1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keindahan bentang alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakan
anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan kekayaan yang sangat besar
nilainya. Keragaman budaya, suku bangsa, bahasa, kesenian, pola kehidupan, bahkan
keragaman kulinernya mungkin yang paling lengkap jika dibandingkan dengan
bangsa manapun di dunia. Hamparan sawah ladang yang luas, gunung gunung yang
menjulang tinggi serta pantai pantainya yang menawan, tak akan pernah membuat
bosan untuk dikunjungi. Letak pulau pulau utama di Indonesia yang sebagian besar
berada di garis khatulistiwa menjadikan iklimnya cocok untuk tanaman tanaman
daerah tropis, baik tanaman pangan, sayur mayur, maupun buah-buahan. Aneka
ragam buah buahan dapat dinikmati sepanjang tahun meskipun ada musim panen
untuk jenis buah tertentu. Hasil bumi yang melimpah, hasil perikanan perkebunan,
dan pertanian sudah lama menjadi sumber penghidupan bagi rakyatnya.
Rangkaian panjang sejarah bangsa Indonesia juga telah menjadikan bangsa ini
kaya akan nilai nilai sosial dan tradisi yang tetap lestari hingga saat ini. Tradisi
menyambut dan merayakan daur hidup misalnya, merupakan tradisi yang unik dan
menarik apabila dilihat dari sisi masyarakat yang tidak memiliki tradisi khusus dalam
kehidupannya. Hampir setiap peristiwa dalam kehidupan dimaknai dan dirayakan
dengan upacara serta ritual khusus yang dilakukan turun temurun sejak nenek
moyang masing masing. Kebudayaan Indonesia yang merupakan hasil perbauran,
2
perpaduan, dan percampuran berbagai budaya memiliki warna yang beragam dan
nuansa yang variatif dan sarat dengan nilai-nilai luhur kehidupan.
Kekayaan dan potensi yang terkandung di dalam negara dan bangsa Indonesia
sesungguhnya sangat besar nilainya dan akan mampu meningkatkan derajat maupun
kualitas kehidupan bangsa jika dimanfaatkan dan dikelola dengan baik. Kekayaan
tersebut meliputi kekayaan atau sumber daya yang bersifat material seperti minyak
bumi, hasil perkebunan, hasil pertanian, hasil perikanan, maupun hasil bumi lainnya,
serta kekayaan tak benda berupa nilai nilai luhur kehidupan dan budayanya.
Pengakuan batik sebagai warisan budaya asal Indonesia oleh UNESCO
membuktikan bahwa kesenian dan kebudayaan Indonesia memiliki kekhasan dan
keistimewaan di mata internasional.
Keunikan, kekayaaan, dan keindahan alam Indonesia serta keramah tamahan
penduduknya merupakan salah satu faktor yang mendorong minat warga negara lain
untuk mengunjungi negara Indonesia. Seiring dengan meningkatnya kerja sama
bilateral antar negara serta adanya kebijakan berupa kemudahan dalam mendapatkan
visa kunjungan memasuki wilayah Indonesia, jumlah wisatawan asing yang
berkunjung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Besarnya kontribusi keuangan
dan manfaat ekonomi dari kegiatan pariwisata menuntut pengelolaan yang baik
supaya nantinya dapat memberikan kontribusi yang maksimal.
Saat ini pemerintah dalam hal ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
berupaya terus mengembangkan dan melakukan pembenahan dalam pengelolaan
sektor pariwisata seperti tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
3
Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Nasional Tahun 2010 – 2025 ayat 4 yang berbunyi,
Visi pembangunan kepariwisataan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a adalah terwujudnya Indonesia sebagai negara tujuan pariwisata berkelas
dunia, berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah
dan kesejahteraan rakyat.
Sampai dengan tahun 2011, peringkat penerimaan devisa dari sektor pariwisata
baru mencapai peringkat ke lima sesuai dengan laporan Kementerian Pariwisata pada
akhir tahun 2012 dengan total penerimaan devisa sebesar 8.554,40 juta Dolar AS.
Sumber penerimaan devisa utama masih dihasilkan dari minyak dan gas bumi, batu
bara, minyak kelapa sawit, dan karet olahan (http://www.budpar.go.id/).
Secara global, kegiatan pariwisata internasional mengalami pertumbuhan dan
kenaikan dari waktu ke waktu seiring dengan dengan majunya dunia penerbangan
serta perkembangan yang sangat pesat dalam bidang teknologi pelayaran. Inovasi
dan pembuatan pesawat jumbo jet seperti yang dilakukan oleh Airbus dengan
pesawat seri A 380 misalnya, memungkinkan sebuah pesawat terbang mengangkut
550 orang penumpang dalam satu kali penerbangan, memiliki daya jelajah yang lebih
jauh, serta lebih irit dalam konsumsi bahan bakar (www.airbus.com).
Kemajuan Airbus tersebut disusul oleh pesaing terdekatnya Boeing yang juga
telah memproduksi pesawat jenis 747-8 dan mampu mengangkut 467 penumpang
sekali terbang. Pembangunan berbagai macam fasilitas bandara seperti yang
dilakukan oleh Hongkong, Singapura, Frankfurt, Amsterdam, Tokyo, dan Dubai
bertujuan supaya kapasitas bandara tersebut menjadi lebih besar, lebih aman, dan
lebih nyaman bagi penumpang pesawat udara. Kemajuan lain juga dapat ditemui
dalam pengoperasian kapal kapal pesiar mewah dengan kapasitas sampai dengan
4
5.000 penumpang yang dimiliki oleh Royal Carribean International dan Carnival
Cruise Line misalnya, yang merupakan perusahaan cruise ship kelas dunia
(http://www.royalcaribbean.com/home.do).
Word Tourism Organization atau Organisasi Pariwisata Dunia, sebuah lembaga
dalam naungan PBB mencatat dalam World Tourism Barometer yang diterbitkan
bulan Januari 2013-Volume 11, bahwa kedatangan wisatawan di seluruh dunia
selama tahun 2012 mencapai jumlah 1,035 milyar wisatawan. Angka tersebut
menunjukkan pertumbuhan sebesar 4 % dari tahun sebelumnya yaitu sejumlah 996
juta wisatawan pada tahun 2011 atau terjadi penambahan sejumlah 39 juta
wisatawan. Pertumbuhan jumlah wisatawan dari tahun ke tahun diperkirakan akan
terus tumbuh rata rata 3,8 % per tahun dalam periode 2010-2020 (UNWTO;2012).
Meskipun kegiatan pariwisata nasional mengalami pasang surut karena
berbagai isu maupun peristiwa yang pernah terjadi seperti wabah SARS, bencana
tsunami di Aceh, wabah flu burung, maupun tragedi bom Bali, kunjungan wisatawan
internasional tetap menunjukkan pertumbuhan di Indonesia. Meningkatnya
kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia dari tahun ke tahun dapat dilihat
dari data yang dilansir oleh Biro Pusat Statistik 2012.
Tabel 1
Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia
Tahun 2008 2009 2010 2011 2012
Total Wisatawan Mancanegara 6.234.497 6.323.730 7.002.944 7.649.731 8.044.462
Sumber: Pusdatin Kemenparekraf & BPS, 2013
5
Di Indonesia, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung pada tahun
2012 sejumlah 8.044.462 orang atau sebesar 3,43 % dari total 234 juta orang
wisatawan mancanegara yang mengunjungi negara negara di kawasan Asia Pasifik.
Kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia masih di bawah kunjungan
wisatawan mancanegara ke Singapura sebanyak 10,4 juta orang wisatawan dan
Malaysia sebanyak 25,03 juta orang wisatawan (UNWTO;2013). Hal ini perlu
menjadi perhatian serius dari pemerintah dan para pemangku kepentingan, sehingga
di masa mendatang jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia
mampu bersaing dengan kedua negara tersebut dari sisi tingkat kunjungannya.
Sampai saat ini, sebagian besar wisatawan mancanegara yang berkunjung ke
Indonesia masih menjadikan Bali sebagai tujuan utama kunjungannya dengan jumlah
wisatawan mancanegara yang tercatat melalui pintu masuk Bandara Ngurah Rai
sejumlah total 2,9 juta orang wisatawan pada tahun 2012, disusul oleh Daerah
Khusus Ibukota (DKI) Jakarta melalui Bandara Internasional Sukarno Hatta dengan
jumlah 2,05 juta orang wisatawan. Sedangkan jumlah wisatawan mancanegara yang
berkunjung ke Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada periode yang sama
melalui pintu masuk Bandara Adi Sucipto adalah sebanyak 58.926 orang (Dinas
Pariwisata Provinsi DIY; 2012) . Wisatawan mancanegara dengan jumlah terbanyak
yang mengunjungi DIY adalah wisatawan asal Belanda, disusul kemudian wisatawan
asal Jepang, Perancis dan Malaysia. Banyaknya wisatawan Belanda dan Jepang yang
berkunjung ke DIY terkait erat dengan jalinan sejarah yang kuat di masa kolonial
antara Indonesia pada umumnya dan DIY pada khususnya dengan kedua negara
tersebut.
6
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik DIY yang dikeluarkan bulan Februari
tahun 2013, rata-rata lama menginap wisatawan atau length of stay (LOS) di hotel
bintang di Propinsi DIY pada bulan Januari 2013 menunjuk besaran angka 1,85
malam atau mengalami kenaikan 0,14 malam, dari rata-rata lama menginap bulan
sebelumnya. Rata-rata tamu menginap terlama mencapai 2,06 malam terjadi pada
hotel bintang lima, sedangkan terpendek 1,48 malam pada hotel bintang tiga. Pada
hotel non bintang /akomodasi lain rata-rata lama menginap 1,62 malam, naik 0,25
malam dibandingkan bulan sebelumnya yang menunjuk besaran angka 1,37 malam
(http://yogyakarta.bps.go.id/brs.html ).
Jika dibandingkan dengan Propinsi Bali, data yang dikeluarkan oleh Badan
Pusat Statistik Propinsi Bali menyebutkan bahwa rata-rata lama menginap (hari)
tamu di hotel berbintang menurut bulan dan kelas hotel di Bali Tahun 2011 adalah
sebesar 3,67 malam sementara jika dilihat dari sisi jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali selama tahun 2011 adalah
sebesar 2.524.088 orang (http://bali.bps.go.id/).
Berdasarkan angka dan data tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat
lama tinggal wisatawan dan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang
berkunjung ke Provinsi DIY masih terpaut jauh jika dibandingkan dengan misalnya,
Provinsi Bali. Dengan latar belakang data dan kondisi tersebut di atas maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “ Faktor Faktor yang
Memengaruhi Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta “.
7
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, masalah yang akan dikaji oleh peneliti yaitu:
1. Mengapa tingkat lama tinggal wisatawan mancanegara atau length of stay di DIY
hanya pada kisaran angka rata rata 1,9 hari? Mengapa lebih singkat jika
dibandingkan dengan Provinsi Bali misalnya, yang mencapai 3,78 hari?
2. Faktor apa saja yang memengaruhi lama tinggal sekelompok atau seorang
wisatawan mancanegara di DIY?
3. Upaya apa yang bisa dilakukan baik oleh pemerintah, pelaku usaha, serta
masyarakat untuk meningkatkan tingkat lama tinggal wisatawan mancanegara di
DIY?
C. Batasan Masalah
Penelitian ini hanya mencakup faktor faktor yang memengaruhi lama tinggal
wisatawan mancanegara di DIY dan dilakukan terhadap wisatawan mancanegara
yang berkunjung ke objek wisata di wilayah Provinsi DIY pada periode bulan Mei –
Juli tahun 2013. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap, penelitian juga
dilakukan terhadap para pemangku kepentingan, berupa wawancara yang dilakukan
dengan para pelaku usaha, staf pemerintah, dan masyakarat serta observasi di
lapangan terhadap wisatawan mancanegara.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Menemu kenali faktor faktor yang memengaruhi lama tinggal wisatawan
mancanegara di Provinsi DIY.
8
2. Menemukan formula yang bisa meningkatkan lama tinggal wisatawan
mancanegara di Provinsi DIY.
E . Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Manfaat Praktis
Dengan adanya identifikasi dan pendataan faktor yang memengaruhi lama
tinggal wisatawan mancanegara maka pihak pihak terkait dan pihak yang
berkepentingan dalam peningkatan lama tinggal wisatawan mancanegara dapat
menentukan dan merumuskan program kerjanya sehingga upaya peningkatan
lama tinggal wisatawan mancanegara di DIY dapat dilakukan dengan lebih
terencana dan terpadu.
b. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis bagi pengembangan ilmu pariwisata pada khususnya, faktor
yang memengaruhi lama tinggal wisatawan mancanegara di Provinsi DIY dapat
diketahui jenis dan macamnya. Penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi
rintisan untuk penelitian dan penulisan selanjutnya terkait dengan length of stay.
F. Tinjauan Pustaka
Studi yang pernah dilakukan terkait dengan lama tinggal wisatawan di Provinsi
DIY pernah dilakukan oleh Nur Budhi Puji Wibowo (2010) berupa karya tesis
dengan judul Pengaruh Motivasi Wisata, Persepsi Tentang Daya Tarik Destinasi dan
Kualitas Pelayanan Wisata Terhadap Lama Tinggal Wisatawan di Provinsi DIY.
Studi ini menggunakan metode pengumpulan data primer dengan penyebaran
kuesioner kepada wisatawan baik wisatawan nusantara maupun mancanegara. Hasil
9
yang didapat dari penelitian tersebut adalah terdapatnya pengaruh secara positif dan
signifikan antara persepsi wisatawan terhadap kualitas pelayanan terhadap lama
tinggal wisatawan di Provinsi DIY khususnya untuk wisatawan asing. Kesimpulan
kedua adalah terdapat pengaruh secara positif dan signifikan antara daya tarik
destinasi terhadap lama tinggal wisatawan mancanegara.
Kajian psikologi wisatawan dan perilakunya dalam melakukan kegiatan wisata
termasuk dengan motivasi serta karakteristik wisatawan pernah ditulis oleh Glenn F
Ross (1998). Dalam buku Ross tersebut dijelaskan tentang penelitian yang dilakukan
oleh Hughes (1991) yaitu studi tentang kepuasan perjalanan kebudayaan. Tujuan
studi tersebut adalah untuk mengetahui apakah harapan dan nilai yang dipegang
wisatawan sebelum mengadakan perjalanan terpenuhi oleh pengalaman perjalanan.
Ross juga menlakukan studi tentang perilaku wisatawan kaitannya dengan interaksi
antara wisatawan dengan penduduk lokal, perilaku selama melakukan kegiatan
perjalanan, serta persepsi wisatawan terhadap lingkungan kawasan destinasi.
Buku dengan judul Tourism Planning. An Integrated a Sustainable
Development Approach karya Inskeep (1991) membahas dan menerangkan faktor
yang mempengaruhi keputusan seorang wisatawan untuk mengunjungi suatu
kawasan destinasi serta tipe dan daya tarik wisata serta aktifitasnya. Meskipun belum
ada studi yang secara tegas menjelaskan hubungan antara tingkat kunjungan dengan
lama tinggal wisatawan di suatu kawasan destinasi wisata, buku tersebut bisa
dijadikan pijakan dalam mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi lama tinggal
wisatawan di suatu daerah.
10
Sumber data utama yang dijadikan landasan dalam melakukan penelitian ini
adalah Statistik Kepariwisataan DIY 2012 yang memuat secara rinci tentang jumlah
kunjungan wisatawan, jumlah fasilitas pendukung, serta data tentang lama tinggal
wisatawan mancanegara di hotel bintang maupun hotel melati yang ada di DIY.
Penelitian yang secara khusus mengulas faktor faktor yang mempengaruhi lama
tinggal wisatawan mancanegara di Provinsi DIY belum pernah dilakukan siapapun.
G. Landasan Teori
Supaya tujuan penelitian ini bisa tercapai, landasan teori terkait dengan hal
yang akan dibahas akan disampaikan sebagai berikut. Sebagai sebuah cabang ilmu
yang status keilmuannya baru saja diakui, terdapat beberapa perbedaan pemahaman
dan batasan terhadap suatu istilah yang terkait dengan pembahasan bidang
pariwisata. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu dengan tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Undang Undang Republik Indonesia No.
10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pasal 1).
Pengertian wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. Batasan
waktu sementara dalam kegiatan wisata berarti bahwa seseorang yang datang ke
suatu tempat dan tinggal menetap bukan dikategorikan sebagai wisatawan. Theobald
dalam Pitana (2009:43) mendefenisikan pengertian wisatawan berdasarkan pada tiga
hal yaitu tujuan perjalanan (purpose of trip), jarak perjalanan dari tempat asal (travel
distance), serta lamanya perjalanan (duration of trip).
11
Seseorang dapat disebut sebagai wisatawan jika dia melakukan perjalanan
tidak untuk tujuan pekerjaan, bisnis atau belajar. Lama perjalanan sehingga
seseorang bisa dikategorikan sebagai wisatawan adalah minimal menginap satu
malam. Hal ini didasarakan pada asumsi bahwa jika seseorang melakukan over night
atau menginap minimal satu malam di suatu tempat tujuan perjalanaan, maka
manfaat ekonomi sudah dapat dirasakan oleh para pelaku bisnis pendukung
pariwisata seperti hotel, penginapan, rumah makan, dan penduduk lokal.
Leiper dalam Pitana (2009:41) menyebutkan bahwa sesorang dapat disebut
sebagai wisatawan dari sisi perilakunya apabila memenuhi kriteria sebegai berikut:
1. Melakukan perjalanan yang jaraknya jauh dari tempat tinggalnya sehari hari.
2. Lama perjalanan tersebut minimal dilakukan dalam durasi waktu satu malam.
3. Tidak dalam rangka melaksanakan tugas pekerjaan atau dinas, melainkan
untuk tujuan rekreasi dan bersenang senang.
Pengertian wisatawan asing atau wisatawan mancanegara atau sering disebut
juga dengan istilah wisatawan internasional adalah seorang wisatawan yang
mengunjungi negara selain negaranya sendiri. Tujuan kunjungan yang dilakukan
oleh wisatawan ini adalah untuk melihat dan menikmati keunikan, keindahan, dan
nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia
yang terdapat di negara yang dikunjungi.
Daerah tujuan wisata atau sering disebut dengan destinasi pariwisata adalah
kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di
dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesbilitas,
serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudunya kepariwisataan.
12
Masih berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan pasal 1,
Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata
dan dan bersifat multi dimensi serta multi disiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan
masyarakat setempat, sesame wisatawan, pemerintah pusat, pemerintah daerah
, dan pengusaha.
Lama tinggal wisatawan di suatu destinasi pariwisata dihitung berdasarkan
waktu atau tanggal keberangkatan dikurangi dengan waktu atau tanggal kedatangan.
Singapore Tourism Board sebuah badan milik pemerintah Singapura yang
menangani masalah pariwisata misalnya, memperhitungkan dan mencatat semua
wisatawan mancanegara yang masuk ke negara tersebut dan keluar berdasarkan data
kartu kedatangan dan keberangkatan yang harus diisi dan dilaporkan oleh semua
orang yang masuk dan keluar wilayah Singapura. (Singapore Tourism
Board.2012:15). Penghitungan lama tinggal wisatawan yang lazim digunakan oleh
kalangan perhotelan di Indonesia dan DIY pada khususnya serta Dinas Pariwisata
maupun Biro Pusat Statistik adalah berdasarkan jumlah total tempat tidur yang
dipesan dibagi dengan jumlah tamu yang check out. Formula lainnya adalah dengan
membagi jumlah total tempat tidur yang terjual dengan jumlah tamu yang datang
atau check in (Singapore Tourism Board;2012).
Total number of bed nite booked
Length of stay (LOS) =
Total number of departure
Total bed nite
Length of stay (LOS) =
Total guest arrival
13
Banyaknya jumlah kunjungan wisatawan dan lama tinggal wisatawan di suatu
destinasi wisata akan berbanding lurus dengan pendapatan dan manfaat ekonomi
yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung
dan semakin lama tinggal di Indonesia, akan semakin banyak pula pembelanjaan
yang dilakukan sehingga pendapatan yang diterima oleh masyarakat, pelaku usaha,
dan pemerintah juga semakin bertambah.
Tabel 2
Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Provinsi DIY
Sumber : Statistik Kepariwisataan DIY 2012
Tabel 3
Data Rata Rata Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara di Provinsi DIY dan Pengeluarannya
( 2008-2011)
Sumber : Diolah dari data Pusdatin Kemenparekraf & Statistik Kepariwisataan DIY 2012
Pendapatan asli daerah Provinsi DIY yang dihasilkan sub sektor pariwisata
menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012, pendapatan
yang diperoleh dari pungutan, pajak tontonan / hiburan, retribusi objek dan daya tarik
wisata, retribusi perijinan, dan pajak pembangunan 1 mencapai jumlah Rp.
153.174.399.477,- yang kontribusi terbesarnya dihasilkan dari pajak pembangunan 1
(PP1) sebesar Rp. 126.221.366.085,-
14
Tabel 4
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sub Sektor Pariwisata Provinsi DIY Tahun
2008-2012
Sumber: Statistik Kepariwisataan DIY, 2012
Jumlah tersebut belum termasuk dengan pendapatan langsung yang didapat
para pengusaha dan pelaku pariwisata dari para wisatawan yang membelanjakan
uangnya selama berada di DIY. Dampak sosial ekonomi lainnya yang dihasilkan dari
kegiatan pariwisata dalam suatu destinasi adalah berupa penyerapan tenaga kerja
lokal, pemakaian produk hasil pertanian, perikanan, dan perkebunan setempat, serta
memacu pengembangan lahan yang kurang produktif (Pitana, 2010:189).
Semakin lama seorang wisatawan mancanegara tinggal di suatu kawasan
atau objek wisata, maka pengeluaran untuk memenuhi kebutuhannya akan semakin
banyak dan dampak berganda yang ditimbulkan juga dapat menaikan taraf hidup
serta merangsang kegiatan ekonomi masyarakat sekitarnya. Pengeluaran untuk
makan dan minum, laundry, biaya penginapan, transportasi, komunikasi, biaya
hiburan, dan biaya pembelian keperluan sehari hari yang dikeluarkan oleh wisatawan
dapat menjadi penggerak perekonomian bagi masyakarat lokal yang manfaatnya
dapat dirasakan langsung.
15
Penentuan tempat dan daerah yang akan menjadi tujuan wisata oleh seorang
wisatawan dipengaruhi oleh banyak faktor. Sebelum seseorang memutuskan untuk
memilih tempat wisata yang akan dikunjungi, ada proses yang mendorong mengapa
seseorang melakukan kegiatan wisata. Dann dalam Ross (1998:31) memiliki
pendapat bahwa faktor yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk melakukan
perjalanan adalah:
1. Faktor pendorong (push factor).
Faktor pendorong adalah faktor yang membuat seseorang ingin
bepergian. Kehidupan bermasyarakat menumbuhkan kebutuhan dalam diri
seseorang untuk melakukan interaksi sosial yang tidak ditemui di tempat
tinggalnya. Kondisi lingkungan atau cuaca yang tidak nyaman, tekanan beban
pekerjaan dan kesibukan juga merupakan faktor pendorong untuk pergi
berwisata.
2. Faktor penarik (pull factor).
Faktor penarik berkaitan dengan informasi dan citra suatu daerah atau
objek wisata yang diterima oleh seseorang yang ingin berwisata.
Rekomendasi keluarga, teman, sahabat dan orang yang dipercaya memiliki
pengaruh yang kuat dalam memutuskan tempat tujuan wisata. Promosi, iklan
dan publikasi yang secara gencar dilakukan di berbagai media oleh pengelola
destinasi wisata, pemerintah, maupun travel agent juga menjadi penarik yang
kuat bagi seorang calon wisawatan. Calon wisatawan akan memutuskan
untuk berkunjung ke tempat yang memiliki kesan positif, indah, nyaman,
serta citra ideal yang ada dalam persepsinya.
16
Selain aspek yang bersifat internal yang merupakan faktor dari dalam diri
wisatawan, faktor lain yang mempengaruhi keputusan seorang calon wisatawan
adalah faktor / aspek eksternal. Leiper menggambarkan sistem pariwisata dalam
bagan di bawah ini:
Gambar 1
Sistem Pariwisata Leiper
Sumber : www.emeraldinsight.com
Bagan tersebut menggambarkan ada dua komponen utama dalam sistem
pariwisata yaitu daerah asal wisawatan atau origin termasuk wisatawan itu sendiri
serta daerah yang menjadi tujuan wisatawan atau destination. Pergerakan wisatawan
dari daerah asalnya untuk menuju tujuan wisata dipengaruhi oleh aspek fisik maupun
psikis, aspek budaya, teknologi, informasi, ekonomi, dan sosial politik. Aspek
tersebut baik yang berada pada sisi wisatawan, termasuk dalam kategori origin
maupun aspek yang terdapat pada destination serta faktor di luar kedua faktor
tersebut sangat memengaruhi keputusan seseorang dalam melakukan kegiatan wisata.
17
Keputusan tersebut juga sangat dipengaruhi oleh motivasi atau hal yang mendorong
manusia untuk melakukan kegiatan wisata. Motivasi adalah alasan yang mendasari
sebuah kegiatan yang dilakukan oleh seorang wisatawan. Menurut McIntoch,
Goeldner, dan Ritchie dalam Suwena dan Widyatmaja (2010:61), yang mendorong
seseorang untuk melakukan suatu kegiatan wisata adalah:
a. Motivasi untuk memenuhi kebutuhan fisik.
Kebutuhan fisik yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan wisata
adalah kebutuhan untuk beristirahat dari rutinitas sehari hari, melepaskan
ketegangan yang diakibatkan oleh tugas dan pekerjaan, menyalurkan
kebutuhan olah raga, menghindari suhu dan cuaca yang ekstrim di daerah
asalnya, serta kebutuhan untuk melakukan pengobatan dan penyembuhan.
b. Motivasi untuk mengenal budaya.
Sebagai mahluk sosial, manusia miliki kecenderungan untuk mempelajari dan
membandingkan kebudayaan yang dimiliki dengan kebudayaan milik bangsa
atau orang lain. Ketertarikan ini meliputi rasa ingin tahu akan suatu tradisi
dan adat istiadat yang dianut oleh suatu masyarakat di negara lain, seni
kuliner, seni tari, seni musik, bahasa, seni pertunjukan, serta cara hidup dan
pranata sosial yang dianut masyarakat yang berada dalam suatu kawasan
destinasi wisata.
18
c. Motivasi untuk berhubungan dengan orang lain.
Motivasi ini meliputi keinginan seseorang untuk mengunjungi keluarga,
sahabat, teman, dan saudara, serta keinginan untuk bertemu dan mendapatkan
teman dan relasi baru, termasuk juga keinginan untuk melepaskan diri dari
interaksi dan hubungan dengan orang lain dalam lingkungan kesehariannya.
d. Motivasi untuk memperoleh status dan prestise.
Dorongan untuk mengembangkan diri dalam menambah pengalaman,
meningkatkan jenjang pendidikan, mengembangkan pengetahuan dan
wawasan, menjadi alasan seseorang melakukan perjalanan wisata, termasuk
juga kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, penghargaan, dan perhatian
dari orang lain akan status dan strata yang dicapai dari perjalanan wisata yang
dilakukan.
Selain faktor motivasi tersebut, faktor lain yang mempengaruhi seseorang
dalam melakukan kegiatan wisata juga berkaitan dengan kepribadian yang terdapat
dalam masing masing individu yang terdiri dari gaya hidup yang meliputi pendapatan
dan pekerjaan, hak cuti kerja, pendidikan dan mobilitas, serta ras dan jenis kelamin.
Faktor berikutnya adalah siklus hidup yang meliputi masa kanak kanak, remaja,
orang tua, dan usia lanjut. Sedangkan yang termasuk faktor yang berada di luar
kepribadian seseorang adalah lingkungan tempat tinggal, keluarga, norma sosial,
serta lingkungan dalam aktifitas rutin sehari hari.
Aspek destinasi adalah aspek yang mencakup negara tujuan kunjungan serta
kawasan destinasi pariwisata. Unsur pokok dalam suatu objek atau kawasan destinasi
19
pariwisata (Suwena,2010:83) yang menjadi pertimbangan wisatawan dalam
menentukan tempat kunjungan dan lama tinggal antara lain adalah:
1. Objek dan daya tarik wisata.
Seorang calon wisatawan akan mempertimbangkan jenis dan daya tarik
wisata yang ada dalam suatu negara apakah sesuai dengan kebutuhan dan
keinginannya serta apakah objek tersebut sudah pernah dikunjungi dan perlu
untuk dikunjungi lagi. Seseorang wisatawan tertarik dengan objek wisata
alam misalnya, tidak akan begitu tertarik untuk mengunjungi museum dan
bangunan cagar budaya. Suatu kawasan yang pantainya indah dan ombaknya
tidak membahayakan, akan menarik dan membuat seorang wisatawan yang
memiliki hoby berselancar untuk berkunjung dan tinggal lebih lama di
kawasan tersebut.
2. Prasarana wisata.
Prasarana pariwisata adalah semua fasilitas utama atau dasar yang
memungkinkan sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang dalam
rangka memberikan pelayanan kepada para wisatawan. Prasarana utama yang
menjadi penilaian dan pertimbangan oleh calon wisatawan pada suatu daerah
tujuan wisata biasanya terkait dengan transportasi dan aksesbilitas yang
meliputi jalan raya, jembatan, terminal bus, rel kereta api, stasiun, bandar
udara (air port), dan pelabuhan laut (sea port/harbour). Prasarana lain yang
juga menjadi pertimbangan adalah tentang sistem perbankan dan kebijakan
moneter suatu negara atau kawasan, sistem telekomunikasi (telpon, pos,
20
telegraf, faksimili, telex, email), fasilitas kesehatan seperti rumah sakit,
ambulance , unit gawat darurat , serta fasilitas keamanan dan hiburan.
3. Sarana wisata.
Sarana wisata yang menunjang secara langsung kegiatan wisata adalah
sarana pokok yang memenuhi kebutuhan wisatawan selama berada di suatu
daerah tujuan wisata. Sarana atau fasilitas ini meliputi penginapan, restoran,
bar, café, pusat kerajinan, transportasi lokal, serta travel agent.
4. Tata laksana/infrastruktur.
Sistem pengelolaan dan prosedur kerja maupun pelayanan dalam suatu
fasilitas dan objek wisata merupakan kegiatan yang bisa dinilai dan dirasakan
oleh wisatawan. Hal ini terlihat misalnya apakah tersedia cukup peralatan
pemadam kebakaran , tersedia rute dan jalur evakuasi darurat, serta
tersedianya papan informasi yang jelas dan mudah dimengerti oleh
pengunjung. Tata laksana dan pengelolaan juga meliputi aspek keuangan
yang berkaitan dengan bukti transaksi tiket masuk objek atau retribusi, rincian
biaya dalam suatu transaksi dan dan transparansi terhadap biaya yang telah
dibayarkan oleh wisatawan. Peraturan dan informasi yang jelas terkait dengan
jadwal operasional, harga dan fasilitas serta hak maupun kewajiban
pengunjung dan pengelola harus disampaikan dan bisa dengan mudah dibaca
dan dimengerti. Tenaga kerja terlatih dalam suatu sarana dan prasarana
wisata, yang dengan senang hati melayani dan senantiasa berorientasi kepada
kepuasan/kebutuhan pengunjung merupakan wujud dari tata kelola organisasi
yang baik.
21
5. Masyarakat / lingkungan.
Masyarakat yang tinggal dalam suatu kawasan destinasi wisata merupakan
penentu kualitas pengalaman seorang wisatawan. Masyarakat dalam hal ini
terdiri dari tenaga kerja yang secara langsung berinteraksi dan melayani
wisatawan yang biasanya didominasi oleh warga lokal, serta masyarakat
umum yang tinggal dan menetap di sekitar kawasan destinasi wisata. Sikap,
nilai, perilaku, dan tanggapan mereka apakah mendukung atau menolak
kehadiran wisatawan menjadi penentu apakah suatu daerah tujuan wisata
layak dan menarik untuk dikunjungi. Sikap aparat pemerintahan dan pelaku
usaha pariwisata juga merupakan faktor yang bisa mempengaruhi minat
kunjungan dan lama tinggal wisatawan di suatu daerah tujuan wisata.
Selain aspek tersebut, sebuah daerah tujuan wisata juga harus memiliki minimal 3
unsur unsur yaitu (Yoeti, 988:206) :
a. Sesuatu yang bisa dilihat (something to see).
b. Sesuatu yang bisa dilakukan (something to do).
c. Sesuatu yang dapat dibeli (something to buy).
Komponen yang penting yang juga harus terdapat dalam suatu daerah tujuan
wisata seperti dijelaskan Cooper dalam Suwena (2010:88) adalah 4 A yaitu a).
Attraction atau atraksi, b). Amenities atau fasilitas, c). Acces atau aksesbilitas,
serta d). Ancillary services atau layanan tambahan.
Tipe dan daya tarik wisata serta aktifitasnya dibagi menjadi 3 kategori utama
(Inskeep, 1991:76) yaitu :
22
Natural attractions
Termasuk dalam daya tarik wisata ini adalah segala sesuatu yang sudah
terdapat secara alamiah dalam suatu kawasan misalnya iklim, pemandangan
dan bentang lahan, pantai dan kawasan perairan, flora dan fauna, gua, sungai,
lembah, sumber air panas, mata air, taman, serta kawasan konservasi.
Aktifitas yang bisa dilakukan dalam obyek wisata ini misalnya adalah
berjemur, menikmati kesejukan udara dan keindahan pemandangan,
menyusuri gua, mandi air hangat bermineral alam untuk therapy kesehatan,
serta pengamatan keanekaragaman flora dan fauna.
Culture attractions
Daya tarik budaya merupakan daya tarik wisata yang merupakan hasil
karya dan berupa hasil dari proses kebudayaan setempat. Objek wisata dan
daya tarik tersebut misalnya adalah: gedung bersejarah, monumen, situs
arkeologi, kesenian dan kerajinan, aktifitas kehidupan dan perekonomian
yang khas (memetik teh, membajak sawah, menggunakan gajah dalam
kegiatan perkebunan), museum, termasuk juga kegiatan kegiatan yang
diselenggarakan secara rutin seperti festival budaya dan karnaval. Sikap
penduduk dan masyarakat lokal yang ramah, hangat, sopan, dan antusias
dalam menyambut kedatangan wisatawan juga merupakan daya tarik budaya.
Aktifitas yang bisa dilakukan misalnya adalah melakukan pengamatan dan
kajian arsitekur suatu bangunan cagar budaya, belajar kesenian, serta
melakukan interaksi dan merasakan kehidupan langsung ala masyarakat lokal.
23
Special types of attractions
Adalah daya tarik yang sengaja diciptakan dengan tujuan menarik
kunjungan wisatawan di suatu kawasan. Contoh daya tarik ini misalnya
adalah taman hiburan bertema, sirkus, pasar malam, pusat perbelanjaan, pusat
perjudian, toko bebas pajak, lapangan golf, dan arena olah raga.
Selain daya tarik tersebut, fasilitas untuk wisawatan berupa hotel atau
penginapan, sarana transportasi, dan cita rasa makanan minuman juga menjadi hal
yang penting di mata wisatawan. Faktor lain yang terdapat pada area destination dan
memiliki pengaruh signifikan dalam penentuan tujuan wisata adalah kondisi sosial,
kestabilan politik, kepastian hukum, kondisi ekonomi, kesehatan, serta tingkat
kriminalitas dan keamanan suatu kawasan destinasi wisata. Wisatawan mancanegara
biasanya akan sensitif dengan isu isu tersebut apalagi jika menyangkut dengan
keamanan dan keselamatan sehingga pemerintah di negara maju khususnya, sering
mengeluarkan travel warning dan travel advisory kepada warga negaranya.
Hal terakhir yang menjadi perhatian dalam pengambilan keputusan tempat
tujuan wisata adalah faktor biaya (destination travel cost) . Seorang calon wisatawan
akan membuat perhitungan dan perkiraan biaya tiket perjalanan dari negara asalnya,
membandingkan biaya penginapan, biaya objek dan retribusi, tingkat kemahalan
daerah tujuan, serta biaya hidup selama berada di suatu objek atau destinasi wisata
untuk selanjutnya ditimbang untung ruginya jika mengunjungi objek dan destinasi
wisata lainnya (Inskeep, 1991:91). Prinsipnya, semua orang pasti akan memilih
tempat yang menurutnya paling menguntungkan baik dari sisi biaya yang
dikeluarkan maupun tingginya tingkat nilai atau manfaat yang akan didapatkan.
24
Provinsi DIY sebagai sebuah kawasan destinasi wisata sudah memiliki unsur
seperti tersebut di atas baik dilihat dari sisi jenis dan jumlah objek dan daya tarik
wisatanya, fasilitas yang dimiliki, sarana dan prasarana, kemudahan dalam hal
aksesbilitas serta layanan tambahan lainnya yang merupakan faktor dalam menarik
dan menentukan keputusan kunjungan serta lama tinggal seorang wisatawan
mancanegara.
H. Metode Penelitian
1. Lokasi & Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap wisatawan mancanegara yang berkunjung di
objek objek wisata yang berada di wilayah Provinsi DIY serta para pelaku usaha, staf
pemerintah, dan perwakilan masyarakat yang juga tinggal di wilayah tersebut.
Penelitian dilakukan antara bulan Mei – Juli 2013.
2. Alat Penelitian
Peralatan yang akan digunakan adalah kamera untuk mendokumentasikan
sarana dan prasana yang ada dan mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan oleh
wisatawan. Alat perekam atau tape recorder juga digunakan dalam proses
wawancara. Selain alat tersebut, digunakan juga kertas dan alat tulis untuk
melakukan pendataan hasil kuesioner, serta komputer sebagai alat pencatat dan
pengolah data hasil penelitian.
25
3. Langkah Penelitian.
Guna menghasilkan penelitian yang menyeluruh dan bersifat komprehensif
pada topik tentang faktor faktor yang mempengaruhi lengh of stay, penulis
melakukan serangkaian kegiatan pengumpulan data berupa :
3.1. Observasi
Observasi dilakukan di seluruh fasilitas penunjang kegiatan wisata
meliputi bandar udara, stasiun, terminal bus, objek wisata, baik objek wisata
yang memiliki tingkat kunjungan tinggi maupun objek wisata yang dinilai
kurang diminati oleh wisatawan, perusahaan transportasi, travel agent, serta
fasilitas umum dan ruang terbuka yang sering digunakan oleh wisatawan
mancanegara. Pengamatan ini meliputi aspek pengelolaan, kelengkapan dan
kapasitas fasilitas tersebut, serta pengamatan dan pencatatan terhadap
kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan di lokasi observasi.
3.2. Kajian Pustaka
Mempelajari berbagai bacaan yang terkait dengan teori dasar pariwisata,
peraturan perundangan, dasar dasar pemasaran, teori perilaku, serta data data
yang dikeluarkan oleh instansi resmi yang berkaitan dengan data kunjungan
wisatawan mancanegara. Selain dilakukan di perpustakaan kegiatan ini juga
dilakukan melalui media internet. Penulis juga melakukan kajian terhadap
semua materi pemasaran tercetak yang dikeluarkan oleh pengelola obyek,
pengusaha hotel dan restoran, serta dinas dan intansi terkait.
26
3.3. Wawancara
Melakukan wawancara yang mendalam (in depth interview) guna
memperoleh informasi, data, dan opini terkait dengan lama tinggal
wisatawan mancanegara kepada semua pihak yang berkepentingan dan
memiliki kompetensi dalam hal ini yaitu Kepala Dinas Pariwisata, Ketua
Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Ketua Himpunan
Pramuwisata (HPI), beberapa orang General Manager hotel baik bintang
maupun non bintang, Ketua Asosiasi Travel Agent Indonesia (ASITA) DIY,
Manager Biro Perjalanan, pengelola objek wisata, pemandu wisata,
wisatawan mancanegara, serta beberapa pekerja yang berkaitan dengan
pariwisata.
3.4. Kuesioner
Pengumpulan data juga dilakukan menggunakan kuesioner dengan
tipe angket angket tertutup yang berisi daftar pertanyaan dengan alternatif
dan pilihan jawaban yang sudah disediakan serta beberapa pertanyaan yang
membutuhkan jawaban singkat atau uraian dari responden yaitu wisatawan
mancanegara. Angket diberikan kepada wisatawan mancanegara yang
ditemui di beberapa tempat yaitu hotel, objek wisata, restoran, dan souvenir
shop. Pemilihan lokasi pemberian angket disesuaikan dengan jadwal program
kegiatan wisatawan sehingga diharapkan mereka dapat mengisi jawaban
dengan santai dan tidak terburu buru (Utama dan Mahadewi, 2012:57).
27
3.5. Analisis Hasil
Setelah semua data yang berkaitan dengan kunjungan dan lama tinggal
wisatawan mancanegara di DIY terkumpul, data tersebut kemudian dianalis
secara deskripif kualitatif. Data hasil kajian pustaka dan kuesioner tersebut
selanjutnya diolah menggunakan program Microsoft Excel sehingga menjadi
diagram dan tabel yang mudah dibaca dan dipahami. Faktor yang
mempengaruhi lama tinggal wisatawan mancanegara dapat diketahui dari
data hasil observasi, wawancara, kuesioner serta kajian pustaka .