Transcript
Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75607/potongan/S1-2014... · Haiku adalah puisi lama Jepang. Berdasarkan KBBI, haiku adalah puisi Jepang

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra merupakan sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui bahasa.

Hal ini ditegaskan oleh Wellek dan Werren, bahwa karya sastra dipandang sebagai

suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek dan Werren, 1990: 3). Zainuddin

(2002: 1) menambahkan bahwa karya sastra muncul ketika manusia mulai mengenal

bahasa. Bahasa digunakan sebagai media dalam teks sastra yang memiliki unsur kata,

kalimat dan makna. Sastra tidak sebatas hanya menafsirkan makna di dalam karya,

tetapi dapat membantu masyarakat untuk mempelajari sastra yang sekaligus bertujuan

mengembangkan karya sastra tersebut. Dengan adanya kegiatan penelitian sastra,

diharapkan dunia penciptaan sastra dan juga masyarakat pembaca sastra lebih

meningkat (Semi, 1993: 1).

Skripsi ini akan meneliti salah satu kesusastraan Jepang yaitu haiku (俳句).

Haiku adalah puisi lama Jepang. Berdasarkan KBBI, haiku adalah puisi Jepang yang

biasanya menggunakan ilusi dan perbandingan, terdiri atas 17 suku kata yg terbagi

menjadi 3 larik, larik pertama 5 suku, larik kedua 7 suku, dan larik ketiga 5 suku.

Haiku merupakan kombinasi dari kata hokku (発句) yang berarti syair pembuka

dalam renga (5–7–5) dengan kata haikai (俳諧) yang berarti syair lanjutan setelah

renga. Haiku merupakan pembebasan hokku dari rantai haikai. Haiku dapat berdiri

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75607/potongan/S1-2014... · Haiku adalah puisi lama Jepang. Berdasarkan KBBI, haiku adalah puisi Jepang

2

sendiri, tanpa tergantung pada rantai sajak yang lebih panjang (Ayu, 2009: 3). Haiku

tidak akan dapat dipahami hanya dengan mengetahui atau menerjemahkan setiap

katanya, akan tetapi harus memahami makna yang terkandung pada setiap kata.

Haiku memiliki ciri unik berupa penanda musim yang membuat sajak tersebut

mempunyai makna. Haiku digunakan dalam suatu penulisan yang meliputi alam,

terbagi menjadi empat musim yang masing-masing mengungkapkan rasa atau

pemikiran untuk dicurahkan ke dalamnya. Penggunaan kata yang identik dengan

alam disebut kigo (季語). Kigo sering juga ditulis dalam bentuk tersirat (metonimi).

Tiap-tiap musim di Jepang mempunyai keistimewaan tersendiri, salah satunya yaitu

musim semi yang dijuluki sebagai musim bunga. Seperti halnya bunga sakura yang

sedang bermekaran akan selalu disambut hangat oleh masyarakat Jepang.

Tema musim semi di dalam haiku karya Masaoka Shiki akan menjadi objek di

dalam penelitian ini. Pertama kali Masaoka Shiki memperkenalkan kata haiku sekitar

abad ke-19 (Ayu, 2009: 3). Masaoka Shiki dikenal sebagai “Bapak Haiku Modern”.

Dengan kata lain bahwa Masaoka Shiki adalah seorang penulis haiku modern

pertama kali, baik tema atau topiknya. Beliau dianggap sebagai salah satu tokoh

utama dalam perkembangan puisi haiku modern dan sebagai salah satu dari empat

master haiku, diantaranya yaitu Matsuo Bashou, Yosa Buson, dan Kobayashi Issa.

Sajak-sajak yang terkenal dari penyair zaman pertengahan (1600 – 1868) seperti

Matsuo Bashou, Yosa Buson, dan Kobayashi Issa seharusnya dilihat sebagai hokku

dan harus diletakkan dalam konteks sejarah haikai. Walaupun pada umumnya, sajak

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75607/potongan/S1-2014... · Haiku adalah puisi lama Jepang. Berdasarkan KBBI, haiku adalah puisi Jepang

3

mereka sekarang sering dibaca sebagai haiku yang berdiri sendiri. Oleh karena itu,

untuk membedakan dan menghindari kesalahan, maka ada pula yang menyebut hokku

sebagai haiku klasik dan haiku sebagai haiku modern (Ritsuki, 2008: 1).

Riffaterre mengatakan bahwa dalam memaknai karya sastra tanpa

memperhatikan sistem tanda, makna tersebut tidak akan diketahui secara optimal.

Untuk memaknai hal tersebut, diperlukan peranan semiotika yang berkaitan dengan

sistem tanda. Tanda di dalam karya sastra menyatakan sesuatu dan mengandung arti

yang lain. Riffaterre menganggap bahwa puisi atau karya sastra pada umumnya

merupakan sebuah ekspresi yang tidak langsung, yakni menyampaikan sesuatu

dengan hal lain (Riffaterre, 1978: 2). Hal ini berarti menjelaskan bahwa bahasa

sehari-hari yang biasa digunakan oleh kita berada di tataran mimetik yang

membangun arti (meaning). Adapun bahasa puisi berada di tataran semiotik yang

membangun makna (significance).

Signifikansi adalah suatu proses pemaknaan. Dalam memaknai puisi,

Riffaterre memberikan langkah kerja dan metode pemaknaan secara bertahap. Tujuan

dilakukannya signifikansi adalah untuk menemukan makna dari meaning ke

significance, yaitu menganalisis makna puisi tersebut melalui pembacaan heuristik

(semiotik tahap pertama), pembacaan hermeneutik (semiotik tahap kedua), pencarian

matriks, model dan varian, dan yang terakhir menemukan hipogram dari puisi yang

akan diteliti untuk mendapatkan makna secara menyeluruh.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75607/potongan/S1-2014... · Haiku adalah puisi lama Jepang. Berdasarkan KBBI, haiku adalah puisi Jepang

4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang beserta pemaparan di atas, maka permasalahan

yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengenai pemaknaan haiku musim semi

karya Masaoka Shiki. Penulis akan menerapkan teori semiotik Riffaterre untuk

menganalisis makna haiku musim semi secara keseluruhan.

Dari permasalahan mengenai pemaknaan puisi tersebut, dapat ditentukan

rumusan masalah yaitu apa makna yang terkandung dalam haiku musim semi karya

Masaoka Shiki berdasarkan proses signifikansi yang berupa pembacaan heuristik,

pembacaan hermeneutik, pencarian matriks, model, dan varian-varian yang merujuk

kepada hipogram haiku tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan teoritis serta tujuan praktis. Secara teoretis,

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui makna yang terkandung di dalam haiku musim semi karya

Masaoka Shiki berdasarkan proses signifikansi yang berupa pembacaan heuristik,

pembacaan hermeneutik, pencarian matriks, model dan varian-varian serta

merujuk kepada hipogram haiku tersebut.

b. Untuk menerapkan teori pemaknaan puisi, yaitu semiotik Riffaterre di dalam haiku

musim semi karya Masaoka Shiki.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75607/potongan/S1-2014... · Haiku adalah puisi lama Jepang. Berdasarkan KBBI, haiku adalah puisi Jepang

5

Secara praktis, penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan karya sastra

Jepang kepada masyarakat luas, khususnya haiku karya Masaoka Shiki.

1.4 Tinjauan Pustaka

Beberapa referensi yang telah dibaca penulis sebagai rujukan dalam penelitian

ini yaitu karya tulis atau skripsi yang membahas tentang puisi, terutama yang

menggunakan analisis Semiotik Riffaterre. Skripsi yang telah dibaca di antaranya

adalah skripsi yang disusun oleh Ersi Frimasari (2012), mahasiswi jurusan Sastra

Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya UGM yang berjudul “Kumpulan Sajak Rumahku

Dunia Karya Eka Budianta: Analisis Semiotika Model Riffaterre”. Di dalam skripsi

tersebut Ersi meneliti tentang makna yang terdapat di dalam kumpulan sajak

“Rumahku Dunia” secara pembacaan heuristik dan hermeneutik. Kemudian

menganalisis makna tersebut dengan matriks, model dan varian-varian serta hipogram

atau hubungan intertekstual. Dalam kumpulan puisi “Rumahku Dunia” (1993) yang

diterbitkan oleh Puspa Swara. Dalam kumpulan sajak tersebut terdapat 200 sajak,

sedangkan untuk objek dalam penelitian Ersi hanya mengambil lima sajak untuk

dianalisis. Ersi menggunakan Semiotik Riffaterre untuk menganalisis objek

penelitiannya.

Dwi Ernia R (2007), mahasiswi jurusan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya

UGM yang berjudul “Sajak Kemuri II dalam Ontologi Puisi Ichi Aku No Suna Karya

Takuboku Ishikawa: Analisis Semiotik Riffaterre”. Dalam skripsi tersebut Dwi Ernia

R meneliti tentang makna yang terkandung di dalam sajak Takuboku Ishikawa yang

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75607/potongan/S1-2014... · Haiku adalah puisi lama Jepang. Berdasarkan KBBI, haiku adalah puisi Jepang

6

berbentuk tanka berjudul Kemuri II. Tanka merupakan salah satu jenis puisi Jepang.

Dwi Ernia R menggunakan teori Semiotik Riffaterre untuk menganalisis sajak

Takuboku Ishikawa ini. Objek yang diteliti dalam skripsi Ersi dan Dwi Ernia adalah

puisi Indonesia dan tanka sehingga penulis mencari sumber lain untuk dijadikan

tinjauan pustaka yang berbentuk haiku.

Dalam hal ini, penulis menemukan skripsi dari Benardhi Yuliandra (2011),

mahasiswa jurusan Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya UGM yang berjudul

“Makna Sajak Kematian Masaoka Shiki: Analisis Semiotik Riffaterre”. Dalam skripsi

ini Benardhi meneliti tentang makna yang terkandung di dalam sajak kematian karya

Masaoka Shiki yang berbentuk haiku. Benardhi ingin melakukan penelitian mengenai

“pencerahan” yang diraih oleh Masaoka Shiki yang diungkapkan melalui sajak

kematian, sehingga makna sebenarnya dari sajak tersebut dapat diketahui. Pendekatan

semiotik Riffaterre digunakan Benardhi dalam skripsinya. Semiotik Riffaterre

mengacu pada tanda-tanda yang terdapat dalam sajak kematian Masaoka Shiki. Di

dalam analisisnya, Benardhi melakukan pembacaan heuristik kemudian dilanjutkan

dengan pembacaan hermeneutik untuk langkah selanjutnya. Langkah ketiga yaitu

pencarian matriks, model, dan varian-varian. Pada langkah terakhir melakukan

pencarian hipogram dan merumuskan kesimpulan sehingga tujuan penelitian yaitu

mendapatkan makna secara utuh dapat tercapai.

Objek penelitian yang diteliti penulis adalah haiku musim semi, dan semua

haiku tidak memiliki judul. Sepanjang pengetahuan penulis, penulis belum

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75607/potongan/S1-2014... · Haiku adalah puisi lama Jepang. Berdasarkan KBBI, haiku adalah puisi Jepang

7

menemukan adanya penelitian yang meneliti haiku musim semi Masaoka Shiki. Oleh

karena itu penulis melakukan penelitian terhadap karya ini dengan menerapkan teori

semiotik Riffaterre agar mendapatkan makna keseluruhan dari sajak tersebut.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Masaoka Shiki mengategorikan haiku berdasarkan musim yang ada di Jepang,

yaitu musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin. Masing-masing

musim memiliki ciri dan varian yang berbeda. Di dalam buku haiku empat musim

karya Masaoka Shiki terdapat kurang lebih 200 sajak musim semi. Ruang lingkup

penelitian ini hanya mengambil contoh tiga sajak musim semi karya Masaoka Shiki.

Dikarenakan jumlah sajak musim semi yang ditulis Masaoka Shiki sangat banyak dan

memiliki arti yang berbeda-beda. Oleh karena itu, penulis mengambil tiga sajak

secara acak untuk dijadikan objek penelitian.

Tiga sajak musim semi karya Masaoka Shiki sudah dapat merepresentasikan

objek penelitian guna memfokuskan pencarian makna secara keseluruhan. Terlihat

adanya simbol musim semi di dalam sajak tersebut yang berkaitan dengan bunga

yang mekar, cuaca, dan juga hewan. Dari masing-masing sajak mempunyai varian

diksi yang berbeda, namun tetap berada dalam ruang lingkup musim semi. Simbol

dari awal musim semi yaitu bunga persik (peach blossom) yang mempunyai arti

sederhana tetapi manis. Hal ini yang menyebabkan penulis tertarik untuk meneliti

haiku dengan tema musim semi.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75607/potongan/S1-2014... · Haiku adalah puisi lama Jepang. Berdasarkan KBBI, haiku adalah puisi Jepang

8

1.6 Landasan Teori

Pendekatan teoritis digunakan untuk membahas karya sastra sesuai dengan

masalah yang diangkat. Untuk membahas dan memahami haiku musim semi, penulis

menggunakan analisis semiotik. Menganalisis sajak itu bertujuan memahami makna

sajak. Menganalisis sajak adalah usaha menangkap dan memberi makna terhadap

sajak tersebut. Karya sastra merupakan struktur yang bermakna. Hal ini mengingat

bahwa karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang

mempergunakan medium bahasa. Bahasa itu merupakan sistem ketandaan yang

berdasarkan atau ditentukan oleh perjanjian (konvensi) masyarakat. Sistem ketandaan

itu disebut semiotik. Ilmu yang mempelajari sistem tanda-tanda itu disebut semiotika

atau semiologi (Pradopo, 1987: 121).

1.6.1 Semiotik

Istilah semiotik sebenarnya berasal dari sebuah akar kata bahasa Yunani,

semion yang berarti tanda. Semiotik adalah cabang ilmu yang berurusan dengan

pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem

tanda dan proses yang berlaku bagi penggunaan tanda (Zoest, 1993:1). Menurut Noth

(1990), pemikiran tentang semiotik telah ada dalam periode Yunani-Romawi kuno,

tepatnya dalam filsafat Plato, Aristoteles, Epicureams, dan Aurelius Augustine.

Semiotik periode ini disebut sebagai semiotik implisit yang menurut Noth tidak dapat

ditempatkan sebagai semiotik dalam pengertiannya seperti sekarang ini, semiotik

eksplisit. Asal pemikiran dan pelopor dari semiotik dapat ditarik dari beberapa

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75607/potongan/S1-2014... · Haiku adalah puisi lama Jepang. Berdasarkan KBBI, haiku adalah puisi Jepang

9

pemikir yang muncul pada abad ke-20, yaitu Charles Sanders Peirce (1839-1982),

Ferdinand de Saussure (1857-1913), Louis Hjemslev (1899-1965), dan Charles

William Moris (1901-1979). Berbagai teori dari pelopor semiotik eksplisit di atas

mempunyai pengaruh yang signifikan dalam teori-teori dan studi-studi semiotik yang

muncul kemudian.

Menurut Pradopo (1995: 118), penelitian sastra dengan pendekatan semiotika

sesungguhnya merupakan lanjutan dari pendekatan strukturalisme. Strukturalisme

tidak dapat dipisahkan dengan semiotika karena karya sastra merupakan struktur

tanda-tanda yang mempunyai makna. Tanpa memperhatikan sistem tanda dan

maknanya, serta konvensi tanda, struktur karya sastra atau karya sastra tidak dapat

dimengerti secara optimal. Dalam penelitian sastra yang menggunakan pendekatan

semiotika, tanda yang berupa indekslah yang paling banyak dicari, yaitu berupa

tanda-tanda yang menunjukkan hubungan sebab-akibat. Oleh karena itu, peneliti

harus menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra

mempunyai makna. Hal tersebut yang akan diaplikasikan penulis dalam meneliti

karya sastra puisi yang berbentuk haiku.

Semiotika modern mempunyai dua tokoh yang dianggap sebagai “bapak”

semiotika. Tokoh semiotik itu adalah seorang ahli filsafat Amerika, yaitu Charles

Sanders Peirce (1839-1914) dan seorang ahli linguistik berkebangsaan Swiss,

Ferdinand de Saussure (1857-1913). Peirce menyebut ilmu itu dengan nama semiotik

dan Saussure menyebutnya semiologi. Kedua istilah ini mengandung pengertian yang

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75607/potongan/S1-2014... · Haiku adalah puisi lama Jepang. Berdasarkan KBBI, haiku adalah puisi Jepang

10

persis sama, walaupun penggunaan salah satu dari kedua istilah tersebut biasanya

menunjukkan pemikiran pemakainya. Peirce menggunakan semiotika sebagai

sinonim kata logika. Menurut Peirce, logika harus mempelajari cara orang bernalar.

Penalaran itu, menurut hipotesis yang mendasar, dilakukan melalui tanda-tanda.

Dengan mengembangkan teori semiotik, Pierce memusatkan perhatian pada

berfungsinya tanda secara umum (Van Zoest via Yuliandra, 2011: 20). Ferdinand de

Saussure membahas semiotika dengan mengembangkan dasar-dasar teori linguistik

umum. Kekhasan teorinya terletak pada kenyataan bahwa ia menganggap bahasa

sebagai sistem tanda. Oleh karena itu, ahli semiotika pengikut Saussure

menggunakan istilah-istilah pinjaman dari linguistik (Van Zoest via Yuliandra, 2011:

20).

Perbedaan mendasar pada teori semiotik pragmatik Peirce dan teori semiotik

struktural Saussure tersebut adalah pada proses pemaknaan tanda. Teori semiotik

pragmatik Peirce bersifat trikotomis dan dianalisis berdasarkan kognisi sosialnya.

Sedangkan, teori semiotik struktural Saussure bersifat dikotomis, yang artinya

mengkaji tanda menjadi dua bagian, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified).

Penanda dilihat sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi atau nilai-nilai

yang terkandung di dalam karya tersebut. Eksistensi semiotika Saussure adalah relasi

antara penanda dan petanda berdasarkan konvensi, yang biasa disebut dengan

signifikasi. Objek bagi Saussure disebut “referent”. Saussure memaknai objek

sebagai referent dan menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75607/potongan/S1-2014... · Haiku adalah puisi lama Jepang. Berdasarkan KBBI, haiku adalah puisi Jepang

11

penandaan. Sebagai contoh, ketika orang menyebut kata “anjing” (signifier) dengan

nada mengumpat maka hal tersebut tanda kesialan (signified). Menurut Saussure,

signifier dan signified merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan seperti dua

sisi dari sehelai kertas.

1.6.2 Teori dan Metode Semiotik Michael Riffaterre

Ilmu semiotika juga berkembang dan semakin spesifik dalam mendekati objek

kajian yang mencakup dalam disiplin ilmu tersebut. Beberapa ahli semiotika yang

pemikirannya didasari oleh teori yang dikembangkan oleh Saussure, di antaranya

adalah Roland Barthes, Umberto Eco, dan Michael Riffaterre (Yusita Kusumarini via

Yuliandra, 2011: 20). Salah satu pengikut Ferdinand de Saussure yang mendasari

penulis untuk menggunakan teori semiotika yang dikembangkan adalah Riffaterre.

Riffaterre memfokuskan teori tentang semiotiknya pada penelitian karya sastra

sebagai sebuah tanda. Karya sastra tersebut khususnya puisi. Riffaterre menggunakan

pendekatan bahwa suatu tanda berada dalam tataran dialektik yaitu mimetik dan

semiotik. Michael Riffaterre (1978) dalam bukunya, Semiotic of Poetry menggunakan

pendekatan bahwa karya sastra berada dalam satu pihak, yaitu a dialectic between

text and reader dan pada pihak lain adalah dialektik antara tataran mimetik dan

semiotik. Hal ini menjelaskan bahwa berdasarkan fungsi bahasa yaitu sebagai alat

komunikasi tentang gejala di luar (mimetic function), yang kemudian ditingkatkan ke

tataran semiotik untuk membongkar kode karya sastra secara struktural atas dasar

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75607/potongan/S1-2014... · Haiku adalah puisi lama Jepang. Berdasarkan KBBI, haiku adalah puisi Jepang

12

significance-nya. Penyimpangan kode bahasa dari makna biasa yang disebut

ungrammaticalities secara mimetik mendapat significance secara semiotik.

Teori dan metode ini diterapkan untuk menganalisis haiku bertema musim

semi karya Masaoka Shiki. Menurut Riffaterre, ada empat hal penting yang harus

diperhatikan dalam pemaknaan suatu karya sastra. Keempat hal tersebut antara lain:

(1) Ketidaklangsungan ekspresi yang meliputi: penggantian arti (displacing of

meaning), penyimpangan arti (distorting of meaning), dan penciptaan arti

(creating of meaning). Puisi tersebut merupakan ekspresi tidak langsung

dalam menyatakan suatu hal dengan arti yang lain,

(2) Pembacaan dalam dua tahapan, yaitu pembacaan heuristik dan pembacaan

hermeneutik,

(3) Pencarian matriks, model, dan varian-varian, serta

(4) Pencarian hipogram atau hubungan intertekstual yang berarti teks menjadi

latar belakang penciptanya. Untuk pemaknaan karya sastra yang berupa prosa,

metode dengan beberapa aspek pemaknaan yang dapat digunakan adalah

bagian (2), (3), dan (4). Riffaterre mengatakan bahwa pembacalah yang

bertugas memberikan makna tanda-tanda yang terdapat pada karya sastra.

Tanda-tanda itu akan memiliki makna setelah dilakukan pembacaan dan

pemaknaan terhadapnya (1978: 166).

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75607/potongan/S1-2014... · Haiku adalah puisi lama Jepang. Berdasarkan KBBI, haiku adalah puisi Jepang

13

1.6.2.1 Ketidaklangsungan Ekspresi

Dikemukakan oleh Riffaterre (1978: 2) bahwa ketidaklangsungan ekspresi itu

disebabkan oleh tiga hal, yaitu:

Pertama yakni penggantian arti (displacing of meaning). Penggantian arti

terjadi pada ragam bahasa kiasan merupakan penggantian arti yang terjadi ketika

tanda berubah dari satu arti ke arti lain. Bahasa kiasan tersebut meliputi: metafora,

personifikasi, metonimia, hiperbola, simile (perbandingan), allegori, sinekdoke dan

perumpamaan epos.

Metafora merupakan salah satu jenis bahasa perbandingan, dalam metafora

perbandingannya bersifat implisit, yakni tersembunyi di balik ungkapan harfiahnya

(Sayuti, 2002: 196). Metafora sebagai perbandingan langsung tidak mempergunakan

kata seperti bak, bagaikan, bagai, dan sebagainya sehingga pokok pertama langsung

dihubungkan dengan pokok kedua (Keraf, 1984: 139).

Personifikasi adalah pelukisan benda atau objek tak bernyawa atau bukan

manusia, baik yang kasat mata atau abstrak yang diperlakukan seolah-olah seperti

manusia (Siswantoro, via Kasih, 2012: 14). Metonimia adalah suatu gaya bahasa

yang mempergunakan sebuah kata untuk mempergunakan sebuah kata untuk

menyatakan suatu hal lain karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Metonimia

adalah satu bentuk dari sinekdoke (Keraf, 1984: 142).

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75607/potongan/S1-2014... · Haiku adalah puisi lama Jepang. Berdasarkan KBBI, haiku adalah puisi Jepang

14

Hiperbola adalah suatu perbandingan atau perlambangan yang dilebih-

lebihkan atau dibesar-besarkan (Semi via Kasih, 2012: 14). Simile merupakan bahasa

kiasan yang bersifat eksplisit, yakni secara langsung menyatakan sesuatu sama

dengan hal lain (Pradopo, 1990: 62).

Allegori yaitu pemakaian beberapa kiasan secara beruntun. Semua sifat yang

ada pada benda itu dikiaskan (Semi via Kasih, 2012: 14). Sinekdoke adalah bahasa

kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting suatu benda (hal) untuk benda

atau hal itu sendiri (Altenbernd via Kasih, 2012: 14). Sinekdoke ini ada dua macam:

pars pro toto yakni sebagian untuk keseluruhan dan totum pro parte yaitu

keseluruhan untuk sebagian (Pradopo, 1990: 79).

Perbandingan epos ialah perbandingan yang dilanjutkan atau diperpanjang,

yaitu dibentuk dengan cara melanjutkan sifat-sifat pembandingnya lebih lanjut dalam

kalimat-kalimat atau frase-frase yang berturut-turut (Pradopo, 1990: 69).

Kedua, penyimpangan arti (distorting of meaning). Penyimpangan arti

disebabkan oleh tiga hal, yaitu pertama ambiguitas, kontradiksi, dan nonsense.

Ambiguitas atau makna ganda sering terjadi dalam puisi, dengan ambiguitas

semacam itu puisi memberikan kesempatan kepada pembaca untuk memberikan arti

sesuai dengan asosiasinya (Pradopo, 2005: 215). Pada puisi yang memuat ambiguitas,

tidak menutup kemungkinan terjadinya perubahan pemahaman setiap selesai

membaca. Kontradiksi adalah kebalikan, kontradiksi dalam puisi biasanya dituangkan

melalui ironi. Dengan ironi, penyair mencoba mengungkapkan realitas yang terjadi

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75607/potongan/S1-2014... · Haiku adalah puisi lama Jepang. Berdasarkan KBBI, haiku adalah puisi Jepang

15

dengan sesuatu yang sangat berlawanan (Pradopo, 2005: 215). Nonsense adalah kata-

kata yang secara linguistik tidak mempunyai arti sebab hanya berupa rangkaian bunyi,

tidak terdapat dalam kamus. Akan tetapi, puisi nonsense itu memiliki makna. Makna

itu timbul dengan adanya konvensi sastra. Nonsense biasanya terdapat pada puisi

mantra atau puisi yang bergaya mantra.

Ketiga yaitu penciptaan arti (creating of meaning). Penciptaan arti terjadi

pada pengorganisasian ruang tekstual, seperti rima, homologues (persamaan bentuk),

enjambement (peloncatan baris), dan tipografi. Penciptaan arti ini merupakan

konvensi kepuitisan yang berupa bentuk visual yang secara linguistik tidak

mempunyai arti tetapi menimbulkan makna di dalam puisi. Misalnya rima adalah

nada akhir pada satu baris puisi. Homologues biasanya tampak pada sajak pantun,

biasanya menyamakan posisi dalam bait. Tipografi yakni susunan dalam pemasangan

huruf cetak dan enjambement yaitu peristiwa sambung-menyambungnya isi dua larik

sajak yang berurutan (Riffaterre, 1978: 2).

Berdasarkan keempat aspek pemaknaan puisi yang disebutkan dalam model

semiotik Riffaterre, tahapan-tahapan analisis yang dilalui untuk mengungkapkan

makna dari puisi yang dikaji adalah sebagai berikut:

1. Pembacaan Heuristik

2. Pembacaan Hermeneutik/ Retroaktif

3. Matriks, Model dan Varian-varian

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75607/potongan/S1-2014... · Haiku adalah puisi lama Jepang. Berdasarkan KBBI, haiku adalah puisi Jepang

16

4. Hipogram

Berikut ini merupakan penjabaran mengenai empat tahapan yang akan

dilakukan penulis berdasarkan semiotik Riffaterre dalam mengungkapkan makna

yang terkandung dalam suatu teks puisi.

1.6.2.2 Pembacaan Heuristik

Langkah pertama untuk menganalisis puisi, karya sastra puisi harus dibaca

secara heuristik. Pembacaan heuristik adalah pembacaan untuk menghasilkan arti

secara keseluruhan berdasarkan tata bahasa normatif sesuai dengan sistem semiotik

tingkat pertama. Pembacaan heuristik menurut Riffaterre (1978: 5) merupakan

pembacaan tingkat pertama untuk memahami makna secara linguistik, sedangkan

pembacaan hermeneutik, pembaca bergerak maju melalui teks. Pembacaan heuristik

pada puisi dapat dilakukan dengan parafrase dengan menggunakan bahasa yang lebih

logis sesuai dengan tata bahasa atau sintaksis. Maka dari itu, pembacaan heuristik

merupakan pembacaan pada tataran denotatif (arti kamus). Pada tingkat pembacaan

pertama, pembaca membaca teks secara mimesis. Teks dibaca apa adanya, pada tahap

pembacaan ini akan banyak sekali ditemui ketidakgramatikalan (ungrammatikalitas),

ungramatikalitas-ungramatikalitas yang terlihat pada level mimesis kemudian

diintegrasikan ke dalam sistem lain (Riffaterre, 1978: 5). Di tahap ini, pembaca akan

menemukan arti atau mencoba membaca untuk mencari “arti biasa”. Akan tetapi,

pembacaan seperti ini belumlah cukup untuk memahami puisi yang sesungguhnya.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75607/potongan/S1-2014... · Haiku adalah puisi lama Jepang. Berdasarkan KBBI, haiku adalah puisi Jepang

17

1.6.2.3 Pembacaan Hermeneutik

Dalam menganalisis karya sastra puisi, langkah awal yaitu pembacaan

heuristik belum memberikan makna sastra yang signifikan. Oleh karena itu, karya

sastra tersebut harus dibaca ulang dengan memberikan tafsiran yang disebut

hermeneutik. Pada pembacaan hermeneutik, pembaca harus meninjau kembali dan

membandingkan hal yang dibacanya pada pembacaan heuristik. Pembacaan

hermeneutik merupakan pembacaan tingkat kedua untuk menginterpretasikan makna

secara keseluruhan. Pembacaan hermeneutik dilakukan dengan cara menafsirkan

makna bahasa kiasan, gaya bahasa, ambiguitas, kontradiksi, nonsense dan

pengorganisasian ruang teks puisi. Adanya ketidaksesuaian di dalam diri pembaca

yang disebabkan oleh adanya sesuatu yang ungramatikal. Unsur yang tidak gramatis

ini merintangi penafsiran mimetis. Oleh karena itu, dari langkah kedua ini, penulis

dapat melihat bahasa-bahasa kiasan yang ada di dalam objek yang diteliti.

Pembacaan baru menemukan makna pada proses pembacaan tahap kedua

(Riffaterre, 1978: 5). Dengan arti, pembacaan ini dilakukan secara berulang-ulang

(retroaktif) atau berdasarkan sistem semiotik tingkat kedua (konvensi sastra) untuk

memperoleh daya interpretasi yang baik dalam mengungkapkan bahasa puisi yang

lebih luas. Pada pembacaan tahap kedua, pembaca diarahkan pada pemahaman bahwa

teks berawal dari adanya matriks (Riffaterre, 1978: 13).

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75607/potongan/S1-2014... · Haiku adalah puisi lama Jepang. Berdasarkan KBBI, haiku adalah puisi Jepang

18

1.6.2.4 Matriks, Model, dan Varian

Riffaterre menjelaskan bahwa untuk memahami sebuah puisi sama dengan

melihat sebuah donat. Terdapat ruang kosong di tengah-tengah yang berfungsi untuk

menunjang dan menopang terciptanya daging donat di sekeliling ruang kosong itu.

Dalam puisi, ruang ini merupakan pusat pemaknaan yang disebut dengan matriks

(Riffaterre, 1978:13). Untuk mengetahui tema dalam sajak atau puisi dapat melalui

matriks atau kata kunci. Kata kunci ditransformasikan dalam model bentuk kiasan.

Matriks dan model dapat digunakan untuk mencari varian-varian. Varian yang

dituangkan pada bait dan baris merupakan pokok permasalahan dalam sajak. Matriks

itulah yang akhirnya memberikan kesatuan sebuah sajak (Selden via Kasih, 2012: 18).

Teks berawal dari adanya matriks (Riffaterre, 1978: 12). Matriks adalah kata

kunci yang memberikan makna kesatuan sebuah puisi. Matriks berupa suatu tuturan

minimal dan harfiah (kata, frase, klausa, atau kalimat sederhana) yang selanjutnya

ditransformasikan menjadi parafrase yang lebih panjang, kompleks, dan tidak harfiah,

yakni keseluruhan puisi. Matriks tidak terdapat dalam teks, akan tetapi matriks akan

diaktualisasikan lewat model. Model tersebut yaitu berupa satu kata atau kalimat

yang bersifat puitis dan bentuk-bentuk variannya akan ditentukan (Riffaterre, 1978:

19).

Matriks dapat berupa satu kata atau kalimat tertentu. Matriks bukanlah tema

atau belum merupakan tema, akan tetapi matriks mengarah kepada tema. Tema

nantinya akan didapat setelah matriks, model dan varian ditemukan. Model yang akan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75607/potongan/S1-2014... · Haiku adalah puisi lama Jepang. Berdasarkan KBBI, haiku adalah puisi Jepang

19

menentukan bentuk-bentuk varian (pengembangan) sehingga menurunkan teks secara

keseluruhan. Ciri utama model adalah sifat puitisnya. Untuk mengaktifkan kepuitisan

dalam teks, tanda kepuitisan harus mengacu pada hipogram tertentu dan juga menjadi

sebuah varian dari matriks teks itu. Jadi, matriks senantiasa terwujud dalam bentuk-

bentuk varian yang ditentukan oleh model sebagai aktualisasi pertama matriks.

Matriks bisa ditemukan secara ekspansi (perluasan, pengembangan) atau secara

konversi (pengubahan). Produksi teks, yakni teks sebagai tempat arti dihasilkan oleh

adanya konversi dan ekspansi (Riffaterre, 1978: 47).

Berdasarkan hubungan antara matriks dengan model, dapat dikatakan bahwa

matriks merupakan faktor penggerak derivasi tekstual, sedangkan model menjadi

pembatas derivasi itu (via Sumbawati, 2012: 13). Dalam praktiknya, matriks yang

dimaksud akan senantiasa terwujud dalam bentuk varian yang berurutan. Bentuk

varian itu ditentukan oleh model. Dengan demikian, konsep semiotik Riffaterre yang

akan digunakan dalam kajian ini dapat membantu menemukan makna secara

keseluruhan dalam haiku bertema musim semi.

1.6.2.5 Hipogram atau Hubungan Intertekstual

Karya sastra tidak begitu saja lahir, melainkan sebelumnya sudah ada karya

sastra lain, yang tercipta berdasarkan konvensi dan tradisi sastra masyarakatnya yang

bersangkutan (Pradopo, 2005: 223). Dengan kata lain, kemunculan satu karya sastra

bisa saja berkaitan dengan karya sastra lain yang terlebih dahulu muncul. Makna

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75607/potongan/S1-2014... · Haiku adalah puisi lama Jepang. Berdasarkan KBBI, haiku adalah puisi Jepang

20

sajak bisa dipahami sepenuhnya setelah diketahui hubungan antara sajak itu dengan

sajak lain yang menjadi latar penciptanya.

Riffaterre (1978: 11) mengemukakan bahwa sebuah karya sastra baru

mempunyai makna penuh dalam hubungannya atau pertentangannya dengan karya

sastra lain. Ini merupakan prinsip intertekstualitas yang ditekankan oleh Riffaterre.

Prinsip intertekstual adalah prinsip hubungan antarteks. Sebuah teks tidak mungkin

terlepas dari teks yang lain. Karya sastra yang menjadi dasar penciptaan karya sastra

yang kemudian oleh Riffaterre disebut hipogram.

Riffaterre (1978: 23) menyebutkan bahwa hypogrammatic derivation is a

word or phrase is poeticized when it refers to (and, if a phrase, patterns it self upon)

a preexistent word group. Ia menyatakan bahwa sajak akan bermakna penuh dalam

hubungannya dengan sajak yang lain. Hubungan ini bisa berupa persamaan maupun

pertentangan.

Hipogram ada dua macam, yaitu hipogram potensial dan hipogram aktual

(Riffaterre, 1978: 23). Hipogram potensial tidak tereksplisitkan di dalam teks, tetapi

harus diabstraksikan dari teks. Hipogram potensial itu adalah matriks yang

merupakan inti teks atau kata kunci, dapat berupa satu kata, frase atau kalimat

sederhana (Riffaterre, 1978: 23). Hipogram potensial terwujud dalam segala bentuk

aplikasi makna kebahasaan, baik yang berupa presuposisi maupun sistem deskriptif

atau kelompok asosiasi konvensional. Hipogram aktual yaitu dapat berupa teks nyata,

kata, kalimat, peribahasa atau seluruh teks. Hipogram aktual terwujud dalam teks-

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75607/potongan/S1-2014... · Haiku adalah puisi lama Jepang. Berdasarkan KBBI, haiku adalah puisi Jepang

21

teks yang ada sebelumnya, baik berupa mitos maupun karya sastra lainnya (1978: 23-

24).

Sebuah karya seringkali berdasar atau berlatar pada karya sastra lainnya,

bukan hanya untuk meneruskan karya sastra yang menjadi latar, juga menentang

karya sastra tersebut. Oleh karena itu, karya sastra tidak dapat lepas dari hal- hal yang

menjadi latar penciptanya, baik secara umum maupun khusus. Teks yang menyerap

dan mentransformasikan hipogram dapat disebut sebagai teks transformasi. Metode

interterkstual digunakan untuk mendapatkan makna sebuah teks dengan hipogramnya.

Dengan demikian, karya sastra dapat di transformasikan dengan teks lain.

1.7 Metode dan Teknik Penelitian

Pengertian metode menurut Siswantoro yaitu hal yang menyangkut langsung

dengan yang ditempuh peneliti, sehingga tidak lagi bicara tentang paradigma yang

dianutnya, dasar filsafat metode yang ditempuhnya, atau bicara tentang ciri penelitian

kualitatif yang menjadi induk penelitian sastra (2005: 4).

Penelitian kualitatif khususnya pada penelitian sastra akhir-akhir ini tidak

lepas dari tuntutan realistis tentang perlunya penelitian relevan dengan watak atau

karakter ilmu sosial dan humaniora. Siswantoro (2005) menyatakan bahwa karya

sastra merupakan cerminan dari ilmu humaniora, terbalut oleh fenomena yang lahir

dari setting tertentu, ideologi serta sosio-kultural tertentu pula, serta nilai

subjektivitas penulis yang melahirkan tokoh fiktif dengan perwatakan dan kemelut

batin tertentu, sehingga tidak tepat didekati dengan penelitian yang berbasis statistik.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75607/potongan/S1-2014... · Haiku adalah puisi lama Jepang. Berdasarkan KBBI, haiku adalah puisi Jepang

22

Menurut Anselm Strauss dan Juliet Corbin (2003: 4) dalam bukunya yang berjudul

Dasar-dasar Penelitian Kualitatif menyebutkan bahwa penelitian kualitatif sebagai

jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui proses statistik atau

bentuk hitungan lainnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka metode yang digunakan untuk

menganalisa haiku bertema musim semi karya Masaoka Shiki menggunakan metode

penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif dengan cara

memaparkan data dan hasil analisa menggunakan kata-kata. Penelitian ini akan

membahas mengenai haiku bertema musim semi karya Masaoka Shiki. Adapun

teknik dan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengkaji makna yang

terkandung, yaitu:

(1) Menentukan antologi yang dijadikan objek penelitian yakni haiku

bertemakan musim semi karya Masaoka Shiki;

(2) Menetapkan sampel penelitian, dan yang diambil adalah haiku tema

musim semi sebanyak tiga sajak;

(3) Melakukan analisis dengan cara pembacaan secara heuristik dengan

memperjelas arti sajak untuk mendapatkan kalimat yang sesuai. Lalu

dilanjutkan dengan pembacaan hermeneutik atau pengulangan (retroaktif)

terhadap objek penelitian agar memperoleh makna yang terkandung

berdasarkan konvensi sastranya sesuai teori yang digunakan;

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75607/potongan/S1-2014... · Haiku adalah puisi lama Jepang. Berdasarkan KBBI, haiku adalah puisi Jepang

23

(4) Pencarian matriks, model, dan variannya untuk memperjelas makna

dalam menganalisis puisi.

(5) Menentukan hipogram atau hubungan intertekstual haiku karya

Masaoka Shiki. Dengan adanya hipogram maka pemaknaan puisi menjadi

penuh;

(6) Merumuskan dan mengambil kesimpulan dalam bentuk laporan

penelitian. Dalam proses analisis data, penulis melakukan sintesis fakta-fakta

yang diperoleh melalui tahapan verifikasi dengan teori yang sesuai dengan

tema penelitian untuk menghasilkan interpretasi yang tepat.

Teori yang digunakan dalam menganalisis penelitian ini yaitu pendekatan

semiotik Riffaterre yang mengacu pada tanda-tanda yang terdapat dalam haiku

Masaoka Shiki bertema musim semi. Tahap akhir dalam penelitian ini adalah

penyajian hasil analisis.

1.8 Sistematika Penulisan

Penelitian ini berjudul “Makna Haiku Musim Semi Karya Masaoka Shiki:

Analisis Semiotik Riffaterre”. Hasil penelitian ini akan dipaparkan dalam empat bab.

Adapun sistematika penyajiannya adalah sebagai berikut.

Bab I berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, ruang lingkup penelitian, landasan teori, metode

dan teknik penelitian, dan sistematika penulisan.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75607/potongan/S1-2014... · Haiku adalah puisi lama Jepang. Berdasarkan KBBI, haiku adalah puisi Jepang

24

Bab II berisi riwayat hidup Masaoka Shiki beserta sejarah haiku.

Bab III berisi proses signifikansi haiku musim semi Masaoka Shiki dengan

metode Semiotika Riffaterre.

Bab IV berisi kesimpulan.

Daftar Pustaka

Lampiran Masaoka Shiki dan haiku musim semi


Top Related