1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pada saat ini dunia bisnis berkembang dengan pesat tidak hanya
terbatas pada sektor-sektor tertentu, melainkan merata pada seluruh sektor
bisnis seperti sektor industri manufaktur, perdagangan, jasa, dan lain
sebagainya. Perkembangan bisnis menyebabkan cara pandang setiap individu
dalam hal bisnis mengalami perubahan dan kemajuan serta menjadi motivasi
untuk menjadi seorang entrepreneur yang memiliki suatu bisnis pribadi yang
dibangun dan dikembangkan dengan memanfaatkan seluruh sumber daya
yang ada. Hal ini terbukti dari seluruh unit usaha di Indonesia yang mencapai
45,7 juta unit usaha (2006), 98% masyarakat bergerak dalam sektor UMKM.
(wartawarga.gunadarma.ac.id, 2009, par 4).
Mengingat persaingan bisnis yang terjadi, hal ini menjadi tantangan
besar bagi para pengusaha dalam membangun, mempertahankan serta
mengembangkan bisnisnya. Persaingan tersebut menyebabkan para pengusaha
menjadi terfokus pada bisnis dan profit yang dihasilkan, dan seringkali lupa
dan mengabaikan kepedulian dan tanggung jawabnya terhadap lingkungan.
Contoh bentuk tanggung jawab dan kepedulian terhadap lingkungan antara
lain seperti kegiatan yang bersifat sosial, pencemaran lingkungan
2
akibat aktivitas bisnis seperti industri yang tidak memperhatikan penanganan
limbah, dan dampak-dampak buruk lainnya terhadap lingkungan, seperti yang
dilakukan oleh salah satu perusahaan di Jawa Timur yang telah
menenggelamkan hampir seluruh desa dengan pengeborannya .
Dalam menghadapi persaingan bisnis dan dampak kepedulian
lingkungan tersebut, selain diatasi dengan menggunakan berbagai strategi
bisnis seperti strategi dalam pemasaran, operasional, distribusi dan strategi
lainnya dengan menambahkan unsur inovasi di dalamnya sehingga dapat
menjadi nilai tambah yang akan menjadi kekuatan dalam menghadapi eratnya
persaingan bisnis, juga dapat dilakukan inovasi yang bernilai sosial sehingga
inovasi yang dilakukan tidak hanya menjawab persaingan bisnis yang ada
namun juga menjadi jawaban atas permasalahan lingkungan yang terjadi.
Inovasi merupakan suatu bentuk perubahan yang bersifat kreatifitas yang
dapat dilakukan oleh setiap individu dengan didukung oleh ketersediaan
sumber daya yang dapat menunjang terwujudnya suatu inovasi tersebut.
Seiring dengan berjalannya waktu, inovasi telah menjadi salah satu komponen
terpenting dalam melakukan bisnis. Menurut Michael Porter, Perusahaan
memperoleh keunggulan kompetitif melalui tindakan inovasi baik dengan
teknologi baru yang ada maupun dengan penerapan suatu cara yang baru
(Tidd, Bessant, 2009, hal. 16).
Sebelum memulai suatu bisnis perlu untuk melakukan analisa terhadap
lingkungan bisnis terlebih dahulu seperti keadaan pasar, kompetitor yang ada,
3
dan faktor bisnis lainnya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi pengambilan
keputusan yang salah. Dari analisa lingkungan, salah satu hal yang terlihat
yaitu semakin berkembangnya dunia otomotif dalam beberapa tahun
terakhir berdampak besar terhadap pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor
yang juga berdampak pencemaran lingkungan.. Hal ini disebabkan oleh
adanya peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap suatu sarana transportasi
yaitu kendaraan.
Di Indonesia sendiri pertumbuhan jumlah kendaraan roda empat
memiliki angka yang sangat tinggi. Dari tahun 2007 hingga 2011 tercatat
bahwa pertumbuhan jumlah kendaraan roda empat mencapai 252.652 unit
(Gaikindo.or.id, 2012, Diakses 27 April 2012). Seiring dengan kemajuan
teknologi khususnya pada bidang otomotif dan meningkatnya kebutuhan
masyarakat terhadap kendaraan menyebabkan peningkatan yang cukup
signifikan dalam jumlah produksi kendaraan terutama mobil pribadi.
Berdasarkan atas pengumpulan data statistik yang disajikan oleh sebuah
organisasi otomotif yang bernama Gabungan Industri Kendaraan Bermotor
Indonesia atau yang lebih dikenal dengan nama Gaikindo, terlihat peningkatan
produksi mobil yang cenderung meningkat dari tahun 2007 hingga tahun
2011.
4
Kategori Produksi
2007 2008 2009 2010 2011
Sedan
CC ≤ 1.500 (G/D) 502 2.681 77 ─ 205
1.501 < CC ≤ 3.000 (G)/2.500 (D) 897 2.991 2.084 3900 2.863
CC > 3.001 (G)/2.500 (D) 171 251 206 181 160
Tipe 4x2
CC < 1.500 (G/D) 192.278 285.125 264.447 358.838 418.118
1.501 < CC ≤ 2.500 (D) 89.487 106.937 71.600 100.491 91.601
2.501 < CC ≤ 3.000 (G) 20.569 23.935 10.198 17.923 21.043
CC > 3.001 (G)/2.500 (D) ─ ─ ─ ─ ─
Tipe 4x4
CC < 1.500 (G/D) ─ ─ ─ ─ ─
1.501 < CC ≤ 3.000 (G)/2.500 (D) 969 5.236 2.978 13.029 23.389
CC >3.001 (G)/2.500 (D) 4.335 4.267 582 2.162 4.481
Tabel 1.1 Pertumbuhan Kendaraan Bermotor pada tahun 2007 – 2011
Sumber : Data Olahan dari (Gaikindo.or.id, 2012)
Dari data ini dapat disimpulkan bahwa semakin bertambahnya
tahun maka pertumbuhan dari kendaraan roda empat juga cenderung
mengalami peningkatan. Dengan semakin bertambahnya pertumbuhan
kendaraan roda empat tersebut maka kebutuhan akan jasa untuk
maintenance kendaraan tersebut juga akan meningkat. Kota Jakarta dan
sekitamya telah membawa pengaruh pada pola masyarakat dalam
penggunaan alat transportasi, di mana jumlah mobil yang beroperasi di
jalan raya adalah 4.5 juta per hari (Rahim, 2006, par 1).
Maka dari itu bengkel menjadi peluang bisnis yang memiliki potensi
untuk dikembangkan pada saat ini. Akan tetapi, kesibukan aktifitas rutin yang
dijalankan setiap individu menyebabkan keterbatasan waktu. Hal ini
menyebabkan timbulnya perasaan malas bagi sebagian besar individu untuk
5
meluangkan waktunya hanya khusus untuk menunggu service kendaraan. Dari
permasalahan ini kami mencoba untuk melakukan inovasi dengan cara
menyediakan bengkel untuk kendaraan roda empat di dalam basement mall.
Berdasarkan atas survei yang penulis lakukan, inovasi ini juga mendapat
dukungan sebesar 64% dari total 67 responden. Bengkel di dalam mall ini
bertujuan agar para pengendara mobil dapat tetap melakukan perawatan untuk
kendaraannya dengan rutin tanpa harus mengorbankan waktu mereka untuk
hanya duduk menunggu, namun selama proses maintenance pelanggan dapat
mengisi waktu mereka di dalam mall tersebut. Value proposition yang
ditawarkan pada customer dalam bengkel basement mall ini berupakan
kemudahan dalam mengakses, kenyamanan dalam melakukan pelayanan,
serta friendly environmentally. Dan menurut penulis, brand yang sesuai untuk
konsep bengkel ini adalah “Autoshop”.
Timbulnya suatu ide inovasi untuk mendidirikan sebuah bengkel
ramah lingkungan di dalam basement mall dikarenakan penulis melihatnya
adanya tren perilaku berbelanja dan bermain di mall. Hasil riset menunjukkan
rata-rata setiap orang menghabiskan 3,5 jam dalam sekali kunjungan. Angka
ini apabila dikonversikan ke satu tahun menghasilkan lama kunjungan 197
jam. Artinya, selama setahun orang mengisi hidupnya selama 197 jam di mall
(Swa.co.id, 2012, par 3, diakses 27 April 2012).
6
No. Deskripsi Fakta
1 Frekuensi kunjungan 6,5 hari sekali
2 Lama per kunjungan 3,5 jam
3 Uang yang dibelanjakan Rp 194.500/orang/kunjungan
4 Anchor foodcourt, fashion, supermarket, buku, bioskop, resto, department store, aksesori, game, musik
Tabel 1.2 Survei Perilaku Belanja di Mal di Jakarta Tahun 2010
Sumber: Consumer Survey Indonesia, 2010
Berdasarkan atas survei yang pernah dilakukan oleh salah satu mall di
Jakarta tercatat bahwa pada hari biasa jumlah pengunjung rata-rata mencapai
25.000 orang per hari (m.koran-jakarta.com, 2011, par 2, Diakses 20 April
2012). Di luar libur sekolah tercatat 40.000 - 60.000 pengunjung di hari kerja.
Sedangkan di akhir pekan, pengunjung melesat sampai 120.000 orang
(industri.kontan.co.id, 2011, par 4, Diakses 19 April 2012).
Deskripsi Jumlah pengunjung Satuan
Customer 95088 orang
Mobil 7447 kendaraan
Valet 459 kendaraan
Tabel 1.3 Jumlah pengunjung pada Mall Central Park dalam satu hari
Berdasarkan atas data yang diperoleh tercatat bahwa jumlah
pengunjung yang mendatangi Mall Central Park berjumlah 95.088 orang
7
dalam satu hari, dan mobil yang parkir pada gedung parkir Mall Central Park
berjumlah 7447 mobil, serta ada sejumlah 459 mobil yang menggunakan jasa
valet yang disediakan oleh Mall Central Park.
“Autoshop” ini merupakan suatu bisnis model yang bersifat inovatif.
Hal ini tidak hanya terlihat dari value proposition bisnisnya yaitu mendirikan
bengkel di dalam basement mall, melainkan “Autoshop” juga merupakan
sebuah bengkel yang “ramah lingkungan” dengan pengolahan limbah yang
terkontrol dengan baik sehingga dapat dipastikan setiap material atau limbah
sisa yang dihasilkan oleh akan di daur ulang dengan baik dan benar untuk
digunakan dengan tujuan yang baik. Nilai sosial dalam mewujudkan bengkel
ramah lingkungan ini menjadi tindakan dalam mengurangi
terciptanya hazardous material dari limbah bengkel yang dapat menimbulkan
dampak negatif pada lingkungan.
Penetapan value proposition atas pengolahan limbah didasarkan oleh
kesadaran penulis mengenai pentingnya nilai sosial baik dalam kehidupan
maupun dalam bisnis. Nilai sosial dalam bisnis bengkel dapat dilakukan
dalam banyak kategori seperti pada gambar value chain berikut ini:
8
Gambar 1.1 Mapping the Social Impact of the Value Chain
Berdasarkan atas pengamatan, dalam otomotif masih terdapat kendala
karbon emisi pada proses delivery dari spare part yang dikirim oleh supplier,
namun penanganan pada karbon emisi tersebut masih sulit untuk
dilaksanakan. Sedangkan apabila dilihat dari segi kegiatan bengkel, kendala
yang ditemukan terdapat pada penggunaan listrik dan air untuk kebutuhan
operasional bengkel, sisa material dan juga penampungan dari barang-barang
bekas yang dihasilkan oleh bengkel yang dapat merusak dan mencemari
9
lingkungan apabila tidak ditangani dengan baik. Sementara pada proses
marketing masih terdapat kendala pada brosur-brosur berupa kertas untuk
kebutuhan promosi dari bengkel tersebut. Oleh karena itu, akan lebih baik
apabila seluruh waste yang ada dapat di daur ulang. Hal ini juga memberikan
nilai lebih bagi customer karena secara tidak langsung customer yang
melakukan service di “Autoshop” juga ikut berkontribusi dalam mendukung
kegiatan ramah lingkungan. Dari survei yang dilakukan penulis, sebanyak
63% responden yang mendukung bahwa nilai sosial yang paling penting
dalam sebuah bengkel adalah pada penanganan limbah bengkel yang
dihasilkan.
Gambar 1.2 Dampak Sosial pada Aktifitas Utama di Autoshop
10
Selain dari pengamatan terhadap kegiatan bengkel itu sendiri,
pengamatan ini juga didukung oleh beberapa survei yang telah dilakukan oleh
berbagai pihak yang menyatakan mengenai bahaya limbah minyak pelumas
yang tumpah di tanah dan badan air sehingga hal tersebut dapat
mencemari tanah sekitar (Borneotribune.com, 2012, par 4, Diakses 27 April
2012). Limbah cair seperti oli bekas yang kalau dihitung terdapat jutaan liter
per hari dari hasil pembuangan atau penggantian oli mobil dan motor yang
ada di bengkel-bengkel maupun pabrik (Wargahijau.org, 2009, par 5, Diakses
23 April 2012).
Berikut ini gambaran penanganan limbah oli dan aki yang dilakukan
pada bengkel-bengkel pada umumnya, yang disalurkan pada penadah tanpa
mengetahui dan memperdulikan untuk apa limbah itu digunakan dan
bagaimana penanganan yang dilakukan apakah berdampak buruk bagi
lingkungan atau tidak.
Gambar 1.3 Penanganan Limbah Pada Bengkel Biasa
11
Ketentuan mengenai oli bekas diatur dengan Keputusan Kepala
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-
225/BAPEDAL/08/1996 tentang syarat-syarat penyimpanan dan
pengumpulan limbah oli dan minyak pelumas yang menyatakan bahwa
limbah berupa oli bekas jika tidak dikelola dengan baik dan dibuang secara
sembarangan sangat berbahaya bagi lingkungan (Kabarindonesia.com, 2009,
par 2, Diakses 22 April 2012).
Tidak hanya menghasilkan limbah berupa oli bekas, bengkel juga
menghasilkan limbah berupa plastik dari sisa galon/botol oli yang
telah digunakan, serta limbah berbahan logam dari aki bekas yang digunakan
pada kendaraan. plastik dan aki tersebut juga dapat diolah dan didaur ulang
menjadi sesuatu yang baru dan berguna. Limbah oli bekas pada AutoShop
disalurkan pada perusahaan pengelolah limbah oli bekas bernama PT.
Wiraswasta Gemilang Indonesia, aki bekas disalurkan pada PT. Non Ferindo
Utama, sedangkan untuk limbah plastik akan disalurkan pada komunitas
sosial yang mengelolah limbah plastik bekas. Dalam menentukan perusahaan
pengelolah limbah AutoShop telah memastikan terlebih dahulu bahwa
perusahaan-perusahaan tersebut melakukan pengolahan secara baik dan benar
sesuai dengan prosedur pengolahan limbah yang terstandarisasi dan tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah
tidak terimplementasi secara optimal, bahkan penanganan sampah plastik di
12
Indonesia dinilai masih sebatas wacana (Voaindonesia.com, 2012, par 1,
Diakses 23 April 2012).
Dengan menggabungkan kedua value proporsition tersebut dan
didukung oleh sistem operasi, marketing dan manajemen yang baik, penulis
yakin Autoshop akan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat dan
berkembang dengan uniqueness dan competitive advantage yang dimiliki.
I.2 Pentingnya Business Model Creation
Dalam memulai suatu bisnis, terlebih dahulu dibutuhkan suatu
analisis, penilaian dan penetapan strategi bisnis dalam
mendukung terwujudnya tahap-tahap perencanaan bisnis yang sistematis.
Untuk membuat perencanaan bisnis tersebut dibutuhkan suatu alat bantu yang
dikenal dengan nama Business Model Creation.
Bisnis Model merupakan sebuah gambaran atas pemikiran tentang
bagaiman suatu organisasi menciptakan, menyampaikan, dan menangkap
suatu nilai (Osterwalder, Pigneur, 2010, hal. 14). Selain itu, bisnis model juga
merupakan suatu blueprint strategy untuk diimplementasikan melalui struktur,
proses, dan sistem dalam sebuah organisasi (Osterwalder, Pigneur, 2010, hal.
15). Dengan membuat bisnis model yang didukung dengan gambaran
nine building blocks, maka perencanaan bisnis “Autoshop” ini akan menjadi
lebih terarah dan terstruktur.
13
I.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembahasan dalam skripsi ini meliputi :
1. Proses bisnis Autoshop
Proses bisnis Autoshop meliputi perencanaan manajemen, operasional,
marketing, dan finansial. Pada setiap perencanaan yang dilakukan akan
menggambarkan bagaimana operasional Autoshop dijalankan, kegiatan
pemasaran yang mendukung, serta perencanaan keuangan dan proyeksi
keuangan serta penjualan selama periode 5 tahun kedepan.
2. Pengolahan limbah oli, aki, dan plastik pada bengkel Autoshop.
Selain membahas mengenai inti dari seluruh proses bisnis Autoshop,
penulis juga membahas mengenai pengolahan limbah yang dihasilkan
Autoshop terkait dengan konsep bengkel ramah lingkungan yang
diterapkan yang juga merupakan salah satu value proposition bagi
Autoshop.
I.4 Tujuan dan Manfaat
Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan Business Model
Creation ini antara lain:
1. Membuat perencanaan bisnis “Autoshop” yang sistematis dan terstruktur
2. Menetapkan strategi bisnis yang akan diterapkan pada “Autoshop”
14
3. Melakukan forecasting financial untuk 5 tahun
4. Penyusunan prototype dari bisnis “Autoshop”
Penulis berharap hasil penyusunan Business Model Creation ini dapat
bermanfaat dan berguna bagi :
1. Investor
Data, informasi, dan analisa yang diperoleh oleh penulis diharapkan dapat
berguna bagi investor dalam menilai prospek bisnis yang direncanakan
sehingga dapat membantu investor dalam pembuatan keputusan investasi
bisnis.
2. Pembaca
Bisnis model ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca
yang memerlukan informasi dan referensi mengenai penyusunan bisnis
model sebelum memulai suatu bisnis.
I.5 Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah pembahasan thesis dan memberikan gambaran
secara garis besar mengenai apa yang diuraikan dalam thesis ini, penulis
menguraikan secara singkat sistematika penulisan thesis sebagai berikut:
15
BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini penulis mengungkapkan latar belakang masalah,
pentingnya Business Model Creation, tujuan dan manfaat, ruang
lingkup, serta sistematika pembahasan sebagai awal penyusunan
thesis ini.
BAB II Landasan Teori
Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang menjadi dasar dalam
penyusunan thesis, yang secara garis besar mencakup definisi
bengkel, ramah lingkungan, pencemaran lingkungan, business
model, business model canvas, CSV, SWOT, dan sebagainya.
BAB III Final Design
Pada bab ini diuraikan mengenai final design bisnis canvas yang
akan diimplementasikan pada Autoshop.
BAB IV Business Plan
Dalam bab ini dibahas mengenai perencanaan bisnis Autoshop yang
meliputi operational, management, marketing, dan financial plan.
BAB V Prototyping
Bab ini menguraikan rancangan-rancangan yang akan mendukung
bisnis model Autoshop seperti layout bengkel dalam basement mall,
16
layout counter dalam mall, seragam karyawan Autoshop,
membercard, serta website Autoshop.
BAB VI Kesimpulan
Bab ini merupakan bab terakhir dari thesis yang menguraikan
simpulan dari apa yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya.