lebih sehingga menunjang
keaktifan kegiatan didalamnya.
Mengembangkan isi pameran/melengkapi dengan pameran khusus, pameran
sementara memberikan kesempatan baik untuk menjaga kepentingan tematik
pengunjung dalam jangka panjang, dan untuk membidik target-target baru
adalah dengan pengembangan tema dan kevariatifan tema yang disampaikan.
2.1.3 Kondisi Umum Arboretum di Nyaru Menteng
Arboretum Nyaru Menteng merupakan kebun botani dengan koleksi
pepohonan yang dibangun pada tahun 1988, areal ini merupakan areal bekas HPH
yang telah dieksploitasi sejak tahun 1974. Arboretum ini memiliki luas 65.2 Ha
merupakan kawasan pelestarian plasma nuftah ekosistem hutan rawa, termasuk ke
type hutan tropika dataran rendah dengan kondisi tanah berawa dan bergambut serta
sebagai tempat konservasi tanaman langka. Di Arboretum ini terdapat berbagai jenis
tumbuhan yang dapat digolongkan kedalam 43 famili dengan jumlah species 139
jenis, termasuk jenis tumbuhan langka. Diareal ini juga terdapat klinik reintroduksi
orangutan yang di bangun oleh Yayasan BOS Nyaru Menteng. Sejak tahun 1994
pengelolaan Arboretum ini dilaksanakan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam
Provinsi Kalimantan Tengah. Arboretum Nyaru Menteng terletak disebelah timur
16
jalan raya Tjilik Riwut km 28 dari kota Palangka Raya menuju Kabupaten Katingan.
Secara administratif termasuk kedalam wialayah kelurahan Tumbang Tahai,
Kecamatan Bukit Batu Kotamadya Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Arboretum
berdasarkan garis lintang dan garis bujur berada diantara 113o 46’-113 o 48’ bujur
Timur dan 2 o 0’- 2 o 02’ lintang selatan. Kawasan Arboretum merupakan terdiri dari
pepohonan yang dilindungi dan merupakan lokasi konservasi, ketinggian wialyah ini
adalah kurang lebih 25 m dpl, topografi kawasan Arboretum Nyaru Menteng secara
keseluruhan datar dengan kelerangan 0%-2%. Formasi geologi kawasan ini tersusun
dari lapisan kuarter miosen atas intursif dan flutonik. Jenis tanah terdiri dari jenis
organosol, humus alluvial dan regosol dari batuan induk alluvial dengan fisiografi
daratan serta termasuk dalam kawasan tanah berawa dan gambut (http://BKSDA
Kalteng.dephut.go.id, 23 September, 2014, 18:45 WIB).
2.2 Arsitektur Ekologis
2.2.1 Ekologi dan Arsitektur Ekologis
Pembangunan memberi andil dalam kerusakan lingkungan. Kegiatan ini sangat
berhubungan erat dengan lingkungan, dimana lingkugan merupakan wadah kegiatan
tersebut berlangsung. Selain itu, ilmu arsitektur juga dianggap sebagai salah satu ilmu
yang berperan menyebabkan kerusakan lingkungan. Bermunculannya isu tentang
lingkungan menumbuhkan pemikiran akan perbaikan lingkungan itu sendiri, agar
kehidupan kedepan akan tetap terus terjaga dan manusia sebagai makhluk yang
tinggal didalamnya tetap mampu bertahan hingga puluhan tahun kedepan. Arsitektur
sebagai salah satu ilmu pengetahuan yang menyumbang terhadap kerusakan
lingkungan juga harus memberikan solusi untuk mengatasi kerusakan yang
diakibatkanya. Konsep sustainable architecture hadir dengan tujuan memperbaiki
kerusakan lingkungan. Arsitektur ekologis atau eco-architecture merupakan salah satu
bagian dalam arsitektur berkelanjutan, dimana dalam arsitektur berkelanjutan ini,
arsitek sebagai perancangnya mampu menggunakan banyak cara dan teknik untuk
mengurangi pemakaian energi, karenanya arsitektur berkelanjutan tersebut lahir
berdasarkan konteks sosial dan perubahan iklim.
Istilah “ekologi” pertama kali diperkenalkan oleh sebagai ilmu interaksi antara
segala jenis makhluk hidup dan lingkungannya. arti kata bahasa Yunani “Oikos”
adalah rumah tangga atau cara bertempat tinggal dan” logos” bersifat ilmu atau
17
ilmiah. Jadi, ekologi berarti ilmu tentang rumah atau tempat tinggal makhluk hidup
(Haeckel, 1869, dalam Frick, 1998). Konsep ekologis merupakan konsep penataan
lingkungan dengan memanfaatkan potensi atau sumberdaya alam dan penggunaan
teknologi berdasarkan manajemen etis yang ramah lingkungan. Pembahasan ekologi
tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen peyusunnya, yaitu
faktor abiotik dan biotik, dimana lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik
yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi. Ekologi juga
berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup yaitu
populasi, komunitas dan ekosistem.
Konsep ekologis arsitektur merupakan paduan antara ilmu lingkungan dan
ilmu arsitektur yang berorientasi pada model pembangunan dengan memperhatikan
keseimbangan lingkungan alam dan lingkungan buatan. Konsep arsitektur ekologis
semakin populer seiring dengan meningkatnya kerusakan lingkungan pada masa-masa
sekarang. Arsitektur ekologis lebih memperhatikan kebutuhan pembangunan secara
holistik dan ramah lingkungan (Yuliani, 2012). Sebuah bangunan ekologis adalah
struktur yang dirancang untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan yang
saling menguntungkan antara lingkungan bangunan dan manusia (Fatah, 2012).
Desain yang ekologis merupakan suatu perancangan yang mengintegrasikan sistem
biologis artifisial sampai dengan sistem alamiah yang digunakan dalam proses
perancangan – perancangan dengan strategi yang menghubungkan desain bangunan
dengan lingkungan dan cara hidup manusia (Arsita, 2013).
Pemikiran tentang lingkungan kedalam desain ini muncul pada akhir tahun
1930-an, dari generasi ini menemukan solusi praktis untuk kepentingan sosial dan
lingkungan. Arah pembangunan berkonsep ekologi sebenarnya merupakan proses
adaptasi pada sumber daya alam dan kepedulian akan konidisi lingkungan yang
semakin menurun. Faktor utama yang menjadi orientasi pembangunan adalah adanya
kondisi perubahan iklim yang berpengaruh ke banyak faktor kehidupan, tidak hanya
manusia, tetapi juga hewan dan tumbuhan. Dinamika pembangunan yang lebih ramah
terhadap lingkungan memuncak pada tahun 2000-an, konsep pembangunan seperti ini
semakin pesat karena sangat relevan dengan kondisi dan situasi lingkungan dibumi
yang semakin merosot sehingga mulai terbangun konsep yang ramah terhadap
lingkungan. Pembangunan sekecil apapun itu akan mempunyai dampak perubahan
terhadap lingkungannya. Dampak yang disebabkan dengan adanya pembangunan
18
terhadap lingkungan tidak hanya secara fisik dalam lingkungan tetapi juga
mempengaruhi lingkungan dalam bangunan baik internal dan eksternal. Dampak
tersebut perlu mendapat perhatian adalah dampak jangka panjang, yang akan
menurunkan kualitas lingkungan secara berangsur-angsur.
2.2.2 Prinsip Dasar Arsitektur Ekologis
Pembangunan berwawasan lingkungan menjadi koridor perancangan yang tidak hanya
berskala regional tapi internasional. Manusia sebagai pelaku dan pengguna
mempunyai keragaman sosial budaya untuk mengolah bangunan dan lingkungan
secara harmonis, yang mampu menjaga simbiosis lingkungan dalam bangunan atau
kawasan sehingga tidak membebani siklus alami. Unsur-unsur lingkungan merupakan
suatu yang universal dan kaya akan perbedaan, sehingga perancangan dalam hal ini
adalah bukan hal monoton, tetapi didalamnya juga memiliki pertimbangan atau
prinsip-prinsip yang menjadi awal pemikiran untuk mengarah pada pengembangan
desain lebih dalam.
Pertama yang perlu dipikirkan adalah lingkungan itu sendiri. Pemikiran akan
lingkungan berakar dari asumsi bahwa bangunan akan didirikan diatasnya, pemikiran
yang berwawasan lingkungan adalah pemikiran pengolahan terhadap seberapa besar
lingkungan yang akan dipakai atau diganti fungsinya, sehingga pemecahan masalah
dari hal tersebut adalah dengan penataan lingkungan diluar bangunan atau penataan
lanskap. Sesuai dengan tujuan dari arsitketur ekologis sendiri adalah tidak memberi
dampak negatif terhadap lingkungan adalah dengan pemikiran zero impact, pemikiran
ini bisa diterapkan pada pengolahan tapak baik bagi berubahnya fungsi lingkungan
sebagai tempat berdirinya bangunan serta bagi pendukung bagi kegiatan bangunan
tersebut.
Kedua adalah pemikiran terhadap bangunan. Pemikiran ini mengacu pada
konsep ekologisnya yaitu pertimbangan akan kondisi iklim bangunan didirikan,
pemikiran akan ketersedian energi yang ada pada tapak serta pemanfaatannya, dan
lebih mengandalkan pemanfaatan potensi dari lingkungan alam disekitarnya
dibandingkan dengan penggunaan peralatan mekanis/elektrikal atau mengurangi
ketergantungan terhadap penggunaan teknologi yang memakan banyak energi, dengan
membiarkan alam bekerja sendiri dan bangunan menerima keuntungan dari sistem
kerja lingkungan alam yang ada sehingga bangunan tetap berdiri dengan memberikan
19
kenyamanan bagi penghuninya (manusia) dan lingkungan alamnya. Selain iklim dan
energi yang terakhir adalah material yang akan digunakan. Material akan menjadi
pertimbangan dalam desain arsitektur ekologis, dimana akan muncul pertimbangan-
pertimbangan yang akan mempengaruhi solusi pemakaian material yang sifatnya
ramah lingkungan serta tidak memberikan dampak bagi sang peghuni (manusia).
Ketiga adalah pemikiran terhadap manusia sebagai penghuni dan pengelola
bangunan dan lingkungan. Bangunan yang dibangun bukan hanya menjaga kualitas
lingkungan untuk keberlanjutan lingkungan, tetapi juga memberi kualitas bagi
penghuni didalamnya agar ketiga aspek pemikiran utama dalam arsitektur ekologis
tersebut dapat tercapai sesuai dengan tujuan konsep ekologis itu sendiri yaitu saling
menguntungkan.
Prinsip-prinsip tersebut adalah (Kenneth Yeang, dalam Yuliani, 2012; Vasques,
2009; Arista, 2013) :
a. Tata lingkungan bangunan luar dalam bentuk lanskap alami yang memiliki
pemikiran sensitif terhadap keberadaan lingkungan .
Lansekap arsitektur adalah kegiatan perancangan luar ruang bangunan dan area
publik untuk mencapai lingkungan yang mampu mengakomodasi kebutuhan-
kebutuhan ruang luar manusia, namun tetap memperhatikan aspek-aspek estetika.
Pemikiran lansekap yang peduli akan lingkungan adalah langkah awal untuk
menciptakan perancangan yang berwawasan lingkungan, dimulai dari unsur-unsur
taman. Leberecht Migge (1926) dalam Antonio (2012), menyatakan ‘gardesn as
industrial products, as tool for a better living’, taman dijelaskan sebagai suatu alat
untuk meningkatkan kualitas hidup. Memulai pengolahan lanskap adalah dimulai
dengan pemikiran akan pemilihan material yang akan dipakai, pemilihan yang
mampu memberi dampak yang baik terutama dalam pemeliharaan dan
operasionalnya. Pemilihan material yang diperuntukan untuk area pekerasan untuk
jalan setapak sebaiknya tidak memakan dan tidak mendominasi area hijau pada
site. Pada lahan yang terbatas ada kalanya ruang terbuka yang ada juga digunakan
sebagai ruang parkir, tidak hanya sebagian namun hampir keseluruhannya. Pada
keadaan ini hendaknya dipilih perkerasan yang mampu menahan beban kendaraan
atau manusia, namun juga menyerap air, seperti dengan menggunakan jenis grass
block (Lihat gambar 2.1). Selain kemampuan menyerap air penggunaan
20
perkerasan sebaiknya juga mempertimbangkan material yang memiliki permukaan
tidak memantul secara penuh. Hal ini bertujuan untuk tidak terjadinya pemantulan
panas matahari ke dalam bangunan/ruangan dan juga untuk menghindari kesilauan.
Material keras yang berpeluang tersentuh tangan atau kaki sebaiknya juga tidak
dibuat dari material yang mudah menyerap panas karena dapat membahayakan.
Selanjutnya untuk mencapai tujuan memberikan dampak yang sedikit terhadap
bangunan adalah dapat dimulai dengan menghindari tindakan segera/serta-merta
menebang pepohonan yang sudah ada diatas lahan. Setiap batang pohon yang sudah
besar adalah habitat bagi banyak makhluk hidup, baik pohon atau makhluk hidup
didalamnya memiliki siklus hidup tertentu dan saling menjaga keseimbangan
lingkungan. Penebangan akan memberikan dampak yang kurang baik terhadap siklus
hidup tersebut. Untuk daerah tropis lembab penggunaan vegetasi yang baik
mempunyai pengaruh kepada arah pergerakan udara dan kekuatan angin, kualitas dan
kuantitas air tanah dalam dan permukaan serta penurunan iklim mikro. Diperlukan
pertimbangan dalam melakukan penebangan pohon, aspek yang perlu diperhatikan
sebelum melakukan penebangan adalah (Mediastika,2012):
Meneliti jenis, usia, kekuatan, dan penyebaran akar pohon yang tumbuh diatas
lahan.
Sekiranya posisi pohon sulit untuk dipertahankan karena akan menganggu tapak
bangunan, usahakan untuk mencari kompromi apakah tapak bangunan dapat
disesuaikan dengan keberadaan pohon.
21
Mediastika , 2012
Gambar : 2.1. (1) contoh pekerasan ruang luar jenis grass block ,(2) Trurescape Shenyang Campus China, menata ladang padi sebagai alternatif lansekap ,(3)pengolahan sirkulasi yang tidak merusak lahan ladang padi (4) pengolahan jalur sirkulasi dan tempat duduk yang tidak menggangu ladang padi 1
2
43Prof. Antonio di Campli Landsape Architecture, 2012
Zero impact, merupakan salah satu isitilah dalam arsitektur berkelanjutan dimana
banyaknya pohon yang ditebang akan digantikan atau dilakukan penamanan ulang
agar lingkungan tetap memiliki siklus hidup yang baik, namun dengan
pertimbangan posisi tanaman yang sesuai.
Merancang vegetasi yang akan diterapkan dalam desain bukanlah hal yang
sembarangan dan hanya diletakkan begitu saja pada site didalamnya juga perlu
pertimbangan terhadap (1) pemilihan jenis vegetasi yang sesuai, (2)Penanaman
pohon sebagai pembayang atau peneduh, (3) penggunaan tanaman sebagai
pemecah atau penghalang angin agar energi dalam bangunan tidak lekas hilang
(Mediastika, 2012).
Pertama, penataan lansekap yang melibatkan pohon atau vegetasi akan
menambah nilai pelestarian lingkungan. Selain mempertahankan jenis pepohonan
yang sudah ada pada site, ada kalanya pada saat ditentukan lahan tersebut sudah
mengalami pengundulan. Pada lahan semacam itu diperlukan penghijauan.
Permukaan area terbuka sebagai penyerapan limpasan air sebaiknya ditutup dengan
tanaman agar tidak becek dan terkena erosi saat musim hujan tiba dan tidak
terlampau kering saat musim kering. Hal yang penting diperhatikan adalah usaha
utuk menggunakan tanaman yang sesuai dengan kondisi iklim site, agar
penanaman bukan hal yang sia-sia dan tidak menguras biaya dan tenaga untuk
pemeliharaan terutama untuk penghematan energi dan air.
Kedua penanaman pohon peneduh sebagai pembayang atau peneduh
bangunan, selain penanaman tanaman yang dipilih untuk kebutuhan penghijauan,
peggunaan pohon juga untuk pembayangan atau peneduh. Fungsi penempatan
pohon ini sebagai penciptakan iklim mikro diseputar bangunan. Pohon peneduh
dapat diperoleh dengan mempertahankan pohon yang sudah ada, apabila
memungkinkan tapak bangunan dirancang menyesuaikan keberadaan dari pohon
22
Gambar 2.2 (1), Posisi pohon di tengah gedung Hong kong Heritage Discovery Center (2) Dua pohon besar yang dibiarkan berdiri di taman gedung HHDC (Sumber : Mediastika, 2012).
1 2
tersebut. Apabila tidak memungkinkan, pohon peneduh dapat ditanam pada posisi
didepan bidang bukaan bangunan sehingga menurunkan suhu udara yang masuk
kedalam bangunan. Pepohonan juga dapat ditanam berdekatan dengan dinding
yang diharapkan mampu menutupi serta mengurangi paparan sinar matahari
kedinding bangunan. Akan tetapi, pohon yang tinggi dengan tajuk yang lebat juga
berpotensi memlihara kelembaban udara dibawahnya karena sinar matahari sulit
menembus tajuk yang lebat, sehingga untuk menghindari hal tersebut perlu
mengatur dalam hal jarak pohon terhadap bangunan setidaknya 2-3 meter agar
cukup ruang bagi akar dan tajuk untuk tumbuh tanpa menaung diatas atap.
Ketiga, pemikiran terhadap penggunaan pemecah atau penghalang angin agar
energi didalam bangunan tidak lekas hilang, kecepatan hembusan angin memiliki
perbedaan yang variatif, penataan lansekap arsitektur dapat diatur sedemikian rupa
untuk menyediakan pemecah atau penghalang angin. Pemecah angin mampu dapat
berupa dinding buatan yang sengaja ditempatkan disisi bangunan, namum pemecah
angin yang lebih alamiah dan ramah lingkungan adalah memiliki kinerja yang lebih
baik seperti pepohonan. Pepohonan dapat bergerak secara elastis mengikuti
perubahan angin, serta sifatnya yang tidak solid sehingga memungkinkan untuk
tetap terjadi pergerakkan angin kedalam bagunan.
b. Merencanakan pekerjaan yang berkesesuaian dengan iklim lokal,
pemanfaatan potensi iklim dalam bangunan, pengoptimalan energi sumber
daya kedalam bangunan.
Radiasi Matahari
Matahari terdiri dari panas serta cahayanya, keduanya adalah pertimbangan dalam
penyesuaian perancangan dengan iklim lokal. Radiasi matahari adalah penyebab
semua ciri umum iklim dan radiasi matahari sangat berpengaruh terhadap
kehidupan manusia, intesitas cahaya matahari dan pantulan cahaya matahari yang
kuat merupakan gejala dari iklim tropis. Intensitas cahaya matahari umumnya
memberikan cahaya berlebih pada ruangan. Cahaya yang terlalu kuat juga kontras
dalam nilai yang terlalu besar dalam nilai brightness, pada umumnya dirasakan
kurang menyenangkan dalam hal ini perlu diperhatikan dalam perbedaan mendasar
antara daerah tropika kering kesilauan terjadi karena pantulan oleh bidang tanah
atau bangunan, sedangkan untuk didaerah lembab, tingginya kelembaban udara
dapat menimbulkan efek silau pada langit, secara sederhana ini berarti dalam kasus
23
yang pertama mata yang memandang ke bawah akan menjadi silau, sedangkan
dalam kasus kedua mata yang memandang keataslah yang akan silau. Silau
dibedakan menjadi dua yaitu disability glare dan discomfort glare. Disability glare
adalah silau yang menyebabkan mata tidak mampu melihat atau membedakan
mana objek dan latar belakangnya, tetapi tidak menimbulkan perih dimata atau
pening. Sedangkan discomfort glare adalah silau yang menimbulkan
ketidaknyamanan secara fisik, terutama pada mata, meskipun tidak selalu
menghilangkan kemampuan untuk melihat (Mediastika, 2012). Silau bisa saja
bukan hanya berasal dari cahaya matahari tetapi juga melalui cahaya buatan. Tetapi
cahaya matahari adalah cahaya yang sangat memberi pengaruh besar. Silau yang
terjadi karena cahaya matahari dapat dikurangi dengan berbagai cara, misalnya :
Menempatkan teritis atau kanopi didepan bidang bukaan.
Memperbesar atau menambah bidang bukaan (terutama pada arah yang
berbeda atau berlawanan) agar masuknya cahaya lebih merata dan leluasa.
Menjauhkan bidang kerja didalam bangunan atau ruangan dari bidang bukaan.
Mengurangi kontras antara ruang luar dan dalam dengan penggunaan lantai,
plafon dan cat dinding berwarna terang pada ruangan.
Uuntuk daerah tropika basah sebagian radiasi panas matahari diserap oleh awan
tetapi cahaya menjadi lebih kuat dengan adanya pembiasan pada butir-butir air,
umumnya perlu ada kompromi antara keinginan akan pandangan yang luas dan
pengurangan kesilauan, aplikasi nyata yang bisa dicontoh adalah pada rumah-
rumah tradisional yaitu dengan menggunakan atap sengkuap (lihat Gambar 2.3).
Panas matahari tertinggi dicapai pada kira-kira 2 jam setelah tengah hari,
karena pada saat itu radiasi matahari langsung bergabung dengan temperatur udara
yang sudah tinggi. Karena itu pertambahan panas terbesar terdapat pada fasade
barat daya dan barat laut (tergantung pada musim dan garis lintang) dan fasad
24
Gambar 2.3 Contoh perlindungan terhadap sinar panas dan silau matahari diiklim tropika lembab yang dapat dicontoh pada rumah tradisional, yaitu dengan penggunaan atap sengkuap (Sumber : Heinz Fricks,1998)
barat. Patokan dapat dianggap bahwa temperatur tertinggi sekitar 1-2 jam setelah
posisi matahari tertinggi, dan temperatur terendah sekitar 1-2 jam sebelum
matahari terbit. Temperatur mulai naik lagi sebelum matahari terbit disebabkan
oleh penyebaran radiasi pada langit. Orientasi bangunan terhadap matahari akan
menentukan besarnya radiasi matahari yang diterima bangunan. Semakin luas
bidang yang menerima radiasi matahari secara langsung, semakin besar juga panas
yang diterima bangunan. Dengan demikian, bagian bidang bangunan yang terluas
(misalnya: bangunan yang bentuknya memanjang) sebaiknya mempunyai orientasi
ke arah Utara-Selatan sehingga sisi bangunan yang pendek, (menghadap Timur –
Barat) yang menerima radiasi matahar langsung (lihat gambar 2.4). Selain dengan
menentukan orientasi salah satu cara untuk mengurangi radiasi dari panas matahari
mengatasi dari atap yaitu dengan menempatkan kolam air pada atap, atau dengan
alternati menggunakan atap bertanaman (green roof/garden roof) ( Lihat gambar
2.5 dan 2.6 ).
.
25
Gambar 2.4 Letak gedung terhadap lintasan matahari dan arah angin (Sumber : Heinz Frick,1998)
Gambar 2.5 Atap yang terdapat kolam airdan atap bertanaman untuk melindungi gedung dari sinar panas (Sumber : Heinz Frick,1998)
Tersedia alternatif lain yang bisa diterapkan dalam perencanaan untuk
mengatasi sinar dan panas matahari terhadap bangunan yaitu dengan menggunakan
Sun Shading, di daerah tropis perlindungan terhadap matahari sangat penting.
Penyelesaian yang cukup baik adalah dengan menempatkan bangunan – bangunan
serapat mungkin, sehingga saling memberi bayangan. Selain dari pengorganisasian
masa antar bangunan, metode sun shading dapat dipergunakan sebagai
perlindungan terhadap panas matahari. Dinding akan menjadi panas jika tidak
dilindungi dari radiasi matahari dan akan meneruskan panas ini ke dalam ruangan.
Dinding utara dan selatan tidak begitu banyak menerima radiasi karena sudut jatuh
matahari cukup besar. Dinding timur dan barat mendapat beban panas yang lebih
besar, sehingga dibutuhkan peneduhan pada kedua fasade ini. Jika diperlukan
dinding pada kedua fasade ini dapat menggunakan jenis dinding berongga / ganda,
sehingga radiasi panas bisa diisolasi oleh aliran udara dingin yang mengalir
diantara dua lapisan dinding tersebut.
1. Tirai Horizontal, elemen horizontal sangat efektif untuk menahan matahari tinggi
pada fasade utara dan selatan. Makin dekat sebuah bangunan pada garis
khatulistiwa dimana matahari hampir vertikal di atas kepala, makin mudah
melindungi fasade utara dan selatan. Pada daerah ini tritisan atap sudah cukup
untuk melindungi bidang dindingnya. Letak yang terlalu rapat dengan fasade
harus dihindarkan, jarak minimum terdekat adalah 10cm-20cm.
2. Tirai Vertikal, elemen vertikal sangat efektif untuk menahan datangnya sudut
jatuh matahari rendah pada fasade timur, timur laut, tenggara, barat, barat daya
atau barat laut (tergantung letaknya terhadap garis khatulistiwa). Tetapi
penggunaan elemen pelindung vertikal ini dapat membentuk dinding yang tertutup
secara optis.
26
Gambar 2.6 (1), Kebun diatas atap di Brooklyn Grange, New York (2) Atap green roof pada PT. Dahana Subang (sumber : Di Campli, 2012; Nugraha, 2012)
1 2
3. Kombinasi Elemen horizontal dan vertikal, tirai ini cocok dipasang ditempat yang
perubahannya tinggi dan azimut mataharinya besar, yaitu pada fasade yang
berorientasi ke arah barat daya sampai barat laut atau tenggara sampai timur laut.
Jenis ini lebih banyak menahan radiasi matahari dibandingkan tirai vertikal atau
horizintal (lihat gambar 2.7 ). Bentuk yang sederhana adalah longgia (serambi yang
tidak menonjol, melainkan mundur kedalam gedung) sehingga jendela tidak
terkena sinar matahari dan balkon yang sisinya tertutup.
27
Gambar 2.7 Contoh penggunaan sirip pada dinding sebagai perlindungan dari sinar dan panas matahari, sirip tegak(1), sirip horizontal (2), sirip tegak horizontal (3) Kombinasi vertikal dan horizontal (sumber : Heinz Frick, 1998)
1 2
Gambar 2.9 (1) dan (2) Efektif digunakan pada bidang bangunan yang menghadap Utara –Selatan
1 2
Gambar 2. 8 (1) dan (2) Efektif digunakan pada bidang bangunan yang menghadap Timur-Barat (juga mengurangi efek silau pada saat sudut matahari rendah)
Selain memiliki banyak alternatif untuk mengatasi sinar matahari atau
memanfaatkan sinar matahari sebagai pencahayaan alami, pengaturan bentuk ruang
dan bentuk bangunan juga mampu mempengaruhi intensitas cahaya yang masuk
serta mempengaruhi pencahayaan didalamnya. Tata ruang yang cenderung
memanjang pada suatu bangunan akan diperoleh ketika ruangan-ruangan ditata
sebagai model lapisan/ jajar tunggal atau setidaknya lapisan ganda. Apabila karena
suatu alasan tidak memiliki kesempatan bukaan pada dinding, cahaya kubah langit
dapat diperoleh dengan tabung cahaya. Selain teknik ini ada cara lain seperti lorong
pemantul atau kanopi pemantul.
Pergerakkan Aliran Udara
Bumi adalah planet yang sangat spesifik diantara planet-planet yang lainnya,
lapisan atmosfer yang menyelimuti dan gaya gravitasi bumi menyebabkan adanya
kehidupan dibumi. Komposisi udara di atmosfer adalah nitrogen (78%), oksigen
(21%), argon (0.09%), karbondioksida (0.03%) dan sisanya adalah uap air dan gas-
gas lainnya. Agar kehidupan dibumi terus berlangsung sebagaimana adanya,
komposisi udara semacam ini harus dipertahankan persentasenya, semua ini dapat
terus terwujud jika keseimbangan ekosistem dibumi tetap terus terjaga
keberadaannya, mengingat hal tersebut juga merupakan keperluan setiap orang
yang hidup dibumi. Udara bergerak menghasilkan penyegaran terbaik karena
dengan penyegaran tersebut terjadi proses penguapan yang menurunkan suhu pada
kulit manusia dengan demikian angin juga dapat digunakan untuk mengatur udara
28
1 2
Gambar 2. 10 (1) Pada beberapa bangunan, ruang antara juga difungsikan sebagai selasar serta meminimalkan radiasi panas dan silau matahari ke dalam ruang (2) Kampus Muhammadiyah Yogyakarta yang menerapkan kulit ganda berbahan kaca sebagai solusi mengatasi terpaan hebat sinar matahari pada posisi bangunan sebelah yang terkena radiasi matahari. (Sumber : Mediastika, 2012)
didalam ruang. Jadi arah angin sangat menentukan orientasi bangunan, posisi
bangunan yang melintang terhadap angin primer sangat dibutuhkan untuk
pendinginan suhu udara. Jenis, ukuran, dan posisi lubang jendela pada sisi atas
dan bawah bangunan dapat meningkatkan efek ventilasi silang (pergerakan udara)
di dalam ruang sehingga penggantian udara panas di dalam ruang dan peningkatan
kelembaban udara dapat dihindari. Jarang sekali terjadi orientasi bangunan yang
baik terhadap matahari sekaligus arah angin primer. Penelitian menunjukkan, jika
harus memilih (untuk daerah tropika basah seperti Indonesia), posisi bangunan
yang melintang terhadap arah angin primer lebih dibutuhkan dari pada
perlindungan terhadap radiasi matahari sebab panas radiasi dapat dihalau oleh
angin yang berhembus. Angin sedikit bertiup dengan arah yang berlawanan pada
musim hujan dan musim kemarau. Pengaruh angin dan lintasan matahari terhadap
bangunan dapat dimanfaatkan dengan gedung yang dibuat secara terbuka dengan
jarak yang cukup diantara bangunan tersebut agar gerak udara terjamin gerakan
udara sangat bervariasi karena gerakan tersebut dapat dipengaruhi oleh bentuk
tofografi serta vegetasi, serta dipengaruhi oleh bukaan pada bangunan itu sendiri,
besaran serta letak lubang input ataupun output udara juga berpengaruh pada
kenyamanan ruang (lihat gambar 2.11 ).
29
Gambar 2.11 Pengaruh perbedaan letak lubang masuk dan keluar udara mempengaruhi arah dan tekanan pergerakan udara (sumber : Heinz Frick,1998)
Gambar 2.12 Mekanisme pengaruh besarnya lubang bukaan masuk dan keluar mempengaruhi kecepatan pergerakan angin dalam bangunan (sumber : Heinz Frick,1998)
Dalam pemikiran desain yang ekologis menentukan tata letak ruangan untuk ventilasi
alami adalah salah satu hal menjadi pertimbangan dalam proses desain. Ventilasi
alami pada ruang-ruang di dalam bangunan hanya akan terjadi apabila ruang-ruang
ditata secara lapis/jajar. Penataan ruang satu lapis adalah ruang disusun secara garis
linier sehingga setiap ruang sebanyak-banyaknya hanya diapit (berada diantara) dua
ruang lainnya. Penataan ini setiap ruang setidaknya memiliki dua sisi dinding yang
terhubung dengan luar ruangan agar dapat secara leluasa diletakkan bidang bukaan
pada dua dinding berhadapan tersebut. Penataan semacam ini akan memberikan
kesempatan ruangan mengalami ventilasi alami yang maksimal melalui sistem
ventilasi silang. Namun demikian penataan berjajar semacam ini sering kali tidak
mudah diterapkan karena bentuk lahan yang tidak mendukung dan kebutuhan akan
ruang yang banyak. Apabila karena sesuatu hal penataan berjajar tidak dapat
dilaksanakan penataan berjajar tunggal (satu lapis) tidak dapat dilaksankan, penataan
berjajar berganda dengan koridor (sirkulasi) dibagian tengahnya dapat dipilih sebagai
alternatif. Kualitas ventilasi alami yang terjadi pada penataan jajar ganda tentu tidak
sebaik jajar tunggal karena salah satu dinding terhubung dengan koridor yang
tertutup. Ventilasi alami adalah jenis pengudaran yang mengalami proses pertukaran
(udara dalam ruangan digantikan/ditukar oleh udara diluar ruangan). Hal ini sangat
dipengaruhi dengan keberadaan lubang bukaan pada bangunan yang menyebabkan
terjadinya perbedaan tekanan udara antara didalam dan diluar ruang. Ventilasi sialng
adalah tata cara ventilasi menggunakan lubang bukaan (idealnya berada pada dinding
bangunan) dalam posisi berbeda antara lubang masuk udara (inlet) dan lubang keluar
(outlet). Posisi yang paling ideal adalah sisi dinding yang berhadap-hadapan. Namum
dalam keadaan tertentu (misalnya kecepatan angin cukup tinggi) ventilasi silang juga
dapat terjadi secara minimal pada sisi dinding yang bersebelahan atau sisi dinding
yang sama (Mediastika. 2000).
30
Gambar 2.13 Pengaruh bukaan terhadap tekanan angin (sumber : Heinz Frick,1998)
Presipitasi (curah hujan)
Selanjutnya yang juga mempengaruhi terhadap rancangan arsitektur ekologis
adalah presipitasi, presipitasi terbentuk oleh kondensasi atau sublimasi uap air.
Presipitasi jatuh berupa hujan, hujan gerimis, hujan es atau hujan salju, sedangkan
dipermukaan bumi terbentuk embun dan embun beku. Didaerah tropis umumnya
presipitasi turun pada musim hujan yang dikhatulistiwa terjadi dua kali setahun.
Untuk bangunan didaerah tropis orientasi bangunan sebaiknya tegak lurus terhadap
arah angin, tetapi disini sekaligus tanpa pelindung yang tepat hujan akan dibawa
masuk melalui lubang yang paling kecil masuk kedalam ruangan dan angin dapat
memaksanya bahkan pada dinding vertikal. Pada prinsipnya konstruksi yang
31
Gambar 2.14 Skematik sketsa pada denah banguna yaitu bedimensi dan model lubang bukaan yang sempurna pada dinding berhadapan, ventilasi kurang sempurna pada dinding bersebelahan, serta ventilasi silang kurang sempurna pada sisi dinding yang sama. (sumber : Mediastika, 2012)
Gambar 2.15 Skematik ventilasi dengan teknik bukaan pada atap dan menara angin (sumber : Mediastika, 2012)
Gambar 2.16 Contoh penataan ruang jajar ganda (dua lapis) dengan koridor dibagian tengah, setidaknya salah satu dinding terhubung dengan ruang luar sehingga udara mengalir cukup baik. (sumber : Mediastika, 2012)
melindungi dinding, jendela, pintu terhadap cahaya matahari juga berfungsi
sebagai pelindung terhadap hujan. Tetapi umumnya konstruksi ini dibuat terlalu
lemah, sehingga untuk menghadapi kekuatan hujan tropis perlu diperkuat.
Atap adalah bagian bangunan yang paling banyak menerima cahaya matahari,
dan merupakan bagian yang paling bertanggung jawab terhadap kenyamanan
ruangan. Atap harus mendapat perhatian seperti penggunaan bahan dan konstruksi
peredam suara, untuk melindungi gangguan ketika hujan turun. Serta sebagai
Untuk menghindari kerusakan akibat angin badai, maka sebaiknya kemiringan atap
lebih dari 30o, karena kemiringan di bawah 30o akan memperbesar daya hisap
angin. Kemiringan atap juga berperan untuk mempercepat pengaliran air sebelum
merembes ke dalam bahan bangunan. Atap limasan dapat melindungi semua sisi
secara sempurna, sedangkan pada atap pelana terdapat bidang dinding segitiga di
bawah atap yang tidak terlindung. Selain menggunakan atap pemilihan penggunaan
material yang tetap untuk bangunan juga mampu bertahan dan tetap kuat untuk
menghadapi curah hujan.
c. Penghematan energi, mengurangi arus pemakaian energi dan sumber daya
dengan memanfaatkan potensi alam/lingkungan.
Mengurangi arus pemakaian energi dapat dilakukan seperti yang ada pada poin
sebelumnya (b) yaitu dengan memaksimalkan iklim, yaitu dengan menerapkan
pencahayaan alami dan penghawaan buatan. Kemudian, selain itu hal yang lain
penghematan terhadap air, penghematan terhadap air bisa dilakukan dengan
memanfaatkan air hujan, contoh seperti yang dilakukan oleh Heinz Frick yaitu
dengan membuat box penampungan air hujan (lihat gambar 2. 17 ). Bak air hujan
yang pertama (berukuran 12m2) digunakan untuk keperluan rumah tangga. Air
hujan tersebut disaring secara sederhana dengan kawat kasa. Bak dibuat dari lantai
dan dinding beton bertulang setebal 20 cm, mengingat kualitas beton yang terlalu
rendah. Kemudian ditambahkan lapisan kimia khusus dan cat kolam renang untuk
membuat tangki kedap air. Air ini mampu dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan air yang tidak memerlukan air bersih atau untuk konsumsi,
pemanfaatannya untuk penyiraman taman atau tanaman. Frick juga memikirkan
membuat tempat sampah untuk sampah organik yang ditampung dihalaman rumah.
Kemudian, contoh selanjutnya seperti pada penghematan energi kantor manajemen
pusat PT Dahana, Subang Jawa Barat, penghematan energi dilakukan dengan cara,
pada siang hari kantor tidak menggunakan lampu dan lampu diberi sensor gerak
32
yang akan menyala sesuai dengan pergerakan manusia penggunanya. Zero run off
(tidak ada air hujan yang terbuang percuma), air hujan ddialirkan ke kolam dan
ketanah untuk diresapkan, terakhir adalah area hijau dengan peneduh perkerasan
dari tanaman rambat dan penggunaan tanaman yang dapat dibudidayakan,
pemisahan sampah organik dan nonorganik yang nantinya sampah ini bisa dibuang
sesuai dengan tempatnya atau dilakukan pengomposan, sedangkan untuk sampah
anorganik dilakukan kerjasama dengan pengepul lokal.
d. Membangun bangunan yang ramah lingkungan dengan penggunaan
material yang tidak berisiko buruk bagi kesehatan, menggunakan bahan
bangunan yang bisa terbarukan, pemikiran akan sumber material dan
output material yang digunakan.
Kegiatan pembangunan adalah salah satu kegiatan yang menyumbang dalam
penggunan energi, terhitung dimulai dari penyediaan material bangunan tersebut,
proses transportasi pengiriman bahan bangunan tersebut, proses pembangunan
sampai saat ditempati. Hampir semua penggunaan material adalah dengan
menggunakan sumber daya dari alam. Sumber daya tersebut bukan hanya berasal
dari permukaan bumi yang dapat dengan jelas dilihat oleh manusia, tetapi juga
berasal dari dalam lapisan dalam bumi. Sumber daya (resources) dibumi terdiri
dari dua jenis yaitu sumber daya terbarukan (renewable) dan sumber daya tidak
terbarukan (non-renewable). Sumber daya terbarukan adalah sumber daya yang
dapat diperbaharui, atau dapat dipanen secara teratur. Sedangkan material non-
renewable adalah bahan bangunan yang tidak mudah untuk diperbaharui atau
dengan kata lain tidak dapat diperbaharui dengan pemanenan seperti bijih besi,
minyak bumi.
Dalam salah satu prinsip desain ekologis, pemikiran akan keberadaan
sumber daya yang ada dialam adalah salah satu pertimbangan dalam pemilihan
33
1 2
Gambar 2.17, (1) Tempat penampungan air hujan yag berada di rumah , (2) Tempat penampungan air hujan diluar rumah. Sumber : Agung; Calista , 2008
material yang akan dipakai. Umur material pada bangunan dapat ditentukan oleh 4
faktor (Berge, 1992) :
Bahan itu sendiri, struktur fisik dan komposisi kimianya
Material yang digunakan pada bangunan terdiri struktur fisik ( fisika) dan
unsur kimia. Unsur fisik atau unsur fisika material dapat dilihat dari berat,
kekuatan serta kapasitasnya, apakah bahan baku tersebut dapat dipakai atau
cocok serta potensi untuk digunakan. Sedangkan unsur kimia dalam bahan
baku material adalah zat-zat yang menyusunnya sehingga mampu menjadi
sebuah olahan. Ketahanan material dalam untuk paparan kelembaban,
oksigen/gas. Dengan mengetahui senyawa kimia yang terkandung dalam
suatu material akan memberikan kemudahan untuk mengetahui dampak yang
ditimbulkan apabila material tersebut dibuang ke lingkungan. Senyawa kimia
material ini juga berperan dalam penentuan tingkat keamanan material bagi
kesehatan manusia penggunanya;
Konstruksi dan pelaksanaannya;
Lingkungan setempat, iklim serta kondisi fisik lingkungannya,
Dalam pemilihan material ia akan menciptakan dua pertimbangan, pertama
pengaruh iklim akan kondisi material itu sendiri ( lebih kepada penggunaan
material yang bereaksi langsung dengan kondisi iklim / luar bangunan),
iklim adalah hal yang mampu mempengaruhi umur dari sebuah material
dalam bangunan. Dimulai dari radiasi matahari, radiasi matahari mampu
menciptakan reaksi kimia serta memproduksi oksidasi. Suhu adalah faktor
iklim kedua yang bisa mempengaruhi material bangunan, tekanan udara
mampu mempengaruhi volume dan ketegangan material terutama kepada
material yang memiliki struktur pori yang tertutup. Kelembaban mampu
menyebabkan perubahan volume, angin dan hujan mampu mempengaruhi
kekuatan bangunan dengan terjadinya fraktur serta reaksi kimia yang ada
dalam udara dan yang terkandung dalam lingkungan mampu menyebabkan
korosi. Kedua adalah pertimbangan material yang bisa menciptakan iklim
dalam bangunan. Material yang digunakan mampu mengontrol iklim dalam
ruangan dan terutama berorientasi terhadap kenyamanan seperti mengatur
udara, kelembaban, mengatur suhu dan kebisingan didalamnya;
Pemeliharaan dan manajemen,
34
Setelah bangunan berdiri, kegiatan pengelolaan serta pemeliharaan akan
bangunan juga akan mempengaruhi umur bangunan serta material yang
dipakai.
Selain memperhatikan umur dari material, ada prinsip untuk industri
bangunan ekologis (Berge, 1992) :
1. Penggunaan material yang berbasis sumber daya terbarukan atau kaya
cadangannya dibumi, produk mudah didaur ulang serta merupakan bahan
bangunan yang ekonomis;
2. Peningkatan daur ulang, mengusahakan menggunakan material daur ulang
sebuah produk sebelum adanya proses produksi selanjutnya, sebagai usaha
menghemat biaya dan sumber daya.
Dalam industri bangunan, banyak produksi yang memiliki potensi daur ulang
yang rendah seperti beton, tetapi ada juga terdapat material yang bisa didaur
berulang-ulang. Daur ulang terdiri dari tiga tingkatan :
Re-use, penggunaan kembali, yaitu penggunaan kembali bahan bangunan,
tergantung pada masa hidup komponen dan mengacu pada penggunaan
keseluruhan komponen secara keseluruhan dengan fungsi yang sama.
Daur ulang, merupakan proses peleburan dengan menghancurkan
komponen, yang kemudian memasuki proses manufaktur baru, logam
adalah bahan bangunan yang sangat efisien untuk didaur ulang.
Pemulihan energi, pembakaran produk untuk menghasilkan energi, materi
dapat di bakar pada pabrik jika gas/api yang dihasilkan memerlukan
perlakuan khusus, tetapi jika tidak ada perlakuan khusus, dapat dibakar
dalam tungku sederhana.
3. Pemikiran terhadap penggunaan material yang lebih sedikit menggunakan
energi, serta menurunkan tingkat polusi (produksi, transportasi dan
pelaksanaan).
4. Memikirkan daya tahan dari material tersebut dengan menggunakan material
tahan lama, pengolahan serta ekploitasi bahan baku akan berkurang dan
material yang dapat digunakan kembali.
Jenis-jenis material
35
Beton
Beton atau lebih tepatnya semen yang digunakan untuk produksi secara
luas dikenal sebagai bahan bangunan dengan salah satu memiliki emisi karbon
yang terkait dengan industri konstruksi. Diperkirakan proses produksi semen
menyumbang hingga 10% emisi karbon. Namun, penggunaan beton sering dapat
sangat berharga karena dalam desain energi yang diperlukannya rendah. Massa
termal yang ditawarkan oleh beton sulit untuk meniru rendahnya pandangan
dalam ekonomisnya. Beton memiliki kemampuan untuk menyerap panas selama
berjam-jam sebelum kembail memancarkan panas. Hal tersebut memungkinkan
beton untuk digunakan sebagai pengubah iklim dalam desain yang pasif.
Kegunaannya digunakan sebagai pendingin bangunan pada bangunan komersial
dan sebaliknya sebagai penyimpanan panas. Campuran beton terdiri dari semen
juga agregat, agregat adalah campuran yang memiliki komposisi yang ramah
terhadap lingkungan dan berdampak rendah terhadap lingkungan. Agregat
biasanya tidak memerlukan banyak pengolahan dan dapat dengan mudah didaur
ulang, sumber utama emisi karbon yang ditimbulkannya adalah dari transportasi.
Sehingga pemilihan agregat adalah pemikiran yang baik untuk desain yang
berkelanjutan. Kemudian semen, semen adalah bahan cair atau kental yang
memiliki sifat perekat, bentuk umumnya plester gypsum, kapur hidrolik dan
semen protland. Seperti yang dinyatakan sebelumnya bahwa semen adalah salah
satu bertanggung jawab dalam konsumsi energi diseluruh dunia. Tetapi kembali
lagi, selain memiliki kekurangan beton juga memiliki kelebihan karena ia
memiliki sifat yang kaku dan tidak memiliki rongga sehingga tidak mudah untuk
dimasuk atau menyerap air, uap kimia, gas atau cairan lainnya.
36
1 2
Gambar 2.18, (1) Komposisi dari beton, (2) balok beton dalam konstruksi ; Sumber : George,2012)
Blok beton, adalah salah satu bahan bangunan yang juga terbuat dari campuran
semen dan agregat. Dimasa-masa isu terkait dengan kerusakan lingkungan mulai
bermunculan alternatif agregat yang dipakai untuk blok beton mulai mempunyai
banyak pilihan dan dipilih untuk pengurangan emisi karbon didunia.
Tanah Liat
Tanah liat adalah jenis tanah halus atau batu, material berbutir halus
terutama terdiri dari silikat aluminium terhidrasi yang terjadi secara alami dalam
tanah dan batuan sedimen. Tanah liat menunjukkan keplastisitasnya melalui
kadar air, megeras ketika kering dan ketika di bakar dalam tungku akan terjadi
reaksi fisik tanah liat tersebut. Tanah liat umumnya digunakan untuk pembuatan
batu bata, keramik, semen dan drainase bawah tanah. Cetakan tanah liat yang
dibakar dan tidak dibakar telah menjadi populer sebagai alternatif dari benton.
Perbedaan dari balok tanah liat yang dibakar adalah memiliki kandungan yang
tinggi karena diperlukan selama masa pembakarannya, tetapi walaupun begitu
penggunaan balok tanah liat yang dibakar ini bisa disiasati dengan menggunakan
produksi lokal, sehingga tidak mengeluarkan energi untuk proses transportasinya.
Selain itu produk yang digunakan dari tanah liat adalah plester tanah liat, plester
tanah liat telah tersedia sebagai altenatif untuk gypsum. Plester ini akan
mengeras, hal tersebut bukan dikarena oleh reaksi kimia, sehingga mempermudah
pengerjaan dan proses perbaikannya dengan penambahan air. Keuntungan
penggunaannya adalah menyerap dan menyebarkan uap air. Selanjutnya adalah
Batu bata, batu bata merupakan bahan bangunan kuno yang terbuat dari tanah liat.
Batu bata terbentuk melalui proses pembakaran tanah liat yang dicampur dengan
unsur-unsur pembentuk lainnya, yang kemudian dicetak dan dikeringkan sebelum
dipanas kan pada pembakaran pada suhu diantara 1000 o sampai 1200o. Proses
pembakaran dari batu bata adalah penentu kualitas dari batu bata itu sendiri.
Kapur dan biji besi umumnya menetukan warna dari batu bata itu sendiri, batu
bata merah biasanya mengandung besi dan batu bata kuning atau putih biasanya
mengandung kapur. Batu bata yang memiliki kualitas yang baik adalah batu bata
yang dipanaskan pada suhu yang tinggi dan konstituen dalam lelehannya
membentuk silikat yang dingin untuk menciptakan batu yang kedap dan keras.
Apabila dilihat dari keramahannya terhadap lingkungan batu ini bisa didaur
ulang serta memiliki umur yang relatif panjang. Perawatan material yang tidak
37
mahal serta menawarkan massa termal dan ketersediaan bahan baku yang
berlimpah. Hanya saja, proses pembakaran serta transportasi adalah sumber
utama dalam keprihatinan lingkungan. Keuntungan dalam penggunaan batu bata
adalah tahan lama, dapat dipakai kembali apabila digunakan dengan mortar
kapur, dapat didaur kembali, bebas racun.
Sedangkan untuk hasil material yang tidak melalui proses pembakaran
adalah batu buatan atau batu cetak yang tidak dibakar, terkadang batako ini juga
dicampur dengan semen. Bentuk batu batako yang bermacam-macam
memungkinkan variasi yang cukup banyak, serta umumya pengunaan batako
sebagai alasan ekonomi karena menggunakan batako menghemat biaya
dibandingkan dengan bata merah. Batu batako biasanya dibuat dari tras dan kapur
dengan perbandingan 5 : 1, serta biasanya campuran ini bisa ditambah dengan
semen tetapi dicampur dalam keadaan kering sehingga adukan dapat tercampur
dengan baik. Batako memerlukan 3 sampai 5 hari untuk merawatnya dan
memperbaiki bentuknya, membutuhkan 3 sampai 4 minggu untuk masa
pengerasannya dan yang perlu diperhatikan adalah pengerasan harus dari curah
hujan.
Kaca
Kaca adalah salah satu material yang umumnya digunakan dalam bangunan,
dengan tujuan pencahayaan untuk bukaan ataupun hanya sekedar sebagai estetika.
Kaca dibuat dengan pelelehan bersama beberapa mineral pada suhu yang tinggi.
Bahan –bahan tersebut adalah silika dalam bentuk pasir yang dikombinasikan
dengan abu dan batu kapur dan dipanaskan dalam suhu 1700o. Pasir silika
dengan sendirinya dapat menyatu untuk menghasilkan kaca tetapi dengan
ketentuan suhu yang telah ditetapkan. Tujuannya adalah memberikan stabilitas
kaca serta bahan kimia lainnya seperti kalsium oksida dan mangnesium oksida,
38
Gambar 2.19, (1) bentuk tanah liat yang sudah mengalami pembakaran pada konstruksi bangunan , (2) Balok-balok tanah liat Sumber : George,2012)1 2
usaha ini didapatkan dengan menambahkan kapur supaya menghasilkan kaca
murni. Dalam batas-batas ini, komposisinya bervariasi sesuai dengan produk dan
metode produksi, kesemua bahan baku atau bahan mentah yang dipakai
ditimbang secara hati-hati dan memiliki konsistensi yang tinggi dalam jumlah
komposisi yang diperlukan.
Kaca memberikan peranan besar dalam alternatif-alternatif untuk desain
pencahayaan alami dalam desain ekologis. Karena sifat kaca yang umumnya
transparan sehingga ia dengan mudah untuk memindahkan cahaya dari luar ruang
menuju kedalam ruang.
Kaca juga termasuk dalam material yang dapat didaur ulang, bahan mentah dari
kaca dengan sangat hati-hati dipertimbangkan dalam metode produksinya, tapi,
sekarang mendaur ulang kaca dari botol kaca bekas atau bahan-bahan yang
terbuat dari kaca adalah dengan menggunakan yang dikenal dengan nama Cullet,
untuk membentuk kaca baru. Menggunakan cullet memberikan manfaat yang
besar bagi lingkungan, karena dengan menggunakan cullet mengurangi proses
pengalian bahan mentah pembuat kaca.
Kayu
Kayu merupakan salah satu material lokal di Kalimantan Tengah, kayu telah
digunakan sebagai abahn bangunan yang paling kuno. Kayu merupakan salah
satu bahan bangunan yang mampu ber re-generasi kembali serta merupakan
bahan bangunan yang sangat mudah untuk digunakan kembali dan didaur
kembali. Serta merupakan material yang ramah lingkungan, kayu dimasa
sekarang sudah masuk dalam proses produksi pabrik sehingga olahan kayu sudah
mulai beragam, tetapi kayu tidak menimbulkan emisi karbon yang besar.
Bahan bangunan ini, sampai pada saat ini masih banyak dicari dan
dibutuhkan banyak orang, kayu juga termasuk dalam kategori bahan bangunan
yang dapat diadakan lagi atau diperbarui renewable resources. Keunggulan lain
39
Gambar 2.20 (1) Kaca-kaca yang sudah tidak terpakai , (2) Penghancuran kaca untuk di daur ulang menggunakan cullet (sumber : George,2012)
1 2
yang dimilikinya adalah mudah untuk diproses menjadi barang lain dengan
penggunaan energi yang sedikit, serta memiliki sifat-sifat spesifik yang dapat
ditiru oleh bahan lain buatan manusia.
Keunggulan penggunaan kayu adalah sebagai berikut :
Mudah dalam pengerjaannya dan dapat dibuat hanya dengan alat-alat
sederhana, misalnya gergaji;
Tidak mengantarkan panas;
Tidak mengantarkan listrik;
Relatif lebih ringan jika dibandingkan dengan besi dan baja.
Tetapi ada juga beberapa hal yang perlu dipertimbangkan apabila menggunakan
bahan ini yaitu :
Mudah terbakar;
Kekuatan dan keawetan kayu sangat tergantung dari jenis dan umur
pohonnya;
Cepat rusak oleh pengaruh alam, seperti hujan dan sinar matahari;
Dapat dimakan serangga kecil seperti rayap;
Kekuatan kayu tidak seragam walaupun dari jenis pohon yang sama.
Bambu
Menemukan bambu memang sangat mudah karena ia dapat dengan mudah
untuk berkembang hampir diseluruh wilayah di Indonesia, bambu adalah salah satu
alternatif yang penting sebagai pengganti kayu. Masa sekarang bambu menjadi
alternatif terbaik untuk menggantikan kayu, karena sifat elastisnya serta
ketahanannya, keuntungan menggunakan bambu adalah re-generasinya yang cepat
bahkan lebih cepat jika dibandingkan dengan kayu, serta mudah untuk
dibudidayakan. Bambu harus tua, berwarna kuning jernih atau hijau tua dan
40
Gambar 2.21 (1)Komposisi kayu , (2) Kayu yang sudah diolah dan dipasang menjadi dinding (sumber : George, 2012)1 2
berbintik puth pada pangkalnya, berserat padat dengan permukaan yang mengkilap.
Di tempat buku tidak boleh pecah, bambu yang telah direndam harus berwarna
pucat tidak berwarna kuning, hijau atau hitam dan berbau asam serta berbau khas.
Sama seperti kayu bambu juga memiliki banyak jenis, tapi dari sekian banyak jenis
bambu hanya ada 4 macam saja yang dianggap sebagai jenis bambu yang paling
penting terutama dalam hal pembangunan yaitu:
Bambu tali (apus), ruasnya panjang-panjang dan mempunyai garis tengah dari
4 cm s/d 8 cm, panjang batang 6cm/13cm;
Bambu petung amat kuat, ruasnya pendek-pendek, tetapi tidak begitu liat,
garis-garis tengah bambu petung 8cm s/s 13 cm, panjangnya 10 s/d 18cm;
Bambu duri (ori) termasuk dalam bambu yang kuat dan besar seperti bambu
petung tetapi dengan ruas yang pendek. Bagian kulit luar halus dan licin
daripada bambu lainnya, lagi pula lebih keras;
Bambu wulung (bambu hitam), memiliki ruas yan gpanjang seperti bambu tali
tetapi tidak liat. Garis tengah bambu wulung dari 4 s/d 8 cm dengan panjang
batang 7 s/d 15 cm.
41
Gambar 2. 23 (3) Bambu wulung , (4) Bambu ori (sumber: http: jualgazeobambu.com)
1 2
43
Gambar 2. 22 (1) Bambu Petung , (2) Bambu tali/apus (sumber : http: jualgazeobambu.com)
Penggunaan bambu yang paling banyak adalah pada daerah di pulau Jawa, hampir
semua bagian dari rumah tinggal terbuat dari bambu seperti pada tiang dan lantai
dan dinding, tetapi juga seperti untuk pelapis atap, serta dimanfaatkan menjadi
perabot rumah.
Batu
Stone atau rock adalah agregat padat yang terjadi secara alami dari mineral.
Pertambangan batu untuk penggunaan bijih logam telah menjadi faktor penting
dalam kemajuan hidup manusia. Batu adalah material yang sama seperti kayu,
sudah ada sejak lama serta sudah dipergunakan sejak lama dan merupakan
komponen alam yang melimpah. Perkembangan pekerjaan produksi batu sebagai
material pun sudah semakin modern dimana batu sudah masuk kedalam proses
pabrikasi dan diolah sesuai dengan warna, tekstur dan daya tahannya kemudian
dipotong sesuai dengan bentuk dan ukuran tertentu.batu merupakan termasuk
dalam jenis material yang ramah lingkungan tetapi prosesnya pengalian atau proses
penambangannya adalah proses yang sedikit berdampak tidak baik terhadap
lingkungan. Karena proses penggalian kedalam tanah, kemudian proses peledakan
untuk memisahkan komponen dari batuan tersebut dengan mineral-mineral lain
yang terkandung didalam serta pengangkutannya dalam tahap ini saja batu sudah
menyumbang penggunaan energi dan pengrusakan yang cukup signifikan.
Kegiatan pertambangan secara modern memang mungkin kurang banyak
diinginkan karena pertimbangan akan energi yang digunakan, sehingga pemilihan
batu sebagai material bangunan mungkin saja bisa dipakai tetapi dengan
mengurangi proses transportasi dari batu tersebut, atau menggunakan batuan lokal
yang bisa didapatkan disekitar bangunan didirikan. Pemikiran tersebut mampu
mengurangi pemakaian energi untuk transportasi pengiriman batu serta proses
pabrikasi batu.
Baja
Baja adalah material yang terdiri dari campuran besi dan karbon, yang berkisar
antar 0.2-2.1% (beratnya) tergantung dengan kualitas dari baja tersebut. Ketika besi
secara umum melebur dari bijih-bijihnya atau bijih besi, didalamnya banyak
terkandung karbon daripada yang diharapkan atau diperlukan. Untuk menjadi baja,
kandungan besi yang memiliki banyak karbon tersebut harus re-melted sehingga ia
dapat berubah menjadi baja. Penggunaan baja menjadi suatu hal yang umum sejak
42
penemuan metode praktik dalam produksi pada abad ke-17. Serta disertai dengan
invansi dari proses bessemer dipertengah abad ke-19 baja menjadi relatif murah
dan diproduksi secara masal. Baja bessemer adalah baja yang dengan proses yang
impurities atau tidak murni dari baja yang dioksidasi dari tiupan udara melalui besi
yang meleleh.
Industri baja, telah mendaur ulang baja sekitar sejak 150 tahun yang lalu, karena
pendaur ualng baja adalah kegiatan yang sangat rendah ekonomi untuk dilakukan.
Keuntungan dari energi dan finansial dari pendaur ulang baja sebagai sesuatu yang
bertentangan dengan melelehkan bijih besi untuk membuat baja yang baru. Pada
tahun 2008 baja sudah menjadi komoditi di london, penggunaan baja dalan industri
konstruksi dikatakan akan menjadi indikator yang kuat dalam progres pennigkatan
ekonomi.
Ada beberapa jenis pengolahan baja seperti Stainless steel, Galvanised Steel,
Hot Dip Galvanised. Stainless steel adalah baja yang terdiri dari minimum 11%
khrom, zat warnanya lebih sedikit dibanding dengan karbon baja tetapi bukan
berarti tidak memilikinya. Bahan ini tidak mudah untuk berkarat atau berkorosi,
baja karbon memiliki bentuk oksida sebagai permukaan yang kuat. Stainless steel
adalah material yang 100% dapat didaur ulang kembali. Galvanised steel adalah
baja yang ditambah dengan perlindungan terhadap cuaca. Yaitu proses ini adalah
dengan mencelupkan baja kedalam bak panas yang bermuatan lelehan timah.
Sedangkan hot dip galvanised adalah timah yang digunakan untuk melindungi
metal atau lapisan baja dari korosi. Ketika diletakkan atau diekspos kepada
atmosfer timah akan bereaksi dengan oksigen dan molekul air di udara, yaitu dari
zinc dioxide yang bereaksi dengan carbon dioxide diatmosfer menjadi bentuk
yang lebih kecil, kedap, tidak dapat dipecahkan dan menghilangkan lapisan abu-
43
Gambar 2.24 (1) Stainless Steel (2) Galvanised Steel, (sumber : George. 2012)1 2
abu dari zinc carbonatnya. Perlekatan ini mendasari timah untuk melindungi
terhadap korosi.
Aluminium
Aluminium adalah logam yang paling melimpah dialam dan unsur paling
mudah dijumpai dalam lapisan bumi setelah oksigen dan silikon. Bahan baku
dalam produksi aluminium adalah tanah lempung dan bauksit. Bauksit terbentuk
ketika batuan tertentu yang kaya akan aluminium, 8% dari lapisan kulit bumi
adalah aluminium, sedangkan bauksit terdiri 50-60 % aluminum. Walaupun sangat
mahal dalam pengaruhnya bagi lingkungan, dalam ekstraksi dan proses
pembuatannya tetapi aluminium memiliki sifat yang sangat mudah untuk didaur
ulang tanpa batasan waktu dan 95% tanpa menggunakan energi (less uses energy)
dari pada produksi utama metal dari material mentah. Apapun yang terbuat dari
aluminum dapat didaur ulang seperti kaleng, aluminium foil, priring, bingkai
jendela serta furnitur tanaman semuanya dapat dilelehkan kemudian dibentuk dan
dibuat produk yang sama atau berbeda lagi. Aluminium 100% dapat didaur ulang,
pengolahan kembali satu kilogram aluminium dapat menyelamatkan sekitar
delapan kilogram bauksit, empat kilogram produksi dan empat belas kilowatt serta
satu jam energi listrik. Ada cara lain yang bisa dilakukan untuk menjaga
ketahanan dan menambah kekuatan dari aluminium, yaitu dengan
menganodisanya. Anosida adalah proses kimia elektro yang mana lapisan oksida
dari aluminium dikentalkan oleh melewati sebuah aliran elektrik melalui
pencairan asam belerang pada pelerburan aluminium. Proses ini menutupi seluruh
permukaan aluminium, memberikan pilihan warna metal, menambah kekerasan
dari aluminium dan memberikan kekuatan aluminium dalam ketahanan terhadap
korosi. Sebagai lapisan oksida aluminium terbentuk secara langsug dari
aluminium itu sendiri dan hal tersebut menyebabkan aluminium tidak mudah retak
dan mengelupas. Penggunaan eksterior dari aluminium akan terus berlanjut dan
terus menciptakan oksida dalam waktu yang panjang, dan terus mempengaruhi
penggunaannya. Penganodaan aluminium adalah salah satu cara yang ramah
lingkungan dan tidak mempengaruhi kegiatan daur ulang. Keuntungan dari
pemilihan aluminium adalah mudah didaur ulang, tahan lama serta perawatan
yang murah.
44
1 2
Gambar 2.25 (1) aluminium (2) penggunaan aluminium sebagai bingkai kaca (sumber : George. 2012 dan www.atglass.co.za)