Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Persaingan didunia bisnis saat ini terasa semakin ketat, terutama semenjak
perjanjian perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dan Cina mulai
diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2010. Perjanjian tersebut sebenarnya telah
disepakati sejak tahun 2002 oleh Indonesia dan pemerintah pun tidak akan
mengundur berlakunya pelaksanaan perjanjian ASEAN-China Free Trade
Agreement (ACFTA) tersebut. Indonesia sebagai penandatangan akan tetap
berkomitmen terhadap perjanjian yang telah disepakati antar negara-negara
ASEAN dan Cina itu. Seiring dengan berlakunya ACFTA mulai timbul
kekhawatiran masyarakat Indonesia terkait produk lokal yang rawan tergerus
produk impor Cina dan persaingan diberbagai sektor industri yang akan semakin
ketat. Diperkirakan ada sepuluh sektor industri yang paling dirugikan dalam
perjanjian perdagangan tersebut, salah satunya adalah sektor industri tekstil. Cina
merupakan negara pesaing terkuat dalam industri tekstil Indonesia. Biro Pusat
Statistik (BPS) pada tahun 2005 memperlihatkan nilai ekpor tekstil Indonesia
terhadap Cina sebagai berikut (angka di antara tanda kurung menandakan
peringkat) :
1. Serat sintetik : 7,2 (1)
2. Serat lainnya dengan nilai 13,1 (3)
3. Benang tekstil (untuk pembuatan kain) memiliki nilai 73,7 (3)
4. Benang dan kain yang memiliki kekhususan tertentu (special yarns and fabrics) :
10,2, (5)
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Total nilai ekspor 104,2
Sementara Indonesia mengimpor :
1. Kapas dengan nilai 55,6 (3)
2. Benang tekstil dengan nilai 33,8 (2)
3. Kain kapas dengan value 58,3 (1)
4. Mesin tekstil dan pengolahan kulit dengan value 33,8 (4)
Total nilai impor 180,8
Sumber : www.bps.go.id
Dari data ini jelas terlihat bahwa impor tekstil dan produk tekstil (TPT)
Indonesia dari Cina lebih banyak daripada ekspornya. Data ini juga sekaligus
menunjukkan dimana sebenarnya letak kekuatan tekstil Indonesia, yaitu pada
serat. Kelemahan tekstil kita terutama ada pada ketergantungan akan bahan baku
berupa kapas, benang dan mesin. Angka-angka pertumbuhan ekspor impor tekstil
ini masih akan terus berubah secara dinamis mengikuti gerak perkembangan
industrinya.
Diawal perkembangannya, industri tekstil di Indonesia mengalami kemajuan
yang pesat pada tahun 1992, sehingga pada saat itu menjadi penghasil devisa
tertinggi di antara komoditas nonminyak dan nongas dengan nilai ekspor sebesar
US$ 3.5 milyar. Industri tekstil tersebut tidak berbasis pada produksi bahan baku
domestik yang kuat. Bahan baku tekstil yang berupa serat kapas harus diimpor.
Setiap tahun Indonesia mengimpor kapas dalam jumlah besar. Pada tahun 1993
Indonesia mengimpor 414.000 ton atau di atas 96% total kebutuhan nasional dan
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kurang dari 4% yang dapat disediakan dari hasil kapas dalam negeri.
(Baharsjah,1993)
Adapun data indeks terbaru mengenai tingkat produksi besar dan sedang yang
tertera di BPS (Biro Pusat Statistik) Indonesia sebagai berikut :
Tabel 1.1
Indeks Produksi Industri Besar dan Sedang Menurut Dua Digit Kode
ISIC, Tahun 2010-2011
Kode
Industri Uraian
2010 Rata
an
Tah
unan
2010
2011 Rata
an
Tah
unan
2011 Triwulan Triwulan
I II III IV I II III IV
15
Makanan
dan
Minuman
279.05 289.73 303.36 303.91 294.01 292.16 315.28 326.80
16 Pengolahan
Tembakau 201.85 205.00 199.85 203.90 202.65 209.64 227.60 223.22
17 Tekstil 91.89 93.96 94.27 104.44 96.14 106.69 101.56 102.99
18 Pakaian
Jadi 81.77 85.01 85.09 89.38 85.31 90.68 89.37 89.63
19
Kulit dan
Barang dari
Kulit dan
Alas Kaki
125.96 126.44 125.07 135.39 128.22 145.17 144.87 139.15
Sumber : www.bps.go.id (7 Maret 2012)
Dari tabel data diatas terlihat bahwa indeks tingkat produksi tekstil di
Indonesia dari tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami peningkatan yang tidak
terlalu signifikan, meskipun tingkat produksi pada Triwulan IV tahun 2011 dan
Rataan Tahunan 2011 belum diketahui. Ini salah satu bukti bahwa saat ini
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
perkembangan industri tekstil di Indonesia sangat lamban. Dan tak bisa dipungkiri
industri tekstil kita selama ini masih tertolong dengan adanya aturan kuota tekstil
dunia sehingga industri tekstil kita masih mampu bertahan karena mendapat
limpahan order dari negara negara yang telah kelebihan kuota.
Secara umum industri tekstil diartikan sebuah industri yang bahan bakunya
berasal dari serat (kapas, poliester, rayon) yang dipintal (spinning) menjadi
benang dan kemudian dianyam/ditenun (weaving) atau dirajut (knitting) menjadi
kain yang setelah dilakukan penyempurnaan (finishing) digunakan untuk bahan
baku produk tekstil. Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah
menjadi benang atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai
produk kerajinan lainnya. Dari pengertian tekstil tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa bahan/produk tekstil meliputi produk serat, benang, kain, pakaian dan
berbagai jenis benda yang terbuat dari serat. Pada umumnya bahan tekstil
dikelompokkan menurut jenisnya sebagai berikut:
1. Berdasar jenis produk/bentuknya: serat staple, serat filamen, benang, kain,
produk jadi (pakaian / produk kerajinan dll)
2. Berdasar jenis bahannya: serat alam, serat sintetis, serat campuran
3. Berdasarkan jenis warna/motifnya: putih, berwarna, bermotif/bergambar
4. Berdasarkan jenis kontruksinya: tenun, rajut, renda, kempa. benang
tunggal, benang gintir.
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dari uraian diatas terlihat jelas bahwa sebuah perusahaan yang bergerak
dalam industri tekstil sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku. Bahan
baku yang berkualitas, tentu akan menghasikan produk yang berkualitas juga.
Salah satu perusahaan tekstil yang bergerak dibidang produksi weaving
(tenun) adalah PT. Tarumatex. PT. Tarumatex menghasilkan produk tekstil berupa
kain grey tenun atau kain mentah. Kain grey tenun atau kain mentah tersebut
harus melalui proses coloring (pewarnaan) dan finishing (penyempurnaan)
sebelum dijual ke konsumen. Kain merupakan salah satu produk tekstil yang
terbuat dari benang yang ditenun. Bahan baku untuk membuat kain adalah
benang. Ada banyak sekali jenis-jenis benang, yang dikelompokkan berdasarkan
seratnya, ada yang berasal dari serat alam seperti kapas dan serat buatan.
PT. Tarumatex selalu berusaha bertahan dalam persaingan, namun semakin
meningkatnya harga segala kebutuhan pokok dan bahan bakar minyak ditambah
dengan semakin tingginya persaingan industri tekstil khususnya dengan masuknya
pedagang Cina, sehingga membuat PT. Tarumatex tidak mengalami peningkatan
produktivitas yang berarti dari tahun-tahun sebelumnya, hal ini ditandai dengan
biaya produksi yang tidak dapat ditekan. Besarnya biaya produksi dalam
perusahaan dikarenakan oleh besarnya biaya persediaan.
Biaya persediaan terdiri dari biaya penyimpanan, biaya pemesanan, biaya
penyiapan, dan biaya kekurangan bahan baku. Namun biaya persediaan yang
dapat dihitung adalah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Sedangkan biaya
kekurangan bahan baku dan penyiapan sebagai biaya opportunity.
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dalam memenuhi permintaan pelanggannya PT. Tarumatex memiliki
kebijakan sendiri dalam melakukan pengendalian persediaanya. Perusahaan
melakukan pemesanan persediaannya setiap dua bulan sekali, dengan jumlah dan
interval yang tidak tetap sesuai dengan pemesanan. Oleh karena itu persediaan
yang tersisa tersimpan didalam gudang tidak menentu, sehingga selalu terjadi
penumpukan bahan baku dan terkadang kekurangan bahan baku, sehingga
menimbulkan bertambahnya biaya pemesanan, biaya penyimpanan maupun biaya
kekurangan. Hal ini berarti besarnya investasi perusahaan ada pada persediaan
yang tak menentu, padahal jika perusahaan mampu menentukan berapa besarnya
yang mereka perlukan secara tepat jumlah dan tepat waktu besarnya persediaan
dapat dikelola secara efektif.
Tabel 1.2
Data Total Permintaan Kain Di PT. Tarumatex Tahun 2009-2011
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sumber : Bagian Produksi PT. Tarumatex
Tabel 1.3
Data Persediaan Bahan Baku Di PT. Tarumatex Tahun 2009-2011
6,800,000
7,300,000
7,800,000
8,300,000
8,800,000
2009 2010 2011
me
ter
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 1.4
Data Biaya Total Persediaan Di PT. Tarumatex Tahun 2009-2011
Sumber : Bagian Produksi PT. Tarumatex
Melihat permasalahan diatas mengenai tingginya biaya yang timbul akibat
persediaan dalam gudang dan pemesanan bahan baku, sehingga semakin besar
biaya-biaya yang ditimbulkan, seperti biaya akomodasi dan transportasi. Oleh
sebab itu PT. Tarumatex harus mampu membuat suatu pengelolaan dan
perencanaan bahan baku atas permintaan yang ada. Untuk itu PT. Tarumatex perlu
2009 2010 2011
P150 927.91 983.462 1132.22
Ry30 997.12 1057.97 1464.61
0.00
500.00
1,000.00
1,500.00
2,000.00
Bal
e
Bahan Baku Kain Polyester Rayon (PR)
0
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
30,000,000
35,000,000
40,000,000
2009 2010 2011
Biaya Penyimpanan Biaya Pemesanan
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menerapkan teknik perencanaan persediaan bahan baku yang tepat dalam rangka
mengendalikan persediaannya.
Persediaan merupakan salah satu bagian terbesar dalam penggunaan modal
kerja perusahaan dan merupakan aktiva yang selalu mengalami perubahan setiap
saat. Pesediaan yang terlalu berlebihan akan merugikan perusahaan karena ini
berarti lebih banyak uang atau modal yang tertanam dalam persediaan dan biaya-
biaya yang timbul akibat adanya penyimpanan tersebut. Sebaliknya apabila
persediaan terlalu kecil akan timbul biaya-biaya karena kekurangan persediaan
bahan baku, seperti biaya pemesanan, biaya akomodasi dan biya transportasi yang
tinggi, bahkan apabila permintaan konsumen tidak terpenuhi karena kekurangan
persediaan bahan baku, jelas sekali akan menyebabkan kerugian besar bagi
perusahaan.
Kegiatan produksi di PT. Tarumatex harus diarahkan pada tindakan yang
menuju kearah keberhasilan dari usaha itu sendiri, dimana tindakan tersebut dapat
diterapkan dalam fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian. Perencanaan merupakan fungsi pertama yang harus dilakukan,
karena melalui perencanaan yang baik segala kegiatan dan tujuan perusahaan baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang dapat dengan jelas dirumuskan dan
diperinci sehingga dapat teroganisir sesuai dengan harapan. Jadi pada dasarnya,
perencanaan ini merupakan tahapan yang sangat penting untuk mengamankan
rencana yang telah dibuat dan yang akan direncanakan. Salah satu aspek yang
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
harus direncanakan dalam perusahaan manufaktur adalah perencanaan bahan
baku.
Selanjutnya agar kegiatan pelaksanaan dapat dijalankan sesuai dengan
rencana, maka diperlukan suatu pengendalian atau pengawasan pada setiap proses
kegiatan agar tujuan perusahaan dapat tercapai.
Perencanaan bahan baku perusahaan menunjukkan suatu proses sejak dari
tahap persiapan yang diperlukan sebelum dimulainya penyusunan rencana,
pengumpulan berbagai data dan informasi yang diperlukan, pembagian tugas
perencanaan, penyusunan rencana perusahaan sendiri, implementasi dari rencana
tersebut sampai pada akhirnya tahap pegawasan dan evaluasi dari hasil
pelaksanaan rencana tersebut. Perusahaan harus mampu melaksanakann fungsi-
fungsi manajemen secara menyeluruh agar dapat melakukan kegiatan operasi
yang efektif dan efisien.
Dalam melakukan perencanaan kebutuhan bahan baku yang efektif dan
efisien diperlukan keahlian dan ketelitian yang tinggi dan menjadi salah satu
faktor penting dari kegiatan perindustrian salah satunya bagi PT. Tarumatex. Hal
ini dikarenakan perencanaan kebutuhan bahan baku dapat mempengaruhi jalannya
proses produksi yang akan berlangsung dan juga akan mempengaruhi variabel
biaya produksi dari produk tersebut.
Tingkat kefektifan dalam perencanaan kebutuhan bahan baku diukur dari
pencapaian hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini
ketepatan dalam menetapkan metode atau teknik yang digunakan dalam
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
melakukan perencanaan kebutuhan bahan baku merupakan ukuran pencapaian
target atau tujuan perusahaan itu sendiri.
Tingkat efisiensi dapat diukur dari segi besarnya sumber atau biaya untuk
mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan. Efisiensi merupakan suatu tidakan
yang berkaitan dengan menghasilkan hasil yang optimal dengan tidak membuang
banyak biaya dan waktu dalam proses pengerjaannya. Dalam penelitian kali ini,
tingkat efisiensi dapat diukur dari jumlah akhir atau total biaya persediaan bahan
baku dari perhitungan perencanaan kebutuhan bahan baku yang paling rendah
(minimal cost) berdasarkan penerapan metode atau teknik perencanaan kebutuhan
bahan baku yang ditetapkan.
Perencanaan dan pengendalian kebutuhan bahan baku harus menjadi hal
penting dan menjadi salah satu inti perhatian bagi PT. Tarumatex. Kemampuan
dalam mengatur persediaan yang tepat akan memberikan dampak positif bagi
kemajuan dan kinerja perusahaan dalam mengatur biaya-biaya yang harus
dikeluarkan.
Permasalahan perencanaan bahan baku tersebut dapat diatasi dengan berbagai
metode dalam persediaan, salah satunya dengan metode Material Requirement
Planning (MRP).
Menurut Vincent Gaspers (2004:177) mengatakan bahwa Material
Requirement Planning (MRP) adalah :
“Perencanaan kebutuhan bahan baku (Material Requirement Planning) adalah
metode penjadwalan untuk perencanaan pembelian pesanan (purchased
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
planned orders) dan perencanaan pesanan manufktur (manufactured planned
oders).”
MRP merupakan metode perencanaan (planning) dan penjadwalan
(scheduling) pesanan dan inventory untuk item-item permintaan yang bersifat
tidak bebas (dependent inventory) yaitu permintaan satu produk berkaitan dengan
permintaan untuk produk produk lainnya.
Jadi, MRP adalah teknik untuk merencanakan dan menjadwalkan bahan baku
yang digunakan untuk proses produksi sesuai dengan jadwal produksi. Dengan
menggunakan sistem MRP dapat diketahui berapa banyak dan kapan suatu bahan
baku yang dibutuhkan akan dipesan. Konsep MRP adalah menyediakan bahan
baku pada jumlah, waktu dan jenis secara tepat, sehingga dapat selalu tersedia
pada saat dibutuhkan guna memproduksi suatu barang atau produk. Dari
penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa MRP juga merupakan
metode yang dapat digunakan untuk mengendalikan persediaan kebutuhan bahan
baku.
Menurut Agus Ristono (2009:2) dalam bukunya “Manajemen
Persediaan”, menerangkan bahwa :
“Pengendalian persediaan merupakan suatu usaha memonitor dan
menentukan tingkat komposisi bahan yang optimal dalam menunjang
kelancaran dan efektivitas serta efisiensi dalam kegiatan perusahaan.”
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tujuan MRP dari sudut pandang logistik adalah untuk menghindari sebanyak
mungkin penumpukan bahan baku dalam persediaan dan untuk memastikan
berapa banyaknya bahan baku yang harus disediakan sesuai pesanan dengan
periode waktu yang tepat.
Komponen dasar dari MRP terdiri dari Jadwal Induk Produksi (Master
Production Schedule-MPS), Struktur Produk (Bill of Material) dan Status
Persediaan (Inventory Master File atau Inventory Status Record).
Dalam proses MRP, terdapat beberapa teknik untuk menentukan besarnya lot
atau besarnya kuantitas pesanan, diantaranya teknik Lot For Lot (LFL), Fixed
Order Quantity (FOQ), Fixed Period Quantity (FPQ), Least Unit Cost (LUC),
Economic Order Quantity (EOQ), Period Order Quantity (POQ), Part Period
Balancing (PPB), Silver Mean (SM), dan lain-lain. Salah satu dari teknik-teknik
perhitungan lot dalam MRP ini bisa dijadikan solusi untuk merencanakan jumlah
pesanan yang efektif sehingga biaya-biaya yang seharusnya tidak perlu
dikeluarkan oleh perusahaan bisa dikendalikan.
Berdasarkan permasalahan diatas, penulis bermaksud melakukan penelitian
tentang sistem perencanaan kebutuhan bahan baku dengan judul “ Analisis
Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku dalam Upaya Efisiensi Biaya Total
Persediaan Pada PT. Tarumatex” (Studi Komparatif Dengan Metode Lot For
Lot, Fixed Order Quantity dan Fixed Period Quantity). Karena sistem
perencanaan persediaan bahan baku di PT. Tarumatex belum efektif sehingga
menimbulkan biaya total persediaan perusahaan yang cukup tinggi.
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Proses produksi merupakan suatu kegiatan yang didalamnya dibutuhkan
berbagai sumber daya produksi itu sendiri, diantaranya modal produksi, bahan
baku produksi, fasilitas produksi (mesin; kendaraan; dll), tenaga kerja, tempat dan
waktu produksi. Proses produksi yang baik tentu didasari oleh perencanaan
produksi yang baik pula, dimana semua kegiatan-kegiatan produksinya berjalan
lancar dan terkendali sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi
produksi perusahaan tersebut. Salah satu aspek yang perlu direncanakan sejak
awal sebelum dilakukannya proses produksi adalah perencanaan persediaan bahan
baku.
Perencanaan persediaan kebutuhan bahan baku bertujuan untuk mengurangi
ketidakpastian produksi akibat fluktuasi supply bahan baku dan mengantisipasi
baik penurunan atau peningkatan permintaan pelanggan. Jika persediaan bahan
baku terlalu sedikit, hal ini akan menghambat dan mengganggu kelancaran proses
produksi serta dapat menurunkan tingkat pelayanan kepada pelanggan.
Sebaliknya, jika persediaan bahan baku terlalu banyak, hal ini dapat
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
meningkatkan biaya-biaya persediaan yang besar serta dapat menimbulkan risiko
kerusakan bahan baku karena penimbunan yang terlalu banyak dan penyimpanan
bahan baku yang cukup lama. Untuk itu diperlukan perencanaan bahan baku yang
sesuai dengan kapasitas dan kemampuan perusahaan itu sendiri.
PT. Tarumatex adalah perusahaan tekstil yang bergerak di bagian weaving
(tenun) yang memproduksi berbagai macam kain. PT. Tarumatex memproduksi
produknya berdasarkan pada pemesanan atau job order. Dalam melakukan
produksi dibutuhkan bahan baku berupa benang. Perencanaan kebutuhan bahan
baku ini sangat penting karena jika perusahaan mengalami kondisi kelebihan atau
kekurangan bahan baku, yang jika tidak diolah sedemikian rupa dapat
menyebabkan kerugian besar bagi perusahaan.
Masalah perencanaan bahan baku adalah yang paling mendasar, yakni apabila
proses produksi terdapat jumlah persediaan berlebihan yang mengakibatkan
kerusakan atau keusangan bahan baku dan jumlah persediaan yang terlalu sedikit
sehingga tidak mampu melayani semua permintaan pelanggan. Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam proses perencanaan kebutuhan bahan baku, yaitu
adanya waktu antara barang sejak dipesan sampai dikirim (lead time),
keterbatasan sumber daya yang dimiliki perusahaan, seperti bahan baku yang
tersedia dan jumlah mesin yang dimiliki oleh perusahaan apakah cukup untuk
memenuhi permintaan pelanggan atau tidak, selain itu dalam menerima pesanan
perusahaan harus memperhatikan berapa waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan pesanan tersebut.
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dari latar belakang penelitian diatas, maka penulis mengidentifikasikan
permasalahan yang dihadapi oleh PT. Tarumatex pada proses produksinya adalah
belum efektifnya penerapan perencanaan kebutuhan bahan baku dalam
perusahaan yang ditandai dengan masih besarnya jumlah total biaya persediaan
sehingga menimbulkan masalah-masalah dalam proses produksi dan
menimbulkan peningkatan biaya produksi perusahaan.
Penelitian ini membatasi ruang lingkupnya dengan berfokus pada penerapan
perencanaan kebutuhan bahan baku dengan teknik perhitungan Lot dalam metode
MRP untuk produk kain Polyester Rayon (PR) pada PT. Tarumatex dalam upaya
efisiensi biaya total persediaan.
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti
membuat perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana metode atau kebijakan perencanaan kebutuhan bahan baku
yang diterapkan oleh PT. Tarumatex?
2. Bagaimana tingkat biaya total persediaan di PT. Tarumatex?
3. Bagaimana penerapan 3 (tiga) teknik perencanaan kebutuhan bahan baku
yaitu dengan teknik Lot For Lot, Fixed Order Quantity, dan Fixed
Period Quantity dan implementasinya terhadap biaya total persediaan
bahan baku?
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Metode perencanaan kebutuhan bahan baku mana yang paling tepat bagi
PT. Tarumatex sehingga dapat menciptakan efisiensi biaya persediaan?
1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Hasil Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui :
1. Gambaran kebijakan perencanaan kebutuhan bahan baku yang dilakukan
oleh PT. Tarumatex.
2. Gambaran tingkat biaya persediaan di PT. Tarumatex.
3. Membandingkan teknik penentuan lot dalam metode MRP mana yang
paling tepat bagi PT. Tarumatex dalam melakukan perencanaan
kebutuhan bahan bakunya.
4. Rekomendasi metode penerapan kebutuhan bahan baku bagi PT.
Tarumatex.
1.3.2 Kegunaan Hasil Penelitian
Kegunaan hasil penelitian ini dapat dikelompokkan pada kegunaan ilmiah
dan kegunaan praktis, diantaranya :
a) Kegunaan Ilmiah
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Secara ilmiah, diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan
pengetauan serta referensi pengembangan ilmu manajemen operasional,
khususnya dalam hal teori perencanaan bahan baku dengan metode MRP.
b) Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang
bermanfaat bagi perusahaan tekstil dan pertimbangan yang berarti dalam
menerapkan metode perencanaan bahan baku.