BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki warisan tradisi membuat kain yang penuh dengan
cerita dan syarat makna yang dalam. Kain-kain tersebut dibuat oleh para leluhur
dengan penuh penghayatan estetis dan nilai-nilai filosofis yang memiliki harapan-
harapan baik. Kekayaan nilai-nilai tersebut dihadirkan dalam beragam motif
tradisi. Salah satu dari motif tradisi tersebut adalah motif Sekar Jagad.
Proyek Tugas akhir perancangan ini mengeksplorasi motif Sekar Jagad
sebagai acuan dalam membuat motif. Keunikan motif Sekar Jagad yang kaya akan
proses penciptaan menjadi pemicu langkah awal perancangan, yaitu
mengeksplorasi motif Sekar Jagad sebagai media perancangan busana eksklusif
yang elegan. Busana yang eksklusif banyak diminati karena diproduksi dalam
jumlah terbatas dan mempunyai nilai pembeda yang tinggi (Kompas, 7/2/2011).
Perancangan ini difungsikan untuk segmen khusus, yaitu wanita sosialita
perkotaan. Hal ini mempertimbangkan perkembangan dunia fesyen yang semakin
luas dan lebih segmentif. Banyaknya even fesyen yang ada menjadikan para
fashionista1 (pecinta fesyen), serta para sosialita berlomba-lomba dalam
menampilkan personal style. Acara yang diadakan untuk mendatangkan para
1 Fashionista, dari arti katanya sendiri adalah seseorang yang memiliki personal style
yang luar biasa, dia berhasil menciptakan tren tersendiri (Jenny Cao-Wu, 2013). Sedangkan
sosialita menurut Merriam-Webster adalah seseorang atau sekelompok orang yang selalu
berpartisipasi dalam aktivitas sosial (Kompas, 7/4/2011).
sosialita ini pun beragam, salah satunya undangan untuk menghadiri fashion
show. Kedatangan mereka berpengaruh pada promosi acara karena mereka
merupakan market potensial yang memiliki daya beli tinggi.
Mengamati fenomena even fesyen yang makin banyak diselenggarakan di
kota-kota besar, para sosialita semakin berani berekspresi. Sewaktu mendatangi
even fashion show yang bernuansa semi formal, mereka membutuhkan rancangan
busana yang cocok dengan suasana semi formal namun tetap ekslusif dan elegan.
Busana semi formal sendiri merupakan busana yang digunakan untuk kepentingan
santai namun tetap mengusung suasana yang resmi atau formal dalam suatu acara
(Harper‟s Bazaar, 2013). Oleh karena itu, penulis ingin menjadikan ide visual
Sekar Jagad menjadi inspirasi utama dalam perancangan ini.
Sekar Jagad dipilih karena dari karakter desain asalnya memiliki keunikan
dan karakter kuat dalam menjadikan alam mini sebagai inspirasinya. Sekar Jagad
sebagai motif batik mempunyai makna filosofis dan keunikan visual tersendiri.
Motif Sekar Jagad berisi bunga-bunga alam (the flower of universe) yang
melambangkan kecantikan diri serta keindahan alam (Boow, 1988). Sedangkan
keunikan visual motif Sekar Jagad tampak pada keanekaragaman unsur yang
digunakannya, biasanya berwujud corak geometris yang berulang-ulang secara
ceplok dengan dipadukan dengan variasi bunga-bungaan yang beraneka warna.
Oleh karena itu, motif Sekar Jagad memiliki ruang eksplorasi yang sangat luas
sebagai sumber ide dan inspirasi dalam merancang fesyen ekslusif yang kuat
secara visual dan filosofi, namun tetap memiliki karakter artistik yang kekinian.
Berdasarkan keunikan motif Sekar Jagad dan konsep busana yang
eksklusif elegan diatas, maka visualisasi motif Sekar Jagad dicapai dengan
berbagai cara yang lebih kekinian sesuai dengan kemajuan zaman dan
perkembangan teknologi. Mengingat kemajuan teknologi dan kreativitas memiliki
hubungan yang dekat, perancangan ini penting dilakukan untuk memadukan
teknologi dan kreativitas guna menghasilkan sebuah karya yang eksklusif, artistik,
dan elegan. Salah satu dari banyak teknologi untuk menghasilkan tampak visual
adalah laser cutting. Proyek perancangan ini sengaja menggunakan teknik laser
cutting sebagai teknik utama dalam pembuatan motif Sekar Jagad. Laser cutting
merupakan salah satu teknik memotong kain dengan menggunakan laser sesuai
dengan motif yang telah didesain sebelumnya secara presisi.
Penulis mengambil judul “Eksplorasi Motif Sekar Jagad Menggunakan
Teknik Laser Cutting untuk Busana Semi Formal” karena ingin mengoptimalkan
penggunaan teknologi laser cutting umtuk mengolah motif Sekar Jagad menjadi
sebuah koleksi rancangan busana eksklusif. Teknologi laser cutting menghasilkan
karya yang tegas dan presisi dari hasil potongan pisau laser. Laser cutting
menawarkan visual tiga dimensional, ada kedalaman pada hasil potongannya, dan
menghadirkan fisikalitas tertentu dari setiap potongannya. Fisikalitas dari hasil
potongan laser cutting menjadi potensi artistik yang bisa dikembangkan menjadi
motif dalam sebuah busana.
Proyek perancangan ini diwujudkan dalam busana semi formal dengan
menawarkan rangkaian busana bergaya kontemporer, dinamis, dan elegan.
Koleksi ini menggunakan material bernuansa feminin seperti organza dan sifon.
Teknik laser cutting digunakan dalam proyek Tugas Akhir sebagai teknik
pengolahan kain sesuai motif pengembangan desain Sekar Jagad.
A. Studi Pustaka
1. Motif Batik Sekar Jagad
Batik merupakan upaya pembuatan ragam hias pada kain dengan lilin
(malam) batik untuk menutup bagian-bagian yang dikehendaki tidak berwarna,
melalui proses pembuatan yang khusus (Nian, 1999; Puspita, 2008). Selain
menyangkut teknik, batik juga erat kaitannya dengan motif (Musman&Arini,
2011). Keanekaragaman motif tradisi khas Indonesia diwariskan secara turun-
menurun dengan penuh makna dan harapan oleh nenek moyang kita.
Salah satu dari banyak motif tradisi tersebut adalah Sekar Jagad. Motif
Sekar Jagad merupakan salah satu motif batik khas Indonesia. Motif batik ini
berasal dari Solo dan Yogyakarta. Dengan latar putih, maknanya adalah peta
dunia.(Samsi, 2011)
“Kar” dalam Bahasa Belanda berarti peta dan “Jagad” dalam Bahasa Jawa
berarti dunia, sehingga motif ini juga melambangkan keragaman baik di Indonesia
maupun di seluruh dunia. Batik Sekar Jagad memiliki motif bunga-bunga besar
yang melambangkan ungkapan cinta dan memiliki unsur-unsur memelihara
perdamaian. Oleh karena itu, tidak heran jika motif ini sering digunakan dalam
pesta pernikahan, diharapkan mempelainya akan hidup dalam keserasian, baik
dengan sesamanya maupun dengan lingkungannya dikemudian hari (Tirta, 2009).
Gambar 1. Motif Batik Sekar Jagad
Sumber: Iwan Tirta, 1996.
Batik dengan motif Sekar Jagad menggambarkan bentuk kebaikan dan
biasa dipakai oleh orang ahli, orang pintar, dukun istana dan keraton. Motif ini
mengandung makna kecantikan dan keindahan sehingga orang lain yang melihat
akan terpesona. Keserasian dan harmonisasi antar sesama hidup manusia, manusia
dengan alam dan sang pencipta tertuang dalam motif batik yang indah (Iwet
Ramadhan, 2013).
Dalam motif Sekar Jagad terdapat banyak unsur yang mewakili isi dunia.
Maksud dunia di sini adalah sebuah alam mini yang tergambarkan melalui wujud
hamparan kar/peta dan terwakili oleh beragam bunga-bungaan di dalamnya. Ada
empat unsur yang diambil untuk mewakili keanekaragaman Indonesia dalam
motif Sekar Jagad yaitu motif Parang, kembang setaman, kembar mayang dan
wayang.
a. Parang merupakan salah satu motif tertua di Indonesia yang memiliki bentuk
mata parang, melambangan kekuasaan dan kekuatan. Bila dilihat secara
mendalam, garis-garis lengkung pada motif parang sering diartikan sebagai
ombak lautan yang menjadi pusat tenaga alam, dalam hal ini yang
dimaksudkan adalah raja. Komposisi miring pada parang juga melambangkan
kekuasaan, kewibawaan, kebesaran, dan gerak cepat sehingga pemakainya
diharapkan dapat bergerak cepat (Musman&Arini, 2011).
b. Kembang Setaman (mawar, melati, kanthil, irisan daun pandan wangi dan
kenanga) adalah sekumpulan bunga yang berfungsi sebagai pelengkap alat
ritual yang ditaburkan disekeliling obyek (Sumarsono, 2007).
c. Kembar Mayang adalah sepasang hiasan dekoratif simbolik setinggi setengah
sampai satu badan manusia yang dilibatkan dalam upacara perkawinan adat
Jawa, khususnya sejak sub-upacara midodareni sampai panggih. Kembar
mayang biasanya dibawa oleh pria dan mendampingi sepasang cengkir
gading yang dibawa oleh sepasang gadis. Kembar mayang tersusun dari
bunga, buah, serta anyaman janur yang disusun sedemikian rupa sehingga
tampak indah. Kembar mayang dalam penampilan mirip dengan tatanan
sesaji buah yang biasa dipersembahkan dalam upacara ritual Bali tetapi
biasanya agak lebih besar. Ragam anyam janur yang berjumlah empat
memiliki simbol tersendiri. Ragam keris berarti melindungi dari bahaya dan
pesan agar berhati-hati dalam kehidupan. Ragam belalang memberi pesan
agar tidak ada halangan di kemudian hari. Ragam payung berarti pengayoman
atau perlindungan. Yang terakhir, ragam burung melambangkan kerukunan
dan kebahagiaan seperti burung. Sebagai perangkat simbolik, kembar mayang
ada sepasang, yang masing-masing dinamakan Dewandaru dan Kalpandaru.
Kembar mayang dipahami sebagai pinjaman dari "dewa", sehingga setelah
upacara selesai harus dikembalikan dengan membuang di perempatan jalan
atau dilabuh (dihanyutkan) di sungai atau laut (Sumarsono, 2007).
2. Teknologi Laser Cutting
Teknologi laser cutting telah berkembang sejak beberapa waktu yang lalu.
Laser cutting ini memiliki keunggulan tersendiri apabila dimanfaatkan untuk
perancangan fesyen, khususnya fesyen eksklusif. Namun pemanfaatannya dalam
dunia fashion masih tergolong baru. Keunggulan dari teknik baru ini lebih terletak
pada efisiensi kerja. Perbandingannya, untuk menyelesaikan sebuah gaun yang
jika di kerjakan secara manual membutuhkan waktu sekitar tiga bulan, namun
dengan teknik laser ini dapat mengerjakannya dalam waktu satu hari. Hal ini
berdasarkan pada pengalaman para desainer fesyen yang telah menggunakannya.
Teknik laser cutting juga menghasilkan potongan yang lebih rapi dibanding jika
dikerjakan secara manual. Detail kecil dalam dunia mode yang tidak bisa
dikerjakan manual, bisa dilakukan dengan teknik laser ini.
Pada tahun 1965, mesin laser cutting produksi digunakan untuk mengebor
lubang di berlian. Mesin ini dibuat oleh Western Teknik Listrik Research Center.
Pada tahun 1967, Inggris mempelopori laser dibantu oxygen jet cutting untuk
logam. Pada awal 1970-an, teknologi ini dimasukkan ke dalam produksi untuk
memotong titanium untuk aplikasi ruang angkasa. Pada saat yang sama CO2 laser
yang disesuaikan untuk memotong non-logam, seperti tekstil, karena mereka
diserap oleh logam (Bromberg, 1991).
Gambar 2. Charles Townes, Penemu Teknologi Laser dan Komponen
Mesinnya
Sumber : Cutlasercut.com
Dari segi teknik, kelebihan dari laser cutting daripada pemotongan mekanik
atau manual yaitu lebih mudah, praktis dan mengurangi kontaminasi benda kerja
karena tidak ada ujung tombak yang tidak terkena langsung oleh bahan atau
mencemari bahan. Keunggulan lainya adalah presisi, karena sinar laser tidak
mengenai bahan secara langsung selama proses tersebut. Peluang pelengkungan
materipun akan berkurang ketika laser cut memotong, karena sistem laser
memiliki peluang kecil untuk zona yang terkena panas. Beberapa bahan juga
sangat sulit atau tidak mungkin untuk memotong lebih cara tradisional.
Gambar 3. Mesin Laser Cutting
Sumber : dok. Penulis.
Laser Cutter adalah mesin yang bekerja dalam skala 2 dimensi, seperti
halnya mesin pencetak laser. Alat ini mengikuti gambar vektor dan mampu
mengerjakan grafir foto serta beragam aplikasi lainnya. Mesin ini memotong dan
menggafir dengan sangat akurat (0,02 mm). Berikut merupakan ketentuan kerja
mesin laser cutter2 :
a. Area kerja : 960 x460 mm
b. Maksimal ukuran material 1056x568x177mm .
c. Resolusi software :1000 DPI
d. Resolusi mekanik :0,02 mm
e. Software yang digunakan : Adobe Illustration CS 5, Corel Draw
f. File format : AI, DXF,SVG, EPS, JPG, PNG
g. Material yang bisa digunakan antara lain kayu, acryllic, kulit, kain,
polyethyleen, karet, dan lainnya.
2 Hasil Survei laboratorium fabrikasi digital HONFablab Yogyakarta pada Maret 2015.
Perbandingan laser cutting ini dari pemotongan mekanik adalah pengerjaan
lebih mudah dan mengurangi kontaminasi benda kerja. Ketepatan pengerjaan
mungkin lebih baik, karena kemampuan sinar laser tidak berkurang selama proses
tersebut. Ada juga kemungkinan penurunan warping materi yang sedang
dipotong, karena sistem laser memiliki zona terkena panas kecil. Beberapa bahan
juga sangat sulit atau tidak mungkin untuk dipotong dengan cara yang tradisional.
Laser cutting untuk logam memiliki keunggulan dibandingkan plasma
cutting, yaitu pengerjaan menjadi lebih tepat dan penggunaan energi yang lebih
sedikit ketika memotong lembaran logam, bagaimanapun juga, kebanyakan mesin
laser cutting untuk industri tidak dapat memotong logam tebal seperti yang
dilakukan oleh mesin plasma cutting. Mesin laser cutting baru yang beroperasi
pada daya yang lebih tinggi (6000 watt, kontras dengan laser cutting awal dengan
daya 1500 watt) sedang mendekati mesin plasma dalam kemampuan mereka
untuk memotong bahan tebal, tetapi biaya modal mesin-mesin tersebut jauh lebih
tinggi daripada mesin plasma cutting (Bromberg, 1991).
3. Busana Semi Formal, Fesyen Eksklusif Untuk para Sosialita
Fesyen adalah sesuatu yang sangat dekat dengan kehidupan manusia.
Etimologi fesyen terkait dengan bahasa Latin, factio, yang artinya membuat atau
melakukan. Kata lain yang mengawali kata fashion adalah facere yang artinya
membuat dan melakukan. Arti kata fesyen tersebut mengacu pada hal yang
berkaitan dengan suatu kegiatan. Jadi, fesyen merupakan sesuatu yang dilakukan
seseorang, bukan hanya seperti pemaknaan yang dewasa ini lebih mengemuka,
yaitu memaknai fesyen sebagai sesuatu yang dikenakan oleh seseorang (Barnard,
2011).
Produk-produk fesyen sekarang ini sudah sangat banyak dijumpai di
pasaran, seperti baju, celana, topi, selendang, sarung, jilbab, berbagai aksesoris
(perhiasaan kalung, gelang, ataupun anting), termasuk kaus atau t-shirt. Fesyen
menjadi bagian yang tidak terlepaskan dari penampilan dan gaya keseharian.
Fesyen digunakan oleh seseorang yang memiliki berbagai macam fungsi antara
lain adalah sebagai penutup tubuh, perlindungan dari cuaca (panas/dingin),
kesopanan (penutup aurat), daya tarik seksual, ekspresi individual, status dan
peran sosial, simbol politik, ritual kegiatan tertentu, dan rekreasi.
Fesyen disamping merupakan syarat untuk menjaga kesehatan hingga fungsi
penutup tubuh, melindungi badan, menambah nilai estetika, hingga menjadi syarat
bagi kecantikan dan keindahan diri. Fesyen merupakan bagian gaya hidup, karena
dengan pakaian terkini seseorang bisa menunjukkan kualitas gaya hidupnya.
Pamor seseorang pun bisa ikut terdongkrak ketika ia menggunakan pakaian yang
sedang tren. Fesyen, dengan begitu, dapat dikatakan sebagai cara yang dilakukan
setiap individu untuk membedakan dirinya sendiri sebagai individu, menciptakan,
mengekspresikan dan menunjukkan beberapa bentuk keunikannya secara
eksklusif (Barnard, 2011).
Dalam perancangan ini, fesyen eksklusif yang dibuat berfokus pada busana
semi-formal3. Busana semi formal yang dimaksud disini adalah berkaitan dengan
busana yang dikenakan pada acara-acara khusus. Dimana acara khusus tersebut
sifatnya tidak terlalu resmi, namun tetap membutuhkan tampilan busana yang
elegan, seperti misalnya pesta malam. Mode busana ini kelihatan mewah dan
berkesan glamor. Pemilihan bahan yaitu yang bertekstur lebih halus dan lembut.
Warna yang digunakan dalam pembuatan busana semi formal biasanya
kelihatan mewah dan gemerlap (Khayati, 1998; Widarwati 1993). Untuk busana
pesta malam biasanya menggunakan warna-warna mencolok/cerah, namun untuk
memberi kesan semi formal dapat digunakan warna-warna yang lembut, seperti
ungu, biru muda, dan putih serta warna-warna tua/gelap, seperti merah menyala
dan biru gelap (Karomah&Sawitri, 1998).
Target market yang dituju perancangan ini adalah para wanita-wanita
sosialita. Sosialita adalah seseorang atau sekelompok orang yang selalu
berpartisipasi dalam aktivitas sosial. Sosialita selalu dikaitkan dengan kehidupan
yang glamor. Gaya hidup yang mereka jalani adalah untuk membangun citra diri
yang mengunggulkan kemewahan dan kecantikan. Mereka selalu ingin tampil
sempurna dan berbeda dalam tiap kesempatan. Acara khusus yang biasa mereka
datangi salah satunya adalah fashion show.
3 Busana semi-formal, merupakan padu padan antara busana formal dan non-formal yang telah disesuaikan, karena
adanya perkembangan mode dan kesibukan penggunanya yang membutuhkan busana praktis untuk mempermudah
dalam menghadiri beberapa event dalam satu hari. Hasil wawancara dengan Robby Dion (anggota IKAPERSATA) , 2016
Banyaknya even-even fashion show yang diadakan menjadikan para
sosialita pecinta fesyen ini berlomba-lomba berpenampilan semenarik mungkin
ketika menghadirinya. Dalam perkembangan terkini4, hubungan antara para
sosialita dengan para desainer yang mengadakan fashion show semakin terjalin
dengan kuat karena dianggap menguntungkan. Kedatangan mereka dinilai dapat
berpengaruh terhadap promosi dan keberhasilan acara. Mereka merupakan potensi
pasar yang memiliki daya beli kuat karena menjadikan penampilan faktor yang
paling penting. Oleh karena itu, usaha untuk mendatangkan para sosialita ini pun
mulai beragam, tidak sebatas undangan makan malam saja namun undangan untuk
menghadiri fashion show.
Ketika para sosialita-sosialita „undangan‟ tersebut menghadiri acara fashion
show, cara mereka berpakaian merupakan hal yang sangat utama karena
mencerminkan bagaimana personal style mereka. Kenyaatannya ini menyebabkan
munculnya semacam „kompetisi‟ diantara mereka. Mereka saling berlomba-lomba
untuk tampil maksimal dengan menonjolkan keberbedaan fesyen-fesyen yang
dikenakan. Oleh karenanya, demi memenuhi kebutuhan tersebut sangat
dibutuhkan adanya rancangan fesyen semi formal yang unik, berbeda, dan
eksklusif.
4. Teknik Sulam
Sulam merupakan teknik membuat ragam hias pada permukaan kain dengan
benang (Herawati, 2007). Benang tersebut diatur secara dekoratif pada permukaan
4 Hasil wawancara dengan Robin Karebet dan Djongko Rahardjo (desainer fesyen di Solo) pada
Maret 2015.
kain dengan jalan memasukkan benang dengan bermacam-macam cara. Banyak
cara tusuk benang tersebut dinamakan tusuk hias. Tusuk hias terdiri dari tusuk
hias dasar dan tusuk hias variasi. Tusuk hias dasar yaitu tusuk-tusuk yang
merupakan dasar untuk membuat tusuk hias variasi. Sedangkan tusuk variasi
adalah tusuk yang menjadikan tusuk hias dasar sebagai acuannya, baik
memvariasikan arah, jarak dan sebagainya sehingga menghasilkan bermacam-
macam tusuk dengan gaya yang berbeda.
Terdapat berbagai jenis teknik sulam yang biasanya dikerjakan dalam tahap
finishing sebuah rancangan busana. Jenis-jenis sulam tersebut adalah tusuk
jelujur, tusuk veston, tusuk flanel, tusuk batang, tusuk pipih, tusuk rantai, tusuk
silang, tusuk biku, tusuk palestrina, tusuk kepala peniti, tusuk tikam jejak, tusuk
balut, dan tusuk holben (Ernawati, 2008).
Mengingat tidak semua jenis teknik sulam dapat digunakan untuk
mendukung hasil jadi dalam perancangan ini, maka hanya dipilih 3 jenis sulaman,
yaitu tusuk jelujur, tusuk rantai, dan tusuk tikam jejak Untuk penjelasan yang
lebih lengkap mengenai ketiga teknik sulam tersebut, diberikan gambar beserta
keterangan di bawah ini.
No Jenis Sulam Gambar Keterangan
1
Tusuk
Jelujur
Tusuk yang mempunyai arah
horizontal ukuran dan jarak turun
naik tusuk diatur sama panjang.
2
Tusuk
Rantai
Tusuk yang mempunyai arah
horizontal atau vertical dimana
masing-masing tusuk saling
tindih menindih sehingga
membentuk rantai-rantai yang
sambung-menyambung.
3
Tusuk
Tikam Jejak
Tusuk yang mempunyai arah
horizontal dan setengah dari
ukuran tusuk saling bersentuhan
sehingga pada permukaan
kelihatan seperti setikan mesin.
Tabel 1. Teknik Sulam
Sumber: Ernawati, dkk, 2008
B. Fokus Permasalahan
Fokus permasalahan Tugas Akhir ini dirumuskan dalam dua pertanyaan:
1. Bagaimana mengeksplorasi motif Sekar Jagad menggunakan teknik
laser cutting?
2. Bagaimana mengaplikasikan motif Sekar Jagad dengan teknik laser
cutting untuk busana semi formal yang ekslusif dan elegan?