Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Memperhatikan keadaan sumber daya alam dewasa ini baik ditinjau dari segi kuantitas dan
kualitas terlihat adanya kemerosotan lingkungan hidup menuju suatu keadaan kritis yang
ekstrim dengan ditandai semakin seringnya terjadi kejadian luar biasa seperti bencana banjir,
tanah longsor, kekeringan dan wabah penyakit. Hal ini disebabkan peran pemerintah daerah
terhadap pengawasan dan pengendalian kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup yang
merupakan bagian integral dari pengelolaan lingkungan hidup masih kurang berfungsi dengan
baik. Belum terpadunya antara berbagai aspek yang ada dalam pengelolaan lingkungan hidup
dapat dilihat dari berbagai kasus gugatan terhadap pihak yang telah melakukan kerusakan dan
atau pencemaran lingkungan tanpa tindakan atau sanksi yang sesuai atas perbuatannya.
Perencanaan strategis memiliki 3 (tiga) dimensi :
Pertama : bahwa Pembangunan Lembaga dimulai dengan visi sehingga arah
pembangunan lembaga yang dikehendaki bersama (Pemerintah Daerah,
Swasta, dan Masyarakat) sangat jelas untuk dicapai;
Kedua : dokumen rencana strategis yang berisikan visi dan misi lembaga, bidang-
bidang strategis yang harus diintervensi dalam rangka mengemban misi dan
mewujudkan visi tersebut, serta kiat-kiat yang terpilih dalam rangka
mensukseskan bidang yang dianggap strategis. Jadi tidak harus mencakup
semua bidang strategis agar tidak memberi hasil yang berarti bahkan justru
banyak menimbulkan pemborosan;
Ketiga : dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah secara hakiki Rencana Strategis
memiliki urgensi khususnya dalam hal penentuan arah dan kontrol bagi
masyarakat terhadap dinamika pembangunan Kabupaten Kotawaringin Barat
demi terwujudnya visi dan misi yang telah disepakati.
Namun demikian rencana strategis baru yang dapat dilaksanakan apabila telah dijabarkan ke
dalam suatu program dan kegiatan strategis yang merupakan operasionalisasi dari rencana
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 9
tersebut. Oleh karena itu dukungan dan juga kerjasama yang baik dari semua pihak akan
dapat membantu dan mendorong terlaksananya rencana strategis ini dengan baik.
Upaya pemulihan perlu dilakukan sesegera mungkin agar kerusakan dan atau pencemaran
yang terjadi tidak meningkatkan beban daerah dan beban sosial. Kondisi Kabupaten
Kotawaringin Barat memiliki 3 (tiga) Sungai besar yang merupakan sistem Daerah Aliran
Sungai (DAS) Arut, Sekonyer di Kecamatan Kumai dan DAS Lamandau maka pengelolaan
sumber daya alam sangat cocok melalui pendekatan system DAS karena aktifitas masyarakat
masih banyak terkait dengan budaya sungai.
Karenanya, kebijakan pengelolaan lingkungan hidup harus dilakukan tidak hanya menyangkut
kegiatan besar (major activity), akan tetapi juga mencakup kegiatan skala kecil (small scale
activity). Dengan demikian pengelolaan sumber daya alam yang harus ditempuh adalah
melalui cara terintegrasi antara sektor terkait seperti pertanian arti luas, pendidikan,
kesehatan, tenaga kerja, perindustrian, pekerjaan umum dan pertambangan sehingga
diharapkan masyarakat pengguna dapat merubah persepsi dan anggapan bahwa sumber daya
alam yang terbatas maupun tidak terbatas menyebabkan penggunaan sumberdaya alam
menjadi hemat.
Terkait hubungan Renstra BLH dengan dokumen perencanaan lainnya, Renstra BLH disusun
atas dasar pada keterkaitannya dengan rancangan awal Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Barat Tahun 2010- 2014 dengan mempelajari visi, misi
dan program Bupati Kotawaringin Barat masa bakti 2006-2010 terhadap tugas dan fungsi
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat.
Kemudian melakukan kajian strategis untuk menentukan hubungan rumusan kelompok tujuan
dan kebijakan dalam pencapaian visi dan misi Badan Lingkungan Hidup sesuai dengan tugas
dan fungsinya. Kajian tersebut menggunakan metode analisis yang mempertimbangkan
lingkungan eksternal (Program Bupati Kotawaringin Barat, kondisi lingkungan, objek urusan
BLH dan lainnya); dan lingkungan internal (Aparat BLH, peralatan, keuangan, sistem
administrasi, kebijakan dan lainnya); serta mengacu pada hasil evaluasi Renstra BLH periode
2006-2010. Hubungan Renstra BLH dengan perencanaan lainnya disajikan pada Gambar
berikut ini :
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 10
Keterangan : RPJPD = Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kab. Kotawaringin Barat.
RPJMD = Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten
Kotawaringin Barat.
RKPD = Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.
RAPBD = Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Dearah Kab. Kotawaringin Barat.
RENJA = Rencana Kerja BLH Kabupaten Kotawaringin Barat.
RKA = Rencana Kerja Anggaran BLH Kab. Kotawaringin Barat.
DPA = Dokumen Pelaksanaan Anggaran BLH Kab. Kotawaringin Barat.
= Garis Pedoman.
= Garis Acuan.
1.2. Landasan Hukum
Sebagai landasan hukum dalam penyusunan Renstra Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat adalah :
1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 Tentang Penetapan Undang-Undang Darurat
Nomor 3 Tahun 1953 Tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 1820);
RPJPD RPJMD RKPD RAPBD APBD
RENSTRA
BLH
RENJA
BLH
RKA
BLH
DPA
BLH
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 11
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 Tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3373);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4598);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4663);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4737);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4741);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4815);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4817);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4833);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 12
Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 5107);
16. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);
19. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 34);
20. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010-2015 (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 40);
21. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Urusan Pemerintahan Daerah Yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2008 Nomor 14);
22. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 4);
23. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2009 Nomor 5).
24. Peraturan Bupati Kotawaringin Barat Nomor 24 Tahun 2008 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Bappeda Kabupaten Kotawaringin Barat (Berita Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2009 Nomor 24).
25. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat nomor 26 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat.
1.3. Maksud dan Tujuan
Rencana Strategis Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat disusun dengan
maksud untuk memberikan arahan dan pedoman dalam menyusun perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan tahunan, sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah :
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 13
1. Terwujudnya keterpaduan, keserasian, keseimbangan dan kesamaan persepsi dalam
pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan tugas fungsi perangkat daerah terkait.
2. Teralokasinya prioritas perencanaan dan fungsi pengelolaan lingkungan hidup selama
lima tahun (tahun 2012 s/d 2016) untuk memperoleh nilai manfaat yang dapat
dipertanggungjawabkan (accountable).
3. Meningkatnya kinerja aparatur dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan pada
masyarakat.
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Renstra Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat
periode 2012 - 2016 adalah :
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Landasan Hukum
1.3. Maksud dan Tujuan
1.4. Sistematika Penulisan
BAB II GAMBARAN PELAYANAN BLH
2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi BLH
2.2. Sumber Daya BLH
2.3. Kinerja Pelayanan BLH
2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan BLH
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan BLH
3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil
3.3. Telaahan Renstra KLH
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 14
3.4. Telaahan Renstra Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
3.5. Penentuan Isu-isu Strategis
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
4.1. Visi dan Misi Badan Lingkungan Hidup
4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah BLH
4.3. Strategi dan Kebijakan
BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN
PENDANAAN INDIKATIF
5.1. Deskripsi / Penjelasan
5.2. Matriks
BAB VI INDIKATOR KINERJA BLH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD
BAB VII PENUTUP
7.1. Program Transisi
7.2. Kaidah Pelaksanaan
LAMPIRAN
1. Matriks Program dan Indikasi Kegiatan SKPD (Hasil Pengolahan Matriks pada Bab V
2. Inventarisasi Data dan Informasi
3. Analisa SWOT
4. Dokumentasi Proses Penyusunan Renstra SKPD
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 15
BAB II
GAMBARAN PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP
2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi
a. Tugas Pokok
Badan Lingkungan Hidup mempunyai tugas “Membantu Kepala Daerah dalam
merumuskan kebijakan dan koordinasi pencegahan, penanggulangan dan pemulihan
kualitas lingkungan meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta
monitoring dan evaluasi pengelolaan lingkungan hidup”.
b. Fungsi Badan Lingkungan Hidup :
1. Merumuskan kebijakan bidang lingkungan hidup meliputi perencanaan,
pengendalian dan pengawasan dampak lingkungan hidup termasuk
pengembangan model konservasi, strategis penegakan hukum dan
pengembangan instrument ekonomi dalam rangka pelestarian lingkungan hidup.
2. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup.
3. Memfasilitasi kegiatan instansi terkait dalam hal pengendalian dampak
lingkungan meliputi penyiapan dan penyerapan dokumen lingkungan hidup
serta instrument pengendalian lainnya.
4. Melakukan penegakan hukum dan advokasi permasalahan lingkungan hidup.
5. Melaksanakan pelayanan bidang lingkungan hidup dengan mengacu kepada
Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang lingkungan hidup.
6. Melakukan peningkatan kapasitas kelembagaan meliputi kegiatan pendidikan
dan pelatihan.
7. Melakukan koordinasi pengawasan dalam rangka konservasi sumberdaya alam.
8. Melakukan analisa dalam rangka pengendalian pemanfaatan tata ruang dalam
keserasian terhadap daya dukung dan daya tampung lingkungan.
9. Menyelenggarakan Unit Pelayanan Teknis (UPT) bidang lingkungan hidup.
10. Melakukan pembinaan jabatan fungsional dan struktural bidang lingkungan
hidup.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 16
11. Melakukan pembinaan dan peningkatan partisipasi masyarakat, swasta dan
swadaya masyarakat (LSM) dalam pengelolaan lingkungan hidup.
12. Melakukan kegiatan mendukung program dari pusat dan provinsi serta program
strategis bidang lingkungan hidup dan program Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan (PROPER).
13. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Bupati Kotawaringin Barat.
c. Struktur Organisasi Badan Lingkungan Hidup
Pembentukan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat didasarkan
oleh Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 07 Tahun 1999 tanggal 20
Februari 1999 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan Hidup Daerah Tingkat II Kotawaringin Barat. Kemudian diubah untuk
pertama kali atas pemekaran struktur organisasi dengan Perda Kabupaten Kotawaringin
Barat Nomor 25 Tahun 2000 dan dirubah kedua kalinya melalui Perda Kotawaringin Barat
Nomor 19 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.
Struktur Organisasi Badan Lingkungan Hidup sebagai berikut :
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 17
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 18
BAGAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN LINGKUNGAN HIDUP
KEPALA BLH
BIDANG ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
SUB BIDANG PENGKAJIAN DAN
PENERAPAN ANALISIS LINGKUNGAN
SUB BIDANG PENGEMBANGAN
KAPASITAS LINGKUNGAN
BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
SUB BIDANG PENCEGAHAN
PENCEMARAN AIR, TANAH DAN UDARA
SUB BIDANG PENGENDALIAN
PENCEMARAN AIR, TANAH DAN UDARA
BIDANG PELESTARIAN DAN PEMULIHAN
KUALITAS LINGKUNGAN
SUB BIDANG PEMANTAUAN DAN
PELESTARIAN KUALITAS LINGKUNGAN
SUB BIDANG PEMULIHAN KUALITAS
LINGKUNGAN
BIDANG PEMBINAAN LINGKUNGAN HIDUP
SUB BIDANG KELEMBAGAAN DAN
PERAN SERTA MASYARAKAT
SUB BIDANG ADVOKASI LINGKUNGAN HIDUP
UPTD
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
SEKRETARIAT
SUB BAGIAN UMUM KEPEGAWAIAN DAN
PERLENGKAPAN
SUB BAGIAN
KEUANGAN
SUB BAGIAN PERENCANAAN DAN
PENGENDALIAN PROGRAM
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 19
2.2. Sumber Daya Badan Lingkungan Hidup
Jumlah Pegawai, Kualifikasi Pendidikan, Pangkat dan Golongan, Jumlah Pejabat Struktural dan
Fungsional.
a. Jumlah Pegawai Menurut Jenjang Pendidikan
Jumlah Pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat menurut
jenjang pendidikan sebagaimana tabel berikut ini :
No. Uraian Formasi Posisi
Awal Tambahan Kurang
Posisi Terakhir
1.
2.
3.
4.
5.
6.
S2
S1
Sarjana Muda
SLTA
SLTP
SD
-
-
-
-
-
-
2
22
5
9
-
-
-
2
-
1
-
-
-
5
-
2
-
-
2
19
5
8
-
-
Jumlah - 38 3 7 34
b. Jumlah Pegawai menurut Pangkat dan Golongan
Jumlah Pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat menurut pangkat
dan golongan sebagaimana tabel berikut ini :
No. Uraian Formasi Posisi
Awal Tambahan Kurang
Posisi
Terakhir
1.
Juru Muda, I/a
Juru Muda Tk. I, I/b
Juru, I/c
Juru Tingkat I, I/d
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Jumlah Gol. I - - - - -
2.
Pengatur Muda, II/a
Pengatur Muda Tk. I, II/b
Pengatur, II/c
Pengatur Tk. I, II/d
-
-
-
-
-
1
5
2
-
-
-
-
-
-
-
1
-
1
5
1
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 20
Jumlah Gol. II - 8 - 1 7
3.
Penata Muda, III/a
Penata Muda Tk.I, III/b
Penata, III/c
Penata Tk. I, III/d
-
-
-
-
9
3
6
6
1
-
-
1
-
-
4
-
10
3
2
7
Jumlah Gol. III - 24 2 4 22
4.
Pembina, IV/a
Pembina Tk. I, IV/b
Pembina Utama Muda, IV/c
Pembina Utama Madya,IV/d
Pembina Utama, IV/e
-
-
-
-
-
3
2
1
-
-
1
2
-
-
-
2
2
-
-
-
2
2
1
-
-
Jumlah Gol. IV - 6 3 4 5
Jumlah - 38 5 9 34
c. Jumlah Pejabat Struktural dan Fungsional
Jumlah Pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat menurut
jabatan struktural dan fungsional sebagaimana tabel berikut ini :
No. Uraian Formasi Posisi
Awal Tambahan Kurang
Posisi
Terakhir
1.
Menurut Jabatan Struktural
Eselon I
Eselon II.b
Eselon III.a
Eselon III.b
Eselon IV.a
Fungsional
Staf
-
-
-
-
-
-
-
-
1
1
4
11
-
21
-
-
1
1
2
-
-
-
-
1
2
3
-
2
-
1
1
3
10
-
19
Jumlah Jabatan Struktural - 38 4 8 34
2.
Menurut Jabatan Fungsional
Eselon I
Eselon II
Eselon III
Eselon IV
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Jumlah Jabatan Fungsional - - - - -
Jumlah - 38 4 8 34
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 21
d. Jumlah Pegawai Tidak Tetap
Jumlah Pegawai Tidak Tetap pada Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat sebagaimana tabel berikut ini :
No. Uraian Jumlah
1.
2.
Petugas Jaga Malam
Petugas Kebersihan Kantor
2 Orang
2 Orang
Jumlah 4 Orang
2.2.1. Perlengkapan :
a. Tanah seluas 4.400 m²
b. Peralatan dan mesin (alat-alat besar)
- Mesin pencacah sampah organik 1 unit
- Compresor pemilah 1 unit
- Compresor input (feeder) 1 unit
- Pengayak Kompos mekanik 1 unit
- Mesin pencacah sampah botol plastik 1 unit
- Mesin pencacah sampah dan pencuci kantong plastik 1 unit
- Mesin mixer kompos 1 unit
- Mesin genset 1 unit.
c. Gedung Kantor
- Ruang kerja seluas 332 m² (1 unit)
- Ruangan Rapat 187 m² (1 unit)
- Gedung Laboratorium 200 m² (1 unit)
- Rumah Jaga 1 unit
- Bangunan Atap Pengolah Sampah 1 unit
d. Alat perlengkapan laboratorium LH sebanyak 65 set
e. Alat Kantor :
- Meja dan Kursi Kerja 43 unit
- Meja rapat sebanyak 2 unit
- Kursi lipat 58 unit
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 22
- Komputer PC 11 unit
- Note book 7 unit (baik 4 unit rusak 3 unit)
- Printer 6 unit
f. Kendaraan :
- Kendaraan operasional Pimpinan Roda 4 sebanyak 1 unit
- Kendaraan operasional Laboratorium Roda 4 sebanyak 1 unit
- Kendaraan operasional Roda 2 sebanyak 6 unit
- Motor Pengangkut sampah 8 unit
- Gerobak sampah 96 unit
g. Alat Studio
- Pesawat telepon 1 unit dan faximile 3 unit
- Handy camp sony 2 unit
- Wireless 1 buah
- LCD 2 buah
- Multimedia soud system 1 buah
- Camera digital 1 unit
2.2.2. Unit usaha yang masih operasional
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat, kondisi tahun 2011 memiliki:
a. Unit Mesin Pencacah Sampah
b. Laboratorium Pengujian
2.3. Kinerja Pelayanan Badan Lingkungan Hidup
2.3.1. Kondisi Lingkungan Hidup di Kabupaten Kotawaringin Barat :
A. Gambaran Umum Kabupaten Kotawaringin Barat
Kabupaten Kotawaringin Barat adalah satu dari 14 (empat belas) kabupaten/kota
di Provinsi Kalimantan Tengah. Kabupaten ini mempunyai Ibukota Pangkalan Bun,
berada pada jarak tempuh 460 km ke arah barat kota Palangka Raya (Ibukota
Provinsi Kalimantan Tengah). Secara geografis kabupaten ini terletak diantara
1º19’ sampai dengan 3º36’ Lintang Selatan dan 110º 25’ sampai dengan 112º 50’
Barat Timur, dengan batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara dengan Kabupaten Lamandau.
- Sebelah Selatan dengan Laut Jawa.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 23
- Sebelah Timur dengan Kabupaten Seruyan.
- Sebelah Barat dengan Kabupaten Sukamara dan Kabupaten Lamandau.
Letak Geografis Kabupaten Kotawaringin Barat seperti pada gambar berikut ini :
Letak Geografis Kabupaten Kotawaringin Barat
Sumber : Bappeda Kabupaten Kotawaringin Barat
B. Luas Wilayah
Luas wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat tercatat 10.759 Km² dan secara
administrasi terbagi menjadi 6 (enam) kecamatan yaitu Kecamatan Kotawaringin
Lama, Kecamatan Arut Selatan, Kecamatan Kumai, Kecamatan Arut Utara,
Kecamatan Pangkalan Banteng dan Kecamatan Pangkalan Lada. Kecamatan
Pangkalan Banteng dan Pangkalan Lada adalah pemekaran dari Kecamatan
Kumai. Untuk luas Kabupaten Kotawaringin Barat berdasarkan kecamatan
sebagaimana tabel berikut :
Luas Kabupaten Kotawaringin Barat Berdasarkan Kecamatan
No. Kecamatan Luas (km2)
1. Kotawaringin Lama 1.257
2. Arut Selatan 2.400
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 24
3. Kumai 2.921
4. Pangkalan Banteng 1.306
5. Pangkalan Lada 229
6. Arut Utara 2.685
Kotawaringin Barat 10.759
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotawaringin Barat, 2011
Penetapan batas wilayah yang rendah (rawa) berdasarkan garis maya,
sedangkan di daerah gunung (perbukitan) berdasarkan puncak gunung
(bukit), sehingga didasarkan pada arah aliran air yang dituju. Artinya, jika
aliran air menuju ke kabupaten lain yang berbatasan, maka awal aliran air
itulah sebagai batas antara kedua wilayah kabupaten yang dimaksud.
C. Iklim
Jenis Iklim
Berdasarkan data pengamatan hujan selama 10 tahunan (1995-2004) dari BMKG
Stasiun Meteorologi Iskandar Pangkalan Bun, jenis iklim kawasan Kabupaten
Kotawaringin Barat menurut Klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, memiliki tipe
iklim A. Curah hujan tahunan dari tahun berkisar 1.904-3.762 mm dengan rata-
rata tahunan sebesar 2.637,7 mm. Suhu udara rata-rata pada rentang tahun yang
sama rata-rata harian antara 25,9C-26,2C dan kelembaban berkisar antara 85-
87% .
D. Tanah / Lahan
Jenis Tanah
Secara garis besar, jenis tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten Kotawaringin
Barat dikelompokan kedalam 6 (enam) jenis tanah yaitu Podsolik Merah Kuning,
Kompleks Podsolik (Podsolik Merah Kuning-Podsol), Kompleks Regosol (Podsol),
Alluvial, Organosol dan Oksisol (Lateritik). Jenis tanah yang terluas adalah
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 25
podsolik merah kuning. Jenis-jenis tanah di Kabupaten Kotawaringin Barat
sebagaimana tabel berikut ini :
Jenis Tanah di Kabupaten Kotawaringin Barat
No. Jenis Tanah Luas (Ha) Prosentase
1. Oksisol / Lateritik 21.518,00 2,00
2. Podsolik Merah Kuning 352.895,20 32,80
3. Kompleks Podsolik 150.626,00 14,20
4. Alluvial 206572,80 19,20
5. Kompleks Regosol 154.929,60 14,40
6. Organosol 189.358,40 17,60
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotawaringin Barat, 2011
Kabupaten Kotawaringin Barat merupakan salah satu kabupaten yang mempunyai
potensi sumber daya alam yang cukup besar. Sumber daya alam yang terdapat di
Kabupaten ini sebagian besar berupa hutan dan hasil ikutannya, perkebunan,
perikanan, peternakan. Di samping itu juga mempunyai potensi sumber daya
mineral.
Ketinggian
Ketinggian tempat dari permukaan air laut berpengaruh terhadap suhu udara,
yaitu setiap naik 100 m suhu akan turun rata-rata 0,6 0C, sehingga makin tinggi
suatu tempat akan menyebabkan daerah tersebut mempunyai suhu lebih rendah.
Luas wilayah berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Ketinggian Wilayah Menurut Kecamatan
No. Kecamatan Luas (Ha)
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 26
0-7 m 7-25 m 25-100 m 100-500 m > 500m Jumlah
1. Ktw. Lama - 62.477,0 59.353,0 - - 1.257
2. Arut Selatan 14.200,0 86.040,0 135.408,0 4.272,0 - 2400
3. Kumai 71.890,3 69.892,5 151.348,1 9.565,2 - 2.921
4. P. Banteng 26.076,5 25.351,8 54.897,9 3.469,6 - 1.306
5. P. Lada 7.863,2 7.644,7 16.554,0 1.046,2 - 229
6. Arut Utara - - 181.345,0 86.940 215 2.685
Kotawaringin Barat 120.030 251.406 598.906,0 105.293,0 215 1.075.900
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotawaringin Barat, 2011.
Peta Ketinggian Wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat
Sumber : Bappeda Kabupaten Kotawaringin Barat
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 27
Kelerengan dan Fisiografi
Kondisi kelerengan Kabupaten Kotawaringin Barat secara lebih jelas dapat dilihat
pada tabel berikut :
Klasifikasi Lereng Kabupaten Kotawaringin Barat Menurut Kecamatan
No. Kecamatan
Luas (Ha)
0-2 % 2-15 % 15-40 % > 40 % Jumlah
1. Kotawaringin Lama 64.140,0 - 57.773,0 - 1.257
2. Arut Selatan 89.568,0 139.992,0 10.440,0 - 2.400
3. Kumai 137.181,9 163.576,8 1.937,4 - 2.921
4. Pangkalan Banteng 49.759,5 59.333,6 702,7 - 1.306
5. Pangkalan Lada 15.004,6 17.891,6 211,9 - 229
6. Arut Utara - 27.870,0 211.927,0 28.703 2.685
Kotawaringin Barat 355.654,0 408.664,0 282.992,0 28.703 1.075.900
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotawaringin Barat, 2011.
Peta Kelerengan Wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 28
Sumber : Bappeda Kabupaten Kotawaringin Barat
E. Hutan
Secara umum areal hutan masih merupakan jenis penggunaan lahan yang
dominan di Kabupaten Kotawaringin Barat yaitu sekitar 66% gambaran
perbandingan luas kawasan hutan dan kawasan lainnya disajikan dalam
Gambar berikut ini :
Penggunaan Lahan
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 29
Wilayah taman nasional dan suaka margasatwa merupakan bagian dari wilayah
Taman Nasional Tanjung Putting yang terletak di wilayah Kabupaten
Kotawaringin Barat dan Kabupaten Seruyan, serta Suaka Margasatwa Sungai
Lamandau yang terletak di wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten
Sukamara.
F. Laut, Pesisir dan Pantai
Laut
Kabupaten Kotawaringin Barat dengan luas wilayah 10.759 Km2 dan
memiliki panjang pantai ± 156 Km dengan luas laut 1.250 Km², serta perairan
umum seluas 10.800 Ha yang meliputi 3 DAS besar yakni DAS Kumai, DAS
Lamandau, DAS Arut yang terdiri dari 200 anak sungai dan 9 buah danau dan
rawa serta 20 sungai kecil yang langsung bermuara dilaut, secara fisik Kabupaten
Kotawaringin Barat merupakan kantong ikan Kalimantan Tengah khususnya ikan
dari hasil tangkapan diperairan laut .
Pesisir dan Pantai
Ekosistem pesisir secara umum terdapat di daerah estuaria, perairan pantai dan
laut dangkal serta hutan rawa, dimana ekosistem perairannya terdiri atas
ekosistem mangrove dan padang lamun.
G. Air
Air Permukaan
Air permukaan adalah semua air yang ditemukan di permukaan tanah, seperti air
sungai, air rawa, tambak, danau dan lain-lain. Untuk sungai-sungai utama di
Kabupaten Kotawaringin Barat sebagaimana pada tabel berikut ini :
Series1; Non
Pertanian; 2,84411190
6; 3%
Series1; Lahan Kering;
2,515715215; 2%
Series1; Perkebunan
; 16,2336639
1; 16%
Series1; Hutan;
65,66631657; 66%
Series1; Lainnya;
12,7401924; 13%
PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT Non Pertanian
Lahan Kering
Perkebunan
Hutan
Lainnya
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 30
Sungai-Sungai Utama di Kabupaten Kotawaringin Barat
No. Nama Sungai Panjang
(km)
Lebar (m) Kedalaman
(m)
Debit
(m³/dtk)
Permukaan Dasar Maks. Min
1. Sungai Kumai 175 ± 700 - 300 ± 600 18 - 5 0,7 0,4
2. Sungai Arut 250 ± 150 - 100 ± 70 - 50 14 - 3 0,7 0,5
3. Sungai Lamandau 300 ± 150 - 100 ± 70 - 40 12 - 3 0,7 0,5
Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kab. Ktw. Barat, 2011.
Sungai-sungai utama ini memiliki banyak anak sungai. Daerah aliran sungai
di Kotawaringin Barat berasal dari pertemuan dua sungai yang cukup besar yaitu
Sungai Arut dan Sungai Lamandau, yang mempunyai anak-anak sungai lebih dari
130 buah. Debit air sewaktu-waktu dapat melebihi daya tampung dan sering
menimbulkan banjir. Sungai Kumai mempunyai anak sungai sekitar 30 buah.
Sungai merupakan sumberdaya alam yang dipergunakan untuk berbagai
keperluan antara lain sebagai bahan baku air minum, pertanian, perikanan dan
usaha perkotaan. Sebagian besar kegiatan ekonomi masyarakat terletak
disepanjang aliran sungai, misalnya usaha pertanian, perikanan, pemukiman dan
pusat-pusat perkotaan.
Sungai Arut
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 31
Sumber : BLH Kabupaten Kotawaringin Barat
Masalah krisis air juga diakibatkan oleh maraknya aktifitas pertambangan, baik
skala kecil maupun skala besar, yang telah mengakibatkan pembukaan hutan,
perubahan morpologi sungai dan penurunan kualitas lingkungan hidup dan sungai
akibat pencemaran oleh bahan-bahan kimia. Maraknya pertambangan skala kecil
seperti penambangan emas tanpa izin oleh masyarakat merupakan salah satu
penyebab utama pencemaran sungai.
Air Sungai Arut dan Sungai Kumai
Pada tahun 2010 sudah dilakukan pemantauan kualitas air sungai di wilayah
Kabupaten Kotawaringin Barat, terutama pada 2 (dua) sungai utama yaitu Sungai
Arut dan Sungai Kumai. Sungai Arut dengan lokasi A1=Kelurahan Pangkut,
A2=Jembatan Runtu, A3=Jembatan Kotawaringin Lama, A4=Hilir Korindo, dan
A5=Sungai Lamandau Hilir. Sedangkan Sungai Kumai dengan lokasi K1=sekitar
hulu pemukiman Kelurahan Kumai Hulu (Muara Sungai Nyirih), K2=sekitar
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 32
pelabuhan pertamina Desa Sei. Kapitan, K3=Bagian Hilir Sei. Sekonyer, K4=sekitar
Tanjung Api-Api (PLTU).
Danau
Danau-danau di Kabupaten Kotawaringin Barat pada umumnya dimanfaatkan
untuk perikanan. Hingga saat ini masih belum dilakukan pemantauan rutin
terhadap kualitas air danau-danau tersebut. Berikut inventarisasi danau di
Kabupaten Kotawaringin Barat.
Inventarisasi Danau di Kabupaten Kotawaringin Barat
No. Nama Danau Luas (Ha) Pemanfaatan
1. Danau Gatal 50 Perikanan
2. Danau Masyurain 50 Reserfat Perikanan
3. Danau Sulung 30 Perikanan
4. Danau Terusan 50 Perikanan
5. Danau Seluluk 35 Perikanan
Sumber : BLH Kabupaten Kotawaringin Barat, 2011
Air Bawah Tanah (Air Tanah)
Air tanah (groundwater) adalah bagian dari air yang ada di bawah permukaan
tanah (sub-surface water), yakni hanya berada di zona jenuh (zone of saturation).
Penyebaran vertikal air bawah permukaan dapat dibagi menjadi zona tak jenuh
(zone of aeration) dan jenuh. Zona tak jenuh terdiri dari ruang antara yang
sebagian terisi oleh air dan sebagian terisi oleh udara, sementara ruang antara
pada zona jenuh seluruhnya terisi oleh air.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 33
H. U d a r a
Tahun 2010 dan 2011 Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin
Barat telah melakukan pemantauan kualitas udara ambient setiap 6 bulan
sekali atau per semester dalam setiap tahunnya, sebagaimana tabel berikut :
Data Analisis Udara
No. Parameter Satuan
DATA ANALISIS UDARA Baku Mutu
Ambient
PP 41 Tahun 1999
Simpang Tiga Pasar
Indra Sari
Simpang Tiga
Terminal Bundaran Pancasila
2010 2011 2010 2011 2010 2011
1. Nitrogen Dioksida
(NO2) μg/m³ 17,50 19,54 9,90 13,13 11,40 7,80 400
2. Sulfur Dioksida
(SO2) μg/m³ 36,59 31,34 25,72 20,01 16,76 10,26 900
3. Karbon
Monoksida (CO) μg/m³ 1.536,9 1.631,7 1.020,6 1.253,0 817,5 790,5 30.000
4. Debu (TSP) μg/m³ 237,0 311,10 125,0 160,6 129,0 60,4 230
5. Kebisingan dB(A) 65,30 71,7 60,20 65,2 54,80 58,7
Kep 48 MENLH/
11/96 - Kw. Industri =
70 – Kw.
Pemukiman 55
6. Suhu ˚C 34-35 32-34 32-33 30-32 34-36 33-35 -
7. Kelembaban %RH 64-66 52-65 71-73 65-72 61-64 52-59 -
8. Kecepatan Angin m/det 0,6-1,5 0,5-1,8 0,4-2,1 06-0,8 0,5-1,5 0,5-0,9 -
9. Arah Angin
Domminan - U-S U-S TL-BD T-B T-B B-T -
10. Koordinat E 111˚38'15,6" 111˚38'15,6" 111˚37'45,77" 111˚37'45,77" 111˚38'52,0" 111˚38'52,0" -
S 02˚40'15,0" 02˚40'15,0" 02˚40'34,7" 02˚40'34,7" 02˚42'29,7" 02˚42'29,7" -
Sumber : BLH Kabupaten Kotawaringin Barat, 2011
Gangguan terhadap kualitas udara di tahun 2011 juga terjadi seiring dengan
peristiwa kebakaran hutan dan lahan yang menyebabkan gangguan berupa
kabut asap. Dari bulan Pebruari sampai dengan bulan mei sudah terdapat
titik api dibeberapa tempat di Kabupaten Kotawarangin Barat tetapi masih
dalam skala kecil dan tidak menimbulkan kabut asap. Pada bulan Juni 2011
memasuki waktu rawan kebakaran hutan dan lahan seiring berkurangnya
curah hujan. Kabut asap juga masih terjadi di Kabupaten Kotawaringin
Barat hingga minggu pertama bulan Oktober 2011, belasan hektar lahan
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 34
gambut di jalan Pangkalan Bun dan Kumai terbakar. Api diduga berasal dari
aksi bakar lahan gambut oleh warga sebagai lahan perkebunan.
Hasil pantauan satelit NOAA menunjukkan bahwa dari bulan Pebruari 2011
sampai dengan bulan Oktober 2011 di Kabupaten Kotawaringin Barat dideteksi
sebanyak 319 titik api, sedangkan untuk Kalimantan Tengah khususnya sebaran
hotspot wilayah kerja SKW II BKSDA Kalimantan Tengah terdapat 1.970 titik api.
I. Bencana Alam
Karakter lingkungan alam non hayati wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat yang
perlu diwaspadai adalah adanya potensi bahaya alam. Adapun bencana alam yang
merupakan bahaya geologi terdiri atas banjir genangan dan banjir bandang,
gerakan tanah (terutama longsoran tanah), dan lempung yang mengembang
(exvansive clay).
Keadaan erosi ditandai dengan terkikisnya lapisan tanah oleh air, erat kaitannya
dengan keadaan lereng dan tutupan vegetasi di permukaan tanahnya. Tingkat
erosi di Kabupaten Kotawaringin Barat belum nyata, karena sebagian besar
wilayah masih tertutup vegetasi. Pengikisan yang terjadi terlihat di sekitar tebing
sungai dan pada lokasi pengelolaan hutan dan kegiatan masyarakat lainnya.
Kawasan rawan bencana di kabupaten ini adalah kawasan yang sering terkena
banjir, kebakaran hutan dan erosi. Kawasan yang terkena banjir adalah kawasan
tepian sungai baik di tepian Sungai Lamandau, Sungai Arut maupun Sungai Kumai
dengan permukaan tanah rendah. Kawasan banjir ini melanda desa-desa dan
perkebunan rakyat pada saat hujan terutama di bulan Januari dan
Pebruari. Di tahun 2008 tercatat lima peristiwa banjir di kabupaten ini yang
melanda Kecamatan Kotawaringin Lama, Arut Selatan dan Arut Utara.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 35
Bencana alam berupa tanah longsor kecil kemungkinan terjadi karena daerah ini
pada umumnya mempunyai kemiringan lereng dan kemiringan perlapisan batuan
yang kecil. Tanah longsor dalam skala kecil terjadi di tempat
penambangan bahan galian golongan C, yang lebih disebabkan oleh karena dalam
melakukan penambangan tidak memperhatikan kestabilan lereng yang terbentuk.
Jenis bencana lainnya adalah erosi lateral abrasi yang disebabkan oleh kondisi
pasang surut dan banjir di sepanjang sungai.
Kawasan rawan kebakaran hutan hampir meliputi seluruh kawasan hutan
bergambut dan tidak dapat diprediksi dimana tempat yang akan terbakar.
Penyebab kebakaran ini dapat ditimbulkan oleh pembukaan lahan untuk bercocok
tanam yang merambat ke dalam hutan atau karena terbakar sendiri akibat kondisi
hutan yang sangat kering dimusim kemarau.
2.3.2. Pelaksanaan Tugas BLH
A. AMDAL
Setiap kegiatan yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan wajib
menyusun dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebelum
memulai kegiatannya. Sedangkan kegiatan yang tidak wajib AMDAL, tetap
diwajibkan menyusun dokumen pengelolaan lingkungan, antara lain dokumen
Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan. Kedua
dokumen ini diharapkan mampu menjadi pedoman untuk menanggulangi atau
mengantisipasi permasalahan lingkungan yang mungkin ditimbulkan oleh
kegiatan yang akan dilaksanakan.
Untuk mengetahui apakah dokumen pengelolaan lingkungan (AMDAL/ UKL-UPL)
dapat dijadikan sebagai perangkat atau rambu-rambu dalam pengelolaan
lingkungan, maka Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat telah mempunyai
Komisi Penilai AMDAL Daerah. Hingga akhir tahun ini Komisi AMDAL Daerah telah
mengeluarkan beberapa rekomendasi terhadap beberapa kegiatan yang
terangkum dalam tabel berikut ini.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 36
Rekomendasi
AMDAL/UKL-UPL yang Ditetapkan oleh Komisi AMDAL Daerah
No. Jenis Dokumen Kegiatan Pemrakarsa
1. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit dengan Unit
Pengolahan
PT. Wana Sawit Subur
Lestari
2. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit dengan Unit
Pengolahan
PT. Indotruba Tengah
3. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit dengan Unit
Pengolahan (1999)
PT. Meta Epsi Agro
4. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit (2003) PT. Satya Kisma Usaha
5. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit dengan Unit
Pengolahan (2004)
PT. Bangun Jaya Alam
Permai
6. AMDAL Pertambangan Pasir Zircon (2005) PT. Putra Sandindo
Raya
7. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit dengan Unit
Pengolahan (2006)
PT. Gunung Sejahtera
Dua Indah
8. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit dengan Unit
Pengolahan (2006)
PT. Sawit Sumbermas
Sarana
9. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit dengan Unit
Pengolahan (2007)
PT. Gunung Sejahtera
Ibu Pertiwi
10. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit dengan Unit
Pengolahan (2007)
PT. Gunung Sejahtera
Puti Pesona
11. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit dengan Unit
Pengolahan (2007)
PT. Bumitama
Gunajaya Abadi
12. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit dengan Unit
Pengolahan (2007)
PT. Surya Sawit Sejati I
13. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit dengan Unit
Pengolahan (2007)
PT. Surya Sawit Sejati II
14. AMDAL Pertambangan Pasir Zircon (2007) PT. Zirkonia
15. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit dengan Unit
Pengolahan (2008)
PT. Mitra Mendawai
Sejati
16. AMDAL Pusat HPH PT. Intraco Jaya Intiga
17. AMDAL Pusat HTI PT. Korintiga Hutani
18. AMDAL Pusat IPK PT. Hutanindo
Lestariraya Timber
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 37
19. AMDAL Pusat Kayu Lapis (1995) PT. Korindo Group
20. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit dengan Unit
Pengolahan (2011)
PT. Sawit Seberang
Seberang
21. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit (2011) PT. Sawit Seberang
Seberang
1. UKL-UPL Perkebunan Kelapa Sawit dengan Unit
Pengolahan
PT. Bumi Langgeng
Perdana Trada
2. UKL-UPL Pelabuhan TCC – CPO PT. Pelindo III
Bumiharjo Kumai
3. UKL-UPL Perkebunan Kelapa Sawit (2006) PT. Kalimantan Sawit
Abadi
4. UKL-UPL Pertambangan Pasir Zircon (2006) PT. Fidra Borneo
Indotama
5. UKL-UPL Pelayanan Kesehatan Masyarakat (2006) Klinik Bersalin Kesuma
6. UKL-UPL Pertambangan Pasir Zircon PT. Irvan Prima
Pratama
7. UKL-UPL Pelayanan Kesehatan Masyarakat (2008) RSUD Sultan Imanuddin
8. UKL-UPL DUKS (2009) PT. Ferrum Pejawan
Tingang
9. UKL-UPL Pengolahan Hasil Hutan selain Kayu
(Rotan)(2009)
PT. Tatanan Indah Fajar
Nusa
10. UKL-UPL Pengolahan Pemurnian Pasir Zircon kapasitas
750 ton/bulan (2009)
PT. Irvan Prima
Pratama
11. UKL-UPL Pelayanan Kesehatan Masyarakat (2009) RB. Bidan Endang
12. UKL-UPL Jasa Perhotelan (2010) Hotel Blue Kecubung
13. UKL-UPL Workshop (2010) PT. Marga Dinamika
Perkasa
14. UKL-UPL Pengolahan Minyak Goreng (2010) PT. Sinar Alam Permai
15. UKL-UPL Terminal Aspal Curah (2010) PT. Bumi Sarana Utama
16. UKL-UPL Budidaya Sarang Burung Walet (2010) Andreas Atek
17. UKL-UPL Budidaya Sarang Burung Walet (2010) Abdul Rozaq
18. UKL-UPL Budidaya Sarang Burung Walet (2010) H. Sasmo
19. UKL-UPL Budidaya Sarang Burung Walet (2010) Sugiyanto
20. UKL-UPL Budidaya Sarang Burung Walet (2010) Pimping Gunawan
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 38
P
a
d
a tabel tersebut terlihat bahwa kegiatan-kegiatan yang berpotensi menimbulkan
dampak besar dan penting di kabupaten ini didominasi oleh kegiatan perkebunan
kelapa sawit dan unit pengolahannya. Selain itu, komisi memberikan rekomendasi
terhadap kegiatan pabrik minyak goreng dan pembangunan TCC-CPO.
B. PENEGAKAN HUKUM
Pada tahun 2010 dan 2011 tercatat 13 pengaduan masalah lingkungan yang
disampaikan ke BLH Kabupaten Kotawaringin Barat, seperti pada tabel berikut ini
:
Jumlah Pengaduan Masalah Lingkungan menurut Jenis Masalah
No. Masalah Yang Diadukan Jumlah
Pengaduan
1. Pencemaran Unit Silo Baja Pengolahan Lumpur Limbah Tambang Emas di
Sei. Melawen
1
2. Penambangan Galian C (tanah Urug) merusak Sekitar Komplek SMPN 6 1
21. UKL-UPL Budidaya Sarang Burung Walet (2010) Sugiyanto
22. UKL-UPL Budidaya Sarang Burung Walet (2010) Abdul Rozaq
23. UKL-UPL Budidaya Sarang Burung Walet (2010) Lailatul Urifah
24. UKL-UPL Industri Film Faced Plywood (2011) Heo Kwang Bok
25. UKL-UPL Pelayanan Kesehatan Masyarakat (2011) Rumah Bersalin Bunda
26. UKL-UPL Jembatan Timbang (2011) Dishubkominfo Provinsi
Kalteng
27. UKL-UPL Dermaga CPO (2011) PT. Gunung Sejahtera
Ibu Pertiwi
28. UKL-UPL Research Center (2011) PT. Gunung Sejahtera
Ibu Pertiwi
29. UKL-UPL TUKS (2011) CV. Citra Borneo Center
30. UKL-UPL Pabrik Kelapa Sawit (2011) PT. Kalimantan Sawit
Abadi
31. UKL-UPL Pabrik Kelapa Sawit (2011) PT. Sawit Sumbermas
Sarana
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 39
Arut Selatan
3. Pencemaran Limbah Tahu dan Pencemaran air parit di RT. 17, 20 dan 21
Kelurahan Sidorejo
1
4. Pencemaran Limbah Sawit di WSSL 1
5. Pencemaran Limbah Sarang Burung Walet di Kelurahan Raja RT. 09
Kecamatan Arut Selatan
1
6. Pembangunan Rumah Budidaya Burung Walet di Kelurahan Candi
RT. 02, Kelurahan Kumai Hulu RT. 07, 09 dan 11
1
7. Pencemaran Udara Akibat Adanya Boiler Pemanas CPO PT.
Indotruba
1
8. Adanya Dugaan Pencemaran Udara/Lingkungan Usaha Penjemuran dan
Pembakaran Kulit Sapi dan Kambing di RT. 13 Gg. LKMD II
Kelurahan Madurejo, Kecamatan Arut Selatan
1
9. Pencemaran Limbah Cair di Sungai Macan dan Jampau dari Pabrik Kelapa
Sawit PT. BJAP di Desa Pangkut, Kecamatan Arut Utara
1
10. Pencemaran Tanah dan Air Limbah B3 (aki bekas dan filter olie bekas) di
BTS Jaringan PT. Telkomsel di Jalan Maid Badir RT. 10 Kelurahan
Madurejo, Kecamatan Arut Selatan
1
11. Adanya Dugaan Pencemaran Limbah PT. Sinar Alam Permai (SAP) di
Sungai Kalaf Kecamatan Kumai
1
12. Adanya Dugaan Polusi Udara (bau yang dihasilkan dari perusahaan kelapa
sawit) PT. Surya Sawit Sejati di SP 4 Sei. Rangit Kecamatan Pangkalan Lada
1
13. Adanya Dugaan Pencemaran Sungai oleh PT. ENSBURY 1
Menindaklanjuti pengaduan tersebut, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin
Barat melakukan :
Pemberhentian kegiatan pengolahan lumpur limbah tambang emas
di Sei. Melawen.
Melakukan pembinaan terhadap para pelaku kegiatan penambangan
galian C dan para pengusaha tahu atau industri skala kecil lainnya.
Terkait dengan limbah/usaha sarang burung walet, dilakukan upaya
dengan membuat surat himbauan kepedulian terhadap lingkungan kepada
pengusaha burung walet, dan pembongkaran bangunan rumah budidaya
burung walet.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 40
Penyelesaian terkait pencemaran udara akibat Boiler pemanas sudah
disarankan kepada PT. Indotruba untuk melakukan perbaikan cerobong
asap.
Pencemaran udara akibat aktivitas penjemuran dan pembakaran kulit sapi
dan kambing, disarankan agar usaha penjemuran kulit tersebut harus jauh
jaraknya dari pemukiman warga, dan segera mengurus perizinan sesuai
dengan bidang usahanya.
Pencemaran tanah dan air limbah B3, disarankan agar memperbaiki
selang atau tangki agar tidak terjadi kebocoran.
Dugaan pencemaran limbah PT. SAP di Sungai Kalaf, sudah dilakukan
pengambilan sampel dan pengiriman sampel untuk uji Lab di BBPTI
Semarang dan dari hasil Lab tidak ditemukan pencemaran.
Dugaan Polusi udara (bau yang dihasilkan dari perusahaan kelapa sawit)
PT. Surya Sawit Sejati di SP 4, tidak dilakukan pengujian karena proses
produksi baru dilakukan. Proses produksi sesuai dengan Dokumen
Amdal kapasitas 60 ton TBS / Jam.
Dugaan pencemaran sungai oleh PT ENSBURY, dilakukan pengujian
sampel, dan sambil menunggu hasil uji sampel air, dari BLH
memberikan himbauan secara lisan untuk melakukan pengelolaan
lingkungan sesuai aturan yang berlaku.
Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat tetap melakukan pengawasan
dan pembinaan-pembinaan.
Dalam upaya mendukung kegiatan pengelolaan lingkungan, Pemerintah
Kabupaten Kotawaringin Barat telah mengeluarkan beberapa Peraturan dan
melakukan pengawasan rutin pada kegiatan/usaha yang diperkirakan dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Berikut ini produk
hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan :
Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan
No. Jenis Produk Hukum Nomor Tahun Tentang
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 41
1. PERDA Kabupaten
Kotawaringin Barat
2 2006 Retribusi Izin Pembuangan Limbah Cair
dan Pemanfaatan Limbah Cair pada
Tanah
2. PERDA Kabupaten
Kotawaringin Barat
8 2008 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
*Upaya Pengelolaan Lingkungan dan
Upaya Pemantauan Lingkungan*
3. Peraturan Bupati
Kotawaringin Barat
5 2007 Pembinaan dan Pengelolaan Hutan Kota
di Kabupaten Kotawaringin Barat
(Berita Daerah Kabupaten Kotawaringin
Barat Tahun 2007 Nomor 5)
4. Keputusan Bupati
Kotawaringin Barat
188.45/1/HUK 2007 Penetapan Kawasan Klinik Rehabilitasi
Orang Utan Seluas 12 Ha di Desa Pasir
Panjang, Kecamatan Arut Selatan
sebagai Hutan Kota
5. Keputusan Bupati
Kotawaringin Barat
188.45/2/HUK 2007 Penetapan Wisata Alam Seluas 5 Ha
di Kelurahan Siderojo, Kecamatan Arut
Selatan sebagai Hutan Kota
Kegiatan Pengawasan terhadap Limbah B3 dan Limbah Kelapa Sawit
D. PERAN SERTA MASYARAKAT
Kabupaten Kotawaringin Barat memiliki kekayaan alam yang tinggi, oleh karena
itu diperlukan upaya keras untuk dapat mengelola dan menjaga kelestarian alam
kabupaten ini. Upaya ini tidak hanya dilakukan oleh Pemerintah, tetapi juga
dilakukan oleh masyarakat.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 42
Penguatan dan pelibatan masyarakat dalam upaya pelestarian alam telah
dilakukan dibeberapa tempat. Salah satu bentuk pelibatan masyarakat adalah
pembentukan kelompok masyarakat pengawas (Pokmaswas) untuk menjaga
terumbu karang di kawasan Senggora. Pokmaswas merupakan kelompok
masyarakat yang diminta untuk mengawasi secara sukarela tanpa ada imbalan,
tetapi hanya mendapat bantuan alat tangkap. Kapal-kapal asing sebelum ke TNTP
akan berlabuh di Senggora, dan terkadang melakukan penyelaman.
LSM lokal juga terlibat aktif dalam membantu gerakan-gerakan untuk pelestarian,
seperti penyebaran informasi melalui kampanye, aksi penanaman, survey dan
monitoring.
Pada tahun 2010, Bapak Kulai salah satu warga Desa Pasir Panjang berhasil masuk
urutan ke-6 (enam) untuk kategori perintis lingkungan nominasi Nasional dan
menerima Piagam Penghargaan Kalpataru dari Menteri Negara Lingkungan Hidup,
seperti terlihat pada gambar berikut ini :
Bapak Kulai, Penerima Penghargaan Kalpataru
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 43
Selain itu, masyarakat juga ikut berperan serta dalam pengelolaan
kebersihan dan penghijauan lingkungan perkotaan, sebagai contoh kegiatan
gotong royong kebersihan dan penghijauan sepanjang jalan utama
lingkungan perumahan yang dilakukan secara rutin dua kali sebulan
di Komplek Perumahan BTN Pinang Merah Desa Pasir Panjang, Komplek
Perumahan Beringin Rindang RT. 02 Desa Pasir Panjang serta Komplek
Perumahan Pasir Panjang Permai Desa Pasir Panjang, Kecamatan Arut
Selatan. Kebersihan kota Pangkalan Bun terlihat pada gambar berikut ini :
Kota Pangkalan Bun yang Hijau dan Bersih
Pentingnya menjaga lingkungan juga ditanamkan kepada masyarakat sejak
usia belia melalui sekolah. Anak-anak sebagai generasi penerus, giat
melakukan kegiatan gotong royong dalam memelihara kebersihan
lingkungan sekolah mereka, seperti terlihat pada gambar berikut ini :
Kegiatan Gotong Royong Menjaga Kebersihan Sekolah
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 44
Dalam upaya mengkoordinasikan penyelenggaraan pengelolaan lingkungan hidup
di Kabupaten Kotawaringin Barat, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat melakukan serangkaian kegiatan Penyuluhan, Pelatihan,
Sosialisasi, Workshop dan Seminar Lingkungan di tahun 2011. Kegiatan
tersebut meliputi antara lain : Bimtek Pengomposan Skala Rumah Tangga,
Pengomposan di Titik Pantau Adipura, Pelatihan Kader Lingkungan, Sosialisasi
Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di 6 Kecamatan, Sosialisasi
Adiwiyata, dan dalam upaya pencegahan abrasi pantai serta kerusakan
lingkungan, Badan Lingkungan Hidup pada tahun 2011 melakukan kegiatan
kampanye lingkungan melalui sosialisasi secara langsung dengan masyarakat
sepadan pantai dan pembuatan papan informasi perlindungan sumberdaya air
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan
lingkungan agar tidak membuang sampah disembarang tempat, utamanya ke
badan sungai atau pantai/wilayah pesisir dan pembuatan papan informasi
larangan penambangan tanpa izin untuk penyelamatan lingkungan.
Berikut ini salah satu kegiatan sosialisasi dan pengomposan yang ada di
Badan Lingkungan Hidup :
Sosialisasi Adiwiyata
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 45
Kegiatan Pengomposan di TPA Pasir Panjang
Salah satu upaya untuk mendukung pengelolaan kebersihan lingkungan,
BLH Kabupaten Kotawaringin Barat pada tahun 2011 selain melakukan
pengomposan, gotong royong kebersihan, penghijauan lingkungan
perkotaan, BLH juga ada pengadaan bak sampah yang di distribusikan
kepada seluruh titik pantau dan kecamatan-kecamatan di Kabupaten
Kotawaringin Barat, salah satunya seperti yang terlihat pada gambar berikut
ini :
Bantuan Bak Sampah, Lokasi Pasar Indrasari dan SDN 1 Baru Pangkalan Bun
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 46
Adapun salah satu indikator keberhasilan pengelolaan lingkungan hidup,
khususnya dalam pengelolaan kebersihan dan keteduhan kota adalah
Anugerah Adipura. Pada Tahun 2010/2011, untuk Ke 5 (lima) kalinya
Pangkalan Bun mendapatkan Anugerah Adipura untuk kategori kota kecil
bersama 75 kota kecil se-Indonesia. Penerimaan penghargaan Adipura ini
juga dapat menjadi indikator tentang baiknya hubungan koordinasi antar
sektor dalam pengelolaan lingkungan serta baiknya peran serta masyarakat
dalam menjaga kebersihan dan keteduhan kotanya.
Anugerah Adipura Ke 5 (Lima)
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 47
Tabel 2.1
Pencapaian Kinerja Pelayanan Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Kotawaringin Barat
No. Indikator Kinerja sesuai
Tugas dan Fungsi SKPD
Target
SPM
Target
IKK
Target
Indikator
Lainnya
Target Renstra SKPD Tahun ke- Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian pada Tahun ke-
2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
1. Peningkatan Kinerja
Pengelolaan
Persampahan
- 64,90%
2. Penurunan Pencemaran
dan Perusakan
Lingkungan Hidup
46% -
3. Peningkatan
Pengawasan untuk
melindungi SDA dan
KSDA
- -
4. Peningkatan Kualitas dan
Akses Informasi SDA dan
Lingkungan Hidup
- -
5. Peningkatan
Pengendalian Polusi 83% -
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 48
Tabel 2.2
Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Kotawaringin Barat
Uraian ***)
Anggaran pada Tahun ke- Realisasi Anggaran pada Tahun ke- Rasio antara Realisasi dan Anggaran Tahun
ke- Rata-rata Pertumbuhan
2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 Anggaran Realisasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
Peningkatan
Kinerja
Pengelolaan
Persampahan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- - - -
-
-
6. Peningkatan
pengendalian Kebakaran
Hutan
- -
7. Peningkatan Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau
(RTH)
-
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 49
Penurunan
Pencemaran dan
Perusakan
Lingkungan Hidup
1.924.000.000
1.373.000.000 2.235.000.000
3.467.500.000 4.387.000.000
142.566.000
1.802.100.170
1.581.450.000
1.331.343.300 0,10 0,81 0,46 0,30
2.677.300.000
1.214.364.868
Peningkatan
Pengawasan
untuk melindungi
SDA dan KSDA 640.000.000
1.575.000.000 2.175.000.000
2.675.000.000 3.200.000.000
18.515.000
233.000.000
136.325.000
168.020.000 0,01 0,11 0,05 0,05
2.053.000.000
138.965.000
Peningkatan
Kualitas dan
Akses Informasi
SDA dan
Lingkungan Hidup - - - - -
27.142.000
42.375.000
50.000.000
50.000.000 - - - - -
42.379.250
Peningkatan
Pengendalian
Polusi
2.250.000.000
3.420.000.000
5.260.000.000 5.720.000.000
11.606.400
70.080.000
28.330.000
28.360.000 0,00 - 0,01 0,00
4.162.500.000
34.594.100
Peningkatan
Pengelolaan
Ruang Terbuka
Hijau (RTH)
27.500.000
57.500.000
11.904.000 - - - - -
32.301.333
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 67
2.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Badan Lingkungan Hidup
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat telah menetapkan suatu kondisi
yang ingin dicapai secara bertahap hingga tahun 2016 terhadap kondisi Lingkungan Hidup
yang senantiasa dipengaruhi oleh segala macam kegiatan masyarakat. Lingkungan Hidup yang
terjaga keseimbangan dan kelestariannya merupakan dasar kebutuhan dari masyarakat
terutama untuk mendukung kesehatan masyarakat.
Kendali dan pengawasan yang dilaksanakan Badan Lingkungan Hidup yang akan datang
berupa :
a). Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup.
b). Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam.
c). Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan Lingkungan Hidup.
d). Program Peningkatan Pengendalian Polusi.
e). Program Pengendalian Kebakaran Hutan.
f). Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau.
Kondisi Yang Diinginkan dan Proyeksi Ke Depan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Lingkungan Hidup pada dasarnya meliputi upaya
pencegahan dan pengendalian pencemaran dan atau kerusakan LH yang meliputi air, udara,
tanah serta pesisir dan laut. Secara lebih rinci sebagaimana tertuang pada Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2008, PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintah antar Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, serta Permendagri Nomor 7 tahun 2006 dan Nomor 11 tahun 2007 tentang
standar sarana dan prasarana kerja pemerintah daerah.
Berdasarkan aturan yang telah ditetapkan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin
Barat, untuk kedepan mengharapkan pengembangan dan peningkatan kondisi :
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 68
1. Sumberdaya Manusia
Pengembangan sumber daya manusia Badan Lingkungan Hidup diarahkan untuk
mendukung berlangsungnya proses perubahan guna terwujudnya sistem dan
pelayanan yang bertumpu kepada kemampuan dan kemandirian pegawai Badan
Lingkungan hidup dan tingkat koordinasi.
Berkenaan dengan hal tersebut, kebijakan pengembangan SDM Badan Lingkungan
Hidup adalah sebagai berikut :
a). SDM Aparatur Badan Lingkungan Hidup
Peningkatan kualitas, moral dan etos kerja aparat.
Peningkatan dan mengembangkan kemampuan teknis lingkungan,
laboratorium dan sikap prakarsa aparat yang pro-aktif dalam mewujudkan
penyelesaian tanggung jawab terhadap lingkungan.
2. Prasarana dan sarana
Secara bertahap dan diharapkan dapat direalisasikan untuk mendukung penyelesaian
tanggung jawab terhadap lingkungan.
3. Pengembangan Kinerja Persampahan
Untuk mengembangkan kinerja persampahan Badan Lingkungan Hidup melakukan
koordinasi dengan instansi yang menangani distribusi persampahan dimulai dari
TPS (tempat pembuangan sementara) sampai ke TPA (tempat pembuangan akhir)
dengan maksud agar TPS terjaga kebersihannya dan adanya tindak lanjut atas
perlakuan sampah ramah lingkungan di TPA.
Sosialisasi menyangkut pengelolan dan perlakuan terhadap sampah dimasyarakat
bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pengertian terhadap lingkungan .
4. Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
Usaha-usaha untuk melakukan pengendalian terhadap pencemaran maupun perusakan
lingkungan hidup berupa sosialisasi pada masyarakat maupun dunia usaha, pengawasan
yang didukung oleh laboratorium pengujian.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 69
5. Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
Berupa upaya-upaya dari Badan Lingkungan Hidup untuk melindungi dari pencemaran,
kebakaran dan kerusakan.
6. Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan Lingkungan Hidup.
- Merupakan pemberian apresiasi pada masyarakat yang telah dilatih dan
menginformasikan kembali ke masyarakat.
- Penyediaan data / informasi tentang Lingkungan di Kabupaten Kotawaringin Barat.
7. Pengendalian Polusi
Diharapkan dengan terdatanya unsur-unsur zat bawaan dari polusi udara dan limbah
padat/cair, Badan Lingkungan Hidup dapat mengetahui tingkat pencemarannya dan
adanya upaya pengendalian dengan melakukan koordinasi dengan SKPD lain, Asosiasi
maupun pihak usaha yang mengeluarkan pencemaran.
8. Pengendalian Kebakaran Hutan
Melalui koordinasi, sosialisasi dan didukung dengan sarana parasana yang memadai,
diharapkan bisa menurunkan jumlah kawasan atau luasan hutan yang terbakar/titik
hotspot, serta menurunnya penyakit akibat gangguan asap dari terjadinya kebakaran
hutan dan lahan.
9. Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
Melakukan penanaman pohon pelindung/peneduh di perkotaan/kawasan yang
rawan terhadap longsoran dan gerusan erosi air permukaan. Diharapkan adanya
kawasan yang lindung/teduh diperkotaan.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 70
BAB III
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Lingkungan
Hidup
Beberapa permasalahan - permasalahan pelayanan di BLH antara lain :
1. Pelayanan pencegahan pencemaran air belum dapat secara maksimal diberikan karena
keterbatasan anggaran dan regulasi pengelolaan limbah cair belum ada. Keberadaan
industri kecil yang lokasinya menyebar serta rata-rata masih membuang limbah cairnya
tanpa pengolahan terlebih dahulu langsung ke lingkungan. Padahal industri kecil
merupakan tanggungjawab pemerintah dalam pembinaannya.
Masalah krisis air juga diakibatkan oleh maraknya aktivitas pertambangan tanpa izin
(PETI), baik skala kecil maupun skala besar yang telah mengakibatkan pembukaan hutan,
perubahan morfologi sungai sehingga menyebabkan penurunan kualitas lingkungan hidup.
Terjadinya pencemaran air sungai juga disebabkan oleh banyaknya air limbah yang masuk
kedalam sungai dan berasal dari berbagai pencemaran antara lain dari limbah industri,
domestik, peternakan, pertanian dan sebagainya.
2. Terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Kotawaringin Barat belum secara
maksimal tertangani, karena melibatkan banyak pihak sehingga koordinasi dengan instansi
terkait, pelaku usaha serta masyarakat perlu ditingkatkan. Selain itu kurangnya kesadaran
masyarakat/pelaku usaha dalam pembukaan lahan agar tidak dibakar dan kurang mematuhi
peraturan-peraturan yang sudah ada (Peraturan Gubernur Kalteng No. 52 Tahun 2008 JO.
No. 15 Tahun 2010). Dalam hal ini BLH sudah melakukan berbagai upaya salah satunya
dengan sosialisasi mengenai pencegahan kebakaran hutan dan lahan di 6 kecamatan dengan
mengundang pihak dari desa-desa anggota KMPK yang sudah terbentuk pada masing-
masing desa, himbauan melalui spanduk dan baleho-baleho, koordinasi dengan instansi
terkait, selain itu pemerintah juga aktif melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap
pelaku usaha baik melalui interpretasi data hasil pantauan satelit maupun pengawasan
langsung ke lapangan, meski demikian karena luas daerah yang harus diawasi belum
ditunjang oleh jumlah personil yang ada maka kegiatan pemantauan dan pengawasan dirasa
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 71
masih belum optimal dilakukan. Upaya lain yang dilakukan yaitu pengadaan beberapa alat
pemadam kebakaran tetapi masih dalam skala kecil karena terbatasnya anggaran yang
tersedia.
3. Kondisi lahan kritis cenderung semakin meluas diakibatkan kejadian kebakaran hutan dan
lahan, penambangan liar tanpa diimbangi dengan reklamasi, dan juga eksploitasi hutan.
Berikut ini Luas Lahan Kritis Di Kabupaten Kotawaringin Barat Berdasarkan
Kecamatan :
Kecamatan
Tingkat Kekritisan Lahan (Ha)
Jumlah
Agak Kritis Kritis Sangat Kritis
Arut Selatan 10.795 37.183 15.174 63.152
Arut Utara 36.104 35.163 11.772 83.038
Kotawaringin Lama 4.265 27.890 9.197 41.351
Kumai 33.917 63.860 27.718 125.494
Pangkalan Banteng 2.937 16.575 799 20.310
Pangkalan Lada 5.225 8.384 401 14.010
Jumlah 93.242 189.054 65.060 347.355
Sumber : Dinas Kehutanan Kab. Kotawaringin Barat, 2011
4. Pelayanan informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi Biomassa saat
ini belum dapat ditetapkan karena belum ada data yang tersedia.
5. Dampak perubahan iklim.
Dimana kondisi tersebut akan memberikan dampak terhadap siklus hidrologi dalam
bentuk perubahan pola dan intensitas curah hujan, bencana alam seperti banjir,
kekeringan dan longsoran tanah tentunya akan menghadang. Hal-hal ini perlu
diantisipasi salah satunya dengan program perlindungan dan konservasi sumber
daya alam, dengan kegiatan pengendalian dampak perubahan iklim.
6. Kunci keberhasilan pengelolaan lingkungan hidup adalah komitmen bersama dan
sinergisitas dalam pelaksanaan program/kegiatan pengelolaan lingkungan dari pemangku
kepentingan. Kondisinya saat ini sinergisitas dan komitmen bersama masih perlu untuk
ditingkatkan untuk dapat meningkatkan efektivitas dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 72
7. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya fungsi lingkungan dalam setiap
usaha/kegiatan ekonomi atau pembangunan.
8. Guna peningkatan SDM masih perlunya keikutsertaan dalam Bimtek, Pelatihan-Pelatihan
untuk kelancaran pelaksanaan tugas lingkungan hidup.
9. Laboratorium Lingkungan Hidup dan fasilitasnya baik peralatan dan bahan-bahan
laboratorium sudah tersedia tetapi jumlahnya terbatas, selain itu Unit teknis pengelola
belum dibuatkan Perda nya, saat ini BLH tetap memanfaatkan fasilitas yang tersedia untuk
mendukung kegiatan lingkungan hidup, diantaranya pengambilan sample seperti uji
kualitas air, udara, kebisingan, debu.
10. Pelayanan terkait pemberdayaan masyarakat seperti di bidang pengelolaan sampah terpadu
dengan meningkatkan peran pemerintah daerah dan masyarakat serta sektor informal dalam
upaya pemisahan sampah dan 3 R (Reduce, Reuse, Recycle).
11. Pengelolaan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) belum tertangani dengan baik,
terutama pada bengkel, rumah sakit bersalin.
12. Terkait dengan Pengawasan, kurang taatnya pemrakarsa kegiatan untuk
menerapkan kewajibannya sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen
lingkungan mereka (perusahaan), terutama ketaatan dalam penyampaian Laporan
RKL / RPL.
13. Terkait Amdal, belum adanya Peraturan Bupati yang mengatur besar kecilnya unit
usaha yang wajib dilengkapi dengan dokumen lingkungan (Amdal UKL, UPL dan
SPPL).
14. Perlunya sosialisasi oleh BLH kepada masyarakat terkait dengan komitmen pola
kemitraan / community development yang tertuang dalam dokumen Amdal.
Dari permasalahan-permasalahan yang ada maka isu-isu strategis Badan Lingkungan Hidup adalah :
1. Penurunan Kualitas Air Sungai.
2. Kebakaran Hutan dan Lahan.
3. Lahan Kritis.
4. Dampak Perubahan Iklim.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 73
5. Rendahnya Kesadaran Masyarakat dalam pengelolaan Lingkungan Hidup.
3.2 Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil
Visi Pembangunan Kabupaten Kotawaringin Barat adalah “Terwujudnya Kabupaten
Kotawaringin Barat yang Sejahtera, Berkeadilan dan Jaya”.
Visi tersebut mengandung makna bahwa dalam 5 (lima) tahun mendatang diharapkan :
1. Kesejahteraan Rakyat, Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui
pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan
sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Tujuan penting ini
dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Keadilan, Terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh
seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa
Indonesia.
3. Jaya, Terwujudnya kemajuan daerah dalam segala bidang pembangunan yang
demokratis, berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang
bertanggung jawab serta hak asasi manusia.
Adapun Misi Pembangunan Kabupaten Kotawaringin Barat terdiri dari 3 (tiga) poin sebagai
berikut :
a. Melanjutkan Pembangunan Kotawaringin Barat Sebagai Daerah Pengembangan
Pembangunan.
b. Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang.
c. Menuju Kejayaan Kotawaringin Barat.
Selanjutnya agar selaras dengan Visi dan Misi diatas, Badan Lingkungan Hidup
diberikan urusan wajib yang harus dijalankan berupa Program Prioritas yaitu :
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 74
a) Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan.
b) Program Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Alam.
c) Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumberdaya Alam.
d) Program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup.
e) Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup.
f) Program Pengembangan Jasa Lingkungan di Kawasan- kawasan Konservasi Hutan
3.3 Telaahan Renstra Kementerian Lingkungan Hidup
Kegiatan Kementerian Lingkungan Hidup sesuai dengan RPJMN Tahun 2004-2009 mengarah
kepada 4 (empat) program prioritas yaitu :
1. Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan.
2. Perlindungan dan KSDA.
3. Pengembangan Kapasitas Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup.
4. Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan Lingkungan Hidup.
Visi Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2010-2014 adalah “Terwujudnya Kementerian
Lingkungan Hidup yang handal dan pro aktif, serta berperan dalam pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan, dengan menekankan pada ekonomi hijau”.
Untuk mewujudkan Visi tersebut, ditetapkan Misi Kementerian Lingkungan Hidup sebagai
berikut :
1. Mewujudkan Kebijaksanaan pengelolaan SDA dan lingkungan hidup terintegrasi, guna
mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan, dengan menekankan pada ekonomi
hijau;
2. Melakukan koordinasi dan kemitraan dalam rantai nilai proses pembangunan untuk
mewujudkan integrasi, sinkronisasi antara ekonomi dan ekologi dalam pembangunan
berkelanjutan;
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 75
3. Mewujudkan pencegahan kerusakan dan pengendalian pencemaran SDA dan lingkungan
hidup dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup;
4. Melaksanakan tatakelola pemerintahan yang baik serta mengembangkan kapasitas
kelembagaan dalam pengelolaan SDA dan lingkungan hidup secara terintegrasi.
Tujuan yang ingin dicapai Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2010-2014 adalah
“Terwujudnya pembangunan Indonesia berdasarkan pembangunan berkelanjutan dengan
penekanan pada ekonomi hijau (green economy) untuk menahan laju kemerosotan daya
tampung, daya dukung, dan kelangkaan sumber daya alam, serta mengatasi bencana
lingkungan.
Sasaran pembangunan secara umum yang ingin dicapai adalah mewujudkan perbaikan fungsi
lingkungan hidup dan mengelola SDA yang mengarah pada pengarusutamaan prinsip
pembangunan berkelanjutan.
A. Arah Kebijaksanaan dan Strategi
Prioritas Nasional RPJM 2010-2014 terkait pembangunan bidang lingkungan hidup dititik
beratkan pada prioritas Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana.
B. Arah Kebijaksanaan dan Strategi Kementerian Lingkungan Hidup
a. Arah kebijakan
Dicapai dengan Strategi sebagai berikut :
1. Peningkatan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan pada air,
lahan, udara dan keanekaragaman hayati;
2. Peningkatan penataan lingkungan berdasarkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan;
3. Peningkatan upaya penegakan hukum lingkungan secara konsisten;
4. Peningkatan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat;
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 76
5. Peningkatan kapasitas SDM dan penguatan institusi pengelola lingkungan hidup;
6. Peningkatan kualitas data dan akses informasi lingkungan;
7. Pengembangan sumber-sumber pendanaan lingkungan alternatif.
b. Program dan Kegiatan
1. Program dan Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup
Kegiatan Substansi Inti Prioritas Nasional RPJMN :
a. Pengelolaan Kualitas Air dan Kawasan Gambut.
b. Peningkatan Konservasi dan Pengendalian Kerusakan Hutan dan Lahan.
c. Pengawasan dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang.
d. Pengendalian Pencemaran Air.
e. Pengendalian Pencemara Udara.
f. Pengendalian Pencemaran Udara dari Emisi dan Kebisingan Kendaraan
Bermotor.
g. Pengelolaan B3 dan Limbah B3 Kegiatan Pertambangan, Energi, Minyak dan
Gas.
h. Pengelolaan B3 dan Limbah B3 Manufaktur, Agroindustri dan Jasa.
i. Administrasi Pengelolaan B3 dan Limbah B3.
j. Penanganan Kasus Lingkungan Hidup.
k. Peningkatan Instrumen Ekonomi dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Kegiatan Kementerian Lingkungan Hidup :
a. Peningkatan Pelaksanaan Kajian Dampak Lingkungan.
b. Pengendalian Perencanaan Ruang dan Lingkungan.
c. Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
d. Pengendalian Pencemaran Limbah Domestik.
e. Pengendalian Pencemaran Limbah Usaha Skala Kecil.
f. Peningkatan Konservasi dan Pengendalian Kerusakan Ekosistem Pesisir dan
Laut.
g. Perlindungan Atmosfir dan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim.
h. Peningkatan Konservasi Keanekaragaman Hayati.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 77
i. Pemulihan dan Penanganan Media Lahan dan Perairan Tercemar Limbah B3.
j. Pengembangan Perundang-Undangan dan Perjanjian Internasional Bidang
Lingkungan Hidup.
k. Pengembangan Sistem Penataan dan Penegakan Hukum Lingkungan.
l. Penegakan Kapasitas Penegakan Hukum Lingkungan.
m. Peningkatan Edukasi dan Komunikasi Lingkungan.
n. Peningkatan Partisipasi Masyarakat dan Lembaga Kemasyarakatan dalam
pengelolaan Lingkungan Hidup.
o. Pemberdayaan Masyarakat Perkotaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
p. Pemberdayaan Masyarakat Perkotaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
q. Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
r. Pengelolaan Sarana Teknis Pengendalian Dampak Lingkungan.
s. Peningkatan Kapasitas SDM dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
t. Peningkatan Data, Informasi dan Infrastruktur Sistem Informasi Lingkungan
Hidup.
u. Peningkatan Kebijaksanaan Standarisasi, Teknologi dan Produksi Bersih Dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian
Lingkungan Hidup :
a. Pengelolaan dan Pelayanan Administrasi Umum, Rumah Tangga, Keuangan dan
Kepegawaian Kementerian Lingkungan Hidup.
b. Pengendalian Internal Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
c. Peningkatan Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional.
d. Pengembangan Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Kementerian
Lingkungan Hidup.
e. Pengembangan Telaahan Kebijaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
f. Peningkatan Kinerja Dewan Nasional Perubahan Iklim.
3. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara Kementerian
Lingkungan Hidup :
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 78
a. Pembangunan / Pengadaan / Peningkatan Sarana dan Prasarana Kementerian
Negara Lingkungan Hidup.
3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Pengelolaan dan pengendalian lingkungan hidup dimaksudkan untuk mengurangi adanya
pencemaran dan perusakan terhadap lingkungan. Pemanfaatan kawasan yang sesuai dengan
peruntukan Tata Ruang Wilayah Kabupaten dapat menghindari adanya pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup. Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat ditetapkan
dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan lingkungan hidup. Daya
dukung dan daya tampung lingkungan harus senantiasa menjaga kelestarian fungsi lingkungan
hidup dan keselamatan masyarakat. Oleh karenanya dalam perencanaan Tata Ruang Wilayah
hendaknya berdasarkan pada Kajian Lingkungan Hidup Strategis.
KLHS memuat kajian antara lain :
a. kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan;
b. perkiraan mengenai dampak dan resiko lingkungan hidup;
c. kinerja layanan / jasa ekosistem;
d. efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
e. tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim;
f. tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.
Kebijaksanaan, program dan kegiatan harus mempedomani prinsip pembangunan
berkelanjutan yang dijadikan salah satu dasar dan terintegrasinya dalam pembangunan suatu
wilayah. Pembangunan suatu Wilayah harus berpedoman pada peruntukkan seperti yang
tertuang dalam pengaturan dan fungsi kawasan sebagai berikut :
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya
Pasal 31
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 79
Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 30 huruf a meliputi :
a. kawasan bergambut berada diantara Sungai Arut dan Sungai Lamandau Kecamatan Arut
Selatan dan Kecamatan Kotawaringin Lama sesuai dengan peta RTRWP kurang lebih seluas
132.927 hektar;
b. kawasan resapan air meliputi Kecamatan Arut Selatan seluas kurang lebih 491 Ha,
Kecamatan Kumai seluas kurang lebih 5000 Ha, Kecamatan Pangkalan Lada seluas kurang
lebih 6000 Ha, Kecamatan Pangkalan Banteng seluas kurang lebih 4500 Ha, Kecamatan
Arut Utara seluas kurang lebih 8000 Ha dan Kecamatan Kotawaringin Lama seluas kurang
lebih 5000 Ha;
c. kawasan hutan lindung persebarannya terletak di sebagian Kecamatan Arut Utara dengan
luas kurang lebih 10.088,82 Ha dan pulau Samudera di Desa Tanjung Putri Kecamatan Arut
Selatan.
Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 51 ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. kawasan perkebunan yaitu :
1. perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Kumai, Arut Utara, Arut Selatan, Kotawaringin
Lama, Pangkalan Banteng dan Pangkalan Lada;
2. perkebunan karet di Kecamatan Pangkalan Banteng dan Pangkalan Lada;
3. perkebunan lada di Kecamatan Pangkalan Lada;
4. perkebunan jagung di Kecamatan Pangkalan Lada dan Pangkalan Banteng.
b. kawasan terpadu industri, pelabuhan, petikemas dan pergudangan, serta simpul
transportasi darat, laut dan udara berupa Kawasan Sentra Produksi Pangkalan Bun-
Kumai, Kawasan Sentra Produksi Pandu Sanjaya-Karang Mulya (Pakam), Kawasan Sentra
Produksi Pangkut, Kawasan pelabuhan yaitu : Pelabuhan Tanjung Kalap/CPO Bumi Harjo
dan Pelabuhan Ro-Ro terletak di Kecamatan Kumai, Bandar udara Iskandar Pangkalan Bun
dan Rencana pembangunan bandara baru;
c. kawasan strategis ekonomi sektor unggulan agropolitan meliputi :
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 80
- Kecamatan Pangkalan Lada dengan komoditi unggulan adalah karet dan jagung,
komoditi penunjang adalah lada dan ternak sapi.
- Kecamatan Pangkalan Banteng dengan komoditi unggulan adalah karet dan
jagung, komoditi penunjang adalah ternak sapi.
d. kawasan strategis ekonomi sektor unggulan minapolitan ( pusat pengembangan dan
pengolahan ikan laut) di Kecamatan Kumai dengan komoditi unggulan adalah udang.
e. Kota Terpadu Mandiri di Despot Desa Riam Durian Kecamatan Kotawaringin Lama.
Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi sosial budaya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 51 ayat (1) huruf b, yaitu Kawasan Strategis Sekitar Bangunan Kerajaan / Kesultanan di
Pangkalan Bun dan di Kecamatan Kotawaringin Lama;
Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) huruf c, yaitu di Kawasan Andalan Laut
sejauh 4 mil laut yang berada di perairan laut sepanjang garis pantai; dan
Kawasan Strategis Perlindungan Keanekaragaman Hayati sebagaimana dimaksud dalam Pasal
51 ayat (1) huruf d, terdiri atas Suaka Margasatwa Sungai Lamandau, Taman Nasional Tanjung
Putting, Catchment area DAS Arut, Catchment area DAS Kumai, Taman Wisata Alam Tanjung
Keluang.
Pasal 56 Pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya sebagaimana pada pasal 31 meliputi :
a. pengelolaan kawasan resapan air, meliputi :
1. pelarangan semua kegiatan budidaya di sekitar kawasan resapan air yang dapat
mengganggu dan merusak;
2. pengamanan bantaran sungai dari erosi dan longsor;
3. pembuatan turap di tempat tertentu untuk menjaga bahaya longsor;
4. penanaman vegetasi pelindung dan mampu menyerap dan menahan aliran air;
5. pembangunan jalan inspeksi di kiri-kanan sungai untuk sungai yang melalui permukiman;
6. percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan;
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 81
7. pengolahan tanah secara teknis (misalnya membuat embung, cekungan tanah, bendung)
sehingga kawasan ini memberikan kemampuan peresapan air yang lebih tinggi.
b. pengelolaan kawasan hutan lindung diarahkan pada :
1. peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih fungsi melalui
pengembangan vegetasi tegakan tinggi yang mampu memberikan perlindungan
terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air;
2. perluasan hutan lindung terutama pada area yang mengalami alih fungsi;
3. pengembalian berbagai rona awal sehingga kehidupan satwa dan fauna dilindungi
dapat lestari;
4. percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan.
Pengelolaan Kawasan Lindung Geologi sebagaimana pada pasal 34, berupa
pengelolaan kawasan sekitar mata air meliputi kegiatan :
1. perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi
lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;
2. Pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan untuk air minum atau irigasi;
3. selain sebagai sumber air minum dan irigasi, sumber air juga digunakan untuk pariwisata
peruntukkannya diijinkan selama tidak mengurangi kualitas tata air yang ada.
Penggunaan sumber air untuk rekreasi dan renang, perlu dibuat kolam tersendiri;
4. pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah atau ground
cover untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air; serta
5. membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan yang
tidak berhubungan dengan konservasi mata air.
3.5. Penentuan Isu-isu Strategis
3.5.1. Potensi dan Permasalahannya
Berbagai upaya untuk mengendalikan pencemaran dan kerusakan lingkungan
hidup telah dilakukan selama kurun waktu berlakunya Renstra BLH tahun 2006-2010.
Namun demikian, pengelolaan lingkungan hidup masih dihadapkan pada banyak
permasalahan. Upaya untuk memperbaiki kerusakan lingkungan tidak sebanding
dengan pemanfaatan SDA yang melampaui batas. Keadaan ini semakin diperparah
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 82
dengan terjadinya fenomena perubahan iklim.
Permasalahan lingkungan hidup pada tahun 2012-2016, masih akan dihadapkan pada
pencemaran air, udara, sampah dan limbah B3.
Adapun kerusakan lingkungan, terutama berkaitan dengan kerusakan lingkungan di
Daerah Aliran Sungai yang saat ini umumnya sudah tercemar. Selain itu, kerusakan
lingkungan akibat terbakarnya hutan dan lahan.
Persoalan lain adalah peningkatan terjadinya fenomena perubahan iklim jika tidak
dilakukan upaya yang sungguh-sungguh untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca
(GRK). Target Pemerintah Indonesia untuk secara sukarela menurunkan emisi GRK
sebesar 26% sampai tahun 2020. Merupakan komitmen yang harus ditindak lanjuti
dalam pelaksanaan berbagai program dan kegiatan diantaranya melalui peningkatan
ekosistem gambut, rehabilitasi lahan kritis, serta menahan laju deforestasi.
Urusan penanganan dan pengendalian kerusakan lingkungan bukannya urusan
pemerintah saja tetapi masyarakat dan dunia usaha juga punya andil.
Rendahnya kesadaran masyarakat dan dunia usaha dalam menjaga lingkungan
merupakan salah satu tugas dari BLH Kabupaten Kotawaringin Barat, untuk berperan
aktif agar dapat menggerakan dan mengarahkan untuk menjaga kelestarian dan
keseimbangan lingkungan hidup terutama menghindari perusakan dan pencemaran
lingkungan.
3.5.2. Isu-Isu Strategis
Isu-isu lingkungan hidup utama Kabupaten Kotawaringin Barat yang terjadi
pada tahun 2012 adalah penurunan kualitas air sungai, kebakaran hutan dan
Lahan, lahan kritis dan dampak perubahan iklim serta rendahnya kesadaran
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Isu ini merupakan isu utama lingkungan hidup di kabupaten ini karena telah
menimbulkan dampak besar pada lingkungan berupa kerusakan, perubahan
status kesehatan dan keselamatan manusia serta ekonomi; berindikasi
menimbulkan masalah besar kedepan serta mendapat reaksi besar dari kalangan
masyarakat baik dari dalam dan luar negeri.
A. Penurunan Kualitas Air Sungai
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 83
Seperti wilayah lainnya di Kalimantan Tengah, sumberdaya air permukaan di
Kabupaten Kotawaringin Barat adalah sungai dan rawa. Kabupaten Kotawaringin
Barat memiliki tiga buah sungai utama yaitu Sungai Kumai, Sungai Arut dan Sungai
Lamandau. Sungai-sungai utama ini memiliki banyak anak sungai. Debit air pada
musim penghujan sangat besar hingga dapat menimbulkan banjir, sedangkan pada
musim kemarau berkurang terutama pada sungai-sungai kecil. Secara umum kondisi
fisik air sungai berwarna coklat. Terdapat juga sungai yang airnya berwarna coklat
bercampur hitam, kaya akan zat hara dan endapan akibat campuran anak sungai
dengan gambut.
Daerah aliran sungai di Kotawaringin Barat berasal dari pertemuan dua sungai yang
cukup besar yaitu Sungai Arut dan Sungai Lamandau, yang mempunyai anak-anak
sungai lebih dari 130 buah. Debit air sewaktu-waktu dapat melebihi daya tampung
dan sering menimbulkan banjir. Sungai Kumai mempunyai anak sungai sekitar 30
buah.
Secara umum masalah yang dialami oleh sungai-sungai di Provinsi Kalimantan Tengah
adalah terjadinya pendangkalan sungai akibat sedimentasi dan erosi. Disamping itu
pencemaran sungai oleh limbah merkuri juga merupakan masalah yang sangat
memprihatinkan. Terjadinya pencemaran air sungai juga disebabkan oleh banyaknya
air limbah yang masuk ke dalam sungai dan berasal dari berbagai sumber pencemaran
antara lain dari limbah industri, domestik, peternakan, pertanian dan sebagainya.
Adanya kegiatan pembabatan hutan serta perubahan pemanfaatan hutan di hulu dan
di hilir menyebabkan merosotnya kualitas air di sungai. Pendangkalan sungai terjadi
sebagai akibat dari semakin minimnya debit air pada saat kemarau serta adanya erosi
dan sedimentasi. Penghancuran hutan alam serta perubahan tata guna lahan hutan
seperti pengalihan fungsi hutan menjadi daerah perkebunan atau daerah aktivitas
illegal logging atau penebangan liar adalah faktor dominan yang menyebabkan
terjadinya krisis air hingga bencana banjir atau tanah longsor. Erosi dan sedimentasi
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 84
terjadi karena berkurangnya hutan di hulu badan sungai karena pembukaan
hutan.
Masalah krisis air juga diakibatkan oleh maraknya aktivitas pertambangan, baik skala
kecil maupun skala besar yang telah mengakibatkan pembukaan hutan, perubahan
morfologi sungai dan penurunan kualitas lingkungan hidup dan sungai akibat
pencemaran oleh bahan-bahan kimia, limbah industri, limbah peternakan, limbah
pertanian. Maraknya pertambangan skala kecil seperti penambangan emas tanpa izin
oleh masyarakat merupakan salah satu penyebab utama pencemaran sungai .
Dalam upaya mengelola sumberdaya air khususnya sungai, Pemerintah
Kabupaten Kotawaringin Barat dalam hal ini BLH Kabupaten Kotawaringin
Barat melakukan kegiatan pemantauan rutin kualitas air sungai. Pemerintah
Kabupaten juga melakukan pengawasan terhadap kegiatan-kegiatan yang
berpotensi menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat juga melakukan pemberhentian
kegiatan pengolahan lumpur limbah tambang emas di Sei. Melawen pada saat
terjadi indikasi kasus pencemaran. Selain itu, dilakukan pembinaan-pembinaan
terhadap para pelaku kegiatan penambangan galian C dan para pengusaha tahu
atau industri-industri lainnya.
Kualitas Air Sungai Arut dan Sungai Kumai
Pada tahun 2010 dilakukan pemantauan di Sungai Arut dan Sungai kumai,
dimana untuk Sungai Arut ada 5 (lima) titik pengambilan sampel dan di Sungai
Kumai ada 4 (empat) titik pengambilan sampel, lokasi meliputi :
1. Sungai Arut :
a) Titik I di kelurahan Pangkut (A1)
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 85
b) Titik II di Jembatan Runtu (A2)
c) Titik III di Jembatan Kotawaringin Lama (A3)
d) Titik IV di Hilir Korindo (A4)
e) Titik V di Sungai Lamandau Hilir (A5)
2. Sungai Kumai :
a) Titik I disekitar hulu pemukiman Kelurahan Kumai Hulu (muara sungai
Nyirih) (K1)
b) Titik II disekitar pelabuhan Pertamina Desa Sei. Kapitan (K2)
c) Titik III dibagian hillir Sei. Sekonyer (K3)
d) Titik IV disekitar Tanjung Api-Api (K4)
Hasil analisa uji kualitas air tersebut dibandingkan dengan Kriteria PP Nomor 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air,
sebagai berikut :
Hasil pengukuran Residu Terlarut (TDS) Sungai Arut dilokasi
Kelurahan Pangkut (A1.1) sebesar 716 mg/l, lokasi Jembatan Runtu (A2.1)
sebesar 204 mg/l, lokasi Jembatan Kotawaringin Lama (A3.1) sebesar 86
mg/l, lokasi Hilir Korindo (A3.2) sebesar 48 mg/l dan lokasi Sungai
Lamandau Hilir (A.3.3) sebesar 56 mg/l memenuhi baku mutu yang
dipersyaratkan untuk kelas I dalam PP 82 Tahun 2001.
Hasil pengukuran Residu Terlarut (TDS) Sungai Kumai dilokasi
sekitar hulu pemukiman Kelurahan Kumai Hulu (Muara Sungai Nyirih) K1
sebesar 12,442 mg/l, lokasi sekitar pelabuhan pertamina Desa Sei. Kapitan
(K2) sebesar 10,282 mg/l, lokasi Bagian Hilir Sei. Sekonyer (K3) sebesar
14,336 mg/l dan lokasi sekitar Tanjung Api-Api (PLTU) K4 sebesar 1,172
mg/l masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan untuk kelas IV dalam
PP 82 Tahun 2001.
Hasil pengukuran total padatan Tersuspensi (TSS) Sungai Arut
dilokasi Kelurahan Pangkut (A1) sebesar 63 mg/l dan Lokasi Jembatan
Runtu (A2) sebesar 58 mg/l melampaui ambang batas, dengan tingginya
kadar padatan tersuspensi di Kelurahan Pangkut disebabkan oleh tingginya
pemanfaatan lahan, baik untuk pertambangan dan pembukaan lahan
perkebunan. Nilai TSS apabila diperbandingkan dengan baku masuk mutu air
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 86
kelas III, maka perairan Kelurahan Pangkut secara umum tidak layak lagi
untuk dimanfaatkan sebagai sumber baku air minum, namun masih layak
dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan. Sedangkan dilokasi Jembatan
Kotawaringin Lama (A3) sebesar 25 mg/l, lokasi Hilir Korindo (A4) sebesar
20 mg/l dan lokasi Sungai Lamandau Hilir (A5) sebesar 37 mg/l tersebut
memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan untuk kelas I dalam PP 82 Tahun
2001.
Hasil pengukuran total padatan Tersuspensi (TSS) Sungai Kumai
dilokasi sekitar hulu pemukiman Kelurahan Kumai Hulu (Muara Sungai
Nyirih) K1 sebesar 121 mg/l dan lokasi sekitar pelabuhan pertamina Desa
Sei. Kapitan (K2) sebesar 94 mg/l masuk baku mutu air kelas III, dengan
tingginya kadar padatan tersuspensi di Kumai disebabkan oleh tingginya
pemanfaatan lahan, baik untuk pertambangan dan pembukaan lahan
perkebunan, sedangkan lokasi Bagian Hilir Sei. Sekonyer (K3) sebesar 24
mg/l dan lokasi sekitar Tanjung Api-Api (PLTU) K4 sebesar 24 mg/l masih
dibawah baku mutu yang dipersyaratkan untuk kelas III dalam PP 82 Tahun
2001.
Hasil pengukuran BOD Sungai Arut di Kelurahan Pangkut (A1)
sebesar 23,04 mg/l, Jembatan Runtu (A2) sebesar 19,20 mg/l dan Jembatan
Kotawaringin Kelurahan Baru (A3) sebesar 14,21 mg/l sudah melebihi baku
mutu air yang dipersyaratkan untuk kelas IV dalam PP 82 Tahun 2001 (12
mg/l), sedangkan lokasi Kelurahan Mendawai (A4) sebesar 11,14 mg/l dan
lokasi Hilir Sungai Lamandau (A5) 11,14 mg/l melebihi baku mutu air yang
dipersyaratkan untuk kelas III (6 mg/l). Hal ini disebabkan karena adanya
aktifitas rumah tangga, industri, pertambangan maupun aktifitas umum
lainnya merupakan sumber buangan limbah.
Parameter BOD Sungai Kumai dilokasi sekitar hulu pemukiman
Kelurahan Kumai Hulu (Muara Sungai Nyirih) K1 sebesar 14,98 mg/l dan
lokasi sekitar Tanjung Api-Api (PLTU) K4 sebesar 22,27 mg/l melebihi baku
mutu yang dipersyaratkan untuk kelas IV dalam PP 82 Tahun 2001 (12
mg/l), hal ini disebabkan karena adanya aktifitas rumah tangga, industri,
pertambangan maupun aktifitas umum lainnya merupakan sumber buangan
limbah. Sedangkan lokasi sekitar pelabuhan pertamina Desa Sei. Kapitan
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 87
(K2) sebesar 9,912 mg/l dan lokasi Bagian Hilir Sei. Sekonyer (K3) sebesar
9,984 mg/l sudah masuk baku mutu air yang dipersyaratkan untuk kelas IV.
Hasil pengukuran COD di Sungai Arut dengan lokasi Kelurahan
Pangkut (A1) sebesar 83,03 mg/l, Jembatan Runtu (A2) sebesar 30,40 mg/l,
Jembatan Kotawaringin Kelurahan Baru (A3) sebesar 34,96 mg/l dan
Kelurahan Mendawai (A4) sebesar 41,8 mg/l masuk baku mutu kelas IV (100
mg/l), sedangkan pada lokasi hilir Sungai Lamandau (A5) sebesar 24,32 mg/l
masuk baku mutu kelas II (25 mg/l). Hal ini disebabkan karena adanya
sumber pencemaran air berasal dari industri, rumah tangga (pemukiman)
dan pertanian. Tanah dan air tanah mengandung sisa dari aktivitas pertanian
misalnya pupuk dan pestisida, Kontaminan komponen pencemaran air yang
berasal dari industri, rumah tangga (pemukiman) dan pertanian dapat
dikelompokkan sebagai bahan buangan berupa padat, cairan, berminyak,
organik, dan zat kimia.
Hasil pengukuran COD di Sungai Kumai dengan lokasi sekitar hulu
pemukiman Kelurahan Kumai Hulu (Muara Sungai Nyirih) K1 sebesar 91,2
mg/l, lokasi Bagian Hilir Sei. Sekonyer (K3) sebesar 34,20 mg/l dan lokasi
sekitar Tanjung Api-Api (PLTU) K4 sebesar 42,56 mg/l masuk baku mutu
kelas IV dalam PP 82 Tahun 2001 (100 mg/l), begitu juga untuk lokasi
sekitar pelabuhan pertamina Desa Sei. Kapitan (K2) sebesar 24,32 mg/l
masuk baku mutu kelas II dan melebihi baku mutu kelas III. Hal ini
disebabkan karena adanya sumber pencemaran air berasal dari industri,
rumah tangga (pemukiman) dan pertanian. Tanah dan air tanah mengandung
sisa dari aktivitas pertanian misalnya pupuk dan pestisida, kontaminan
komponen pencemaran air yang berasal dari industri, rumah tangga
(pemukiman)dan pertanian dapat dikelompokkan sebagai bahan buangan
berupa padat, cairan, berminyak, organik, dan zat kimia.
Parameter DO di Sungai Arut lokasi Kelurahan Pangkut (A1) sebesar
7.25 mg/l, lokasi Jembatan Kotawaringin Kelurahan Baru (A3) sebesar 7,26
mg/l dan lokasi Hilir Sungai Lamandau (A5) sebesar 6,07 mg/l masuk baku
mutu air kelas I dalam PP 82 Tahun 2001 (6 mg/l), sementara untuk lokasi
Jembatan Runtu (A2) sebesar 5,91 mg/l dan lokasi Kelurahan Mendawai
(A4) sebesar 5,49 mg/l masuk baku mutu air kelas II. Hal ini menunjukkan
bahwa di perairan arut, konsumsi oksigennya lebih tinggi sebagai akibat dari
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 88
terjadinya peningkatan jumlah limbah organik yang berasal dari kegiatan
industri sawit dan limbah rumah. Kandungan oksigen terlarut ini memberikan
gambaran bahwa secara umum perairan arut sudah tercemar oleh bahan
organik yang mudah terurai. Hal ini menunjukkan bahwa perairan digunakan
sebagai sumber air baku air minum, namun untuk kegiatan budidaya
perikanan perairan Arut masih layak untuk dimanfaatkan.
Hasil pengukuran kandungan oksigen terlarut (DO) di Sungai Kumai
lokasi sekitar hulu pemukiman Kelurahan Kumai Hulu (Muara Sungai
Nyirih) K1 sebesar 6,18 mg/l, lokasi sekitar pelabuhan pertamina Desa Sei.
Kapitan (K2) sebesar 6,18 mg/l, lokasi Bagian Hilir Sei. Sekonyer (K3)
sebesar 6,57 mg/l dan lokasi sekitar Tanjung Api-Api (PLTU) K4 sebesar
6,11 mg/l masuk baku mutu kelas I dalam PP 82 Tahun 2001.
Hasil pengukuran derajat keasaman (pH) air Sungai Arut dilokasi
Kelurahan Pangkut (A1) sebesar 8,60, lokasi Jembatan Runtu (A2) sebesar
7,60, lokasi Jembatan Kotawaringin Kelurahan Baru (A3) sebesar 7,20,
lokasi Kelurahan Mendawai (A4) sebesar 7,80 dan lokasi Hilir Sungai
Lamandau (A5) sebesar 7,80. Derajat keasaman (pH) masih menunjukkan
nilai memenuhi baku mutu untuk kelas I sesuai PP 82 Tahun 2001 yaitu
berkisar 6-9.
Hasil pengukuran derajat keasaman (pH) air Sungai Kumai dilokasi
sekitar hulu pemukiman Kelurahan Kumai Hulu (Muara Sungai Nyirih) K1
sebesar 7,50, lokasi sekitar pelabuhan pertamina Desa Sei. Kapitan (K2)
sebesar 7,50, lokasi Bagian Hilir Sei. Sekonyer (K3) sebesar 7,50 dan lokasi
sekitar Tanjung Api-Api (PLTU) K4 sebesar 7,40. Derajat keasaman (pH)
masih menunjukkan nilai memenuhi baku mutu untuk kelas I sesuai PP 82
Tahun 2001 dengan kisaran 6-9.
Parameter Total Phospat di Sungai Arut lokasi Kelurahan Pangkut
(A1) sebesar 0,020 mg/l, lokasi Jembatan Runtu (A2) sebesar <0,001 mg/l,
lokasi Jembatan Kotawaringin Kelurahan Baru (A3) sebesar <0,001 mg/l,
lokasi Kelurahan Mendawai (A4) sebesar <0,001 mg/l dan lokasi Hilir
Sungai Lamandau (A5) sebesar 0,017 mg/l melebihi baku mutu kelas IV
dalam PP 82 Tahun 2001. Hal ini disebabkan karena adanya air buangan
penduduk dan industri, penggunaan bahan detergen, adanya pupuk yang
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 89
masuk ke dalam sungai melalui drainase dan aliran air hujan, pestisida serta
insektisida dari lahan pertanian.
Hasil pengukuran Total Phospat di Sungai Kumai lokasi sekitar hulu
pemukiman Kelurahan Kumai Hulu (Muara Sungai Nyirih) K1 sebesar 0,183
mg/l, lokasi sekitar pelabuhan pertamina Desa Sei. Kapitan (K2) sebesar
0,020 mg/l, lokasi Bagian Hilir Sei. Sekonyer (K3) sebesar 0,009 mg/l dan
lokasi sekitar Tanjung Api-Api (PLTU) K4 sebesar 0,027 mg/l masuk baku
mutu kelas I dalam PP 82 Tahun 2001.
Hasil pengukuran NO3 (Nitrat) Sungai Arut dilokasi Kelurahan
Pangkut (A1) sebesar 0,151 mg/l, lokasi Jembatan Runtu (A2) sebesar 0,157
mg/l, lokasi Jembatan Kotawaringin Kelurahan Baru (A3) sebesar 0,118
mg/l, lokasi Kelurahan Mendawai (A4) sebesar 0,126 mg/l dan lokasi Hilir
Sungai Lamandau (A5) sebesar 0,148 mg/l melebihi baku mutu kelas IV
dalam PP 82 Tahun 2001. Hal ini disebabkan karena adanya buangan
pertanian, pupuk, kotoran hewan dan manusia dan sebagainya. Sedangkan
nitrat pada konsentrasi tinggi dapat menstimulasi pertumbuhan ganggang
yang tak terbatas, sehingga air kekurangan oksigen terlarut yang bisa
menyebabkan kematian ikan.
Hasil pengukuran NO3 (Nitrat) Sungai Kumai dilokasi sekitar hulu
pemukiman Kelurahan Kumai Hulu (Muara Sungai Nyirih) K1 sebesar 1,128
mg/l, lokasi sekitar pelabuhan pertamina Desa Sei. Kapitan (K2) sebesar
0,147 mg/l, lokasi Bagian Hilir Sei. Sekonyer (K3) sebesar 0,137 mg/l dan
lokasi sekitar Tanjung Api-Api (PLTU) K4 sebesar 0,111 mg/l masuk baku
mutu kelas I dalam PP 82 Tahun 2001.
Hasil pengukuran NH3N (Amoniak) Sungai Arut dilokasi Kelurahan
Pangkut (A1) sebesar 0,380 mg/l masuk baku mutu untuk kelas I dalam PP
82 Tahun 2001. Sedangkan dilokasi Jembatan Runtu (A2) sebesar 0,336
mg/l, lokasi Jembatan Kotawaringin Kelurahan Baru (A3) sebesar 0,380
mg/l, lokasi Kelurahan Mendawai (A4) sebesar 0,370 mg/l dan lokasi Hilir
Sungai Lamandau (A5) sebesar 0,343 mg/l melebihi baku mutu kelas II,
kelas III dan kelas IV. Nitrogen Ammoniakal (NH3N) yang tinggi ini
disebabkan adanya pembuangan sampah. Selain itu karena aktivitas
pengerukan hutan serta pelepasan sisa oleh industri juga menjadi
penyumbang utama masalah pencemaran ini.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 90
Hasil pengukuran NH3N (Amoniak) Sungai Kumai dilokasi sekitar
hulu pemukiman Kelurahan Kumai Hulu (Muara Sungai Nyirih) K1 sebesar
0,169 mg/l, lokasi sekitar pelabuhan pertamina Desa Sei. Kapitan (K2)
sebesar 0,325 mg/l, lokasi Bagian Hilir Sei. Sekonyer (K3) sebesar 0,273
mg/l dan lokasi sekitar Tanjung Api-Api (PLTU) K4 sebesar 0,345 mg/l
masuk baku mutu kelas I dalam PP 82 Tahun 2001. Nitrogen Ammoniakal
(NH3N) yang tinggi ini disebabkan adanya pembuangan sampah, selain
itu, aktivitis pengerukan hutan serta pelepasan sisa oleh industri juga menjadi
penyumbang utama masalah pencemaran ini.
Hasil pengukuran Nitrit sebagai N di Sungai Arut lokasi Kelurahan
Pangkut (A1) sebesar 0,006 mg/l, lokasi Jembatan Runtu (A2) sebesar 0,008
mg/l, lokasi Jembatan Kotawaringin Kelurahan Baru (A3) sebesar 0,009
mg/l, lokasi Kelurahan Mendawai (A4) sebesar 0,006 mg/l dan lokasi Hilir
Sungai Lamandau (A5) sebesar 0,003 mg/l melebihi baku mutu kelas IV
dalam PP 82 Tahun 2001. Tingginya konsentrasi Nitrit biasanya disebabkan
oleh terganggunya proses reduksi nitrat atau denitrifikasi pada kondisi
anoksik (tidak ada oksigen). Proses ini juga melibatkan jamur dan bakteri.
Dinitrogen oksida adalah produk utama dari denitrifikasi pada perairan
dengan kadar oksigen sangat rendah, sedangkan molekul nitrogen adalah
produk utama dari proses denitrifikasi pada perairan dengan kondisi anaerob.
Hasil pengukuran Nitrit sebagai N di Sungai Kumai lokasi sekitar hulu
pemukiman Kelurahan Kumai Hulu (Muara Sungai Nyirih) K1 sebesar 0,006
mg/l, lokasi sekitar pelabuhan pertamina Desa Sei. Kapitan (K2) sebesar
0,007 mg/l, lokasi Bagian Hilir Sei. Sekonyer (K3) sebesar 0,008 mg/l dan
lokasi sekitar Tanjung Api-Api (PLTU) K4 sebesar 0,05 mg/l masuk baku
mutu untuk kelas I dalam PP 82 Tahun 2001.
Hasil pengukuran H2S (Belerang) di Sungai Arut lokasi Kelurahan
Pangkut (A1) sebesar <0,002 mg/l, lokasi Jembatan Runtu (A2) sebesar
<0,002 mg/l, lokasi Jembatan Kotawaringin Kelurahan Baru (A3) sebesar
<0,002 mg/l, lokasi Kelurahan Mendawai (A4) sebesar <0,002 mg/l dan
lokasi Hilir Sungai Lamandau (A5) sebesar <0,002 mg/l melebihi baku mutu
kelas IV dalam PP 82 Tahun 2001. Hal ini disebabkan proses penguraian
sampah yang memerlukan oksigen yaitu sampah yang mengandung senyawa
organik, misalnya sampah-sampah rumah tangga (sisa-sisa makanan),
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 91
kotoran manusia dan kotoran hewan, tumbuh-tumbuhan dan hewan yang
mati maka perairan (sumber air) tersebut akan kekurangan oksigen, yang
menyebabkan ikan-ikan dan organisme di air mati.
Hasil pengukuran H2S (Belerang) di Sungai Kumai lokasi sekitar hulu
pemukiman Kelurahan Kumai Hulu (Muara Sungai Nyirih) K1 sebesar 0,074
mg/l, lokasi sekitar pelabuhan pertamina Desa Sei. Kapitan (K2) sebesar
0,017 mg/l, lokasi Bagian Hilir Sei. Sekonyer (K3) sebesar 0,028 mg/l dan
lokasi sekitar Tanjung Api-Api (PLTU) K4 sebesar 0,106 mg/l melebihi baku
mutu kelas III dalam PP 82 Tahun 2001. Hal ini disebabkan proses
penguraian sampah yang memerlukan oksigen yaitu sampah yang
mengandung senyawa organik, misalnya sampah, sampah rumah tangga
(sisa-sisa makanan), kotoran manusia dan kotoran hewan, tumbuh-tumbuhan
dan hewan yang mati maka perairan (sumber air) tersebut akan kekurangan
oksigen, yang menyebabkan ikan-ikan dan organisme di air mati.
Hasil pengukuran Khlorida di Sungai Arut lokasi Kelurahan Pangkut
(A1) sebesar 1,200 mg/l, lokasi Jembatan Runtu (A2) sebesar 1,999 mg/l,
lokasi Jembatan Kotawaringin Kelurahan Baru (A3) sebesar 3,799 mg/l,
lokasi Kelurahan Mendawai (A4) sebesar 2,599 mg/l dan lokasi Hilir Sungai
Lamandau (A5) sebesar 2,799 mg/l melebihi baku mutu kelas II dalam PP 82
Tahun 2001. Hal ini disebabkan air sungai mengandung padatan yang
terbentuk sebagai akibat erosi, air juga mengandung mikroorganisme yang
berasal dari sumber seperti tanah, sampah, kotoran manusia dan hewan, dan
juga mengandung logam berat berbahaya.
Hasil pengukuran Khlorida di Sungai Kumai lokasi sekitar hulu
pemukiman Kelurahan Kumai Hulu (Muara Sungai Nyirih) K1 sebesar 582,0
mg/l, lokasi sekitar pelabuhan pertamina Desa Sei. Kapitan (K2) sebesar
483,1 mg/l dan lokasi sekitar Tanjung Api-Api (PLTU) K4 sebesar 541,8
mg/l masuk baku mutu kelas II dalam PP 82 Tahun 2001, sedangkan lokasi
Bagian Hilir Sei. Sekonyer (K3) sebesar 623,0 mg/l melebihi baku mutu
kelas II. Hal ini disebabkan air sungai mengandung padatan yang terbentuk
sebagai akibat erosi, air juga mengandung mikroorganisme yang berasal dari
sumber seperti tanah, sampah, kotoran manusia dan hewan, dan juga
mengandung logam berat berbahaya.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 92
Keberadaan logam berat di perairan sangat penting untuk diperhatikan, sebab
peningkatan konsentrasi logam berat dalam air laut akan diikuti oleh
peningkatan logam berat dalam tubuh ikan dan organisme lainnya, dan
apabila organisme tersebut dikonsumsi oleh manusia maka akan
membahayakan kesehatan. Secara lebih detail hal ini dilihat dari nilai kisaran
dari kandungan beberapa logam berat di perairan Sungai Arut dan Sungai
Kumai.
Berdasarkan hasil uji laboratorium tersebut menunjukkan bahwa rata-rata
semua parameter telah memenuhi nilai baku mutu yang ditetapkan dalam PP
82 tahun 2001, kecuali untuk parameter besi (Fe) di Sungai Arut dan Sungai
Kumai.
Hasil pengukuran Fe (besi) di Sungai Arut lokasi Kelurahan Pangkut
(A1) sebesar 0.314 mg/l, lokasi Jembatan Runtu (A2) sebesar 0.379 mg/l,
lokasi Jembatan Kotawaringin Kelurahan Baru (A3) sebesar 0,489 mg/l,
lokasi Kelurahan Mendawai (A4) sebesar 0,582 mg/l melebihi baku mutu air
kelas I, kelas II, kelas III, kelas IV, lokasi Hilir Sungai Lamandau (A5)
sebesar 0,172 mg/l melebihi baku mutu kelas II, Kelas III dan kelas IV dalam
PP 82 tahun 2001. Dari hasil tersebut disebabkan karena adanya limbah
industri, pembuangan sampah yang akan menghasilkan air lindi yang airnya
akan merembes ke sungai, pertambangan.
Hasil pengukuran Fe (besi) di Sungai Kumai sekitar hulu pemukiman
Kelurahan Kumai Hulu (Muara Sungai Nyirih) K1 sebesar 0,014 mg/l, lokasi
sekitar pelabuhan pertamina Desa Sei. Kapitan (K2) sebesar 0,113 mg/l,
lokasi Bagian Hilir Sei. Sekonyer (K3) sebesar 0,146 mg/l masuk baku mutu
kelas I, sedangkan pada lokasi sekitar Tanjung Api-Api (PLTU) K4 sebesar
0,599 mg/l melebihi baku mutu air kelas I dalam PP 82 tahun 2001. Hal ini
disebabkan karena adanya limbah industri, pembuangan sampah yang akan
menghasilkan air lindi yang airnya akan merembes ke sungai, pertambangan.
Selain tiga sungai utama tersebut, Kabupaten Kotawaringin Barat juga
dilintasi oleh sungai-sungai kecil yang mempunyai arti penting baik dalam
mendukung kehidupan organisme disekitarnya maupun dimanfaatkan sebagai jalur
transportasi, salah satu diantaranya adalah Sungai Sekonyer. Sungai Sekonyer
menjadi jalur transportasi ke areal Taman Nasional Tanjung Putting yang
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 93
didalamnya terdapat lokasi rehabilitasi satwa langka orangutan. Sungai Sekonyer
seperti yang terlihat pada gambar berikut ini :
Sungai Sekonyer
Aliran Sungai Sekonyer di Kawasan Tanjung Putting berwarna coklat kemerahan
karena struktur tanah di dasar dan sekelilingnya adalah gambut. Kelebihan Sungai
Sekonyer dibandingkan sungai lain adalah pemandangan alam lingkungan yang
indah dan terdapat spesies binatang yang unik dan menarik.
B. Kebakaran Hutan dan Lahan
Gangguan terhadap kualitas udara di tahun 2011 juga terjadi seiring
dengan peristiwa kebakaran hutan dan lahan yang menyebabkan gangguan
berupa kabut asap. Dari bulan Pebruari sampai dengan bulan mei sudah terdapat
titik api dibeberapa tempat di Kabupaten Kotawarangin Barat tetapi masih
dalam skala kecil dan tidak menimbulkan kabut asap. Pada bulan Juni 2011
memasuki waktu rawan kebakaran hutan dan lahan seiring berkurangnya curah
hujan. Kabut asap juga masih terjadi di Kabupaten Kotawaringin Barat hingga
minggu pertama bulan Oktober 2011, belasan hektar lahan gambut di jalan
Pangkalan Bun dan Kumai terbakar. Api diduga berasal dari aksi bakar lahan
gambut oleh warga sebagai lahan perkebunan.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 94
Hasil pantauan satelit NOAA menunjukkan bahwa dari bulan Pebruari 2011
sampai dengan bulan Oktober 2011 di Kabupaten Kotawaringin Barat dideteksi
sebanyak 319 titik api, sedangkan untuk Kalimantan Tengah khususnya sebaran
hotspot wilayah kerja SKW II BKSDA Kalimantan Tengah terdapat 1.970 titik api.
Satelit NOAA mampu mendeteksi titik panas pada lahan dengan luasan konstan
1,2 km2 dan suhu 3160 Kelvin atau 400 Celcius. Kebakaran lahan banyak terjadi di
lahan-lahan masyarakat dengan aktivitas tradisional skala kecil. Kondisi pemantauan
serasah bahan bakaran kering di lahan-lahan masyarakat juga rawan terbakar dengan
suhu panas di wilayah itu mencapai maksimum 340 Celcius, meski kelembaban udara
masih tinggi sebesar 94 persen. Pada bulan September 2011 masih merupakan saat-
saat yang rawan terhadap kebakaran hutan dan lahan.
Di Kabupaten Kotawaringin Barat, kabut asap yang terjadi akibat kebakaran
hutan dan lahan, sumber asapnya tidak hanya berasal dari Kabupaten Kotawaringin
Barat saja tetapi juga berasal dari wilayah lain. Hasil pemantauan hotspot dilapangan
yang dilakukan oleh BKSDA Seksi Konservasi Wilayah II Kalimantan Tengah, terdapat
titik hotspot sebagaimana tabel berikut.
Rekapitulasi Hotspot Kabupaten Kotawaringin Barat
(Bulan Juni 2011 s.d Oktober 2011)
No.
Kecamatan
Bulan
Jumlah
Juni (NOAA) Juli Agust Sept Okt Nop Des
1. Kumai 4 14 45 0 0 63
2. Arut Selatan 2 13 26 17 7 65
3. Arut Utara 3 0 0 0 0 3
4. Pangkalan Banteng 1 0 0 0 0 1
5. Kotawaringin Lama 1 0 6 0 3 10
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 95
6. Pangkalan Lada 0 0 0 0 0 0
Jumlah 11 27 77 17 10 142
Sumber : BKSDA SKW II Kalimantan Tengah, 2011
Persentase Jumlah Hotspot Per Kecamatan
(Bulan Juni 2011 s.d Oktober 2011)
Di Kalimantan Tengah khususnya sebaran hotspot wilayah kerja SKW II BKSDA
Kalimantan Tengah sampai dengan bulan Oktober terdapat 1.970 titik api. Berikut ini
sebaran hotspot November 2011, wilayah kerja BKSDA-SKW II Kalimantan Tengah.
Peta Pantauan Sebaran HOTSPOT November 2011,
Wilayah Kerja BKSDA-SKW II Kalteng
Series1; Kumai; 63;
44% Series1; Arut Selatan; 65;
46%
Series1; Arut
Utara; 3; 2%
Series1; Pangkalan
Banteng; 1; 1%
Series1; Kotawaringin Lama; 10;
7%
Series1; Pangkalan Lada; 0; 0%
Persentase Jumlah Hotspot Per Kecamatan Kumai Arut Selatan
Arut Utara Pangkalan Banteng
Kotawaringin Lama Pangkalan Lada
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 96
Sumber : BKSDA-SKW II Kalimantan Tengah, 2011
Dalam upaya mengurangi dampak kebakaran lahan, pemerintah daerah di
wilayah Provinsi Kalimantan Tengah, khususnya Pemerintah Kabupaten Kotawaringin
Barat, telah mengeluarkan larangan untuk melakukan pembukaan lahan dengan cara
membakar. Pemerintah juga aktif melakukan pantauan dan pengawasan terhadap
para pelaku usaha baik melalui interpretasi data hasil pantauan satelit, maupun
pengawasan langsung ke lapangan. Meski demikian karena luas dearah yang harus
diawasi belum ditunjang oleh jumlah personil yang ada, maka kegiatan pemantauan
dan pengawasan dirasa masih belum optimal dilakukan.
C. Lahan Kritis
Kondisi lahan kritis cenderung semakin meluas diakibatkan kejadian
kebakaran hutan dan lahan, penambangan liar tanpa diimbangi dengan reklamasi dan
juga kegiatan eksploitasi hutan. Luas lahan kritis di Kabupaten Kotawaringin Barat
sebagaimana tabel berikut ini :
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 97
Luas Lahan Kritis Di Kabupaten Kotawaringin Barat Berdasarkan Kecamatan
Kecamatan Tingkat Kekritisan Lahan (Ha) Jumlah
Agak Kritis Kritis Sangat Kritis
Arut Selatan 10.795 37.183 15.174 63.152
Arut Utara 36.104 35.163 11.772 83.038
Kotawaringin Lama 4.265 27.890 9.197 41.351
Kumai 33.917 63.860 27.718 125.494
Pangkalan Banteng 2.937 16.575 799 20.310
Pangkalan Lada 5.225 8.384 401 14.010
Jumlah 93.242 189.054 65.060 347.355
Sumber : Dinas Kehutanan Kab. Kotawaringin Barat, 2011
Untuk penanggulangan lahan kritis tersebut diupayakan melalui penyadaran
masyarakat agar tidak membiarkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan, eksploitasi
hutan yang berlebihan serta kegiatan penambangan yang diimbangi dengan upaya
reklamasi, penghijauan dan reboisasi.
D. Dampak Perubahan Iklim.
Perubahan iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau
tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga menyebabkan perubahan komposisi
atmosfir secara global dan selain itu juga berupa perubahan variabilitas iklim alamiah
yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan.
Perubahan komposisi secara global sebagai akibat dari pelepasan karbondioksida dan
gas mektan dari permukaan bumi sehingga menyebabkan panasnya sinar matahari
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 98
sebagian masih mempengaruhi permukaan bumi, hal seperti ini dapat berdampak
negatif pada daerah yang dingin / bersalju. Dengan adanya kondisi perubahan
temperatur menyebabkan mencairnya kawasan salju sehingga menyebabkan kenaikan
permukaan air laut.
Kondisi seperti diatas memberikan dampak terhadap siklus hidrologi dalam bentuk
perubahan pola dan intensitas curah hujan, bencana alam seperti banjir, kekeringan
dan longsoran tanah tentunya akan menghadang.
E. Rendahnya Kesadaran Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu
sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lain.
Dengan adanya pencemaran dan perusakan lingkungan hidup yang berlebihan sebagai
akibat dari kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan
hidup.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 99
BAB IV
VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
4.1. Visi dan Misi Badan Lingkungan Hidup
4.1.1 Visi
Selaras dan sejalan dengan visi dan misi Bupati Kotawaringin Barat maka Visi Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat adalah :
“Terwujudnya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang seimbang,
lestari dan ramah lingkungan berbasiskan kesadaran dan partisipasi masyarakat
untuk mendukung pembangunan Kabupaten Kotawaringin Barat ”
4.1.2 Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, maka Misi Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Kotawaringin Barat sebagai berikut :
1. Meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan memberdayakan kemampuan
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup.
2. Melaksanakan pencegahan dan pengendalian pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup dengan penekanan pada aspek air, tanah, udara, pesisir dan
laut.
3. Menguatkan kapasitas sumber daya aparatur, sarana dan prasarana lembaga
pengelola lingkungan hidup.
4. Menyediakan data dan system informasi lingkungan hidup.
5. Meningkatkan koordinasi integrasi dan sinergi antar lembaga dalam upaya
pencegahan dan pengendalian dampak lingkungan.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 100
4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPD
1. Tujuan
Rencana Strategis Badan Lingkungan Hidup (RENSTRA BLH) Kabupaten Kotawaringin
Barat disusun dengan maksud untuk memberikan arah dan pedoman dalam menyusun
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan tahunan, sedangkan tujuan yang ingin
dicapai adalah :
a. Terwujudnya pengertian, pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap arti
pentingnya kelestarian Lingkungan.
b. Tersedianya sarana pencegahan dan pengendali pencemaran dan kerusakan
lingkungan sesuai baku mutu lingkungan dan baku kerusakan lingkungan.
c. Tersedianya sumber daya manusia yang mampu dan terampil dalam mengelola
sumber daya alam.
d. Tersedianya data dan informasi yang didukung oleh sarana dan prasarana yang
memadai.
e. Terpadunya dan saling menunjang kegiatan antar sektor.
2. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan pemahaman, pengertian, dan kesadaran masyarakat terhadap
kelestarian Lingkungan.
b. Berkurangnya kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan.
c. Meningkatnya sumber daya manusia terutama aparatur pemerintah melalui kursus /
pendidikan.
d. Tersusunnya data dan informasi status lingkungan hidup daerah yang didukung oleh
sarana dan prasarana yang memadai.
e. Terciptanya efisiensi dan efektivitas serta terhindarnya tumpang tindih kegiatan
lintas sektoral.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 101
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 69
Tabel 4.1
Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPD
Tujuan Sasaran Indikator Sasaran
TARGET KINERJA PROGRAM PADA TAHUN KE
Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5
target target target target target
(1) (2) (3) (8) (10) (12) (14) (16)
Terwujudnya
pengertian,
pengetahuan dan
kesadaran masyarakat
terhadap arti
pentingnya kelestarian
Lingkungan.
Meningkatkan
pemahaman,
pengertian, dan
kesadaran masyarakat
terhadap kelestarian
Lingkungan.
Terlaksananya Sosialisasi Pengelolaan Persampahan sebanyak 26 kali - 5 5 7 9
Diperolehnya Apresiasi Adipura 5 kali 1 1 1 1 1
Tersosialisasikan Pengelolaan dan Limbah B3 kepada 570 orang 110 110 115 115 120
Terlaksananya sosialisasi pengelolaan lingkungan pertambangan sebanyak 17 kali - 3 4 5 5
Partisipasi aktif masyarakat pada peringatan hari lingkungan 1 1 1 1 1
Penanaman sebanyak 15.300 mangrove 3.000 3.000 3.000 3.000 3.100
Tersedianya 150 lembar (5 paket) spanduk dan 18 baleho (5 paket) tentang
pencegahan Kerusakan lahan dan hutan 2 2 2 2 2
Terlaksananya pengawasan konservasi SDA sebanyak 40 kali - 7 9 10 14
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 70
Tersedianya 90 buah papan informasi dan 26 sumur resapan 2 2 2 2 2
Tersedianya 276 buah kepyok dan 1000 kotak masker 2 2 2 2 2
Terlaksananya penyuluhan perlindungan konservasi SDA pada 450 orang - 75 100 125 150
Terpilihnya 10 orang duta lingkungan 2 2 2 2 2
Terlaksananya penyuluhan Adiwiyata kepada 250 orang guru 50 50 50 50 50
Terlatihnya 250 orang kader lingkungan 50 50 50 50 50
Terseleksinya jenis dan pengelola vegetasi 5 kali 1 1 1 1 1
Terlaksananya sosialisasi pada 1.800 orang pencegahan kebakaran hutan 360 360 360 360 360
Tertanamnya 3.000 pohon pelindung 600 600 600 600 600
Terpupuknya tanaman 8 kali - 1 1 1 1
Terdapatnya 6 kawasan taman yang dikembangkan - 2 2 2 2
Terlaksananya 4 kali pengawasan dan pengendalian RTH - 1 1 1 1
Terbentuknya 8 kelompok masyarakat mengelola RTH - 2 2 2 2
Tersedianya sarana
pencegahan dan
pengendali
pencemaran dan
kerusakan lingkungan
sesuai baku mutu
lingkungan.
Berkurangnya kasus
pencemaran dan
kerusakan lingkungan.
Terlaksananya pengadaan 145 kotak sampah 110 - 35 - -
Terlaksananya koordinasi langit biru sebanyak 14 kali - 3 3 4 4
Tersedianya 18 data hasil pemantauan - 3 4 5 6
Terlaksananya 24 kali pengawasan kebijakan 3 4 5 6 6
Terlaksananya pengadaan 10 paket pendukung laboratorium 2 2 2 2 2
Terlaksananya koordinasi 17 kali untuk penanganan sungai - 3 4 5 5
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 71
Terlaksananya koordinasi 12 kali produksi ramah lingkungan - 3 3 3 3
Terlaksananya 15 kali penyusunan Amdal 3 3 3 3 3
Terlaksananya 12 kali pengujian sumber air - 3 3 3 3
Terlaksananya 8 kali koordinasi - 2 2 2 2
Terlaksananya pengujian emisi sebanyak 14 kali - 3 3 4 4
Terlaksananya pengujian emisi sebanyak 16 kali 2 3 3 4 4
Terlaksananya pengujian kadar limbah sebanyak 10 kali 2 2 2 2 2
Terlaksananya pengadaan 6 unit alat pemadam kebakaran - 3 - 3 -
Terlaksananya koordinasi pengendalian kebakaran sebanyak 27 kali 2 5 6 7 7
Tersedianya sumber
daya manusia yang
mampu dan terampil
dalam mengelola
sumber daya alam.
Meningkatnya sumber
daya manusia
terutama aparatur
pemerintah melalui
kursus/ pendidikan.
Terdidik sebanyak 30 PNS
6 6 6 6 6
Tersedianya data dan
informasi yang
didukung oleh sarana
dan prasarana yang
memadai.
Tersusunnya data dan
informasi status
lingkungan hidup
daerah yang didukung
oleh sarana dan
prasarana yang
memadai
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 72
Tersedianya 8 Laporan dari pengelolaan persampahan
2 2 2 2
Tersusunnya 4 kebijakan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup
1 1 1 1
Tersedia 8 laporan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup
2 2 2 2
Tersedianya data dan informasi lingkungan sebanyak 5 laporan 1 1 1 1 1
Terdatanya informasi lingkungan 4 kali - 1 1 1 1
Tersedianya 8 laporan peningkatan kualitas
2 2 2 2
Tersedia 8 laporan pengendalian polusi
2 2 2 2
Terlaksananya 4 kali pemetaan - 1 1 1 1
Tersedia 8 laporan pengendalian kebakaran
2 2 2 2
Tersedianya 3 program RTH
3 - - -
Tersedia 8 laporan RTH
2 2 2 2
Terpadunya dan saling
menunjang kegiatan
antar sektor.
Terciptanya efesiensi
dan efektivitas serta
terhindarnya tumpang
tindih kegiatan lintas
sektoral.
Terlaksananya pengujian sebanyak 30 kali 6 6 6 6 6
Terlaksananya pengawasan proper sebanyak 65 perusahaan
10 15 20 20
Terlaksananya koordinasi 18 kali
3 4 5 6
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016
79
4.3. Strategi dan Kebijakan SKPD
4.3.1 Strategi
Fungsi penyediaan lingkungan hidup yang baik dan sehat sangat erat hubungannya
dengan pemenuhan hak dasar masyarakat sebagai makhluk hidup karena berkaitan
dengan tingkat kesehatan masyarakat akan kebutuhan terhadap air bersih, udara
bersih dan pencegahan bencana karena pemanfaatan sumber daya alam secara tidak
bijaksana.
Di satu sisi, perkembangan industri sangat diperlukan untuk menopang kebutuhan
ekonomi, namun disisi lain dampak lingkungan yang dihasilkan juga dapat merusak
lingkungan baik air, udara maupun tanah dan merugikan masyarakat, sehingga
diperlukan suatu strategi yang bijaksana untuk tetap mempertahankan pertumbuhan
ekonomi tanpa harus merugikan lingkungan dan masyarakat.
Sumber pencemar, selain dari pihak industri juga berasal dari aktivitas manusia
sebagai masyarakat, diantaranya adalah adanya limbah rumah tangga berupa
sampah, limbah cair domestik, emisi kendaraan bermotor dan kegiatan pemanfaatan
sumber daya alam secara liar seperti pembabatan hutan, penambangan pasir, dan
lain lain.
Secara umum, permasalahan dan tantangan pengelolaan lingkungan hidup meliputi
hal-hal sebagai berikut :
1. Semakin meluasnya degradasi lahan menjadi lahan perkebunan dan pertanian
serta akibat penebangan liar, yang berdampak menurunnya ketersediaan
sumber-sumber air.
2. Penurunan kualitas air, udara dan tanah akibat pembuangan limbah ke
media lingkungan.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016
80
3. Peningkatan intensitas banjir akibat kurangnya pengelolaan Daerah Aliran
Sungai.
4. Kurangnya kesadaran masyarakat umum akan pentingnya fungsi lingkungan
dalam setiap usaha/kegiatan ekonomi atau pembangunan.
5. Lemahnya sanksi penegakan hukum bidang lingkungan hidup.
Dalam melakukan analisis untuk menentukan strategi, sasaran dan program, Renstra
ini menggunakan telaahan SWOT dengan menganalisis faktor internal, mencakup
Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness) serta faktor Eksternal yang
mencakup Peluang (Opportunity) dan Kendala (Threat) dengan hasil sebagai berikut :
a. Pencermatan Lingkungan Internal (PLI).
PLI menggambarkan kondisi internal di lingkungan Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Kotawaringin Barat yang dapat dikendalikan meliputi aspek :
Kekuatan (Strengts)
Beberapa hal yang perlu diinventarisasi dan dianalisis tentang kekuatan meliputi :
1. Adanya peraturan perundangan-undangan dan standar baku mutu
lingkungan;
2. Adanya Organisasi BLH dengan stuktur dan instrumen yang cukup
untuk mendukung pelaksanaan program dan kegiatan;
3. Adanya komitmen “Green Government Policy” tertuang dalam RPJP,
RPJM dan RKPD;
4. Adanya keterpaduan lintas sektoral untuk menjaga lingkungan;
5. Adanya Tim Koordinasi Daerah;
6. Adanya kerjasama dengan lembaga pemerhati lingkungan;
7. Memiliki program-program pemacu kegiatan bidang lingkungan seperti
: PROPER, Adipura, Adiwiyata, dan Kalpataru, menuju Indonesia
Hijau;
8. Perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk standarisasi meliputi
pengujian (Laboratorium Lingkungan Hidup), kompetensi personil,
sistem manajemen lingkungan;
9. Konsep Pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016
81
Kelemahan (Weaknesses)
Beberapa hal yang perlu diinventarisasi dan dianalisis tentang kelemahan
meliputi :
1. Minimnya dukungan dana dibanding dengan peningkatan permasalahan
lingkungan hidup;
2. Terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kompetensi
dan kapabilitas yang memadai dibanding SPM urusan pemerintah
dibidang Lingkungan Hidup yang harus ditangani;
3. Terbatasnya sarana dan prasarana kerja penunjang yang tidak sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi organisasi;
4. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan;
5. Persoalan Lingkungan Hidup bersifat lintas sektor, ada kompleksitas
koordinasi;
6. Terbatasnya data dan informasi sumber daya alam dan lingkungan
hidup.
b. Pencermatan Lingkungan Eksternal (PLE).
Pencermatan Lingkungan Eksternal (PLE) adalah menggambarkan kondisi
lingkungan eksternal yang mempengaruhi terhadap pembangunan Lingkungan
Hidup di Kabupaten Kotawaringin Barat. Setelah diinventarisasi aspek-aspek
lingkungan eksternal yang dapat menjadi peluang dan dapat menjadi ancaman
pada Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat meliputi aspek :
Peluang (Opurtunitas)
1. Adanya perhatian tentang isu-isu lingkungan menjadi isu global;
2. Adanya kurikulum tentang lingkungan hidup yang diterapkan dalam
dunia pendidikan;
3. Adanya pasar perdagangan karbon;
4. Adanya kesempatan untuk pengembangan kompetensi sumber daya
manusia melalui pendidikan dan pelatihan;
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016
82
5. Telah berkembangnya kapasitas kelembagaan organisasi masyarakat
dan organisasi non pemerintah;
6. Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kondisi lingkungan yang
lebih baik;
7. Penerapan otonomi daerah.
Ancaman / Tantangan (Threats).
1. Pelaksanaan kebijakan otonomi daerah yang kurang memperhatikan
keseimbangan pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup;
2. Kurangnya kepedulian masyarakat dan dunia usaha terhadap perilaku
budaya yang ramah lingkungan;
3. Adanya mutasi dan penempatan sumber daya manusia yang tidak
sesuai dengan kompetensinya;
4. Sistem penegakan hukum termasuk kelembagaannya yang masih perlu
ditingkatkan;
5. Kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan lingkungan hidup
didaerah masih harus ditingkatkan;
6. Kebijakan sektor yang parsial, dan kerjasama antar sektor yang masih
perlu ditingkatkan;
7. Disharmoni peraturan, perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan LH di
berbagai tingkatan.
Strategi S-O
1. Dengan adanya ”Green Government Policy”, peraturan perundangan dan
standar baku mutu lingkungan, keberadaan laboratorium dan pegawai yang
kompeten menanganinya serta adanya tuntutan masyarakat yang
menghendaki lingkungan yang baik maka diolah strategi untuk menyikapi
kondisi diatas adalah :
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016
83
“Melaksanakan Pengawasan dan Pemantauan kegiatan yang berpotensi
mencemari atau merusak lingkungan hidup serta penanganan kasus
lingkungan”;
dan “Melakukan pengumpulan data dan informasi kualitas lingkungan”.
2. Meningkatkan Pembinaan dan Pemantauan pada sekolah-sekolah untuk
mendukung kurikulum tentang Lingkungan Hidup;
3. Meningkatkan pengelolaan dan pengembangan Ruang Terbuka Hijau untuk
mengurangi emisi karbon di perkotaan;
4. Meningkatkan kajian dan analisa tarhadap pengajuan dokumen UKL/UPL dan
AMDAL berdasarkan tuntutan masyarakat yang menghendaki lingkungan
hidup yang layak dan ramah;
5. Penyiapan data lahan kritis untuk diteliti dan dimaksimalkan sebagai
cadangan CO2.
Strategi W-O
1. Dengan adanya keterbatasan SDM yang memiliki kompentensi dan
kapabilitas serta acuan SPM yang mengikat kinerja Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Kotawaringin Barat melaksanakan strategi pengembangan
kemampuan teknis aparatur dengan cara “Mengikuti Pendidikan dan
Latihan Lingkungan Hidup”;
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM, serta peran Satuan Kerja Badan
Lingkungan Hidup untuk mewujudkan visi Kabupaten Kotawaringin Barat;
3. Meningkatkan / bersama dengan organisasi, lembaga lingkungan untuk
melakukan sosialisasi yang menyangkut lingkungan hidup pada masyarakat
agar munculnya kesadaran untuk mengelola lingkungan yang baik;
4. Meningkatkan kerja sama lintas sektoral untuk mengatasi isu-isu lingkungan;
5. Meningkatkan koordinasi lintas sektor dan lembaga-lembaga lingkungan
untuk penyediaan data sumber daya alam dan lingkungan;
6. Permasalahan Lingkungan Hidup bersifat lintas sektor, sementara didaerah
dengan kewenangan otonomi daerah yang menyangkut kebijakan
penanganan lingkungan tidak bisa lepas dari instansi lintas sektor
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016
84
sementara daerah sendiri melibatkan banyak unit satuan kerja untuk
menyelesaikan suatu kegiatan yang mempunyai dampak lingkungan.
Dikoordinir oleh Tim Daerah Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat bersama-sama dengan instansi lain yang membidanginya
membahas bersama pada semua kegiatan yang mempunyai dampak
lingkungan. Oleh karena itu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat menetapkan strategi
“Melibatkan pihak terkait dalam setiap pembahasan kegiatan berdampak
lingkungan”;
7. Meningkatkan monitoring SDA dan Lingkungan untuk melengkapi data dan
informasi;
8. Mendorong penyiapan penganggaran untuk melengkapi infrastruktur dan
membiayai kegiatan untuk mendukung tugas BLH berdasarkan adanya isu-isu
dampak perubahan iklim dan tuntutan masyarakat yang menghendaki
lingkungan hidup yang layak.
Strategi S- T
1. Komitmen “Green Government Policy” sebagai dasar untuk meningkatkan
pengelolaan dan pelestarian lingkungan;
2. Dengan adanya struktur organisasi lingkungan hidup yang didukung oleh
pegawai yang menangani pembinaan lingkungan hidup bersama-sama
dengan intansi lain / lembaga pemerhati lingkungan melaksanakan suatu
kegiatan yang diharapkanya dapat memacu partisipasi / peranserta
masyarakat atau sebagai kader dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Untuk mewujudkan perihal tersebut diatas, BLH Kabupaten Kotawaringin
Barat menetapkan strategi peranserta masyarakat berupa ketetapan untuk
“Melakukan sosialisasi, pelatihan dan lomba lingkungan”;
3. Meningkatkan pengawasan lingkungan dan kompetensi laboratorium untuk
mendukung penegakan hukum;
4. Mengintensifkan keterpaduan lintas sektor untuk mendukung pengelolaan dan
pelestarian lingkungan hidup.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016
85
Strategi W-T
1. Melaksanakan koordinasi dengan tim Baperjakat untuk mengatasi
kesenjangan pegawai sebagai akibat adanya mutasi kepegawaian;
2. Mengoptimalkan penyelesaian tugas berdasarkan SDM yang terbatas untuk
pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup;
3. Meningkatkan kerjasama lintas sektor untuk mendukung penegakan hukum
lingkungan hidup;
4. Meningkatkan kerjasama lintas sektor untuk mendukung adanya
ketidakharmonisan antara perencanaan dan pelaksanaan serta pengelolaan
lingkungan hidup;
Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pencapaian kinerja Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat, dapat dicapai dengan cara / asumsi-asumsi
sebagai berikut :
a. Melakukan sosialisasi, pelatihan dan lomba lingkungan hidup.
b. Melaksanakan pengawasan dan pemantauan kegiatan yang berpotensi
mencemari dan atau merusak lingkungan hidup serta penanganan kasus
lingkungan.
c. Mengikuti pendidikan dan pelatihan lingkungan hidup.
d. Melakukan pengumpulan data dan informasi kualitas lingkungan.
e. Melibatkan para pihak terkait dalam setiap pembahasan kegiatan berdampak
lingkungan.
4.2.2 Kebijakan Badan Lingkungan Hidup.
Untuk mencapai sasaran, mewujudkan visi, misi dan tujuan, serta
mengimplementasikan kebijakan Lingkungan Hidup selama periode 2012 -
2016, dilaksanakan melalui kebijakan sebagai berikut :
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016
86
a. Penguatan kelembagaan dan mekanisme pemberdayaan peran serta masyarakat
dengan dukungan kelompok organisasi mitra lingkungan.
b. Penerapan fungsi lingkungan hidup dalam pengelolaan tata ruang untuk
pelaksanaan pembangunan dalam upaya pelestarian dan pengendalian kerusakan
atau pencemaran lingkungan hidup melalui penerapan baku mutu lingkungan.
c. Peningkatan kapasitas aparatur dalam penerapan peraturan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
d. Peningkatan pengolahan data dan pemanfaatan sarana informasi lingkungan.
e. Pembentukan dan pemberdayaan tim terpadu.
BAB V
RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,
KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF
5.1. Program dan Kegiatan
Program adalah Instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh instansi pemerintah / lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan
serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh
instansi pemerintah (UU No. 25 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat (16), PP No. 8 Tahun 2008 Pasal
1 Ayat (13)).
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016
87
Kegiatan adalah Bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan
kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program, terdiri dari
sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya berupa personil (sumber daya manusia),
barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana atau kombinasi daripada atau
kesemua jenis sumber daya tersebut (Permenpan No. PER/09/M.PAN/5/2007
Pasal 1 Ayat (8)). Oleh karena itu setiap program dan kegiatan harus terkait dengan suatu
sasaran dan kebijakan yang telah ditetapkan. Program dan kegiatan tersebut harus
konsisten dengan RPJMD.
Dalam RPJMD telah ditetapkan program Prioritas dan Program Penunjang serta arahan
kegiatan pokok pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup
sebagai berikut :
Program Prioritas :
a) Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan.
Program ini bertujuan meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam upaya
mencegah pencemaran yang diakibatkan oleh produksi sampah terhadap lingkungan
hidup, baik di darat, perairan tawar, dan laut.
b) Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup.
Program ini bertujuan meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam upaya
mencegah perusakan dan/atau pencemaran lingkungan hidup, baik di darat, perairan
tawar, dan laut, maupun udara, sehingga masyarakat memperoleh kualitas
lingkungan hidup yang bersih dan sehat.
Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup dititik beratkan,
antara lain pada :
a. Penyusunan kebijakan pengendalian pencemaran dan perusakan Lingkungan
Hidup.
b. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengendalian lingkungan hidup.
c. Koordinasi penilaian Kota Sehat/Adipura.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016
88
d. Pemantauan kualitas lingkungan.
e. Pengawasan pelaksanaan kebijakan bidang lingkungan hidup.
f. Koordinasi penertiban kegiatan Pertambangan Tanpa Ijin (PETI).
g. Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan B3 dan limbah B3.
h. Pengkajian dampak lingkungan.
i. Peningkatan pengelolaan lingkungan pertambangan.
j. Peningkatan peringkat kinerja perusahaan (PROPER).
k. Koordinasi pengelolaan PROKASIH/ SUPERKASIH.
l. Pengembangan produksi ramah lingkungan.
m. Koordinasi penyusunan AMDAL.
n. Koordinasi penilaian langit biru.
o. Monitoring, evaluasi dan pelaporan.
c) Program Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Alam.
Program ini bertujuan melindungi sumber daya alam dari kerusakan, dan mengelola
kawasan yang sudah ada untuk menjamin kualitas ekosistem agar fungsinya sebagai
penyangga sistem kehidupan dapat terjaga dengan baik.
Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup dititik beratkan,
antara lain pada :
a. Konservasi Sumber Daya Air dan Pengendalian Kerusakan Sumber-sumber Air.
b. Pantai dan Laut Lestari.
c. Pengendalian dampak perubahan iklim.
d. Pengendalian kerusakan hutan dan lahan.
e. Pengendalian dan pengawasan pemanfaatan Sumber Daya Alam.
f. Koordinasi pengelolaan konservasi Sumber Daya Alam.
g. Koordinasi pengendalian kebakaran hutan.
h. Peningkatan peran serta masyarakat dalam perlindungan dan konservasi SDA.
i. Koordinasi peningkatan pengelolaan kawasan konservasi.
Program Penunjang :
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016
89
1. Program Peningkatan Kualitas dan akses Informasi SDA dan Lingkungan Hidup.
Program ini bertujuan meningkatkan kualitas dan akses informasi sumber daya alam
dan lingkungan hidup dalam rangka mendukung perencanaan pemanfaatan sumber
daya alam dan perlindungan fungsi lingkungan hidup.
Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup dititik beratkan,
antara lain pada :
a) Peningkatan edukasi dan komunikasi masyarakat di bidang lingkungan sbb:
Seleksi dan pengiriman Duta Lingkungan
Sosialisasi Adiwiyata
Pelatihan Kader Lingkungan
Kalpataru
b) Pengembangan data dan informasi lingkungan
c) Penguatan jejaring informasi lingkungan pusat dan daerah
d) Monitoring, evaluasi dan pelaporan
2. Program Peningkatan Pengendalian Polusi.
Program ini bertujuan untuk dapat memantau dan mengendalikan polusi yang terjadi
dalam suatu kawasan lingkungan hidup.
Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup dititik beratkan,
antara lain pada :
a) Pengujian emisi kendaraan bermotor.
b) Pengujian emisi/polusi udara akibat aktivitas industri.
c) Pengujian kadar polusi limbah padat dan limbah cair.
d) Monitoring, evaluasi dan pelaporan.
3. Program Pengendalian Kebakaran Hutan
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016
90
Program ini bertujuan meningkatkan pemahaman masyarakat untuk mencegah
ataupun mengendalikan kebakaran hutan dengan maksud memberikan perlindungan
fungsi lingkungan hidup.
Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup dititik beratkan,
antara lain pada :
a) Pengadaan alat pemadam kebakaran hutan.
b) Pemetaan kawasan rawan kebakaran hutan.
c) Koordinasi pengendalian kebakaran hutan.
d) Sosialisasi kebijakan pencegahan kebakaran hutan.
e) Monitoring, evaluasi dan pelaporan.
4. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau.
Program ini bertujuan untuk menyiapkan suatu kawasan yang berfungsi sebagai
sumber daya oksigen dan juga dapat mereduksi polusi udara akibat kendaraan
bermotor diperkotaan.
Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup dititik beratkan,
antara lain pada :
a) Penyusunan program pengembangan RTH.
b) Penataan RTH.
c) Pemeliharaan RTH.
d) Pengembangan taman rekreasi.
e) Pengawasan dan pengendalian RTH.
f) Peningkatan peran serta masyarakat dan pengelolaan RTH.
g) Monitoring, evaluasi dan pelaporan.
Program yang akan dilaksanakan merupakan lokalitas kewenangan Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat selama 5 (lima) tahun mulai tahun 2012 sampai
dengan 2016 dari turunan program prioritas Bupati dan Wakil Bupati terpilih. Program
dan kegiatan periode lima tahun dan tahunan menurut lokalitas Badan Lingkungan
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016
91
Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 38
Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan Urusan wajib yang
menjadi kewenangan Badan Lingkungan Hidup menurut Peraturan Menteri dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Rincian program dan kegiatan lima tahun dan tahunan disajikan pada Tabel 5.1
5.2. Indikator Kinerja
5.2.1. Indikator masukan (input)
Indikator masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan
kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini mengukur
jumlah sumberdaya seperti anggaran (dana), sumber daya manusia, peralatan,
material dan masukan lainnya, yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan.
Dengan meninjau distribusi sumberdaya, suatu lembaga dapat menganalisis
apakah alokasi sumber daya yang dimiliki telah sesuai dengan rencana stategis
yang ditetapkan. Tolok ukur ini dapat pula digunakan untuk perbandingan
(benchmarking) dengan lembaga-lembaga yang relevan.
5.2.2. Indikator Proses
Dalam indikator proses, organisasi merumuskan ukuran kegiatan, baik dari segi
kecepatan, ketepatan maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan tersebut.
Rambu yang paling dominan dalam proses adalah tingkat efisiensi dan ekonomis
pelaksanaan kegiatan organisasi. Efisiensi berarti besarnya hasil yang diperoleh
dengan pemanfaatan sejumlah input. Sedangkan yang dimaksud dengan
ekonomis adalah bahwa suatu kegiatan dilaksanakan lebih murah dibandingkan
dengan standar biaya atau kurun waktu yang telah ditentukan untuk itu.
5.2.3. Indikator Keluaran (Output)
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016
92
Indikator keluaran adalah sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai suatu
kegiatan yang dapat berupa fisik atau non fisik. Indikator atau tolok ukur keluaran
digunakan untuk mengukur keluaran yang dihasilkan dari suatu kegiatan. Dengan
membandingkan keluaran, instansi dapat menganalisis apakah kegiatan yang
telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Indiktor keluaran dijadikan landasan
untuk menilai kemajuan suatu kegiatan apabila tolok ukur dikaitkan dengan
sasaran yang terdefinisi dengan baik dan terukur. Oleh karena itu, indikator
keluaran harus sesuai dengan lingkup dan sifat kegiatan SKPD.
5.2.4. Indikator Hasil (Outcome)
Indikator hasil adalah sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran
kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Pengukuran indikator hasil
seringkali rancu dengan indikator keluaran. Indikator hasil lebih utama daripada
sekedar keluaran. Walaupun output telah berhasil dicapai dengan baik, belum
tentu outcome kegiatan tersebut telah tercapai. Outcome menggambarkan
tingkat pencapaian atas hasil lebih tinggi yang mungin mencakup kepentingan
banyak pihak. Dengan indikator outcome, organisasi akan mengetahui apakah
hasil yang telah diperoleh dalam bentuk output memang dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya dan memberikan kegunaan yang besar bagi masyarakat
banyak.
5.2.5. Indikator Manfaat (Benefids)
Indikator manfaat adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan. Indikator manfaat menggambarkan manfaat yang
diperoleh dari indikator hasil. Manfaat tersebut baru tampak setelah beberapa
waktu kemudian, khususnya dalam jangka menengah dan panjang. Indikator
manfaat menunjukkan hal yang diharapkan dapat selesai dan berfungsi dengan
optimal (tepat lokasi dan tepat waktu).
5.2.6. Indikator Dampak (Infact)
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016
93
Indikator dampak adalah pengaruh yang ditimbulkan baik yang bersifat positif
maupun negatif. Proses penyusunan dan pengukuran kinerja (Performance
indicator) instansi pemerintah berfokus pada beberapa indikator tersebut diatas,
dalam rangka memilih indikator kinerja, perlu diupayakan pengukuran yang dapat
dilakukan secara mudah. Untuk itu, pengukuran kinerja tersebut sedapat mungkin
merupakan kegiatan yang melekat pada proses penyelenggaraan pembangunan
sehingga tidak menimbulkan biaya berlebihan.
5.3. Kelompok Sasaran
Menjaga Kelestarian dan keseimbangan Lingkungan Hidup pada dasarnya
dilaksanakan oleh kita semua baik itu masyarakat maupun dunia usaha, sedangkan fungsi
pemerintah lebih bersifat sebagai motorik, pembinaan, pengawasan dan pemulihan serta
pengendalian. Terwujudnya peranserta masyarakat dan dunia usaha dalam upaya
menjaga dan melestarikan Lingkungan Hidup yang sinergi disemua tingkatan perlu
didorong secara maksimal. Untuk itu ditempuh upaya terencana melalui konsultasi,
koordinasi dan pengembangan jejaring-kerja yang baik dalam suatu sistem yang
terintegrasi agar sasaran yang ingin dicapai baik secara individu, kelompok, maupun
kelembagaan.
Adapun kelompok sasaran tersebut diantaranya adalah :
a. Meningkatnya kualitas dan kuantita sumber daya aparatur Badan Lingkungan Hidup.
b. Prasarana dan sarana yang memadai untuk operasional pengawasan dan kajian
dampak lingkungan.
c. Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya untuk menjaga
lingkungan hidup dari kerusakan dan pencemaran.
d. Berkembangnya kapasitas masyarakat terhadap lingkungan melalui sosialisasi
tentang lingkungan hidup. Pengembangannya dapat dilihat dengan adanya
partisipasi baik itu perorangan maupun kelompok ataupun kelembagaan .
5.4. Pendanaan Indikatif
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016
94
Pendanaan Indikatif Berdasarkan Tahun Anggaran
(Rp.)
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
4.239.956.000 5.464.448.900 5.418.937.290 5.695.626.019 6.081.607.832
Untuk dapat mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang telah ditetapkan, investasi
yang dibutuhkan sebesar Rp. 26.900.576.041,- selama periode 2012 - 2016, yang
bersumber dari pemerintah melalui APBD ( Tabel 5.1 ).
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 95
Tabel 5.1
Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif
SKPD Badan Lingkungan Hidup Tahun 2012 - 2016
Kabupaten Kotawaringin Barat
Tujuan Sasaran Indikator
Sasaran Kode
Program dan
Kegiatan
Indikator
Kinerja
Program
(outcome) dan
Kegiatan
(output)
Data
Capaian
pada Tahun
Awal
Perencan
aan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Unit Kerja
SKPD
Penanggung
jawab
Lokasi
Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5 Kondisi Kinerja pada akhir
periode Renstra SKPD Tahun-6 (2017)
target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23)
Terwujudnya
pengertian,
pengetahuan
dan kesadaran
masyarakat
terhadap arti
pentingnya
kelestarian
Lingkungan.
Meningkatkan
pemahaman,
pengertian, dan
kesadaran
masyarakat
terhadap
kelestarian
Lingkungan.
Tumbuhnya
kesadaran
dimasyarakat
terhadap upaya
pelestarian
lingkungan
hidup.
1 0
8
x
x
1
5
Program
Pengembangan
Kinerja
Pengelolaan
Persampahan
Peningkatan
Koordinasi
Pengelolaan
Persampahan
1 0
8
x
x
1
5
1
0
Sosialisasi
kebijakan
pengelolaan
persampahan
Terlaksana
nya sosialisasi
Pengelolaan
Persampahan
sebanyak 26
kali
- - 5 5.000.000 5 5.500.000 7 7.500.000 9 10.000.000 26 28.000.000 9 12.500.000
1 0
8
x
x
1
6
Program
Pengendalian
Pencemaran
dan Perusakan
Lingkungan
Hidup
Penurunan
Pencemaran
dan
Perusakan
Lingkungan
Hidup
1 0
8
x
x
1
6
0
1
Koordinasi
penilaian Kota
Sehat/Adipura
Diperolehnya
Apresiasi
Adipura 5
5 1 286.680.800 1 315.000.000 1 340.000.000 1 375.000.000 1 395.000.000 5 1.711.680.800 1 400.000.000
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 96
kali
1 0
8
x
x
1
6
0
6
Pengawasan
Pelaksanaan
Pengelolaan B3
dan limbah B3
Tersosialisasi
kan
Pengelolaan
dan Limbah
B3 kepada
570 orang
110 18.100.000 110 20.000.000 115 25.000.000 115 25.000.000 120 30.000.000 570 118.100.000 120 30.000.000
1 0
8
x
x
1
6
0
8
Peningkatan
pengelolaan
lingkungan
pertambangan
Terlaksana
nya sosialisasi
pengelolaan
lingkungan
Pertambanga
n sebanyak
17 kali
- - 3 15.000.000 4 20.000.000 5 25.000.000 5 30.000.000 17 90.000.000 5 30.000.000
1 0
8
x
x
1
6
1
4
Peningkatan
peran serta
masyarakat
dalam
pengendalian
lingkungan
hidup
Partisipasi
aktif
masyarakat
pada
peringatan
hari
lingkungan
1 38.024.000 1 45.000.000 1 50.000.000 1 55.000.000 1 62.500.000 5 250.524.000 1 65.000.000
1 0
8
x
x
1
7
Program
Perlindungan
dan Konservasi
Sumber Daya
Alam
Meningkatnya
Perlindungan
Konservasi SDA
1 0
8
x
x
1
7
0
2
Pantai dan Laut
Lestari
Penanaman
sebanyak
15.300
mangrove
3.000 38.850.000 3.000 40.000.000 3.000 40.000.000 3.100 45.000.000 3.200 50.000.000 15.300 213.850.000 3.200 50.000.000
1 0
8
x
x
1
7
0
6
Pengendalian
kerusakan
hutan dan
lahan
Tersedianya
spanduk
dan baleho
tentang
pencegaha
n kerusakan
hutan dan
lahan
2 114.600.000 2 75.000.000 2 100.000.000 2 125.000.000 2 135.000.000 10 549.600.000 2 135.000.000
1 0
8
x
x
1
7
0
8
Pengendalian
dan
pengawasan
pemanfaatan
Sumber Daya
Alam
Terlaksana
nya
pengawasan
pemanfaata
n SDA
sebanyak 40
kali
- - 7 15.000.000 9 20.000.000 10 25.000.000 14 30.000.000 40 90.000.000 14 30.000.000
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 97
1 0
8
x
x
1
7
0
9
Koordinasi
pengelolaan
konservasi
Sumber Daya
Alam
Tersedianya
90 buah
papan
informasi dan
26 sumur
resapan
2 160.615.000 2 50.000.000 2 65.000.000 2 70.000.000 2 75.000.000 10 420.615.000 2 75.000.000
1 0
8
x
x
1
7
1
3
Koordinasi
pengendalian
kebakaran
hutan
Terlaksana
nya
koordinasi
pencegaha
n
kebakaran
hutan
6 79.000.000 - - - - - - - - 6 79.000.000 - -
1 0
8
x
x
1
7
1
4
Peningkatan
peran serta
masyarakat
dalam
perlindungan
dan konservasi
SDA.
Terlaksana
nya
penyuluhan
perlindungan
konservasi
SDA pada 450
orang
- - 75 15.000.000 100 20.000.000 125 25.000.000 150 30.000.000 450 90.000.000 150 32.500.000
1 0
8
x
x
1
9
Program
Peningkatan
Kualitas dan
Akses
Informasi SDA
dan
Lingkungan
Hidup
Meningkat
nya pelopor
lingkungan
Hidup
1 0
8
x
x
1
9
0
1
Peningkatan
edukasi dan
komunikasi
masyarakat
di bidang
lingkungan sbb:
Seleksi dan
pengiriman
Duta
Lingkungan
Terpilihnya
10 orang
duta
lingkungan
6 2 3.125.000 2 7.500.000 2 10.000.000 2 10.000.000 2 12.500.000 10 43.125.000
12.500.000
Sosialisasi
Adiwiyata
Terlaksana
nya
sosialisasi
Adiwiyata
kepada 250
orang guru
176 50 10.398.500 50 12.000.000 50 15.000.000 50 18.000.000 50 20.000.000 250 75.398.500 50 21.000.000
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 98
Pelatihan
Kader
Lingkungan
Terlatihnya
250 orang
kader
lingkungan
173 50 18.798.500 50 20.000.000 50 22.000.000 50 24.000.000 50 25.000.000 250 109.798.500 50 25.000.000
Kalpataru Terseleksi
nya jenis
dan
pengelola
vegetasi 5
kali
1 5.000.000 1 7.500.000 1 7.500.000 1 10.000.000 1 12.000.000 5 42.000.000 1 12.500.000
1 0
8
x
x
2
2
Program
Pengendalian
Kebakaran
Hutan
Penurunan
kawasan
hutan yang
terbakar
1 0
8
x
x
2
2
0
5
Sosialisasi
kebijakan
pencegahan
kebakaran
hutan
Terlaksana
nya
sosialisasi
pada 1.800
orang
pencegaha
n
kebakaran
hutan
- - 360 28.500.000 360 32.000.000 360 33.000.000 360 35.000.000 1.440 128.500.000 360 35.000.000
1 0
8
x
x
2
4
Program
Pengelolaan
Ruang Terbuka
Hijau (RTH)
Peningkatan
kualitas udara
1 0
8
x
x
2
4
0
6
Penataan RTH Tertanamnya
3.000 pohon
pelindung
600 15.000.000 600 15.000.000 600 15.000.000 600 15.000.000 600 15.000.000 3.000 75.000.000 600 15.000.000
1 0
8
x
x
2
4
0
7
Pemeliharaan
RTH
Terpelihara
nya tanaman
8 kali
- - 2 7.500.000 2 7.500.000 2 7.500.000 2 7.500.000 8 30.000.000 2 7.500.000
1 0
8
x
x
2
4
0
8
Pengembangan
taman rekreasi
Terdapatnya
6 kawasan
taman yang
dikembangkan
- - 2 50.000.000 2 60.000.000 2 70.000.000 - - 6 180.000.000 2 75.000.000
1 0
8
x
x
2
4
0
9
Pengawasan
dan
pengendalian
RTH
Terlaksananya
4 kali
pengawasan
dan
pengendalian
RTH
- - 1 3.000.000 1 3.000.000 1 3.000.000 1 3.000.000 4 12.000.000 1 3.000.000
1 0
8
x
x
2
4
1
0
Peningkatan
peran serta
masyarakat
dan
pengelolaan
RTH
Terbentuknya
8 kelompok
masyarakat
- - 2 5.000.000 2 5.000.000 2 5.000.000 2 5.000.000 8 20.000.000 2 5.500.000
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 99
mengelola
RTH
Tersedianya
sarana
pencegahan
dan
pengendali
pencemaran
dan
kerusakan
lingkungan
sesuai baku
mutu
lingkungan.
Berkurangnya
kasus
pencemaran
dan
kerusakan
lingkungan
Berkurangnya
pengaduan
kasus
pencemaran.
1 0
8
x
x
1
5
Program
Pengembangan
Kinerja
Pengelolaan
Persampahan
Peningkatan
Koordinasi
Pengelolaan
Persampahan
1 0
8
x
x
1
5
0
2
Penyediaan
sarana dan
prasarana
pengelolaan
sampah
Terlaksananya
pengadaan
315 kotak
sampah
110 159.500.000 48 70.000.000 50 72.500.000 52 77.500.000 55 80.000.000 315 459.500.000 55 85.000.000
1 0
8
x
x
1
6
Program
Pengendalian
Pencemaran
dan Perusakan
Lingkungan
Hidup
Penurunan
Pencemara
n dan
Perusakan
Lingkungan
Hidup
1 0
8
x
x
1
6
0
2
Koordinasi
penilaian langit
biru
Terlaksana
nya
koordinasi
sebanyak
14 kali
- - 3 5.000.000 3 5.000.000 4 7.500.000 4 7.500.000 14 25.000.000 4 8.000.000
1 0
8
x
x
1
6
0
3
Pemantauan
kualitas
lingkungan
Tersedianya
21 data
hasil
pemantaua
n
- - 3 15.000.000 4 20.000.000 5 25.000.000 9 45.000.000 21 105.000.000 8 45.000.000
1 0
8
x
x
1
6
0
4
Pengawasan
pelaksanaan
kebijakan
bidang
lingkungan
hidup
Terlaksana
nya 24 kali
pengawasa
n kebijakan
3 14.810.000 4 20.000.000 5 25.000.000 6 30.000.000 6 30.000.000 24 119.810.000 6 30.000.000
1 0
8
x
x
1
6
0
7
Pengkajian
dampak
lingkungan
Terlaksana
nya
pengadaan
10 paket
pendukung
laboratoriu
2 195.875.306 2 200.000.000 2 220.000.000 2 240.000.000 2 270.000.000 10 1.125.875.306 2 270.000.000
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 100
m
1 0
8
x
x
1
6
1
0
Koordinasi
pengelolaan
PROKASIH/
SUPERKASIH
Terlaksana
nya
koordinasi
17 kali
untuk
penangana
n sungai
- - 3 10.000.000 4 12.000.000 5 13.000.000 5 15.000.000 17 50.000.000 5 15.000.000
1 0
8
x
x
1
6
1
1
Pengembangan
produksi ramah
lingkungan
Terlaksana
nya
koordinasi
12 kali
produksi
ramah
lingkungan
- - 3 10.000.000 3 12.000.000 3 13.000.000 3 15.000.000 12 50.000.000 3 15.000.000
1 0
8
x
x
1
6
1
3
Koordinasi
penyusunan
AMDAL
Terlaksana
nya 15 kali
penyusuna
n Amdal
3 58.620.000 3 75.000.000 3 75.000.000 3 80.000.000 3 85.000.000 15 373.620.000 3 85.000.000
1 0
8
x
x
1
7
Program
Perlindungan
dan Konservasi
Sumber Daya
Alam
Meningkatnya
Perlindungan
konservasi
SDA
1 0
8
x
x
1
7
0
1
Konservasi
Sumber Daya
Air dan
Pengendalian
Kerusakan
Sumber-
sumber Air
Terlaksana
nya 12 kali
pengujian
sumber air
- - 3 15.000.000 3 20.000.000 3 25.000.000 3 30.000.000 12 90.000.000 3 30.000.000
1 0
8
x
x
1
7
1
5
Koordinasi
peningkatan
pengelolaan
kawasan
konservasi
Terlaksana
nya 8 kali
koordinasi
- - 2 5.000.000 2 5.000.000 2 5.000.000 2 5.000.000 8 20.000.000 2 5.500.000
1 0
8
x
x
2
0
Program
Peningkatan
Pengendalian
Polusi
Peningkatan
pengujian
polusi
1 0
8
x
x
2
0
0
1
Pengujian
emisi
kendaraan
bermotor
Terlaksana
nya
pengujian
emisi
kendaraan
bermotor
sebanyak
- - 3 15.000.000 3 20.000.000 4 25.000.000 4 27.500.000 14 87.500.000 4 30.000.000
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 101
14 kali
1 0
8
x
x
2
0
0
2
Pengujian
emisi/polusi
udara akibat
aktivitas
industri
Terlaksananya
pengujian
emisi industri
sebanyak 16
kali
2 10.200.000 3 15.000.000 3 20.000.000 4 25.000.000 4 27.500.000 16 97.700.000 4 30.000.000
1 0
8
x
x
2
0
0
3
Pengujian
kadar polusi
limbah padat
dan limbah cair
Terlaksananya
pengujian
kadar limbah
sebanyak 10
kali
2 46.360.000 2 50.000.000 2 55.000.000 2 55.000.000 2 60.000.000 10 266.360.000 2 60.000.000
1 0
8
x
x
2
0
0
6
1 0
8
x
x
2
2
Program
Pengendalian
Kebakaran
Hutan
Penurunan
kawasan
hutan yang
terbakar
1 0
8
x
x
2
2
0
1
Pengadaan alat
pemadam
kebakaran
hutan
Terlaksananya 8
paket
pengadaan
alat pemadam
kebakaran
- - - - 2 40.000.000 2 42.500.000 2 45.000.000 2 47.500.000 2 47.500.000
1 0
8
x
x
2
2
0
3
Koordinasi
pengendalian
kebakaran
hutan
Terlaksananya
koordinasi
sebanyak 27
kali
2 1.800.000 - - 5 30.000.000 6 32.000.000 7 34.500.000 7 37.000.000 7 37.000.000
Tersedianya
sumber daya
manusia
yang mampu
dan terampil
dalam
mengelola
sumber daya
alam
Meningkatnya
sumber daya
manusia
terutama
aparatur
pemerintah
melalui
kursus/
pendidikan
Meningkatny
a pegawai
BLH yang
terampil
1 0
8
x
x
0
5
PROGRAM
PENINGKATAN
PENGEMBANG-AN
KAPASITAS SUMBER
DAYA APARATUR
Bertambahnya
keahlian dan
kemampuan
Pegawai BLH
1 0
8
x
x
0
5
0
1
Bimbingan
teknis dan
pelatihan
Terdidik
sebanyak
30 PNS
6 75.000.000 6 80.000.000 6 85.000.000 6 90.000.000 7 95.000.000 31 425.000.000 6 95.000.000
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 102
Tersedianya
data dan
informasi
yang
didukung
oleh sarana
dan
prasarana
yang
memadai
Tersusunnya
data dan
informasi
status
lingkungan
hidup daerah
yang didukung
oleh sarana
dan prasarana
yang memadai
Tersediany
a sejumlah
data dan
laporan
SLHD
1 0
8
x
x
1
5
Program
Pengembangan
Kinerja
Pengelolaan
Persampahan
1 0
8
x
x
1
5
1
2
Monitoring,
evaluasi dan
pelaporan
Tersedianya 8
Laporan dari
pengelolaan
persampahan
- - 2 2.000.000 2 2.500.000 2 3.000.000 2 3.000.000 8 10.500.000 2 3.000.000
1 0
8
x
x
1
6
Program
Pengendalian
Pencemaran
dan Perusakan
Lingkungan
Hidup
Penurunan
Pencemara
n dan
Perusakan
Lingkungan
Hidup
1 0
8
x
x
1
6
1
2
Penyusunan
kebijakan
pengendalian
pencemaran
dan perusakan
Lingkunan
Hidup
Tersusunnya
4 kebijakan
pengendalian
pencemaran
dan perusakan
lingkungan
hidup
- - 1 5.000.000 1 7.500.000 1 7.500.000 1 10.000.000 4 30.000.000 1 10.000.000
1 0
8
x
x
1
6
1
6
Monitoring,
evaluasi dan
pelaporan
Tersedia 8
laporan
pengendalian
pencemaran
dan perusakan
lingkungan
hidup
- - 2 2.000.000 2 2.500.000 2 3.000.000 2 3.000.000 8 10.500.000 2 3.000.000
1 0
8
x
x
1
7
Program
Perlindungan
dan Konservasi
Sumber Daya
Alam
Meningkatnya
Perlindungan
Konservasi SDA
1 0
8
x
x
1
7
0
6
Pengendalian
kerusakan
hutan dan
lahan
Tersedianya
kajian
kerusakan
tanah untuk
produksi
Biomassa
- - 1 200.000.000 - - - - - - 1 200.000.000 1 135.000.000
1 0
8
x
x
1
9
Program
Peningkatan
Kualitas dan
Akses
Informasi SDA
dan
Lingkungan
Meningkat
nya pelopor
lingkungan
Hidup
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 103
Hidup
1 0
8
x
x
1
9
0
2
Pengembangan
data dan
informasi
lingkungan
Tersedianya
data dan
informasi
lingkungan
sebanyak 5
laporan
5 1 35.879.600 1 37.500.000 1 40.000.000 1 40.000.000 1 43.000.000 5 196.379.600 1 45.000.000
1 0
8
x
x
1
9
0
4
Penguatan
jejaring
informasi
lingkungan
pusat dan daerah
Terdatanya
informasi
lingkungan
4 kali
- - 1 2.000.000 1 2.500.000 1 3.000.000 1 3.000.000 4 10.500.000 1 3.200.000
1 0
8
x
x
1
9
0
5
Monitoring,
evaluasi dan
pelaporan
Tersedianya
8 laporan
peningkata
n kualitas
- - 2 2.000.000 2 2.500.000 2 3.000.000 2 3.000.000 8 10.500.000 2 3.200.000
1 0
8
x
x
2
0
Program
Peningkatan
Pengendalian
Polusi
Peningkatan
pengujian
polusi
1 0
8
x
x
2
0
0
6
Monitoring,
evaluasi dan
pelaporan
Tersedia 8
laporan
pengendalian
polusi
- - 2 2.000.000 2 2.500.000 2 3.000.000 2 3.000.000 8 10.500.000 2 3.100.000
1 0
8
x
x
2
2
Program
Pengendalian
Kebakaran
Hutan
Penurunan
kawasan
hutan yang
terbakar
1 0
8
x
x
2
2
0
2
Pemetaan
kawasan rawan
kebakaran
hutan
Terlaksana
nya 4 kali
pemetaan
- - 1 3.000.000 1 3.000.000 1 3.000.000 1 3.000.000 4 12.000.000 1 3.000.000
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 104
1 0
8
x
x
2
2
0
6
Monitoring,
evaluasi dan
pelaporan
Tersedia 8
laporan
pengendalian
kebakaran
- - 2 2.000.000 2 2.500.000 2 3.000.000 2 3.000.000 8 10.500.000 2 3.000.000
1 0
8
x
x
2
4
0
1
Program
Pengelolaan
Ruang Terbuka
Hijau (RTH)
Peningkatan
kualitas udara
1 0
8
x
x
2
4
0
5
Penyusunan
program
pengembangan
RTH
Tersedianya
3 program
RTH
- - 3 15.000.000 - - - - - - 3 15.000.000 - -
1 0
8
x
x
2
4
1
1
Monitoring,
evaluasi dan
pelaporan
Tersedia 8
laporan
RTH
- - 2 2.000.000 2 2.500.000 2 3.000.000 2 3.000.000 8 10.500.000 2 3.500.000
Terpadu
nya dan
saling
menunjang
kegiatan
antar
sektor
Terciptanya
efesiensi dan
efektivitas
serta
terhindarnya
tumpang
tindih kegiatan
lintas sektoral
Tertatanya
beberapa
kegiatan
dalam satu
kawasan.
1 0
8
x
x
1
6
Program
Pengendalian
Pencemaran
dan Perusakan
Lingkungan
Hidup
Penurunan
Pencemara
n dan
Perusakan
Lingkungan
Hidup
1 0
8
x
x
1
6
0
5
Koordinasi
penertiban
kegiatan
Pertambangan
Tanpa Ijin
(PETI)
Terlaksananya
pengujian
sebanyak 30
kali
6 26.974.000 6 30.000.000 6 30.000.000 6 30.000.000 6 35.000.000 30 151.974.000 6 35.000.000
1 0
8
x
x
1
6
0
9
Peningkatan
peringkat
kinerja
perusahaan
(PROPER)
Terlaksananya
pengawasan
proper
sebanyak 65
perusahaan
- - 10 15.000.000 15 25.000.000 20 35.000.000 30 45.000.000 75 120.000.000 25 45.000.000
1 0
8
x
x
1
7
Program
Perlindungan
dan Konservasi
Sumber Daya
Alam
Meningkatnya
Perlindungan
KSDA
1 0
8
x
x
1
7
0
5
Pengendalian
dampak
perubahan
iklim
Terlaksana
nya koordinasi
18 kali
- - 3 15.000.000 4 20.000.000 5 25.000.000 6 30.000.000 18 90.000.000 - -
Jumlah 1.413.210.706 1.670.500.000 1.722.000.000 1.920.000.000 2.041.500.000 8.625.910.706
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 105
TABEL PEDOMAN DASAR
PAGU INDIKATIF SESUAI URUTAN PROGRAM DAN KEGIATAN
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 106
KODE PROGRAM DAN
KEGIATAN INDIKATOR KINERJA
PAGU INDIKATIF (TAHUN) 2012 - 2016 PAGU
PERALIHAN
I II III IV V 2017
1 2 3 4 5
1 08 xx 01 PROGRAM PELAYANAN
ADMINISTRASI
1 08 xx 01 01 Penyediaan Jasa Surat
Menyurat
Terkirimnya sejumlah
Surat dan Paket sampai
akhir tahun
- 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.750.000
1 08 xx 01 02 Penyediaan Jasa
Komunikasi Sumber Daya
dan listrik
Terlaksananya
pembayaran kebutuhan
listrik dan telepon kantor
sampai akhir tahun
46.784.766
60.000.000
75.000.000
85.500.000
92.820.000
95.000.000
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 107
1 08 xx 01 06 Penyediaan Jasa
pemeliharaan dan
perizinan kendaraan
dinas/operasional
Terjaganya operasional
dan ketertiban
Administrasi Kendaraan
sampai akhir tahun
18.813.500
19.000.000
22.500.000
30.000.000
30.000.000
35.000.000
1 08 xx 01 07 Penyediaan Jasa
Administrasi Keuangan
Terselesaikan administrasi
Keuangan diakhir tahun
40.740.000
42.000.000
43.000.000
45.000.000
45.000.000
47.500.000
1 08 xx 01 08 Penyediaan Jasa
Kebersihan Kantor
Terlaksananya kebersihan
kantor sampai akhir tahun
42.650.000
45.000.000
47.500.000
50.000.000
52.500.000
55.000.000
1 08 xx 01 09 Penyediaan Jasa
Perbaikan Peralatan Kerja
Terlaksananya
pemeliharaan peralatan
kerja
9.000.000
9.000.000
10.000.000
10.000.000
11.000.000
12.500.000
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 108
1 08 xx 01 10 Penyediaan Alat Tulis
Kantor
Maksimalnya pelayanan
dibidang Administrasi
27.540.400
30.000.000
33.000.000
35.000.000
36.500.000
37.500.000
1 08 xx 01 11 Penyediaan Barang
Cetakan dan Penggadaan
Tersedianya blangko
administrasi keuangan
dan administrasi lainnya.
13.255.200
14.500.000
16.000.000
17.500.000
20.000.000
21.500.000
1 08 xx 01 12 Penyediaan Komponen
Instalasi listrik dan
penerangan
Perbaikan kerusakan
komponen instalasi listrik
2.350.000
2.500.000
2.750.000
3.025.000
3.327.500
3.400.000
1 08 xx 01 13 Penyediaan Peralatan dan
Perlengkapan kantor
Terpenuhinya Peralatan
dan Perlengkapan Kantor
37.553.000
40.000.000
45.000.000
50.000.000
40.000.000
50.000.000
1 08 xx 01 14 Penyediaan Peralatan
Rumah Tangga
Terpenuhinya peralatan
rumah tangga
2.295.400
3.000.000
4.000.000
5.000.000
5.000.000
5.500.000
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 109
1 08 xx 01 18 Rapat Koordinasi dan
Konsultasi ke luar daerah
Terpenuhinya koordinasi
dan konsultasi masalah LH
210.242.628
236.965.000
262.500.000
302.500.000
335.000.000
340.000.000
1 08 xx 02 PROGRAM
PENINGKATAN SARANA
DAN PRASARA
APARATUR
1 08 xx 02 03 Pembangunan Gedung
Kantor
Penambahan ruangan
kantor
50.000.000
360.000.000
150.000.000
-
-
-
1 08 xx 02 07 Pengadaan Perlengkapan
Gedung Kantor
Penambahan
perlengkapan gedung
kantor
35.400.000
45.000.000
52.500.000
72.500.000
-
70.000.000
1 08 xx 02 09 Pengadaan Peralatan
Gedung Kantor
Penambahan peralatan
kantor
1.500.000
2.500.000
5.000.000
7.500.000
-
6.000.000
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 110
Pengadaan Kendaraan
Dinas Operasional R2, 10
buah
Tersedianya Kendaraan
Operasional R2
-
-
150.000.000
-
-
-
Pengadaan Kendaraan
Dinas Operasional R4, 1
buah
Tersedianya Kendaraan
Operasional R4
-
300.000.000
-
-
-
-
1 08 xx 02 22 Pemeliharaan Rutin /
Berkala Gedung Kantor
dan Bangunan Lab dan
Bangunan Pengolah
Sampah
Terawatnya kondisi
bangunan kantor BLH dan
Bangunan lainnya
19.246.000
30.000.000
35.000.000
40.000.000
45.000.000
47.500.000
1 08 xx 02 24 Pemeliharaan Rutin /
Berkala Kendaraan
Dinas/Operasional
Terawatnya kendaraan
Dinas
41.400.000
42.500.000
55.000.000
65.000.000
75.000.000
75.000.000
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 111
1 08 xx 02 28 Pemeliharaan Rutin /
Berkala Peralatan Gedung
Kantor
Terawatnya kondisi
peralatan kantor BLH
8.075.400
8.500.000
9.000.000
10.000.000
10.000.000
12.500.000
1 08 xx 03 PROGRAM
PENINGKATAN DISIPLIN
APARATUR
1 08 xx 03 02 Pengadaan Pakaian dinas
beserta perlengkapannya
Tercapainya keseragaman
Pakaian
26.850.000 16.800.000 16.800.000 18.900.000 18.900.000 20.000.000
1 08 xx 04 PROGRAM FASILITAS
PINDAH/ PURNA TUGAS
PNS
1 08 xx 04 01 Pemulangan Pegawai
yang Pensiun
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 112
1 08 xx 05 PROGRAM
PENINGKATAN
PENGEMBANGAN
KAPASITAS SUMBER
DAYA APARATUR
1 08 xx 05 01 Bimbingan teknis dan
pelatihan
Terdidik dan Terlatihnya
pegawai BLH
75.000.000 80.000.000 85.000.000 90.000.000 95.000.000 95.000.000
1 08 xx 06 PROGRAM
PENINGKATAN
PENGEMBANGAN SISTEM
PELAPORAN CAPAIAN
KINERJA DAN KEUANGAN
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 113
1 08 xx 06 01 Penyusunan laporan
capaian kinerja dan
ikhtisar realisasi kinerja
SKPD
Terselesaikannya laporan
capaian kinerja dan
ikhtisar realisasi kinerja
1.000.000 1.150.000 1.250.000 1.350.000 1.474.211 1.500.000
1 08 xx 06 02 Penyusunan Laporan
Keuangan Semesteran
Terselesaikannya Laporan
Administrasi Keuangan
akhir semester
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.200.000
1 08 xx 06 01 Penyusunan Pelaporan
Keuangan Akhir Tahun
Terselesaikannya laporan
keuangan akhir tahun
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.200.000
1 08 xx 15 Program Pengembangan
Kinerja Pengelolaan
Persampahan
Peningkatan Koordinasi
Pengelolaan Persampahan
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 114
1 08 xx 15 01 Penyusunan kebijakan
manajemen pengelolaan
sampah
1 08 xx 15 02 Penyediaan sarana dan
prasarana pengelolaan
sampah
Tersedianya sejumlah
kotak sanpah
159.500.000
70.000.000
72.500.000
77.500.000
80.000.000
85.000.000
1 08 xx 15 03 Penyusunan kebijakan
kerjasama pengelolaan
persampahan
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 115
1 08 xx 15 04 Peningkatan operasi dan
pemeliharaan sarana dan
prasarana persampahan
1 08 xx 15 05 Pengembangan teknologi
persampahan
1 08 xx 15 06 Bimbingan teknis
persampahan
1 08 xx 15 07 Peningkatan kemampuan
aparat pengelola
persampahan
1 08 xx 15 08 Kerjasama pengelola
sampah
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 116
1 08 xx 15 09 Kerjasama pengelolaan
sampah antar daerah
1 08 xx 15 10 Sosialisasi kebijakan
pengelolaan
persampahan
Terlaksananya Sosialisasi
Pengelolaan Persampahan
-
5.000.000
5.500.000
7.500.000
10.000.000
12.500.000
1 08 xx 15 11 Peningkatan peran serta
masyarakat dalam
pengelolaan
persampahan
1 08 xx 15 12 Monitoring, evaluasi dan
pelaporan
Tersedianya data kegiatan
dari pengelolaan
persampahan
-
2.000.000
2.500.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 117
1 08 xx 16 Program Pengendalian
Pencemaran dan
Perusakan Lingkungan
Hidup
Penurunan Pencemaran
dan Perusakan
Lingkungan Hidup
1 08 xx 16 01 Koordinasi penilaian Kota
Sehat/Adipura
Diperolehnya Apresiasi
Adipura
286.680.800
315.000.000
340.000.000
375.000.000
395.000.000
400.000.000
1 08 xx 16 02 Koordinasi penilaian langit
biru
Terlaksananya koordinasi
penilaian langit biru
-
5.000.000
5.000.000
7.500.000
7.500.000
8.000.000
1 08 xx 16 03 Pemantauan kualitas
lingkungan
Tersedianya laporan data
hasil pemantauan
-
15.000.000
20.000.000
25.000.000
45.000.000
45.000.000
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 118
1 08 xx 16 04 Pengawasan pelaksanaan
kebijakan bidang
lingkungan hidup
Terlaksananya beberapa
kali pengawasan
kebijakan
14.810.000
20.000.000
25.000.000
30.000.000
30.000.000
30.000.000
1 08 xx 16 05 Koordinasi penertiban
kegiatan Pertambangan
Tanpa Ijin (PETI)
Terlaksananya pengujian
pencemaran PETI
26.974.000
30.000.000
30.000.000
30.000.000
35.000.000
35.000.000
1 08 xx 16 06 Pengawasan Pelaksanaan
Pengelolaan B3 dan
limbah B3
Tersosialisasikan
Pengelolaan dan Limbah
B3
18.100.000
20.000.000
25.000.000
25.000.000
30.000.000
30.000.000
1 08 xx 16 07 Pengkajian dampak
lingkungan
Terlaksananya pengadaan
beberapa paket
pendukung laboratorium
195.875.306
200.000.000
220.000.000
240.000.000
270.000.000
270.000.000
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 119
1 08 xx 16 08 Peningkatan pengelolaan
lingkungan pertambangan
Terlaksananya sosialisasi
pengelolaan lingkungan
pertambangan
-
15.000.000
20.000.000
25.000.000
30.000.000
30.000.000
1 08 xx 16 09 Peningkatan peringkat
kinerja perusahaan
(PROPER)
Terlaksananya
pengawasan proper
-
15.000.000
25.000.000
35.000.000
45.000.000
45.000.000
1 08 xx 16 10 Koordinasi pengelolaan
PROKASIH/ SUPERKASIH
Terlaksananya koordinasi
untuk penanganan sungai
-
10.000.000
12.000.000
13.000.000
15.000.000
15.000.000
1 08 xx 16 11 Pengembangan produksi
ramah lingkungan
Terlaksananya pembinaan
produksi ramah
lingkungan
10.000.000
12.000.000
13.000.000
15.000.000
15.000.000
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 120
1 08 xx 16 12 Penyusunan kebijakan
pengendalian
pencemaran dan
perusakan Lingkunan
Hidup
Tersusunnya kebijakan
pengendalian
pencemaran dan
perusakan lingkungan
hidup
-
5.000.000
7.500.000
7.500.000
10.000.000
10.000.000
1 08 xx 16 13 Koordinasi penyusunan
AMDAL
Terlaksananya koordinasi
dalam penyusunan Amdal
58.620.000
75.000.000
75.000.000
80.000.000
85.000.000
85.000.000
1 08 xx 16 14 Peningkatan peran serta
masyarakat dalam
pengendalian lingkungan
hidup
Terlaksananya setiap
tahun partisipasi aktif
masyarakat dalam
memperingati hari
lingkungan
38.024.000
45.000.000
50.000.000
55.000.000
62.500.000
65.000.000
1 08 xx 16 15
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 121
1 08 xx 16 16 Monitoring, evaluasi dan
pelaporan
Tersedia laporan
pengendalian
pencemaran dan
perusakan lingkungan
hidup
-
2.000.000
2.500.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
1 08 xx 17 Program Perlindungan
dan Konservasi Sumber
Daya Alam
1 08 xx 17 01 Konservasi Sumber Daya
Air dan Pengendalian
Kerusakan Sumber-
sumber Air
Terlaksananya pengujian
sumber air
-
15.000.000
20.000.000
25.000.000
30.000.000
30.000.000
1 08 xx 17 02 Pantai dan Laut Lestari Penanaman bibit mangrove 38.850.000 40.000.000 40.000.000 45.000.000 50.000.000 50.000.000
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 122
1 08 xx 17 03 Pengembangan dan
pemantapan Kawasan
Konservasi Laut, Suaka
Perikanan dan
Keanekaragaman Hayati
Laut
-
1 08 xx 17 04 Pengembangan ekowisata
dan jasa lingkungan
-
1 08 xx 17 05 Pengendalian dampak
perubahan iklim
Terlaksananya Sosialisasi
pada masyarakat
-
15.000.000
20.000.000
25.000.000
30.000.000
30.000.000
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 123
1 08 xx 17 06 Pengendalian kerusakan
hutan dan lahan
Tersedianya Kajian
kerusakan tanah, spanduk
dan baleho tentang
pencegahan kerusakan
hutan dan lahan
114.600.000
275.000.000
100.000.000
125.000.000
135.000.000
135.000.000
1 08 xx 17 07 Peningkatan konservasi
daerah tangkapan air dan
sumber-sumber air
-
1 08 xx 17 08 Pengendalian dan
pengawasan pemanfaatan
Sumber Daya Alam
Terlaksananya
pengawasan pemanfaatan
SDA
-
15.000.000
20.000.000
25.000.000
30.000.000
30.000.000
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 124
1 08 xx 17 09 Koordinasi pengelolaan
konservasi Sumber Daya
Alam
Tersedianya papan
informasi dan sumur
resapan
160.615.000
50.000.000
65.000.000
70.000.000
75.000.000
75.000.000
1 08 xx 17 10 Pengelolaan
keanekaragaman hayati
dan ekosistem
-
1 08 xx 17 11 Pengembangan dan
pengelolaan kawasan
World Heritage laut
-
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 125
1 08 xx 17 12 Pengembangan kerjasama
pengelolaan kawasan
konservasi laut regional
-
1 08 xx 17 13 Koordinasi Pengendalian
kebakaran hutan
Terlaksananya koordinasi
pencegahan kebakaran
hutan
79.000.000
-
-
-
-
-
1 08 xx 17 14 Peningkatan peran serta
masyarakat dalam
perlindungan dan
konservasi SDA.
Terlaksananya
penyuluhan perlindungan
konservasi SDA pada
masyarakat
-
15.000.000
20.000.000
25.000.000
30.000.000
32.500.000
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 126
1 08 xx 17 15 Koordinasi peningkatan
pengelolaan kawasan
konservasi
Terlaksananya koordinasi
peningkatan pengelolaan
kawasan konservasi
-
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.500.000
1 08 xx 18 Program Rehabilitasi dan
Pemulihan Cadangan
Sumber Daya Alam
1 8 xx 18 1 Pengelolaan dan
rehabilitasi terumbu
karang, mangrove,
padang lamun, estuari
dan teluk
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 127
1 8 xx 18 2 Perencanaan dan
penyusunan program
pembangunan
pengendalian SDA dan
lingkungan hidup
1 8 xx 18 3 Rehabilitasi hutan dan
lahan
1 8 xx 18 4 Pengembangan
kelembagaan rehabilitasi
hutan dan lahan
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 128
1 8 xx 18 5 Penyusunan pedoman
standar dan prosedur
rehabilitasi terumbu
karang, mangrove dan
padang lamun.
1 8 xx 18 6 Sosialisasi pedoman
standar dan prosedur
rehabilitasi terumbu
karang, mangrove dan
padang lamun
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 129
1 8 xx 18 7 Peningkatan peran serta
masyarakat dalam
rehabilitasi dan
pemulihan cadangan
Sumber Daya Alam
1 8 xx 18 8 Monitoring, evaluasi, dan
pelaporan
1 08 xx 19 Program Peningkatan
Kualitas dan Akses
Informasi SDA dan
Lingkungan Hidup
Meningkatnya pelopor
lingkungan Hidup
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 130
1 08 xx 19 01 Peningkatan edukasi dan
komunikasi masyarakat di
bidang lingkungan sbb:
Mengikuti Pameran dalam
rangka Hari Lingkungan
Hidup
Seleksi dan pengiriman
Duta Lingkungan
Terpilihnya beberapa
orang sebagai duta
lingkungan
3.125.000
7.500.000
10.000.000
10.000.000
12.500.000
12.500.000
Sosialisasi Adiwiyata Meningkatnya
pemahaman para guru
tentang sekolah peduli
lingkungan.
10.398.500
12.000.000
15.000.000
18.000.000
20.000.000
21.000.000
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 131
Pelatihan Kader
Lingkungan
Terlatihnya sejumlah
orang sebagai kader
lingkungan
18.798.500
20.000.000
22.000.000
24.000.000
25.000.000
25.000.000
Kalpataru Terseleksinya jenis dan
pengelola vegetasi
5.000.000
7.500.000
7.500.000
10.000.000
12.000.000
12.500.000
1 08 xx 19 02 Pengembangan data dan
informasi lingkungan
Tersedianya data dan
informasi lingkungan
35.879.600
37.500.000
40.000.000
40.000.000
43.000.000
45.000.000
1 08 xx 19 03 Penyusunan data
sumberdaya alam dan
neraca sumberdaya hutan
(NSDH) Nasional dan
Daerah
-
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 132
1 08 xx 19 04 Penguatan jejaring
informasi lingkungan
pusat dan daerah
Terdatanya informasi
lingkungan Pusat dan
daerah
-
2.000.000
2.500.000
3.000.000
3.000.000
3.200.000
Kemitraan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
-
1 08 xx 19 05 Monitoring, evaluasi dan
pelaporan
Tersedianya laporan data
peningkatan kualitas dan
akses informasi SDA dan
lingkungan
-
2.000.000
2.500.000
3.000.000
3.000.000
3.200.000
1 08 xx 20 Program Peningkatan
Pengendalian Polusi
Peningkatan pengujian
polusi
1 08 xx 20 01 Pengujian emisi
kendaraan bermotor
Terlaksananya pengujian
emisi kendaraan
bermotor
-
15.000.000
20.000.000
25.000.000
27.500.000
30.000.000
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 133
1 08 xx 20 02 Pengujian emisi/polusi
udara akibat aktivitas
industri
Terlaksananya pengujian
emisi industri
10.200.000
15.000.000
20.000.000
25.000.000
27.500.000
30.000.000
1 08 xx 20 03 Pengujian kadar polusi
limbah padat dan limbah
cair
Terlaksananya pengujian
kadar limbah
46.360.000
50.000.000
55.000.000
55.000.000
60.000.000
60.000.000
1 08 xx 20 04 Pembangunan tempat
pembuangan benda
padat/cair yang
menimbulkan polusi
1 08 xx 20 05 Penyuluhan dan
pengendalian dan
pencemaran
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 134
1 08 xx 20 06 Monitoring, evaluasi dan
pelaporan
Tersedia laporan data
pengendalian polusi
-
2.000.000
2.500.000
3.000.000
3.000.000
3.100.000
1 08 xx 21 Program Pengembangan
Ekowisata dan Jasa
Lingkungan Di Kawasan-
Kawasan Konservasi Laut
dan Hutan
1 08 xx 21 01 Pengembangan ekowisata
dan jasa lingkungan
di kawasan konservasi
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 135
1 08 xx 21 02 Pengembangan
konservasi laut dan hutan
wisata
1 08 xx 21 03 Monitoring, evaluasi dan
pelaporan (Inventarisasi)
1 08 xx 22 Program Pengendalian
Kebakaran Hutan
Penurunan kawasan
hutan yang terbakar
1 08 xx 22 01 Pengadaan alat pemadam
kebakaran hutan
Terlaksananya pengadaan
alat pemadam kebakaran
-
40.000.000
42.500.000
45.000.000
47.500.000
47.500.000
1 08 xx 22 02 Pemetaan kawasan rawan
kebakaran hutan
Tersedianya peta kawasan
kebakaran hutan
-
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 136
1 08 xx 22 03 Koordinasi pengendalian
kebakaran hutan
Terlaksananya koord
pengendalian kebakaran
hutan
-
30.000.000
32.000.000
34.500.000
37.000.000
37.000.000
1 08 xx 22 04 Penyusunan norma,
standar dan prosedur dan
manual pengendalian
kebakaran hutan
1 08 xx 22 05 Sosialisasi kebijakan
pencegahan kebakaran
hutan
Terlaksananya sosialisasi
pencegahan kebakaran
hutan
-
28.500.000
32.000.000
33.000.000
35.000.000
35.000.000
1 08 xx 22 06 Monitoring, evaluasi dan
pelaporan
Tersedia laporan
pengendalian kebakaran
-
2.000.000
2.500.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 137
1 08 xx 23 01 Program Pengelolaan dan
Rehabilitasi Ekosistem
Pesisir dan Laut
Peningkatan rehabilitasi
pemulihan cadangan SDA
1 08 xx 23 02 Pengelolaan dan
rehabilitasi ekosistem
pesisir dan laut
1 08 xx 23 03 Koordinasi Pembinaan
dan Penyuluhan
masyarakat pesisir pantai
dan laut
1 08 xx 24 01 Program Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau
(RTH)
Peningkatan kualitas
udara
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 138
1 08 xx 24 02 Penyusunan kebijakan,
norma, standar, prosedur
dan manual pengelolaan
RTH
1 08 xx 24 03 Sosialisasi kebijakan,
norma, standar, prosedur
dan manual pengelolaan
RTH
1 08 xx 24 04 Penyusunan dan analisis
data/informasi
pengelolaan RTH
1 08 xx 24 05 Penyusunan program
pengembangan RTH
Tersedianya program RTH
-
15.000.000
-
-
-
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 139
1 08 xx 24 06 Penataan RTH Tertanamnya pohon
pelindung
15.000.000
15.000.000
15.000.000
15.000.000
15.000.000
15.000.000
1 08 xx 24 07 Pemeliharaan RTH Terpupuknya tanaman-
tanaman pelindung
-
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
1 08 xx 24 08 Pengembangan taman
rekreasi
Terdapatnya beberapa
taman yang
dikembangkan
-
50.000.000
60.000.000
70.000.000
-
75.000.000
1 08 xx 24 09 Pengawasan dan
pengendalian RTH
Terlaksananya
pengawasan dan
pengendalian RTH
-
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
1 08 xx 24 10 Peningkatan peran serta
masyarakat dan
pengelolaan RTH
Terbentuknya kelompok
masyarakat mengelola
RTH
-
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.500.000
1 08 xx 24 11 Monitoring, evaluasi dan
pelaporan
Tersedianya laporan
pengelolaan RTH
-
2.000.000
2.500.000
3.000.000
3.000.000
3.500.000
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 140
Belanja Langsung 2.048.107.000 3.053.415.000 2.766.800.000 2.778.275.000 2.872.521.711 3.090.550.000
Belanja Tidak Langsung 2.191.849.000 2.411.033.900 2.652.137.290 2.917.351.019 3.209.086.121 3.529.994.733
Pagu Indikatif / Tahun 4.239.956.000 5.464.448.900 5.418.937.290 5.695.626.019 6.081.607.832 6.620.544.733
Pagu Indikatif 2012 - 2016 26.900.576.041
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 106
BAB VI
INDIKATOR KINERJA SKPD MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2012 - 2016 telah menetapkan Prioritas
Pembangunan yang ingin dicapai pada tahun 2012 - 2016 sebagai penjabaran visi, misi, strategi, dan
arah kebijakan pembangunan jangka menengah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2012 - 2016.
Adapun pelaksanaan program pembangunan jangka menengah daerah Kabupaten Kotawaringin
Barat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui Indikator seperti yang tertera dalam
Tabel 6.1.
a. Tujuan 1 : Terwujudnya pengertian, pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap arti
pentingnya Kelestarian Lingkungan .
Sasaran : Meningkatkan pemahaman, pengertian dan kesadaran masyarakat terhadap
Kelestarian Lingkungan.
Indikator Kinerjanya :
a) Terlaksananya Sosialisasi Pengelolaan Persampahan sebanyak 26 kali
b) Diperolehnya Apresiasi Adipura 5 kali
c) Tersosialisasikan Pengelolaan dan Limbah B3 kepada 570 orang
d) Terlaksananya sosialisasi pengelolaan lingkungan pertambangan sebanyak 17 kali
e) Partisipasi aktif masyarakat pada peringatan hari lingkungan
f) Penanaman sebanyak 15.300 mangrove
g) Tersedianya 150 lembar (5 paket) spanduk dan 18 baleho (5 paket) tentang pencegahan
kerusakan lahan dan hutan
h) Terlaksananya pengawasan konservasi SDA sebanyak 40 kali
i) Tersedianya 90 buah papan informasi dan 26 buah sumur resapan
j) Tersedianya 276 buah kepyok dan 1000 kotak masker
k) Terlaksananya penyuluhan perlindungan konservasi SDA pada 450 orang
l) Terpilihnya 10 orang duta lingkungan
m) Terlaksananya penyuluhan Adiwiyata kepada 250 orang guru
n) Terlatihnya 250 orang kader lingkungan
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 107
o) Terseleksinya jenis dan pengelola vegetasi 5 kali
p) Terlaksananya sosialisasi pada 1.800 orang pencegahan kebakaran hutan
q) Tertanamnya 3.000 pohon pelindung
r) Terpeliharanya tanaman 8 kali
s) Terdapatnya 6 kawasan taman yang dikembangkan
t) Terlaksananya 4 kali pengawasan dan pengendalian RTH
u) Terbentuknya 8 kelompok masyarakat mengelola RTH
b. Tujuan II : Tersedianya sarana pencegahan dan pengendalian Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan sesuai baku mutu lingkungan.
Sasaran : Berkurangnya kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Indikator Kinerjanya :
a) Terlaksananya pengadaan 315 kotak sampah
b) Terlaksananya koordinasi langit biru sebanyak 14 kali
c) Tersedianya 21 data hasil pemantauan
d) Terlaksananya 24 kali pengawasan kebijakan
e) Terlaksananya pengadaan 10 paket pendukung laboratorium
f) Terlaksananya koordinasi 17 kali untuk penanganan sungai
g) Terlaksananya koordinasi 12 kali produksi ramah lingkungan
h) Terlaksananya 15 kali penyusunan Amdal
i) Terlaksananya 12 kali pengujian sumber air
j) Terlaksananya 8 kali koordinasi
k) Terlaksananya pengujian emisi sebanyak 14 kali
l) Terlaksananya pengujian emisi sebanyak 16 kali
m) Terlaksananya pengujian kadar limbah sebanyak10 kali
n) Terlaksananya 8 paket pengadaan alat pemadam kebakaran
o) Terlaksananya koordinasi pengendalian kebakaran sebanyak 27 kali
c. Tujuan III : Tersedianya sumber daya manusia yang mampu dan terampil dalam mengelola
sumber daya alam.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 108
Sasaran : Meningkatnya sumber daya manusia terutama aparatur pemerintah melalui
kursus / pendidikan.
Indikator Kinerjanya :
a) Terdidik sebanyak 30 PNS.
d. Tujuan IV : Tersedianya data dan informasi yang didukung oleh sarana dan prasarana yang
memadai.
Sasaran : Tersusunnya data dan informasi status lingkungan hidup daerah yang didukung
oleh sarana dan prasarana yang memadai.
Indikator Kinerjanya :
a) Tersedianya 8 Laporan dari pengelolaan persampahan
b) Tersusunnya 4 kebijakan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup
c) Tersedia 8 laporan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup
d) Tersedianya kajian kerusakan tanah untuk produksi Biomassa
e) Tersedianya data dan informasi lingkungan sebanyak 5 laporan
f) Terdatanya informasi lingkungan 4 kali
g) Tersedianya 8 laporan peningkatan kualitas
h) Tersedia 8 laporan pengendalian polusi
i) Terlaksananya 4 kali pemetaan
j) Tersedia 8 laporan pengendalian kebakaran
k) Tersedianya 3 Program RTH
l) Tersedia 8 laporan RTH
e. Tujuan V : Terpadunya dan saling menunjang kegiatan antar sektor.
Sasaran : Terciptanya efesiensi dan efektivitas serta terhindarnya tumpang tindih kegiatan
lintas sektoral.
Indikator Kinerjanya :
a) Terlaksananya pengujian sebanyak 30 kali
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 109
b) Terlaksananya pengawasan Proper sebanyak 65 perusahaan
c) Terlaksananya koordinasi 18 kali perlindungan konservasi SDA
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 110
Tabel 6.1
Indikator Kinerja SKPD yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD
NO.
Indikator
Kondisi Target Capaian Setiap Tahun Kondisi
Kinerja pada
akhir periode
RPJMD
Sesuai Tugas dan Fungsi SKPD
Tahun 0
Tahun
1
Tahun
2
Tahun
3
Tahun
4
Tahun
5
1. Terlaksananya Sosialisasi Pengelolaan
Persampahan sebanyak 26 kali
- - 5 5 7 9 26
2. Diperolehnya Apresiasi Adipura 5 kali 5 1 1 1 1 1 10
3. Tersosialisasikan Pengelolaan dan Limbah
B3 kepada 570 orang
90 110 110 115 115 120 660
4. Terlaksananya sosialisasi pengelolaan
lingkungan pertambangan sebanyak 17 kali
- - 3 4 5 5 17
5. Partisipasi aktif masyarakat pada
peringatan hari lingkungan
3 1 1 1 1 1 8
6. Penanaman sebanyak 15.300 mangrove - 3.000 3.000 3.000 3.100 3.200 15.300
7. Tersedianya 150 lembar(5 paket) spanduk
dan 18 baleho(5 paket) tentang
pencegahan Kerusakan lahan dan hutan
10 2 2 2 2 2 20
8. Terlaksananya pengawasan konservasi
SDA sebanyak 40 kali
- - 7 9 10 14 40
9. Tersedianya 90 buah papan informasi dan
26 sumur resapan
6 2 2 2 2 2 16
10. Tersedianya 276 buah kepyok dan 1000
kotak masker
2 2 2 2 2 10
11. Terlaksananya penyuluhan perlindungan
konservasi SDA pada 450 orang
- - 75 100 125 150 450
12. Terpilihnya 10 orang duta lingkungan 6 2 2 2 2 2 16
13. Terlaksananya penyuluhan Adiwiyata
kepada 250 orang guru
176 50 50 50 50 50 426
14. Terlatihnya 250 orang kader lingkungan 173 50 50 50 50 50 423
15. Terseleksinya jenis dan pengelola vegetasi
5 kali
3 1 1 1 1 1 8
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 111
16. Terlaksananya sosialisasi pada 1.800
orang pencegahan kebakaran hutan
900 360 360 360 360 360 2.700
17. Tertanamnya 3.000 pohon pelindung 2.100 600 600 600 600 600 5.100
18. Terpeliharanya tanaman 8 kali - - 2 2 2 2 8
19. Terdapatnya 6 kawasan taman yang
dikembangkan
- - 2 2 2 - 6
20. Terlaksananya 4 kali pengawasan dan
pengedalian RTH
- - 1 1 1 1 4
21. Terbentuknya 8 kelompok masyarakat
mengelola RTH
- - 2 2 2 2 8
22. Terlaksananya pengadaan 315 kotak
sampah
- 110 48 50 52 55 315
23. Terlaksananya koordinasi langit biru
sebanyak 14 kali
- - 3 3 4 4 14
24. Tersedianya 21 data hasil pemantauan - - 3 4 5 9 21
25. Terlaksananya 24 kali pengawasan
kebijakan
21 3 4 5 6 6 45
26. Terlaksananya pengadaan 10 paket
pendukung laboratorium
- 2 2 2 2 2 10
27. Terlaksananya koordinasi 17 kali untuk
penanganan sungai
- - 3 4 5 5 17
28. Terlaksananya koordinasi 12 kali produksi
ramah lingkungan
- - 3 3 3 3 12
29. Terlaksananya 15 kali penyusunan Amdal 9 3 3 3 3 3 24
30. Terlaksananya 12 kali pengujian sumber air - - 3 3 3 3 12
31. Terlaksananya 8 kali koordinasi - - 2 2 2 2 8
32. Terlaksananya pengujian emisi sebanyak
14 kali
- - 3 3 4 4 14
33. Terlaksananya pengujian emisi sebanyak
16 kali
- 2 3 3 4 4 16
34. Terlaksananya pengujian kadar limbah
sebanyak10 kali
- 2 2 2 2 2 10
35. Terlaksananya 8 paket pengadaan alat
pemadam kebakaran
- - 2 2 2 2 8
36. Terlaksananya koordinasi pengendalian - 2 5 6 7 7 27
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 112
kebakaran sebanyak 27 kali
37. Terdidik sebanyak 30 PNS - 6 6 6 6 6 30
38. Tersedianya 8 Laporan dari pengelolaan
persampahan
- - 2 2 2 2 8
39. Tersusunnya 4 kebijakan pengendalian
pencemaran dan perusakan lingkungan
hidup
- - 1 1 1 1 4
40. Tersedia 8 laporan pengendalian
pencemaran dan perusakan lingkungan
hidup
- - 2 2 2 2 8
41. Tersedianya kajian kerusakan tanah untuk
produksi Biomassa
- - 1 - - - 1
42. Tersedianya data dan informasi lingkungan
sebanyak 5 laporan
2 1 1 1 1 1 7
43. Terdatanya informasi lingkungan 4 kali - - 1 1 1 1 4
44. Tersedianya 8 laporan peningkatan
kualitas
- - 2 2 2 2 8
45. Tersedia 8 laporan pengendalian polusi 6 - 2 2 2 2 14
46. Terlaksananya 4 kali pemetaan - - 1 1 1 1 4
47. Tersedia 8 laporan pengendalian
kebakaran
- - 2 2 2 2 8
48. Tersedianya 3 program RTH - - 3 - - - 3
49. Tersedia 8 laporan RTH - - 2 2 2 2 8
50. Terlaksananya pengujian sebanyak 30 kali 11 6 6 6 6 6 41
51. Terlaksananya pengawasan Proper
sebanyak 65 perusahaan
3 - 10 15 20 20 68
52. Terlaksananya koordinasi 18 kali - - 3 4 5 6 18
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 113
BAB VII
P E N U T U P
Bahwa Rencana Strategis Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat untuk jangka waktu 5
(lima) tahun ke depan 2012 - 2016 disusun dalam rangka implementasi Undang-undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang dituangkan dalam bentuk visi dan misi lembaga.
Renstra Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat tahun 2012 - 2016 telah menetapkan
indikator-indikator kinerja yang ingin dicapai, yang meliputi Indikator Kinerja Program dan Indikator Kinerja
Kegiatan. Indikator-indikator tersebut merupakan ukuran keberhasilan tercapainya pembangunan bidang
lingkungan hidup.
Dengan demikian perencanaan strategis ini nantinya tidak lagi hanya sekedar menjadi dokumen administratif
atau bahkan dokumen politis semata-mata, tetapi secara substansial merupakan pencerminan tuntutan
reformasi di bidang pembangunan khususnya lingkungan hidup yang memang dibutuhkan masyarakat
dengan mendasari diri pada visi dan misi yang ingin dicapai.
Diharapkan dengan tersusunnya Renstra Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat tahun 2012
- 2016 dapat memberikan kontribusi nyata dalam pencapaian Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Menengah Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat serta keberhasilan dalam mewujudkan perbaikan fungsi
lingkungan hidup untuk kesejahteraan masyarakat Kotawaringin Barat.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 114
KESIMPULAN
Bahwa Renstra Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat tahun 2012 - 2016 disusun untuk
memberi arah dan target pencapaian kinerja pengelolaan lingkungan hidup sesuai Standar Pelayanan
Minimal yang ada dengan dukungan Sumber Daya Pembiayaan, Sumber Daya Manusia dan sarana prasarana
yang memadai. Dari uraian Renstra Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat tahun 2012 -
2016 dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan kewenangan, tugas pokok dan fungsi perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang lebih baik melalui pemberdayaan struktur organisasi dan tata kerja
serta sumber daya yang ada.
2. Optimalisasi fungsi koordinasi Badan Lingkungan Hidup terhadap kegiatan/usaha pembangunan antar
sektor maupun wilayah sebaiknya melalui forum pertemuan perencanaan pengelolaan lingkungan hidup
daerah.
3. Perlu dukungan Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam penguatan kelembagaan lingkungan hidup
agar tugas dan fungsi dapat berjalan efektif dan efisien antara lain melalui peningkatan sarana,
prasarana lembaga Lingkungan Hidup dan anggaran yang memadai.
4. Perlu peningkatan kesadaran dan kemampuan partisipasi masyarakat dalam rangka upaya mewujudkan
dan mempertahankan kondisi lingkungan yang baik dan lestari guna memberi kemampuan daya dukung
dan daya tampung lingkungan terhadap perkembangan pembangunan dan kegiatan masyarakat.
5. Setiap kegiatan/usaha yang berpotensi menimbulkan dampak besar dan penting terhadap pengrusakan
dan pencemaran lingkungan perlu difasilitasi dan didorong supaya memiliki ijin lingkungan.
6. Perlu upaya pentaatan hukum lingkungan terhadap ancaman pengrusakan dan pencemaran lingkungan
hidup.
7. Perlu pengembangan hubungan kemitraan dengan para pihak atau kelompok peduli lingkungan menjadi
bagian dari keterpaduan pembangunan dan pengelolaan lingkungan daerah.
Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat
MOLTA DENA, SE., MA. Pembina Utama Muda
NIP. 19610727 198903 1 011
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 115