Hal. 1 dari 97
BAB. I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia memiliki sumber daya
manusia (SDM) yang besar sebagai asset
potensial yang tidak ternilai harganya. Hal
ini merupakan jumlah yang sangat
fantastik karena Indonesia memiliki
bagian kurang lebih 3,4% dari seluruh
penduduk dunia. Jumlah penduduk yang
besar dengan pola sebaran yang semakin
merata merupakan modal yang cukup
besar untuk menjadikan Indonesia
berperan penting dalam mewujudkan
kedaulatan pangan dan swasembada
berkelanjutan.
Sektor pertanian dimasa mendatang
masih memegang peran strategis sebagai
penghela pembangunan ekonomi nasional,
karena memberikan kontribusi nyata bagi
Hal. 2 dari 97
237 juta penduduk Indonesia dalam
penyediaan bahan baku industri,
peningkatan Produk Domestik Bruto
(PDB), penghasil devisa negara melalui
ekspor, penyedia lapangan pekerjaan, dan
peningkatan pendapatan masyarakat.
Untuk meningkatkan peran sektor
pertanian sebagai penghela pembangunan
ekonomi nasional, Kementerian Pertanian
telah menetapkan Visi Arah Pembangunan
Pertanian 2015 - 2019, yaitu
“Terwujudnya Kedaulatan Pangan dan
Kesejahteraan Petani”.
Guna mencapai Visi Pembangunan
Pertanian tersebut maka Badan
Penyuluhan dan Pengembangan SDM
Pertanian telah menetapkan Visi dan Misi,
yaitu “Terwujudnya Sumberdaya Manusia Pertanian Yang Profesional, Mandiri dan Berdaya Saing Untuk
Hal. 3 dari 97
Mewujudkan Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani” dan Misi adalah
sebagai berikut :
1. Memantapkan Sistem Penyuluhan
Pertanian Yang Terpadu dan
Berkelanjutan.
2. Memperkuat Pendidikan Pertanian Yang Kredibel.
3. Memantapkan Sistem Pelatihan
Pertanian, Standardisasi dan
Sertifikasi Profesi Pertanian Yang
Berbasis Kompetensi dan Daya Saing.
4. Memantapkan Sistem Administrasi
dan Manajemen Yang Transparan dan
Akuntabel.
Dalam rangka mewujudkan Visi dan
Misi tersebut, diperlukan dukungan
ketersediaan sumberdaya manusia
pertanian yang profesional, kreatif,
inovatif, dan berwawasan global.
Hal. 4 dari 97
Dukungan tersebut dilakukan melalui
Kegiatan Utama: (1) Pemantapan Sistem
Penyuluhan; (2) Pemantapan Sistem
Pelatihan, (3) Penguatan Pendidikan Pertanian, (4) Pengembangan
Standardisasi dan Sertifikasi Profesi SDM
Pertanian, serta (5) Pemantapan
Administrasi Manajemen dan Teknis
Lainnya.
Penguatan Pendidikan pertanian,
didasarkan pada kesadaran akan
pentingnya generasi muda dalam peran
dan fungsinya mencapai akselerasi
pembangunan pangan nasional. Dalam
proses pembangunan, pemuda merupakan
kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen
perubahan yang memiliki fungsi, peran,
karakteristik dan kedudukan strategis
dalam pembangunan nasional. Oleh
karena itu, regenerasi petani mutlak harus
Hal. 5 dari 97
dilakukan untuk menjamin
keberlangsungan produksi pangan di
Indonesia.
Tantangan yang dihadapi Indonesia
saat ini dan ke depan adalah mengubah
pola pikir generasi muda terhadap
pertanian dan optimalisasi potensi
pertanian yang belum dimanfaatkan.
Salah satu upaya yang harus dilakukan
adalah meningkatkan daya tarik generasi
muda pada sektor pertanian, membangun
pertanian maju, modern, ramah
lingkungan dan berbasis inovasi dan
teknologi, serta pertanian dengan hasil
yang bernilai ekonomi tinggi dan laku di
pasaran. Pengembangan teknologi di
perdesaan menjadikan perdesaan maju
dan berbasis inovasi teknologi, akan
merangsang minat generasi muda untuk
terjun dalam sektor pertanian. Selain itu,
Hal. 6 dari 97
perlu langkah konkrit lainnya yaitu
penjaringan anak petani berprestasi untuk
dididik di Politeknik Pembangunan
Pertanian/STPP lingkup Kementerian
Pertanian. Politeknik/ STPP juga perlu
membenahi diri, dengan melakukan
penambahan program studi, perbaikan
kurikulum dan revitalisasi sarana
prasarana pembelajaran, peningkatan
kerjasama yang mendukung pendidikan
serta peningkatan kualitas dan kuantitas
tenaga pendidik.
B. KONDISI UMUM
Sumberdaya manusia pertanian,
baik aparatur dan non aparatur pertanian
(pelaku utama dan pelaku usaha),
memiliki peran yang strategis dalam
mewujudkan arah pembangunan
pertanian.
Hal. 7 dari 97
Kondisi umum aparatur dan non
aparatur pertanian secara rinci dijelaskan
sebagai berikut :
Pelaku Utama Ditinjau dari segi pendidikan,
berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS) tahun 2010, dari total 39.035.692
orang pelaku utama pembangunan
pertanian (petani), 15.023.269 orang
(38,49%) berlatar belakang pendidikan
tamat SD; 10.358.754 orang (26,54%)
tidak/belum tamat SD; 6.330.800 orang
(16,22%) tamat SLTP; 332.106 orang
(8,54%) tamat SLTA; dan 223.809 orang
(0,57%) tamat Perguruan Tinggi (diploma
dan sarjana). Selain itu masih tercatat
sebanyak 3.766.954 orang (9,65%) tidak
atau belum pernah sekolah.
Hal. 8 dari 97
Kondisi ini menunjukkan bahwa dari
segi pendidikan, kualitas pelaku utama
pembangunan pertanian masih rendah,
sehingga diperlukan upaya peningkatan
kualitas pendidikan. Sebaran pelaku
utama pembangunan pertanian
berdasarkan latar belakang pendidikan
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Pelaku Utama Pembangunan
Pertanian Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
Hal. 9 dari 97
Berdasarkan sebaran umur
menunjukkan bahwa 12.879.608 orang
(33,00%) berusia 15 sampai dengan 34
tahun; 17.387.501 orang (44,54%) berusia
35 sampai dengan 54 tahun; dan
8.768.583 orang (22,46%) berusia di atas
54 tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa
sebagian besar pelaku utama
pembangunan pertanian telah berusia
lanjut sehingga perlu adanya kaderisasi
dan menumbuhkan minat generasi muda
untuk bekerja di sektor pertanian dan
sekaligus mencegah second lost generation.
Sebaran pelaku utama pembangunan
pertanian berdasarkan sebaran umur
dapat dilihat pada Gambar 2.
Hal. 10 dari 97
Gambar 2. Pelaku Utama Pembangunan
Pertanian Berdasarkan Sebaran Umur
Selanjutnya, berdasarkan jenis
usaha, pelaku utama pembangunan
pertanian yang berusaha di subsektor
Tanaman Pangan berjumlah 19.421.893
orang (49,75%), terdiri atas 11.613.675
orang (59,80%) laki-laki dan 7.808.218
orang (40,20%) perempuan; subsektor
Peternakan berjumlah 4.135.545 orang
(10.50%), terdiri atas 2.358.084 orang
(57,02%) laki-laki dan 1.777.461 orang
(42,98%) perempuan; subsektor
Hal. 11 dari 97
Hortikultura berjumlah 3.001.077 orang
(7,69%), terdiri atas 1.780.788 orang
(59,34%) laki-laki dan 1.220.289 orang
(40,66%) perempuan; subsektor
Perkebunan berjumlah 12.108.179 orang
(31,02%), terdiri atas 8.003.430 orang
(66,10%) laki-laki dan 4.104.749 orang
(33,90%) perempuan; subsektor
kombinasi/campuran Tanaman Pangan,
Perkebunan dan Peternakan berjumlah
171.020 orang (0,44 %), terdiri atas
201.001.889 orang (61,49%) laki-laki dan
15.033.808 orang (38,51%) perempuan.
Selain itu tercatat sebanyak 197.978 orang
(0,51%) terdiri atas 144.142 orang
(72,81%) laki-laki dan 53.836 orang
(27,19%) perempuan bergerak di subsektor
jasa penunjang pertanian.
Kondisi ini menunjukkan
bahwa mayoritas pelaku utama
Hal. 12 dari 97
pembangunan pertanian bekerja di sektor
tanaman pangan dan perkebunan. Sebaran
pelaku utama pembangunan pertanian
berdasarkan subsektor dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 3. Pelaku Utama Pembangunan
Pertanian Berdasarkan Jenis Usaha/Subsektor Pertanian
Berdasarkan kepemilikan lahan,
pelaku utama subsektor Tanaman Pangan
yang memiliki lahan kurang dari 0,5 Ha
sebanyak 53,68%; antara 0,5 sampai
Hal. 13 dari 97
dengan 1 ha sebanyak 21,63%; antara 1
sampai dengan 2 ha sebanyak 14,42%;
antara 2 sampai dengan 3 ha sebanyak
5,79%; dan di atas 3 ha sebanyak 4,48%
seperti terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Pelaku Utama Sub Sektor
Tanaman Pangan Berdasarkan Kepemilikan Lahan
Di sisi lain, berdasarkan curahan
waktu bekerja menunjukkan bahwa
21.530.659 orang (55,16%) bekerja di
bawah 35 jam per minggu dan 17.505.033
orang (44,84%) bekerja di atas 35 jam per
minggu. Sedangkan ditinjau dari aspek jenis
kelamin, 11.171.862 orang laki-laki
Hal. 14 dari 97
(51,59%) dan 10.358.797 orang perempuan
(48,10%) bekerja di bawah 35 jam per
minggu. Sementara itu 12.830.027 orang
laki-laki (73,30%) dan 4.675.006 orang
perempuan (26,70%) bekerja di atas 35 jam
per minggu. Sebaran pelaku utama
pembangunan pertanian berdasarkan
curahan waktu bekerja dan jenis kelamin
dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Pelaku Utama Pembangunan
Pertanian Berdasarkan Curahan Waktu Bekerja
Hal. 15 dari 97
Aparatur Pertanian Keberhasilan pembangunan
pertanian sangat ditentukan oleh
profesionalitas aparatur yang berperan
sebagai regulator, fasilitator, motivator dan
dinamisator. Aparatur pertanian yang
dibutuhkan dalam mendukung
pembangunan pertanian meliputi: 1)
perumus kebijakan, 2) perencana
pembangunan, 3) tenaga manajemen dan
administrasi, 4) peneliti pertanian, 5)
widyaiswara, dosen, guru, dan instruktur,
6) tenaga fungsional Rumpun Ilmu Hayat
Pertanian (RIHP), 7) tenaga karantina
pertanian, dan 8) tenaga fungsional
lainnya.
Berdasarkan hasil pengkajian
tentang profil aparatur pertanian tahun
2008, jumlah aparatur pertanian sebanyak
96.647 orang, yang terdiri atas 76.009
orang laki-laki (78,59%) dan 20.638 orang
Hal. 16 dari 97
perempuan (21,41%) distribusi aparatur
pertanian berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Aparatur Pertanian
Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan sebaran usia,
aparatur pertanian yang berusia di bawah
40 tahun sebanyak 32%, antara 40 sampai
dengan 49 tahun sebanyak 53,45% dan
usia di atas 50 tahun sebanyak 14,55%.
Gambar 7 menyajikan informasi sebaran
aparatur pertanian berdasarkan usia.
Hal. 17 dari 97
Gambar 7. Aparatur Pertanian
Berdasarkan Usia
Ditinjau dari tingkat pendidikan,
seperti terlihat pada Gambar 8, aparatur
pertanian yang berpendidikan dibawah
SLTA sebanyak 6,38 %, setingkat SLTA
sebanyak 53,97%, Diploma III sebanyak
9,00%, S1 sebanyak 27,11%, S2 sebanyak
3,14% dan S3 sebanyak 0,40%.
Hal. 18 dari 97
Gambar 8. Aparatur Pertanian
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Hal. 19 dari 97
BAB. II ANALISIS KEKUATAN, KELEMAHAN,
PELUANG, DAN TANTANGAN A. KEKUATAN
Dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya sampai dengan Agustus 2017
Pusat Pendidikan Pertanian didukung 992
orang aparat yang bertugas di Pusat 41 orang dan di Daerah (UPT Pusdik)
sebanyak 951 orang. Berdasarkan tingkat
pendidikan adalah S3 sebanyak 45 orang,
S2 sebanyak 264 orang, S1 sebanyak 237
orang, D-IV sebanyak 123 orang, SM
sebanyak 2 orang, D3 sebanyak 41 orang,
D2 sebanyak 2 orang, SLTA sebanyak 205
orang, SLTP sebanyak 42 orang, dan SD
sebanyak 31 orang. Sebagaimana
tergambar pada Gambar 9 berikut.
Hal. 20 dari 97
Gambar 9. Keragaman Sumber Daya
Manusia Lingkup Pusat Pendidikan Pertanian
B. PERMASALAHAN
1. Menurunnya minat generasi muda
untuk terjun di bidang pertanian.
2. Undangan-Undang Nomor 12 Tahun
2012 tentang Pendidikan Tinggi dan
Permenristekdikti Nomor 50 Tahun
2015 tentang Pendirian, Perubahan,
Pembubaran Perguruan Tinggi Negeri,
dan Pendirian, Perubahan, Pembubaran
Perguruan Tinggi Swasta sehingga perlu
S3, 45
S2, 264
S1, 237D4, 123SM, 2
D3, 41D2, 2
D1, 0
SLTA, 205SLTP, 42 SD, 31
DISTRIBUSI PEGAWAI BERDASARKAN PENDIDIKAN
Hal. 21 dari 97
dilakukan penyesuaian kelembagaan
institusi pendidikan pertanian milik
Kementerian Pertanian.
3. Undangan-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
bahwa pengelolaan Pendidikan
Menengah menjadi Kewenangan
Pemerintah Provinsi.
4. Keterbatasan Tenaga Penyuluh
Pertanian, Pengamat OPT, Pengawas
Benih Tanaman serta Tenaga Kesehatan
Hewan.
5. Kondisi Sarana dan Prasarana
Pendidikan belum memadai.
C. PELUANG
1. Adanya tuntutan ketersediaan aparatur
pertanian yang kompeten untuk
mendukung pencapaian arah
pembangunan pertanian.
Hal. 22 dari 97
2. Peluang meningkatkan kualitas SDM
pertanian untuk mendukung
pencapaian Visi Pembanguan Pertanian
sangat terbuka karena didukung oleh
keberadaan lembaga dan sistem
pendidikan pertanian yang handal
melalui Transformasi STPP dan SMK-PP
menjadi Politeknik Bidang Pertanian.
D. TANTANGAN
1. Adanya keragaman kebijakan
pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota, yang berpengaruh
negatif terhadap implementasi.
2. Meningkatnya tuntutan daya saing bagi
masyarakat tani di pasar regional dan
pasar global.
Hal. 23 dari 97
3. Tuntutan perubahan pola pikir dan
perilaku petani, dari petani subsisten
tradisional menjadi petani modern,
mandiri dan berwawasan
kewirausahaan agribisnis.
Hal. 24 dari 97
BAB. III VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
KEGIATAN
A. VISI Mewujudkan Politeknik Pembangunan
Pertanian Unggul Dalam Menyiapkan SDM
Pertanian untuk mewujudkan Kedaulatan
Pangan dan Kesejahteraan Petani Menuju
Indonesia Lumbung Pangan Dunia Tahun
2045.
B. MISI a. Menyiapkan Generasi Muda Terdidik,
Terlatih dan Kompeten Yang Unggul
dalam Agrosociopreneur.
b. Mengembangkan Kelembagaan
Pendidikan Pertanian Sesuai Standar
Pendidikan Vokasi Pertanian.
Hal. 25 dari 97
c. Memperbanyak Jejaring Kerjasama
Dengan Dunia Usaha dan Dunia
Industri serta stakeholder lainnya.
C. TUJUAN DAN INDIKATOR KINERJA TUJUAN. Tujuan 1. Menghasilkan SDM Pertanian yang
berkualitas dan berdaya saing melalui
Pendidikan Tinggi Vokasi Pertanian.
2. Meningkatkan Kualifikasi Pendidikan
Dosen dan Tenaga Kependidikan ke
jenjang pendidikan Megister dan Doktor
sesuai kebutuhan bidang Pendidikan
Vokasi Pertanian.
3. Menyiapkan Regenerasi Petani yang
berjiwa Agrosociopreneurship.
4. Mengembangkan Sarana Prasarana
Pendidikan Vokasi sesuai Standar.
Hal. 26 dari 97
Indikator Kinerja Tujuan 2019 1. Peningkatan kualitas dan daya saing
SDM Pertanian 3.800 orang melalui
Pendidikan Tinggi Vokasi Pertanian.
2. Peningkatkan Kualifikasi Pendidikan
100 orang Dosen dan Tenaga
Kependidikan ke jenjang pendidikan
Megister dan Doktor sesuai kebutuhan
bidang Pendidikan Vokasi Pertanian.
3. Penyiapan 500 orang Regenerasi
Petani yang berjiwa
Agrosociopreneurship.
4. Mengembangkan 10 unit Sarana
Prasarana Pendidikan Vokasi sesuai
Standar Pendidikan.
Hal. 27 dari 97
D. SASARAN KEGIATAN DAN INDIKATOR SASARAN KEGIATAN. Sasaran Kegiatan 1. Bertambahnya SDM Pertanian yang
Mengikuti Pendidikan Tinggi Vokasi
Pertanian.
2. Terbentuknya Kelembagaan Pendidikan
Tinggi Vokasi Pertanian sesuai dengan
Regulasi yang berlaku.
3. Meningkatnya jumlah Dosen dan
Tenaga Kependidikan yang
berpendidikan Megister dan Doktor
sesuai kebutuhan bidang pendidikan
vokasi pertanian.
4. Meningkatnya jumlah hasil Penelitian
Terapan dan Pengabdian Masyarakat
yang dapat mendorong percepatan
Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan
Petani.
Hal. 28 dari 97
5. Dihasilkannya Wirausahawan Muda
Pertanian melalui Kegiatan
Penumbuhan Minat Pertanian.
6. Tersedianya Sarana Prasarana
Pendidikan Pertanian sesuai Standar
Penyelenggaraan Pendidikan Vokasi
Pertanian.
Indikator Sasaran Kegiatan 2019
1. Bertambahnya 3.800 orang SDM
Pertanian yang Mengikuti Pendidikan
Tinggi Vokasi Pertanian.
2. Terbentuknya 10 unit Kelembagaan
Pendidikan Tinggi Vokasi Pertanian
sesuai dengan Regulasi yang berlaku.
3. Meningkatnya 100 orang Dosen dan
Tenaga Kependidikan yang
berpendidikan Megister dan Doktor
sesuai kebutuhan bidang pendidikan
vokasi pertanian.
Hal. 29 dari 97
4. Meningkatnya 7 layanan hasil
Penelitian Terapan dan 10 layanan
Pengabdian Masyarakat yang dapat
mendorong percepatan Kedaulatan
Pangan dan Kesejahteraan Petani.
5. Dihasilkannya 500 orang
Wirausahawan Muda Pertanian melalui
Kegiatan Penumbuhan Minat Pertanian.
6. Tersedianya 10 unit Sarana Prasarana
Pendidikan Pertanian sesuai Standar
Penyelenggaraan Pendidikan Vokasi
Pertanian.
Hal. 30 dari 97
BAB. IV ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGIS,
KERANGKA REGULASI, DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
A. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGIS 1. Arah Kebijakan dan Strategis Badan
PPSDMP Dalam mendukung arah kebijakan
umum kedaulatan pangan sebagaimana
tertuang dalam RPJM dan arah
kebijakan Kementerian Pertanian, maka
arah kebijakan Badan PPSDMP adalah:
a. Optimalisasi peran penyuluhan
dalam pendampingan program
swasembada pangan di tingkat
BP3K dan WKPP;
b. Peningkatan daya saing dan kinerja
balai diklat;
c. Tranformasi STPP dan SMK-PP UPT menjadi Politeknik
Hal. 31 dari 97
Pembangunan Pertanian serta sertifikasi profesi pertanian;
d. Pemantapan sistem administrasi
dan manajemen yang transparan
dan akuntabel.
Strategi Badan PPSDMP dalam
mencapai visinya meliputi dua hal, yaitu:
a. Penguatan kelembagaan petani; dan
b. Penguatan dan peningkatan kapasitas SDM pertanian.
Sementara untuk Strategi Badan
PPSDMP dalam rangka Penguatan dan
Peningkatan Kapasitas SDM Pertanian
melalui untuk Pusat Pendidikan
Pertanian adalah :
a. Transformasi Pendidikan
Pertanian.
Hal. 32 dari 97
b. Regenerasi petani melalui Program
Penumbuhan Wirausaha Muda
Pertanian (PWMP).
c. Peningkatan Kualitas Dosen, Guru,
dan Calon Tenaga Pendidik melalui
Pendidikan Tinggi dan Pacsa
Sarjana.
d. Pengabdian masyarakat di wilayah
perbatasan.
e. Pendampingan
Mahasiswa/Alumni/Pemuda Tani
dan Dosen dalam peningkatan
produksi komoditas strategis
pertanian.
f. Peningkatan Efektivitas
Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi
Pertanian.
g. Penguatan Program dan Kerjasama
Pendidikan Pertanian.
h. Peningkatan Sarana dan Prasarana
Pendidikan Pertanian.
Hal. 33 dari 97
2. Arah Kebijakan dan Strategis Pendidikan Pertanian 2015 – 2019
Dalam mewujudkan arah dan
strategi Badan PPSDMP yang terkait
dengan Pusat Pendidikan Pertanian
diatas, maka arah kebijakan dan strategi
yang akan dilakukan oleh Pusat
Pendidikan Pertanian adalah sebagai
berikut:
a. Arah Kebijakan Pendidikan Pertanian 2015 - 2019 1) Peningkatan kapasitas dan
kompetensi SDM pendidikan
vokasi pertanian melalui tugas
belajar S2 dan S3 disesuaikan
dengan kebutuhan dan tujuan
pembangunan pertanian.
2) Menghasilkan generasi muda
bidang pertanian melalui
Pendidikan Vokasi Pertanian.
Hal. 34 dari 97
3) Penyelenggaraan Pendidikan
Pertanian di Politeknik
diselenggarakan melalui
pendidikan tinggi vokasi
pertanian.
4) Lulusan Politeknik memiliki
profil keahlian Pertanian, jiwa
kewirausahaan, berkarakter
dan berdaya saing.
5) Pengembangan kerjasama
Politeknik dengan Perguruan
Tinggi, Dunia Usaha/Dunia
Industri dan stakeholder
lainnya untuk meningkatkan
kualitas penyelenggaraan
pendidikan dan output.
6) Pengembangan Politeknik
diarahkan pada keunggulan
teknologi Terapan spesifik lokasi
yang menjadi ciri khas dan
kekuatan Politeknik.
Hal. 35 dari 97
b. Strategi Kebijakan Pendidikan Pertanian 2015 – 2019 1) Penyelenggaraan Pendidikan
Tinggi Vokasi Pertanian berbasis
Teaching Factory.
2) Penyelenggaraan Penelitian
terapan Bidang Pertanian.
3) Penyelenggaraan Pengabdian
Masyarakat sesuai dengan
Program Kementerian
Pertanian.
4) Penyelenggaraan Kerjasama
dengan Dunia Usaha/Dunia
Industri dan stakeholder terkait.
B. KERANGKA REGULASI Kerangka regulasi dibutuhkan
dalam rangka pelaksanaan tugas, fungsi
serta kewenangan dan penjabaran peran
Pusat Pendidikan Pertanian dalam
Hal. 36 dari 97
mencapai sasaran strategis. Selain itu
regulasi tersebut dibutuhkan dalam
menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi dalam pembangunan pertanian
khususnya di tingkat daerah. Langkah
awal dalam proses pelaksanaan
penyusunan kerangka regulasi adalah
melakukan evaluasi terhadap efektifitas
regulasi yang ada. Apabila hasil evaluasi
dinyatakan bahwa regulasi yang ada,
sudah efektif dalam mendukung
pencapaian tujuan dan sasaran Pusat
Pendidikan Pertanian, maka tidak perlu
dibentuk regulasi baru. Apabila hasil
evaluasi ternyata regulasi yang ada belum
efektif atau belum optimal dalam
mendukung pencapaian tujuan dan
sasaran Pusat Pendidikan Pertanian, perlu
dibentuk regulasi baru atau perubahan
regulasi yang ada.
Hal. 37 dari 97
Dalam rangka mengoptimalkan
sistem Pemantapan Pendidikan Pertanian,
maka perlu dilakukan review terhadap
regulasi yang ada serta menyusun
peraturan operasionalnya. Produk regulasi
Pusat Pendidikan Pertanian adalah sebagai
berikut:
1. Keputusan Menteri Pertanian tentang
Penyelenggaraan Pendidikan,
Kurikulum Pendidikan di STPP,
Persyaratan dan Tata Cara Penerimaan
Mahasiswa Baru, Tata Kehidupan
Kampus, dan Pedoman Pemilihan Wakil
Ketua.
2. Keputusan Kepala Badan PPSDMP
tentang Seragam Mahasiswa STPP,
Lomba Karya Ilmiah Siswa, Praktek
Kerja Usaha Siswa SMK-PP, Gelar
Inovasi Teknologi, Lomba Karya Ilmiah
bagi Tenaga Pendidik, Lomba Tenaga
Hal. 38 dari 97
Pendidik Berprestasi, Pengawalan
Mahasiswa pada Sentra Produksi.
C. KERANGKA KELEMBAGAAN
Pusat Pendidikan Pertanian
mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan kebijakan teknis pendidikan
vokasi pertanian, rencana dan program
pendidikan pertanian, serta pemantauan,
evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
kegiatan. Dalam melaksanakan tugasnya
tersebut Pusat Pendidikan Pertanian
menyelanggarakan fungsi-fungsi:
1. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program kerja sama, dan pemantauan, serta evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan pendidikan pertanian;
2. Pelaksanaan pengembangan dibidang pendidikan pertanian.
Struktur organisasi Pusat Pendidikan Pertanian terdiri dari 3 bidang dan 6 subbidang, yaitu:
Hal. 39 dari 97
1. Bidang Program dan Kerjasama dengan: a. Sub Bidang program; b. Sub Bidang kerja sama.
2. Bidang Penyelenggaraan Pendidikan dengan: a. Sub Bidang Kurikulum, dan Sistem
Pembelajaran; b. Sub Bidang Peserta Didik.
3. Bidang Kelembangaan dan Ketenagaan dengan: a. Sub Bidang Kelembagaan; b. Sub Bidang Ketenagaan.
Selain itu Pusat Pendidikan
Pertanian mengkoordinasikan 9 Unit
Pelaksana Teknis (UPT) yang terbagi dalam
10 Satuan Kerja, dan 82 SMK-PP
Pemda/Yayasan yang dibina berlokasi di
Daerah. UPT yang dikoordinasi oleh Pusat
Pendidikan Pertanian berjumlah 6 UPT
setingkat Eselon II yaitu Politeknik
Pembangunan Pertanian (Poltek/STPP),
dan 3 UPT Eselon III yaitu Sekolah
Hal. 40 dari 97
Menengah Kejuruan – Pertanian
Pembangunan (SMK-PP). Sekolah
Menengah Kejuruan Pertanian yang dibina
terbagi atas 84 SMK-PP milik Pemda
Provinsi, Pemda Kabupaten serta Yayasan.
Secara lengkap sebagai berikut :
1. Poltek/STPP Medan – Sumatera Utara
(1 Satker);
2. Poltek/STPP Bogor – Jawa Barat (1
Satker);
3. Poltek/STPP Magelang – Jawa Tengah
& DIY (2 Satker);
4. Poltek/STPP Malang – Jawa Timur (1
Satker);
5. Poltek/STPP Gowa – Sulawesi Selatan
(1 Satker);
6. Poltek/STPP Manokwari – Papua Barat
(1 Satker);
7. Poltek/SMK-PP Negeri Sembawa –
Sumatera Selatan (1 Satker);
Hal. 41 dari 97
8. Poltek/SMK-PP Negeri Banjarbaru –
Kalimantan Selatan (1 Satker);
9. Poltek/SMK-PP Negeri Kupang – Nusa
Tenggara Timur (1 Satker);
10. SMK-PP dan SMK Pertanian milik
Pemda & Yayasan sebanyak 84
sekolah.
Hal. 42 dari 97
BAB. V PROGRAM LINTAS, PROGRAM AKSI, KEGIATAN DAN TARGET KINERJA,
DAN KERANGKA PEMBIAYAAN
A. PROGRAM Pusat Pendidikan Pertanian merupakan
Unit Eselon II Badan Penyuluhan dan
Pengembangan SDM Pertanian. Program
BPPSDMP Tahun 2015-2019 adalah (1)
Program Peningkatan Penyuluhan dan
Pelatihan Pertanian dan (2) Program Pendidikan Pertanian.
Mengacu pada program pendidikan
pertanian, maka pelaksanaan kegiatan Pusat
Pendidikan Pertanian adalah melalui kegiatan
“dijabarkan ke dalam kegiatan Penguatan Pendidikan Pertanian”.
Hal. 43 dari 97
Tabel 1.Program/Kegiatan Badan PPSDMP Tahun 2015-2019
Fungsi Tahun/Program/Kegiatan
2015 2016 2017-2019
Ekonomi Progra Tabel 2m : Peningkatan Penyuluhan, Pendidikan dan Pelatihan Pertanian
Kegiatan: 1) Pemantapan
Sistem Penyuluhan Pertanian
2) Revitalisasi Pendidikan Pertanian serta Pengembangan Standarisasi dan Sertifikasi Profesi Pertanian
3) Pemantapanan Sistem Pelatihan Pertanian
Program : Peningkatan Penyuluhan, Pendidikan dan Pelatihan Pertanian Kegiatan: 1) Pemantapan
Sistem Penyuluhan Pertanian
2) Revitalisasi Pendidikan Pertanian
3) Pemantapanan Sistem Pelatihan Pertanian
4) Dukungan manajemen dan Teknis Lainnya Badan PPSDMP
Program : Peningkatan Penyuluhan dan Pelatihan Pertanian Kegiatan: 1) Pemantapa
n Sistem Penyuluhan Pertanian
2) Pemantapanan Sistem Pelatihan Pertanian
3) Dukungan manajemen dan Teknis Lainnya Badan PPSDMP
Hal. 44 dari 97
4) Dukungan manajemen dan Teknis Lainnya Badan PPSDMP
5) Pendidikan Menengah Pertanian
Hal. 45 dari 97
Fungsi Tahun/Program/Kegiatan
2015 2016 2017-2019
Pendidikan
- Pendidikan Menengah Pertanian Kegiatan : Pendidikan Menengah Pertanian
Pendidikan Pertanian Kegiatan : Pendidikan Pertanian
Indikator Kinerja Utama (IKU) atau
Indikator Kinerja Program Pendidikan
Pertanian digunakan sebagai acuan kinerja
adalah:
a. Jumlah SDM lulusan pendidikan
tinggi vokasi pertanian yang
memenuhi standar kompetensi
kerja (orang).
b. Jumlah SDM lulusan pendidikan
menengah vokasi pertanian yang
memenuhi standar kompetensi
kerja (orang).
Hal. 46 dari 97
c. Regenerasi petani melalui
Penumbuhan Wirausaha Muda
Pertanian oleh mahasiswa STPP,
Siswa SMK-PP, dan alumni
Perguruan Tinggi Mitra
(Kelompok).
B. PROGRAM AKSI 1. Gerakan Pemberdayaan Petani
Terpadu Kementerian Pertanian telah
menetapkan sebelas arah Kebijakan
Pembangunan Pertanian tahun 2015 –
2019 dengan tujuan utama untuk
mencapai kemandirian pangan dan
berkelanjutan sekaligus ramah
lingkungan. Untuk mendukung
tercapainya kemandirian pangan
tersebut, telah dilakukan berbagai
upaya, antara lain melalui
pemberdayaan sumberdaya manusia
Hal. 47 dari 97
pertanian pada kawasan sentra
produksi sub sektor tanaman pangan,
perkebunan, hortikultura dan
peternakan yang meliputi 7 (tujuh)
komoditas strategis nasional yaitu padi,
jagung, kedelai, tebu, aneka cabai,
bawang, dan sapi/kerbau. Ketahanan
pangan merupakan bagian terpenting
dari pemenuhan hak atas pangan
sekaligus merupakan salah satu pilar
utama hak azasi manusia. Ketahanan
pangan juga merupakan bagian sangat
penting dari ketahanan nasional. Dalam
hal ini hak atas pangan seharusnya
mendapat perhatian yang sama besar
dengan usaha menegakkan pilar-pilar
hak azasi manusia. Untuk mewujudkan
kondisi ketahanan pangan nasional
yang mantap, subsistem ketahanan
pangan (ketersediaan, distribusi dan
konsumsi) dalam sistem ketahanan
Hal. 48 dari 97
pangan diharapkan dapat berfungsi
secara sinergis, melalui kerja sama
antar komponen yang digerakkan oleh
pemerintah dan masyarakat.
Ketahanan pangan tidak hanya
mencakup pengertian ketersediaan
pangan yang cukup, tetapi juga
kemampuan untuk mengakses
(termasuk membeli) pangan dan tidak
terjadinya ketergantungan pangan pada
pihak manapun. Dalam hal inilah,
petani memiliki kedudukan strategis
dalam ketahanan pangan, dimana
petani adalah produsen pangan
sekaligus kelompok konsumen pangan
terbesar.
Petani harus memiliki
kemampuan untuk memproduksi
pangan secara mandiri dan juga harus
Hal. 49 dari 97
memiliki pendapatan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan pangan dan
hidup mereka sendiri. Keadaan ini
merupakan salah satu upaya untuk
memenuhi kebutuhan pangan serta
meningkatkan produktifitas dan
kualitas ketahanan pangan masyarakat
petani.
Arah kebijakan umum
pengembangan sektor pertanian
ditujukan pada upaya, peningkatan
produktivitas, produksi dan nilai
tambah hasil pertanian untuk
menunjang kebutuhan pangan nasional
serta memenuhi kebutuhan bahan
baku industri dan ekspor, sekaligus
meningkatkan kesempatan kerja dan
pendapatan para pelaku utama dan
pelaku usaha. Secara eksplisit arah
Hal. 50 dari 97
kebijakan umum pengembangan sektor
pertanian antara lain:
a. Peningkatan produktivitas dan
produksi hasil pertanian untuk
memenuhi kebutuhan bahan
pangan, bahan baku industri dan
mengisi peluang ekspor, melalui
upaya peningkatan mutu
intensifikasi, ekstensifikasi,
rehabilitasi dan konservasi.
b. Peningkatan nilai tambah produk-
produk hasil pertanian untuk
meningkatkan pendapatan petani
dan para pelaku usaha lain yang
terlibat langsung maupun tidak
langsung dengan usaha pertanian.
c. Peningkatan kesempatan dan
penyerapan tenaga kerja di sektor
pertanian untuk mengurangi
jumlah pengangguran dari
Hal. 51 dari 97
angkatan kerja yang terus semakin
bertambah.
Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan adanya dukungan kebijakan
strategis dan pengaturan teknis agar
seluruh sumberdaya, baik sumberdaya
manusia maupun sumberdaya alam
berfungsi secara harmonis dan optimal.
Padi, Jagung dan Kedelai serta
komoditas strategis pertanian lainnya
antara lain Tebu, Aneka Cabai, Bawang
dan Sapi/kerbau yang merupakan 7
(tujuh) komoditas hasil pertanian
strategis yang seringkali menjadi isu
nasional. Kementerian Pertanian pada
tahun 2016 menargetkan peningkatan
produksi padi minimal 76,2 juta ton
GKP, jagung 21,4 juta ton, kedelai 1,82
juta ton, aneka cabai 1,1 juta ton,
Hal. 52 dari 97
bawang merah 1,173 juta ton, tebu 3,2
juta ton dan sapi/kerbau 0,552 juta ton.
Dalam implementasi pencapaian
target peningkatan produksi komoditas
tersebut, disadari adanya beberapa
keterbatasan sebagai faktor pembatas,
antara lain keberadaan lahan dimana
banyaknya alih fungsi lahan pertanian
produktif menjadi pemukiman, lahan
industri dan sebagainya. Kondisi lain
yang menjadi faktor pembatas adalah
petani dan penyuluh pertanian.
Jumlah penyuluh pertanian pada
dasawarsa terakhir ini mengalami
penurunan yang nyata karena pensiun,
alih fungsi ke non penyuluh pertanian
dan rendahnya rekruitmen penyuluh
pertanian. Mengingat kondisi tersebut,
maka diperlukan upaya strategis,
Hal. 53 dari 97
antara lain penyiapan tenaga energik
dan mandiri yang dapat membantu
kinerja penyuluh dan pendampingan
kepada petani. Upaya tersebut
didukung dengan implementasi secara
nyata di lapangan dengan memberikan
perhatian yang serius dari semua pihak,
termasuk perguruan tinggi sebagai
komunitas masyarakat akademis,
dalam hal ini adalah civitas akademika
yang terdiri atas dosen dan
Mahasiswa/Alumni.
Oleh karena itu, dalam rangka
pencapaian target peningkatan
produksi 7 (tujuh) komoditas strategis
serta membantu tugas penyuluhan dan
pendampingan petani, Badan
Penyuluhan dan Pengembangan SDM
Pertanian mencanangkan program
pendampingan Mahasiswa/Alumni
Hal. 54 dari 97
sejak tahun 2015. Pendampingan oleh
dosen dan Mahasiswa/Alumni ini
diselenggarakan berkoordinasi dengan
instansi terkait di tingkat Provinsi dan
Kabupaten/Kota, dan kelembagaan
petani yang diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas lahan dan
produksi strategis.
Potensi pengembangan komoditas
strategis nasional tersebut masih cukup
besar, baik melalui peningkatan
produktivitas tanaman, perluasan areal
tanam maupun peningkatan populasi.
Maka dari itu pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam
usahatani ketujuh komoditas tersebut
masih terus diupayakan, melalui
peningkatan produksi di lokasi sentra
produksi pangan menuju swasembada
Hal. 55 dari 97
pangan dan swasembada
berkelanjutan.
Gerakan Pemberdayaan Petani
melalui Pendampingan PTN/STPP pada
wilayah sentra produksi pangan
dilaksanakan di 17 provinsi yaitu D.I.
Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Sumatera Selatan, Lampung, Banten,
Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I.
Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa
Tenggara Barat, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan dan Papua Barat.
Jenis kegiatan pendampingan
mahasiswa/alumni di sentra produksi
pangan meliputi :
a. Rekrutmen tenaga pendamping
dan supervisor di tingkat
perguruan tinggi dan
STPP/Politeknik;
Hal. 56 dari 97
b. Pembekalan bagi Dosen dan
Mahasiswa/Alumni;
c. Koordinasi dan sinkronisasi
program dilaksanakan di tingkat
pusat, wilayah, dan Perguruan
Tinggi;
d. Pendampingan petani yang
meliputi perencanaan dan
pelaksanaan usaha tani,
introduksi teknologi dan
kelembagaan petani;
e. Monitoring dan evaluasi yang
dilakukan oleh Panitia Kerja
Tingkat Pusat, Kelompok Kerja
Wilayah Koordinasi, Kelompok
Kerja Pendampingan dan
Pelaksana berupa identifikasi dan
penyelesaian permasalahan
produksi padi, jagung dan kedelai
serta tebu, aneka cabai, bawang
dan daging;
Hal. 57 dari 97
f. Pengujian teknologi pertanian
dilaksanakan oleh dosen dan
Mahasiswa/Alumni bersama
penyuluh pertanian. Pengujian
teknologi pertanian dapat
dilakukan pada kegiatan pra-
panen dan atau pasca-panen dan
bentuknya dapat berupa demplot,
pengujian alat atau lainnya.
Gambar 10. Tata Organisasi dan
Pengelola Pengawalan Mahasiswa.
Hal. 58 dari 97
2. Regenerasi Petani Menurut data BPS, angkatan kerja
di Indonesia sebanyak 121.9 juta orang
per agustus 2014. Pengangguran
terbuka per Agustus 2014 sebesar 5.94
persen, sementara pada sektor
pertanian dihadapkan pada tantangan
menurunnya minat para pemuda untuk
bekerja pada sektor pertanian. Banyak
pemuda di pedesaan yang lebih senang
pergi ke kota bekerja pada sektor
informal tanpa keterampilan yang
memadai, sehingga menyebabkan
terjadinya transfer pengangguran dari
desa ke kota. Sementara itu lulusan
sarjana pertanian hanya sedikit yang
memilih untuk bekerja menjadi petani,
bahkan ada yang memilih bekerja di
luar sektor pertanian. Berangkat dari
keprihatinan rendahnya tenaga kerja
terdidik yang bekerja dan kenyataan
Hal. 59 dari 97
bahwa semakin terbukanya akses
pendidikan khususnya pendidikan
menengah kejuruan pertanian dan
pendidikan program sarjana bagi
masyarakat Indonesia maka penting
untuk memberikan bekal kepada
generasi muda dalam aspek teoritis
maupun praktis secara proporsional.
Pendekatan secara teoritis atau
konseptual memberikan kesempatan
kepada generasi muda mengembangkan
daya analisis dan kritis atas fenomena,
sedangkan pandangan praktis
memberikan kemampuan generasi
muda untuk secara riil melakukan
sesuatu yang nyata dan dirasakan
masyarakat disekitarnya.
Program Aksi Regenerasi Petani ini
berusaha mensinergikan kepentingan
peningkatan kualitas sumberdaya
Hal. 60 dari 97
manusia dan aspek pembangunan
pertanian, sehingga para pemuda
diharapkan mampu dan mau terjun ke
dunia pertanian. Dengan kegiatan ini,
siswa lulusan SMK-PP dan mahasiswa
sarjana pertanian akan mempraktekkan
pemahamannya berkaitan pertanian
sebagai agripreneur sehingga setelah
lulus akan menjadi petani pengusaha
dan sekaligus menjadi pemuda
penggerak sektor pertanian melalui
kegiatan 1) Penumbuhan
Wirausahawan Muda Pertanian dan 2)
Transformasi Pendidikan.
Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian
Saat ini, salah satu tantangan
yang dihadapi pada sektor pertanian
adalah menurunnya minat para
pemuda untuk bekerja pada sektor ini.
Hal. 61 dari 97
Dimungkinkan penyebabnya kesan
pemuda terhadap pekerjaan sektor
pertanian adalah pekerjaan petani yang
berada di sawah, bergelut dengan
lumpur, tradisional, berada di
pedesaan, dan terbelakang. Disamping
itu didukung pula oleh kenyataan
bahwa sebagian besar lulusan
perguruan tinggi penyelenggara
pendidikan cenderung lebih sebagai
pencari kerja (jobseeker) daripada
pencipta lapangan pekerjaan (job
creator). Hal ini kemungkinan sistem
pembelajaran yang diterapkan saat ini
masih terfokus pada bagaimana
menyiapkan para mahasiswa yang cepat
lulus dan mendapatkan pekerjaan,
bukannya lulusan yang siap
menciptakan pekerjaan. Kenyataan
lainnya adalah sarjana pertanian yang
bekerja di sektor pertanian sedikit,
Hal. 62 dari 97
mereka cenderung memilih bekerja
diluar sektor pertanian.
Pada jangka panjang kondisi
tersebut secara gradual berdampak
menurunnya jumlah tenaga kerja
terdidik yang bekerja di sektor
pertanian, dan pada akhirnya terjadi
kelangkaan tenaga terdidik pada sektor
pertanian. Kondisi ini harus dihentikan,
dan perlu dilakukan terobosan guna
memperkuat SDM pertanian.
Strategi yang dilakukan guna
memperluat SDM pertanian tersebut
adalah mengubah kesan kepada
pemuda bahwa sektor pertanian bukan
hanya budidaya tanaman di sawah
melainkan sektor pertanian adalah
usaha agribisnis dari subsitem hulu
sampai hilir yang justru memberikan
Hal. 63 dari 97
peluang kerja dan peluang usaha yang
sangat luas. Strategi lainnya adalah
menumbuhkembangkan jiwa
kewirausahaan dan meningkatkan
aktivitas kewirausahaan dibidang
pertanian agar para lulusan perguruan
tinggi pertanian lebih menjadi pencipta
lapangan kerja. Melalui kegiatan ini
peserta didik akan bertindak sebagai
wirausahawan muda pertanian
(Agripreneur). Setelah menjadi tenaga
terdidik pertanian diharapkan akan
menjadi pengusaha pertanian,
sekaligus menjadi penggerak dan
pencipta lapangan kerja di sektor
pertanian.
Pada tataran operasional,
penumbuhan wirausahawan muda
pertanian terbagi dalam tiga tahap:
penyadaran dan penumbuhan,
Hal. 64 dari 97
pengembangan, dan pemandirian.
Masing-masing tahap dilaksanakan
satu tahun.
Transformasi Pendidikan Kebijakan Kepala Badan
Penyuluhan dan Pengembangan SDM
Pertanian tentang Transformasi UPT
Kementerian Pertanian menuju lembaga
yang profesional, mandiri dan berdaya
saing serta berdasarkan pertimbangan
kekuatan, kelemahan, peluang,
tantangan dan kelembagaan serta
ketersediaan sumberdaya yang ada
maka maka perlu dilakukan perubahan
kelembagaan SMK-PP dan STPP
menjadi Politeknik.
Dalam mencapai perubahan
tersebut telah disusun tahapan
kegiatan yang diperlukan oleh Pusat
Pendidikan Pertanian maupun UPT
Hal. 65 dari 97
Pertanian sebagai berikut : 1) Produk
Hukum, 2) Pengembangan Prodi/Minat
Studi, 3) Kurikulum/Silabus/Profil, 4)
Perencanaan Tenaga Pendidik dan
Tenaga Kependidikan, Pengembangan
Sapras, dan 5) Sistem Penerimaan
Mahasiswa Baru.
C. KEGIATAN 1. Kegiatan Pendidikan
Guna Menyiapkan generasi muda
terdidik, terlatih dan kompeten yang
unggul dalam agrosociopreneur, maka
perlu diterapkan sistem pembelajaran
dengan mengunakan metode Teaching
Factory. Teaching Factory adalah model
pembelajaran yang mengkondisikan
tempat praktik di
Politeknik/STPP/SMK-PP seperti
tempat kerja dunia usaha/dunia
industri (DU/DI) sesungguhnya. Dalam
Hal. 66 dari 97
model pembelajaran ini, peserta didik
akan diarahkan mengelola jenis usaha
bidang budidaya (tanaman dan ternak),
pengolahan hasil, maupun pemasaran
hasil pertanian. Diharapkan, para
lulusan tidak hanya menjadi pencari
kerja (job seeker) tetapi juga menjadi
pencipta lapangan kerja (job creator).
Sehingga kegiatan Pendidikan Pertanian
Tahun 2015 – 2019 berfokus pada :
a. Pemberian Tugas Belajar S2 dan S3
bagi Dosen dan tenaga
kependidikan.
b. Penambahan Program Studi.
c. Peningkatan jumlah penerimaan
mahasiswa baru.
d. Penyempurnaan dan Pengembangan
Kurikulum.
e. Peningkatan Kapasitas Dosen dan
Tenaga Kependidikan.
Hal. 67 dari 97
f. Penyusunan dan Pelaksanaan
Rencana Induk Penelitian Terapan
Pertanian.
g. Pembinaan Karakter Peserta Didik
dan Tata Kehidupan Kampus.
h. Penyediaan Bantuan Modal dan
Kegiatan Pendukung Lainnya untuk
program Penumbuhan Wirausaha
Muda Pertanian.
i. Pembangunan dan penyediaan
sarana prasarana Teaching Factory
dan sarana pembelajaran lainnya
sesuai Standar Pendidikan Vokasi
Pertanian.
j. Pembangunan, Perbaikan dan
Pemeliharaan Sarana Pendukung
Pendidikan.
k. Terobosan Jejaring Kerjasama
dengan Kementerian lain terkait
Pengembangan Aset Pendidikan
Pertanian.
Hal. 68 dari 97
l. SDM Pertanian yang diuji
Kompetensinya dalam Sertifikasi
Profesi Bidang Pertanian.
2. Indikator Kinerja Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK),
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan
Program Pendidikan Pertanian tersaji
pada Tabel 2
Hal. 69 dari 97
Tabel 2. IKU dan IKK Badan PPSDMP lingkup Pusat Pendidikan Pertanian Tahun 2015 – 2019
TAHUN PROGRAM IKU IKK
2015 Peningkatan Penyuluhan, Pendidikan dan Pelatihan Pertanian
1. Jumlah SDM lulusan Pendidikan Tinggi Pertanian yang Memenuhi Standar Kompetensi kerja (orang)
2. Jumlah SDM lulusan Pendidikan Menengah Pertanian Yang Memenuhi Standar Kompetensi kerja (orang)
1.1. Jumlah aparatur pertanian yang mengikuti pendidikan S2/S3 (orang)
1.2. Jumlah aparatur pertanian dan non aparatur pertanian yang mengikuti pendidikan Diploma IV (orang)
1.3. Jumlah kelembagaan pendidikan tinggi pertanian (unit)
1.4. Jumlah kelembagaan standardisasi dan sertifikasi profesi yang difasilitasi dan dikembangkan (unit)
1.5. Jumlah ketenagaan pendidikan pertanian yang difasilitasi dan
Hal. 70 dari 97
TAHUN PROGRAM IKU IKK
dikembangkan (orang)
1.6. Jumlah profesi pertanian yang distandardisasi (Dok)
1.7. Jumlah SDM pertanian yang mengikuti sertifikasi profesi (orang)
1.8. Jumlah Dukungan Revitalisasi Pendidikan Pertanian dan Pengembangan Standardisasi serta Sertifikasi Profesi SDM Pertanian (bulan)
2.1. Jumlah generasi
muda pertanian yang mengikuti pendidikan di SMK-PP/SMK Pertanian yang difasilitasi (orang)
2.2. Jumlah kelembagaan pendidikan menengah pertanian yang difasilitasi dan
Hal. 71 dari 97
TAHUN PROGRAM IKU IKK
dikembangkan (unit)
2.3. Ketenagaan pendidikan menengah pertanian yang difasilitasi dan dikembangkan (orang)
2.4. Jumlah Dukungan Pendidikan Menengah Pertanian (bulan)
2016 Peningkatan Penyuluhan, Pendidikan dan Pelatihan Pertanian
Jumlah SDM lulusan Pendidikan Tinggi Pertanian Yang Memenuhi Standar Kompetensi kerja (orang)
1. Jumlah SDM pertanian yang mengikuti pendidikan tinggi
2. Jumlah aparatur pertanian yang mengikuti pasca sarjana S2/S3
3. Jumlah mahasiswa/alumni yang menjadi petugas pendampingan program swasembada pangan
4. Jumlah siswa/mahasiswa/alumni yang Terfasilitasi Berwirausaha di bidang Pertanian
Hal. 72 dari 97
TAHUN PROGRAM IKU IKK
5. Jumlah kelembagaan pendidikan tinggi pertanian
6. Jumlah ketenagaan pendidikan pertanian yang difasilitasi dan dikembangkan
7. Jumlah dukungan revitalisasi pendidikan tinggi pertanian
Pendidikan Menengah Pertanian
Jumlah SDM lulusan Pendidikan Menengah Pertanian yang Memenuhi Standar Kompetensi kerja (orang)
1. Jumlah generasi muda pertanian yang mengikuti pendidikan di SMK-PP/SMK Pertanian yang difasilitasi
2. Jumlah kelembagaan pendidikan menengah pertanian yang difasilitasi dan dikembangkan
3. Ketenagaan pendidikan menengah pertanian yang difasilitasi dan dikembangkan
Hal. 73 dari 97
TAHUN PROGRAM IKU IKK
4. Jumlah dukungan pendidikan menengah pertanian
2017 Pendidikan Pertanian
Jumlah SDM lulusan Pendidikan Tinggi dan Menengah Vokasi Pertanian yang Memenuhi Standar Kompetensi kerja (orang)
1. Layanan Pendidikan dan Pelatihan (layanan)
2. Layanan internal organisasi (dokumen)
3. Jumlah dukungan revitalisasi pendidikan tinggi pertanian (bulan)
2018-2019
Pendidikan Pertanian
Jumlah SDM lulusan Pendidikan Vokasi Pertanian yang Memenuhi Standar Kompetensi kerja (orang)
1. Jumlah Mahasiswa Yang Mengikuti Pendidikan Tinggi Pertanian (Orang)
2. Jumlah Aparatur Pertanian yang Mengikuti Pendidikan Formal Pasca Sarjana S2 dan S3
3. Meningkatnya Kualitas Guru dan Dosen Pendidikan Vokasi
Hal. 74 dari 97
TAHUN PROGRAM IKU IKK
4. Jumlah Mahasiswa dari Perguruan Tinggi Negeri yang Melakukan Pendampingan dalam Kegiatan Peningkatan Produksi Komoditas Strategis Pertanian
5. Jumlah Siswa/Mahasiswa/Alumni yang Terfasilitasi Berwirausaha di bidang Pertanian
6. Jumlah Siswa yang Mengikuti Pendidikan Menengah Pertanian di SMK-PP
7. Pengabdian Masyarakat di Wilayah Perbatasan
8. Jumlah SDM Pertanian yang diuji Kompetensinya dalam Sertifikasi Profesi Bidang Pertanian
Hal. 75 dari 97
TAHUN PROGRAM IKU IKK
9. Jumlah Kelembagaan STPP yang Terpenuhi Sarana Prasarananya
10. Jumlah Kelembagaan SMK-PP yang Terpenuhi Sarana dan Prasarananya
11. Tersedianya Norma, Standart, Prosedur dan Kriteria Pendidikan Pertanian
12. Terkelolanya PNBP dalam Mendukung Sarana Prasaranan Pendidikan Pertanian
13. Terbanyarnya Gaji, Tunjangan, Operasional dan Pemeliharaan Kantor
Hal. 76 dari 97
Tabel 3. Sub Kegiatan dan Indikator Kinerja Pusat Pendidikan Pertanian 2015-2019
NO SUB KEGIATAN INDIKATOR
OUTPUT OUTCOME
1.
Tugas Belajar S2 dan S3 bagi aparatur pertanian
Jumlah aparatur pertanian yang mengikuti program tugas belajar S2/S3.
Meningkatnya kinerja aparatur pertanian pada unit/organisasi yang bersangkutan
2.
Pendidikan Tinggi di Politeknik/STPP bagi aparatur dan non aparatur pertanian
Jumlah aparatur dan non aparatur pertanian yang mengikuti program pendidikan tinggi di Politeknik/STPP
Meningkatnya kinerja aparatur dan non aparatur pertanian
3.
Pendidikan Menengah Pertanian bagi generasi muda pertanian
Jumlah siswa yang mengikuti pendidikan di SMK-PPN dan SMK Pertanian
Tersedianya tenaga teknis terampil di bidang pertanian yang kompeten dan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja
4.
Pengembangan kelembagaan pendidikan tinggi pertanian
Jumlah kelembagaan pendidikan tinggi yang
Terfasilitasinya aparatur dan non aparatur pertanian untuk
Hal. 77 dari 97
difasilitasi dan dikembangkan
mengikuti pendidikan di Politeknik/STPP
5.
Pengembangan kelembagaan pendidikan menengah
Jumlah kelembagaan pendidikan menengah yang difasilitasi dan dikembangkan
Terfasilitasinya generasi muda pertanian untuk mengikuti pendidikan di SMK-PP/ SMK Pertanian
6.
Pengembangan Kompetensi dan Kapasitas Ketenagaan Pendidikan Tinggi dan Menengah Pertanian
Jumlah ketenagaan pendidikan tinggi dan menengah pertanian yang difasilitasi dan dikembangkan
Terfasilitasinya ketenagaan pendidikan yang difasilitasi dan dikembangkan
7.
Pengembangan Kebijakan, Program dan Kerjasama Pendidikan
Jumlah dokumen kebijakan program dan kerjasama yang dihasilkan dan dikembangkan
Kinerja Organisasi/unit kerja meningkat
Hal. 78 dari 97
NO SUB KEGIATAN INDIKATOR
OUTPUT OUTCOME
8.
Kemitraan dengan Perguruan Tinggi Negeri
Jumlah mahasiswa dari perguruan tinggi negeri yang melakukan kemitraan
UPSUS Peningkatan Produksi Pangan (Kedaulatan Pangan)
9. Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian
Jumlah alumni yang terfasilitasi berwirausaha di bidang pertanian
Peningkatan kesejahteraan Petani
10.
Siswa yang Mendapat Bantuan Praktek
Jumlah siswa yang terfasilitasi Bantuan Praktek
Penyediaan Bantuan Pendidikan yang Efektif
Hal. 79 dari 97
D. KERANGKA PEMBIAYAAN
Tabel 4. Target per Tahun dan Alokasi Anggaran Kegiatan Pemantapan Pendidikan Pertanian 2015
NO KEGIATAN SASARAN/ INDIKATOR
TARGET 2015
ALOKASI ANGGARAN
2015
1. Revitalisasi Pendidikan Pertanian serta Pengembangan Standarisasi dan Sertifikasi Profesi Pertanian
Jumlah aparatur pertanian yang mengikuti pendidikan S2/S3
250 org 9.000
Jumlah aparatur pertanian dan non aparatur pertanian yang mengikuti
2.850 org 45.600
Hal. 80 dari 97
pendidikan Diploma IV
NO KEGIATAN SASARAN/ INDIKATOR
TARGET 2015
ALOKASI ANGGARAN
2015
Jumlah kelembagaan pendidikan tinggi pertanian
6 unit 19.927
Jumlah kelembagaan standardisasi dan sertifikasi profesi yang difasilitasi dan dikembangkan
9 unit 2.700
Hal. 81 dari 97
NO KEGIATAN SASARAN/ INDIKATOR
TARGET 2015
ALOKASI ANGGARAN
2015
Jumlah ketenagaan pendidikan pertanian yang difasilitasi dan dikembangkan
215 org 10.750
Jumlah profesi pertanian yang distandardisasi
3 dok 1.500
Jumlah SDM pertanian yang mengikuti sertifikasi profesi
1.000 org 3.500
Hal. 82 dari 97
NO KEGIATAN SASARAN/ INDIKATOR
TARGET 2015
ALOKASI ANGGARAN
2015
Jumlah Dukungan Revitalisasi Pendidikan Pertanian dan Pengembangan Standardisasi serta Sertifikasi Profesi SDM Pertanian
12 bulan 64.489
2. Pendidikan Menengah Pertanian
Jumlah generasi muda pertanian yang mengikuti pendidikan di SMK-PP/SMK Pertanian yang difasilitasi
19.800 org 24.833
Hal. 83 dari 97
NO KEGIATAN SASARAN/ INDIKATOR
TARGET 2015
ALOKASI ANGGARAN
2015
Jumlah kelembagaan pendidikan menengah pertanian yang difasilitasi dan dikembangkan
84 unit 8.229
Ketenagaan pendidikan menengah pertanian yang difasilitasi dan dikembangkan
472 org 5.699
Jumlah dukungan pendidikan menengah pertanian
12 bulan 17.004
Hal. 84 dari 97
Tabel 5. Target per Tahun dan Alokasi Anggaran Kegiatan Pemantapan Pendidikan Pertanian 2016
NO KEGIATAN SASARAN/ INDIKATOR TARGET 2016
ALOKASI ANGGARAN
2016
1. Revitalisasi Pendidikan Pertanian
Jumlah SDM pertanian yang mengikuti pendidikan tinggi
3.350 org 127.189
Jumlah aparatur pertanian yang mengikuti pasca sarjana S2/S3
280 org 10.500
Jumlah mahasiswa/alumni yang menjadi petugas pendampingan program swasembada pangan
4.350 org 65.000
Hal. 85 dari 97
NO KEGIATAN SASARAN/ INDIKATOR TARGET 2016
ALOKASI ANGGARAN
2016
Jumlah siswa/mahasiswa/alumni yang Terfasilitasi Berwirausaha di bidang Pertanian
1.000 org 40.000
Jumlah kelembagaan pendidikan tinggi pertanian
6 unit 13.224
Jumlah ketenagaan pendidikan pertanian yang difasilitasi dan dikembangkan
499 org 15.243
Jumlah dukungan revitalisasi pendidikan tinggi pertanian
12 bulan 95.999
Hal. 86 dari 97
NO KEGIATAN SASARAN/ INDIKATOR TARGET 2016
ALOKASI ANGGARAN
2016
2. Pendidikan Menengah Pertanian
Jumlah generasi muda pertanian yang mengikuti pendidikan di SMK-PP/SMK Pertanian yang difasilitasi
18.410 org 38.828
Jumlah kelembagaan pendidikan menengah pertanian yang difasilitasi dan dikembangkan
84 unit 7.393
Ketenagaan pendidikan menengah pertanian yang difasilitasi dan dikembangkan
402 org 3.265
Jumlah dukungan pendidikan menengah pertanian
12 bulan 20.146
Hal. 87 dari 97
Tabel 6. Target per Tahun dan Alokasi Anggaran Kegiatan Pemantapan Pendidikan Pertanian 2017-2019
KEGIATAN SASARAN/ INDIKATOR
TARGET ALOKASI ANGGARAN 2017 2018 2019 2017 2018 2019
Pendidikan Pertanian
Layanan Pendidikan dan Pelatihan (layanan)
3.960 layanan 29,991
Layanan internal organisasi (dokumen)
28,845 dok 227,170
Jumlah dukungan revitalisasi pendidikan tinggi pertanian (bulan)
12 bulan 94,614
Jumlah Mahasiswa Yang Mengikuti Pendidikan Tinggi Pertanian
3.800 org 3.800 org 92.320 110,784
Hal. 88 dari 97
KEGIATAN SASARAN/ INDIKATOR
TARGET ALOKASI ANGGARAN 2017 2018 2019 2017 2018 2019
Jumlah Aparatur Pertanian yang Mengikuti Pendidikan Formal Pasca Sarjana S2 dan S3
300 org 400 org 13.500 20.250
Meningkatnya Kualitas Guru dan Dosen Pendidikan Vokasi
309 org 309 org 6.401 7.681
Hal. 89 dari 97
KEGIATAN SASARAN/ INDIKATOR
TARGET ALOKASI ANGGARAN 2017 2018 2019 2017 2018 2019
Jumlah Mahasiswa dari Perguruan Tinggi Negeri yang Melakukan Pendampingan dalam Kegiatan Peningkatan Produksi Komoditas Strategis Pertanian
1.500 org 2.200 org 22.500 35.000
Jumlah Siswa/Mahasiswa/Alumni yang Terfasilitasi Berwirausaha di bidang Pertanian
1.247 klp 1.247 klp 27.916 35.000
Hal. 90 dari 97
KEGIATAN SASARAN/ INDIKATOR
TARGET ALOKASI ANGGARAN 2017 2018 2019 2017 2018 2019
Jumlah Siswa yang Mengikuti Pendidikan Menengah Pertanian di SMK-PP
22.427 org
22.427 org 29.934 35.920
Pengabdian Masyarakat di Wilayah Perbatasan
10 unit 10 unit 8.300 8.300
Jumlah SDM Pertanian yang diuji Kompetensinya dalam Sertifikasi Profesi Bidang Pertanian
500 org 500 org 5.310 5.310
Hal. 91 dari 97
KEGIATAN SASARAN/ INDIKATOR
TARGET ALOKASI ANGGARAN 2017 2018 2019 2017 2018 2019
Jumlah Kelembagaan Politeknik/STPP yang Terpenuhi Sarana Prasarananya
7 unit 7 unit 29.908 35.000
Jumlah Kelembagaan Politeknik/SMK-PP yang Terpenuhi Sarana dan Prasarananya
3 unit 3 unit 7.675 9.000
Tersedianya Norma, Standart, Prosedur dan Kriteria Pendidikan Pertanian
11 layanan
12 layanan 14,095 18,095
Hal. 92 dari 97
KEGIATAN SASARAN/ INDIKATOR
TARGET ALOKASI ANGGARAN 2017 2018 2019 2017 2018 2019
Terkelolanya PNBP dalam Mendukung Sarana Prasaranan Pendidikan Pertanian
12 bulan 12 bulan 646 646
Terbanyarnya Gaji, Tunjangan, Operasional dan Pemeliharaan Kantor
12 bulan 12 bulan 97.942 97.942
Hal. 93 dari 97
BAB. V PENUTUPAN
Tersusunnya Renstra Pusat Pendidikan
Pertanian Tahun 2015-2019 hasil revisi ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dan arah dalam penetapan kegiatan operasional di unit kerja lingkup Pusat Pendidikan Pertanian. Dengan kedinamisan dan tuntutan masyarakat sangat memungkinkan belum terakomodasinya beberapa kebijakan dan kegiatan, untuk itu adanya perubahan dalam pelaksanaan program pendidikan pertanian akan sangat membantu dalam mencapai hasil yang lebih optimal.
Diperlukan komitmen, tekad dan upaya yang sungguh-sungguh dari semua pihak terkait untuk mengimplementasikan langkah-langkah operasional berdasarkan pada kebijakan yang proposional dan profesional sesuai dengan kewenangan tugas dan fungsi serta peran masing-masing.
Hal. 94 dari 97
LAMPIRAN 1. Struktur Organisasi Pusat Pendidikan Pertanian
KEPALA PUSAT PENDIDIKAN PERTANIAN
KEPALA BIDANG PROGRAM DAN KERJASAMA
KEPALA BIDANG PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN
KEPALA BIDANG KELEMBAGAAN DAN
KETENAGAAN
SUB BIDANG PROGRAM DAN
EVALUASI
SUB BIDANG KERJASAMA
SUB BIDANG KURIKULUM, DAN SISTEM
PEMBELAJARAN
SUB BIDANG PESERTA DIDIK
SUB BIDANG KELEMBAGAAN
SUB BIDANG KETENAGAAN
Hal. 95 dari 97
LAMPIRAN 2.
Daftar Alamat POLITEKNIK/ STPP
NO NAMA ALAMAT TELEPON & FAX
1.
STPP MEDAN
Jl. Binjai KM 10 Tromol Pos 18 Medan Sumut
Telp. (061) 8451544 Fax.
(061) 8446669
2.
STPP BOGOR
Jl. Cibalagung No.
1 PO BOX 188 Bogor Jabar
Telp. (0251)
8312386; 8312736
Fax. (0251) 83511063
3.
STPP MAGELANG
Jl. Kusuma Negara N0. 2 Yogyakarta
Jl. Magelang
Kopeng KM 7 PO BOX 152
Tegalrejo, Magelang Jateng
Telp. (0274) 373479
Fax. (0274) 375528
Telp. (0293)
364188 Fax. (0293)
313032
Hal. 96 dari 97
NO NAMA ALAMAT TELEPON & FAX
4.
STPP MALANG
Jl. Dokter Cipto No. 144A Bedali
Lawang Jatim
Telp. (0341)
427772; 427773 Fax. (0341)
427774
5.
STPP GOWA
Jl. Malino Km 7 Kotak Pos 1424 Kel. Boronglowe
Kec. Bontomarannu
Kab. Gowa Sulsel
Telp. (0411) 8210117
Fax. (0411) 8210117
6.
STPP MANOKWARI
Jl. SPAMA Kotak Pos 143 Reremi
Manokwari Papua
Telp. (0986) 211993 Fax.
(0986) 213223; 211130
Hal. 97 dari 97
LAMPIRAN 3. Daftar Alamat POLITEKNIK/ SMK-PP UPT
Pendidikan
NO NAMA ALAMAT TELOPON & FAX
1.
SMK-PP NEGERI
SEMBAWA
Jl. Palembang KM
29 Banyuasin Palembang,
Sumsel
Telp. (0711)
7439058
2.
SMK-PP NEGERI
BANJARBARU
Jl. Putri
Jungjungbuih No. 15 Banjarbaru
Kalimantan Selatan
Telp. (0511) 4772317
3.
SMK-PP NEGERI
KUPANG
Jl. Timor Raya KM
39 Lili Fatule’u Kabupaten
Kupang NTT
Telp. (0380) 833939, 8050939,
833176