1
BAB. I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah satu hal yang sangat penting dalam sebuah kehidupan
manusia. Sebab dengan bahasa itulah manusia bisa berkomunikasi dan
menyampaikan gagasan dan isi pikirannya.1
Acep Hermawan dalam Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab
menjelaskan bahwa semua bahasa itu penting dan baik untuk kita ketahui. Itu
berawal dari bahasa ibu, bahasa pertama yang dikenal manusia pada tahap
awal perkembangan yaitu bahasa yang terbiasa anak-anak gunakan dalam
lingkungan keluarganya.2
Setelah belajar bahasa pertama atau bahasa ibu, selanjutnya belajar
bahasa yang bukan bahasa pertama ini, yang disebut dengan bahasa kedua
(second language) dan bahasa asing (foreign language). Bahasa kedua adalah
bahasa yang digunakan di masyarakat luas, atau bahasa yang diperoleh anak
dalam pergaulannya di masyarakat. Sedangkan bahasa asing adalah bahasa
yang digunakan oleh orang “asing” atau di luar lingkungan masyarakat atau
bangsa.
Bahasa asing (foreign language) adalah bahasa yang digunakan di luar
keluarga dan di luar masyarakat secara umum. misalnya bahasa Arab, Inggris,
Jerman, Jepang, Mandarin dan sebagainya.
Khusus pada bahasa Arab, bahasa Arab adalah kalimat-kalimat yang
dipergunakan oleh orang Arab untuk mengungkapkan tujuan-tujuan (pikiran
dan perasaan) mereka. Bahasa Arab telah banyak memberi banyak kosa kata
kepada bahasa lain dari dunia Islam, sama seperti peranan latin kepada
kebanyakan bahasa Eropa. Semasa abad pertengahan, bahasa Arab juga
merupakan alat utama budaya, terutama dalam sains, matematika dan filsafat,
1 Ulin Nuha, Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab, Jogyakarta: Diva
Press, 2012, 27. 2 Acep Hermawan, Metodologi Bahasa Arab, Bandung: Rosdakarya, 2011, 5.
2
yang menyebabkan banyak bahasa Eropa turut meminjam banyak kosa kata
dari bahasa Arab. Sampai sekarang ini, bahasa Arab masih merupakan bahasa
yang tetap bertahan keinternasionalannya, sejajar dengan bahasa internasional
modern, yaitu bahasa Inggris dan Perancis.3
Bahasa Arab memiliki kedudukan yang cukup penting di kalangan
kaum muslimin. Hal ini bisa dimaklumi karena bahasa yang digunakan oleh
al-Qur‟andan al-Hadits adalah bahasa Arab. Seseorang yang ingin mendalami
ilmu-ilmu agama Islam baik yang berkaitan dengan fikih, hadits, tafsir
maupun yang lainnya, diharuskan menguasai bahasa Arab terlebih dahulu.
Tidak mungkin seseorang menguasai dengan baik ilmu-ilmu di atas kecuali
dengan menguasai bahasa Arab. Sehingga pada akhirnya, menguasai bahasa
Arab merupakan sebuah keniscayaan bagi siapa saja yang ingin menguasai
ilmu-ilmu dalam agama Islam.
Berbicara tentang ilmu-ilmu dalam agama Islam, maka dalam hal ini
penulis tertarik membahas ilmu-ilmu yang dipelajari dan sudah menjadi
bagian dari ilmu pendidikan agama Islam secara umum, yang mana sumber
buku yang dipelajari banyak yang diambil dari kitab-kitab bertuliskan dan
berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan
menggunakan bahasa Arab.
Materi pelajaran Agama Islam banyak merujuk pada beberapa kitab,
seperti misalnya pada mata pelajaran Fikih yang merujuk pada kitab
Bidayatul Mujtahid. Pelajaran Hadits yang lebih banyak merujuk pada kitab
Bulughul Marram. Dan pelajaran Tafsir yang lebih banyak untuk dapat lebih
memahami bahasa dan makna dalam al-Quran. Semua itu lebih banyak
berkaitan dengan mutu sumber daya guru yang menyampaikan ilmu-ilmu
tersebut. Bagaimana materi dapat diterima dengan baik oleh anak didik jika
disampaikan oleh guru yang kemampuan bahasa Arabnya belum optimal.
Kemampuan guru di sini ialah keahlian secara akademik dan non-
akademik yang mana keahlian tersebut dapat dilakukan dengan baik oleh
3 Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, Jogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010, 11.
3
guru, dan kemampuan ini berkaitan dengan kesadaran yang ada pada setiap
guru. Dalam tulisan ini, penulis memfokuskan pada kesadaran intuitif yang
terdapat pada guru. Kesadaran intuitif tersebut merupakan rasa sadar yang
lahir dari diri guru dan bukan sekedar karena hal disiplin yang harus
dijalankan di sekolah.
Pesantren Modern maupun pesantren tradisional di Indonesia
berlomba-lomba dalam meningkatkan kualitas pendidikan di lingkungan
pesantren, termasuk di dalamnya pesantren modern Darussalam Gontor di
Jawa Timur, Pesantren Darunnajah di Jawa Barat, Pesantren As-Salam di
Jawa Tengah, yang mana hampir di setiap mata pelajaran agama
menggunakan bahasa Arab sebagai pengantar dalam pembelajaran. Dengan
menggunakan bahasa Arab sebagai pengantar pelajaran, maka dalam posisi
ini bahasa Arab bukan lagi sebagai bahasa asing melainkan sebagai bahasa
kedua.
Fenomena yang terjadi adalah banyak ditemukan di beberapa sekolah
berbasis Islam, pendidik atau guru yang mengajar pada pelajaran Fikih,
namun mereka tidak menguasai bahasa Arab dengan baik, sedangkan sumber-
sumber pelajaran Fikih, lebih banyak mengambil dari al-Quran, al-Hadits dan
beberapa kitab-kitab bertuliskan bahasa Arab.
Empat tahun lalu, penulis pernah mendapatkan seorang guru Fikih
yang keliru dalam mengucapkan dalil-dalil yang dinukil dari hadits, dan yang
lebih memprihatinkan adalah kesalahan penafsiran dalam menjelaskan dalil
yang bertuliskan bahasa Arab. Jika itu yang terjadi, bagaimana materi yang
diajarkan dapat diterima dengan baik oleh murid. Maka dari itu peneliti
tertarik mengambil penelitian dengan judul kesadaran intuitif guru dalam
penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran fikih.
Penelitian ini akan dilakukan di dua sekolah, yaitu MA Al-Irsyad
Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga. Penulis memilih
dua sekolah tersebut, dikarenakan kelebihan yang ada. MA Al- Irsyad
Tengaran, sampai sekarang berhasil meluluskan para alumni yang rata- rata
mampu melanjutkan studi mereka di Timur Tengah. Hal ini tentu berkaitan
4
erat dengan kemampuan bahasa Arab yang mereka miliki. Tidak terkecuali
kemampuan guru dalam menyampaikan pelajaran di kelas, termasuk guru
Mata Pelajaran Fikih. Adapun MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga,
adalah Madrasah Aliyah dengan konsentrasi hafalan al-Qur‟an, yang tetap
berusaha menjadikan bahasa arab sebagai bahasa pengantar dalam pelajaran
ilmu-ilmu agama, sehingga penulis merasa bahwa melakukan penelitian di
dua sekolah ini akan memberikan gambaran hasil yang berbeda dan cukup
menarik.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan tidak melebar terlalu jauh maka
peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini, yaitu pada kesadaran
intuitif guru Fikih dalam menggunakan bahasa Arab. Adapun penelitian
dilaksanakan pada guru pengajar Fikih jenjang Aliyah sebanyak dua
sekolah yaitu; MA Al-Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As-
Surkati Salatiga.
2. Rumusan Masalah
Untuk memberikan kejelasan dan arah dalam penulisan ini, maka
rumusan permasalahan dalam penulisan ini adalah :
a. Bagaimanakah kesadaran intuitif guru Fikih dalam memahami bahasa
Arab sebagai bahasa pengantar pelajaran Fikih di MA Al-Irsyad
Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As- Surkati Salatiga?
b. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran intuitif guru Fikih
dalam menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar pada
pelajaran Fikih di MA Al- Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an
As- Surkati Salatiga?
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka
tujuan penulisan ini adalah:
a. Untuk mengetahui kesadaran intuitif guru Fikih dalam memahami
bahasa Arab sebagai bahasa pengantar pelajaran Fikih di MA Al-
Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran
intuitif guru Fikih dalam menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa
pengantar pada pelajaran Fikih di MA Al-Irsyad Tengaran dan MA
Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penulisan ini berguna sebagai pengembangan
keilmuan dalam bidang pendidikan khususnya pada strategi, desain
atau perencanaan, pengelolaan dan evaluasi pembelajaran pada mata
pelajaran Fikih.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis penulisan ini berguna bagi guru-guru mata
pelajaran Fikih dalam mencari alternatif penggunaan bahasa pengantar
di kelas, sehingga proses pembelajaran lebih efektif dan efisien.
D. Kajian Pustaka
1. Kesadaran Intuitif Guru
Kesadaran menurut bahasa ialah keinsafan; keadaan mengerti.
Menurut istilah, kesadaran berasal dari kata Sadar artinya merasa, tahu
atau ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), keadaan ingat akan dirinya,
ingat kembali (dari pingsannya), siuman, bangun (dari tidur) ingat, tau dan
mengerti.4
Kesadaran sebagai keadaan sadar, bukan merupakan keadaan
4 Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Widya Karya,
2009, 437.
6
yang pasif melainkan suatu proses aktif yang terdiri dari dua hal hakiki;
diferensiasi dan integrasi. Meskipun secara kronologis perkembangan
kesadaran manusia berlangsung pada tiga tahap; sensansi (pengindraan),
perseptual (pemahaman), dan konseptual (pengertian).
Semua Kegiatan Belajar-Mengajar tidak lepas dari sesuatu yang
disebut profesionalisme guru, seperti yang dijelaskan oleh Siti Hindun
dalam Pengaruh Profesionalisme Guru Terhadap Hasil Belajar Siswa
(Studi Kasus Kelas V di Al-Fath Elementary School Cireundeu), penerbit
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tahun 2007. Seorang guru profesional harus
mempunyai empat kompetensi guru yang sudah ditetapkan dalam Undang-
undang. Dalam keempat kompetensi guru seperti yang dimaksud dalam
definisi guru profesional seorang guru harus mempunyai kemampuan
dalam menguasai materi pembelajaran secara luas serta. Penguasaan ini
meliputi konsep dan struktur, serta metode keilmuan dan seni mengajar.
Dalam definisi guru profesional, seorang guru harus mempunyai
kompetensi kepribadian di mana hal tersebut adalah kemampuan
kepribadian yang stabil dan dewasa, arif, bijaksana, berakhlak mulia dan
berwibawa. Seorang guru juga harus mempunyai kompetensi profesional
yang merupakan kemampuan dalam menguasai materi pembelajaran yang
luas dan mendalam. Kemampuan menguasai materi antara lain tentang
konsep dan struktur materi ajar, materi ajar yang ada di dalam kurikulum,
hubungan konsep antar mata pelajaran terkait. Guru profesional juga harus
mempunyai kompetensi sosial yang merupakan kemampuan pendidik
sebagai bagian dari masyarakat.
Berkaitan dengan kemampuan yang stabil, dewasa, arif, bijaksana,
berakhlak mulia dan berwibawa tersebut, seorang guru juga dituntut untuk
mampu menghadirkan kesadaran pada diri sendiri agar pembelajaran
berjalan dengan baik. Seperti pada penelitian dengan judul Kesadaran
Intuitif Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Penggunaan Media
Dalam Pembelajaran (Studi Kasus di Empat Sekolah Menengah Pertama
7
Jakarta Selatan) oleh Rosmalia, penerbit Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta pada tahun 2007.5 Jika Rosmalia meneliti mengenai
kesadaran intuitif guru Pendidikan Agama Islam terhadap penggunaan
media, maka dalam penelitian ini, peneliti tertarik melihat Kesadaran guru
secara intuitif dalam penggunaan bahasa pengantar dalam pembelajaran
Fikih yaitu penggunaan bahasa Arab.
2. Bahasa
Bahasa adalah kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk
memperoleh dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, dan
sebuah bahasa adalah contoh spesifik dari sistem tersebut6
. Bahasa
merupakan alat komunikasi yang efektif antar manusia. Karena dalam
berbagai macam situasi bahasa dapat dimanfaatkan. Kemampuan
berbahasa merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Bahasa itu
sendiri adalah alat untuk berkomunikasi melalui lisan (bahasa primer) dan
tulisan (bahasa sekunder).
Ma‟rufatul Hasanah menulis sebuah penelitian yang berjudul
Penggunaan Bilingual dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Kelas X SMAN 1 Sooko Mojokerto7
. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui:
a. Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan
kemampuan bilingual untuk Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
kelas X RSBI SMAN I Sooko Mojokerto.
b. Kendala-kendala yang menghambat penggunaan bilingual pada
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas X SMAN 1 Sooko
Mojokerto.
5 Rosmalia, Kesadaran Intuitif Guru Dalam Menggunakan Media Dalam Pembelajaran,
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2007.
6 http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa (15/12/14)
7 http://lib.uin-malang.ac.id (28/03/14)
8
c. Solusi untuk mengatasi kendala-kendala dalam penggunaan bilingual
pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas X SMAN I
Soko,Mojokerto.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan Penggunaan
bilingual dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas X
SMAN 1 Sooko Mojokerto meliputi: upaya guru Pendidikan Agama
Islam dalam meningkatkan kemampuan bilingual untuk pembelajaran
di kelas X SMAN 1 Sooko Mojokerto berupa persiapan, pelaksanaan,
dan evaluasi pembelajaran.
3. Pelajaran Fikih
Fikih adalah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ yang
bersifat far’iyah (cabang), yang dihasilkan dari dalil-dalil yang tafsil
(khusus, terinci dan jelas). Tegasnya, para ahli usul mengartikan fikih
adalah mengetahui fikih adalah mengetahui hukum dan dalilnya.
Seorang guru selain mempunyai kemahiran serta keahlian dari segi
pemahaman dan keterampilan pada bahasa, mereka juga dituntut untuk
dapat mengamalkan keahlian yang mereka miliki, seperti sebuah penelitian
yang berjudul Efeketifitas Penggunaan Media Gambar Dalam
Pembelajaran Fikih di MTSN 19 oleh Santi Paramitha, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, tahun 2001. Dalam penelitian ini, penulis menjelaskan tentang
kreativitas guru menggunakan media gambar dalam pembelajaran
pelajaran Fikih di kelas.
Moh. Nur Kholis Awwaluddin mengadakan penelitian tentang
penggunaan media pembelajaran dalam meningkatkan motivasi siswa
dalam pembelajaran Fikih8, Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
a. Media visual lebih sering digunakan dalam pembelajaran dengan
melihat materi yang disampaikan, karena lebih dapat membantu guru
8
http://www.academia.edu/1422547/penggunaan media pembelajaran dalam
meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran Fikih /1-01-2010/(03/01/2014)
9
Fikih dalam memahamkan siswa saat pembelajaran. Sehingga, siswa
tidak perlu membayangkan tentang apa yang dijelaskan oleh guru.
b. Penggunaan media pembelajaran untuk meningkatkan motivasi siswa
dalam pembelajaran Fikih.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu
dengan mengadakan penelitian terhadap obyek yang dituju guna
memperoleh data yang benar dan terpercaya yang berkaitan dengan
kesadaran intuitif guru fikih dalam menggunakan bahasa Arab, ketika
guru yang bersangkutan melaksanakan proses belajar mengajar. Penelitian
ini bersifat kualitatif, dimana penulis akan menggali informasi dari orang-
orang dan perilaku yang diamati. Penelitian akan dilakukan dengan detail
dan obyektif dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang akurat.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif, di mana penulis akan menggambarkan fakta yang ditemukan di
lapangan secara obyektif.
3. Pengambilan Sampel
a. Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini ialah guru pengampu atau guru
yang mengajar pelajaran Fikih di MA Al-Irsyad Tengaran dan MA
Tahfidzul Qur‟an As- Surkati Salatiga.
b. Sampel Penelitian
Data yang diambil dari penelitian ini berasal dari guru yang
mengajar pelajaran Fikih di MA Al-Irsyad Tengaran dan MA
Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga.
10
4. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi atau
pengamatan sebagai alat pengumpul data. Instrumen pengambil data
dengan menggunakan observasi atau pengamatan yang telah dirancang
menuru ukuran yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini peneliti akan
mencatat indikasi yang terlihat dari guru pelajaran Fikih, sebelum jam
pelajaran, saat proses dan pada saat evaluasi. Peneliti akan mencatat
semua yang dapat dilihat dari tingkah laku guru yang berkaitan dengan
indikasi dari kesadaran intuitif sampel. Dan peneliti akan ikut serta di
dalam proses Belajar-Mengajar agar mendapatkan data yang dibutuhkan.
b. Wawancara
Metode pengambilan data dalam penelitian ini, lebih menitik
beratkan ke teknik wawancara, yang mana sebelum mengadakan
wawancara, peneliti merancang terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan
yang akan ditanyakan agar ketika wawancara, peneliti mendapatkan data
yang dibutuhkan dari sampel.
c. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data atau informasi
yang terdapat pada surat-surat, catatan harian, kenang-kenangan,
laporan- laporan kegiatan dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini
dokumentasi yang dimaksud adalah data-data yang berkaitan dengan
proses pembelajaran fikih, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), contoh- contoh pertanyaan dalam Ujian Tengah atau Akhir
Semester.
5. Metode Analisa Data
Setelah informasi terhimpun, maka analisis data dilakukan dengan cara:
a. Reduksi data; dengan mengidentifikasi satuan terkecil yang dikaitkan
dengan fokus pada masalah penulisan. Kegiatan ini dilakukan secara
berkesinambungan sejak awal kegiatan hingga akhir pengumpulan data.
Dalam penelitian ini akan dilakukan reduksi data yang menyangkut
11
proses kegiatan belajar mengajar guru pada mata pelajaran fikih di dua
Madrasah Aliyah yang diteliti.
b. Kategorisasi atau penyajian data; dengan menyusun kategori,
mensintesiskan kategori dan mengkaitkan kategori satu dengan yang
lainnya.
c. Menyusun hipotesis kerja atau penarikan kesimpulan, dengan cara
merumuskan suatu pernyataan yang proposional, yang sekaligus dapat
menjawab pertanyaan penulisan.
F. Sistematika Penelitian
Peneliti memilih desain penelitian berupa Penelitian lapangan,
bertujuan untuk mendapat ragam informasi di lapangan dengan beragam
metode yang digunakan. Data diambil melalui wawancara yang sudah disusun
menurut indikator variabel penelitian yang sudah ditentukan dan observasi
lapangan yang dilakukan oleh peneliti selama terjun dalam penelitian.
Adapun tulisan yang disajikan mencakup pendahuluan yang meliputi
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan signifikasi penelitian,
kajian pustaka, metode dan sistematika penelitian. Selanjutnya adalah bab
kedua yang lebih banyak memberikan penjelasan pada kajian atau landasan
teori yang berkaitan dengan kesadaran intuitif, bahasa Arab dan pelajaran
fikih, serta indikator- indikator yang berkaian dengannya.
Bab ketiga mengemukakan tentang bentuk gambaran umum MA Al-
Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga, serta bentuk
kegiatan yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Fikih, pada saat
melaksanakan proses belajar mengajar di kelas.
Adapun bab empat berisi pemaparan data beserta analisis kritis tentang
kesadaran intuitif guru pelajaran fikih dalam penggunaan bahasa Arab, pada
saat proses belajar mengajar. Dilanjutkan dengan bab kelima yaitu penutup.
Dalam bab ini, penulis mengambil kesimpulan dari hasil penelitian, yang
disertai dengan rekomendasi sebagai hasil akhir dari sebuah penelitian.
12
BAB. II
LANDASAN TEORI
A. Kesadaran Intuitif
1. Pengertian kesadaran intuitif
Kesadaran menurut bahasa ialah keinsafan; keadaan mengerti. Dan
menurut istilah kesadaran berasal dari kata sadar artinya merasa, tahu atau
ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), keadaan ingat akan dirinya, ingat
kembali (dari pingsannya), siuman, bangun (dari tidur) ingat, tau dan
mengerti.9
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia; Intuitif artinya
adalah bersifat (secara) intuisi, berdasar bisikan (gerak) hati10
.
Menurut JP.Chaplin, dalam Kamus Lengkap Psikologi 11
, Intuisi
adalah :
a. Pengetahuan langsung atau segera tanpa kesadaran terlibat dalam
kegiatan persiapan berpikir (pikiran pendahuluan).
b. Satu pertimbangan yang dibuat tanpa renungan pendahuluan.
Dalam dunia pendidikan, selain penalaran induktif dan deduktif,
ada juga kegiatan berpikir lain yang dinamakan berpikir intuitif.
Pendekatan intuitif adalah suatu bentuk pemecahan masalah dalam
mengajar atau proses belajar mengajar dengan menggunakan bisikan atau
gerakan hati untuk mengerti dan mengetahui sesuatu tanpa berpikir
terlebih dahulu. Pendekatan intuitif merupakan sebuah bentuk lain dari
pendekatan induktif12
.
Intuisi adalah kemampuan jiwa manusia dalam mendapatkan
kesimpulan dari suatu soal tanpa uraian, tanpa ketenangan dan tanpa
9 Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Widya Karya,
2009, 437. 10
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Widya Karya,
2009, 189. 11
J.P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: Raja Grafindo, 2004, 260. 12
http://rininoviati-math.blogspot.com/2013/01/artikel-pendidikan (10/03/2014)
13
analisa apapun.13
Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan.
Intuisi yang dialami oleh seseorang bersifat khas, sulit atau tak bisa
dijelaskan, dan tak bisa dipelajari atau ditiru oleh orang lain. Kebenaran
yang diperoleh dengan pendekatan intuitif disebut sebagai kebenaran
intuitif. Kebenaran intuitif sulit untuk dipertanggung jawabkan, sehingga
ada pihak-pihak yang meragukan kebenaran macam ini.
Dalam sebuah jurnal disebutkan, beberapa fakta mengenai orang-
orang sukses yang berawal dari intuisi mereka14
yaitu :
a. Para astronot menghabiskan waktunya untuk berlatih berkreasi secara
intuitif.
b. Ray Croch membeli frenchise Mc.Donald dengan harga yang kelewat
tinggi, meskipun sebenarnya uangnya tidak cukup untuk membeli
waralaba tersebut. Akan tetapi dia mengatakan: “intuisi saya
mengatakan agar saya terus membelinya dan harus”. Firasat itu
terbukti benar. Mc.Donald pertama kali hanya ada 1 di California, tapi
sekarang sudah menjadi frenchise yang mendunia.
c. George Eastment, pendiri Eastment KODAK, menyatakan bahwa merk
KODAK yang melegenda itu muncul secara intuitif.
d. Sam Walton pendiri Walt Mart menggunakan intuisinya ketika
mendirikan sebuah Toko pada 1962 kini ada lebih dari 1300 Toko di
seluruh dunia.
Pengetahuan ini merupakan hasil dari penghayatan pribadi, sebagai
hasil ekspresi dan individualitas seseorang, sehingga validitas pengetahuan
ini sangat bersifat pribadi. Pengetahuan intuisi berbeda dengan teori
ilmiah. Teori ilmiah yang komplit bukanlah dibentuk dari pengetahuan
intuisi. Teori ilmiah itu harus logis dan dapat diuji dengan observasi atau
eksperimen ataupun melalui keduanya.
13
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, 189. 14
Arman Pranata, Melatih dan Mengasah Intuisi. http://www.wattpad.com/310502-
melatih-dan-mengasah-intuisi (29/01/2014)
14
Intuisi dalam pandangan dunia pendidikan dapat juga diartikan
sebagai berpikir, dan beberapa ahli menyebutkan definisi dari intuisi15
,
yaitu :
a. Lynn B Robinson dalam artikelnya “Intuition in Business” yang
muncul di The Harbinger (Nov. 17, 1998) mengatakan, salah satu
definisi intuisi adalah tindakan atau pengetahuan yang tidak melalui
proses rasionalisasi.
b. Gary Zukav, penulis “The Dancing Wu Li Masters, An Overview of the
New Physics dan Seats of Soul”, mendefinisikan intuisi sebagai
pedoman non fisik yang mengarahkan kita untuk mencapai tujuan
hidup kita.
Kata kunci yang bisa kita simpulkan adalah bahwa intuisi itu
merupakan: cara memahami atau menerjemahkan, pengetahuan dan
pengalaman, pedoman, serta mengenali dan bertindak.
Manfaat dari intuisi dalam pembelajaran adalah dengan adanya
intuisi, maka siswa ataupun guru dapat mengenali dan bertindak dengan
baik sesuai kondisi kelas, dikarenakan telah memahami pengalamannya
yang didapat di kelas.
2. Indikasi dari sebuah kesadaran intuitif
Menurut Nancy C. Pohle dan Ellen L. Selover menyatakan
beberapa indikator intuisi pada seseorang16
yaitu:
a. Melihat Jelas
b. Pendengaran Yang Jelas
c. Pengindraan Yang Jelas
Seseorang bisa memiliki intuisi yang baik ketika dia sudah melihat
dan mendengar sebuah permasalahan tertentu, dimana sesuatu yang dia
lihat dan dia dengar itu kemudian diolah oleh pandangan yang baik pula.
15
http://harisnst33.blogspot.com/2013/01/pengertian-motivasi-emosi-intuisi.html
(05/03/2014) 16
http://innerself.com/id/content/self-help/intuition/6031-awareness-a-intuition.html
(1999)/ 04/01/2014
15
3. Manfaat yang didapatkan dari berkembangnya sebuah kesadaran
intuitif.
Hugh Lynn Cayce menyimpulkan bahwa terdapat tiga tujuan yang
berharga untuk mengembangkan attunement ( proses) intuitif 17
yaitu:
a. Peningkatan komunikasi.
Ketika kita belajar untuk menggunakan intuisi kita dengan
cara yang positif, pemahaman yang lebih motivasi, pikiran, dan
perasaan orang lain dapat terjadi. Hal ini memungkinkan kita untuk
menjadi lebih toleran, menerima, dan mengasihi mereka.
b. Unleashed ( mengembangkan) kreativitas.
Wawasan intuitif memotivasi kita untuk tumbuh lebih dekat
dengan sumber kreatif, sehingga memicu percikan kreatif kita sendiri
dan berekspresi, yang merupakan esensi dari kita yang sebenarnya diri.
c. Penyembuhan orang lain dan diri kita sendiri.
Seperti kita membiasakan ke tertinggi dalam diri kita
sendiri dan merasa termotivasi untuk membantu orang lain, kita
membuka diri untuk orang sekitar dan memungkinkan energy
penyembuhan untuk beroperasi melalui kita.
Fungsi intuitif menurut Jung adalah suatu fungsi
merasakan, suatu fungsi yang muncul dengan sendirinya secara
alamiah dan digerakan dari alam tak sadar manusia. Menurut Jung
(2003) seorang yang intuitif sangat optimis dan mempunyai
antusiasme yang tinggi.18
a. Membantu mengurangi stres dengan mengidentifikasi dan
menangani masalah secara lebih efektif.
b. Mengeluarkan kreativitas dan imajinasi.
17
http://innerself.com/id/content/self-help/intuition/6031-awareness-a-intuition.html
(1999)/ 04/01/2014 18
Ladislaus Naisaban, Psikologi Jung: Tipe Kepribadian Manusia Dan Rahasia Sukses
Dalam Hidup, Jakarta: Grasindo, 2003, 64.
16
c. Menghubungkan diri dengan bawah sadar, sehingga dapat
mengungkap kebenaran tersembunyi tentang diri sendiri dan situasi
dalam hidup.
d. Karena terhubung dengan intuisi akan menghindari terjadi
penumpukan emosi dan pikiran negatif.
e. Mengintegrasikan fungsi otak kiri dan kanan, memberikan anda
perspektif yang lebih lengkap tentang berbagai isu.
f. Membantu keputusan yang lebih integrative.
4. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi kesadaran intuitif
Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi pendekatan intuitif 19
,
yaitu:
a. Faktor guru
Seorang siswa tidak akan berpikir intuitif bila mereka tidak pernah
melihat bagaimana gurunya berpikir intuitif.
b. Penguasaan bahan
Siswa yang menguasai bidang ilmu tertentu akan lebih sering berpikir
intuitif dibandingkan dengan siswa yang tidak menguasainya.
c. Struktur pengetahuan
Memahami struktur atau seluk-beluk suatu bidang ilmu memberi
kemungkinan yang lebih besar untuk berpikir intuitif.
Menurut Jung terdapat beberapa cara untuk mengembangkan
kemampuan intuisi dan manfaat mengembangkannya20
, yaitu:
1. Menenangkan pikiran dan mendengarkan.
Luangkan waktu setiap hari untuk mengalami keheningan.
Lakukan latihan menenangkan pikiran dengan menggunakan
teknik pernapasan atau meditasi apa pun yang anda inginkan.
19
http://rininoviati-math.blogspot.com/2013/01/artikel-pendidikan.html (23/09/2014)
20 http://www.tipsmu-tipsku.com/2012/01/manfaat-dan-cara-mengembangkan-intuisi (10-
02-2014)
17
Berikan waktu untuk melepaskan kecenderungan berpikir, atau
menganalisis, dan mencoba tahu segalanya. Buka pikiran dan
dengarkan. Biarkan pikiran anda berkelana dan terbuka terhadap
ide-ide dan solusi yang datang. Intuisi akan menghubungkan anda
dengan pengetahuan yang lebih besar. Ini biasanya berkomunikasi
melalui simbol-simbol, perasaan dan emosi.
2. Perhatikan dan Sadari.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan intuitif anda, anda
harus memperhatikan apa yang terjadi di sekitar anda. Semakin
banyak data dan informasi yang anda serap dari lingkungan anda,
maka pikiran bawah sadar anda akan semakin bekerja saat harus
membuat sebuah keputusan penting. Karena intuisi anda
menggunakan informasi yang dikumpulkan oleh pikiran sadar,
semakin banyak tersedia, maka semakin baik solusinya. Demikian
juga, pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh dari
pengalaman berkontribusi terhadap kualitas pandangan yang
diberikan oleh intuisi anda. Pikiran bawah sadar
mengkomunikasikan informasi kepada pikiran sadar melalui
intuisi.
3. Gunakan pikiran bawah sadar saat anda tidur.
Sebelum beranjak ke tempat tidur, renungkan pertanyaan dan
masalah yang tidak bisa anda temukan solusi pada siang hari.
Pikirkan dan cari kemungkinan yang berbeda. Hal ini akan memicu
imajinasi anda dan menempatkan bawah sadar bekerja mencari
solusi kreatif saat anda tidur. Siapkan pulpen dan kertas sehingga
ketika anda bangun pada malam hari anda dapat menulis ide-ide
baru yang anda peroleh.
4. Tuliskan.
Bila anda meluangkan waktu untuk menulis, anda berada
dalam pikiran, perasaan dan ide-ide yang biasanya tidak disadari.
Ini adalah cara terbaik untuk melepaskan pesan-pesan batin,
18
pandangan, atau pengetahuan tersembunyi yang berhubungan
dengan situasi atau masalah yang memerlukan pemecahan.
B. Bahasa Arab
1. Pengertian Bahasa secara umum
a. Pengertian Bahasa
Bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki dua
pengertian, yaitu21
:
1) Sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota
suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri.
2) Percakapan (perkataan) yang baik; tingkah laku yg baik; sopan
santun: baik budi -- nya;-- menunjukkan bangsa, budi bahasa atau
perangai serta tutur kata menunjukkan sifat dan tabiat seseorang
(baik buruk kelakuan menunjukkan tinggi rendah asal atau
keturunan)
Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif antar manusia.
Karena dalam berbagai macam situasi bahasa dapat dimanfaatkan.
Kemampuan berbahasa merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha
Esa. Bahasa itu sendiri adalah alat untuk berkomunikasi melalui lisan
(bahasa primer) dan tulisan (bahasa sekunder). Berkomunikasi melalui
lisan (dihasilkan oleh alat ucap manusia), yaitu dalam bentuk simbol
bunyi, dimana setiap simbol bunyi memiliki ciri khas tersendiri. Suatu
simbol bisa terdengar sama di telinga kita tapi memiliki makna yang
sangat jauh berbeda. Misalnya kata „sarang‟ dalam bahasa Korea
artinya cinta, sedangkan dalam bahasa Indonesia artinya kandang atau
tempat. Bahasa sebagai sarana komunikasi mempunyai fungsi utama
untuk penyampaian pesan atau makna oleh seseorang kepada orang
lain.
21 Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Widya
Karya, 2009, 67.
19
Menurut Syamsuddin, bahasa memiliki dua pengertian.
Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran
dan perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai
untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda
yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang
jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi
kemanusiaan22
.
b. Fungsi bahasa dalam masyarakat 23
:
1) Alat komunikasi ekspresif, menyampaikan perasaan, pikiran,
kehendak atau sikap (simbolik, emotif, efektif).
2) Alat komunikasi argumentatif, menyampaikan suatu pengetahuan
sebagai sebuah pikiran lengkap dengan jalan pikiran yang
melatarbelakanginya.
3) Dengan bahasa maka manusia dapat hidup dalam dunia
pengalaman yang nyata dan dunia pengalaman yang simbolik yang
hanya dapat dinyatakan dengan bahasa.
4) Dengan bahasa manusia dapat memberi arti pada kehidupannya.
Adapun bahasa Indonesia, maka diantara fungsi-fungsinya
adalah:24
1) Lambang kebanggaan nasional.
2) Lambang identitas nasional.
3) Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar
belakang social budaya dan bahasanya.
4) Alat perhubungan antar budaya antar daerah.
22
http://adidesu.wordpress.com/2012/03/02/definisi-bahasa-menurut-para-ahli
(27/01/2014)
23 Kinayati Djojosuroto, Filsafat Bahasa, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007, 75.
24 Masnur Muslich dan I Gusti Ngurah Oka, Perencanaan Bahasa Pada Era Globalisasi,
Jakarta: Bumi Aksara, 2010, 34.
20
c. Macam dan jenis ragam bahasa :25
1) Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum
bahasa sains, jurnalistik dan sebagainya.
2) Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa
mantan Presiden Soeharto, gaya bahasa Binyamin. S dan
sebagainya.
3) Ragam bahasa pada sekelompok anggota masyarakat suatu
wilayah seperti dialeg bahasa madura, medan, sunda, dan lain-
lain.
4) Ragam bahasa pada masyarakat suatu golongan seperti ragam
bahasa orang akademisi berbeda dengan ragam bahasa orang
jalanan.
5) Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa
tulisan.
6) Ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal dan
informal.
Bahasa Pengantar sendiri adalah bahasa yang dipakai untuk
berkomunikasi dalam perundingan, pemberian pelajaran di sekolah dan
sebagainya.
2. Kedudukan bahasa Arab
a. Terdapat kaitan yang erat antara al-Qur’andengan bahasa Arab,
yaitu:
1) Al-Qur‟anditurunkan oleh Allah Ta’ala dengan menggunakan
bahasa arab. Ini telah dijelaskan dalam surat An-Nahl ayat 103:
ه )) إن انزي هحذو ه تشش نسا ا ؼه إ قىنى ؼهى أهى ونقذ
يث ػشت وهزا نسا (( أػج
25
http://tugasmanajemen.blogspot.com/2011/03/pengertian-bahasa-fungsi-bahasa-
ragam.html (28/01/2014)
21
Artinya: “Dan sesungguhnya kami mengetahui bahwa mereka
berkata: sesungguhnya Al-Qur‟anitu diajarkan oleh seorang
manusia kepadanya (Muhammad). Padahal bahasa orang yang
mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa
‟Ajam, sedang al-Qur‟anadalah dalam bahasa Arab yang terang”.
(QS. An-Nahl : 103).
2) Maksud dari kandungan al-Qur‟ansecara menyeluruh tidak akan
bisa difahami dengan baik, kecuali oleh orang-orang yang
memahami bahasa arab.
3) Syarat penafsir adalah mengusai bahasa Arab. Orang yang ingin
menafsirkan al-Qur‟an, maka dia harus menguasai bahasa Arab
terlebih dahulu, karena al-Qur‟anditurunkan dengan menggunakan
bahasa Arab.26
4) Adanya perintah untuk menguasai ilmu nahwu dan ilmu balaghah,
sehingga seorang mufassir mampu untuk mengetahui i’jaz yang
ada dalam al-Qur‟an.27
b. Bahasa Arab dan al-hadits an-nabawi:
1) Hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallama menggunakan
bahasa Arab. Dalam Jaami’ul Ushul fii Ahaaditsir Rasul, Ibnul
Atsir telah menjelaskan bahwa dasar untuk dapat mengetahui dan
memahami hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallama
adalah dengan menguasai bahasa Arab. Beliau mengatakan:
ث نىسود ؼشفح انحذ ا أصم ن ه " يؼشفح انهغح واإلػشاب انهز
انؼشب". شج تهسا طه ؼح ان انشش
26
Manna‟ Al-Qatthan, Mabahits fii uluum al-qur’an, Muassasah Ar-Risalah, 2009, 331.
27 Manna‟ Al-Qatthan, Mabahits fii uluum al-qur’an, Muassasah Ar-Risalah, 2009, 331.
22
Artinya: “Mengetahui bahasa Arab dan i’rab adalah dasar untuk
dapat mengerti hadits, karena syariat yang suci ini datang dengan
menggunakan bahasa Arab”.28
2) Menyesalnya seorang ulama hadits karena tidak mendalami bahasa
Arab. Imam Abdurrahman bin Mahdi pernah mengungkapkan
penyesalannya karena tidak mendalami masalah bahasa Arab,
sebagaimana ungkapannya:
ظش ف انؼشتح""يا ذ أ نى أ ئ ذاير يد ػهى ش
Artinya: “Tidaklah aku menyesal atas sesuatu seperti penyesalanku
bahwa aku tidak mendalami bahasa Arab”.29
3) Kejahilan terhadap ilmu nahwu (tata bahasa Arab) dapat
menjadikan orang berdusta atas nama Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallamaa. Apabila seseorang tidak memahami nahwu
(ilmu tata bahasa Arab), maka dia akan banyak mengucapkan
hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallamaa dengan salah
ditinjau dari susunan tata bahasa Arab, padahal hadits dari
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallamaa tidak ada yang salah
susunannya.
4) Orang yang lahn (salah) dalam meriwayatkan dari syaikhnya dapat
menyebabkan terjatuh ke dalam kedustaan. Seorang murid yang
mengambil suatu hadits dari syaikhnya secara selamat dari lahn,
kemudian ia meriwayatkannya secara lahn, maka ia telah berdusta
atas syaikhnya itu. Hammad bin Salamah berkata:
" ث، فقط كزب ػه ف حذ نح " ي
“Barangsiapa yang lahn (salah) dalam haditsku maka sungguh ia
telah berdusta atasku”. 30
28 Ibnu Al-Atsir Al-Jazari, Jaami’ul Ushul fii Ahaaditsir Rasul, Maktabah Darul Bayan,
1969, I/37.
29 Ibnu Hibban Al-Busti, Raudhatul Uqola’, As- Syariqah, Darul Fath, 1995, 268.
23
5) Banyaknya celaan ulama terhadap pelajar ilmu hadits yang tidak
memahami kaidah bahasa Arab. Termasuk kekurangan yang
dimiliki oleh pelajar ilmu hadits adalah apabila dia tidak
mengetahui ilmu nahwu dan kaidah bahasa Arab. Banyak ulama
yang mencela orang tersebut, di antaranya adalah pernyataan
Syu‟bah berikut ini:
ها ث و ل ؼشف انحى يثم انذاتح ػه " يثم انزي طهة انحذ
ئ" ها ش س ف ج ن خل ان
Artinya: “Perumpamaan orang yang belajar ilmu hadits, tetapi dia
tidak mengerti nahwu adalah seperti binatang yang di atasnya
terdapat keranjang akan tetapi tidak ada apa-apanya”. 31
6) Banyaknya anjuran bagi para penuntut ilmu hadits untuk belajar
bahasa Arab. Para ulama ahli hadits telah banyak menganjurkan
para penuntut ilmu hadits agar belajar bahasa Arab.
7) Mengutamakan hadits yang sesuai dengan kaidah bahasa daripada
yang menyimpang darinya. Imam Abu Bakar al-Khathib al-
Baghdadi juga telah membuat bab khusus dalam Al-Jaami’ , yaitu:
“Pembahasan tentang pengembalian hadits kepada kebenaran
apabila orang yang meriwayatkannya telah menyelisihi
kandungan i’rob”.32
30
Abdurrahman Al-Anbari, Nuz-hatul Alibba’ fi Thobaqootil Udaba’, Al-Qahirah: Darul
Fikri Al- Arabi, 1998, 45.
31 Ibnu Hibban Al-Busti, Raudhatul Uqola’, As- Syariqah, Darul Fath, 1995, 175.
32 Al-Khatib Al-Baghdadi, Al-Jaami’ lii Akhalaaqi Ar- Rawi, Beirut: Muassasah Ar-
Risalah, 1996, II/5.
24
c. Ada hubungan erat antara bahasa Arab dan ilmu fikih, yaitu:
1) Sumber utama fikih Islami adalah dan al-Hadits.
Mengingat bahwa sumber utama fikih adalah al-Qur‟andan
al-Hadits yang memakai bahasa Arab, maka sudah sepantasnya
bagi orang yang belajar fikih untuk menguasai bahasa Arab.
2) Referensi asli masalah fikih dari berbagai madzhab menggunakan
bahasa Arab.
Kitab-kitab induk dalam masalah fikih aslinya adalah
dengan menggunakan bahasa Arab. Sedangkan belajar ilmu fikih
tidak dapat lepas dari kitab-kitab induk tersebut.
3) Memahami kosa kata Arab adalah salah satu kebutuhan penuntut
ilmu fikih.
Seorang penuntut ilmu fikih seharusnya dapat menguasai
dan memahami kosa kata dalam bahasa Arab. Hal itu karena dasar
utama masalah fikih – yaitu al-Qur‟an dan al-Hadits – berbahasa
Arab. Selain itu referensi masalah fikih dari berbagai madzhab juga
dalam bahasa Arab.
4) Pemahamannya lebih mendalam
Orang yang memahami bahasa Arab lebih memahami apa
yang difirmankan Allah dan disabdakan oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallamaa. Imam Syafi‟i berkata:
شهى"" يا ل ثصش غ س، ثصشو اإل أصحاب انؼشتح ج
Artinya: “Para ahli bahasa Arab adalah jinnya manusia, karena
mereka dapat mengetahui apa yang tidak dilihat oleh orang selain
mereka.”33
5) Belajar bahasa Arab bertahun-tahun agar dapat mengetahui fikih
Imam Syafi‟i adalah seorang ahli fikih yang asli keturunan
Arab yaitu dari kabilah Quraisy. Meskipun demikian beliau tetap
33
Al- Baihaqi, Manaaqibusy Syafi’i, Al- Qahirah: Daru At-Turats, II/53, 1970.
25
belajar bahasa Arab selama dua puluh tahun, dan beliau
mengatakan:
يا أسدخ تهزا إل السرؼاح ػهى انفقه" "
Artinya: “Tidaklah aku menginginkan dalam mempelajari ini,
melainkan agar mudah dalam mempelajari fikih.”34
Bahasa Arab juga memiliki hubungan yang erat dengan
munculnya dan tersebarnya bid‟ah. Hal itu karena di antara sebab
timbulnya bid‟ah adalah al-jahl bil lughotil ’arobiyyah (kejahilan
terhadap bahasa Arab). Artinya bahwa tatkala ada orang yang tidak
memahami bahasa Arab dengan pemahaman yang sebaik-baiknya
kemudian dia membaca nash-nash syar‟i, maka ia dapat
memahaminya dengan pemahaman yang salah, sehingga terjatuhnya
ke dalam bid‟ah, baik dalam masalah aqidah maupun masalah ibadah
amaliyyah.
34
Al-Baihaqi, Manaaqibusy Syafi’i, Al- Qahirah: Daru At-Turats, II/42, 1970.
26
C. Fikih
1. Pengertian fikih
Menurut bahasa, Fikih berarti faham atau tahu.35
Menurut istilah,
fikih berarti ilmu yang menerangkan tentang hukum-hukum syara‟ yang
berkenaan dengan amal perbuatan manusia yang diperoleh dari dalil-dalil
tafsil (jelas).36
Orang yang mendalami fikih disebut dengan fakih.
Jamaknya adalah fuqaha, yakni orang-orang yang mendalami fikih.
2. Obyek ilmu fikih
Obyek dari ilmu fikih adalah perbuatan para mukallaf, baik yang
berhubungan dengan perintah (seperti shalat), larangan (seperti mencuri)
atau hal- hal yang mubah (seperti makan dan minum).37
Mukallaf secara bahasa adalah orang yang dikenai beban.
Sedangkan secara istilah, adalah orang yang telah baligh dan berakal,
dimana dia terikat dengan hukum- hukum syariat.
3. Landasan pengambilan hukum fikih
Hukum fikih dirumuskan dari beberapa sumber, diantaranya adalah:
a. Al-Qur’an.
Al-Qur‟anadalah Firman Allah Ta’ala yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallama melalui perantara
Malaikat Jibril, dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan
surat an-Naas, orang yang membacanya akan mendapatkan pahala.38
b. As-Sunnah
Yang dimaksud dengan sunah disini adalah semua yang dinisbatkan
kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallamaa, baik
perkataan, perbuatan, ketetapan dan sifat-sifat beliau, baik sifat yang
35
Sulaiman Aba Khail, Muqaddimatun Fii Al- Fikih, Riyadh: Darul Ashimah, 1997, 7. 36
Sulaiman Aba Khail, Muqaddimatun Fii Al- Fikih, Riyadh: Darul Ashimah, 1997, 9. 37
Sulaiman Aba Khail, Muqaddimatun Fii Al- Fikih, Riyadh: Darul Ashimah, 1997, 13. 38
Manna‟ Al- Qatthan, Mabahits fii Ulumil Qur’an, Beirut: Muassasah Ar-Risalah, 2009,
20.
27
berhubungan dengan akhlak atau sifat yang berhubungan dengan
fisik.39
c. Ijma’
Ijma‟ adalah kesepakatan ulama umat ini, atas hukum dari sebuah
permasalahan agama, setelah wafatnya Nabi Shallallahu Alaihi wa
Sallamaa.40
Kesepakatan ini dilakukan oleh para mujtahid, sehingga
kesepakatan yang dilakukan oleh orang-orang biasa tidak bisa
dianggap sebagai sebuah ijma‟.
d. Qiyas
Qiyas adalah membandingkan hukum sebuah permasalahan yang
tidak ada dalilnya, dengan hukum sebuah permasalahan yang telah
dijelaskan oleh dalil, disebabkan adanya hubungan sifat antara dua hal
yang dibandingkan tersebut.41
Contohnya adalah hukum tuak (jenis
minuman yang memabukkan). Tidak ada satupun ayat dan hadits yang
menyebutkan hukum tuak. Akan tetapi tuak memiliki sifat atau
kesamaan dengan minuman khamr (yang pada saat itu terbuat dari
perasan buah anggur), yaitu sama- sama memabukkan. Banyak sekali
dalil yang menjelaskan hukum khamr, yaitu dianggap haram. Karena
sama- sama memabukkan, maka hukum tuak bisa disamakan dengan
hukum khamr, yaitu diharamkan.
Empat landasan pengambilan hukum fikih di atas adalah sesuatu
yang sudah diakui keabsahannya oleh semua ulama, sehingga menurut
mereka, empat dalil tersebut dinamakan dalil muttafaq alihi.42
Selain empat sumber tersebut, ada juga sumber- lain yang biasa
digunakan, akan tetapi para ulama memperselisihkan keabsahan
penggunaan sumber- sumber tersebut. Sebagian ulama menganggapnya
39
Mahmud At-Thahhan, Taisir Musthalah Hadits, Riyadh: Maktabah Darul Ma‟arif,
1987, 15. 40
Ibnu Quddamah, Raudhatun Nadhir wa Junnatul Munadhir, Riyadh: Daru Zahim, 127. 41
Ibnu Quddamah, Raudhatun Nadhir wa Junnatul Munadhir, Riyadh: Daru Zahim, 288. 42
Ahmad Alimi, Ushulu al-fikih asasiyatun wa mabadi’, Beirut: Daru Ibni Hazm, 2001,
55.
28
sebagai dalil yang sah, akan tetapi ulama yang lain menganggapnya
sebagai dalil yang tidak sah. Sumber- sumber semacam ini biasa disebut
dengan dalil mukhtalaf fiihi.
Diantara sumber- sumber tersebut adalah:43
a. Istihsan
Istihsan adalah berpaling dari menggunakan dalil umum, dikarenakan
adanya dalil khusus yang menjelaskannya. Contohnya adalah
dibolehkannya jual beli dengan cara as-salam. Bentuk jual beli,
dimana penjual hanya menampilkan contoh barang yang dijual belikan
(sampel), kemudian sang pembeli membeli barang tersebut dengan
harga kontan, akan tetapi barang asli yang telah dibeli itu baru akan
diterima oleh pembeli di waktu yang akan datang (sesuai dengan
kesepakatan).
Sekilas, ini seperti transaksi jual beli tanpa ada barang yang dijual
belikan (hanya sampel saja). Akan tetapi kalau kita teliti, sebenarnya
barang yang diperjualbelikan sudah ada, hanya saja belum bisa
diserahterimakan pada saat akad jual beli terjadi, mengingat sang
penjual hanya membawa sampel barang dagangan.
b. Al-Maslahah Al-Mursalah
Al-Mursalah yaitu sesuatu yang dianggap baik, akan tetapi tidak ada
satu dalilpun yang memerintahkannya. Tidak diperintahkan dan juga
tidak dilarang. Contohnya adalah pencatatan sebuah akad pernikahan
di KUA.
c. Al-‘Urf
Al-„Urf yaitu sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat, baik
perkataan atau perbuatan. Contohnya adalah jual beli di supermarket,
dimana penjual hanya menawarkan barang yang dijual disertai dengan
43
Ahmad Alimi, Ushulu al-fikih asasiyatun wa mabadi’, Beirut: Daru Ibni Hazm, 2001,
108- 132.
29
harga, dan selanjutnya pembeli bisa mengambil barang yang dia sukai,
lalu membayar di kasir. Dalam jual beli ini tidak ada tawar menawar.
Jika kebiasaan itu tidak bertentangan dengan syariat, maka kebiasaan
itu dianggap sah (legal) dan jika bertentangan dengan syariat, maka
dianggap tidak sah (ilegal).
d. Syar’un man qablana
Syar’un man qablana yaitu syariat yang diturunkan untuk umat-umat
sebelum umatnya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallama.
Jika itu bertentangan dengan syariat yang dibawa oleh beliau, maka
syariat tersebut dianggap tidak sah. Dan jika syariat itu ditegaskan
kembali oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallama, maka
itu menjadi bagian dari syariat beliau. Jika tidak ada penjelasan
tentang syariat tersebut, maka pendapat yang kuat menyebutkan jika
itu tidak masuk ke dalam bagian syariat yang dibawa oleh Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallama.
e. Perkataan Shahabat
Perkataan Shahabat adalah fatwa yang disampaikan oleh salah
seorang shahabat, tentang hukum dari sebuah permasalahan tertentu.
Contohnya adalah perkataan Aisyah Radhiyallahu Anha, bahwa usia
maksimal sebuah kandungan adalah dua tahun.
f. Istishhab
Istishhab yaitu dalil terakhir yang digunakan oleh seorang mujtahid
dalam memutuskan hukum dari sebuah permasalahan. Contoh
sederhananya adalah bahwa wudhu‟ seseorang itu dianggap tetap
berlaku, sampai dia yakin ada sesuatu yang membuat wudhunya
batal.
4. Jenis- jenis hukum fikih
Hukum fikih terbagi ke dalam dua jenis. Jenis pertama adalah
hukum taklifi dan jenis kedua adalah hukum wadh’i.44
44
Ahmad Alimi, Ushulu al-fikih asasiyatun wa mabadi’, Beirut: Daru Ibni Hazm, 2001,
21- 22.
30
Hukum taklifi terbagi menjadi lima jenis:
1) Wajib
Wajib adalah perintah dari Allah Ta’ala yang harus dilaksanakan,
dimana orang yang melaksanakannya akan mendapatkan pahala
dan yang tidak melaksanakannya akan berdosa. Contohnya adalah
puasa ramadhan.
2) Sunah
Sunah adalah perintah dari Allah Ta’ala yang dianjurkan untuk
dilakukan, dimana orang yang melaksanakannya akan
mendapatkan pahala dan yang tidak melaksanakannya tidak
mendapatkan konsekuensi apapun. Contohnya adalah puasa senin
dan kamis.
3) Haram
Haram yaitu perintah untuk tidak melakukan sesuatu. Jika sesuatu
itu ditinggalkan, maka akan mendapatkan pahala dan jika
dilaksanakan akan mendapatkan dosa. Contohnya adalah berzina.
4) Makruh
Makruh adalah perintah anjuran untuk meninggalkan sesuatu. Jika
sesuatu itu ditinggalkan maka akan mendatangkan pahala dan jika
dilaksanakan tidak mendatangkan konsekuensi apapun. Contohnya
adalah makan bawang merah pada saat akan ke masjid.
5) Mubah
Mubah yaitu sesuatu yang boleh dilaksanakan atau ditinggalkan.
Contohnya adalah sarapan pagi dengan nasi goreng.
Sedangkan hukum wadh’i itu diantaranya adalah:45
1) Sebab.
45 Ahmad Alimi, Ushulu al-fikih asasiyatun wa mabadi’, Beirut: Daru Ibni Hazm,
2001, 22.
31
Sebab yaitu sesuatu yang dijadikan sebagai sebuah tanda dari ada
atau tidaknya hukum, di mana hubungan (korelasi) antara tanda
dan hukum tersebut tidak dapat dicerna oleh akal pikiran.
Contohnya adalah terbenamnya matahari sebagai tanda dari mulai
diwajibkannya shalat maghrib.
2) ‘Illah
‘Illah adalah sesuatu yang dijadikan sebagai sebuah tanda dari ada
atau tidaknya hukum, dimana hubungan (korelasi) antara tanda
dan hukum tersebut dapat dicerna oleh akal pikiran. Contohnya:
‘illah pengharaman khamr adalah karena memabukkan.
3) Syarat
Syarat yaitu sesuatu yang menentukan ada atau tidaknya sebuah
hukum. Contohnya: wudhu adalah syarat sahnya shalat. Jika
seseorang melaksanakan shalat tanpa wudhu, maka shalat yang dia
lakukan dianggap tidak sah.
4) Al-Mani’
Al-Mani’ yaitu sesuatu yang menghalangi terjadinya sebuah
hukum. Contohnya: Jika seorang bapak membunuh anaknya, maka
bapak tersebut tidak dapat diqishash, karena hubungan bapak anak
antara pembunuh dan terbunuh merupakan penghalang
dilaksanakannya sebuah hukum qishash.
5) Shahih
Shahih yaitu terpenuhinya syarat dan rukun dari sebuah amalan
tertentu. Contohnya: shalat yang terpenuhi syarat dan rukunnya
bisa dianggap sebagai sebuah shalat yang sah.
6) Batil
Batil yaitu tidak terpenuhinya syarat dan rukun dari sebuah amalan
tertentu. Contohnya: Shalat yang dilaksanakan tanpa wudhu, maka
dianggap sebagai shalat yang tidak sah.
32
5. Empat madzhab fikih yang populer
Sebenarnya ada banyak sekali madzhab fikih yang cukup diakui.
Akan tetapi dari madzhab-madzhab yang ada itu, ada empat madzhab yang
cukup populer, yaitu:46
a. Madzhab Hanafi
Dinisbatkan kepada Imam Abu Hanifah, Nukman bin Tsabit,
lahir tahun 80 H dan meninggal tahun 150 H. Landasan madzhab
ini adalah: al-Qur’an, as-Sunnah, al-ijma’, al-qiyas, perkataan
Shahabat, dan istihsan. Madzhab ini cukup populer di Mesir,
Suria, Yordania, Libanon dan lain- lain.
b. Madzhab Maliki
Dinisbatkan kepada Imam Malik bin Anas bin Abi Amir, lahir
tahun 93 H dan meninggal pada tahun 179 H. Landasan madzhab
ini adalah: al-Qur’an, as-Sunah, al-ijma’, al-qiyas, Istihsan, hukum
saddu dzari’ah, istishhab dan mura’atul khilaf. Madzhab ini cukup
populer di Tunisia, Aljazair, Nigeria, Sudan, Kuwait, Bahrain dan
lain- lain.
c. Madzhab Syafi’i.
Dinisbatkan kepada Imam as-Syafi‟i, Muhammad bin Idris as-
Syafi‟i. Lahir pada tahun 150 H dan meninggal pada tahun 204 H.
Landasan madzhab ini adalah: al-Qur’an, as-Sunnah, al-ijma’, al-
qiyas dan kesepakatan para Shahabat. Madzhab ini cukup populer
di Suria, Libanon, Irak, India, Yaman, Indonesia dan lain- lain.
d. Madzhab Hambali
Dinisbatkan kepada Imam Ahmad bin Hanbal as-Syaibani.
Lahir pada tahun 164 H dan meninggal pada tahun 241 H.
46
Sulaiman Aba Khail, Muqaddimatun Fii Al- Fikih, Riyadh: Darul Ashimah, 1997, 93 -
190
33
Landasan madzhab ini adalah: al-Qur‟an, as-Sunnah, al-ijma‟, al-
qiyas dan pendapat Shahabat. Madzhab ini cukup populer di Syam,
Irak, Saudi Arabia dan lain- lain.
Keempat madzhab ini berkembang cukup pesat karena banyaknya
jumlah pengikut yang menyebarkan pemahaman sang imam, dalam
permasalahan hukum fikih. Jika bukan karena banyaknya jumlah pengikut,
niscaya empat madzhab tersebut akan mengalami kondisi yang sama
seperti madzhab-madzhab fikih lain.
34
BAB. III
Gambaran Umum
MA Al-Irsyad Tengaran dan
MA Tahfidzul Qur’an As-Surkati Salatiga
A. Madrasah Aliyah (MA) Al- Irsyad Tengaran
1. Sejarah dan letak geografis MA Al- Irsyad Tengaran47
.
Madrasah Aliyah (MA) Al-Irsyad Tengaran yang terletak di Desa
Butuh, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang adalah salah satu
lembaga pendidikan yang dikelola oleh Yayasan Pesantren Islam Al-
Irsyad Semarang. Madrasah Aliyah Al-Irsyad Tengaran berdiri pada tahun
1999, dengan program studi Keagamaan, berdasarkan ijin dari Departemen
Agama Kantor Wilayah Propinsi Jawa Tengah bernomor statistik
312332202370.
Pada mulanya, MA Al-Irsyad ini bernama Madrasah Aliyah
Keagamaan (MAK) Al-Irsyad Tengaran. Dalam perkembangannya, MAK
Al-Irsyad Tengaran telah meluluskan tiga angkatan, yaitu pada Tahun
Pelajaran 2001/2002, 2002/2003 dan 2003/2004 dengan tingkat kelulusan
sebanyak 100%. Pada saat itu dalam penyelenggaraan ujian, MAK Al-
Irsyad Nasional atau Ujian Madrasah masih bergabung dengan
MAK/MAN I Surakarta.
Pada tahun 2005, MAK Al-Irsyad Tengaran diakreditasi oleh Tim
Akreditasi dari Kanwil Depag Propinsi Jawa Tengah dan mendapatkan
nilai Baik (B). Sejak saat itu MAK Al-Irsyad berubah nama menjadi
Madrasah Aliyah (MA) Al-Irsyad dan berhak membuka jurusan IPA, IPS,
Bahasa serta Keagamaan, akan tetapi dalam pelaksanaannya baru
membuka jurusan Keagamaan saja. Sejak saat itu, MA Al-Irsyad berhak
47
Edi Eko Purnomo, Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat MA Al-Irsyad
Tengaran, wawancara, 8 Desember 2014.
35
menyelenggarakan Ujian Nasional atau Ujian Madrasah dan mengeluarkan
Ijazah secara Mandiri.
Pada Tahun Pelajaran 2004/2005, 2005/2006, 2006/2007,
2007/2008 dan Tahun Pelajaran 2008/2009, dalam pelaksanaan Ujian
Nasional atau Ujian Madrasah masih dikoordinir oleh Kasie Mapenda
Kanwil Depag Propinsi Jawa Tengah, dengan tingkat kelulusan 100%.
Pada tahun 2009 MA Al-Irsyad diakreditasi oleh Badan Akreditasi
Sekolah dan Madrasah Propinsi Jawa Tengah. Sejak Tahun Pelajaran
2009/2010, MA Al- Irsyad dalam pelaksanaan Ujian Nasional dikordinir
oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang dan memakai kurikulum
standar BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan).
2. Identitas Madrasah48
Nama Madrasah : Madrasah Aliyah Al- Irsyad
Nomor Statistik Madrasah : 131233220002
Alamat Madrasah : Jalan Solo Semarang Km 45
Desa : Butuh
Kecamatan : Tengaran
Kabupaten : Semarang
Propinsi : Jawa Tengah
Kode Pos : Po Box 134 Salatiga 50700
No Telp/ Fax. : (0298) 321658 – (0298) 312456
Email : [email protected]
Website : www.pesantrenalirsyad.org
Status Madrasah : Swasta
Nama Yayasan : Yayasan Pesantrena Islam Al- Irsyad
No. Akte Pendirian : wk/5.a/PP.03.2/2565/004/2000
Tahun berdiri Madrasah : 1999
Status Akreditasi/ Tahun : B/2005
48
Data diperoleh dari Edi Eko Purnomo, Waka Humas MA Al-Irsyad Tengaran, 8
Desember 2014.
36
3. Visi dan Misi49
a. Visi Madrasah Aliyah (MA) Al- Irsyad Tengaran:
“Diakui sebagai salah satu lembaga pendidikan terbaik di
wilayah nusantara dan maupun Mancanegara yang bermanhaj Salaful
Ummah (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah)”.
b. Misi Madrasah Aliyah (MA) Al- Irsyad Tengaran:
1) Terwujudnya madrasah dengan fasilitas yang memadai.
2) Terciptanya lulusan yang menguasai bidang agama dan bahasa
Arab, bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia dengan aktif.
3) Lulusan yang mampu berdakwah dengan aqidah dan manhaj
salafusshalih.
4) Lulusan yang mampu melanjutkan ke jenjang lebih tinggi baik
dalam maupun luar negeri.
5) Terwujudnya warga belajar yang peduli terhadap kebersihan.
6) Terwujudnya warga belajar yang memiliki akhlak mulia.
7) Lulusan dengan nilai hasil UN tinggi, diakui pemerintah.
8) Madrasah memiliki kualitas berstandar ISO.
9) Memperoleh akreditasi A dengan minimal nilai 95.
10) Manajemen madrasah berstandar BSNP.
4. Struktur Organisasi50
Kepala Sekolah : Muhammad Syiarudin, Lc
Waka Kurikulum : Muhammad Thoyyib, Lc
Waka Kesiswaan : Ujang Pramudhiarto, Lc, S.Pd.I
Waka Humas : Edi Eko Purnomo, S.Pd
Waka Sarpras : Widodo Agus Susanto, S.Pd
49
Data diperoleh dari Edi Eko Purnomo, Waka Humas MA Al-Irsyad Tengaran, 8
Desember 2014.
50 Data diperoleh dari Edi Eko Purnomo, Waka Humas MA Al-Irsyad Tengaran, 8
Desember 2014.
37
Kepala Lab. Komputer : Drs. Agus Aryanta
Kepala Lab. Bahasa : Tarmudi, S.T
Sekretaris MA : Fahroni, S.Pd.I
Sekretaris Kesiswaan : Slamet Widodo, A.Md.E.I
Bendahara MA : Edi Eko Purnomo, S.Pd
Staff Kurikulum : Anwar Ujang, S.Pd.I
Staff Ekstra Kurikuler : Adi Maryono, S.Pd
Staff Ketertiban Siswa : Yundi Haikal
Staff OSIS : Abdul Hakim Parwono, Lc
Staff Bahasa : Agus Pranowo, SH.I
Staff Ibadah : Abdullah Thalib
Staff BK 1 : Amien Wahyudi, S.Pd
Staff BK 2 : Chandra Aditya Ari Irawan, S.Pd
Staff Tahfidz 1 : Sabik Kurianto, S.Hum
Staff Tahfidz 2 : Tukimin
Staff Kemusyrifan : Agus Ahmad Yasin S.Pd.I
Pembina Asrama
Pembina Asrama 1 : Sayyid Ramadhan
Pembina Asrama 2 : Rona Ratna Pribadi, S.Pd.I
Pembina Asrama 3 : Abu Sumarman
Pembina Asrama 4 : Ibnu Al Khawarizmi
Wali Kelas
X A MATRIKULASI (IL A) : Nanang Setyabudhi, Lc
X B MATRIKULASI (IL B) : Syuban Bastotah
X C MATRIKULASI (IL C) : Hammam Humaidi
X A (I A) : Tarmudi, S.T
X B (I B) : Ahmad Mulyawan, Lc
X C (I C) : Sena Bayu Aji, S.H
38
X D (I D) : Amrullah, S.Pd
X E (I E) : Sabik Kurianto, S.Hum
X F (I F) : Arsyadal Umam, Lc
X G (I G) : Syafrin A. Hi Mahmud, S.Pd
X H (I H) : Ahmad Mushlih
XI A (II A) : Rusman, Lc
XI B (II B) : Akhmad Ikhsanudin, Lc
XI C (II C) : Heri Sutanto, Lc
XI D (II D) : Saifin Nuha, Lc
XI E (II E) : Penang Jihad Asto Bener, S.Pd
XI F (II F) : Hery Prasetyo, Lc
XII A (III A) : Rizal Yuliar, Lc
XII B (III B) : Henry Anwar Faiz, S.S
XII C (III C) : Widodo Agus Susanto, S.Pd
XII D (III D) : Bobby Chandra, S.Si
Staf Pengajar:
1. Nafi' Zaenudin, Lc
2. Muhammad Qosim M, Lc
3. Suharlan, Lc
4. Zuhdi Amin, Lc
5. Wahyudi Bahtiar, S.Pd.I
6. Mahful Safarudin, Lc
7. Soleh Gunawan, Lc
8. Uli Satriawan, S.Pd
9. Doni Tangguh Prakosa, S.Pd.I
10. Iqbal Muammar Rosyad, M.Pd
11. Irfan Faturahman, S.H.I
12. Hanas Soni Aji
39
5. Target kompetensi lulusan:51
Dimensi : Kualifikasi Kemampuan
Sikap : Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
orang beriman, berakhlak mulia, berilmu,
percaya diri, dan bertanggung jawab dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
social dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
Pengetahuan : Memiliki pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural dan metakognitif dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan dan peradaban terkait penyebab
serta dampak fenomena dan kejadian.
Keterampilan : Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang
efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan
konkret sebagai pengembangan dari yang
dipelajari di sekolah secara mandiri.
6. Prestasi yang pernah diraih (empat tahun terakhir):52
a. Tahun 2011 :
- Juara 2 (dua) cabang tafsir (wustho) Musabaqah Qira‟ah Kutub
tingkat Propinsi.
- Juara 1 (satu) cabang hadits (wustho) Musabaqah Qira‟ah Kutub
tingkat Propinsi.
- Juara 2 (dua) cabang hadits (wustho) Musabaqah Qira‟ah Kutub
tingkat Nasional.
51
Data diperoleh dari Edi Eko Purnomo, Waka Humas MA Al-Irsyad Tengaran, 8
Desember 2014. 52
Edi Eko Purnomo, Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat MA Al-Irsyad
Tengaran, wawancara berdasarkan data sekolah, 8 Desember 2014.
40
- Juara 1 (satu) cabang akhlaq (wustho) Musabaqah Qira‟ah Kutub
tingkat Propinsi.
- Juara 3 (tiga) cabang akhlaq (wustho) Musabaqah Qira‟ah Kutub
tingkat Nasional.
- Juara 3 (tiga) cabang ushul fikih (wustho) Musabaqah Qira‟ah
Kutub tingkat Propinsi.
- Juara 3 (tiga) cabang tarikh (wustho) Musabaqah Qira‟ah Kutub
tingkat Propinsi.
- Juara 2 (dua) cabang balaghah (wustho) Musabaqoh Qira‟ah Kutub
tingkat Propinsi.
- Juara 3 (tiga) cabang tafsir (ulyaa) Musabaqah Qira‟ah Kutub
tingkat Propinsi.
- Juara 1 (satu) cabang hadits (ulyaa) Musabaqah Qira‟ah Kutub
tingkat Propinsi.
- Juara Harapan 1 (satu) cabang hadits (ulyaa) Musabaqah Qira‟ah
Kutub tingkat Nasional.
- Juara 2 (dua) cabang akhlaq (ulyaa) Musabaqah Qira‟ah Kutub
tingkat Propinsi.
- Juara 2 (dua) cabang balaghah (ulyaa) Musabaqah Qira‟ah Kutub
tingkat Propinsi.
- Juara 1 (satu) cabang debat bahasa Arab Musabaqah Qira‟ah Kutub
tingkat Propinsi.
- Juara 1 (satu) cabang tartil Musabaqah Tilawatil Qur‟an tingkat
Kabupaten.
- Juara 1 (satu) cabang tilawah 5 juz Musabaqah Tilawatil Qur‟an
tingkat Kabupaten.
- Juara 2 (dua) cabang 500 hadits Musabaqah Hifdzil Qur‟an Wal
Hadits tingkat Nasional.
- Juara 1 (satu) cabang 500 hadits Musabaqah Hifdzil Qur‟an Wal
Hadits tingkat Asean.
41
- Juara 1 (satu) wushu cabang duillian putra Kejuaraan Wushu tingkat
Propinsi.
- Juara Harapan 1 (satu) wushu Kejuaraan Wushu Nasional Semarang
tingkat Kabupaten.
b. Tahun 2012 :
- Juara 2 (dua) wushu putra nusantara Kejuraan Wushu tingkat
Propinsi Jawa Tengah dan DIY.
- Juara 1 (satu) cabang tahfidz 20 juz Musabaqah Tilawatil Qur‟an
tingkat Kabupaten.
- Juara 1 (satu) cabang tahfidz 30 juz Musabaqah Tilawatil Qur‟an
tingkat Kabupaten.
- Juara 2 (dua) cabang tartil Musabaqah Tilawatil Qur‟an tingkat
Kabupaten.
- Juara 1 (satu) cabang tilawah 5 juz Musabaqah Tilawatil Qur‟an
tingkat Kabupaten.
- Juara 3 (tiga) cabang tafsir bahasa Arab & tahfidz 30 juz Seleksi
Tilawatil Qur‟an tingkat Propinsi.
- Juara 1 (satu) cabang tafsir 30 juz Musabaqah Tilawatil Qur‟an
STAIN Salatiga tingkat Propinsi.
c. Tahun 2013 :
- Juara 2 (dua) cabang taichi Wushu Praporprov Jateng tingkat
Propinsi.
- Juara 1 (satu) cabang pidato bahasa Arab Pospeda tingkat
Kabupaten.
- Juara 3 (tiga) cabang cipta & baca puisi Pospeda tingkat Kabupaten.
- Juara 3 (tiga) cabang kaligrafi Pospeda tingkat Kabupaten.
- Juara 1 (satu) cabang pidato bahasa inggris Aksioma tingkat
Kabupaten.
- Juara 1 (satu) cabang lari 400 meter Aksioma tingkat Kabupaten.
42
- Juara 1 (satu) cabang lari 100 meter Aksioma tingkat Kabupaten.
- Juara 1 (satu) cabang badminton tunggal putra Aksioma tingkat
Kabupaten.
- Juara 1 (satu) cabang badminton tunggal putra Aksioma tingkat
Kabupaten.
- Juara 1 (satu) cabang badminton ganda putra Aksioma tingkat
Kabupaten.
- Juara 2 (dua) cabang tenis meja Aksioma tingkat Kabupaten.
- Juara 3 (tiga) cabang tenis meja Aksioma tingkat Kabupaten.
- Juara 1 (satu) cabang pidato bahasa Arab Musabaqah Lughah
Arabiyah tingkat Propinsi.
- Juara 1 (satu) cabang tafsir bahasa Arab Musabaqah Tilawatil
Qur‟an tingkat Kabupaten.
- Juara 2 (dua) cabang tafsir bahasa inggris Musabaqah Tilawatil
Qur‟an tingkat Kabupaten.
- Juara 1 (satu) cabang tafsir bahasa indonesia Musabaqah Tilawatil
Qur‟an tingkat Kabupaten.
- Juara 1 (satu) cabang fahmil qur‟an Musabaqah Tilawatil Qur‟an
tingkat Kabupaten.
- Juara 2 (dua) cabang pidato bahasa Arab Aksioma tingkat Propinsi.
- Juara 2 (dua) cabang badminton Aksioma tingkat Propinsi.
- Juara 2 (dua) cabang fahmil qur‟an Musabaqah Tilawatil Qur‟an
tingkat Propinsi.
- Juara 1 (satu) cabang spelling bee Kompetisi Bahasa Inggris tingkat
Kabupaten.
- Juara 2 (dua) cabang spelling bee Kompetisi Bahasa Inggris tingkat
Kabupaten.
- Juara 1 (satu) kompetisi sains matematika HAB Kemenag tingkat
Kabupaten.
- Juara 2 (dua) kompetisi sains fisika HAB Kemenag tingkat
Kabupaten.
43
d. Tahun 2014 :
1. Juara 4 (empat) cabang 500 hadits Musabaqah Hifdzil Qur‟an Wal
Hadits tingkat Nasional.
2. Juara 1 (satu) cabang 500 hadits Musabaqah Hifdzil Qur‟an Wal
Hadits tingkat Asean.
3. Juara 2 (dua) cabang tafsir Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat
Kabupaten.
4. Juara 3 (tiga) cabang fikih Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat
Kabupaten.
5. Juara 3 (tiga) cabang fikih Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat
Kabupaten.
6. Juara 1 (satu) cabang balaghah Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat
Propinsi.
7. Juara 2 (dua) cabang balaghah Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat
Nasional.
8. Juara 1 (satu) cabang hadits Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat
Propinsi.
9. Juara 1 (satu) cabang hadits Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat
Nasional.
10. Juara 2 (dua) cabang debat bahasa Arab Musabaqah Qira‟ah Kutub
tingkat Propinsi.
11. Juara 3 (tiga) cabang tarikh Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat
Propinsi.
12. Juara 3 (tiga) cabang hadits Musabaqah Qira‟ah Kutunb tingkat
Propinsi.
13. Juara 3 (tiga) cabang tarikh Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat
Propinsi.
14. Juara 1 (satu) cabang khitobah Musabaqah Lughah Arabiyah tingkat
Kabupaten.
15. Juara 1 (satu) cabang Qira‟ah Musabaqah Lughah Arabiyah tingkat
Kabupaten.
44
16. Juara 2 (dua) cabang insya‟ Musabaqah Lughah Arabiyah tingkat
Kabupaten.
17. Juara 3 (tiga) cabang khitobah Musabaqah Lughah Arabiyah tingkat
Kabupaten.
18. Juara 1 (satu) cabang matematika Kompetisi Sains Madrasah tingkat
Kabupaten.
19. Juara 1 (satu) cabang tartil Musabaqah Tilwatil Qur‟an tingkat
Kabupaten.
20. Juara 1 (satu) cabang tahfidz 20 juz putra Seleksi Tilawatil Qur‟an
tingkat Kabupaten.
21. Juara Harapan 3 (tiga) cabang tahfidz 20 juz putra Seleksi Tilawatil
Qur‟an tingkit Propinsi.
22. Juara 2 (dua) cabang tahfidz 30 juz putra Seleksi Tilawatil Qur‟an
tingkat Kabupaten.
23. Juara 3 (tiga) cabang tahfidz 10 juz putra Seleksi Tilawatil Qur‟an
tingkat Kabupaten.
24. Juara 1 (satu) cabang tafsir bahasa Arab Musabaqah Hifdzil Qur‟an
tingkat Kabupaten.
25. Juara Harapan 3 (tiga) cabang tafsir bahasa Arab Musabaqah
Hifdzil Qur‟an tingkat Propinsi.
7. Gambaran proses kegiatan belajar mengajar pelajaran fikih di kelas53
Dalam melakukan kegiatan pembelajaran di kelas, ada beberapa
hal yang harus diperhatikan, diantaranya adalah: pendahuluan,
pengembangan unsur materi, unsur penilaian, penampilan dan penutup.
Diantara hal-hal yang dilakukan dalam pendahuluan adalah
menertibkan suasana kelas. Guru meminta semua siswa untuk menempati
tempat duduk masing-masing. Setelah itu guru memberikan motivasi
kepada siswa agar bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Selain itu,
53 Berdasarkan pengamatan atas proses kegiatan belajar mengajar fikih yang dilakukan
oleh Suharlan,Lc, di kelas 11F MA Al-Irsyad Tengaran, pada tanggal 16 November 2014.
45
guru juga memberikan ulasan materi yang telah disampaikan pada
pertemuan sebelumnya dan memberikan gambaran singkat materi yang
akan diajarkan.
Dalam unsur pengembangan materi, sangat nampak jika guru
mapel fikih sangat menguasai materi yang diajarkan. Guru menyampaikan
materi dengan urut dan sistematis. Setiap materi yang disampaikan, selalu
disertai dengan contoh-contoh aplikatif yang sesuai dengan pokok
bahasan. Bahkan tidak jarang, guru berdiri untuk memperagakan contoh.
Terkadang dengan tulisan atau dengan gerakan.
Hampir semua kelas yang ada di MA Al-Irsyad sudah memiliki
fasilitas proyektor, sehingga hal ini lebih memudahkan guru dalam
menjelaskan materi di kelas. Guru menjelaskan materi dalam bentuk
power point. Kemudian dilanjutkan dengan membaca buku panduan yang
digunakan. Tidak semua materi dibahas. Hanya materi penting saja yang
dibaca. Terkadang guru juga memberikan pertanyaan kepada siswa dengan
tujuan untuk memancing terjadinya diskusi diantara siswa. Pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan berkaitan dengan permasalahan yang terjadi
dimasyarakat secara umum. Dalam menyampaikan materi pelajaran, guru
menggunakan bahasa Arab. Hampir 99% bahasa pengantar yang
digunakan adalah bahasa Arab. Saat melakukan diskusi, siswa juga
menggunakan bahasa Arab. Bahasa Arab yang digunakan adalah bahasa
Arab fushhah, sesuai dengan kaidah-kaidah resmi bahasa Arab. Bukan
bahasa „aamiyah.
Setelah materi pelajaran disampaikan, maka guru memberikan
beberapa pertanyaan kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui daya
serap yang dimiliki siswa. Pertanyaan-pertanyaan ini juga bertujuan untuk
mengetahui dan menilai pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
Guru menyampaikan pertanyaan-pertanyaan dengan berdiri dan
berkeliling, sehingga benar-benar mengetahui kondisi siswa di kelas
tersebut.
46
Dalam memberikan materi pelajaran di kelas, guru berpenampilan
sangat rapi. Menggunakan baju, celana standart dan berpeci, akan tetapi
tidak menggunakan sepatu. Karena memang Madrasah Aliyah Al-Irsyad
tidak mewajibkan penggunaan sepatu untuk guru maupun siswa.
Di akhir kegiatan pembelajaran, guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dan
sesuai dengan materi pelajaran. Setelah itu guru menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut dengan sangat jelas. Dan selanjutnya, guru membuat
kesimpulan tentang pelajaran tersebut dengan bahasa yang sederhana dan
ringkas.
8. Keunikan- keunikan dan corak khusus Madrasah
Madrasah Aliyah Al-Irsyad Tengaran memiliki keunikan-keunikan
dan corak khusus, yang mana hal ini jarang didapatkan di sekolah-sekolah
lain pada umumnya. Tentu, corak khusus ini tidak diterapkan begitu saja,
akan tetapi semuanya berdasarkan atas sebuah prinsip dan pemahaman
yang ada.
Diantara corak khusus tersebut adalah54
:
a. Pemisahan antara siswa dan siswi.
Sampai sekarang, semua siswa yang ada di MA Al-Irsyad
Tengaran semuanya adalah laki-laki. Tidak ada satupun siswi yang
belajar di sekolah tersebut.
Hal ini berkaitan dengan sebuah pandangan, bahwa pergaulan
atau interaksi antara golongan laki-laki dan wanita itu harus dibatasi.
Tidak seeloknya laki- laki dan wanita itu bergaul atau berhubungan
secara bebas dan berlebihan. Dalam syari‟at islam, telah dijelaskan tata
cara pergaulan yang syar‟i antara laki- laki dan wanita. Diantara tata
cara tersebut adalah:
54 M.Syi‟aruddin, Kepala MA Al-Irsyad Tengaran, wawancara, 06 Desember 2014.
47
1) Menjaga pandangan.
Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur‟an Surat An-Nuur
Ayat 30–31:
)) قم ؤي ه ىا ن غض نهى أصكى رانك فشوجهى حفظىا و أتصاسهى ي إ
خثش للا ات ؤياخ قم و . صؼى ه ن غضض ي و أتصاسه حفظ
ل و فشوجه ثذ ها ظهش يا إل صره ي ونضشت شه ػهى تخ جىته
ول ثذ إل صره أو نثؼىنره ءاتاء أو ءاتائه أتاء أو تؼىنره تؼىنره
أو تى أو إخىاه تى أو إخىاه أو أخىاذه يهكد يا أو سائه اه أ
أو ستح أونى غش انراتؼ اإل ج ي فم أو ال انش انط ػهى ظهشوا نى انز
ول انساء ػىساخ ضشت يا نؼهى تأسجهه خف ي إنى وذىتىا صره
ؼا للا أه ج ؤيى نؼهكى ان (( ذفهحى
Artinya : Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat".
Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali barang yang lahir yang
(biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan
kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka,
atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-
putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau
putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak
yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang
belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka
memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka
48
sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”.
Ibnu Katsir Rahimahullahu berkata: “Ini adalah perintah
dari Allah Ta’ala untuk para wanita yang beriman, yang mana hal
tersebut merupakan pembeda antara wanita yang beriman dengan
wanita yang tidak beriman. Firman Allah Ta’ala: “Dan hendaklah
mereka menjaga kemaluan”, Sa‟id bin Jubair berkata: “Menjaga
dari keburukan-keburukan”. Qatadah dan Sufyan berkata:
“Menjaga dari apa-apa yang tidak halal untuk mereka”. Muqatil
berkata: “Menjaga mereka dari perzinaan”.55
Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya, dari Jarir
bin Abdullah berkata: “Saya bertanya kepada Rasulullah
Shallalahu Alaihi wa Sallama tentang pandangan yang tidak
sengaja, maka beliau memerintahkanku untuk memalingkan
pandangan tersebut”.56
2) Tidak berduaan dengan wanita yang bukan mahram.
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu, dari Nabi Shallallahu
Alaihi wa Sallama bersabda:
سجم تايشأج إل يغ ري يحشو(( )) ل خهى
Artinya: “Janganlah sekali- kali seorang laki-laki berdua-duaan
dengan seorang wanita, kecuali disertai dengan mahram”.57
Mahram adalah golongan yang tidak boleh untuk dinikahi, baik
secara permanen atau karena sebab- sebab tertentu.
3) Tidak ikhtilath (campur) antara laki- laki dan wanita, kecuali
untuk kebutuhan yang sangat penting dan mendesak.
Terjadinya interaksi langsung antara laki- laki dan wanita
yang bukan mahram, tanpa didasari atas sebuah kebutuhan yang
55 Ibnu Katsir, Tafsir Al- Qur’an Al- Adhim, Muassasah Ar-Rayan: 375.
56 HR. Muslim: 2159.
57 HR. Bukhari: 9/ 330, HR. Muslim: 1341.
49
mendesak, bisa menyebabkan lahirnya hal-hal yang negatif,
minimalnya adalah gangguan hati. Jika kita mengamati praktek
shalat berjamaah, maka kita bisa melihat bahwa ada pemisahan
antara posisi laki-laki dan wanita. Posisi laki- laki berada di depan
dan wanita berada di belakang. Posisi terbaik untuk laki- laki dalam
shalat berjama‟ah adalah barisan paling depan. Sedangkan posisi
terbaik untuk wanita adalah barisan paling belakang. Ada jarak yang
harus dijaga antara laki- laki dan wanita.
4) Tidak diperbolehkannya bersalaman antara laki-laki dan
wanita yang bukan mahram.
Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallama bersabda:
خط سأس أحذكى ت ف طؼ س )) ل أ ش نه ي ذ خ حذ ي
ايشأج ل ذحم نه ((
Artinya: “Jika kepala salah seorang diantara kalian ditusuk
dengan jarum dari besi, maka itu lebih baik untuknya, daripada
harus bersentuhan dengan wanita yang bukan mahram”.58
Teladan kita yaitu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallama
tidak pernah menyentuh tangan (bersalaman) wanita yang bukan
mahram beliau, bahkan ketika beliau membai‟at para Shahabiyat
sekalipun.
Itulah beberapa alasan yang melatarbelakangi sebuah
pilihan, dipisahkannya antara siswa dan siswi di MA Al-Irsyad
Tengaran. Ini lebih mengedepankan prinsip Syaddu Ad-dzaraai’
(kehati-hatian) dalam menjaga pergaulan, sehingga hal-hal negatif
yang sangat mungkin lahir dari hubungan laki- laki dan wanita bisa
dihindari sejak dini.
58 HR. Thabrani, dalam Al- Kabir: 20/211.
50
b. Kewajiban untuk memanjangkan jenggot bagi yang memilikinya.
Memanjangkan jenggot bagi golongan laki-laki merupakan
sebuah kewajiban yang harus dilakukan. Memanjangkan disini bukan
berarti berusaha menjadikan jenggot agar tumbuh panjang, dengan
obat-obat perangsang rambut. Akan tetapi maksudnya adalah
membiarkan jenggot tumbuh dan panjang secara alami. Tidak
dipendekkan atau dicukur.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallama bersabda:
و أحفىا انشىاسب و أوفىا انهحى ششك (( )) خانفىا ان
Artinya: “Selisihilah orang-orang musyrik, pendekkanlah kumis
dan panjangkanlah jenggot”.59
Memanjangkan jenggot berarti membiarkan jenggot dan tidak
mencukurnya sedikitpun. Ini berlaku bagi orang yang memiliki jenggot.
Bagi orang yang tidak memiliki jenggot, maka tidak perlu memaksakan
diri untuk memanjangkan jenggotnya dengan menggunakan obat-obat
perangsang.
c. Larangan untuk memanjangkan celana atau sarung melebihi mata kaki
(isbal).
Diantara dalil-dalil yang melatarbelakanginya adalah Sabda
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallama:
اإلصاس فهى ف اناس (( ي انكؼث )) يا أسفم ي
Artinya: “Sarung yang berada di bawah mata kaki, mata tempatnya
berada di dalam neraka”.60
Para Ulama menjelaskan bahwa larangan ini tidak hanya berlaku
untuk sarung saja, akan tetapi mencakup semua kain yang dipakai oleh
laki- laki. Termasuk di dalamnya adalah celana.
59 HR. Muslim: 625
60 HR. Bukhari: 5787.
51
d. Kewajiban untuk menggunakan bahasa Arab dalam komunikasi sehari-
hari, baik di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah. Kewajiban ini
berlaku selama 24 jam, kecuali di hari libur.
e. Kurikulum yang digunakan merupakan perpaduan antara kurikulum
Kementerian Kebudayaan Pendidikan Dasar dan Menengah,
Kementerian Agama RI dan Kementerian Pendidikan Kerajaan Saudi
Arabia.
f. Buku ajar untuk mata pelajaran agama dan bahasa Arab, menggunakan
buku yang berbahasa Arab.
g. Adanya Native Speaker dari Kerajaan Saudi Arabia.
h. Menggunakan sistem Boarding School, dimana semua siswa
diwajibkan untuk tinggal di area sekolah selama 24 jam penuh.
i. Adanya kelas khusus Matrikulasi atau Persiapan Bahasa selama satu
tahun. Kelas ini dikhususkan bagi siswa-siswa sekolah luar yang akan
melanjutkan di MA Al-Irsyad Tengaran.
j. Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di pagi, sore dan malam hari.
k. Siswa yang terbukti mencontek pada saat Ujian Akhir Semester 1, akan
dikeluarkan dari ruang ujian dan mendapatkan nilai 0 (nol) dipelajaran
yang diujikan.
l. Siswa yang terbukti mencontek pada saat Ujian Akhir Semester 2, akan
mendapatkan hukuman tidak naik kelas.
m. Kenaikan kelas siswa ditentukan melalui penggabungan nilai di
semester 1 dan semester 2, dengan persentase: (nilai semester 1 + (2x
nilai semester 2) : 3.
n. Kenaikan kelas siswa ditentukan dengan nilai afektif yang didapatkan
siswa selama 1 Tahun Pelajaran.
Nilai afektif adalah hasil dari pengamatan Bidang Kesiswaan,
terhadap akhlak siswa. Misalnya: peran aktif siswa dalam mengikuti
kegiatan Madrasah, prestasi akademik, prestasi dalam perlombaan-
perlombaan, kerajinan dalam melaksanakan ibadah, kedisiplinan di
kelas dan di lingkungan sekolah, kesopanan dan aspek-aspek yang lain.
52
B. Madrasah Aliyah Tahfizhul Qur’an As-Surkati Salatiga
1. Sejarah dan letak geografis
Madrasah Aliyah Tahfizhul Al Qur’an As Surkati Salatiga adalah
salah satu unit pendidikan yang berada dibawah naungan Yayasan
Lembaga Penelitian Ilmu-Ilmu Agama Islam dan Dakwah ( YLPIA)
Pusat Surakarta. Madrasah ini berlokasi di jalan Diponegoro 115 Salatiga
(satu lokasi dengan SMP dan SMK Sultan Fattah Salatiga).
Bisa dikatakan Madrasah Aliyah ini merupakan pengembangan
dari Madrasah Aliyah Islamiyyah As Soorkaty Salatiga yang sudah berdiri
sejak tahun 1988. Seiring dengan banyaknya Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) yang didirikan di Kota Salatiga dan sekitarnya, Madrasah Aliyah
Islamiyah As Soorkaty Salatiga, sejak tahun 2008 jumlah siswanya
mengalami penurunan yang sangat drastis, bahkan pada tahun pelajaran
2010 madrasah ini sudah tidak ada lagi siswanya. Maka untuk
melestarikan eksistensi Madrasah Aliyah swasta yang tinggal satu-satunya
di Kota Salatiga ini, Yayasan LPIA Pusat Surakarta kemudian
mengembangkanya menjadi Madrasah Aliyah Tahfizhul Qur‟an As
Surkati dengan program studi Ilmu Pengetahuan Alam.
Madrasah Aliyah Tahfizhul Qur‟an As Surati ini memiliki ciri
khusus:
a. Memadukan kurikulum Departemen Agama dan Kurilulum pesantren
secara proporsional.
b. Menggunakan sistem pendidikan boarding school dengan program
unggulan menghafal Al Qur‟an 30 juz.
c. Beban belajar seperti yang ditetapkan dalam kurikulum ditempuh oleh
siswa selama 4 tahun, kecuali siswa yang yang memenuhi syarat untuk
mengikuti program percepatan atau akselerasi.
d. Khusus mata pelajaran syar`i dan bahasa Arab menggunakan buku
muqorror berbahasa Arab.
e. Peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan semuanya laki-laki.
53
Ijin pengubahan nama dari Madrasah Aliyah Islamiyyah As
Soorkaty menjadi Madrasah Aliyah Tahfizhul Qur‟an As Surkati,
dikeluarkan oleh Kantor Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah,
dengan Surat Keputusan Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi
Jawa Tengah.
Dengan upaya pengembangan seperti itu, Madrasah Aliyah swasta
yang tinggal satu-satunya di Kota Salatiga ini dapat eksis hingga
sekarang, bahkan dari tahun ke tahun mengalami kemajuan. Hal ini dapat
dilihat dari semakin meningkatnya minat masyarakat menyekolahkan
anak-anaknya di Madrasah Aliyah Tahfizhul Qur‟an As Surkati Salatiga.
2. Identitas Madrasah
Nama Madrasah : Madrasah Aliyah Tahfizhul Qur‟an As Surkati
Penyelenggara Madrasah : YLPIA Pusat Surakarta Jl. Kapten Mulyadi106,
Pasar Kliwon 57113 Surakarta
NSM : 131233730001
NPSN : 20363036
Status Madrasah : Swasta
NPWP : 2105416111526000
Alamat Madrasah
Jalan : Jl. Diponegoro 115 Salatiga
Telepon : (0298)313842
Website dan Email : www.matiq-assurkati.sch.com. /
matiq surkati @gmail.com
Provinsi : Jawa Tengah
Kabupaten/ Kota : Salatiga
Kecamatan : Sidorejo
Kelurahan : Sidorejo Lor
Kode Pos : 50714
54
Dokumen Pendirian Madrasah
a. Nomor SK Pendirian : Mk.02/5/PP.006/0542/1988
b. Tanggal SK Pendirian : 3/10/1988
c. No. SK Ijin Operasional : WK/5.d/208/Pgm/MA/1990
d. Tgl. SK Ijin Operasional : 7/6/1990
Perubahan Nama Madrasah
a. Nama Madrasah Lama : Madrasah Aliyah Islamiyah As Soorkati
b. Nama Madrasah Baru : Madrasah Aliyah Tahfizhul Qur‟an As Surkati
c. No. SK Perubahan Nama : Kw. 11.2/5/PP.00/005/2014
d. Tanggal SK Perubahan : 2/01/2014
Akreditasi
a. Status Akreditasi : Terkreditasi B
b. Tahun Akreditasi : 2006
c. No. SK Akreditasi : Kw.11.4/4 PP.03.2/625.32
d. Tanggal SK Akreditasi : 11/04/2006
e. Waktu Penyelenggaraan : Pagi
55
3. Visi, Misi dan Tujuan
a. Visi Madrasah:
“Terbentuknya pribadi unggul, hafizh, beraqidah shohihah,
berilmu, berakhlaqul karimah, berjiwa da‟i serta peduli dan tretampil
dalam menyelesaikan problematika Umat”.
b. Misi Madrasah:
1) Mendirikan lembaga pendidikan yang islami, professional, berbasis
pondok pesantren Tahfizhul Qur‟an.
2) Menyelenggarakan pendidikan formal yang berkualitas dan
bimbingan tahfizhul Qur‟an.
3) Menyelenggarakan tata kelola madrasah yang produktif, efektif,
efisien, transparan dan akuntabel.
4) Menyelenggarakan pendidikan berkarakter Qur‟ani sebagai
penyangga Negara Kesatuan Republik Indonesia, Panacasila dan
UUD 1945.
c. Tujuan Madrasah:
1) Mencetak pribadi hafizh, beraqidah shohihah, berakhlaqul karimah
serta menguasai ilmu pengetahuan agama dan sains.
2) Menyiapkan kader umat dan kader bangsa yang cakap, terampil
dan berdedikasi terhadap agama dan bangsa.
3) Menyiapkan kader umat dan bangsa yang memiliki kepekaan dan
kepedulian terhadap problematika umat.
56
4. Struktur Organisasi
a. Yayasan LPIA Pusat Surakarta
Ketua Pembina : H. Nukman Achmad Sungkar
Anggota Pembina : H. Ahmad Abdul karim Attamimi
Ketua : H. Adib Ahmad Sungkar
Wakil Ketua : Humam Nukman Sungkar, S.T, M,Sc
Sekretaris : dr. Affan Ahmad Sungkar
Bendahara : dr. Affan Ahmad Sungkar
Pengawas : Ir. Sofwan Ahmad Sungkar
b. Madrasah Aliyah Tahfizhul Qur’an ( MATIQ) As Surkati
Dewan Pengasuh : H. Eman Badru Tamam, Lc
: H. Syihabuddin AM. Al Hafizh
: Dr. H. Badaruddin, M.Ag
Mudir : Diding Fathuddin, S. Pd.I
Kepala Madrasah : Abda Lail Isro, S. Pd
Waka Kurikulum dan TU : Drs. Suratman
Waka Kesiswaan : Ahmad Arifin, S. Pd.I
Waka sarpras dan IT : Dimas Gigih Damarsasi, S. Pd
Mas‟ul Tahfizh : Abdullah Rifqi, al Hafizh
Kesantrian : Abdul Kadir, Lc
c. Komite Madrasah
Ketua : Drs. Muryanto Hadi
Sekretaris : Ilham Basuki
Bendahara : Dr. Sri Suyanto, Sp.OG
Penggalian Sumber daya Madarasah : Selamet Santoso, SE., M.M
Pengembangan Sarana Pesantren : Abdul Wahab
Pengelolaan Dana Masyarakat : Armaidi
Pengendalian Kualitas Pelayanan Pendidikan : Drs. H. Ahmad Darsuki
Sarana dan Prasarana : Suhartono
Usaha Pesantren : Didin Sulistya
57
d. Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Ulumul Qur‟an : Diding Fathuddin, S. Pd.I, Al- Hafidz
Fisika : Muh. Kholil, S. Pd., M.Sc
Biologi/PKn : Abda Lail Isro, S. Pd
Aqidah/SKI : Abdul Kadir, Lc
Tafsir/Fiqih : Richi Fajar, Lc
Bahasa Arab : Ahmad Shofi Muhyiddin, Lc
Tajwid/Tahfizh : Abdullah Rifqi, Al Hafizh
Kimia : Dimas Gigih Damarsasi, Ss
Bahasa Indonesia/ Hadits : Drs. Suratman
Bahasa Arab : Agus Susanto, Al Hafizh
Bahasa Inggris/Sejarah : Ahmad Arifin, S. Pd.I
Imlak/ Khot : Arif Rahman Hakim, S.Pd.I
Matematika : Wachid Nugroho, S.Si
Geografi : Makmun Ansori, S.Pd
Penjasorkes : Eri Munandar
Tahfizh : Abdurrohman., Al Hafizh
: Pupung Furqon, Al Hafizh
: Fathul Bahri, Al Hafizh
: Gholibul Islami, Al Hafizh
: Amrol Musyrifin, Al Hafizh
58
5. Target Kompetensi Lulusan:
Dimensi : Kualifikasi Kemampuan
Sikap : Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
orang beriman, berakhlak mulia, berilmu,
percaya diri, dan bertanggung jawab dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
social dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
Pengetahuan : Memiliki pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural dan metakognitif dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan dan peradaban terkait penyebab
serta dampak fenomena dan kejadian.
Keterampilan : Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang
efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan
konkret sebagai pengembangan dari yang
dipelajari di sekolah secara mandiri.
59
6. Prestasi yang pernah diraih (empat tahun terakhir):
- Juara umum MHQ Kota Salatiga, 2010
- Juara umum MHQ Kota Salatiga, 2011
- Juara umum MHQ Kota Salatiga, 2012
- Juara umum MHQ Kota Salatiga, 2010
- Juara 3 MHQ cabang 20 juz, Jawa Tengah, 2011
- Juara 1 MHQ cabang 10 juz, Jawa Tengah, 2013
- Juara 1 MTQ cabang fahmil qur`an Jawa Tengah, 2013
- Juara 1 dan 2 KSM mata pelajaran biologi Kota Salatiga, 2014
- Juara 1 dan 2 KSM mata pelajaran kimia Kota Salatiga, 2014
- Juara 1 dan 2 KSM mata pelajaran matematika Kota Salatiga, 2014
- Juara 3 KSM mata pelajaran fisika Kota Salatiga, 2014
- Juara 1 KSM mata pelajaran matematika Kota Salatiga, 2014
- Juara 3 KSM mata pelajaran matematika Jawa Tengah, 2014
- Juara 1, 2, dan 3 Pertandingan Wushu di STAIN Kota Salatiga, 2011
- Juara 1 dan 2 pertandingan wushu cabang sanso Kota Salatiga, 2011
- Juara 1 dan 2 tenis meja Kota Salatiga, 2013
- Juara 1 dan 2 renang Kota Salatiga, 2013
7. Gambaran proses kegiatan belajar mengajar pelajaran fikih di kelas
Secara umum, proses kegiatan belajar mengajar Fikih di MA
Tahfidzul Qur‟an As-Surkati hampir sama dengan proses kegiatan belajar
mengajar Fikih di MA Al-Irsyad Tengaran. Hanya saja, dalam beberapa
kesempatan, guru menggunakan masjid sebagai tempat belajar. Bahkan hal
ini merupakan pilihan utama para guru. Mereka cenderung lebih nyaman
menyampaikan pelajaran di masjid dengan bentuk halaqah.
Kegiatan belajar mengajar dengan bentuk halaqah adalah ketika
guru duduk di kursi atau duduk di lantai, kemudian para siswa duduk
mengelilingi guru tersebut. Ini adalah cara klasikal dalam kegiatan belajar
mengajar. Cara ini sangat efektif jika jumlah siswa yang mengikuti
pembelajaran tidak banyak. Guru dapat memantau dan melihat keadaan
60
siswa dengan baik. Akan tetapi menjadi sangat tidak efektif jika jumlah
siswa yang mengikuti pembelajaran sangat banyak. Guru tidak akan
mampu untuk mengamati keadaan siswa dengan baik.
Proses kegiatan belajar mengajar fikih di MA Tahfidzul Qur‟an As-
Surkati disesuaikan dengan bab-bab yang ada di buku ajar, yaitu Kitab
Fikih Sunnah yang ditulis oleh Syaikh Sayyid Sabiq.61
8. Keunikan- keunikan dan corak khusus Madrasah
Diantara keunikan-keunikan yang ada di MA Tahfidzul Qur‟an As-
Surkati adalah62
:
a. Banyaknya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di masjid.
b. Tidak ada siswi yang belajar di MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati.
Semua siswa yang belajar adalah laki-laki. Ini tentu berkaitan erat
dengan pandangan atau pendapat bahwa laki-laki dan wanita tidak
diperkenankan untuk ikhtilath, kecuali jika ada kebutuhan yang
mendesak. Sehingga sampai saat ini, MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati
tidak menerima seorang siswipun.
c. Larangan untuk mengenakan sarung atau celana di bawah mata kaki.
d. Muatan pelajaran hafalan al-Qur‟an yang cukup banyak, yaitu 12 jam
pelajaran sepekan.
e. Muatan pelajaran bahasa Arab yang cukup banyak, yaitu 10 jam
pelajaran sepekan.
Muatan pelajaran hafalan al-Qur‟an dan bahasa Arab memiliki porsi
50% dari total pelajaran yang ada. Total jam pelajaran dalam setiap
pekan adalah 44 jam pelajaran.
61 Abdul Qadir, Guru mata pelajaran Fikih di MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga,
wawancara, 14 Desember 2014.
62 Abdul Qadir, Guru mata pelajaran Fikih di MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga,
wawancara, 14 Desember 2014.
61
BAB. IV
Pembelajaran Fikih
Dengan Menggunakan Bahasa Arab
A. Alasan Dari Pelaksanaan Pembelajaran Fikih Dengan Menggunakan
Bahasa Arab
Seperti telah dijelaskan dalam bab. pertama, bahwa hubungan antara
bahasa Arab dan fikih sangatlah erat. Karena adanya keterkaitan inilah maka
pelaksanakan pembelajaran fikih di MA Al-Irsyad Tengaran dan MA
Tahfizhul Qur‟an As Surkati disampaikan dengan menggunakan bahasa Arab.
Suharlan,Lc63
dan Abdul Qadir,Lc64
mengemukakan, bahwa diantara
beberapa sebab yang melatar belakangi penggunaan bahasa arab dalam
pembelajaran fikih adalah:
1. Referensi asli pelajaran fikih menggunakan bahasa Arab.
Fikih merupakan salah kajian ilmu dari banyak ilmu yang
diajarkan agama islam. Selain fikih, ada pelajaran tauhid, hadits,
musthalah hadits, usul fikh, tafsir, ulumul qur‟an, faraidh dan yang
lainnya. Ilmu-ilmu ini memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam
agama islam. Siapapun yang ingin mendalami ajaran islam, sangat
dianjurkan untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut.
Pada masa Rasulullah masih hidup, para shahabat mempelajari
hukum-hukum islam langsung dari beliau. Mereka bertanya kepada beliau
tentang semua hal yang berkaitan dengan permasalahan agama. Baik
secara langsung atau dengan mengutus seseorang untuk bertanya kepada
beliau. Pada masa ini, istilah fikih belum begitu populer, karena memang
tidak ada kebutuhan untuk itu.
63
Suharlan, Guru mata pelajaran Fikih di MA Al-Irsyad, wawancara, 11 Desember 2014.
64 Abdul Qadir, Guru mata pelajaran Fikih di MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga,
wawancara, 14 Desember 2014.
62
Begitu juga pada masa Shahabat. Para Thabi‟in yang ingin
mengetahui hukum-hukum islam, mereka akan bertanya kepada para
shahabat secara langsung atau dengan mengutus utusan. Para Shahabat
adalah murid dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallama. Sedangkan
para Thabi‟in adalah murid para Sahabat.
Setelah masa ini berlalu, barulah lahir ulama-ulama yang
menyusun materi-materi fikih ke dalam satu buku. Tujuannya adalah
untuk memudahkan masyarakat dalam memahami permasalahan fikih.
Buku-buku tersebut merupakan hasil pemikiran para ulama yang
menyusunnya.
Banyak sekali buku yang telah ditulis. Akan tetapi dari banyak
ulama yang menyusun atau berpendapat dalam permasalahan fikih, hanya
ada empat aliran atau madzhab yang sangat populer, yaitu madzhab
Hanafi, madzhab Maliki, madzhab Syafi‟i dan madzhab Hambali.
Diantara buku-buku yang populer di masing-masing madzhab
tersebut adalah:
a. Madzhab Hanafi:
1) Badai’ Shana’i’
2) Fathul Qadir
3) Hasyiyah Ibnu Abidin
b. Madzhab Maliki:
1) Ad-Dhakhirah
2) Asy-Syarh As-Shaghir
3) Al-Mudawanah Al-Kubra
c. Madzhab Syafi‟i:
1) Al-Umm
2) Mukhtashar Al-Muzanni
3) Al-Muhadzdzab
d. Madzhab Hanbali:
1) Al-Mughni
2) Asy-Syarh Al-Kabir
63
3) Kasysyaaful Qana’
Semua buku-buku fikih yang merupakan buku standart di masing-
masing madzhab, ditulis dengan menggunakan bahasa Arab. Sehingga
bagi siapapun yang ingin menguasai permasalahan fikih, maka dia harus
menguasai bahasa Arab. Tidak mungkin seseorang mampu untuk
menguasai permasalahan fikih dengan baik, kecuali dengan menguasai
bahasa Arab terlebih dahulu.
2. Latihan untuk para siswa agar terbiasa berinteraksi langsung dengan
perkataan para ulama.
Para ulama Islam cenderung menyusun buku-buku mereka dengan
menggunakan bahasa Arab. Mengapa demikian? Karena tidak mungkin
seseorang akan mencapai derajat ulama, kecuali jika dia menguasai bahasa
Arab terlebih dahulu. Para ulama dari kalangan Shahabat, Thabi‟in, Tabi‟
Thabi‟in dan ulama-ulama yang datang setelah mereka, menjadikan bahasa
Arab sebagai bahasa yang mereka gunakan dalam menyampaikan materi-
materi agama. Baik ketika sedang berceramah atau dalam buku-buku yang
mereka tulis.
Tentu ada nilai yang berbeda ketika seseorang membaca atau
mendengar perkataan Imam Syafi‟i yang berbunyi:
ا سىاء" د و يانك انذ د را قهة قىع، فأ "فئرا يا ك
Dengan terjemahan dari perkataan tersebut, yaitu: “Jika engkau memiliki
hati yang qana’ah, maka engkau memiliki kedudukan yang sama dengan
penguasa dunia”.
Ketika seseorang membaca atau mengatakan perkataan Imam
Syafi‟i di atas sesuai dengan teks Arab yang asli, maka orang tersebut akan
merasakan nilai yang mendalam dari ungkapan yang ada. Mengapa
demikian? Karena dia akan mengetahui dan merasakan perkataan Imam
Syafi‟i yang asli, sesuai dengan apa yang telah beliau sampaikan.
Ini berbeda jika dia mendapatkan perkataan tersebut dalam kalimat
terjemahan dalam bahasa yang lain. Ada nuansa yang berbeda. Bukan lagi
64
perkataan asli Imam Syafi‟i yang dia dapatkan. Hanya perkataan yang
diterjemahkan. Belum lagi jika penterjemah yang menterjemahkan kalimat
tersebut ke dalam bahasa lain, tidak mampu untuk memberikan kalimat
terjemahan yang tepat. Sehingga pada akhirnya, nilai yang kita rasakan
tentu akan berbeda.
3. Peningkatan penguasaan bahasa Arab.
Proses pembelajaran Fikih dengan menggunakan bahasa Arab juga
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan bahasa Arab.
Dalam berbahasa, ada empat kemampuan yang harus dikuasai, yaitu:
a. Kemampuan mendengar
b. Kemampuan menulis
c. Kemampuan membaca
d. Kemampuan berbicara
Ketika guru menjelaskan materi fikih dengan bahasa Arab, maka
para murid akan terbiasa untuk mendengarkan kalimat-kalimat bahasa
Arab dan selanjutnya adalah latihan keterampilan untuk memahami
kalimat Arab yang dia dengarkan tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan dan jawaban ujian yang ditulis dengan
menggunakan bahasa Arab, juga merupakan ajang latihan bagi siswa
untuk menulis Arab. Mereka akan terbiasa menulis kalimat dengan
menggunakan bahasa Arab.
Buku-buku referensi dan bahan ajar fikih yang menggunakan
bahasa Arab, akan mendorong para siswa untuk berlatih dalam membaca
dan memahami kalimat-kalimat Arab. Jika hal ini dilakukan secara terus-
menerus, maka kemampuan siswa dalam mentelaah kalimat-kalimat atau
ungkapan-ungkapan dalam bahasa Arab akan meningkat.
Kemampuan membaca yang dimiliki siswa dapat membantu
keterampilan berbicara. Ketika seorang siswa terbiasa membaca
ungkapan-ungkapan dalam bahasa Arab, maka hal itu akan membantunya
dalam berbicara dengan menggunakan bahasa Arab. Apalagi jika siswa
tersebut mampu menghafal ungkapan-ungkapan tersebut.
65
Kemampuan berbicara ini juga dapat ditingkatkan dengan adanya
diskusi dan kewajiban untuk menyampaikan pertanyaan-pertanyaan di
kelas dengan menggunakan bahasa Arab.
4. Melatih keterampilan dalam menguasai kitab-kitab fikih yang
berbahasa Arab.
Penggunaan bahasa Arab dalam pembelajaran fikih juga dapat
membantu siswa untuk membiasakan diri dalam berinteraksi dengan kitab-
kitab fikih berbahasa Arab. Masing-masing kitab fikih yang disusun oleh
para ulama cenderung memiliki ciri khas tersendiri. Baik ciri khas dalam
penyusunan ungkapan atau ciri khas dalam istilah-istilah khusus. Masing-
masing kitab yang disusun tidaklah sama.
Penguasaan yang mendalam terhadap kitab-kitab tersebut tentu
tidak akan bisa didapatkan, kecuali ketika siswa terbiasa mentelaah buku-
buku atau kitab-kitab berbahasa Arab. Semakin mendalam seseorang
memahami sebuah kitab, maka dia akan semakin mampu untuk
mendapatkan ciri atau corak khas kitab tersebut.
5. Melatih keterampilan menyusun kalimat dalam bahasa Arab.
Pembelajaran fikih dengan menggunakan bahasa Arab juga dapat
membantu siswa untuk menyusun kalimat-kalimat dengan bahasa Arab.
Siswa bisa terdorong untuk mengikuti ungkapan-ungkapan Arab yang ada
di buku ajar atau terdorong untuk mengikuti gaya bicara guru fikih di
kelas. Menyusun kalimat merupakan sebuah keterampilan. Tidak semua
orang mampu menyusun kalimat yang bagus.
6. Memudahkan siswa untuk menghafalkan dalil-dalil hukum.
Kemampuan bahasa Arab yang dimiliki siswa juga bisa membantu
siswa untuk menghafalkan dalil-dalil hukum. Dalil-dalil hukum fikih
berasal dari al-Qur‟an dan as-sunnah. Yang mana kedua dalil tersebut
menggunakan bahasa Arab. Seseorang yang mengetahui bahasa Arab,
cenderung lebih mudah untuk menghafalkan al-Qur‟an dan as-sunnah.
Mengapa? Karena dengan mengetahui bahasa Arab, maka dia akan
66
mengetahui makna-makna kalimat yang dia hafal, sehingga apa yang dia
hafalkan akan benar-benar melekat di hati atau pikiran.
Penguasaan bahasa Arab juga mempengaruhi kemampuan
membaca al-Qur‟an yang dimiliki seseorang. Orang yang mengetahui
bahasa Arab akan mengetahui makna kata-kata dalam al-Qur‟an yang dia
baca, sehingga dia mampu untuk melafadzkan kata-kata tersebut dengan
jelas dan fasih.
Akan nampak perbedaan yang mencolok antara orang yang
mengetahui bahasa Arab dan orang yang tidak mengetahui bahasa Arab,
ketika keduanya berbicara atau berpidato yang disertai dengan penyebutan
dalil-dalil, baik dalil dari al-Qur‟anatau dalil dari as-Sunnah. Orang yang
mengetahui bahasa Arab akan melafadzkan dalil-dalil tersebut dengan
jelas, karena dia benar-benar mengetahui makna kalimat yang dia ucapkan.
Dan ini berbeda dengan orang yang belum mengetahui bahasa Arab
dengan baik.
7. Memudahkan siswa dalam melaksanakan ritual keagamaan.
Penguasaan bahasa Arab juga mempengaruhi kualitas ibadah yang
dilakukan seorang siswa, terutama ibadah-ibadah mahdhah seperti shalat,
haji dan lain-lain. Seseorang yang melaksanakan shalat tentu dituntut
untuk melafadzkan bacaan-bacaan dalam bahasa Arab. Begitu juga orang
yang melaksanakan ibadah haji. Dia dituntut untuk melafadzkan beberapa
bacaan dalam bahasa Arab.
Orang yang menguasai bahasa Arab, akan mampu untuk
melafadzkan do‟a-do‟a yang dibaca dengan baik dan benar. Apalagi
bacaan-bacaan yang berkaitan dengan keabsahan ibadah yang dilakukan,
seperti bacaan al-Fatihah. Kualitas bacaan al-Qur‟an dapat mempengaruhi
keabsahan ibadah shalat yang dilakukan. Contohnya adalah orang yang
membaca al-Qur‟an dan melakukan kesalahan yang fatal, seperti ketika
merubah huruf atau kata-kata yang ada dalam surat a-Fatihah.
67
8. Tidak perlu menterjemahkan dalil-dalil atau perkataan para ulama.
Ketika seorang guru menjelaskan materi pelajaran fikih dengan
bahasa Arab, maka guru tersebut tidak perlu menterjemahkan dalil-dalil
atau perkataan ulama yang dia sebutkan. Para siswa langsung bisa
memahami dalil-dalil tersebut dengan baik tanpa perlu diterjemahkan. Hal
ini juga mempengaruhi efisiensi waktu pembelajaran.
9. Persiapan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Proses pembelajaran fikih dengan menggunakan bahasa Arab juga
dapat membantu siswa untuk mempersiapkan diri ke jenjang yang lebih
tinggi, yaitu jenjang universitas. Terutama jika universitas yang dituju
adalah universitas-universitas di Timur Tengah atau universitas di
Indonesia yang berafiliasi dengan universitas yang berasal dari Timur
Tengah. Contohnya adalah seorang siswa yang menginginkan untuk
melanjutkan pendidikan di Timur Tengah, seperti Universitas Al-Azhar di
Mesir, Universitas Islam Madinah di Kerajaan Saudi Arabia atau beberapa
Universitas di Sudan, Libia, Yaman dan lain-lain. Adapun universitas di
Indonesia yang berafiliasi dengan universitas di Timur Tengah adalah
Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta.
68
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pembelajaran Fikih
Dengan Menggunakan Bahasa Arab.
Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran
fikih dengan menggunakan bahasa Arab adalah:
1. Latar belakang pendidikan guru mata pelajaran fikih.
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, dapat diketahui
bahwa rata-rata guru pengajar mata pelajaran fikih yang menggunakan
bahasa Arab dalam proses kegiatan mengajar adalah para guru lulusan
Universitas di Timur Tengah atau Universitas di Indonesia yang berafiliasi
dengan Universitas di Timur Tengah.
Contohnya adalah guru mata pelajaran fikih di MA Al-Irsyad
Tengaran. Guru yang bernama Suharlan,Lc adalah lulusan dari Lembaga
Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta, sebuah lembaga
pendidikan yang merupakan cabang dari Universitas Imam bin
Muhammad Su‟ud di Riyadh Saudi Arabia. Beliau menempuh pendidikan
S1 jurusan Syari‟ah di lembaga tersebut selama 4 tahun. Kegiatan belajar
mengajar di lembaga tersebut dilakukan dengan menggunakan bahasa
Arab, mengingat hampir 95% dosen pengajar berasal dari Timur Tengah.
Sebagian besar berasal dari Kerajaan Saudi Arabia, ada pula yang berasal
dari Sudan, Mesir dan Yaman. Hanya sekitar 5% dosen yang berasal dari
Indonesia. Dosen-dosen yang berasal dari Indonesia tersebut juga memiliki
kewajiban untuk menyampaikan materi kuliah di kelas dengan
menggunakan bahasa Arab.65
Begitu juga dengan guru mata pelajaran fikih di MA Tahfidzul
Qur‟an As-Surkati Salatiga, yaitu Abdul Qadir,Lc. Beliau adalah lulusan
dari Universitas Internasional Sudan Of Africa. Beliau menempuh
pendidikan di Universitas tersebut selama 5,5 tahun. Semua dosen yang
mengajar di universitas tersebut menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa
pengantar perkuliahan, sehingga secara langsung atau tidak langsung, ini
65
Suharlan, Guru mata pelajaran Fikih di MA Al-Irsyad, wawancara, 11 Desember 2014.
69
akan mempengaruhi kemampuan berbahasa Arab para mahasiswa. Dengan
mendengar bahasa Arab dalam proses perkuliahan, kemampuan istima’
(mendengar) para mahasiswa akan meningkat. Begitu juga dengan
kemampuan memahami bahasa yang disampaikan. Ini belum ditambah
dengan adanya diskusi di kelas, yang tentu akan melatih kemampuan
berbicara. Begitu juga dengan kewajiban mengisi jawaban pertanyaan-
pertanyaan dalam ujian dengan menggunakan bahasa Arab.
Kemampuan bahasa Arab juga akan semakin meningkat karena
interaksi sehari-hari dengan masyarakat lokal. Dalam kehidupan sehari-
hari, masyarakat Sudan menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa
komunikasi, meskipun bahasa yang digunakan sangat kental dengan lahjah
(dialek) lokal. Akan tetapi, dalam perkuliahan di kelas, bahasa yang
digunakan adalah bahasa Arab fushah, sesuai dengan kaidah-kaidah
bahasa Arab yang ada.66
2. Kemampuan berbahasa Arab yang dimiliki oleh guru mata pelajaran
fikih.
Faktor lain yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran fikih
dengan menggunakan bahasa Arab adalah kemampuan berbahasa Arab
yang dimiliki oleh guru mata pelajaran fikih. Kemampuan ini mencakup
empat kemampuan berbahasa yaitu kemampuan mendengar, membaca,
menulis dan berbicara.
Ketika seorang guru melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas,
guru tersebut dituntut untuk berbicara pada saat menjelaskan materi yang
diajarkan. Berbicara (ceramah) adalah metode yang paling banyak
digunakan para guru pada saat melaksanakan proses kegiatan belajar
mengajar di kelas. Sehingga jika seorang guru ingin melaksanakan
kegiatan belajar mengajar dengan bahasa Arab, maka dia harus memiliki
kemampuan berbicara dengan bahasa Arab.
66 Abdul Qadir, Guru mata pelajaran Fikih di MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga,
wawancara, 14 Desember 2014.
70
Seorang guru terkadang harus menulis di papan tulis untuk
menjelaskan materi yang dia sampaikan, yang mana hal ini juga
membutuhkan kemampuan menulis dengan bahasa Arab. Begitu juga
dengan kemampuan membaca dan mendengar yang dia miliki.
3. Kemampuan berbahasa Arab yang dimiliki para siswa.
Tujuan utama dari kegiatan belajar mengajar adalah memberikan
pemahaman kepada para siswa tentang materi pelajaran yang diberikan.
Seorang guru dikatakan sukses jika berhasil memberikan pemahaman yang
baik kepada siswa-siswanya. Begitu juga sebaliknya, seorang guru
dikatakan tidak sukses jika tidak mampu memberikan pemahaman yang
baik kepada para siswa-siswanya.
Proses pembelajaran fikih di kelas tidak akan bisa berjalan dengan
baik, kecuali jika para siswa mampu memahami bahasa yang digunakan
oleh para guru pengajar. Bahasa yang digunakan oleh guru sangat
mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Dengan bahasa itulah
guru bisa menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Jika ada seorang
guru yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar dalam
proses kegiatan belajar mengajar, maka harus dipastikan terlebih dahulu
bahwa para siswa bisa berkomunikasi dengan bahasa Arab. Minimalnya
siswa memiliki kemampuan mendengar bahasa Arab dengan baik. Proses
kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik, jika para siswa
tidak memahami bahasa yang digunakan oleh guru.
Kemampuan berbahasa Arab yang dimaksudkan disini adalah
kemampuan standart berbahasa sehari-hari dengan kata-kata atau kalimat
yang sederhana. Kemampuan yang cukup digunakan untuk
berkomunikasi. Adapun kata-kata atau kalimat yang sulit, maka bisa
dijelaskan oleh guru pada saat proses kegiatan belajar mengajar.
4. Peraturan sekolah.
Peraturan sekolah merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran fikih dengan
menggunakan bahasa Arab. Ketika peraturan ini sudah diterapkan oleh
71
sekolah, maka semua elemen yang terlibat dalam proses kegiatan belajar
mengajar akan terikat dengan peraturan yang ada.
Guru akan terikat dengan peraturan ini, sehingga dia akan berusaha
untuk menjalankan peraturan yang dijalankan sekolah. Para siswa juga
akan terdorong untuk menguasai bahasa Arab dengan cepat, karena jika
tidak menguasai bahasa Arab, sedangkan para guru menjadikan bahasa
Arab sebagai bahasa komunikasi di sekolah, maka siswa-siswa tersebut
tidak akan mampu untuk memahami pelajaran yang disampaikan di kelas.
Terkadang ada guru-guru fikih yang sudah menguasai bahasa Arab,
akan tetapi dia tidak terdorong untuk menjadikannya sebagai bahasa
pengantar di sekolah, karena tidak ada peraturan yang membatasi.
Peraturan ini bisa berlaku secara utuh. Artinya, guru dituntut untuk
mengajar dengan menggunakan bahasa Arab 100%. Tidak ada kata-kata
selain bahasa Arab yang digunakan. Jika guru ingin menjelaskan makna
kata yang sulit, dia bisa menggunakan sinonim kata atau dengan
memberikan contoh isyarat gerakan, gambar dan barang.
Peraturan juga bisa diterapkan dengan persentase. Artinya, guru
berkewajiban menyampaikan pelajaran dengan bahasa Arab, akan tetapi
dalam batasan tertentu, guru diperbolehkan menggunakan bahasa selain
bahasa Arab. Bisa dengan bahasa inggris, bahasa Indonesia atau bahasa
yang lain. Pembatasan ini bisa dilakukan dengan persentase 80% atau
batas yang lain. 80% bahasa pengantar yang digunakan guru adalah bahasa
Arab.67
67 Suharlan, Guru mata pelajaran Fikih di MA Al-Irsyad, wawancara, 11 Desember
2014.
72
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Intuitif Guru Dalam
Penggunaan Bahasa Arab di Pelajaran Fikih
1. Kemampuan berbahasa Arab yang dimiliki oleh guru mata pelajaran
fikih.
Di antara faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran intuitif guru
dalam penggunaan bahasa Arab di pelajaran fikih adalah kemampuan
berbahasa Arab yang dimiliki oleh guru mata pelajaran fikih. Ketika
seorang guru mampu berbahasa Arab dengan baik, maka dia cenderung
ingin mengekspresikan kemampuan yang dia miliki dalam proses belajar
mengajar.
2. Rasa malu yang dimiliki guru, ketika tidak menggunakan bahasa
Arab dalam proses pembelajaran.
Ini dimiliki oleh para guru yang sudah memiliki kemampuan
bahasa Arab yang baik dan terikat dengan peraturan resmi yang berlaku di
sekolah. Dia akan merasa malu jika tidak menggunakan bahasa Arab
sebagai bahasa pengantar di kelas. Bagi guru tersebut, praktek penggunaan
bahasa bukan lagi hanya sebagai sebuah peraturan, akan tetapi sudah
menjadi sesuatu yang benar-benar mengikatnya. Dia tidak memerlukan
pengawasan dalam hal ini. Rasa malu yang dia miliki mendorongnya
untuk mengikuti peraturan yang dilaksanakan di sekolah. Dia akan sangat
malu jika tidak berjalan sesuai dengan peraturan yang ada.
3. Kesadaran untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Arab yang
dimiliki guru.
Proses kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan bahasa
Arab juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan
berbahasa yang dimiliki oleh seorang guru. Tidak semua orang memiliki
kemampuan berbahasa yang sama. Bisa jadi ada 2 (dua) orang memiliki
maksud sama, akan tetapi nilai atau makna yang mereka berdua sampaikan
berbeda, jika ungkapan yang disampaikan berbeda.
Begitu juga dengan kemampuan bahasa Arab. Ini juga merupakan
sebuah keterampilan. Keterampilan ini akan meningkat jika dilatih dengan
73
serius. Salah satu cara melatih kemampuan bahasa Arab adalah dengan
menggunakannya secara terus-menerus dalam kehidupan sehari-hari.
Termasuk di dalamnya adalah dengan menggunakan bahasa Arab dalam
proses kegiatan belajar mengajar di kelas.
4. Kesadaran untuk membantu mengembangkan kemampuan bahasa
Arab yang dimiliki siswa.
Faktor lain yang mempengaruhi kesadaran intuitif guru dalam
menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar pelajaran fikih
adalah usaha guru untuk meningkatkan kualitas bahasa Arab yang dimiliki
para siswa. Guru merasa berkepentingan untuk mengembangkan bahasa
Arab para siswa. Guru benar-benar sadar bahwa bahasa Arab yang
dikuasai siswa akan meningkat jika bahasa tersebut digunakan.
Pengembangan bahasa Arab yang dimiliki siswa ini bertingkat-
tingkat. Ada yang sudah cukup pandai berbahasa Arab, sehingga dia hanya
membutuhkan tambahan kosa kata (mufradat) saja. Ada yang sedang-
sedang saja, sehingga dia membutuhkan banyak latihan mengungkapkan
kalimat dalam bahasa Arab. Ada juga yang penguasaan bahasa Arabnya
masih minim, sehingga dia membutuhkan perhatian penuh dalam
peningkatan kemampuan mendengar, membaca, menulis dan berbicara.
Disini peran guru sangatlah penting. Sebagai contoh, siswa yang
tidak bisa menguasai bahasa Arab sama sekali, maka siswa tersebut bisa
mulai dikenalkan dengan istilah-istilah dalam bahasa Arab, seperti fikih
(fikih), tayamum, istinja‟ dan yang lainnya. Siswa bisa diminta untuk
mendengarkan dan menirukan kata-kata tersebut. Dengan begitu dia akan
terbiasa untuk mengucapkan kata-kata Arab. Adapun siswa yang memiliki
kemampuan sedaang-sedang saja, maka guru bisa memacunya untuk
banyak berbicara dan mengungkapkan ide yang dia miliki dengan
menggunakan bahasa Arab. Adapun siswa yang kemampuan bahasa
Arabnya sudah cukup bagus, maka kemampuan itu bisa dikembangkan
dengan memberikan kosa kata (mufradat) yang sulit, sehingga
perbendaharaan kosa kata yang dia miliki akan bertambah.
74
5. Kemampuan guru dalam menghafal ayat-ayat dan hadits-hadits
hukum.
Kemampuan guru dalam menghafal ayat-ayat dan hadits-hadits
hukum juga mempengaruhi kesadaran intuitif guru. Guru yang memiliki
hafalan ayat-ayat dan hadits-hadits hukum cenderung lebih mudah
berbicara dengan bahasa Arab, mengingat dalil-dalil tersebut
menggunakan bahasa Arab. Selain itu, hafalan dalil-dalil juga dapat
membantu kelancaran berbicara dengan bahasa Arab.
6. Kemampuan guru untuk mentelaah kitab-kitab referensi fikih.
Faktor lain yang juga berpengaruh adalah kemampuan guru dalam
mentelaah kitab-kitab referensi (maraji’). Guru yang memiliki
kemampuan dalam mentelaah kitab berbahasa Arab, cenderung lebih
mudah berbicara dengan bahasa Arab. Terkadang guru tersebut akan
menggunakan ungkapan-ungkapan yang ada dalam kitab sehingga kalimat
yang dia sampaikan sangat indah dan bagus. Bahkan seorang guru bisa
menghafal kalimat-kalimat yang ada dalam kitab secara utuh dan
kemudian dia tinggal mengungkapkan kalimat-kalimat tersebut
berdasarkan hafalan yang dia miliki.
75
D. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Proses Pembelajaran Fikih
Dengan Menggunakan Bahasa Arab
1. Beberapa istilah fikih yang cukup sulit difahami.
Terkadang ada kata-kata dalam bahasa Arab yang cukup sulit
untuk difahami oleh siswa. Kata-kata yang sulit untuk dicari sinonim atau
muradifnya. Akan tetapi kata-kata ini ada dalam buku ajar yang
digunakan. Contohnya adalah kata ar-rahn, as-salam dan kata-kata
lainnya. Ketika penulis menyaksikan proses kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan oleh Suharlan,Lc di kelas 11 MA Al-Irsyad Tengaran,
nampak sekali jika para siswa kesulitan sekali untuk memahami makna
kata ar-rahn. Setelah guru begitu lama menjelaskan makna istilah tersebut,
baru kemudian guru terpaksa menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
ar-rahn adalah gadai.
Hal seperti ini menyebabkan proses kegiatan belajar mengajar fikih
dengan bahasa Arab menjadi terkendala. Guru terpaksa mengartikan
makna kata yang sedang dikaji dengan cara menterjemahkan, dikarenakan
sulitnya mendefinisikan atau menjelaskan makna kata yang dimaksud.
2. Kecenderungan sifat pasif dari para siswa penghafal al-qur’an.
Hal lain yang bisa menjadi kendala adalah kecenderungan pasif
dari para siswa penghafal al-Qur‟an. Abdul Qadir menyatakan bahwa para
siswa penghafal al-Qur‟an memiliki kecenderungan untuk menjadi pribadi
yang pendiam dan tidak banyak berbicara.68
Ini sangat dipengaruhi oleh
rutinitas menghafal yang memerlukan konsentrasi tinggi. Para penghafal
al-Qur‟an lebih suka tidak berbicara banyak karena mereka sibuk dengan
murajaah hafalan yang mereka miliki.
Hal ini tentu tidak sejalan dengan metode pembelajaran bahasa
yang memerlukan keaktifan penuh dari para siswa, diantaranya adalah
keaktifan dalam berbicara. Padahal jika hafalan al-Qur‟an bisa berjalan
berbarengan dengan keinginan kuat untuk menguasai bahasa Arab, maka
68 Abdul Qadir, Guru mata pelajaran Fikih di MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga,
wawancara, 14 Desember 2014.
76
itu adalah sesuatu yang sangat bermanfaat. Siswa bisa terbantu untuk
menghafal al-qur‟an, mengingat al-Qur‟anditurunkan dengan bahasa Arab.
Begitu juga siswa dapat dapat menggunakan uslub kalam (metode
pengungkapan kalimat) yang ada dalam al-qur‟an.
3. Siswa yang kurang bersemangat untuk menggunakan berbahasa
Arab.
Faktor ketiga ini berkaitan erat dengan kesadaran yang dimiliki
oleh para siswa. Siswa masih belum faham dengan manfaat bahasa Arab.
Para siswa belum menyadari bahwa bahasa Arab memiliki hubungan yang
sangat erat dengan pelajaran fikih.
77
BAB. V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi yang penulis uraikan pada bab sebelumnya dan
pengamatan yang dilakukan di MA Al-Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul
Qur‟an As-Surkati, maka dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya:
1. Pelaksanaan pembelajaran fikih dengan menggunakan bahasa Arab di
MA Al-Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga
berjalan dengan baik. Guru mapel fikih menggunakan bahasa Arab sebagai
bahasa pengantar di kelas, meskipun hal ini belum berjalan 100%. Dalam
beberapa kondisi tertentu, guru tidak menjelaskan materi pelajaran dengan
menggunakan bahasa Arab, tetapi dengan menggunakan bahasa Indonesia,
dikarenakan para siswa kesulitan dalam memahami makna kata yang
dimaksud. Pelaksanaan pembelajaran fikih dengan menggunakan bahasa
Arab di MA Al-Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati
Salatiga sangat dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa Arab yang
dimiliki oleh guru, kemampuan berbahasa Arab yang dimiliki oleh siswa
dan kebijakan keharusan menggunakan bahasa Arab yang diterapkan oleh
sekolah.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran intuitif Guru dalam
penggunaan bahasa Arab di pelajaran ikih adalah: kemampuan berbahasa
Arab yang dimiliki oleh guru mata pelajaran fikih dan rasa malu yang
dimiliki guru ketika tidak menggunakan bahasa Arab dalam proses
pembelajaran. Selain itu kesadaran untuk meningkatkan kemampuan
berbahasa Arab yang dimiliki guru, kesadaran untuk membantu
mengembangkan kemampuan bahasa Arab yang dimiliki siswa,
kemampuan guru dalam menghafal ayat-ayat dan hadits-hadits hukum,
serta kemampuan guru untuk mentelaah kitab-kitab referensi fikih juga
merupakan bagian dari faktor-faktor yang sangat berpengaruh.
78
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di MA Al-Irsyad Tengaran
dan MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga, maka penulis memberikan
saran yang mungkin dapat meningkatkan mutu dan kualitas pelaksanaan
kegiatan pembelajaran fikih dengan menggunakan bahasa Arab:
1. Perlu adanya dukungan penuh dari sekolah, terutama kepala sekolah dan
wakil kepala sekolah bidang kurikulum, dalam pelaksanaan pembelajaran
fikih dengan menggunakan bahasa Arab.
2. Di setiap kelas perlu disediakan kamus bahasa Arab seperti Mu’jam
Wasith atau Al-Munjid. Atau minimalnya disediakan kamus Arab-
Indonesia seperti kamus Al-Munawir atau kamus M. Yunus. Adanya
kamus di kelas ini akan membantu para guru untuk mengetahui makna
kata sulit yang didapati pada saat proses kegiatan belajar mengajar.
3. Sebaiknya guru menyiapkan alat peraga dalam bentuk gambar atau barang
untuk menjelaskan makna kata-kata sulit yang didapati dalam proses
kegiatan belajar mengajar. Hal ini tentu memancing guru untuk benar-
benar menguasai materi atau bahan ajar yang akan disampaikan di kelas.
4. Perlu adanya pemberian motivasi terus-menerus dari guru kepada siswa
tentang pentingnya bahasa Arab bagi siapa saja yang ingin mendalami
ilmu syariat. Memberikan pemahaman kepada siswa bahwa ada hubungan
yang sangat kuat antara pelajaran fikih dengan bahasa Arab.
79
Daftar Pustaka
Buku:
Abdullah Hamud Aba Khail, Sulaiman. Muqaddimah Fii Al-Fikih. Riyadh: Darul
Ashimah, 1997.
Ahmadi, Abu. Psikologi Umum, Jakarta, Rineka Cipta, 2003.
Al-Anbari, Abdurrahman. Nuzhatul Alibba’ fi Thobaqootil Udaba’. Al-Qahirah:
Darul Fikri Al- Arabi, 1998.
Al-Baihaqi. Manaaqibusy Syafi’i. Al- Qahirah: Daru At-Turats,1970.
Al-Baghdadi, Al-Khathib. Al-Jaami’ li Akhlaaqir Rowi wa Adaabis Saami’.
Beirut, tanpa tahun.
Al-Busti, Ibnu Hibban. Roudhatul Uqala’. As-Syariqah: Darul Fath, tanpa tahun.
Al-Hanbali, Ibnu Rajab. Fathul Baari Fii Syarhi Shahih Al-Bukhari. Kairo: Daru
Ibni Al- Jauzi, 1425 H.
Alimi, Ahmad. Ushulu al-fikih asasiyatun wa mabadi’. Beirut: Daru Ibni Hazm,
2001.
Al-Jazari, Ibnu Al-Atsir. Jaami’ul Ushul fii Ahaaditsir Rasul. Maktabah Darul
Bayan, 1969.
Al-Qatthan, Manna‟. Mabahits fii Ulumil Qur’an. Beirut: Muassasah Ar-Risalah,
2009.
Arsyad, Azhar. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010.
At-Thahhan, Mahmud. Taisir Musthalah Hadits. Riyadh: Maktabah Darul
Ma‟arif, 1987.
Djojosuroto, Kinayati. Filsafat Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher,
2007.
Hermawan, Acep. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung:
Rosdakarya, 2011.
Ismail bin Katsir Al-Qurasyi Ad-Dimasyqi, Abul Fida‟. Tafsir al-Qur’an al-
Adhim. Beirut: Muassasah Ar-Rayyan, tanpa tahun.
J.P Chaplin. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.
Ladislaus, Naisaban. Psikologi Jung. Jakarta: Grasindo, 2003.
Masnur Muslich, I Gusti Ngurah Oka. Perencanaan Bahasa Pada Era
Globalisasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Nuha, Ulin. Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab. Jogyakarta:
Diva Press, 2012.
80
Quddamah, Ibnu. Raudhatun Nadhir wa Junnatul Munadhir. Riyadh: Daru
Zahim, tanpa tahun.
Suharso, Ana Retnoningsih. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Widya
Karya, 2009.
Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Muhyidin Abu Zakariya. Syarah Shahih Muslim,
Beirut: Darul Qalam,1987.
Penelitian:
Hasanah, Ma‟rufatul. Penggunaan Bilingual dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di Kelas X SMAN 1 Sooko, Mojokerto: 2004
Hindun, Siti. Pengaruh Profesionalisme Guru Terhadap Hasil Belajar Siswa
(Studi Kasus Kelas V di Al-Fath Elementary School Cireundeu), Jakarta: Fakultas
Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2007.
Rosmalia. Kesadaran Intuitif Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap
Penggunaan Media Pembelajaran (Studi Kasus Di Empat Sekolah Menengah
Pertama Jakarta Selatan). Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2003.
Santi, Paramitha. Efektifitas Penggunaan Media Gambar Dalam Pembelajaran
Fikih di MTs.N 19. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2001.
Internet: http://adidesu.wordpress.com/2012/03/02/definisi-bahasa-menurut-para-ahli
(27/01/2014)
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa (15/12/2013)
http://innerself.com/id/content/self-help/intuition/6031-awareness-a-
intuition.html/1999 (28/01/2014)
http://lib.uin-malang.ac.id (28/03/14)
http://rininoviati-math.blogspot.com/2013/01/artikel-pendidikan.html(28/01/2014)
http://tugasmanajemen.blogspot.com/2011/03/pengertian-bahasa-fungsi-bahasa-
ragam.html (28/01/2014)
http://www.academia.edu/1422547/penggunaan media pembelajaram untuk
meningkatkan motivasi siswa (03/01/2014)
http://www.tipsmu-tipsku.com/2012/01/manfaat-dan-cara-mengembangkan-
intuisi (28/01/2014)
81
Lampiran 1: Pedoman Wawancara
Daftar Responden
No. Nama Keterangan
1 M. Syi‟aruddin, Lc Kepala MA Al-Irsyad Tengaran
2 Abda Lail Isro, S.Pd Kepala MA As-Surkati Salatiga
3 Suharlan, Lc Guru Mapel Fikih MA Al-Irsyad Tengaran
4 Abdul Qadir, Lc Guru Mapel Fikih MA As-Surkati Salatiga
Indikator Pertanyaan
No. Indikator Pertanyaan
1 Latar belakang
pendidikan bahasa arab
a. Dimanakah bapak/ibu memperoleh
pendidikan bahasa arab?
b. Apakah bapak atau ibu merasa memiliki 4
kemampuan berbahasa dengan baik?
(Berbicara, mendengar, menulis, membaca)
2 Motivasi dalam
menggunakan bahasa
arab di KBM pelajaran
fikih
a. Apakah alasan bapak/ ibu menggunakan
bahasa arab dalam KBM pelajaran fikih?
b. Apakah bahasa arab merupakan bahasa
pengantar yang wajib di sekolah tempat
bapak/ibu mengajar?
c. Apakah bapak/ ibu merasa nyaman dan
lebih mudah menggunakan bahasa arab
sebagai bahasa pengantar dalam pelajaran
fikih? Mengapa?
d. Apakah bapak/ ibu merasa malu jika tidak
dapat menjelaskan materi fikih dengan
menggunakan bahsa arab? Mengapa?
3 Habituasi penggunaan a. Apakah bapak/ ibu menggunakan bahasa
82
bahasa arab arab dalam proses KBM mata pelajaran fikih?
b. Penggunaan bahasa arab tersebut. Apakah
merupakan sebuah kesadaran ataukah sebuah
tuntutan dari bagian kurikulum?
4 Manfaat penggunaan
bahasa arab di pelajaran
fikih
a. Menurut bapak/ ibu, apakah manfaat dari
penggunaan bahasa arab dalam KBM
pelajaran fikih?
b. Menurut bapak/ ibu, apakah manfaat dari
penggunaan bahasa arab dalam KBM fikih
bisa didapatkan jika bahasa pengantar yang
digunakan adalah bahasa indonesia?
5 Faktor kesulitan a. Apakah bapak/ ibu merasa kesulitan dalam
menyampaikan pelajaran fikih dengan
menggunakan bahasa arab?
b. Apakah kesulitan- kesulitan yang bapak/
ibu dapatkan?
6 Faktor kemudahan a. Apakah bapak/ ibu merasa mudah dalam
menyampaikan pelajaran fikih dengan
menggunakan bahasa arab?
b. Apakah kemudahan- kemudahan yang
bapak/ ibu dapatkan?
7 Efektifitas penggunaan
bahasa arab dalam
pelajaran fikih
a. Menurut bapak/ ibu, apakah penggunaan
bahasa arab sebagai bahasa pengantar di
pelajaran fikih sudah cukup efektif? Dalam
hal apa saja?
b. Menurut bapak/ibu, apakah penggunaan
bahasa arab dalam pelajaran fikih itu harus
dilakukan 100%? Jika tidak, hal- hal apa saja
yang harus dilakukan pembatasan (dengan
bahasa indonesia)? Mengapa?
83
Daftar Pertanyaan:
A. Pertanyaan untuk Kepala Madrasah :
1. Apakah keunikan-keunikan dan corak Madrasah yang tidak dimiliki
sekolah lain?
2. Apakah penggunaan bahasa arab di kelas bagi guru merupakan sebuah
kesadaran ataukah sebuah tuntutan dari bagian kurikulum?
3. Menurut bapak/ibu, apakah manfaat dari penggunaan bahasa arab dalam
KBM pelajaran fikih?
4. Apakah bahasa arab merupakan bahasa pengantar yang wajib di sekolah
bapak/ibu?
5. Menurut bapak/ibu, apakah penggunaan bahasa Arab dalam pelajaran fikih
itu harus dilakukan 100%? Jika tidak, hal- hal apa saja yang harus
dilakukan pembatasan (dengan bahasa indonesia)? Mengapa?
B. Pertanyaan untuk guru :
1. Dimanakah bapak/ibu memperoleh pendidikan bahasa Arab?
2. Apakah bapak atau ibu merasa memiliki 4 kemampuan berbahasa dengan
baik? (berbicara, mendengar, menulis, membaca)
3. Apakah bahasa Arab merupakan bahasa pengantar yang wajib di sekolah
tempat bapak/ibu mengajar?
4. Apakah bapak/ ibu menggunakan bahasa Arab dalam proses KBM mata
pelajaran fikih?
5. Apakah alasan bapak/ ibu menggunakan bahasa Arab dalam KBM
pelajaran fikih?
6. Apakah bapak/ ibu merasa nyaman dan lebih mudah menggunakan bahasa
Arab sebagai bahasa pengantar dalam pelajaran fikih? Mengapa?
7. Apakah bapak/ ibu merasa malu jika tidak dapat menjelaskan materi fikih
dengan menggunakan bahasa Arab? Mengapa?
8. Penggunaan bahasa Arab tersebut. Apakah merupakan sebuah kesadaran
ataukah sebuah tuntutan dari bagian kurikulum?
84
9. Menurut bapak/ ibu, apakah manfaat dari penggunaan bahasa Arab dalam
KBM pelajaran fikih?
10. Menurut bapak/ ibu, apakah manfaat dari penggunaan bahasa Arab dalam
KBM fikih bisa didapatkan jika bahasa pengantar yang digunakan adalah
bahasa indonesia?
11. Apakah bapak/ ibu merasa kesulitan dalam menyampaikan pelajaran fikih
dengan menggunakan bahasa Arab?
12. Apakah kesulitan- kesulitan yang bapak/ ibu dapatkan?
13. Apakah bapak/ ibu merasa mudah dalam menyampaikan pelajaran fikih
dengan menggunakan bahasa Arab?
14. Apakah kemudahan- kemudahan yang bapak/ ibu dapatkan?
15. Menurut bapak/ ibu, apakah penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa
pengantar di pelajaran fikih sudah cukup efektif? Dalam hal apa saja?
16. Menurut bapak/ibu, apakah penggunaan bahasa Arab dalam pelajaran fikih
itu harus dilakukan 100%? Jika tidak, hal- hal apa saja yang harus
dilakukan pembatasan (dengan bahasa indonesia)? Mengapa?
85
Lampiran 2:
Pedoman Dokumentasi
1. Sejarah dan Letak Geografis MA Al-Irsyad Tengaran
2. Identitas Madrasah
3. Visi Dan Misi
4. Struktur Organisasi
5. Target Kompetensi Lulusan
6. Prestasi Yang Pernah Diraih
86
Lampiran 3:
Pedoman Observasi
1. Mengamati kegiatan belajar mengajar fikih di kelas
87
Lampiran 4:
Catatan Lapangan I
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari/ tanggal : Kamis, 11 Desember 2014
Waktu : 13.00-14.15 WIB
Lokasi : RM Mina Kencana Kembang Sari Tengaran
Sumber Data : Suharlan, Lc
No. Pertanyaan Jawaban
1 Dimanakah bapak/ibu
memperoleh pendidikan bahasa
Arab?
MTS Al-Irsyad Tengaran, MA Al-
Irsyad, LIPIA Jakarta
2 Apakah bapak atau ibu merasa
memiliki 4 kemampuan berbahasa
dengan baik? (Berbicara,
mendengar, menulis, membaca)
Bisa
3 Apakah bahasa Arab merupakan
bahasa pengantar yang wajib di
sekolah tempat bapak/ibu
mengajar?
Benar. Khususnya untuk pelajaran-
pelajaran agama seperti fikih, usul
fikih, hadits dan yang lainnya
4 Apakah bapak/ ibu menggunakan
bahasa Arab dalam proses KBM
mata pelajaran fikih?
Benar
5 Apakah alasan bapak/ ibu
menggunakan bahasa Arab dalam
KBM pelajaran fikih?
Buku-buku fikih yang berbahasa
Arab, adanya kewajiban dari bagian
kurikulum, pembiasaan kepada siswa
agar memahami agama dari bahasa
aslinya (Arab), tidak perlu
menterjemahkan
88
6 Apakah bapak/ ibu merasa
nyaman dan lebih mudah
menggunakan bahasa Arab
sebagai bahasa pengantar dalam
pelajaran fikih? Mengapa?
Lebih mudah dan nyaman, karena
dalil-dalil fikih bersumber dari Al-
Qur‟andan As-Sunnah yang
menggunakan bahasa Arab. Selain itu
tidak perlu menjelaskan dalil-dalil ke
bahasa Indonesia
7 Apakah bapak/ ibu merasa malu
jika tidak dapat menjelaskan
materi fikih dengan menggunakan
bahsa Arab? Mengapa?
Merasa malu, karena lulusan
pesantren (selama 6 tahun) dan bisa
berbahasa Arab. Kenapa tidak
digunakan?
8 Penggunaan bahasa Arab tersebut,
apakah merupakan sebuah
kesadaran ataukah sebuah
tuntutan dari bagian kurikulum?
Kedua-duanya. Kewajiban dari
sekolah dan juga kesadaran para guru,
mengingat seluruh guru maple agama
adalah lulusan Timur Tengah
(Madinah, Sudan, Mesir dan LIPIA
Jakarta)
9 Menurut bapak/ ibu, apakah
manfaat dari penggunaan bahasa
Arab dalam KBM pelajaran fikih?
Pembiasaan untuk siswa sehingga bisa
menggunakan bahasa Arab dalam sesi
tanya jawab, diskusi dan lain-lain,
lebih mudah dalam memahami materi
fikih mengingat sumber materi
pelajaran menggunakan bahasa Arab,
menghemat waktu yang seharusnya
digunakan untuk menterjemahkan
dalil-dalil, membiasakan diri siswa
untuk menghadapi jenjang belajar
yang lebih tinggi (kuliah di Timur
Tengah), kemampuan guru akan
menular ke siswa.
89
10 Menurut bapak/ ibu, apakah
manfaat dari penggunaan bahasa
Arab dalam KBM fikih bisa
didapatkan jika bahasa pengantar
yang digunakan adalah bahasa
indonesia?
Tidak bisa
11 Apakah bapak/ ibu merasa
kesulitan dalam menyampaikan
pelajaran fikih dengan
menggunakan bahasa Arab?
Ada, akan tetapi tidak banyak,
meskipun sebagian materi
memerlukan pendalaman khusus dari
kitab atau buku-buku asli di setiap
madzhab
12 Apakah kesulitan- kesulitan yang
bapak/ ibu dapatkan?
Kata-kata sulit (harus merujuk ke
kitab asli), kata-kata atau istilah baru
yang tidak ada dalam kitab-kitab
kuno, kendala dalam memahamkan
makna kata sulit tersebut kepada
siswa
13 Apakah bapak/ ibu merasa mudah
dalam menyampaikan pelajaran
fikih dengan menggunakan bahasa
Arab?
Mudah Alhamdulillah. Minimal 80%
pelajaran fikih harus disampaikan
dalam bahasa Arab, mengingat hak
setiap siswa untuk memahami buku
ajar (yang menggunakan bahasa Arab)
14 Apakah kemudahan- kemudahan
yang bapak/ ibu dapatkan?
Hafalan ayat-ayat hukum, hafalan
hadits-hadits hukum, banyaknya
referensi kitab fikih
15 Menurut bapak/ ibu, apakah
penggunaan bahasa Arab sebagai
bahasa pengantar di pelajaran
fikih sudah cukup efektif? Dalam
Cukup efektif. Pada saat siswa
berpidato dia akan mudah
menyebutkan dalil-dalil, siswa lebih
mudah menjelaskan hukum-hukum
90
hal apa saja? fikih, karena siswa mampu merujuk
ke dalil-dalil atau kitab-kitab
referensi, memudahkan dalam
melaksanakan beberapa ritual ibadah
(shalat dan lain-lain), menghemat
waktu
16 Menurut bapak/ibu, apakah
penggunaan bahasa Arab dalam
pelajaran fikih itu harus dilakukan
100%? Jika tidak, hal- hal apa saja
yang harus dilakukan pembatasan
(dengan bahasa indonesia)?
Mengapa?
Idealnya iya. Akan tetapi jika tidak
bisa, minimalnya 80%. Kata-kata sulit
dalam bahasa Arab harus
diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia secara langsung
91
Catatan Lapangan II
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari/ tanggal : Ahad, 14 Desember 2014
Waktu : 07.05- 07.40 WIB
Sumber Data : Abdul Qadir, Lc
No. Pertanyaan Jawaban
1 Dimanakah bapak/ibu
memperoleh pendidikan bahasa
Arab?
MI di Bima, MTS Muhammadiyah di
Bima, Mualimin Muhammadiyah
Jogya, Ma‟had Ali Al-Birr Makasar,
Universitas Internasional Sudan Of
Africa
2 Apakah bapak atau ibu merasa
memiliki 4 kemampuan berbahasa
dengan baik? (Berbicara,
mendengar, menulis, membaca)
Alhamdulillah baik
3 Apakah bahasa Arab merupakan
bahasa pengantar yang wajib di
sekolah tempat bapak/ibu
mengajar?
Tidak, hanya dianjurkan
4 Apakah bapak/ ibu menggunakan
bahasa Arab dalam proses KBM
mata pelajaran fikih?
Sering
5 Apakah alasan bapak/ ibu
menggunakan bahasa Arab dalam
KBM pelajaran fikih?
Referensi asli (Al-Qur‟andan As-
Sunnah) menggunakan bahasa Arab,
agar siswa bisa langsung faham dan
mengetahui perkataan asli para ulama,
agar bahasa Arab siswa meningkat,
melatih siswa dalam membaca dan
mentelaah kitab, meningkatkan
kemampuan menyusun kalimat
(ta‟bir), agar bahasa Arab menyebar
6 Apakah bapak/ ibu merasa
nyaman dan lebih mudah
menggunakan bahasa Arab
sebagai bahasa pengantar dalam
Sangat nyaman, karena berbicara
dengan bahasa Arab sudah menjadi
kebiasaan sehari-hari
92
pelajaran fikih? Mengapa?
7 Apakah bapak/ ibu merasa malu
jika tidak dapat menjelaskan
materi fikih dengan menggunakan
bahsa Arab? Mengapa?
Iya, karena saya bisa berbahasa Arab
8 Penggunaan bahasa Arab tersebut,
apakah merupakan sebuah
kesadaran ataukah sebuah
tuntutan dari bagian kurikulum?
Kesadaran untuk mengembangkan diri
sekaligus niat berdakwah
9 Menurut bapak/ ibu, apakah
manfaat dari penggunaan bahasa
Arab dalam KBM pelajaran fikih?
Banyak sekali, seperti point ke 5
10 Menurut bapak/ ibu, apakah
manfaat dari penggunaan bahasa
Arab dalam KBM fikih bisa
didapatkan jika bahasa pengantar
yang digunakan adalah bahasa
indonesia?
Tergantung dari kesadaran siswa
11 Apakah bapak/ ibu merasa
kesulitan dalam menyampaikan
pelajaran fikih dengan
menggunakan bahasa Arab?
Iya, siswa yang kurang bersemangat
dalam berbahasa Arab, materi-materi
yang sulit seperti bab zakat dan waris
12 Apakah kesulitan- kesulitan yang
bapak/ ibu dapatkan?
Siswa pesantren tahfidz cenderung
pasif
13 Apakah bapak/ ibu merasa mudah
dalam menyampaikan pelajaran
fikih dengan menggunakan bahasa
Arab?
Iya
14 Apakah kemudahan- kemudahan
yang bapak/ ibu dapatkan?
Bahasa Arab semakin meningkat dan
bagus
15 Menurut bapak/ ibu, apakah
penggunaan bahasa Arab sebagai
bahasa pengantar di pelajaran
fikih sudah cukup efektif? Dalam
hal apa saja?
Cukup efektif, karena ini merupakan
sebuah program besar untuk sebuah
tujuan yang sangat besar
16 Menurut bapak/ibu, apakah
penggunaan bahasa Arab dalam
pelajaran fikih itu harus dilakukan
Materi tentang zakat dan waris, karena
sulitnya istilah-istilah yang ada
93
100%? Jika tidak, hal- hal apa saja
yang harus dilakukan pembatasan
(dengan bahasa indonesia)?
Mengapa?
94
Catatan Lapangan III
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari/ tanggal : Sabtu, 6 Desember 2014
Waktu : 09.00- 09.45 WIB
Sumber Data : M. Syi‟aruddin, Lc
No. Pertanyaan Jawaban
1 Apakah keunikan-keunikan dan
corak Madrasah yang tidak dimiliki
sekolah lain?
Pemisahan antara siswa dan
siswi, larangan isbal, kewajiban
memanjangkan jenggot,
kewajiban menggunakan bahasa
arab dalam komunikasi sehari-
hari, adanya native speaker dari
KSA, adanya kelas matrikulasi,
nilai afektif menentukan kenaikan
kelas siswa, kurikulum perpaduan
antara kurikulum KSA dan
Depag, siswa yang terbukti
menyontek saat UKK akan
mendapatkan sanksi tidak naik
kelas
2 Apakah penggunaan bahasa arab di
kelas bagi guru merupakan sebuah
kesadaran ataukah sebuah tuntutan
dari bagian kurikulum?
Tuntutan dari kurikulum. Akan
tetapi mayoritas guru sudah sadar
dengan sendirinya
3 Menurut bapak/ibu, apakah manfaat
dari penggunaan bahasa arab dalam
KBM pelajaran fikih?
Melatih siswa dalam mengasah
kemampuan berbahasa, lebih
mudah untuk menguasai literatur
kitab-kitab klasik
4 Apakah bahasa arab merupakan
bahasa pengantar yang wajib di
sekolah bapak/ibu?
Wajib untuk pelajaran-pelajaran
agama
5 Menurut bapak/ibu, apakah
penggunaan bahasa Arab dalam
pelajaran fikih itu harus dilakukan
100%? Jika tidak, hal- hal apa saja
yang harus dilakukan pembatasan
(dengan bahasa indonesia)?
Mengapa?
Idealnya harus, akan tetapi ketika
didapati kata-kata yang sulit
untuk dimengerti, maka tidak
mengapa menggunakan bahasa
lain (inggris atau Indonesia)
95
Lampiran 5: Nota Pembimbing
96
Lampiran 6: Lembar Konsultasi Pembimbing
97
Lampiran 7: Surat Ijin Penelitian
98
Lampiran 8: Foto Kegiatan Pembelajaran di kelas
99
100
Lampiran 9: Data Identitas Sekolah
101
Lampiran 10: Biografi Penulis
Nama : Ujang Pramudhiarto
NIM : M1. 11. 043
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat dan tanggal lahir : Rembang, 8 September 1981
Alamat : Pancur, RT XI RW 01 Desa Pancur, Kecamatan
Pancur, Kabupaten Rembang, 59262
Email : [email protected].
No. Hp : 085741328706
Program studi : Pendidikan Agama Islam
Konsentrasi : Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri 1 Pancur Rembang Lulus tahun 1992
2. SMP Negeri Pancur Rembang Lulus tahun 1995
3. SMU Negeri 1 Rembang Lulus tahun 1998
4. I‟dad Lughawi dan I‟dad Diny Pesantren Islam Al-Irsyad Tengaran Lulus tahun
2001
5. S1 PAI STAI Indonesia Jakarta Lulus tahun 2009
6. S1 Syariah LIPIA Jakarta Lulus tahun 2010
7. S2 PAI IAIN Salatiga Lulus tahun 2015