BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1. Umum
Rumah Tahanan Negara (RUTAN) dan Lembaga pemasyarakatan (LAPAS)
dalam sistem peradilan terpadu yang berlaku dalam negara Indonesia adalah
merupakan tempat bagi mereka yang diduga dan telah terbukti melakukan suatu
pelanggaran hukum. Hanya saja RUTAN hingga saat ini dikenal dalam sistem
pemasyarakatan sebagai tempat bagi mereka para tersangka yang diduga telah
melakukan pelanggaran hukum, sementara LAPAS lebih dikenal sebagai tempat
untuk melaksanakan pembinaan terhadap orang-orang yang dijatuhi hukuman penjara
atau kurungan (hukuman badan) berdasarkan keputusan pengadilan. Dengan kata
lain, pelaku tindak kejahatan tersebut telah terbukti melakukan suatu kejahatan atau
pelanggaran hukum dan dibina agar mereka dapat kembali kedalam masyarakat dan
diterima sebagaimana masyarakat lainnya maka proses, petugas pembinaan dan
berbagai fasilitas penunjang lainnya perlu dilihat relevansinya sesuai dengan
pencapaian tujuan pembinaan itu sendiri.
Menyadari telah terjadinya over kapasitas hunian dalam lingkungan RUTAN
dan LAPAS di berbagai wilayah di Indonesia khusunya DKI Jakarta, maka RUTAN
dan LAPAS selain menjalankan fungsi perawatan tahanan juga melakukan tugas
pembinaan terhadap narapidana sekaligus. Dengan demikian RUTAN sebagaimana
LAPAS melakukan tugas pemeliharaan dan pembinaan secara simultan sesuai dengan
Standard Minimum Rules for the Treatment of Prisoners (SMR) yang didalamnya
menyangkut aspek-aspek perikemanusiaan. Standar minimum perlakuan tergadap
tahanan dan narapidana ini adalah beragam perlakuan yang diadaptasi dari Universal
Declaration of Human Rights sebagai upaya untuk melakukan perbaikan terhadap
perilaku tahanan dan narapidana yang di negara Indonesia upaya ini lebih dikenal
sebagai pemasyarakatan.
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
Pemasyarakatan sebagai suatu proses merupakan program pentahapan yang
harus dijalani oleh narapidana, yaitu ditentukan dalam jadual proses admisi/observasi
dengan pengawasan maksimum (maximum security), proses pembinaan dan
bimbingan dengan pengawasan medium (medium security), dan proses asimilasi serta
proses integrasi dengan pengawasan minimum (minimum security). Sejalan dengan
doktrin reintegrasi sosial yang dianut dalam sistem pemasyarakatan, maka proses
tersebut harus berorientasi kepada system pembinaan berbasiskan masyarakat
(community based corrections). Dalam sistem pembinaan berdasarkan community
based corrections dengan konsentrasi pada keterlibatan masyarakat adalah sangat
baru dan kontroversi. Perlakuan yang bebasiskan masyarakat tersebut timbul pada
abad permulaan abad XX. Konsep yang melibatkan masyarakat tersebut adalah
melalui strategi reintegrasi.
Reintegrasi memiliki dasar teori sosiologi sangat mendasar karena faktor
sosial secara langsung maupun tidak langsung menjadi salah satu penyebab yang
sangat berpengaruh dalam menghasilkan perilaku tindak kejahatan. Faktor-faktor
seperti impact of delinquent associates, sub kultur kriminal dan kurangnya
kesempatan mencapai keberhasilan dalam masyarakat memegang peran penting
dalam sebagian besar teori tentang penyebab dari perilaku kejahatan. Reintegrasi
dapat mudah dimengerti apabila diperbandingkan dengan pilihan-pilihan kebijakan
lain dalam pemasyarakatan.
2.2. Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Klas I Jakarta Pusat
Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Klas I Jakarta Pusat saat ini secara
keseluruhan telah menempati gedung baru dengan lantai 3 (tiga) sebagaimana yang
terlihat pada gambar berikut ini.
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
18
Gambar Gedung Rutan Klas I Jakarta Pusat
Sumber : Dokumentasi Rutan Klas I Jakarta Pusat
2.2.1. Sejarah Singkat
Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Klas I Jakarta Pusat atau yang lebih
dikenal masyarakat dengan sebutan RUTAN Salemba merupakan salah satu Unit
Pelaksana Tehnis pada jajaran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen
Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. RUTAN Klas I Jakarta Pusat
dalam penerapan sistem peradilan pidana terpadu di Indonesia tidak dapat
dipisahkan dari instansi penegak hukum lainnya, yakni kepolisian, kejaksaan,
pengadilan. Hal ini dikarenakan RUTAN Klas I Jakarta Pusat sebagaimana
RUTAN dan LAPAS lainnya adalah merupakan bagian yang sama kedudukannya
dalam proses penegakan hukum peradilan.
RUTAN Klas I Jakarta Pusat dibangun pada sebidang tanah seluas 42.132
m² pada tahun 1918 (pada waktu itu namanya Lembaga Pemasyarakatan Salemba),
dan sebelum tahun 1945 Lembaga Pemasyarakatan Salemba dipergunakan oleh
Kolonial Belanda untuk menahan orang-orang yang melakukan pelanggaran hukum
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
19
Kolonial Belanda. Setelah tahun 1945 dengan kemerdekaan bangsa Indonesia
dimana waktu itu Lembaga Pemasyarakatan Salemba dipergunakan untuk
menampung atau menahan tahanan politik, tahanan sipil, tahanan kejaksaan, dan
pelaku kejahatan ekonomi (penimbun kekayaan yang ramai pada saat itu). Pada saat
terjadinya pemberontakan G.30 S/PKI, sebagaian tahanan dan narapidana
dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, Lembaga Pemasyarakatan
Glodok (sekarang pusat elektronik glodok) dan sebagian lagi ke kampus AKIP
(Akademi Ilmu Pemasyarakatan) di Percetakan Negara, sekarang kampus Akademi
Letigasi Republik Indonesia (ALTRI). Pada tahun 196 sampai dengan 1980,
Lembaga Pemasyarakatan Salemba dijadikan Rumah Tahanan Militer (RTM) yang
khusus menahan tahanan militer dibawah pimpinan Inrehab Laksusda Jaya.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: M.04.UM.01.06
Tahun 1983 tentang Penetapan Lembaga Pemasyarakatan tertentu sebagai Rumah
Tahanan Negara, maka Lembaga Pemasyarakatan Salemba bersama 24 Lembaga
Pemasyarakatan lainnya yang berada diseluruh Indonesia yang mewakili 18 Kantor
Wlayah Departemen Kehakiman (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DI
Jogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara,Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah,
Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan Bengkulu, Jambi, Lampung, Kalimantan
Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Timur, Bali, NTT, NTB, Sulawesi Tengara, Sulawesi Utara, Timor-Timur, Maluku,
dan Irian Jaya)berubah status menjadi Rumah Tahanan Negara.
Rumah Tahanan Negara Jakarta Pusat yang mempunyai daya tampung /
kapasitas hunian 753 terletak di Jalan Percetakan Negara Nomor 88 Kelurahan
Rawasari Kecamatan Cempaka Putih Kotamadya Jakarta Pusat Propinsi DKI
Jakarta dan melayani tiga wilayah kerja, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan
Jakarta Utara Rumah Tahanan Negara Jakarta Pusat mempunyai batas-batas
wilayah sebagai berikut :
• Sebelah Utara : Jalan Percetakan Negara Raya
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
20
• Sebelah Timur : Jalan Percetakan Negara IX
• Sebelah Selatan : Jalan Percetakan Negara VII
• Sebelah Barat : Jalan Percetakan Negara VII
Saat ini Rumah Tahanan Negara Jakarta Pusat sudah memiliki gedung yang
baru terdiri dari tiga tingkat yang terdiri dari beberapa blok hunian yang baru dan
sudah ditempati, sementara pembangunan gedung hunian baru yang nantinya
merupakan Lembaga Pemasyarakatan yang menampung narapidana dari RUTAN
Klas I Jakarta Pusat dan kemungkinan dari RUTAN lainnya masih dalam proses
pembangunan. Hasil pemantauan yang dilaksanakan pada tanggal 23 April 2008
banyaknya penghuni RUTAN Klas I Jakarta Pusat adalah 3.297 orang yang terdiri
dari tahanan sebanyak 2.332 orang dan narapidana 965 orang. Dengan demikian
tingkat kpeadatan hunian dalam lingkungan RUTAN Klas I Jakarta Pusat telah
sangat over kapasitas dan pola penempatan atau pengisian gedung Blok Hunian
dilakukan dengan cara:
Pengisian Gedung Bagunan Hunian Baru (Gedung Bangunan Type-I,
Type-III, Type-V, dan Type-VII) dilakukan dengan Pola PIRAMIDA,
dimana jumlah warga binaan yang menempati gedung bangunan lantai
dasar lebih banyak jumlahnya dibandingkan gedung lantai II (dua),
sementara jumlah penghuni lantai II (dua) lebih banyak jumlah
penghuninya dibandingkan penghuni lantai III
Bagi tahanan baru secara keseluruhan pada saat pertama tiba di RUTAN
Klas I Jakarta Pusat ditempatkan di Blok Hunian MAPENALING (Masa
Pengenalan Lingkungan) atau yang lebih dikenal dengan Blok
Penampungan. Kemudian setelah melalui proses identifikasi dan melalui
masa re-orientasi di pindahkan ke dalam Blok hunian bersama-sama
dengan penghuni lainnya. Sistem pemindahan penghuni dari Blok Hunian
MAPENALING ke Blok Hunian biasa dilakukan dengan cara ”one-in and
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
21
one-out”, artinya setiap satu orang masuk MAPENALING, maka 1 orang
dikeluarkan dari MAPENALING ke Blok Hunian lainnya.
Selanjutnya, berdasarkan Surat Edararan Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Nomor: E.Ps.01.03-31 Tanggal 18 Mei 2005 yang diteruskan dengan Surat Kantor
Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia DKI Jakarta Nomor:
W7.Ps.01-10-768 Tanggal 23 Mei 2005 tentang Pendataan Kembali Kapasitas
Hunian, bahwa Kapasitas hunian normal Gedung Baru RUTAN Klas I Jakarta Pusat
menggunakan perhitungan = Luas Kamar Hunian / 5.4 m². Dengan demikian
kapasitas Gedung Bangunan Baru (TypeI, III, V, VII) adalah sebagai berikut:
Tabel. 1
Penghitungan kapasitas hunian
Rutan Klas I Jakarta Pusat
NO
TYPE BANGUNAN HUNIAN SEL
KAMAR UKURAN KAMAR SEL ( CM² X CM² )
LUAS KAMAR
SEL ( M² ) JUMLAH SEL (Unit)
KAPASITAS/ SEL HUNIAN
JUMLAH PENGHUNI
1 TYPE - I 180 X 300 cm 5.40 m² 96 1 Orang 96 Orang 2 TYPE - III 270 X 600 cm 16.20 m² 72 3 Orang 216 orang 3 TYPE - V 360 X 600 cm 21.60 m² 54 5 Orang 270 Orang 4 TYPE - VII 540 X 600 cm 32.40 m² 40 7 Orang 280 Orang
JUMLAH KAPASITAS HUNIAN SEL KAMAR 16 Orang 862 Orang 2.2.2. Struktur Organisasi
RUTAN mempunyai tugas untuk perawatan, bimbingan, dan pembinaan
terhadap tersangka atau terdakwa, dan narapidana sesuai dengan peraturan atau
perundang-undangan yang berlaku. Berkaitan dengan hal tersebut maka RUTAN
menyelenggarakan tugas yaitu :
- melakukan pelayanan tahanan
- melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib Rumah Tahanan
Negara
- melakukan pengelolaan Rumah Tahanan Negara
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
22
- melakukan urusan tata usaha lakukan urusan tata usaha
RUTAN secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) Klas, yaitu
RUTAN Klas I (berada di Ibu Kota Propinsi), RUTAN Klas II-A (berada di
Kotamadya), RUTAN Klas II-B (berada di Kabupaten). Sebagaimana telah
disebutkan diatas, maka RUTAN Jakarta Pusat tergolong dalam klasifikasi RUTAN
Klas I dan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor:
M.04.PR07.03 Tahun 1985 tanggal 20 September 1985 tentang Organisasi dan Tata
Kerja RUTAN dan Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara, maka RUTAN Klas I
Jakarta Pusat dipimpin oleh seorang Kepala RUTAN dengan eselon III/b, yang
kemudian dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dibantu oleh beberapa
pejabat strukural sebagaimana tergambar pada skema struktur organisasi RUTAN
klas I Jakarta Pusat:
RUTAN secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) Klas, yaitu
RUTAN Klas I (berada di Ibu Kota Propinsi), RUTAN Klas II-A (berada di
Kotamadya), RUTAN Klas II-B (berada di Kabupaten). Sebagaimana telah
disebutkan diatas, maka RUTAN Jakarta Pusat tergolong dalam klasifikasi RUTAN
Klas I dan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor:
M.04.PR07.03 Tahun 1985 tanggal 20 September 1985 tentang Organisasi dan Tata
Kerja RUTAN dan Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara, maka RUTAN Klas I
Jakarta Pusat dipimpin oleh seorang Kepala RUTAN dengan eselon III/b, yang
kemudian dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dibantu oleh beberapa
pejabat strukural sebagaimana tergambar pada skema struktur organisasi RUTAN
klas I Jakarta Pusat:
Bagan. 1 Bagan. 1
STRUKTUR ORGANISASI RUTAN KLAS I JAKARTA PUSAT STRUKTUR ORGANISASI RUTAN KLAS I JAKARTA PUSAT
KEP. MEN. 10.M.04.PR.07. 03Tahun 1985 KEP. MEN. 10.M.04.PR.07. 03Tahun 1985
URUSAN TATA USAHA
Seksi Pengelolaan Seksi Pelayanan Tahanan Kesatuan Pengamanan Rutan
Sub seksi Umum
Sub seksi Keuangan &
PETUGAS
PENGAMANAN
Sub seksi Administrasi & Perawatan
Sub seksi Bimbingan Kegiatan
Sub seksi Bantuan Hukum & Penyuluhan
KEPALA RUTAN
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
23
Secara garis besar susunan organisasi RUTAN Klas I Jakarta Pusat terdiri dari:
1. Seksi Pelayanan Tahanan
Seksi ini mempunyai tugas melakukan pengadministrasian dan perawatan,
mempersiapkan pemberian bantuan hukum dan penyuluhan serta
memberikan bimbingan kegiatan bagi tahanan. Untuk melaksanakan tugas
tersebut Seksi Pelayanan Tahanan mempunyai fungsi:
o melakukan administrasi, membuat statistik dan dokumentasi
tahanan serta memberikan perawatan dan pemeliharaan
kesehatan tahanan;
o mempersiapkan pemberian bantuan hukum dan penyuluhan
bagi tahanan;
o memberikan kagiatan bagi tahanan
Seksi Pelayanan Tahanan membawahi Sub Seksi yang terdiri dari :
o Sub Seksi Administrasi dan Perawatan yang bertugas
melakukan pencatatan tahanan dan barang-barang
bawaannya,membuat statistik dan dokumentasi serta
memberikan perawatan dan mengurus kesehatan tahanan dan
narapidana;
o Sub Seksi Bantuan Hukum dan Penyuluhan yang bertugas
mempersiapkan pemberian bantuan hukum atau kesempatan
untuk mendapat bantuan hukum dan penasehat hukum,
memberikan penyuluhan rohani dan jasmani serta
mempersiapkan bahan bacaan bagi tahanan;
o Sub Seksi Bimbingan Kegiatan yang mempunyai tugas
memberikan bimbingan kegiatan bagi tahanan dan narapidana.
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
24
2. Seksi Pengelolaan RUTAN
Seksi Pengelolaan RUTAN mempunyai tugas melakukan pengurusan
keuangan, perlengkapan, dan Rumah Tangga RUTAN dan dalam
pelaksanaan tugas tersebut, Seksi Pengelolaan RUTAN mempunyai
fungsi:
o Melakukan urusan keuangan dan perlengkapan
o Melakukan urusan Rumah Tangga dan Kepegawaian
Seksi Pengelolan membawahi Sub Seksi yang terdiri dari:
o Sub Seksi Keuangan dan Perlengkapan yang bertugas
melakukan pengelolaan keuangan serta perlengkapan Rumah
Tahanan Negara
o Sub Seksi Umum yang bertugas melakukan urusan rumah
tangga dan kepegawaian.
3. Kesatuan Pengamanan RUTAN
Kesatuan Pengamanan RUTAN mempunyai tugas melakukan
pemeliharaan keamanan dan ketertiban RUTAN dan dalam pelaksanaan
tugas tersebut Kesatuan Pengamanan RUTAN mempunyai fungsi :
o Melakukan administrasi keamanan dan ketertiban Rumah
Tahanan Negara;
o Melakukan penjagaan dan pengawasan terhadap tahanan
o Melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban Rumah
Tahanan Negara;
o Melakukan penerimaan, penempatan, dan pengeluaran tahanan
serta memonitor keamanan dan tata tertib tahanan pada tingkat
pemeriksaan serta narapidana;
o Membuat laporan dan berita acara pelaksanaan pengamanan
dan ketertiban
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
25
Kesatuan pengamanan RUTAN atau yang disebut KP. RUTAN dipimpin
seorang keala dan membawahi petugas pengamanan RUTAN. Petugas
pengamanan RUTAN Klas I Jakarta Pusat memiliki strategi pengamanan
khusus yang meliputi dari keamanan I (KAM-I) yang memiliki tugas
utama untuk menjaga keamanan yang berhubungan dengan kunjungan
keluarga tahanan dan narapidana serta melakukan pemeriksaan atau
penggeledahan terhadap tahanan yang akan dan pulang sidang, melakukan
pengawalan terhadap tahanan dan narapidana yang sakit ke rumah sakit,
keamanan II (KAM-II) yang memiliki tugas utama dalam pengaturan
penempatan penghuni dan keamanan dalam dan petugas regu jaga yang
memiliki tugas utama menjaga keamanan keseluruhan lingkungan
RUTAN dan memelihara serta menjaga keutuhan barang dan bangunan
yang ada dalam RUTAN. Mereka terdiri dari empat regu yang masing-
masing regu memiliki kekuatan seanyak tiga puluh orang.
4. Urusan Tata Usaha
Urusan Tata Usaha mempunyai tugas melakukan surat menyurat dan
kearsipan RUTAN.
2.2.3 Keadaan Pegawai
Pegawai atau yang sering juga disebut dengan Sumber Daya Manusia (SDM)
merupakan salah satu elemen penting dalam organisasi RUTAN dalam mewujudkan
pelaksanaan tugas perawatan, bimbingan, pembinaan terhadap tahanan dan
narapidana. Ketersediaan pegawai yang professional, memiliki integritas yang baik
terhadap pekerjaan akan dapat mencapai target kerja secara optimal, namun jika
ketersediaan SDM tersebut jumlahnya tidak cukup dalam pelaksanaan kerja, maka
pelaksanaan tugas-tugas tersebut tidak akan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
26
Secara umum kinerja RUTAN Klas I Jakarta Pusat dapat dikatakan baik. Hal
ini terlihat dari suasana kerja yang tertib, lancer, aman, dan disiplin dari setiap
pelaksanan kerja baik bidang atau bagian yang ada. Sebagai RUTAN yang menjadi
tolak ukur bagi RUTAN lain di Indonesia, baik pelaksanaan tugas dan pengrekrutan
pegawai harus sesuai dengan standar. Selanjutnya jumlah keseluruhan pegawai yang
pada kenyataannya terjadi perubahan jumlah pada waktu tertentu, dimana sebagian
diantaranya memasuki masa pensiun, dipindah tugaskan ke UPT yang lain, maupun
masuknya pegawai baru. Jumlah pegawai RUTAN Klas I Jakarta Pusat dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel. 2
Keadaan Jumlah Pegawai RUTAN Klas I Jakarta Pusat
NO
BAGIAN / SUB SIE
JUMLAH
KETERANGAN 1 2 3 4
1 Pejabat Struktural 9 -
2 Kesatuan Pengamanan dengan rincian
sebagai berikut:
Regu I
Regu II
Regu III
Regu IV
Portier
Staf Kesatuan Pengamanan
43 Orang
43 Orang
43 Orang
42 Orang
16 Orang
65 Orang
2 magang
1 magang
1 magang
3 magang
4 magang
3 Staf Sub Sie Umum 17 Orang
4 Staf Urusan Tata Usaha 4 Orang
5 Staf Sub Sie BHPT 9 Orang
6 Staf Sub Sie Keuangan &
Perlengkapan
9 Orang 1 magang
7 Staf Sub Sie Administrasi &
Perawatan
43 Orang
8 Staf Sub Sie Bimbingan & Kegiatan 4 Orang
J u m l ah 248 Orang
Sumber : Sub bagian Kepegawaian Rumah Tahanan Negara Klas I Jakarta Pusat Maret 2008
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
27
Tabel 3
Keadaan Jumlah Pegawai RUTAN Klas I Jakarta Pusat
Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Keterangan
Laki – laki Perempuan 1 2 3 4
1 292Orang 45 Orang
292 Orang 45 Orang 337Orang
Sumber: Sub bagian Kepegawaian Rumah Tahanan Negara Klas I Jakarta Pusat Maret 2008
Tabel. 4
Keadaan Jumlah Pegawai RUTAN Klas I Jakarta Pusat
Berdasarkan Usia No Umur Jumlah Keterangan
1 2 3 4
1 Umur 51 – 55 Tahun 41Orang -
2 Umur 41 – 50 Tahun 102 Orang -
3 Umur 31 – 40 Tahun 57 Orang -
4 Umur 20 – 30 Tahun 134 Orang
5 Umur < 20 Tahun 8 Orang
J u m l a h 337Orang
Sumber dari bagian Kepegawaian Rumah Tahanan Negara Klas I Jakarta Pusat –Maret 2008
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
28
Tabel. 5
Keadaan Jumlah Pegawai RUTAN Klas I Jakarta Pusat
Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Pendidikan Jumlah Keterangan
1 2 3 4
1 SD 3 Orang -
2 SLTP 9 Orang -
3 SLTA 252 Orang -
4 Sarjana
Muda
10 Orang -
5 S1 56Orang -
6 S2 7 Orang -
J u m l a h 337 Orang Sumber : Sub bagian Kepegawaian Rumah Tahanan Negara Klas I Jakarta Pusat Maret 2008
Tabel. 6
Keadaan Jumlah Pegawai RUTAN Klas I Jakarta Pusat
Berdasarkan Golongan Kepangkatan No Golongan Jumlah Keterangan
1 2 3 4
1 IV 1 Orang -
2 III 169Orang -
3 II 171 Orang -
J u m l a h 337 Orang
Sumber : Sub bagian Kepegawaian Rumah Tahanan Negara Klas I Jakarta PusatMaret 2008
2.2.4. Keadaan Penghuni
Penghuni RUTAN Klas I Jakarta Pusat terdiri dari tahanan dan narapidana,
berasal dari berbagai daerah yang ada di Indonesia dan warga negara asing. Setiap
harinya terjadi perubahan isi penghuni RUTAN Klas I Jakarta Pusat (bertambah
dan berkurang). Perubahan isi ini disebabkan antara lain :
- pemindahan tahanan atau narapidana ke LAPAS atau RUTAN lain;
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
29
- penangguhan penahanan
- pengalihan jenis penahanan;
- menjalankan program pembinaan berupa Pembebasan Bersyarat (PB),
Cuti Menjelang Bebas (CMB), Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK),
Assimilasi Ke Lembaga Pemasyarakatan Terbuka, dll;
- bebas demi hukum
- bebas murni
Tingkat pemeriksan perkara tahanan terdiri dari lima kategori, yaitu:
1. Penyidikan
Tingkat pemeriksaan perkara berada dibawah wewenang Kepolisian
sebagai penyidik. Semua data tahanan ditingkat penyidikan (penahanan,
perpanjanan dan pelimpahan) disimpan dalam Register A1
2. Penuntutan
Tingkat pemeriksaan perkara sudah dilimpahkan oleh Kepolisian atau
Penyidik kepada Kekejaksaan atau Penuntut Umum untuk dilakukan
penuntutan. Semua data tahanan ditingkat penuntutan(penahanan,
perpanjangan, dan pelimpahan) disimpan dalam Register A2
3. Peradilan Awal
Tingkat pemeriksaan perkara suah dilimpahkan Kekejaksaan atau
Penuntut Umum kepada Pengadilan Negeri untuk diputuskan. Semua data
tahanan ditingkat peradilan awal (penahanan, perpanjangan, putusan, dan
pelimpahan) disimpan dalam Register A3. Setelah tahanan menerima hasil
putusan Pengadilan Negeri, tahanan diberi waktu selama satu minggu
untuk memikirkan apakah akan menerima putusan Pengadilan Negeri,
maka Penuntut Umum akan membuat Berita Acara Pelaksanaan Putusan
untuk kemudian dilakukan pelimpahan dan pendaftaran ke Register B(data
tahanan yang berstatus menjadi narapidana). Namun jika tidak, maka
tahanan berhak mengajukan banding
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
30
4. Banding
Jika surat permohonan banding disetujui, maka tingkat pemeriksaan
perkara dilimpahkan Pengadilan Negeri kepada Pengadilan Tinggi untuk
sidang berkas. Semua data tahanan ditingkat Banding (surat permohonan,
penahanan, perpanjangan, putusan, dan pelimpahan) disimpan dalam
Register A4. Setelah tahanan menerima hasil putusan Pengadilan Tinggi,
tahanan diberi waktu dua minggu atau empa belas hari untuk memikirkan
apakah akan menerima hasil putusan tersebut atau tidak. Jika tahanan
menerima putusan Pengadilan Tinggi,maka Penuntut Umum akan
membuat Acara Pelaksanaan Putusan untuk kemudian dilakukan
pelimpahan dan pendaftaran tahanan ke Register B (data tahanan yang
berubah status menjadi narapidana). Namun jika tidak, maka tahanan
berhak mengajukan kasasi.
5. Kasasi
Kasasi adalah tingkat pemeriksaan perkara terakhir. Jika surat
permohonan kasasi disetujui, maka tingkat pemeriksaan perkara akan
dilimpahkan Pengadilan Tinggi kepada Mahkamah Agung untuk sidang
berkas. Semua data tahanan ditingkat Kasasi (surat permohonan,
penahanan, perpanjangan, putusan, dan pelimpahan) disimpan dalam
Register A5, setelah tahanan menerima hasil putusan Mahkamah Agung,
maka Penuntut Umum akan membuat Berita Acara Pelaksanaan Putusan
untuk kemudian dilakukan pelimpahan dan pendaftaran tahanan ke
Register B (data tahanan yang berubah status menjadi narapidana).
Untuk tahanan yang telah berubah status menjadi narapidana berhak
tinggal di Rumah Tahanan Negara jika lama pidananya kurang dari satu
tahun dan enam bulan, jika lebih dari itu maka narapidana tersebut harus
dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan lain untuk mendapatkan proses
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
31
pembinaan lanjutan. Narapidana yang berada dalam Rumah Tahanan
Negara dapat digolongkan sesuai dengan lama dan jenis pidananya, yaitu :
o BI, yaitu narapidana yang dipidana diatas satu tahun
o BIIa, yaitu narapidana yang dipidana tiga bulan satu hari
sampai dengan satu tahun
o BIIb, yaitu narapidana yang dipidana tiga bulan kebawah
o BIIIs, yaitu narapidana yang menjalani pidaa kurungan sebagai
pengganti denda.
-
Tabel 7
Data Penghuni RUTAN Klas I Jakarta Pusat
No
ISI
Jumlah
1 Tahanan
A I
A II
A III
A IV
A V
- Orang
1594 Orang
619 Orang
65 Orang
54 Orang
Jumlah 2332 Orang
2 Narpidana
BI
BIIa
BIIb
BIIIs
736 Orang
184 Orang
1 Orang
44 Orang
Jumlah 965 Orang
Jumlah Total
3297 Orang
Sumber: Sub Seksi Administrasi dan Perawatan Rutan Klas I jakarta Pusat
Berdasarkan data di atas, maka total jumlah penghuni RUTAN Klas I
Jakarta Pusat pada bulan April 2008 adalah sebanyak 3297 orang (terdiri dari
2332 Tahanan dan 965 narapidana). Dengan demikian jumlah ini telah melebihi
kapasitas isi blok yang ada yakni 1.000 orang. Over kapasitas yang terjadi ini
diharapkan dapat ditanggulangi dengan adanya pembanguna blok hunian di
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
32
RUTAN Klas I Jakarta usat yang dibuat bertingkat dan adanya pemindahan
narapidana ke Lembaga Pemasyarakatan yang lain seperti ke Tangerang, Nusa
Kambangan, Cirebon, Serang, Subang, dan lain lain. Data selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel. 8
Rekapitulasi Pemindahan Narapidana Dari RUTAN Klas I Jakarta Pusat
Periode Tahun 2007 – 2008
NO
BULAN
JUMLAH
01 Januari 2007 70 Orang
02 Februari 2007 310 Orang
03 Maret 2007 341 Orang
04 April 2007 275 Orang
05 Mei 2007 240 Orang
06 Juni 2007 102 Orang
07 Juli 2007 245 Orang
08 Agustus 2007 185 Orang
09 September 2007 364 Orang
10 Oktober 2007 181 Orang
11 November 2007 303 Orang
12 Desember 2007 198 Orang
13 Januari 2008 220 Orang
14 Februari 2008 158 Orang
15 Maret 2008 154 Orang
16 April 2008 150 Orang
Sumber: Seksi Pelayanan Tahanan; Rekapitulasi pemindahan Narapidana-Maret 2008
2.2.5 Sarana Perawatan dan Pembinaan
RUTAN Klas I Jakarta Pusat sebagai salah satu Unit Pelaksana Tekhnis di
jajaran Direktorat Jenderal Pemasyaraktan mempunyai fungsi sebagai tempat
perawatan tahanan dan pembinaan narapidana memiliki sarana dan prasarana
perawatan tahanan dan pembinaan narapidana, yaitu sebagai berikut:
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
33
1. Gedung Perkantoran
Saat ini gedung baru RUTAN Klas I Jakarta Pusat sudah diopersionalkan,
sementara pembangunan gedung baru tahap kedua sedang dalam proses
persiapan pembangunan. Pembangunan ini dilaksanakan mengingat gedung
lama sudah kurang layak huni dan dari segi pengamanan sudah kurang
nyaman dan sulit dikontrol karena sudah banyak bagian-bagian yang
potensial untuk gangguan keamanan.
2. Blok
Blok adalah salah satu sarana dimana warga binaan tinggal menjalani
pidananya dan menungg proses persidangan berjalan. Blok berupa ruangan-
ruangan yang bertingkat dan berbentuk maksimum security. Kamar yang
dihuni oleh warga binaan wajib tinggal disana mulai jam 18.00 sampai
dengan 06.00, kecuali mereka yang menjadi tamping (pembantu petugas),
dan perangkat blok seperti forman, dan juri kunci dan juru tulis.
3. Rumah Sakit
Rumah Sakit yang diperuntukkan bagi penghuni tersedia dalam RUTAN
dan pelayanan medisnya adalah layanan rawat jalan dan rawat inap. Namun
fasilitas yang tersedia masih terbatas sehingga jika ada warga yang
mengalami suatu penyakit yang lebih parah, maka dirujuk Rumah Sakit
rujukan yang memiliki layanan medis yang lebih lengkap.
4. Sarana Olahraga
RUTAN Klas I Jakarta Pusat menyediakan sarana olahraga lapangan
sepakbola mini, lapangan bola volley, lapangan bulu tangkis, lapangan
tennis meja untuk menyalurkan hobi mereka untuk berolahraga. Khusus
untuk lapangan tennis meja hampir ada disetiap blok, sehingga mereka
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
34
dapat melakukan kegiatan olahraga untuk menunjang tingkat kesehatan
mereka.
5. Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan yang tersedia di RUTAN Klas I Jakarta Pusat saat ini
adalah Masjid, Gereja, dan Vihara, dan dimanfaatkan untuk melaksanakan
kegiatan keagamaan.
6. Sarana Kegiatan Kerja
Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa penghuni
RUTAN Klas I Jakarta Pusat terdiri dari tahanan dan narapidana, maka bagi
tahanan dimana belum mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan
menganut asas praduga tidak bersalah maka tidak diwajibkan bekerja
sedangkan narapidana yang telah memiliki kekuatan hukum yang tetap
berkewajiban untuk mengikuti program pembinaan yang dilaksanakan pihak
RUTAN Klas I Jakarta Pusat. Pembinaan yang dilaksanakan antara lain
pembinaan keterampilan kerja berupa jahit menjahit, potong rambut,
membuat pot dari kayu, serta kerajinan tangan lainnya. Namun semuanya itu
tidak dilakukan secara maksimal oleh pihak RUTAN Klas I Jakarta Pusat
karena keterbatasan sarana dan prasarana, juga tenaga pengajar sehingga
pembinaan tersebut hanya sebatas pengisi waktu bagi warga binaan sambil
menunggu mereka dipindahkan ke LAPAS lain. Kegiatan lainnya yang
dilakukan oleh warga binaan adalah melalui penyuluhan bantuan hukum,
dimana mereka mendapatkan pengarahan hukum selama didalam RUTAN
Klas I Jakarta Pusat, kegiatan bantuan penyuluhan hukum berupa bimbingan
rohani bagi tahanan yang baru masuk, penyuluhan hukum dari kantor
wilayah, penyuluhan kesehatan terutama bahaya penyakit HIV/AIDS, serta
penyuluhan lainnya yang berkaitan dengan kehidupan mereka selama
didalam RUTAN Klas I Jakarta Pusat.
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
35
2.3. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas I Cipinang
2.3.1 Sejarah Singkat Lapas Klas I Cipinang
Lapas Cipinang Jakarta Timur adalah Lapas Klas I yang menempati areal
seluas kurang lebih 100.000 m² yang dikelilingi oleh dinding tembok yang cukup
tinggi ditambah pagar kawat di bagian atas dari dinding tembok tersebut.
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang (untuk selanjutnya disebut Lapas
Cipinang) didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1918 seiring
dengan diberlakukannya Wet Boek van Strafrecht voor Nederlandsch Indie yang
pada awal berdirinya difungsikan sebagai pusat penampungan wilayah
(Gewestilijke Centralen). Lapas Cipinang terletak di Jalan Raya Bekasi Timur dan
berada di lingkungan pemukiman penduduk yang relatif padat, dengan batas-batas
sebagai berikut :
a. Sebelah utara : Jalan Raya Bekasi Timur
b. Sebelah selatan : Jalan Komplek Lapas
c. Sebelah barat : Jalan Cipinang Latihan
d. Sebelah timur : Jalan Cipinang Jaya
Pada awalnya Lapas Cipinang berdiri diatas lahan seluas kurang lebih 111.000
m², namun pada tahun 2001 dalam master plan pengembangan Lapas Cipinang
akan dijadikan menjadi 3 (tiga) institusi yang pada saat dilakukan penelitian sedang
dalam pengerjaan, sehingga Lapas Cipinang sekarang ini hanya tersisa bangunan
yang berdiri pada lahan seluas kurang lebih 40.000 m². Beberapa bangunan yang
ada saat ini seperti ruang bimbingan kerja, ruang kunjungan, mesjid, gereja, dapur
dan rumah sakit adalah bangunan pengganti sementara yang merupakan bangunan
semi permanen. Sedangkan blok hunian narapidana dari jumlah sebanyak 286
(duartus delapanpuluh enam) kamar, pada saat ini tersisa sebanyak 193 (seratus
sembilanpuluh tiga) kamar. Keadaan ini menyebabkan berkurangnya kapasitas daya
muat Lapas Cipinang dari kapasitas awal kurang lebih 1.789 (seribu tujuhratus
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
36
delapanpuluh sembilan) orang. Penentuan jumlah kapasitas aktual pada saat ini
ternyata berbeda antara keterangan Bagian Tata Usaha yaitu 1.690 (seribu
enamratus sembilanpuluh) orang dengan Kesatuan Pengamanan Lapas (KPLP) yaitu
1.480 (seribu empatratus delapanpuluh) orang.
2.3.2 Struktur Organisasi Lapas Kalas I Cipinang
Bagan. 2
STRUKTUR ORGANISASI LAPAS KLAS I CIPINANG
KEP. MEN. 10.M.04.PR.07. 03Tahun 1985
KEPALA LAPAS
BAGIAN TATA USAHA
BIDANG PEMBINAAN
NARAPIDANA
SEKSI SARANA KERJA
Kepala Kesatuan Pengamanan
PETUGAS
PENGAMANAN SEKSI
BIMKEMAS
SEKSI REGISTRASI
SEKSI PERAWATAN NARAPIDANA
BIDANG KEGIATAN
KERJA
BIDANG ADM. KEAMANAN & TATA TERTIB
SEKSI PELAPORAN
SEKSI BIM. KERJA
SEKSI KEAMANAN
SEKSI PENGELOLA
AN HASIL KEJA
SUBAG UMUM
SUBAG KEUANGAN
SUBAG KEPEGAWAIAN
Berdasarkan struktur organisasi di atas, maka LAPAS Klas I Cipinang
dipimpin oleh seorang Kepala Lembaga Pemasyarakatan yang bertugas untuk
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
37
mengkoordinir seluruh kegiatan pemasyarakatan yang berlaku di Lapas, dan dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari Kepala Lapas dibantu oleh para pejabat struktural,
yaitu;
1. Bagian Tata Usaha, bertugas melaksanakan urusan tata usaha dan rumah
tangga Lapas, dengan dibantu oleh :
Sub. Bagian Kepegawaian, bertugas melaksanakan urusan yang
berkaitan dengan kepegawaian
Sub Bagian Keuangan, bertugas melakukan urusan keuangan
Sub.Bagian Umum, bertugas melakukan urusan surat menyurat,
perlengkapan dan rumah tangga Lapas.
2. Bidang Pembinaan Narapidana, yang bertugas melaksanakan pembinaan
pemasyarakatan kepada narapidana. Dalam kesehariannya dibantu oleh :
Seksi Registrasi, bertugas melaksanakan pencatatan dan membuat
statistik serta dokumentasi sidik jari narapidana.
Seksi Bimbingan Kemasyarakatan, bertugas antara lain
memberikan bimbingan dan penyuluhan rohani serta memberikan
latihan olahraga, peningkatan pengetahuan asimilasi, cuti dan
pelepasan narapidana.
Seksi Perawatan Narapidana, bertugas mengurus kesehatan dan
memberikan perawatan bagi narapidana.
3. Bidang Kegiatan Kerja, yang bertugas memberikan bimbingan kerja,
mempersiapkan sarana kerja dan mengelola hasil kerja. Sehari-harinya
dibantu oleh :
Seksi Bimbingan Kerja, bertugas memberikan petunjuk dan
bimbingan latihan kerja bagi narapidana
Seksi Sarana Kerja, memiliki tugas mempersiapkan fasilitas sarana
kerja.
Seksi Pengelolaan Hasil Kerja, bertugas mengelola hasil kerja.
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
38
4. Bidang Administrasi Keamanan dan Tata Tertib, yang tugasnya antara lain
mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan, dan pembagian tugas
pengamanan, menerima laporan harian dan berita acara dari satuan tugas
pengamananyang bertugas serta menyusun laporan berkala di bidang
keamanan dan menegakkan tata tertib.dalam bertugas dibantu oleh :
Seksi Keamanan, bertugas mengatur jadwal tugas, penggunaan
perlengkapan, dan pembagian tugas pengamanan.
Seksi Pelaporan dan Tata Tertib, bertugas menerima laporan harian
dan berita acara dari satuan tugas pengamanan yang bertugas serta
menyusun laporan berkala di bidang keamanan dan menegakkan
tata tertib
5. Tugas pengamanan Lapas sehari-harinya selama 24 jam dilaksanakan oleh
Petugas Kesatuan Pengamanan Lapas atau KPLP. Dimana KPLP ini
dipimpin oleh seorang Kepala Kesatuan Pengamanan Lapas yang
bertanggungjawab langsung kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan.
Adapun tugasnya antara lain :
Melakukan penjagaan dan pengawasan terhadap narapidana
Melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban
Melakukan pengawalan, penerimaan, penempatan dan pengeluaran
narapidana.
Melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran keamanan
Membuat laporan harian dan berita acara pelaksanaan
pengamanan.
2.3.3 Keadaan Pegawai
Ketika penulis melakukan penelitian, kondisi pegawai di Lapas Klas I
Cipinang adalah sebagai berikut:
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
39
Tabel. 9
Kondisi Pegawai
Berdasarkan Unit Kerja
No Unit Organisasi Jumlah Pegawai
01. Kalapas 1
02. Sub Bagian Tata Usaha 25
03. Seksi Pembinan Anak Didik 45
04. Seksi Kegiatan kerja 11
05. Seksi Administrasi Keamanan dan Ketertiban 12
06. Kesatuan Pengamanam (KPLP) 115
07. Lain-lain (Pendidikan, diperbantukan dan Hukuman
Disiplin)
9
Jumlah 218
Sumber : Bagian Kepegawaian Lapas Klas I Cipinang
Tabel. 10
Kondisi Pegawai Berdasarkan Usia
Unit Kerja
18 s/d 30 Th
31-40 Th
41- 50 Th
>51 Th
Kepala Lapas - - 1 -
Sub Bagian Tata Usaha 16 5 3 1
Seksi Pembinaan Anak Didik 29 12 3 1
Seksi Kegiatan Kerja 8 2 1
Seksi Adm. Kamtib 9 3
Kesatuan Pengamanan Lapas 99 12 3 1
Lain-lain (Bantuan, Hukdis, dll) 9 - - -
Jumlah 170 34 11 3
Presentase 77,98% 15,59% 5,04% 1,37%
Sumber : Bagian Kepegawaian Lapas Klas I Cipinang
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
40
Tabel. 11
Kondisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Unit Kerja SLTA D3 S1 S2 Total
Kepala Lapas 1
Bagian Tata Usaha 14 2 8 1 25
Bidang Pembinaan 10 9 23 3 45
Bidang Kegiatan Kerja 3 1 4 3 11
Bidang Adm. Kamtib 3 1 5 3 12
Kesatuan Pengamaan Lapas 62 6 39 8 115
Lain-lain (Bantuan,Hukdis, dll) 9 9
Jumlah 101 19 79 19 218
Prosentase 46.33 % 8,71% 36,23% 8,71% 100%
Sumber : Bagian Kepegawaian Lapas Klas I Cipinang
2.3.4 Keadaan penghuni
Ketika penulis melakukan penelitian, kondisi penghuni di Lapas Klas I
Cipinang adalah sebagai berikut :
Tabel. 12
Data Penghuni Lapas Klas I Cipinang
No ISI Jumlah
1 Tahanan
A I
A II
A III
A IV
A V
- Orang
812 Orang
659 Orang
44 Orang
8 Orang
Jumlah 1.523 Orang
2 Narpidana
Mati 5 Orang
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
41
Seumur Hidup
BI
BIIa
BIIb
BIIIs
11 Orang
1.046
Orang
501 Orang
1 Orang
27 Orang
Jumlah 1.591 Orang
Jumlah Keseluruhan 3.114 Orang
Sumber : Seksi Registrasi Lapas Klas I Cipinang
Tabel. 13
Data Tahanan Berdasarkan Kewarganegaraan
Kewarganegaraan Jumlah Penghuni
Warga Negara Indonesia (WNI) 3.099 orang
Warga Negara Asing (WNA) 15 orang
Sumber : Seksi Registrasi Lapas Klas I Cipinang
Tabel. 14
Data Tahanan Berdasarkan Jenis Tindak Pidana
Jenis Tindak Pidana Jumlah Penghuni
Korupsi 67 orang Penyelundupan - orang
Perjudian 108 orang Pencurian 284 orang
Pembunuhan 69 orang
Perampokan 120 orang
Penipuan 119 orang
Narkotika 1.153 orang
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
42
Psikotropika 295 orang
UU Darurat 68 orang
Terorisme 27 orang
H A M - orang
Keimigrasian 2 orang
Perlindungan Anak 11 orang
Penggandaan 10 orang
Hak Cipta 13 orang
Lain-Lain 768 orang
Jumlah 3.114 orang
Sumber : Seksi Registrasi Lapas Klas I Cipinang
Para narapidana di Lapas Cipinang diberikan pembinaan khusus sebagaimana
para narapidana di Lapas-Lapas lainnya. Pembinaan terhadap para Narapidana
dilakukan oleh tenaga rohaniawan lokal sebanyak 3 orang. Kegiatan pencatatan
keadaan Narapidana di Lapas Cipinang dibuat dalam satu daftar yang dirinci
menurut jenis kejahatan yang salah satu jenis kejahatan tersebut adalah kjahatan
narkotika (pasal 78, UU tentang narkotika tahun 1977). Sehingga tidak ada daftar
khusus yang dibuat untuk Napi Narkoba. Daftar laporan tambahan narapidana
setiap bulan (Daftar Model No.8) untuk kasus narkotika dan psikotropika dibuat
tersendiri atas inisiatif petugas. Laporan tersebut dibedakan menurut pemakai dan
pengedar serta hukuman mati, dan hukuman seumur hidup. Laporan yang dibuat ini
dikirimkan ke Kanwil Hukum dan HAM dan Ditjen PAS.
2.4. Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Khusus Narkotika Jakarta
2.4.1. Sejarah dan Lokasi Lembaga Pemasyarakatan Khusus Narkotika Jakarta
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Khusus Narkotika Jakarta
(Lapassustik) diresmikan pada tanggal 30 Oktober 2003 oleh Presiden Republik
Indonesia saat itu, Megawati Soekarnoputri. Peresmiaan tersebut bertepatan dengan
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
43
peringatan hari Dharmakaryadhika. Lapassustik mulai dioperasionalkan pada tanggal
24 Februari 2004 dengan kapasitas 1.084 orang.
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA khusus Narkotika Jakarta dibentuk
berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, Nomor :
M.04.PR.07.03 Tahun 2003 tanggal 16 April 2003 tentang Pembentukan Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIA Narkotika Jakarta. Lapas yang dibangun di atas lahan
seluas 27.213,72 hektar ini berada di Jalan Bekasi Timur Raya No. 170 Jakarta Timur
dengan batasan sebagai berikut:
Utara : Jalan Raya Cipinang dan Rel Kereta Api
Barat : Komplek Rumah Susun pegawai Lapassustik dan
perumahan penduduk
Barat : Jalan Cipinang Pemasyarakatan yang memisahkan
Lapassustik dengan kantor Imigrasi Jakarta Timur
Timur : Gedung Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang
2.4.2. Kondisi Lembaga Pemasyarakatan Khusus Narkotika Jakarta
2.4.2.1.Kondisi Pegawai
• Kondisi Pegawai menurut Unit Organisasi
Pegawai Lapassustik saat ini berjumlah 218 (duaratus delapanbelas)
orang, dengan presentase jumlah pegawai terbanyak di bagian
Pengamanan, karena pengamanan dalam lingkungan Lapas merupakan
tugas yang paling inti dalam mendukung lancarnya pembinaan warga
binaan. Selanjutnya kondisi pegawai dalam lingkungan Lapas Khusus
Narkotika Jakarta dapat dilihat dalm tabel berikut ini.
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
44
Tabel. 15
Kondisi Pegawai Berdasarkan Unit Kerja
No Unit Organisasi Jumlah Pegawai 01. Kalapas 1
02. Sub Bagian Tata Usaha 25
03. Seksi Pembinan Anak Didik 45
04. Seksi Kegiatan kerja 11
05. Seksi Administrasi Keamanan dan Ketertiban 12
06. Kesatuan Pengamanam (KPLP) 115
07. Lain-lain (Pendidikan, diperbantukan dan Hukuman
Disiplin)
9
Jumlah 218
Sumber: Seksi kepegawaian Lapas Klas IIA Khusus Narkotika Jakarta
• Kondisi Pegawai berdasarkan Usia
Jumlah pegawai Lapassustik yang dikategorikan produktif masih kurang
memadai. Dari data yang dapat dilihat pada tabel berikut, memperlihatkan
bahwa terdapat sekitar 77,98 % pegawai usia produktif 18 s/d 30 tahun.
Tenaga muda diharapkan memiliki selain memiliki fisik yang lebih kuat,
juga daya fikir dan startegi dalam bidang pengamanan. Karena untuk
mendukung tidak seimbangnya kuantitas personil pengamanan adalah
dengan startegi, yang tentunya lebih didukung oleh kualitas daya fikir,
selain kekuatan fisik.
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
45
Tabel. 16
Kondisi Pegawai Berdasarkan Usia
Unit Kerja
18 s/d
30 Th
31-40 Th
41- 50 Th
>51 Th
Kepala Lapas - - 1 -
Sub Bagian Tata Usaha 16 5 3 1
Seksi Pembinaan Anak Didik 29 12 3 1
Seksi Kegiatan Kerja 8 2 1
Seksi Adm. Kamtib 9 3
Kesatuan Pengamanan Lapas 99 12 3 1
Lain-lain (Bantuan, Hukdis, dll) 9 - - -
Jumlah 170 34 11 3
Prosentase 77,98% 15,59% 5,04% 1,37%
Sumber: Seksi kepegawaian Lapas Klas IIA Khusus Narkotika Jakarta
• Keadaan Pegawai berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan SLTA berada pada peringkat pertama (sekitar 46,33
%) dan peringkat kedua pegawai dengan pendidikan S1 (36,23 %),
peringkat ketiga pegawai dengan pendidikan Diploma dan S2 (8,71%),
untuk tingkat pendidikan SD, SMP dan S3 tidak disertakan kedalam tabel
karena tidak ada satu petugaspun yang masuk dalam kategori pendidikan
tersebut, tingkat pendidikan pegawai sangat penting dalam pelaksanaan
penyelenggaraan manajemen pengamanan. Karena tidak cukup hanya
dengan fisik, apalagi berdasarkan prosentasi kekuatan fisik petugas
pengamanan sangat tidak seimbang dengan jumlah penghuni. Diperlukan
daya fikir dan intelejensi yang tinggi untuk mengimbangi kelemahan pada
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
46
satu sisi, misalkan dalam hal strategi pengamanan dan pendekatan secara
psikologias terhadap narapidana tertentu.
Tabel. 17
Kondisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Unit Kerja SLTA D3 S1 S2 Total Kepala Lapas 1
Bagian Tata Usaha 14 2 8 1 25
Bidang Pembinaan 10 9 23 3 45
Bidang Kegiatan Kerja 3 1 4 3 11
Bidang Adm. Kamtib 3 1 5 3 12
Kesatuan Pengamaan Lapas 62 6 39 8 115
Lain-lain (Bantuan,Hukdis, dll) 9 9
Jumlah 101 19 79 19 218
Prosentase 46.33 % 8,71% 36,23% 8,71% 100%
Sumber: Seksi kepegawaian Lapas Klas IIA Khusus Narkotika Jakarta
2.4.2.2.Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga Pemasyarakatan
Khusus Narkotika Jakarta
1. Struktur Organisasi
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : 01-PR.07.03
Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehakiman RI,
maka Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Khusus Narkotika Jakarta adalah
Unit Pelaksana Tekhnis di bidang pembinaan dalam lembaga pemasyarakatan
yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor
Wilayah Departemen Kehakiman RI.
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
47
Selanjutnya Struktur Orgasisasi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Narkotika
Jakarta dapat digambarkan pada bagan berikut ini:
Bagan. 2
STRUKTUR ORGANISASI
LAPAS KLAS II A KHUSUS NARKOTIKA CIPINANG
KEP. MEN. 10.M.04.PR.07. 03Tahun 1985
KEPALA LAPAS SUB BAGIAN
TATA USAHA
Berdasarkan struktur oraganisasi tersebut, dalam melaksanakan
tugas sehari –hari Lapas Khusus Narkotika Jakarta dipimpin oleh seorang
Kepala Lembaga Pemasyarakatan, yang mempunyai tugas dan tanggung
jawab mengkoordinasikan pembinaan kegiatan kerja, administrasi
keamanan dan tata tertib serta pengelolaan tata usaha meliputi urusan
SEKSI BIMBINGAN
NARAPIDANA/ ANAK DIDIK
SUBSEKSI SARANA KERJA
Kesatuan Pengamanan
LAPAS
PETUGAS
PENGAMANAN
SUBSEKSI BIMBINGAN
KEMASYARAKATAN & PERAWATAN
SUBSEKSI REGISTRASI
SEKSI KEGIATAN
KERJA
BIDANG ADM. KEAMANAN & TATA TERTIB
URUSAN URUSAN UMUMKEPEGAWAIAN
& KEUANGAN
SUBSEKSI PELAPORAN & TATA TERTIB
SUBSEKSI KEAMANAN SUBSEKSI
BIMBINGAN KERJA
&PENGELOLAAN HASIL
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
48
kepegawaian, keuangan dan rumah tangga sesuai peraturan yang berlaku
dalam rangka pencapaian tujuan dan tekhnis pelaksanaan pemasyarakatan
di dalam Lembaga Pemasyarakaatn. Dalam pelaksanaan tugasnya Kepala
Lapas Khusus Narkotika Jakarta dibantu oleh 5 (lima) orang pejabat
struktural eselon IV, yaitu :
a. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
b. Kepala Seksi Bimbingan Narapidana dan Anak Didik
c. Kepala Seksi Kegiatan Kerja
d. Kepala Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib
e. Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan
Adapun uraian tugas dan tanggung jawab masing – masing bagian adalah
sebagai berikut :
a. Sub Bagian Tata Usaha
Mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga
Lembaga Pemasyarakatan untuk menyelenggarakan tugas tersebut.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Sub Bagian Tata Usaha
mempunyai fungsi :
• Melakukan urusan kepegawaian dan keuangan
• Melakukan urat menyurat perlengkapan dan urusan rumah tangga
b. Seksi Bimbingan Narapidana dan Anak Didik
Memberikan bimbingan pemasyarakatn narapidana / anak didik.
Untuk melaksanakan tugas tersebut Seksi Bimbingan Narapidana /
Anak Didik mempunyai fungsi :
• Melakukan registrasi dan membuat statistik serta dokumentasi
sidik jari narapidana dan anak didik
• Memberikan bimbingan pemasyarakatan, menguerus kesehatan
dan memberikan pembinaan bagi narapidana / anak didik
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
49
Seksi Bimbingan Narapidana / Anak Didik terdiri dari dari :
a) Sub Seksi registrasi
Mempunyai tugas melakukan pencatatan dan membuat statistik
serta dokumentasi sidik jari narapidana / anak didik
b) Sub Seksi Bimbingan Kemasyarakatan
Mempunyai tugas memberikan penyuluhan dalam peningkatan
pengetahuan asimilasi, pembebasan bersyarat, pelepasan dan
kesejehateraan narapidana dan anak didik
c. Seksi Kegiatan Kerja
Mempunyai tugas memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan
sarana kerja dan mengelola hasil kerja.
Untuk melaksankan tugas tersebut Seksi Kegiatan Kerja mempunyai
fungsi:
• Memberikan bimbingan latihan kerja bagi narapidana / anak didik
dan mengelola hasil kerja
• Mempersiapkan fasilitas sarana kerja
Seksi Kegiatan Kerja dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh sub –
sub seksi, yaitu:
a) Sub Seksi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil Kerja
Mempunyai tugas memberikan petunjuk dan bimbingan latihan
kerja bagi narapidana / anak didik
b) Sub Seksi Sarana Kerja
Mempunyai tugas mempersiapkan sarana kerja
d. Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib
Mempunyai tugas mengatur jadwal tugas, pengamanan yang bertugas
serta menyususn laporan berkala di bidang keamanan dan menegakkan
tata tertib.
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
50
Untuk melaksanakan tugas tersebut Seksi Administrasi Keamanan dan
Tata Tertib mempunyai fungsi sebagai berikut :
• Mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan pembagian
tugas pengamanan
• Menerima laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan
yang bertugas serta menyiapkan laporan berkala di bidang
keamanan dan menengakkan tata tertib
Seksi Administrasi dan Tata Tertib dalam pelaksanaan tugasnya
dibantu oleh sub-sub seksi, yaitu :
a) Sub Seksi Keamanan
Mempunyai tugas mengatur jadwal tugas, pengamanan,
perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan
b) Sub Seksi Pelaporan
Mempunyai tugas menerima laporan dan berita acara dari satuan
pengamanan yang bertugas serta mempersiapkan laporan di bidang
keamanan dan menegakkan tata tertib.
e. Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan
Mempunyai tugas menjaga keamanan dan ketertiban lembaga
pemasyarakatan. Untuk menyelenggarkan tugas tersebut Kesatuan
Pengamanan Lembaga pemasyarakatan mempunyai fungsi melakukan
penjagaan dan pengawasan terhadap narapidana / anak didik di
Lembaga Pemasyarakatan
A. Tugas Pokok
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.01-DK.07.03
tahun 1985 Pasal 2 tentang Organisasi dan Tata Kerja, maka tugas pokok
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
51
Lembaga Pemasyarakatan adalah melaksanakan pemasyarakatan narapidana
agar :
1. Narapidana / anak didik menyadari kesalahannya
2. Memperbaiki diri kembali
3. Tidak melanggar hukum atau mengulangi lagi tindak pidana
Selanjutnya tugas lembaga pemasyarakatan tercantum dalam Undang –
Undang No. 12 Tahun 1995 Pasal 2, bahwa Sistem Pemasyarakatan
diselenggarakan dalam rangka membentuk warga binaan pemasyarakatan
agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri
dan tidak melanggar tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh
lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat
hidup secara wajar sebagai warga yang bertanggung jawab.
B. Fungsi
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : 01-PR-07-03
Tahun 1985 Pasal 3 tentang fungsi-fungsi Lembaga Pemasyarakatan sebagai
berikut :
1. Melakukan Pembinaan Narapidana
Lembaga Pemasyarakatan dalam melaksanakan pembinaan
narapidana harus mengetahui secara jelas tentang kebutuhan
pembinaan setempat dan didasarkan kepada tujuan pemasyarakatan.
Di dalam Lembaga Pemasyarakatan, para warga binaan harus dibina
secara teratur dan berencana dengan tujuan secara umum agar mereka
dapat menjadi manusia seutuhnya. Secara khusus pembinaan warga
binaan ditujukan agar selama masa pembinaan dan sesudah selesai
menjalani masa pidananya :
1) Berhasil memantapkan dan mengembalikan harga diri dan
kepercayaan terhadap dirinya serta bersikap optimis akan
masa depannya
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
52
2) Berhasil memperoleh pengetahuan, minimal keterampilan
untuk bekal kemandirian sehingga nantinya mereka dapat
berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan di tengah –
tengah masyarakat
3) Berhasil menjadi manusia yang patuh dan taat hukum yang
tercermin pada sikap dan perilakunya yang tertib, disiplin
serta mampu menggalang rasa kesetiakawanan sosial
4) Berhasil memiliki jiwa dan semangat pengabdian terhadap
bangsa dan negara
2. Memberikan bimbingan, mempersiapkan sarana dan mengelola hasil
kerja
Fungsi ini merupakan salah satu kegiatan yang sangat diperlukan
dalam melakukan kegiatan keterampilan bagi setiap warga binaan.
Pekerjaan di dalam maupun di luar lembaga pemasyarakatan adalah
merupakan sarana pendidikan bagi warga binaan agar menjadi
manusia yang terampil dan sekaligus merupakan bekal hidup bagi
warga binaan yang bersangkutan
3. Melakukan bimbingan sosial / Kerohanian narapidana dan anak didik
Fungsi ini sangat membantu warga binaan dalam rangka
mengembangkan sikap dan perilakunya sehingga warga binaan
mengetahui batas – batas normal, nilai – nilai yang berlaku di tengah –
tengah masyarakat, melatih diri untuk menimbulkan kesadaran
berbuat, menimbulkan rasa tanggung jawb narapidana terhadap diri
sendiri, lingkungan dan masyarakat terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Melakukan Pemeliharaan Keamanan dan Tata Tertib Lembaga
Pemasyarakatan
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
53
Keamanan dan tata tertib merupakan syarat penting untuk
terlaksananya program – program pembinaan di dalam lembaga
pemasyarakatan. Untuk itu suasana aman dan tertib mutlak diperlukan.
Dalam hal ini tanggung jawab keamanan dan ketertiban berada di
tangan Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (Ka.
KPLP) dengan dibantu jajaran stafnya. Kegiatan keamanan dan
ketertiban berfungsi untuk memantau dan menangkal mencegah sedini
mungkin gangguan keamanan dan ketertiban yang timbul dari luar
maupun dari dalam lembaga pemasyarakatan.
Kegiatan keamanan dan tata tertib tidak selalu berupa tindakan fisik
demngan menggunakan senjata api atau senjata lainnya, melainkan
sikap dan perilaku petugas yang baik dan adil terhadap penghuni
memberikan dampak yang positif terhadap keamanan dan ketertiban
1) Mencegah agar situasi kehidupan penghuni lembaga
pemasyarakatan tidak mencekam
2) Mencegah agar tidak terjadi penindasan, pemerasan dan
perbuatan yang menimbulkan situasi kehidupan menjadi
resah dan ketakutan
3) Mencegah agar tidak terjadi pelarian dari lembaga
pemasyarakatan
4) Memelihara, mengawasi dan menjaga keutuhan barang
inventaris lembaga pemasyarakatan.
5. Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga
Fungsi kegiatan ini adalah untuk melaksanakan urusan di bidang
administrasi kepegawaian dan rumah tanggga lembaga
pemasyarakatan, termasuk perawatan warga binaan (perlengkapan,
makanan dan kesehatan)
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
54
2.4.2.3. Kondisi Penghuni
Saat ini Lapassustik dengan kapasitas 1086 orang, telah terisi 1789 orang.
Data yang diambil adalah kondisi hunian pada bulan Maret 2007. Dengan
semakin meningkatnya kasus narkoba, tentu saja sangat berpengaruh pada
tingkat hunian Lapas. Khususnya Lapassustik, yang pada dasarnya khusus
menampung terpidana kasus narkoba. Namun dengan pertimbangan
kondisi bangunan dan keamanan yang dianggap paling kokoh, Lapassustik
juga memuat terpidana dengan kasus – kasus khusus yang memiliki risiko
keamanan yang tinggi. Tercatat terdapat 10 (sepuluh) orang narapidana
yang bukan kasus narkoba, namun memiliki risiko keamanan yang perlu
perhatian khusus.
a. Data Penghuni berdasarkan Wilayah Hukum
Dioperasionalkannya Lapassustik adalah sebagai tindak lanjut dari
meningkatnya kasus narkoba. Sehingga Lapassustik tidak hanya
memuat narapidana dan tahanan dari wilayah hukum Lapassustik
saja, namun semua wilayah hukum yang terjangkau dan memang
harus ditempatkan di Lapassustik.
Tabel. 12
Data Penghuni Berdasarkan Wilayah Hukum
Wilayah Hukum Jumlah Penghuni Jakarta Pusat 386 orang
Jakarta Utara 199 orang
Jakarta Barat 684 orang
Jakarta Timur 710 orang
Jakarta Selatan 387 orang
PN Tangerang 91 orang
PN Bekasi 29 orang
Lain – lain 3 orang
Jumlah 2489 orang Sumber : Sub Seksi Registrasi Lapassustik Maret 2008
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
55
b. Data Tahanan berdasarkan Tingkat Penahanan
Pada pelaksanaannya Lapassustik tidak hanya menampung
narapidana, tetapi juga tahanan. Saat ini prosentase tahanan terhadap
jumlah hunian masih sangat kecil, yaitu sekitar 3,01 %.
Dibandingkan dengan Lapas lain yang rata – rata juga memiliki
fungsi ganda, Lapassutik masih sangat profosional. Namun tidak
menutup kemungkinan jumlah tahanan yang harus ditampung di
Lapassutik akan meningkat tajam.
Tabel. 13
Data Tahanan Berdasarkan Tingkat Penahanan
Tingkat Penahanan Jumlah Tahanan AI Penyidik - orang
AII Kejari 41 orang
AIII PN 28 orang
AIV PT 6 orang
AV MA - orang
Jumlah 75 orang Sumber : Sub Seksi Registrasi Lapassustik Maret 2008
c. Data Narapidana berdasarkan lama pidana
Penghuni yang ditempatkan di Lapassustik paling banyak diisi
narapidana klasifikasi BI, yaitu dengan masa pidana di atas 1 (satu)
tahun. Jumlah narapidana dengan klasifikasi pengedar, bandar atau
penjual cukup tinggi, berarti berpengaruh pada jumlah narapidana
dengan hukman di atas 1 (satu) tahun.
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
56
Tabel .14
Data Tahanan Berdasarkan Tingkat Penahanan
Masa Pidana Jumlah Narapidana BI > 1 Th 2273 orang
BIIa >3 Bln – 1 Th 54 orang
BIIb < 3 Bln -
BIIIs kurungan pengganti denda 83 orang
Seumur Hidup 4 orang
Mati -
Jumlah 2414 orang Sumber : Sub Seksi Registrasi Lapassustik Maret 2008
d. Data Narapidana berdasarkan jenis tindak pidana
Lapassustik sebagai Lapas Khusus Narkotika, tindak pidana
yang tertingi tentu saja kasus Narkoba. Kasus Narkotika berada di
urutan tertinggi, selanjutnya Psikotropika dan lainnya. Namun
dengan alasan keamanan juga, bukan hanya narapidana kasus
narkoba yang ditempatkan di Lapassustik, tetapi narapidana khusus
yang memilki risiko keamanan tinggi.
Tabel. 15
Data Tahanan Berdasarkan Jenis Tindak Pidana
Jenis Tindak Pidana Jumlah Penghuni Narkotika 1797 orang
Psikotropika 622 orang
Zat Adiktif -
Lain – lain 70 orang
Jumlah 2489 orang Sumber : Sub Seksi Registrasi Lapassustik Maret 2008
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
57
e. Data Narapidana berdasarkan Jenis Umur
Klasifikasi Narapidana berdasarkan umur terbagi menjadi dua,
yaitu Dewasa dan Pemuda. Narapidana yang dikategorikan dewasa
adalah narapidana pada usia 21 tahun ke atas. Sedangkan Narapidana
Pemuda adalah narapidana yang belum sampai pada usia 21 tahun.
Di Lapasssustik prosentase Narapidana pemuda lebih tinggi, sekitar
53.67 %. Kondisi ini juga semakin menunjukkan bahwa Narkoba
sangat rentan sekali menyerang manusia pada usia muda atau
produktif.
Tabel. 16
Data Tahanan Berdasarkan Tingkat Usia
Jenis Umur Jumlah Penghuni Dewasa ( ≥ 21 Th) 1153 orang
Pemuda ( < 21 Th) 1336 orang
Jumlah 2489 orang Sumber : Sub Seksi Registrasi Lapassustik Maret 2008
f. Data Narapidana berdasarkan Status Kewarganegaraan
Lapasssustik bukan hanya berpenghuni narapidana warga
negara Indonesia, tetapi juga narapidana warga negara asing.
Prosentase adalah 1,08 % (lima persen) dari jumlah hunian.
Tabel. 17
Data Tahanan Berdasarkan Kewarganegaraan
Kewarganegaraan Jumlah Penghuni Warga Negara Indonesia (WNI) 2462 orang
Warga Negara Asing (WNA) 27 orang
Jumlah 2489 orang Sumber : Sub Seksi Registrasi Lapassustik Maret 2008
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
58
2.4.2.3.Kondisi Fisik
Lapassustik terdiri dari 3 (tiga) gedung utama, blok hunian dan
fasilitas umum lainnya. Sebagai Lapas yang terbilang baru, Lapassustik
dikonstruksikan semaksimal mungkin, khususnya fasilitas – fasilitas
yang berkaitan dengan pelayanan dan pembinaan serta pendukung
pengamanan bagi narapidana.
• Gedung I
Merupakan gedung perkantoran yang berfungsi sebagai :
a. Ruang Kepala Lapas
b. Ruang Kepala Suba Bagian Umum
c. Ruang Kepala Urusan Kepegawaian dan staf
d. Ruang Kepala Urusan Umum dan staf
e. Ruang Rapat
f. Ruang Serba Guna
g. Aula
• Gedung II
Merupakan gedung perkantoran yang berfungsi sebagai :
a. Ruang Kepala Seksi Administrasi Keamanan dan Ketertiban
b. Ruang Kepala Sub Seksi Pelaporan dan Tata Tertib
c. Ruang Kepala Sub Seksi Keamanan
d. Ruang Kepala Seksi Bimbingan Narapidana dan Anak Didik
e. Ruang Kepala Sub Seksi Registrasi
f. Ruang Kepala Sub Seksi Bimkemas dan Perawatan
g. Ruang Kepala Seksi Kegiatan Kerja
h. Ruang Kepala Sub Seksi Bimker dan Pengelolaan Hasil Kerja
i. Ruang Kepala Sub Seksi Sarana Kerja
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
59
j. Ruang Konsultasi
• Gedung III
a. Ruang Kepala Kesatuan Pengamanan LAPAS
b. Ruang Komando Regu Pengamanan
c. Ruang Musik
d. Ruang Fitnes
• Alat – alat pengamanan
Tabel 18
Daftar Alat Pengamanan Lapassustik
No
Nama Barang
Jumlah
Kondisi Ket
Baik Rusak 1. Senpi Laras Panjang
a. LE b. Shot Gun.
25 10 15
25 10 15
- -
2. Senpi Laras Pendek a. Bernadelly b. FN kal 7,65 mm
9 4 5
8 4 4
1 - 1
3. Handy Talky 14 11 3 4. Telephone 1 1 - 5. Airphone 24 17 7 6. CCTV 11 6 5 7. Lonceng Isyarat 4 4 - 8. Lampu Sorot 4 4 - 9. Senter 4 4 - 10. Lampu Emergency 8 8 - 11. Lampu Lingkungan/ Blok 18 16 2 12. Lampu Stadion 3 - 3 13. Alat Pemadam Kebakaran 6 6 - 14. Jam Kontrol + Anak Kunci 1+12 1+12 - 15. Metal Detector 8 8 - 16. Tongkt Listrik 8 4 - 17. Gas Air Mata 30 30 - 18. Borgol 199 199 - 19. Pentungan Kayu 28 26 2 20. Gembok + Anak Kunci 457 457 - 21. Kotak Kunci / Almari Kunci 2 2 - 22 X- Ray 1 - 1 23 Perlengkapan Anti Huru – 30 30 -
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
60
Hara 24. Narcotic Detector 1 - 1 25. Walk Through 1 - 1 26 Handel Explosif 1 - 1 27 Jammer Signal HandPhone 8 8 - 28. Gudang Senjata 1 1 - 29. Alarm 1 set 1 set -
Sumber : KPLP Lapassustik Maret 2008
• Blok Hunian
Terdapat 4 (empat) blok hunian , yaitu Blok A, Blok B, Blok C dan
Blok Isolasi (Isolated Block)
Tabel. 19
Kondisi Blok Hunian
Blok Kapasitas
Kamar
Kapasitas Isi
Kamar
Kapasitas Isi
Blok
Jumlah
Penghuni Blok A 60 kamar 7 orang 420 orang 560 orang
Blok B 324 kamar 1 orang 324 orang 488 orang
Blok C 48 kamar
36 kamar
3 orang
5 orang
144 orang
180 orang
720 orang
Blok Isolasi 16 kamar 1 orang 16 orang 21 orang
Jumlah 484 kamar 1084 orang 1789 orang Sumber : KPlP Lapassustik Maret 2008
• Sarana dan prasarana pendukung
1. Pos Utama
2. Bengkel Kerja
3. Menara
4. Poliklinik
5. Dapur
6. Mesjid
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
61
7. Vihara
8. Gereja
9. Pamsus (Blok Pengamanan Khusus)
2.5. Rumah Tahanan Negara Klas II-A Jakarta Timur
Rutan Jakarta Timur berlokasi di jalan Pahlawan Revolusi No 38,
Pondok Bambu Jakarta Timur. Rutan ini didirikan pada tahun 1974 oleh
Pemerintah Daerah (PEMDA) DKI Jakarta. Pada awal didirikannya Rumah
Tahanan ini ditujukan bagi para pelanggar Peraturan daerah (PERDA) seperti
tuna susila, tuna wisma, gelandangan, dan pengemis.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.04.PR.07.03
Tahun 1985 Tanggal 20 September 1985 bangunan tersebut dialih fungsikan
sebagai Rumah Tahanan Negara Klas IIA yang fungsinya adalah tempat orang
tahanan negara yang diduga melakukan pelanggaran hukum. Pada awal berdirinya
Rutan Jakarta Timur memiliki kapasitas penghuni berkisar kurang lebih 504
orang.
Rutan Jakarta Timur berdiri di atas tanah Seluas ± 14.586 m² yang
berstatus hak pinjam pakai dari Pemerintah Daerah DKI Jakarta yang terdiri dari
gedung perkantoran, perumahan dinas, garasi kendaraan, lima blok hunian, satu
blok karantina, dan satu blok isolasi. Blok hunian terdiri :
• Blok A, merupakan blok bagi penghuni wanita dengan kasus pidana umum.
• Blok B yang merupakan blok bagi penghuni pria anak-anak (sampai dengan
usia 18 tahun).
• Blok C diperuntukan bagi penghuni pria kasus narkotika, dimana usianya 19
tahun keatas.
• Blok D bagi penghuni pria umur 19 sampai dengan 21 tahun dengan kasus
kriminal.
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
62
• Blok E bagi penghuni wanita kasus pidana khusus (narkotika/psikotropika).
• Karantina 1 dan 2 diperuntukan bagi penghuni pria yang sakit.
• Karantina 3 diperuntukan bagi penghuni pria yang melakukan pelanggaran
tata tertib.
• Karantina 4 diperuntukan bagi tahanan baru.
• Blok Isolasi diperuntukan bagi penghuni wanita yang melakukan pelanggaran
tata tertib dan waria.
Sebelumnya Rutan Jakarta Timur sedang melakukan pembangunan
gedung baik gedung perkantoran maupun gedung hunian yang dilaksanakan
dengan bekerja sama dengan Pemerintah Daerah DKI Jakarta yang direncanakan
akan selesai pada tahun 2007/2008. Akan tetapi proyek tersebut tidak dapat
dilanjutkan / dihentikan dengan adanya Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahanan Daerah Pasal 155 ayat (1) dan ayat
(2) yang menegaskan bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah didanai dari dan atas beban APBD dan penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah di daerah didanai dari
dan atas beban APBN.
2.5.1 Struktur Organisasi
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia
Nomor M.04-PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah
Tahanan Negara dan Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara, Rutan Jakarta
Timur dipimpin oleh seorang kepala yang membawahi empat orang kepala bagian
dan petugas tata usaha. Adapun struktur organisasinya secara lebih terperinci
adalah sebagai berikut;
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
63
Bagan.3
STRUKTUR ORGANISASI RUTAN JAKARTA TIMUR
KEP. MEN. 10.M.04.PR.07. 03Tahun 1985
PETUGAS TATA USAHA
Sub Seksi Pengelolaan
Sub Seksi Bimbingan Kegiatan
Sub Seksi Pelayanan Tahanan
PETUGAS
PENGAMANAN
Kesatuan Pengamanan Rutan
KEPALA RUTAN
Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian dalam struktur
organisasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kepala Rutan bertugas memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan di
dalam Rutan Jakarta Timur.
2. Kesatuan Pengamanan Rutan bertugas melakukan pengamanan dalam
RUTAN yang dipimpin oleh Kepala Kesatuan Pengamanan Rutan (Ka. KPR),
dimana dalam pelaksanaan tugasnya membawahi petugas keamanan yang
terbagi atas empat Regu pengamanan (Regu A, B, C, dan D) dan staf
keamanan.
3. Sub Seksi Pelayanan Tahanan bertugas melakukan proses administrasi
terhadap tahanan dan narapidana, perawatan kesehatan, perawatan makanan
bagi penghuni dengan daftar menu yang telah ditentukan, dan memberikan
penyuluhan hukum bagi penghuni yang membutuhkan. Sub seksi ini dipimpin
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
64
oleh seorang Kepala Sub Seksi Pelayanan Tahanan yang dalam pelaksanaan
tugasnya membawahi petugas :
a) Unit Registrasi
b) Poliklinik
c) Bantuan Hukum
d) Perawatan Makanan atau Dapur
4. Sub Seksi Bimbingan Kegiatan bertugas memberikan bimbingan dan kegiatan
bagi para penghuni. Sub seksi ini dipimpin oleh seorang kepala sub seksi yang
membawahi petugas :
a) Unit Bimbingan rohani
b) Unit Bimbingan Jasmani
c) Kegiatan ketrampilan
d) Perpustakaan
5. Sub Seksi Pengelolaan Rutan bertugas melakukan pengelolaan administrasi
Rutan diantaranya
a) Unit Administrasi Kepegawaian yang bertugas :
1) Membuat DP3 pegawai
2) Membuat daftar Absensi pegawai
3) Mengurus masalah Mutasi Pegawai, Kenaikan pangkat, izin pendidikan,
dll
b) Unit Administrasi Keuangan yang bertugas mengurus gaji pegawai
Rumah Tahanan.
c) Unit Administrasi perlengkapan yang bertugas :
1) Pengadaan barang inventaris kantor maupun Tahanan
2) Pengkodean
d) Unit bangunan yang bertugas untuk melakukan perawatan dan
pemeliharaan bangunan Rutan Jakarta Timur
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
65
2.5.2 Keadaan Pegawai
Pegawai merupakan salah satu elemen penting dalam pelaksanaan tugas
perawatan tahanan dan pembinaan narapidana. Dengan pegawai yang memiliki
tingkat profesionalisme yang tinggi dan jumlah yang mencukupi maka
pelaksanaan tugas dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Jumlah pegawai Rutan Jakarta Timur selalu mengalami perubahan yang
disebabkan karena penambahanan pegawai baru, pegawai yang memasuki masa
pensiun dan petugas yang dipindah tugaskan ke UPT Pemasyarakatan yang lain.
Adapun keadaan pegawai Rutan Jakarta Timur dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
TABEL. 20
Pegawai Rutan Jakarta Timur Berdasarkan Jenis Kelamin
No
Jenis Kelamin
J u m l a h
1.
2.
P r i a
W a n i t a
116 Orang
113 Orang
Jumlah
229 Orang
Sumber : Kepegawaian Rutan Jakarta Timur, Mei 2008
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
66
Tabel. 21
Pegawai Rutan Jakarta Timur Berdasarkan Pendidikan
No
Pendidikan
J u m l a h
1.
2.
3.
4.
5.
6.
S 2
S 1
D III
S L T A
S L T P
SD
5 Orang
48 Orang
6 Orang
161 Orang
4 Orang
2 Orang
Jumlah
226 Orang
Sumber : Kepegawaian Rutan Jakarta Timur, Mei 2008
Tabel. 22
Pegawai Rutan Jakarta Timur Berdasarkan Tingkat Golongan Ruang
No Pangkat / Golongan J u m l a h
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pembina / IVa
Penata Tk I / IIId
Penata / IIIc
Penata Muda TK.I / IIIb
Penata Muda / IIIa
Pengatur TK.I / IId
Pengatur / IIc
Pengatur MudaTK.I / IIb
Pengatur Muda / IIa
-
7 Orang
7 Orang
79 Orang
45 Orang
34 Orang
18 Orang
24 Orang
12 Orang
J u m l a h
226 Orang
Sumber : Kepegawaian Rutan Jakarta Timur, Mei 200
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
67
2.5.3 Keadaan Penghuni
Penghuni Rutan Jakarta Timur terdiri dari tahanan dan narapidana yang
berasal dari berbagai daerah yang ada di Indonesia termsuk warga negara asing.
Setiap harinya jumlah isi penghuni Rutan Jakarta Timur selalu mengalami
perubahan (berkurang dan bertambah). Perubahan isi tersebut disebabkan karena :
- Pemindahan tahanan/narapidana ke Lembaga Pemasyarakatan atau Rumah
Tahanan Negara lain;
- Penangguhan Penahanan;
- Pengalihan Jenis Penahanan;
- Menjalankan program pembinaan berupa Pembebasan Bersyarat (PB), Cuti
Mengunjungi Keluarga (CMK), Cuti Menjelang Bebas (CMB) dan lain-lain;
- Bebas dari tuntutan hukum;
- Bebas murni.
Tahanan di dalam Rutan dapat dikelompokan dalam 5 (lima) golongan
atau kategori, yaitu :
a. AI, yaitu tahanan tingkat Penyidikan (Pasal 24 KUHAP);
b. AII, yaitu tahanan tingkat Penuntutan (Pasal 25 KUHAP);
c. AIII, yaitu tahanan tingkat Pemeriksaan Pengadilan Negeri (Pasal 26
KUHAP);
d. AIV, yaitu tahanan tingkat Pemeriksaan Pengadilan Tinggi (Pasal 27
KUHAP);
e. AV, yaitu tahanan tingkat Pemeriksaan Mahkamah Agung (Pasal 28
KUHAP).
Narapidana yang telah mendapatkan putusan hakim yang memiliki
kekuatan hukum yang tetap, dibagi dalam beberapa golongan sesuai dengan lama
dan jenis pidananya, yaitu :
a. BI, yaitu narapidana yang dipidana diatas satu tahun;
b. BIIa, yaitu narapidana yang dipidana 3 bulan satu hari sampai dengan 1 tahun;
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
68
c. BIIb, yaitu narapidana yang dipidana 3 bulan ke bawah;
d. BIII, yaitu narapidana yang dipidana dengan pidana kurungan;
e. BIIIs, yaitu narapidana yang menjalai pidana kurungan sebagai pengganti
denda.
TABEL. 23
Data Penghuni Rutan Jakarta Timur
KETERANGAN
ANAK PEMUDA DEWASA AB JUMLAH TOTAL
P W P W P W P W P W ISI
TAHANAN
A I
A II
A III
A IV
A V
8
168
206
3
1
6
16
19
1
-
-
80
109
3
-
9
25
40
-
-
-
-
-
-
-
61
145
276
15
8
3
-
-
-
-
1
-
-
-
-
11
248
315
6
1
77
186
335
16
8
88
434
650
22
9
J u m l a h 386 42 192 74 - 505 3 1 581 622 1203
NARAPIDANA
B I
B II a
B II b
B III s
27
51
1
4
1
2
-
-
29
36
-
3
18
12
-
-
-
-
-
-
149
47
1
6
-
-
-
-
-
-
-
-
56
87
1
7
168
61
1
6
224
148
2
13
JUMLAH 83 3 68 30 - 203 - - 151 236 387
Jumlah Total 469 45 260 104 - 708 3 1 732 858 1590
Sumber : Unit Registrasi Rutan Jakarta Timur, Mei 2008
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
69
Berdasarkan data diatas, maka total jumlah penghuni Rutan Jakarta Timur pada
tanggal 12 Februari 2008 adalah 1590 orang (terdiri dari 1203 Orang tahanan dan
387 Orang narapidana). Dengan kapasitas 504 Orang maka Rutan Jakarta Timur
telah mengalami over kapasitas ± 315,48%. Masalah tersebut telah diansipasi
dengan adanya pembangunan Rutan Jakarta Timur yang dibuat bertingkat dan
dilakukan pemindahan narapidana ke Lembaga Pemasyarakatan yang lain seperti
ke Tangerang, Serang dan Semarang.
Tabel diatas juga menunjukan bahwa penghuni Rutan Jakarta Timur sangat
berfariasi yang terdiri dari pria dan wanita, dari anak-anak sampai dengan dewasa.
Anak yang menjadi penghuninya sebanyak 514 orang atau sekitar ± 32,33 %
2.5.4 Kegiatan Perawatan Tahanan dan Narapidana
Setelah selesai pada tahap penerimaan, pendaftaran, dan penempatan
tahanan, tahapan selanjutnya adalah perawatan tahanan. Setiap tahanan sejak sah
diterima di Rutan sampai saat dikeluarkan dari Rutan selalu diberikan perawatan
yang layak baik berupa pemberian makanan, minuman, perlengkapan yang
diperlukan, dan pemeliharaan kesehatannya.
1. Perlengkapan
Setiap tahanan memakai pakaian sendiri dalam batas yang tidak berlebihan
dan tidak mengganggu keamanan serta menunjukkan kepatutan dan
kesopanan. Bagi tahanan yang tidak mempunyai pakaian, kepadanya dapat
diberikan pakaian yang layak dari rutan. Kepada tahanan juga diberikan
perlengkapan makan, minum, dan perlengkapan tidur yang layak.
2. Makanan
Setiap penghuni Rutan berhak mendapat jatah makan dan minum setiap hari.
Besarnya kalori sekurang-kurangnya 2250 kalori setiap hari untuk satu orang;
kepada wanita yang sedang hamil dapat ditambahkan 300 kalori setiap hari
untuk satu orang; kepada wanita yang sedang menyusui dapat ditambahkan
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
70
antara 800-1000 kalori setiap hari untuk satu orang; bagi tahanan yang
menjalankan ibadah puasa diberi tambahan makanan untuk berbuka puasa.
Sebelum makanan dibagikan harus diperiksa terlebih dahulu oleh dokter untuk
diketahui apakah makanan tersebut memenuhi syarat kesehatan dan oleh
kepala Rutan untuk diketahui apakah kwalitas dan kwantitas makanan tersebut
sesuai dengan ketentuan yang berlaku/tidak. Waktu pembagian jatah makan
bagi Warga Binaan Rutan Jakarta Timur adalah pagi hari jam 07.00-08.00
WIB; siang hari jam 11.00-12.00 WIB; dan sore hari jam 16.00-17.00 WIB.
Penghuni Rutan makan secara bersama-sama dalam kamar masing-masing
dan pada setiap blok disediakan air minum (air dimasak sampai mendidih)
3. Pemeliharaan Kesehatan
Setiap penghuni Rutan berhak memperoleh perawatan kesehatan yang layak.
Perawatan kesehatan di Rutan dilakukan oleh dokter, yang dilaksanakan
sekurang-kurangnya 1x dalam satu bulan, kecuali ada keluhan, maka sewaktu-
waktu dapat diperiksa dokter. Jika terdapat tahanan yang sakit dan harus
segera mendapatkan penangan dokter di luar maka dalam pelaksanaannya
harus dengan pengawalan POLRI dan secara administrasi harus mendapatkan
ijin dari pihak yang menahanan terkecuali dalam keadaan mendesak dilakukan
pengobatan terlebih dahulu baru memberitahukan kepada pihak yang
menahan. Perawatan tahanan yang menderita sakit jiwa dilakukan di Rumah
Sakit Jiwa yang dilaksanakan atas nasehat dokter Rutan serta seijin pihak
yang menahan.
2.5.5 Bimbingan Kegiatan
Bimbingan kegiatan adalah segala kegiatan yang meliputi usaha
menyalurkan dan mengembangkan bakat dan keterampilan serta pengelolaan hasil
karya tahanan dan narapidana. Bimbingan kegiatan yang ada di Rutan Jakarta
Timur meliputi bimbingan bakat dan bimbingan keterampilan. Bimbingan
kegiatan ini diikuti oleh tahanan yang secara sukarela menyatakan keinginannya
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
71
untuk mengikuti kegiatan tersebut sedangkan untuk narapidana merupakan suatu
kewajiban. Namun dengan keterbatasan ruangan yang dimiliki maka dilakukan
penyeleksian oleh petugas berkaitan dengan narapidana yang akan mengikuti
suatu program pembinaan.
Bagi penghuni yang akan mengikuti bimbingan kegiatan harus diteliti
dahulu, bisa tidaknya penghuni yang bersangkutan melaksanakan bimbingan
kegiatan dan bidang apa yang sesuai dengan bakat dan minat serta manfaatnya di
masa depan bagi masing-masing penghuni. Penelitiannya dilakukan dengan jalan
melakukan wawancara tentang ketrampilan apa yang dimiliki, kalaupun tidak
memiliki ketrampilan maka petugas mengarahkan bimbingan kegiatannya sesuai
dengan minatnya dengan memberikan pendidikan terlebih dahulu.
Pelaksanaan bimbingan kegiatan berada dalam pengawasan dan
bimbingan petugas unit bimbingan kegiatan. Semua hasil karya penghuni
disimpan dengan baik dan tertib dalam gudang penyimpanan dan dicatat dalam
buku hasil karya penghuni. Untuk saat ini hasil karya penghuni merupakan
pesanan dari pihak luar dan akan di pamerkan pada saat acara tertentu di dalam
Rutan Jakarta Timur. Jenis Bimbingan atau pembinaan yang terdapat di Rutan
Jakarta Timur adalah sebagai berikut :
1. Pembinaan Kepribadian yang meliputi
a. Pembinaan Kesadaran beragama (rohani), untuk yang beragama Islam
dilakukan kegiatan pengajian secara rutin, bagi yang beragama kristen
dilakukan kebaktian dalam ruangan yang dialihfungsikan sebagai gereja
dan selain agama tersebut kegiatan keagamaannya dilakukan di dalam
kamar masing-masing.
b. Pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara dalam bentuk
mengikutsertakan warga binaan dalam Upaca Bendera Kesadaran
Nasional setiap tanggal 17 dalam tiap bulannya dan upacara kenegaraan
lainnya.
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
72
c. Pembinaan kemampuan intelektual (kecerdasan) dalam bentuk Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) negeri 14 yang bekerja sama
dengan Suku Dinas Pendidikan Jakarta Timur berupa Program Kejar Paket
A dan Paket B, kursus Bahasa Inggris.
d. Pembinaan kesadaran hukum berupa penyuluhan-penyuluhan hukum oleh
BPHN, Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM DKI Jakarta
maupun yang dilakukan oleh petugas bantuan hukum.
e. Pembinaan mengintegrasikan diri dengan masyarakat dalam bentuk
kunjungan keluarga, program Cuti Menjelang Bebas (CMB) dan
Pembebasan Bersyarat (PB).
f. Pembinaan kesegaran jasmani. Untuk menjaga kondisi kesehatan jasmani,
kepada penghuni diberikan kegiatan olah raga, kesenian, dan rekreasi di
dalam Rutan yang sesuai dengan fasilitas yang tersedia. Di dalam Rutan
diselenggarakan kegiatan olah raga seperti senam aerobic, bulu tangkis,
tennis meja, bola volley, senam pernafasan tapak suci, band yang diberi
nama ”Remisi Band”, marawis, qasidah dan sebagainya. Pelaksanaan
kegiatan tersebut selalu berada dalam bimbingan dan pengawasan petugas.
2.5.6 Sistem Pengamanan Rutan Jakarta Timur
Kesatuan Pengamanan Rutan (KPR) Jakarta Timur adalah jajaran petugas
yang memiliki tugas poko untuk menjaga keamanan dan ketertiban di dalam
Rutan. KPR Jakarta Timur dibagi kedalam empat regu jaga serta dua regu staf
keamanan. Regu Jaga di Rutan Jakarta Timur adalah pelaksana utama dalam
menjaga keamanan lingkungan Rutan, mulai dari ruang paste blok, pintu portir,
hingga pos-pos atas yang ada di Rutan Jakarta Timur. Pelaksanaan tugas bagi
anggota regu jaga adalah
a. Shift jaga siang, dimulai pukul 13.00 s.d 19.00 WIB.
b. Shift jaga pagi, dimulai pukul 07.00 s.d 13.00 WIB.
c. Shift jaga malam, dimulai pukul 19.00 s.d 07.00 WIB.
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
73
Bagi regu yang telah menjalankan tugas jaga malam langsung libur sehari dan
dilanjutkan masuk siang. Sedangkat untuk staf keamanan dibagi menjadi dua regu
yang pelaksanaan tugasnya adalah satu regu masuk pagi selama satu minggu
berturut-turut dari jam 07.00 s.d 13.00 WIB dan satu regu masuk siang selama
satu minggu berturut-turut dari jam 13.00 s.d 19.00 WIB. Tugas jaga pagi atau
siang bergantian pada setiap minggunya.
Pelaksanaan tugas bagi petugas kemanan Rutan Jakarta Timur disesuaikan
dengan jenis kelaminnya masing-masing. Untuk petugas wanita bertugas pada
blok wanita dan sebaliknya. Selain itu petugas Kesatuan Pengamanan Rutan juga
bertanggung jawab pada kegiatan diluar Rutan seperti pengawalan ke luar Rutan
(ke rumah sakit, persalinan, pengiriman jenasah dan sebagainya) dan pemindahan
narapidana ke Lembaga Pemasyarakatan.
Petugas Kesatuan Pengamanan Rutan baik yang bertugas di Paste Blok,
ruang kunjungan maupun pintu portir memiliki tanggung jawab untuk mencegah
masuknya barang terlarang ke dalam Rutan Jakarta Timur seperti narkoba, senjata
api, senjata tajam, minuman keras dan barang berbahaya lainnya yang dapat
mengganggu keamanan dan ketertiban kehidupan Rutan Jakarta Timur.
Kekuatan petugas keamanan Rutan Jakarta Timur secara terperinci dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
TABEL. 24
Anggota Regu Penjagaan Rutan Jakarta Timur
No REGU JAGA WANITA PRIA JUMLAH 1.
2.
3.
4
A
B
C
D
9 Orang
8 Orang
8 Orang
10 Orang
14 Orang
14 Orang
14 Orang
14 Orang
23 Orang
22 Orang
22 Orang
24 Orang
J u m l a h 35 Orang 56 Orang 91 Orang Sumber : Kesatuan Pengamanan Rutan Jakarta Timur, Mei 2008
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
74
TABEL. 25
Staf Keamanan Rutan Jakarta Timur
No
REGU
RUPAM WANITA
RUPAM PRIA
JUMLAH 1.
2.
REGU I
REGU II
4 Orang
4 Orang
9 Orang
12 Orang
13 Orang
16 Orang
JUMLAH 8 Orang 21 Orang 29 Orang Sumber : Kesatuan Pengamanan Rutan Jakarta Timur, Mei 2008
Dalam melaksanakan tugas pengamanan Rutan Jakarta Timur, petugas
juga didukung dengan persenjataan sebagai berikut:
TABEL. 26
Daftar Senjata Api Laras Panjang / Bahu
Rutan Jakarta Timur
NO
JENIS SENJATA
MERK /
PABRIK
NOMOR
ASAL DARI
JUMLAH
KET.
MILIK
PINJAMAN SENJATA PELURU
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Stengun Kal. 34
Mouser kal. 39
L.E.
L.E.
L.E.
L.E.
L.E.
L.E.
L.E.
L.E.
L.E.
L.E.
Polisto
Mouser
L.E.
L.E.
L.E.
L.E.
L.E.
L.E.
L.E.
L.E.
L.E.
L.E.
401449
9546.D
D.2517
D.X.5724
S.5003
B.D.5361
S.135
K.5126
P.4031
Z.212
7340
B.H.8762
Paldam
Ex. Cipinang
Polri
Polri
Polri
Polri
Polri
Polri
Polri
Polri
Polri
Polri
1975
-
12-12-2001
12-12-2001
12-12-2001
12-12-2001
12-12-2001
12-12-2001
12-12-2001
12-12-2001
12-12-2001
12-12-2001
1 pucuk senjata
1 pucuk senjata
10 pucuk
senjata
180 butir
34 butir
100 butir
Rusak
Rusak
Keadaan baik
Keadaan baik
Keadaan baik
Keadaan baik
Keadaan baik
Keadaan baik
Keadaan baik
Keadaan baik
Keadaan baik
Keadaan baik
Sumber : Kesatuan Pengamanan Rutan Jakarta Timur, Mei 2008
Catatan :
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
75
- Jumlah amunisi dipakai untuk operasional : 32 butir
- Jumlah amunisi disimpan dikamar senjata : 414 butir
- Jumlah amunisi senjata Stengun : 180 butir
- Jumlah amunisi senjata Mouser : 200 butir
- Jumlah amunisi senjata L.E. : 100 butir
TABEL 27
Daftar Senjata Api Laras Pendek / Pistol
Rutan Jakarta Timur
NO
JENIS SENJATA API
KAL
MERK /
PABRIK
NOMOR
ASAL
DARI
Jumlah
Keterangan PISTOL REVOLVER
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Pistol
Pistol
Pistol
Pistol
Pistol
Pistol
Pistol
Pistol
Pistol
Pistol
Pistol
Revolver
Revolver
Revolver
Revolver
Revolver
7,65
7,65
7,65
7,65
7,65
7,65
7,65
7,65
7,65
7,65
7,65
38
38
38
38
38
Wolther
Benardelli
Benardelli
Benardelli
Benardelli
Benardelli
Benardelli
Benardelli
Benardelli
Benardelli
Benardelli
Colt
Colt
Colt
Colt
Colt
2808908.S
VB.147787
Rutan
Rutan
Rutan
Rutan
Rutan
Rutan
Rutan
Rutan
Rutan
Rutan
Rutan
Rutan
Rutan
Rutan
Rutan
Rutan
1 (satu) pucuk
10 (sepuluh) pucuk
1005 (seribu lima)
butir peluru
5 (lima) pucuk
Keadaan Baik
Keadaan Baik
Keadaan Baik
Keadaan Baik
Keadaan Baik
Keadaan Baik
Keadaan Baik
Keadaan Baik
Keadaan Baik
Keadaan Baik
Keadaan Baik
Keadaan Baik
Keadaan Baik
Keadaan Baik
Keadaan Baik
Keadaan Baik
Sumber : Kesatuan Pengamanan Rutan Jakarta Timur, Mei 2008
Catatan :
- Jumlah amunisi pistol caliber 7,65 berikut yang dipakai operasional
Rumah Tahanan Negara Jakarta Timur 1005 (seribu lima) butir
- Jumlah amunisi Revolver caliber 38 berikut yang dipakai operasional
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
76
Rumah Tahanan Negara Jakarta Timur 1005 (seribu lima) butir
TABEL 28
Keadaan Peralatan Keamanan Rutan Jakarta Timur
NO
NAMA JENIS ALAT-ALAT
PENUNJANG KEADAAN DI
RUTAN
MERK/
PABRIK
MODEL
ASAL /
BUATAN
JUMLAH
SATUAN
KETERANGAN
1 2 3 4 5 6 7
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Gas Air Mata, Rompi, Tameng
Tongkat Kejut
Borgol, Belemggu
Clock/ Jam Kontrol
Lonceng Isyarat/ Genta
Pesawat Telepon
Pesawat Handy Talky
Hand Metal Detektor
Lampu Emergensi
Lampu Ting Kecil
Alat Pemadam Kebakaran
Tongkat Karet
Helm
Pistol Gas Air Mata
Belenggu Rantai
Tongkat Gas Air Mata
Polisi
-
-
Maruszan
-
NRA
Kenwood
Black
Eagle
CMOS
-
Yamato
-
-
-
-
TW 1000
-
-
-
-
-
M3 Max
999XL
HK 6 V
-
-
-
-
-
-
-
West Germany
-
Made in Japan
-
Indonesia
-
-
Made in Japan
-
-
Ya – 20 L
-
-
-
-
-
20 buah
4 buah
35 buah
2 buah
6 buah
2 buah
13 buah
7 buah
4 buah
4 buah
1 buah
7 buah
18 buah
7 buah
11 buah
12 buah
Disimpan dikamar senjata
Disimpan dikamar senjata
15 dalam keadaan rusak di gudang
Keadaan rusak digudang
Dipakai operasional keadaan baik
Dipakai operasional keadaan baik
8 buah untuk operasional
Dipakai operasional keadaan baik
Dipakai operasional keadaan baik
Dipakai operasional keadaan baik
Dipakai operasional keadaan baik
Disimpan dikamar senjata
Disimpan dikamar senjata
Disimpan dikamar senjata
Disimpan dikamar senjata
Disimpan dikamar senjata
Sumber : Kesatuan Pengamanan Rutan Jakarta Timur, Mei 2008
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
BAB III
TINJAUAN TEORITIS
3.1. RENCANA STRATEGIS
Perencanaan dalam suatu organisasi adalah suatu proses menetapkan dan
memilih cara untuk mencapai sasaran dan target yang akan dicapai dalam oragnisasi
tersebut. Seorang manajer atau pengelola organisasi tidak akan dapat mengelola atau
mengorganisasikan sumber-sumber daya dalam organisasi tersebut, baik sumber daya
manusia maupun sumber daya modal, dan berbagai sumber daya lain yang
mendukung pencapaian target dan sasaran yang telah ditetapkan tanpa adanya suatu
perencanaan yang baik.
Perencanaan adalah aspek yang sangat penting dalam suatu organisasi
karena tanpa suatu rencana yang baik, maka mustahil manajer dan bawahannya atau
sumber daya manusia (SDM) yang ada dalam organisasi tersebut dapat mencapai
sasaran dan target kerjanya, serta tidak dapat mengetahui kapan dan sejauh-mana
organisasi beserta semua elemen yang ada dalam lingkup organisasi tersebut
melakukan suatu penyimpangan atau keluar dari jalur batas yang telah ditetapkan.
Dengan demikian organisasi tanpa suatu perencanaan yang baik maka pengelolaan
organisasi tersebut merupakan sesuatu pekerjaan yang sia-sia saja, dan tidak akan
mampu mencapai sasaran dan target kerja secara optimal sebab perencanaan adalah
sekaligus berfungsi sebagai suatu arah dalam melaksanakan pengelolaan organisasi
yang dijabarkan dalam suatu strategi yakni suatu uraian konkrit dalam pelaksanaan
rencana yang ditetapkan tersebut. Perencanaan dalam suatu organisasi ataupun dalam
unit kerja akan berlangsung secara terus menerus dan menjadi suatu proses yang
sangat penting dalam menetapkan suatu program atau kegiatan dalam upaya
mencapai sasaran organisasi dalam arti luas yang mencakup cara-cara dalam
merealisasikan pencapaian sasaran tersebut.
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
3.1.1 Pengertian Rencana Strategis
Perencanaan menurut Stoner et. al (1996) adalah suatu jenis pembuatan
keputusan untuk masa depan yang spesifik yang dikehendaki oleh manejer bagi
organisasi mereka yang dapat dikatakan sebagai lokomotif yang menghela kereta
yang terdiri dari aktivitas mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan. Oleh
karena itu perencanaan bagi manejer adalah suatu hal yang sangat penting dan bukan
merupakan suatu proses tunggal melainkan proses rangkaian berbagai aspek yang
bertalian dengan pencapain sasaran dan target organisasi secara berkesinambungan.
Sementara itu pencapaian organisasi sebagai suatu kesatuan akan lebih produktif
apabila memiliki keterkaitan yang erat, saling berhubungan, dan saling
ketergantungan antara bagian-bagian yang terdapat dalam organisasi tersebut. Hal ini
dikarenakan keterkaitan atau hubungan yang harmonis pada masing-masing bagian
dalam organisasi akan menyebabkan suatu perubahan yang terjadi di satu bagian
dalam organisasi tersebut akan mempengarhui bagian lainnya, maka tercapainya
sasaran dan tujuan organisasi dengan baik adalah gambaran dari berfungsinya factor
interdependensi antar bagian organisasi tersebut.
Lebih jauh Stoner, (1996) menguraikan bahwa biasanya organisasi dikelola
berdasarkan dua rencana yaitu rencana strategis dan rencana operasional. Rencana
strategis adalah sesuatu yang didesain oleh para manajer tingkat tinggi dan
menentukan sasaran secara luas untuk organisasi, sementara rencana operasional
berisi rincian untuk melaksanakan, atau meninplementasikan rencana strategis
tersebut dalam kegiatan operasional sehari-hari organisasi tersebut. Apabila dikaitkan
dengan hubungan antar orang-orang dalam organisasi, maka rencana strategis
berkaitan dengan pola hubungan antara orang-orang dalam suatu organisasi dengan
orang-orang yang ada dalam organisasi lain, sedangkan rencana operasional
merupakan hubungan antara orang-orang yang ada di dalam satu organisasi. Dengan
demikian perbedaan rencana strategis dengan rencana operasional terletak pada
jamgka waktunya, dimana rencana strategis memandang jauh kedepan beberapa
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
79
tahun kemudian atau bahkan decade, sementara rencana operasional memandang
hanya dalam jangka waktu singkat saja.
Perencanaan menurut Robbins, (2003), adalah suatu bagian yang sangat
penting dalam manajemen organisasi, karena dalam suatu pengelolaan organisasi
tidak akan dapat mencapai suatu sasaran dengan baik jika dalam implementasi
pengelolaan tersebut tidak terdapat suatu perencanaan yang sistematis disertai dengan
strategi dalam upaya pencapaian sasaran yang telah digariskan oleh organisasi
tersebut. Manajemen yang pada saat ini memegang 4 (empat) hal pokok yakni;
perencanaan, pengarahan, pengendalian, pengkoordinasian akan dapat mencapai
sasaran dan target organisasi dengan baik jika keempat hal pokok tersebut memiliki
keseimbangan dan ketersediaan SDM yang memadai dalam menjalankan organisasi
tersebut. Demikian halnya dalam melakukan suatu perubahan sebagai proses
pengembangan strategi dalam memenangkan persaingan dan mengimbangi perubahan
situasional lingkungan dalam dan lingkungan luar organisasi tersebut, keempat hal
pokok tersebut menjadi penentu upaya-upaya yang dilakukan oleh manajemen atau
pengelola organisasi tersebut.
Selanjutnya Robbins, (2003), menguraikan bahwa dalam pengelolaan suatu
organisasi penentuan tujuan adalah bagian dari strategi, karena menurutnya strategi
adalah penentuan dari tujuan dasar jangka panjang dan sasaran sebuah organisasi, dan
penerimaaan serangkaian tindakan serta alokasi dari sumber-sumber yang dibutuhkan
untuk melaksanakan tujuan tersebut. Oleh sebab itu keputusan dalam memperluas
volume aktivitas, mengalih fungsikan kegiatan pada suatu kegiatan yang baru adalah
berkaitan dengan tujuan dasar. Strategi sebagai penentuan tujuan dasar dibagi
menjadi 2 (dua) bagian yaitu:
a. Model perencanaan (Planing mode)
Model perencanaan ini berpandangan bahwa strategi adalah sebuah model
perencanaan atau kumpulan pedoman eksplisit yang dikembangkan sebelumnya.
Pengelola mengidentifikasikan arah dan tujuan mereka, kemudian mereka
mengembangkan rencana yang sistematis dan terstruktur mengenai hal tersebut
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
80
b. Model evolusi (Evolutionary mode)
Model evolusi ini merupakan suatu prespektif baru sehingga disebut evolusi yang
berpandangan bahwa strategi tidak harus merupakan rencana yang dipikirkan
secara matang dan sistematis. Strategi bahkan berkembang dari waktu ke waktu
sebagai pola dari arus keputusan yang sangat berarti bagi organisasi.
3.1.2 Urgensi Perencanaan Dalam Pengembangan Strategi
Secara umum organisasi-organisai profit dan non-profit mempunyai impian
untuk mencapai suatu keberhasilan, ketenaran, dikagumi, dihargai oleh orang lain
ataupun manjemen organisasi lainnya, dan untuk dapat mencapai tujuan atau sasaran
yang diinginkan tersebut maka setiap organisasi akan mencanangkan suatu strategi
yang menjadi penuntun pedonman bagi organisasi. Perencanaan menurut Stoner et.
al, (1996) adalah sama maknanya dengan sebuah tinjauan dalam menentukan sasaran,
dan sasaran dalam organisasi sangat penting karena:
a. Sasaran memberikan arah
Individu maupun organisasi cenderung akan tidak menentu arah, sulit bereaksi
terhadap lingkungan secara tepat sebab tidak tahu apa yang sebenarnya
diharapkan dari lingkungannya. Oleh karenanya dengan menetapkan suatu
sasaran yang jelas, maka seseorang akan termotivasi dan terinspirasi untuk
mewujudkan sasaran yang akan dicapainya.
b. Sasaran memfokuskan usaha
Setiap orang, kelompok, organisasi memilki keterbatasannya masing-masing, dan
keterbatasan inilah yang menjadikan suatu penetapan sasaran sangat perlu
dilakukan untuk menentukan perioritas atau menentukan langkah-langkah yang
realistis yang akan dipergunakan dalam mencapai tujuan yang akan dicapai.
c. Sasaran menjadi pedoman rencana dan keputusan
Apabila seseorang atau kelompok ataupun organisasi ingin mencapai apa yang
hendak dicapai, maka perencanaan dalam jangka pendek dan jangka panjang akan
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
81
sangat menentukan dan membantu dalam proses pencapain tujuan yang hendak
dicapai tersebut.
d. Sasaran membantu mengevaluasi kemajuan yang dicari
Sasaran yang ditetapkan melalui proses perencanaaan akan membantu seseorang,
kelompok, oranisasi dalam mengevaluasi kemajuan dalam proses pencapaian
tujuan yang akan dicapai tersebut. Dengan kata lain sasaran yang dibuat dan
disusun sebagai rumusan perencanaan, berguna sebagai pengendali dalam
mencapai sasaran yang akan dicapai.
Perumusan strategi secara tipikal menurut Huger & Wheelen, (2003),
adalah suatu proses yang tidak tetap dan berlangsung secara terus-menerus.
Perumusan strategi sering berubah, dan seringkali berjalan seperti tidak memiliki
suatu keteraturan. Ada kalanya stabil, tetapi ada kalanya terus berubah-ubah,
mencari-cari, perubahan sedikit demi sedikit dan perubahan secara global sering
terjadi. Tinjauan perumusan strategi sebagai proses yang tidak tetap mencerminkan
suatu pemahaman terhadap kecenderungan manusia untuk terus menerus melakukan
suatu tindakan sampai terjadi suatu kesalahan, atau manusia dipaksa untuk
mempertanyakan tindakannya.
Perencanaan strategis menurut Bryson, (2004) adalah suatu acuan atau
landasan dalam menjalankan roda organisasi publik dan organisasi nonprofit untuk
mewujudkan misinya, memperoleh apa yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut.
Perumusan perencanaan strategis ini akan menjadi suatu acuan dalam mewujudkan
apa yang hendak dicapai organisasi tersebut, mengimbangi segala bentuk perubahan
lingkungan. Dengan demikian perencanaan strtegis ini menjadi sangat penting untuk
dikembangkan dalam organisasi-organisasi publik dan organisasi nonprofit untuk
mencapai suatu target sasaran dengan baik ntanpa harus menambah biaya
operasional. Hal ini dikarenakan menurut Bryson (2004), perencanaan strategis
berisikan konsep, prosedur dan aturan untuk mempermudah manajemen dalam
menjalankan organisasi untuk mencapai hasil kerja atau sasaran dengan baik, karena
telah memiliki suatu panduan yang tersusun secara sistematis.
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
82
Perencanaan sebagai panduan dalam suatu organisasi dalam mencapai
tujuan yang akan dicapai, dimana sasaran bermanfaat sebagai pemberi arah, pedoman
dalam memfokuskan usaha, dan pedoman dalam pengambilan keputusan, serta
membantu proses evaluasi dalam suatu organisasi adalah suatu indikasi bahwa
perencanaan tersebut berfungsi sebagai tolak ukur produktifitas suatu oragnisasi, baik
organisasi perusahaan maupun organisasi publik. Sebagaimana diuraikan oleh
Robbins, (2003) bahwa suatu organisasi dapat dikatakan produktif apabila
oraganisasi tersebut dapat mencapai sasarannya dengan baik dengan mentransfer
input ke output dengan biaya terendah. Kekuatan dalam mencapai produktifitas ini
sangat tergantung dari sumber daya manusia (SDM) yang ada dan bersedia
mendukung inovasi dalam organisasi tersebut secara terencana. Dengan demikian
rumusan perencanaan strategis yang dikemukakan oleh Allison & Kaye, (2005)
bahwa perencanaan strategis adalah sebuah alat manajemen yakni alat yang yang
hanya digunakan untuk satu tujuan saja dengan maksud menolong organisasi dalam
melakukan tugasnya dengan lebih baik. Dengan kata lain perencanaan strategis akan
dapat membantu organisasi memfokuskan visi dan prioritasnya sebagai jawaban
terhadap perubahan lingkungan dan untuk memastikan agar anggota-anggota
organisasi itu bekerja ke arah tujuan yang sama.
3.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perencanaan
Organisasi yang ingin tetap bertahan, berkembang dan mampu
melaksanakan tugas-tugas yang bermanfaat dan penting harus tanggap terhadap
perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi. Tanggapan tersebut antara lain
tercermin pada perumusan rencana strategis yang tidak jarang menuntut adanya
perubahan fokus organisasi.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, menurut Sophia, (2007) dalam
penyusunan suatu perencanaan, dibutuhkan pengamatan yang jeli dan cermat
terhadap aspek-aspek yang ada di sekitar organisasi. Hal ini dikarenakan aspek-aspek
tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung akan dapat mempengaruhi
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
83
suatu perencanaan strategis organisasi. Dengan demikian dalam suatu perencanaan
diperlukan paling tidak empat hal pokok, yaitu :
1. Helicopter view, kemampuan untuk melihat suatu realita eksternal secara
menyeluruh, dan kemampuaan ini akan bermanfaat untuk mnyederhanakan
permasalahan yang kompleks.
2. Komitmen terhadap keberhasilan jangka penjang
3. Kemauan untuk menelaah teori dan praktek yang ada, terbuka terhadap
pemikiran yang baru dan berbeda, serta kemauan untuk belajar dan mencari
tahu.
4. Kemauan serta keberanian untuk mengambil keputusan dan tindakan yang
diperlukan
Jika keempat hal tersebut telah ada, maka perencanaan strategis dapat
dikatakan sebagai suatu perencanaan yang baik . Namun demikian dalam penyusunan
rencana strategis ada beberapa hal yang mempengaruhinya, yaitu :
Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam organisasi, yaitu
menyangkut kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia dan sumber
daya lain yang dimiliki oleh organisasi;
Faktor eksternal, menyangkut hal-hal yang berada di luar organisasi, yaitu
antara lain menyangkut perkembangan dan perubahan yang terjadi di
sekeliling organisasi, seperti perkembangan di bidang politik, keamanan,
ekonomi dan berbagai factor diterminan lainnya yang mempengaruhi
suatu perencanaan.
Kedua faktor tersebut yakni faktor internal dan faktor eksternal harus
diperhatikan dalam penyusunan suatu rencana strategis, karena kedua faktor inilah
yang dapat mempengaruhi rencana strategis.
3.1.4 Model Perencanaan Strategis
Model perencanaan strategik menurut Dirgantoro, 2001, dibentuk untuk
memberikan suatu kerangka berpikir yang mudah di dalam memahami bagaimana
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
84
manajemen strategik bekerja. Model tersebut dibentuk dari tiga elemen dasar
manajemen, stratejik, yaitu analisis lingkungan, penetapan visi, misi dan objective
serta strategi sebagai elemen terakhir. Ketiga elemen dasar tersebut ditambah dengan
komponen-komponen yang lain akan membentuk kerangka/ model tersebut,
sebagaimana terdapat dalam model perencanaan strategi berikut ini.
Bagan. 5
Model Perencanaan Strategis
OPERASI INTERNASIONAL; TANGGUNGJAWAB SOSIAL
IMPLEMENTASI STRATEGI
POLICY
TARGET TAHUNAN
(Dirgantoro, 2001)
Proses kerja model/kerangka manajemen stratejik sebenarnya bukanlah hal
yang teramat sulit, sebab merupakan suatu kerangka sederhana yang terstruktur yang
cukup mudah untuk dipahami. Lingkaran visi dan analisis lingkungan dihubungkan
oleh dua anak panah yang memiliki hubungan bolak-balik atau dua arah. Arti dari
ALOKASI SUMBERDAYA
MANAJEMEN STRATEJIK
Formulasi Strategi
Menyiapkan Memilih
menetapkan
PENGENDALIAN STRATEGI
MENGUKUR
+
EVALUASI PERFORMENCE
FUNGSI : KEUANGAN, PEMASARAN, PRODUKSI/OPERASI
FEED BACK
Analisa lingk.
internal eksternl
Penetapan Visi Misi
objective
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
85
hubungan tersebut adalah bahwa antara lingkaran visi dan analisis lingkungan saling
bergantung satu sama lain. Perubahan dalam lingkungan dapat mempengaruhi
organisasi dan membuat organisasi tersebut kembali melihat lagi atau mendefinisikan
visinya, dan perubahan ini tentu saja akan menghasilkan suatu perubahan dan
mempengaruhi misi serta sasaran objectif yang akan dicapai oleh organisasi tersebut.
Sebaliknya juga visi dan misi serta sasaran objective bisa mempengaruhi lingkungan.
Dengan demikian kedua lingkaran tersebut akan dapat berjalan secara bersamaan dan
saling mempengarhi atau memberikan masukan satu sama lain.
Setelah visi, misi dan sasaran objective ditetapkan, kemudian analisis
lingkungan ditetapkan, dan proses berikutnya ialah elemen dasar ketiga, yaitu
strategi. Seperti yang telah dijelaskan bahwa elemen strategi ini dibagi ke dalam 3
(tiga) tahapan, dimana ketiga tahapan tersebut berjalan secara berurutan atau
sekuensial, yang dimulai dari formulasi, implementasi dan terakhir evaluasi.
Komponen yang berada di luar elemen dasar dari manajemen stratejik seperti Operasi
Internasional dan tanggung jawab sosial merupakan faktor yang menjadi
pertimbangan di dalam kerangka manajemen stratejik, sedangkan fungsi-fungsi di
dalam organisasi adalah sebagai dasar atau fondasi untuk menggunakan
model/kerangka manajemen stratejik. Secara lebih detailnya maka dijelaskan dalam
uraian berikut ini:
a. Analisis Lingkungan
Analisis internal ini merupakan suatu analisis terhadap kondisi di dalam
suatu lingkungan. Dimana analisis lingkungan ini menurut Dirgantoro, (2001),
dilakukan dengan tujuan utama adalah untuk melihat kemungkinan-kemungkinan
peluang atau opportunity yang bisa muncul serta kemungkinan-kemungkinan
ancaman atau threat yang bisa muncul yang bisa diakibatkan oleh adanya
perubahan-perubahan yang terjadi, baik pada tingkat lingkungan bisnis atau
industri maupun lingkungan internal organisasi. Lingkungan internal terdiri dari
komponen-komponen atau variabel lingkungan yang berada di dalam organisasi
itu sendiri, yaitu antara lain sumberdaya, strategi saat ini dan kinerja organisasi
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
86
saat ini. sehingga hasil dari analisis internal ini akan memberikan gambaran
mengenai Kekuatan-kekuatan (strengths) dan kelemahan-kelemahan (weaknesses)
organisasi.
Masih menurut Dirgantoro, (2001), analisis eksternal bisa dikatakan
sebagai komponen-komponen atau variabel lingkungan yang berada atau berasal
dari luar lingkungan organisasi. Komponen ini cenderung berada di luar
jangkauan organisasi, artinya organisasi tidak bisa melakukan intervensi terhadap
komponen-komponen tersebut. Komponen tersebut cenderung diperlakukan
sebagai suatu yang given atau sesuatu yang mau tidak mau harus diterima, tinggal
bagaimana organisasi berkompromi atau menyiasati komponen-komponen
tersebut. Lebih jauh dalam analisis lingkungan ini maka penulis akan
menggunakan analisis SWOT (Strengt, Weakness, Opportunity, Threats).
Menurut Rangkuti, (2006), analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strengts), dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses), dan ancaman/tantangan
(Threats/ challenges).
b. PenetapanVisi, Misi dan Objective
Membicarakan tentang Visi dan Misi kalau boleh diibaratkan sama dengan
membicarakan Merger dan Akuisisi. Tidak lengkap rasanya apabila membahas
tentang visi tetapi tidak menyentuh sekaligus misi, demikian pula yang terjadi
sebaliknya.Visi dan misi biasanya dinyatakan dalam sebuah statement. Menurut
Dirgantoro (2001), secara sederhana bisa dikatakan bahwa statement misi lebih
ditujukan untuk menjawab pertanyaan, ”what is our business”, sedangkan
statement Visi untuk menjawab pertanyaan, ”what do we want to be come”.
Lebih lanjut visi dapat didefinisikan secara berbeda-beda oleh masing-
masing individu. Akan tetapi jika disimpulkan, maka visi dapat diartikan sebagai :
suatu pandangan jauh tentang organisasi; tujuan-tujuan organisasi dan apa yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Sedangkan misi pada dasarnya
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
87
hanya sekadar usaha formal untuk memperjelas apa yang dikehendaki oleh
pendiri suatu organisasi. Misi di dalam suatu organisasi menjadi sesuatu yang
penting dan ada beberapa alasan mengapa misi dikatakan penting, yaitu :
Membantu untuk lebih memfokuskan usaha pencapaian tujuan
Membantu mencegah terjadinya konflik dalam organisasi
Memberikan dasar bagi pengalokasian sumberdaya
Menetapkan kerangka tanggung jawab dalam perusahaan
Sebagai dasar bagi pengembangan tujuan organisasi.
Kemudian muncul suatu pertanyaan, mana sebenarnya yang terlebih
dahulu harus dirumuskan, apakah visi atau misi-nya, dan menurut Supratikno.
et. al, (2003), lazimnya visi dirumuskan terlebih dahulu. Dengan kata lain visi
yang relatif abstrak dan luas diterjemahkan ke dalam misi yang lebih konkret,
kemudian dijabarkan lagi ke dalam tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek.
c. Formulasi Rencana Strategis
Setelah tahap analisis lingkungan yang terdiri dari analisis lingkungan
internal dan eksternal dengan menggunakan metode SWOT dalam
pembahasannya, kemudian didapat suatu isu strategis sebagai dasar untuk
menentukan visi dan misi, maka tahap berikutnya ialah dengan melakukan
penyusunan suatu rencana strategis. Seperti yang telah dikemukakan oleh
Bryson, (2004) adalah suatu acuan atau landasan dalam menjalankan roda
organisasi publik dan organisasi nonprofit untuk mewujudkan misinya,
memperoleh apa yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut. Perumusan
rencana strategis ini akan menjadi suatu acuan dalam mewujudkan apa yang
hendak dicapai organisasi tersebut, mengimbangi segala bentuk perubahan
lingkungan. Dengan demikian perencanaan strtegis ini menjadi sangat penting
untuk dikembangkan dalam organisasi-organisasi publik dan organisasi
nonprofit untuk mencapai suatu target sasaran dengan baik tanpa harus
menambah biaya operasional. Hal ini dikarenakan menurut Bryson, (2004)
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
88
rencana strategis berisikan konsep, prosedur dan aturan untuk mempermudah
manajemen dalam menjalankan organisasi untuk mencapai hasil kerja atau
sasaran dengan baik, karena telah memiliki suatu panduan yang tersusun secara
sistematis.
d. Implementasi dan Evaluasi
Setelah rencana strategis disusun, maka yang paling penting adalah
tahap pelaksanaan atau implementasi dari rencana startegis yang telah disusun.
Proses implementasi ini harus berjalan efektif dan efisien. Disamping itu
menurut Suriawinata, (2007) implementasi yang baik haruslah mencakup
beberapa hal, yaitu:
Peran dan tanggungjawab masing-masing organisasi, badan, unit, dan
individu di dalam proses implementasi rencana strategis yang telah
disusun
Hasil yang diinginkan, sasaran spesifik dan milestone
Langkah-langkah tindakan yang spesifik dan rinci
Schedule/ jadwal
Sumber-sumber daya yang diperlukan dan asalnya
Proses komunikasi
Pengkajian, pemantauan dan prosedur perbaikan
Prosedur akuntabilitas
Lebih lanjut, jika implementasi berjalan efektif, akan didapat ber
manfaat untuk;
Terciptanya nilai publik melalui perubahan yang positif, lancar dan
cepat, sehingga dengan demikian tercapai pula tujuan dari organisasi
Terhindar dari faktor-faktor penyebab kegagalan, seperti : resistensi
terhadap perubahan, permasalahan yang menyangkut SDM (aspek
jumlah pegawai, kompetensi, insentif, dll), tidak memadainya
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
89
sumberdaya organisasi, kurangnya dukungan administratif dan
perubahan prioritas politik, ekonomi maupun administratif.
Diperolehnya dukungan legitimasi yang lebih besar terhadap organisasi
dan pimpinannya karena permasalahan publik dapaty ditangani melalui
implementasi strategi yang efektif.
Para individu yang terlibat di dalam proses implementasi akan
memperoleh rasa percaya diri yang lebih tinggi
Organisasi yang telah berhasil mengimplementasikan strategi secara
efektif akan dapat meningkatkan kapasitasnya di masa depan.
Setelah proses implementasi dimulai, maka hal yang tak kalah penting
yang harus dilakukan ialah tahapan evaluasi. Titik berat harus diberikan pada
strategi-strategi yang berhasil—dengan pertanyaan apakah strategi-startegi
tersebut diteruskan, diganti dengan strategi yang lain atau dibuang. Selanjutnya
proses perencanaan strategis itu sendiri harus dikaji, kekuatan dan
kelemahannya dicatat dan harus diusulkan modifikasi/perbaikan untuk proses
siklus perencanaan strategis periode berikutnya.
3.2. Kondisi Kelebihan Kapasitas (Over Capacity)
Salah satu permasalahan yang sangat krusial saat ini di jajaran
pemasyarakatan adalah masalah tingkat kepadatan hunian, dimana dibeberapa UPT
RUTAN dan LAPAS yang ada saat ini jumlah penghuni sudah sangat melebihi
kapasitas hunian yang sebenarnya. Kapasitas Hunian RUTAN Klas I Jakarta Pusat
misalnya, berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor:
E.Ps.01.03-31 Tanggal 18 Mei 2005 yang diteruskan dengan Nomor: W7.Ps.01-10-
768 Tanggal 23 Mei 2005 tentang Pendataan Kembali Kapasitas Hunian, bahwa
Kapasitas hunian normal Gedung Baru RUTAN Klas I Jakarta yang terdiri dari
Gedung Bangunan Baru (Type I, III, V, VII) selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
90
Tabel. 29 Kapasitas Hunian Gedung Baru Rutan Klas I Jakarta Pusat
NO
TYPE BANGUNAN
HUNIAN SEL
KAMAR
UKURAN KAMAR
SEL
( CM² X CM² )
LUAS
KAMAR
SEL ( M² )
JUMLAH
SEL
( Unit )
KAPASITAS /
SEL HUNIAN
JUMLAH
PENGHUNI
KETERANGAN
1 TYPE – I 180 X 300 cm 5.40 m² 96 1 Orang 96 Orang Sel Kamar
2 TYPE – III 270 X 600 cm 16.20 m² 72 3 Orang 216 orang
3 TYPE – V 360 X 600 cm 21.60 m² 54 5 Orang 270 Orang
4 TYPE – VII 540 X 600 cm 32.40 m² 40 7 Orang 280 Orang
JUMLAH KAPASITAS HUNIAN SEL KAMAR 16 Orang 862 Orang
Sumber : KP. Rutan Jakarta Pusat
Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah penghuni RUTAN Klas I Jakarta
Pusat yang saat ini sudah melebihi kapasitas hunian yang sebenarnya yang
memungkinkan terjadinya pertikaian sebagai akibat sempitnya ruang gerak dalam
menjalani kehidupan sehari-hari. Menjalani kehidupan dalam suatu lingkungan
dengan tingkat kepatadatan hunian yang tinggi menurut Sarwono, (1992) sangat
mempengaruhi kondisi emosional seseorang. Kepadatan hunian membuat seseorang
menjadi lebih mdah tersinggung, lebih mudah marah dan cepat terpengaruh dengan
isu-isu yang negatif. Hal inilah yang sering dialami oleh penghuni RUTAN sehingga
pertikaian dan antar kelompok, pertengkaran antar pribadi sangat mudah terjadi.
Oleh sebab itu dalam upaya meningkatkan keamanan dan ktertiban hidup bersama
dlam lingkungan RUTAN perlu dibuatkan strategi penanganan penempatan yang
diintegrasikan dengan strategi pengamanan yang sudah ada.
Kehidupan sosial di dalam penjara adalah miniatur dari kehidupan sosial
masyarakat pada umumnya, seperti yang dikatakan oleh Irwin yang dikutip oleh Nefi
(2002) bahwa penjara merupakan dunia kecil (microcosm) dari dunia luar yang
didalamnya diliputi oleh konflik-konflik dan ketegangan.
Bahroedin Suryobroto seperti yang dikutip oleh Nefi (2002) mengatakan
kehidupan pada tempat-tempat pemenjaraan yang tampaknya tentram dari luar
sebenarnya menyelubungi tragedi-tragedi kemanusiaan yang bergejolak di dalamnya,
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
91
yaitu adanya pertentangan dan konflik-konflik antar para penghuni dengan
penjaganya dan lingkungannya, suatu hal yang tak dapat dihindarkan yang
merupakan ciri khas pemenjaraan.
Keadaan penjara yang tidak stabil, sebagai akibat dari populasi penghuni
yang tidak terkendali akan bertendensi munculnya konflik seperti yang dikemukakan
oleh Coles (1956), dalam Teori The Functions of Social Conflict, sebagai berikut :
“in every type of social structure there are occasion for conflict, since individual and sub groups are likely to make from time to time rival daims to scarece resources, prestige or poor positions. But social structure differ in the way in which they affow expression to antagonistic claims. Some show more tolerance of conflict than others”. Secara bebas dapat diartikan bahwa “Di setiap jenis struktur sosial ada kemungkinan untuk terjadi konflik. Karena individu dan sub kelompok dari waktu ke waktu bersaing untuk memperoleh sumber-sumber terbatas, prestise atau posisi yang kuat. Tapi struktur sosial berbeda dalam cara mengungkapkan ekspresi antagonisnya. Beberapa lebih toleran dari yang lainnya”
Munculnya konflik dalam skala dan eskalasi yang luas dapat dianggap
sebagai gangguan keamanan serius yang memperburuk citra penjara di mata
masyarakat karena hidup dalam lingkungan yang sempit, maka pola kehidupan di
penjara mirip dengan rumah kecil; dimana aktifitas berlangsung pada satu tempat
saja, seperti bermain, tidur, berjalan dan lain-lainnya. Goffman seperti yang dikutip
oleh Shandlu, (1977) mengatakan bahwa institusi untuk rehabilitasi itu sebagai
institusi total. Di mana penghuni adalah sebagai subyek untuk ditetapkan sebagai
tujuan dan pengawasan. Sehingga akan muncul peran penting dalam bentuk
permusuhan antara petugas yang seringkali melihat penghuni memiliki pengalaman
pahit, suka menyembunyikan (merahasiakan sesuatu atau tidak dapat dipercaya.
Namun pandangan penghuni atau narapidana mereka melihat petugas tersebut dalam
melaksankan tugas dengan tangan kekerasan, kotor dan licik.
Kepadatan hunian ini secara langsung maupun tidak langsung berdampak
terhadap masalah kehidupan kedua elemen penghuni RUTAN yakni petugas atau
Pembina dan penghuni atau warga binaan yang tinggal sampai dengan batas waktu
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
92
yang diputuskan pengadilan baginya dalam lingkungan RUTAN atau LAPAS
didalam lingkungan hunian yang terbatas kapasitas daya tampungnya. Kondisi
tersebut senantiasa terjadi di penjara manapun, karena tidak bisa dihindari adanya
interaksi antara petugas, napi dan keluarganya dengan dasar kebutuhan yang
memunculkan budaya korupsi dan kolusi, dan diperlukan upaya sungguh-sungguh
untuk menghilangkan agar citra penjara/lapas/rutan menjadi berkurang pandangan
negatifnya. Lebih luas lagi aspek kemungkinan timbulnya konflik sebagai akibat
yang ditimbulkannya menjadi berkurang sehingga pencapaian tujuan pemasyarakatan
dapat lebih fokus.
Gangguan keamanan di lapas/rutan diakibatkan masalah ringan namun
berkaitan dengan rutinitas pekerjaan petugas dengan napi/tahanan sebagai obyeknya.
Hal ini jika kurang dikelola dengan baik justru akan menimbulkan masalah, bukan
meringankan beban kerja yang ada. Diperlukan keterampilan petugas dalam
menterjemahkan peraturan dan melaksanakannya di lapangan tanpa membuat napi/
tahanan menjadi tersinggung atau marah, misalnya dalam pelaksanaan razia atau
penggeledahan kamar per kamar yang sering dijadwalkan atau melarang atas suatu
tindakan tertentu secara persuasif.
Vernon Fox, (1972) dalam bukunya yang berjudul “Introduction of
Correction” yang dikutip dari Keller et. al, (1970) berkata: “It involves
communicating effectively, understanding (empahaty), caring (respect) and genuine
relationships, with the inmate so that this level of tolerance can be increased
significantly and he can be more effective in working with people”. Hal ini berarti
bahwa; “Komunikasi dengan penghuni harus senantiasa terjaga dan terjalin dengan
baik, dan penuh kasih sayang. Disamping itu juga petugas harus selalu berempati
terhadap penghuni, sehingga penghuni akan selalu merasa dihargai. Maka akan
timbul kerja sama diantara petugas dan penghuni”.
Lonjakan penghuni di dalam lapas/rutan dapat mempengaruhi terhadap pola
mekanisme dan kinerja petugas serta berpengaruh terhadap perilaku penghuni. Peak
(1995) mengatakan bahwa kondisi kelebihan daya tampung penjara dapat
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
93
menyebabkan stress yang tinggi. “...Crowding is a pshycological response to high
population density which in often viewed as stressfull” (….kelebihan daya tampung
adalah reaksi psikologis terhadap kondisi kepadatan populasi yang disebut sebagai
stres yang tinggi).
Namun menurut Bonta dan Gendreau yang dikutip oleh Peak, (1995), tidak
selalu over crowding berpengaruh terhadap perilaku agresif penghuni “.....they could
not conclude that high population density is always associated with aggressive
behavior” (Mereka tidak dapat menyimpulkan bahwa kepadatan populasi yang tinggi
selalu dihubungkan dengan perilaku agresif).
Bota dan Gendreau yang dikutip oleh Peak, (1995) bahkan menemukan
bukti akibat dari kelebihan daya tampung dapat memperburuk manajemen di dalam
penjara; “....found evidence that factors others than prison variabels many influences
aggressive behavior, for example,crowded prisons may be poorly managed.Further
more also seems to increase the risk of inmate misconduct” (....ditemukan bukti-
bukti bahwa faktor-faktor lain yang berkaitan dengan penjara yang dapat
mempengaruhi perilaku agresif seperti contoh , kelebihan daya tampung di dalam
penjara dapat memperburuk manajemen penjara. Selebihnya juga kelihatan sekali
dapat menambah resiko salah perlakuan terhadap penghuni”.
Konflik yang sering terjadi dalam lapas / rutan mempersulit petugas
keamanan dalam mengawasi dan melaksanakan program pembinaan dan khususnya
di bidang keamanan, pemikiran tersebut dilandasi oleh suatu pemikiran seperti yang
dikatakan oleh Koentjaraningrat, (1971);
“Mengatur dan mengurusi sejumlah orang yang semua sama ciri-ciri,
kehendak dan kebiasaan-kebiasaannya sudah barang tentu jauh lebih
mudah, daripada mengurusi sejumlah orang yang semuanya berbeda
ciri-ciri kehendak dan kebiasaan satu sama lain, apabila kalau orang-
orang yang berbeda itu tidak saling bergaul dengan baik satu sama
lainnya”
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
94
3.2.1 Dampak Kepadatan Hunian
Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa over kapasitas telah
menimbulkan berbagai permasalahan terutama gangguan keamanan dan ketertiban di
Lapas dan Rutan. Over kapasitas yang terjadi di penjara, tentu saja menimbulkan
kesesakan (crowding) dan kepadatan (density). Menurut Wirawan, (1992) kepadatan
dan kesesakan mempunyai dua ciri, yaitu :
Ciri pertama, kesesakan adalah persepsi terhadap kepadatan dalam
artian jumlah manusia. Jadi tidak termasuk di dalamnya kepadatan
dalam arti hal-hal lain yang non-manusia.
Ciri kedua, karena kesesakan adalah persepsi, maka sifatnya
subyektif
Kepadatan hunian atau over kapasitas yang terjadi di hampir seluruh Lapas
dan Rutan di Indonesia, menimbulkan berbagai dampak negatif. Dampak-dampak
negatif tersebut antara lain :
Secara ekonomi, maka over kapasitas ini menimbulkan adanya
pemborosan anggaran pemerintah, karena pemerintah harus
menanggung biaya hidup tahanan dan narapidana selama mereka
menjalani masa hukuman di dalam penjara.
Menimbulkan terjadinya “gesekan-gesekan” yang pada akhirnya
memicu timbulnya berbagai gangguan keamanan, antara lain tawuran
antar penghuni, perkelahian, perampasan, pemerasan dan lain-lain.
Menimbulkan gangguan kesehatan di kalangan panghuni. Hal ini
disebabkan adanya keterbatasan yang ditimbulkan oleh adanya over
kapasitas ini, terutama menyangkut fasilitas sanitasi.
3.2.2 Upaya Penanggulangan Kepadatan Hunian
Kepadatan hunian yang terjadi dalam lingkungan RUTAN dan LAPAS,
kelihatannya membutuhkan penanganan yang akurat dan pelaksanaan
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
95
penanggulanggannya memerlukan suatu strategi, dan upaya penanggulangan yang
dilakukan saat ini antara lain:
Melakukan pemindahan atau mutasi penghuni ke penjara lain yang
kapasitas huniannya masih tersedia
Membuka kesempatan seluas-luasnya kepada para penghuni untuk
mengurus Cuti Menjelang Bebas, Pembebasan Bersyarat dan Asimilasi.
Hal ini dilakukan dengan mempermudah persyaratan dalam mengurus
hak-hak narapidana ini. Sehingga diharapkan para penghuni tidak akan
dapat berlama-lama berada di penjara, karena over kapasitas telah terjadi
dan banyak permasalahan yang menyertainya.
Melakukan pembangunan bangunan baru, sehingga nmenambah daya
tampung penjara.
Dari berbagai hal yang telah atau sedang berlangsung tadi, masing-masing
memiliki kelemahan. Sehingga kelemahan tadi mengakibatkan tidak efektifnya upaya
mengurangi tingkat kepadatan hunian tadi. Dan ini tentu saja merupakan tantangan
bagi kita, karena masalah over kapasitas ini perlu segera diatasi.
3.3 Prosedur Tetap Penerimaan dan Penempatan Tahanan dan Narapidana di
Lapas dan Rutan
Penanggung jawab atas sah tidaknya penerimaan tahanan baru adalah
Kepala Rutan, apabila Karutan tidak berada ditempat maka tanggung jawab tersebut
diserahkan kepada pejabat struktural yang ditunjuk oleh Kepala Rutan sebagai
pelaksana. Penerimaan tahanan baru harus disertai dengan surat perintah
penahanan/penetapan penahanan dari instansi yang menahan dimana surat-surat
tersebut harus disertai dengan tanda tangan dan cap asli instansi dari pejabat yang
secara yuridis berhak menahan.
Prosedur tetap mengenai penerimaan Tahanan dan Narapidana diatur dalam
Peraturan Menteri Kehakiman RI Nomor M.04-UM.01.06 tahun 1983 tentang tata
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
96
cara penempatan, perawatan tahanan dan tata tertib Rumah Tahanan Negara. Adapun
prosedurnya antara lain :
a. Portir
Portir merupakan pintu gerbang utama penghubung Rutan/ Lapas dengan
lingkungan atau masyarakat luar yang terdiri dari dua pintu yaitu pintu luar
dan pintu dalam. Petugas yang ditempatkan di portir merupakan petugas
keamanan yang masih menjadi satu dengan regu penjagaan dibawah Kesatuan
Pengamanan Rutan / Lapas atau disesuaikan dengan situasi dan kondisi
RUTAN / Lapas. Petugas Pintu Portir terdiri dari tiga orang atau empat orang,
salah satu bertindak sebagai komandan dan dua atau tiga anggota yang
bertanggung jawab pada masing-masing pintu. Dalam hal penerimaan tahanan
baru petugas portir memiliki tugas sebagai berikut :
1. Menerima dan meneliti keabsahan surat pengantar/surat perintah
penahanan/penetapan penahanan dari instansi/pejabat yang berwenang
yang dibawa oleh petugas pengawal;
2. Apabila ada keraguan terhadap keabsahan surat-surat, maka komandan
menanyakan hal tersebut pada Kepala Kesatuan Pengamanan Rumah
Tahanan Negara;
3. Mencocokan nama tahanan sesuai yang tertera dalam surat
pengantar/surat perintah penahanan/penetapan penahanan dari pejabat
yang berwenang;
4. Mencatat masuknya tahanan baru kedalam buku laporan tugas
pengamanan tugas portir.
b. Regu Penjagaan
Petugas penjagaan memeriksa kembali keabsahan surat-surat yang
dibawa oleh pengawal, memeriksa barang bawaan tahanan baru, mencocokan
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
97
data yang ada dalam surat tersebut dengan tahanan yang bersangkutan dan
mencatat masuknya tahanan baru dalam buku laporan tugas penjagaan.
c. Staf Keamanan
Staf Keamanan merupakan bagian yang tidak termasuk dalam struktur
organisasi yang ada di Rutan / Lapas yang dibentuk karena kebutuhan
organisasi. Hal utama yang harus dijalankan oleh staf keamanan di dalam
penerimaan tahanan baru pria adalah memeriksa kembali keabsahan surat-
surat yang berkaitan dengan tahanan yang akan dititipkan dan mencatat
masuknya tahanan baru kedalam buku laporan tugas, melakukan
penggeledahan terhadap badan dan barang bawaan tahanan baru, memberikan
perlengkapan inventaris dinas kepada tahanan, berupa perlengkapan makan,
membuat kartu nama tahanan meliputi : nama, nomor register, perkara, pidana
dan tanggal habis penahanan yang dipasang diruang keamanan dan di depan
blok hunian.
Pengarahan tentang hak dan kewajibannya sebagai tahanan atau
narapidana diberikan pada bagian ini juga peraturan yang berlaku, larangan
dan sanksinya apabila terjadi pelanggaran. Apabila dikhawatirkan terjadi hal-
hal yang dapat membahayakan tahanan atau penghuni yang lain misalnya
sakit, perkara-perkara seperti pencabulan, perkosaan (berkaitan dengan tindak
pidana kesusilaan) maka tahanan tersebut dipisahkan dalam blok khusus atau
isolasi atau di tempatkan di dalam kamar yang terdapat tamping (narapidana
yang diperbantukan untuk membantu mengerjakan tugas petugas Rutan).
Sehingga apabila terjadi hal-hal yang membahayakan tahanan baru tersebut
dapat segera dilaporkan ke petugas.
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
98
d. Unit Registrasi
Unit Registrasi memiliki tugas antara lain sebagai berikut:
1. Meneliti kembali keabsahan surat-surat dan mencatat barang-barang
bawaan serta mencocokannya dengan tahanan yang bersangkutan;
2. Apabila terdapat ketidak cocokan antara pengakuan tahanan dengan surat-
surat atau ada ketidak lengkapan surat-surat yang menyertainya, maka
petugas registrasi meminta kejelasan kepada pejabat yang berwenang asal
tahanan;
3. Atas nama Karutan, bersama-sama petugas pengawal instansi asal tahanan
menandatangani berita acara penerimaan tahanan;
4. Melakukan pencatatan barang atau uang bawaan kedalam buku register D
dengan bukti tanda terima untuk tahanan yang bersangkutan. Barang
bawaan tersebut disimpan dalam gudang setelah diberi label atas nama
pemilikinya, sedangkan uang diserahkan kepada bendaharawan rutin
untuk disimpan.
5. Melakukan pencatatan identitas jatidiri tahanan sesuai data didalam surat-
surat dan pengakuaan tahanan yang bersangkutan kedalam buku register A
serta buku-buku pendaftaran lainnya;
6. Mengambil sidik jari tahanan, meliputi :
a. Tiga jari tengah tangan kiri dibalik lembaran putusan atau penetapan
pengadilan;
b. Sepuluh jari pada kartu daktiloskopi.
7. Melakukan penghitungan tanggal habis masa penahanan dan mencatatnya
kedalam buku register;
8. Mengambil pas photo tampak muka, samping kiri dan kanan masing-
masing satu lembar dengan ukuran 3x4 untuk ditempelkan pada :
a. Buku daftar A yang bersangkutan (tampak muka);
b. Daftar identitas (tampak samping kiri dan kanan).
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
99
9. Pemeriksaan kesehatan tahanan baru di Poliklinik Rutan / Lapas
10. Tahanan baru setelah selesai dari bagian registrasi akan diantar oleh
tamping menuju blok huniaan penghuni baru yaitu blok Mapenaling.
Penerimaan tahanan baru ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
Kelengkapan surat-surat penahanan, jika tidak lengkap, maka petugas
Rutan/Lapas harus berani menolak masuknya tahanan baru tersebut atau
ditunda dahulu sambil menunggu lengkapnya surat-surat atau berkas
penahanan. Hal ini bertujuan selain sebagai tertib administrasi juga untuk
menghindari permasalahan yang mungkin muncul di kemudian hari, atau
menghindari terjadinya penahanan yang tidak sah dari aparat yang
mengirim tahanan baru tersebut
Kondisi fisik tahanan baru, yaitu berkaitan dengan kondisi kesehatan baik
fisik maupuin rohani. Jika tahanan baru kondisi fisik dan rohaninya
terganggu, maka petugas Rutan/Lapas dapat menolaknya, karena akan
mengganggu proses pembinaan. Di samping itu, misalkan ada tahanan baru
yang masuk dalam kondisi fisik yang amat parah, jika terjadi kematian
maka pihak Rutan/Lapas juga harus ikut bertanggung jawab. Sehingga hal
ini menyulitkan pihak Rutan/Lapas penerima tahanan baru.
Latar belakang atau riwayat kejahatan si tahanan baru, yang perlu
diperhatikan terutama jika ada tahanan yang sudah berulangkali masuk
penjara, maka pihak Rutan/Lapas harus melihat pengalaman di saat tahanan
baru ini berada di dalam Rutan/Lapas. Jika ia berkelakuan baik, maka pihak
rutan/Lapas bisa menerimanya, akan tetapi jika pernah berbuat kerusuhan
atau bahkan menjadi biang keladi kerusuhan di Rutan/Lapas, maka pihak
Rutan/Lapas harus menolaknya, karena dikhawatirkan akan terjadi masalah
serupa.
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
100
Yang lebih penting dalam hal ini ialah adanya kerjasama yang baik dan
koordinasi dengan pihak penahan, dalam hal ini Kepolisian dan Kejaksaan,
agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Dalam sistem Pemasyarakatan dikenal adanya tiga tahap pembinaan, yaitu
tahap Maximum Security, Medium Security dan terakhir Minimum Security. Dalam
tahap pertama, yaitu maximum security, tahanan baru ditempatkan di dalam suatu
kawasan atau blok yang disebut sebagai kawasan atau blok MAPENALING yaitu
kawasan masa pengenalan lingkungan. Di kawasan ini maka para tahanan baru
diharapkan dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya di dalam Rutan,
menyangkut tata tertib yang ada di Rutan, hak-hak dan kewajiban-kewajiban sebagai
penghuni Rutan, dan berbagai macam hal menyangkut peri kehidupan yang ada di
Rutan.
Setelah melewati masa Mapenaling, para tahanan harus melewati tahap
berikutnya, yaitu tahap medium security. Dalam tahap ini tahanan telah dianggap
mampu beradaptasi dengan baik, dan sudah diperbolehkan bergaul secara bebas
dengan penghuni lain di dalam Rutan. Sehingga ia harus dimutasi ke blok-blok
hunian lainnya. Mutasi ini biasanya dilakukan dengan mempertimbangkan jenis
kejahatan dan latar belakang tahanan sebelum masuk di dalam lingkungan Rutan.
Penempatan tahanan dan narapidana harus memperhatikan riwayat
kejahatan atau Track Record dari si tahanan baru ini. Disamping itu yang juga harus
diperhatikan ialah latar beakang si tahanan, dari segi tingkat ekonomi, pendidikan,
pekerjaan dan kejahatan apa yang dilakukannya. Hal ini perlu dilakukan antara lain
sebagai contoh jika tahanan yang berasal dari golongan ekonomi tergolong “mampu”
dicampur dengan tahanan atau narapidana yang berasal dari golongan ekonomi sulit,
maka kemungkinan yang terjadi ada dua, yaitu yang kaya menjadi objek pemerasan,
atau yang kaya melakukan penindasan kepada si miskin dengan mangandalkan
“kekuatan” uang yang dimilikinya. Hal ini yang mungkin sering disalah artikan
sebagai pemberian fasilitas yang “lebih” atau adanya diskriminasi di dalam Rutan.
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
101
Mengenai penempatan seorang tahanan pada suatu tahapan pengamanan
berpengaruh terhadap privasi tahanan tersebut, semakin longgar kesempatan yang
diberikan pada suatu tahapan pengamanan maka tahanan tersebut semakin
berpengaruh di lingkungan tembok tersebut sebagaimana yang disampaikan oleh
Toomels (1981) bahwa :”….the level of custody granted a prisoner is prisoner is
considered to be crucial by most inmates”. Dengan semakin lama orang ditahan pada
satu tempat penjara tertentu maka akan semakin berpengaruh di penjara tersebut
karena semakin lama tingkat pengawasan menempatkan seorang tahanan menjadi
seorang tahanan yang pengawasan semakin berkurang dan oleh banyak tahanan
dianggap mempunyai pengaruh.
Bahkan Hamid Awaluddin, dalam media Kompas (2001), mengkritik
adanya mekanisme penempatan warga binaan :
“Hamid mengkritik adanya kesenjangan dalam penempatan napi, dimana ada blok yang dijualbelikan dan banyak penghuni, ada blok yang jarang penghuninya. Manajemen penempatan napi model demikian melahirkan banyak kecurigaan antara satu napi yang lain atau antara kelompok napi dengan kelompok lain. Hamid menyarankan agar manajemen penjara dimodernkan. Petugas-petugas penjara harus mempunyai job description yang jelas. Petugas keamanan harus dirotasi secara teratur.
Dijelaskan melalui Teori Anomie Robert. K. Merton, (dalam Wolfgang,
1970) yaitu :
“the technically most feasible prosedure, whether legitimate or not, is prefered to the institutionally preseribed conduct. As this process countinues, the integration of the society becomes tenuous and anomies ensues. Artinya : prosedur terbesar yang memungkinkan secara tehnik, apakah legitimasi atau tidak adalah kelebihan institusional menentukan tingkah laku sebagai kesinambungan proses integrasi dari kecocokan sosial yang lemah dan terjadinya anomi.
Masih menurut Merton, (dalam Wolfgang, 1970), struktur sosial
menghasilkan pula perilaku nonkonform, yaitu :
“Menurut argumen Merton, struktur sosial tidak hanya menghasilkan perilaku konformis, tetapi menghasilkan pula perilaku menyimpang: struktur sosial
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
102
menciptakan keadaan yang menghasilkan pelanggaran terhadap aturan sosial : menekan orang tertentu ke arah perilaku nonkonform.
Bentuk penyimpangan dalam penempatan warga binaan dilihat dari tipologi
cara-cara adaptasi individu yaitu : Comfomity, Innovation, Ritualism, Retreatism,dan
Rebelion. Yang sesuai dengan hal ini adalah cara adaptasi kedua innovation
merupakan cara dalam mana perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat
tetapi memakai cara yang dilarang oleh masyarakat. Teori sub kultur penjara dari
Donald Clemmer, dalam terjemahan “bahwa di dalam penjara terdapat yang namanya
inmates sub culture yaitu adanya niilai dan norma yang dibuat dan diatur sendiri oleh
tahanan dan narapidana” Sehingga sub culture tersebut merupakan penyesuaian nilai
dan norma yang mengatur kehidupan warga binaan dalam penjara – penjara tertentu.
Terjadinya pewarisan budaya kejahatan sebagai salah satu dampak
terjadinya over kapasitas yang membuat tidak memungkinkannya dilakukan
pemisahan-pemisahan sesuai jenis kejahatannya dapat dijelaskan melalui Teori
Transmisi Kebudayaan dari Clifford Shaw and Henry McKay, (1942) yang
menerangkan:
“High delinquency areas are characterized by local values and norms that are contrary to the values, norms and best interest of the larger society. A local sub culture develops that succesfully transmits these antisocial values and norms to younger generations growing up in they are.”
Terjemahan bebasnya: di area penyimpangan yang tinggi terdapat karakter nilai-nilai dan norma-norma lokal itu adalah kebalikan dari nilai-nilai, norma-norma dan yang sangat diminati pada masyarakat yang lebih besar. Tradisi kejahatan diteruskan/ditransmisikan/ diwariskan kepada generasi dibawahnya melalui generasi yang berhasil dengan cara yang sama seperti pewarisan bahasa dan pola-pola sosial yang lain. Menurut Show and McKay, tingkah laku jahat dipelajari dari orang yang lebih tua/berpengalaman.
Penyimpangan dalam penempatan tahanan/narapidana baru merupakan
nilai-nilai dan norma sebagai bagian dari “budaya penjara” yang digunakan kepada
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
103
foreman/kepala kamar/petugas dan berhasil menambah materi sehingga
diteruskan/diwariskan kepada generasi di bawahnya. Petugas mempunyai peranan
yang penting dalam pelaksanaan proses pemasyarakatan. Dalam pengabdiannya,
seorang petugas pemasyarakatan dituntut untuk bekerja sesuai prosedur dengan
berpedoman pada sepuluh prinsip pemasyarakatan, peraturan perundang-undangan
dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Sehingga tidak menjadikan warga
binaan sebagai obyek penyiksaan maupun pemerasan, seperti pernyataan
Gunakarya, 1998 berikut ini :
“Para pembina harus memiliki keahlian dalam bidangnya disamping memiliki rasa pengabdian yang tinggi sehingga di dalam mewujudkan pembinaannya itu tidak lagi terdengar istilah-istilah penyiksaan yang betul-betul melampaui batas kemanusiaan. Juga terhadap mereka itu diharuskan membayar bermacam-macam kewajiban kepada petugas lapas, dengan kata lain narapidana dianggap sebagai obyek yang memang harus diperlakukan demikian”.
Petugas dalam sistem sosial penjara mempunyai wewenang dan kekuasaan
formal dengan aturan yang ada. Sedangkan kekuasaan warga binaan adalah
kekuasaan sementara yang sifatnya temporer. Dalam prakteknya agar legalitas
petugas semakin diakui, maka kepada napi /tahanan diberikan fasilitas penjara yakni
tempat yang nyaman dan perlakuan yang lebih lunak.,
Penyesuaian terhadap sistem sosial lapas banyak terjadi pada petugas
pelaksana, yakni petugas keamanan. Para petugas tersebut berada di antara
kepentingan yang berbeda yaitu atasan dan narapidana. Dalam prioritas pekerjaannya
ia berkepentingan agar situasi lapas / rutan menjadi aman , jadi ia memposisikan diri
mewakili kepentingan masyarakat. Dalam hal lain para napi berharap kepentingannya
dapat terpenuhi. Namun realitanya kedua hal yang saling berkepentingan ini hampir
selalu menimbulkan konflik.
Kehidupan dalam penjara merupakan kehidupan yang “tidak wajar” dan
kecenderungan adanya konflik dan kekerasan merupakan hal yang tidak dapat
dihindari, seperti yang dikemukakan oleh Sunaryo, (2002) berikut ini bahwa
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
104
kehidupan di dalam penjara merupakan suatu kehidupan yang “tidak wajar”.
Kehidupan penjara merupakan suatu kehidupan yang antitetis terhadap prinsip-
prinsip yang mendasari tanggung jawab memilih dalam suatu masyarakat bebas.
Dalam situasi yang demikian itu, kecenderungan akan adanya konflik, mulai dari
yang ringan hingga yang berupa kekerasan, baik antara narapidana dengan petugas
maupun dengan lingkungannya, merupakan hal yang tak dapat dihindarkan. Terlebih
lagi kalau kondisi-kondisi tempat pemidanaan itu buruk : entah karena fasilitas yang
kurang, terlalu padat atau karena diterapkannya rejim pemenjaraan yang keras.
Penjara yang tampaknya tentram dari luar, sebenarnya menyelubungi tragedi-tragedi
kemanusiaan di dalamnya berupa dimensi-dimensi yang lebih mencekam ketimbang
apa yang nampak di dunia luar. Bila diluar kita hanya mengetahui insiden-insiden
yang meresahkan seperti pelarian, namun sebenarnya jumlah maupun kualitas insiden
yang terjadi adalah jauh lebih banyak dan mengerikan.
Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008