Download - BAB I II III Komunikasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia
lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang
terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi.Komunikasi
adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.
Pemberian informasi kesehatan diharapkan pengetahuan masyarakat mengenai
kesehatan menjadi bertambah, yang pada gilirannya diharapkan terjadi perubahan dari yang
tadinya berperilaku tidak sehat menjadi berperilaku sehat. Perlu ditanamkan kesadaran pada
masyarakat bahwa kesehatan bukan hanya ketidakhadiran penyakit, tetapi adalah kondisi
fisik, mental, paripurna yang baik (Mulyana, 2002).
Oleh karena itu, menurut Siregar, “Pembangunan kesehatan memerlukan suatu
kemasyarakatan antara lain depat melalui komunikasi, informasi, dan edukasi (Siregar, 2000).
Media massa merupakan wahana informasi dan komunikasi timbal balik antara sesama warga
masyarakat dan antara masyarakat dengan pemerintah. Selain itu media massa juga dapat
mengembangkan komunikasi sosial serta dapat menyalurkan aspirasi dan menggairahkan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan (Hariwibowo, 2004).
Kemajuan teknologi ikut memberi dampak terhadap semakin mudahnya proses
komunikasi kesehatan atau penyampaian informasi-informasi kesehatan kepada masyarakat,
hal ini terjadi karena media yang digunakan untuk menyampaikan informasi kesehatan
tersebut pun semakin beragam, dan karena semakin beragamnya media yang tersedia, maka
bukan hanya petugas-petugas kesehatan saja yang mampu menyampaikan informasi-
1
informasi kesehatan. Pengusaha obat, makanan, minuman berlomba-lomba memanfaatkan
media massa seperti radio, televisi, surat kabar, majalah, pamflet, dan lain lain untuk
menyebarluaskan informasi tentang kesehatan. Demikian pula para dokter pun memanfaatkan
media massa untuk melayani konsultasi kesehatan mulai dari kebugaran tubuh sampai ke
masalah seksual, juga lembaga-lembaga swasta, LSM, pemerintah turut memanfaatkan
peranan media untuk menyebarluaskan informasi mengenai pencegahan atau cara-cara
mengatasi penyakit menular dan lain lain.
Pemanfaatan media massa ini sangat membantu memperluas jangkauan areal/wilayah
sebaran informasi kesehatan, mempercepat informasi sampai ke sasaran yang berbeda beda
geografis, kelas sosial, maupun kultular (Susanti, 2007).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu komunikasi kesehatan?
2. Apa itu komunikasi sebagai proses?
3. Bagaimana model proses komunikasi kesehatan beserta fase-fasenya?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami komunikasi kesehatan serta model dan fasenya
2. Untuk mengenal lebih dalam dan menerapkan komunikasi kesehatan dengan baik
D. MANFAAT
1. Dapat menambah pengetahuan tentang komunikasi kesehatan
2. Dapat menerapkan komunikasi kesehatan dengan baik
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Komunikasi Kesehatan
Menurut Alo Liliweri. 2007 pengertian komunikasi kesehatan adalah:
a. Studi yang mempelajari bagaimana cara menggunakan strategi komunikasi yang
dapat mempengaruhi individu dan komunitas agar mereka dapat membuat keputusan
yang tepat berkaitan dengan pengelolaan kesehatan.
b. Proses kemitraan antara para partisipan berdasarkan dialog dua arah yang didalamnya
ada suasana interaktif, ada pertukaran gagasan, ada kesepakatan mengenai kesatuan
gagasan mengenai kesehatan, juga merupakan teknik dari pengirim dan penerima
untuk memperoleh informasi mengenai kesehatan yang seimbang demi memperbarui
pemahaman bersama (ratzan, S.C., 1994 : Alo Liliweri. 2007)
c. Proses untuk mengembangkan atau membagi pesan kesehatan kepada audiens tertentu
dengan maksud mempengaruhi pengetahuan, sikap, keyakinan mereka tentang pilihan
dan perilaku hidup sehat.
Banyak sekali teori, model dan perspektif mengenai komunikasi kesehatan. Namun,
semua model teoritik maupun praksis itu, menurut Alo Liliwari.2007 meliputi:
a. Komunikasi persuasive atau komunikasi yang berdampak pada perubahan perilaku
kesehatan.
b. Faktor-faktor psikologi individual yang mempengaruhi persepsi terhadap kesehatan:
1. Stimulus (objek persepsi) sense organ dan permaknaan stimulus (respons)
2. Bagaimana mengorganisir stimulus berdasarkan aturan, schemata dan label
3. Interpretasi dan evaluasi berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan lain-lain
3
4. Memory
5. Recall
c. Teori yang digunakan adalah teori persepsi Pendidikan kesehatan (health education),
yang bertujuan memperkenalkan perilaku hidup sehat melalui informasi dan
pendidikan kepada individu dengan menggunakan aktivitas material maupun
terstruktur. Cakupan pendidikan kesehatan meliputi:
1. Jenis pendidkan professional dibidang kesehatan (kurikulum, dan lain-lain)
2. Penjenjang pendidikan profesi
3. Pelatihan professional (jenis, jenjang dan kurikulum)
4. Pendidikan masyarakat (informal)
5. SDM pendidik, dan lain-lain.
d. Pemasaran sosial yang bertujuan untuk memperkenalkan atau mengubah perilaku
positif melalui penerapan prinsip-prinsip pemasran denganbmengintervensi informasi
kesehatan yang bermanfaat bagi kominitas.
e. Penyebarluasan informasi kesehatan; melalui media (sosialisasi informasi,
pendidikan, hiburan, opini, pemberitaan dan lain-lain)
f. Advokasi, pendamping melalui komunitas, kelompok atau media massa yang
bertujuan untuk memperkenalkan :
1. Kebijakan
2. Peraturan
3. Program-program untuk memperbarui kesehatan
g. Resiko komunitas, bertujuan untuk menyebarluaskan informasi yang benar mengenai
resiko yang dihadapi oleh masyarakat terhadap infoemasi kesehatan.
h. Komunikasi dengan pasien – meliputi informasi untuk seorang individu, misalnya
informasi yang berkaitan dengan kondisi kesehatan individu.
4
i. Informasi kesehatan untuk para konsumen – satu aktivitas komunikasi yang
ditunjukkan kepada para individu-konsumen demi membantu individu untuk
memahami kesehatan individu.
j. Merancang health entertain atau hiburan yang didalamnya mengandung informasi
kesehatan.
k. Komunikasi kesehatan yang interaktif yakni komunikasi kesehatan yang dilakukan
melalui media interaktif sehungga terjadi dialog dan diskusi antar sumber dengan
penerima melalui media massa.
l. Strategi komunikasi, yang meliputi desain pilihan:
1. Komunikator kesehatan
2. Pesan-pesan kesehatan
3. Media kesehatan
4. Komunikan kesehatan (audiens-sasaran komunikasi)
5. Mereduksi hambatan komunikasi
6. Menentukan atau memilih konteks komunikasi kesehatan dan lain-lain (Health
Communication Partnership’s M/Mc Health Communication Materials. 2004 :
Alo Liliwari. 2007
Tujuan komunikasi kesehatan menurut Alo Liliweri. 2007 ada 2, yaitu tujuan strategis dan
tujuan praktis.
a. Tujuan strategis
Pada umumnya program yang berkaitan dengan komunikasi kesehatan yang
dirancang dalam bentuk paket acara atau paket modul dapat berfungsi untuk:
1. Relay information. Meneruskan informasi kesehatan dari suatu sumber kepada
pihak lain secara berangkai (hunting).
5
2. Enable informed decision making. Memberikan informasi akurat untuk
memungkan pengambilan keputusan.
3. Promote healthy behaviors. Informasi untuk memperkenalkan perilaku hidup
sehat.
4. Promote peer information exchange and emotional support. Mendukung
pertukaran informasi pertama dan mendukung secara emosional pertukaran
informasi kesehatan.
5. Promote self-care. Memperkenalkan pemeliharaan kesehatan diri sendiri.
6. Manage demand for health services. Memenuhi permintaan layanan kesehatan.
b. Tujuan praktis
Menurut Taibi Kahler (kahler Communication), Washington, D.C. Courses Process
Communication Model, 2003) sebenarnya secara praktis tujuan khusus komunikasi
kesehatan itu meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui beberapa usaha
pendidikan dan pelatihan agar dapat:
1. Meningkatkan pengetahuan – yang mencakup:
a. Prinsip dan proses komunikasi manusia
b. Menjadi komunikator – yang memiliki etos, patos, logos, kreadibilitas dan
lain-lain.
c. Menyusun pesan verbal dan non-verbal dalam komunikasi kesehatan.
d. Memilih media yang sesuai dengan konteks komunikasi kesehatan.
e. Menentukan segmen komunikasi yang sesuai dengan konteks komunikasi
kesehatan.
f. Mengelola umpan-balik atau dampak pesan kesehatan yang sesuai dengan
kehendak komunikator dan komunikan.
g. Mengelola hambatan-hambatan dalam komunikasi kesehatan.
6
h. Mengenal dan mengelola konteks komunikasi kesehatan.
i. Prinsip-prisip riset.
2. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan berkomunikasi efektif
Praktis berbicara, berpidato, memimpin rapat, dialog, diskusi, negosiasi,
menyelesaikan konflik, menulis, membaca, wawancara, menjawab pertanyaan,
argumentasi dan lain-lain.
3. Membentuk sikap dan perilaku berkomunikasi:
a. Berkomunikasi yang menyenangkan, empati
b. Berkomuniaksi dengan kepercayaan pada diri
c. Menciptakan kepercayaan public dan pemberdayaan publik
d. Membuat oertukaran gagasan dan informasi makin menyenangkan
e. Memberikan apresiasi terhadap terbentuknya komunikasi yang baik (Report of
the Liberal Arts and Scienecs Task Force, Truman State University, 1994)
Manfaat mempelajari ilmu komunikasi kesehatan menurut Alo Liliwari. 2007 adalah:
a. Memahami interaksi antara kesehatan dengan perilaku individu.
b. Meningkatkan kesadaran kita tentang issue kesehatan, masalah atau solusi.
c. Menghadapi disparitas pemeliharaan kesehatan antaretnik atau antarras.
d. Memperkuat infrastuktur kesehatan masyarakat dimasa yang akan datang.
e. Sebagai tindak-lanjut dari kesadaran tersebut, kita dapat melakukan strategi intervensi
pada tingkat komunitas.
f. Menampilkan ilustrasi keterampilan, menggambarkan berbagai jemis keterampilan
untuk mememlihara kesehatan, pencegahan, advokasi atau sistem layanan kesehatan
kepada masyarakat.
g. Memperbarui peran para professional di bidang kesehatan masyarakat.
7
Dalam rangka memahami komunikasi kesehatan, perlu sedikit di bahas tentang kata
“komunikasi”, yang secara umum diartikan sebagai suatu proses yang kompleks dengan
beberapa karakteristik. Proses komunikasi biasanya melibatkan dua pihak, baik antar –
individu dengan individu, individu dengan kelompok atau antar - kelompok dengan
kelompok yang berinteraksi dengan aturan-aturan yang disepakati bersama.
Fokus utama dalam konteks suatu proses dan bagaimana proses komunikasi berfungsi
antar- individual atau kelompok dalam rangka “perubahan perilaku” kesehatan. Dalam bagian
ini kita akan membahas beberapa teori konsep, definisi serta asumsi-asumsi dalam proses
komunikasi antar-manusia (human communication). Disamping itu, kita akan menampilkan
beberapa model komunikasi yang umum digunakan untuk menjelaskan komunikasi
kesehatan.
a. Komunikasi
Menurut Clevenger, 1959 Komunikasi merupakan suatu terminology yang merujuk
pada suatu proses pertukaran informasi yang dinamis. Masing-masing pihak, baik
source maupun receiver terlibat dalam proses berbagi informasi. Situasi ini dapat
dilihat pada interaksi antara pekerjaan sosial dengan seorang perawat yang berkerja
sama untuk menyembuhkan seorang pasien. Komunikasi bersifat “serba ada” dan
berbentuk ganda (B.Augrey fisher, 1986)
b. Komunikasi antar-manusia (human communication)
Dalam sejarah perkembangan terdapat dua bentuk umum komunikasi, yakni
komunikasi antar manusia (human communication) dan komunikasi bukan antar-
manusia (non human communication), misalnya komunikasi antar –hewan sejenis dan
berbeda jenis serta komunikasi antar –hewan dengan lingkungan alam. Komunikasi
antar-manusia merupakan proses komunikasi yang berlangsung antar individu dengan
individu, individu dengan kelompok, dan antar kelompok manusia.
8
Factor yang membedakan komunikasi antar-manusia dengan jenis komunikasi lainnya
adalah digunakannya simbol-simbol dan “bahasa”. Bahasa yang digunakan manusia
untuk berkomunikasi erat kaitannya dengan “budaya”, maka komunikasi antar
manusia berlangsung dalam konteks kebudayaan. Konteks kebudayaan yang
membedakan manusia dengan makhluk lainnya, sedangkab komunikasi antar hewan
berlangsung berdasarkan instink atau instuisi semata. Cronkhite (1967) menyatakan,
bahwa komunikasi antar manusia terjadi ketika individu merespon symbol-simbol
tertentu dengan menggunakan bahasa. Selanjutnya Brown dan Keller (1979)
mendifinisikan komunikasi antar-manusia sebagai berikut: “ communication is
symbolic interaction; by mean what happen when one personsays spomething and the
other responds to it. We have to have at least one response to one initiation before we
can say we have established a connection or a relatedness of communication. Definisi
ini merujuk pada bagaimana seseorang berinteraksi dengan sesame, dengan
menggunakan bahasa. Pada kenyataannya, komunikasi antar manusia tidak statis,
tetapi sangat dinamis, melinbatkan “perasaan” dan “sikap” manusia. Komunikasi
kesehatan merupakan salah satu bentuk komunikasi antar manusia . illustrasi di bawah
ini menunjukkan hubungan antara komunikasi antar-manusia dengan komunikasi
kesehatan.
Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antar-manusia yang
berfokus pada bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok/masyarakat
menghadapi isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk
memelihara kesehatannya. Fokus dalam komunikasi kesehatan adalah “transaksi “
spesifik pada isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan dan factor-faktor yang
memperngaruhi transaksi tersebut. Transaksi yang berlangsung antar-ahli kesehatan
dan antar ahli kesehatan dengan klien merupakan perhatian utama dalam komunikasi
9
kesehatan. Transaksi tersebut berlangsung baik”verbal” maupun “non verbal”, “lisan”
atau “tulisan”, “personal’ atau “impersonal”. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa komunikasi kesehatan merupakan aplikasi dari konsep dan teori komunikasi
dalam transaksi yang berlangsung antar-individu/kelompok terhadap isu-isu
kesehatan. Lebih jauh lagi, menurut rasmuson (1988) dan ahli komunikasi lainnya
yang terlibat dalam proyek-proyek USAID untuk pengembangan komunikasi
kesehatan. Komunikasi kesehatan dipandang sebagai disiplin ilmu kkomunikasi
terapan yang digunakan untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan
masyarakat. Disiplin ini menggunakan metode dan prinsip-prinsip komunikasi massa,
desain pengajaran, pemasaran sosial, analisis perilaku dan antropologi medis. Sebagai
cabang ilmu yang baru. Komunikasi kesehatan paralel dengan cabang ilmu yang
lainnya, seperti psikologi kesehatan, sosiologi kesehatan, komunikasi biomedis ilmu
perilaku kesehatan.
B. Model-model Komunikasi Kesehatan
1. Model Stimulus-Respons
Model Stimulus-Respons (S-R) adalah komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi
oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik. Model tersebut
menggambarkan hubungan Stimulus-Respons. Dalam konsep yang fokusnya pada
lingkungan, pada dasarnya setiap kejadian selalu terdapat stimulus dan respons (Mubarak,
2011, p. 64).
Dalam konsep yang fokusnya pada lingkungan, pada dasarnya setiap kejadian yang kita
allami selalu terdapat stimulus dan respon. Kejadian yang ada menuntut kita untuk
menerjemahkan kedalam proses pikir kita berupa proses belajar dengan menggunakan
komunikasi intrapersonal, dimana dalam jiwa manusia terdiri atas kumpulan bermacam-
macam tanggapan yang terbentuk karena adanya stimulus dan respon.
10
Model stimulus-respon yang melibatkan stressors dan strains, ditambah dengan sebuah
bentuk hubungan yang penting karena hubungan antara seseorang dan lingkungannya
mendorong seseorang untuk bereaksi dan bertindak untuk memenuhi tuntutan yang harus
dipenuhi. Proses ini melibatkan interaksi dan penyesuaian secara berkesinambungan yang
disebut transactions, antara sesorang dan lingkungannya, dimana keduanya saling
memengaruhi satu sama lain. Dalam keperawatan kebutuhan dasar manusia sebagai
penopang hidup merupakan stimulus bagi seseorang yang menjadikan seeseorang tergerak
untuk bereaksi dan bertindak atas stimulus yang dirasakan dan dikehendaki sehingga timbul
reaksi untuk mencapai tujuan. Hal ini terjadi karena dalam model stimulus respon ada tujuan
yang ingin dicapai, baik tujuan negative maupun tujuan positif. Bila stimulus yang datang
baik, maka akan direspon baik, sebaliknya bila stimulus yang datang negative maka akan
direspon negative. Dalam memicu stimulus dibutuhkan kesadaran yang tinggi model ini
menunjukkan komunikasi sebagai proses aksi reaksi yang sangat sederhana. Dengan
demikian model stimulus respon mengabaikan komunikasi proses khususnya yang berkenaan
dengan factor manusia. Secara implisit ada amsumsi ada model stimulus respon ini yang
menyatakan perilaku (respon) manusia dapat diramalkan. Ringkasannya, komunikasi
dianggap statis; manusia dianggap berperilaku kekuatan dari luar (stimulus), bukan
berdasarkan kehendak, keinginan, atau kemauan bebasnya. Model ini lebih sesuai bila
diterapkan pada sistem pengendalian suhu udara dari pada perilaku manusia (Mubarak, 2011,
p.64-65).
2. Model Shannon-Weaver
Dalam model ini, komunikasi dipandang sebagai suatu “sistem”,ldimana “sumber”
informasi (source) memilih informasi yang dirumuskan (encode) menjadi pesan (message)
dan selanjutnya pesan ini dikirim dengan “isyarat” (signal) melalui “saluran” (channel)
kepada “penerima” (receiver). Kemudian penerima menerjemahkan pesan tersebut dan
11
mengirimkannya ke tempat tujuan (destination) (Notoadmojo, 2005, p. 148). Pola komunikasi
yang diterapkan adalah komunikasi satu arah yang berlangsung tanpa ada timbal balik secara
langsung. Apabila adanya hambatan (noise) dalam berkomunikasi, dapat mengganggu
keefektifan dari proses komunikasi.
a. Tingkat kedengaran manusia
b. Gangguan persepsi
c. Mispersepsi psikososial
d. Hardware/software
e. Lingkungan, dll
3. Model Lasswell
Model ini umumnya digunakan dalam komunikasi massa di mana komunikator sangat
powerful mampu mempengaruhi komunikan dan menganggap pesan yang disampaikan
mampu membawa efek dalam diri komunikan. Lasswell (1948) mengemukakan tiga fungsi
komunikasi, yaitu:pertama, pengawasan lingkungan yang mengingatkan anggota-anggota
masyarakat akan bahaya dan peluang dalam lingkungan; kedua, korelasi berbagai bagian
terpisah dalam masyarakat yang merespons lingkungan; dan ketiga, transmisi warisan sosial
dari suatu generasi ke generasi lainnya. terdapat tiga kelompok spesialis yang bertanggung
jawab melaksanakan fungsi-fungsi ini. Dalam penyebaran pola hidup sehat,decision
maker merupakan pengendali lingkungan, sedangkan tokoh masyarakat dan juga LSM
bertindak serta membantu mengorelasikan atau mengumpulkan respons orang-orang terhadap
informasi baru. Anggota keluarga dan tenaga kesehatan di lapangan mengalihkan warisan
sosial (Mubarak, 2011, p. 68). Unsur-unsur dalam komunikasi ini menggunakan lima
pertanyaan, yaitu:
a. Who (komunikator)
b. Say what (pesan yang disampaikan)
12
c. In which channel (saluran komunikasi)
d. To whom (penerima pesan)
e. With what effect (efek komunikasi yang disampaikan)
4. Model SMCR (Model Berlo)
Model ini menampilkan yang variabel dalam komunikasi yakni
source (sumber), message (pesan), channel (media), dan receiver (penerima). Model SMCR
melihat proses komunikasi berdasarkan keterampilan, sikap, pengetahuan dan latar belakang
budaya yang berbeda dari sumber informasi (source). Sementara itu, pesan (message) yang
disampaikan biasanya mengandung elemen-elemen tertentu, seperti struktur, isi dan kode-
kode yang unik. Pesan tersebut ditransfer melalui saluran yang melibatkan pendengaran,
penglihatan, sentuhan, bau dan rasa. Kemudian penerima (receiver) menginterpretasikan
pesan tersebut juga didasarkan pada keterampilan, sikap, pengetahuan dan latar belakang
sosio budaya yang berbeda, sehingga seringkali terjadi salah interpretasi dalam proses
komunikasi (Notoadmojo, 2005, p. 149)
Salah satu kekuatan dari model ini adalah bahwa komunikasi dilihat sebagai suatu
proses yang dinamis, bukan sekadar peristiwa yang statis. Sedangkan kekurangan dari model
ini adalah tidak adanya mekanisme “umpan balik” (feed-back) dalam proses tersebut. Apabila
model ini diaplikasikan dalam komunikasi kesehatan, maka model ini tidak mampu
menjelaskan betapa banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi
antar-petugas kesehatan dengan klien yang memiliki latar belakang keterampilan dan sosio
budaya berbeda. Mekanisme “umpan balik” diperlukan agar proses komunikasi menjadi lebih
dinamis dan dapat menghindari mis-interpretasi kedua belah pihak. Namun demikian, model
ini sangat bermanfaat untuk komunikasi antar-petugas kesehatan. Di bawah ini adalah
gambar yang mengilustrasikan tentang model SMCR (Notoadmojo, 2005, p. 149)
SOURCE MESSAGE CHANNEL RECEIVER
13
Keterampilan
berkomunikasiElemen Penglihatan
Keterampilan
berkomunikasi
Sikap Struktur Pendengaran Sikap
Pengetahuan Isi Sentuhan Pengetahuan
Sistem sosial Treatments Senyuman Sistem sosial
Budaya Kode Merasakan Budaya
Gambar 4: Model Berlo
5. Speech Communication Model
Model ini pertama kali dikembangkan oleh Miller (1972) yang melihat bahwa proses
komunikasi terdiri dari tiga variabel, yakni pembicara (speaker), pendengar (receiver), dan
umpan balik (feed-back). Dalam hal ini, pembicara menyampaikan “pesan” (informasi)
berdasarkan sikap tertentu, sedangkan pendengar menginterpretasikan pesan tersebut
berdasarkan sikap yang berbeda. Kemudian pendengar memberikan umpan balik (baik positif
maupun negatif) kepada pembicara. Demikian seterusnya sehingga terjadi proses komunikasi
yang hidup dan dinamis (Notoadmojo, 2005, p. 150). Model ini tampak sangat sederhana
(over simplified) untuk menjelaskan proses komunikasi yang kompleks dan rumit dalam
realitas, namun sangat mudah dipahami untuk menjelaskan proses komunikasi antar-manusia.
Hal-hal inilah yang merupakan kekuatan dan kelemahan dari Speech Communication
Model (Notoadmojo, 2005, p. 150)
6. Model Aristoteles
Model Aristoteles adalah modedl komunikasi yang palingng klasik, sering disebut juga
dengan Model Retoris (Rhethorical Model) yang kini lebih dikenal dengan komunikasi
publik (public speaking) atau pidato. Model Aristoteles ini melibatkan persuasi dimana berisi
suatu anjuran untuk melakukan dan mengimplementasikan suatu kegiatan sesuai dengan isi
pesan. Untuk itu harus dipersiapkan siapa yang menyampaikan (etos- kepercayaan pada
14
sipenyampai pesan), argumen yang dipersiapkan (logos, logika dalam pendapat) dan
bagaimana membawa dan memaikan e,osi khalayak untuk tertarik pada isi pesan (phatos-
emosi khalayak). Dengan kata lain, faktor-faktor yangb memaikan peran dalam menentukan
efek persuasi suatu pidato meliputi isi pidato, susunannya, dan cara penyampaiannya
(Mubarak, 2011. p. 66). Dalam perkembangan selanjutnya model Aristoteles
diimplementasikan dengan menempatkan baliho-baliho ditempat strategis yang berisi anjuran
untuk melakukan kegiatan sesuia isi pesan. Namun, banyak pakar berpendapat bahwa
penempatan baliho di tempat strategis merupakan bentuk komunikasi massa dan hal tersebut
kurang tepat bila ditinjau dari spesifik tujuan yang diingin dicapai sesuai dengan karakteristik
dari komunikasi persuasi (Mubarak, 2011. p. 67). Tiga unsur utama dalam Model Aristoteles
adalah sebagai berikut:
a. Pembicara (speaker)
b. Pesan (message)
c. Pendengar (listener)
Dalam Model Aristoteles ini tidak memuat unsur-unsur lainnya yang dikenal dalam
model komunikasi, seperti, umpan balik, efek dan kendala atau gangguan komunikasi.
Dengan demikian, komunikasi ini terkesan sangat simpel dan statis. Saat seseorang berbicara,
pesannya akan berjalan kepada khalayak, dan khalayak mendengarkan.pesan dirancang
sedemikian rupa untuk memengaruhi khalayak agar mau memerima pesan (Mubarak, 2011.
p. 67).
7. Model schramm
Model schramm memberikan gambaran proses komunikasi dari yang sederhana sampai
yang kompleks dengan menghadirkan tiga model. Model yang pertama adalah Wilbur
Schramm 1954 yang memperkenalkan model yang sangat sederhana, dimana dalam
berkomunikasi yang dibutuhkan perangkatnya hanya ada tiga unsur yaitu sumber (source),
15
pesan (message), sasaran (desfination). Model ini terkesan sangat sederhana sekali karena
hanya beriontasi pada penyampaian sinyal saja tanpa memperhatikan sisi lainnya dan
mengesampingkan lainnya, yang terpenting inti sinyal sudah dikomunikasikan pada
sasarannya. Dalam perkembangannya, sumber informasi tidak cukup hanya ditransmisikan
kesasaran saja melainkan juga membutuhkan kesamaan bidang pengalaman (field of
exprince) sehinggan dari model yang sederhana tersebut dikembangkan lagi menjadi model
yang kedua dengan menambah unsur bidang pengalaman, agar pesan bisa diterima oleh
penerima pesan dengan baik. Model yang kedua schramm memperkenalkan gagasan bahwa
kesamaan dalam bidang pengalaman, sumber dan sasaranlah yang sebenarnya
dikomunikasikan, karena bagian sinyal itulah yang dianut sama oleh sumber dan sasaran.
Model ketiga schram mengganggap komunikasi sebagai interaksi dengan kedua pihak, yang
menyandi , menafsirkan, dan menyandi balik, mentransmisikan dan menerima sinyal. Disini
kedua belah pihak sama-sama berfungsi sebagai encorder, interpreter, mmaupun decorder.
Ketika sumber memberikan pesan kepada tujuan maka sumber bertindak sebagi encorder
sedangkan tujuan bertindak sebagi decorder
C. Komunikasi Kesehatan sebagai Proses
Komunikasi kesehatan yaitu proses penyampaian pesan kesehatan oleh komunikator
melalui saluran/media tertentu pada komunikan dengan tujuan yang mengarah pada keadaan
sehat, baik secara fisik, mental maupun sosial. Komunikasi itu sendiri adalah pertukaran
pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim dengan si penerima pesan, sedangkan
kesehatan memiliki pengertian keadaan (status) sehat, baik secara fisik, mental maupun
sosial.
Adapun jenis-jenis komunikasi yaitu komunikasi verbal (melalui kata-kata) dan non
verbal (melalui bahasa tubuh). Namun berdasarkan jenis yang lain komunikasi terbagi-bagi
kembali menjadi komunikasi langsung (tanpa menggunakan alat), komunikasi tidak langsung
16
(menggunakan alat), komunikasi massa (kelompok orang dengan jumlah yang besar),
komunikasi kelompok (sekelompok orang yang umumnya bisa dihitung), komunikasi
perorangan (tatap muka), komunikasi satu arah (tidak mempunyai kesempatan memberikan
umpan balik), komunikasi timbal balik (memberikan umpan balik).
Ruang lingkup komunikasi kesehatan meliputi pencegahan penyakit, promosi
kesehatan, serta kebijakan kesehatan. Pencegahan penyakit dibagi menjadi 4 golongan yaitu
usaha pencegahan, usaha pengobatan, usaha promotif dan usaha rehabilitative. Kemudian
kebijakan kesehatan adalah ilmu yang mengembangkan kajian tentang hubungan antara
pemerintah dan swasta, distribusi kewenangan dan tanggung jawab antar berbagai level
pemerintah, kebijakan kesehatan memiliki kerangka konsep yaitu konteks, isi konten
(individu, pelaku dan organisasi) dan proses (individu, pelaku dan organisasi). Dampak
komunikasi kesehatan terhadap pembangunan kesehatan sebenarnya berbanding lurus. Makin
berhasil komunikasi kesehatan, maka makin berhasil pula pembangunan kesehatan itu.
Berdasarkan paradigma Laswell, Effendy (1994:11-19) membedakan proses
komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:
a. Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau
perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambing sebagai media.
Lambing sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan
pesan nonverbal. Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang
diterima oleh komunikan.
Prosesnya sebagai berikut, pertama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan
disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran atau
perasaannya ke dalam lambing (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan.
17
Kemudian, komunikan menterjemahkan (decode) pesan dari komunikator. Ini berarti
komunikan menafsirkan lambing yang mengandung perasaan dan pikiran komunikator.
Menurut Wilbur Schramm (dalam Effendy,1994) menyatakan bahwa komunikasi
akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka
acuan (frame of reference), yakni perpaduan pengalaman dan pengertian yang diperoleh
komunikan.
Kemudian Schramm juga menambahkan, bahwa komunikasi akan berjalan lancara
apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan dengan bidang pengalaman
komunikan.
Sebagai contoh: si A seorang mahasiswa ingin berbincang-bincang mengenai
perkembangan valuta asing dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Bagi si A
tentunya akan sangat mudah dan lancaraapabila pembicaraan mengenai hal tersebut
dilakukan dengan si B yang juga sama-sama mahsiswa. Seandainya si A membicarakan hal
tersebut dengan si C yang yang seorang pemuda desa tamatan SD tentunya proses
komunikasi tidak akan berjalan lancar.
b. Proses komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah prosese penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua
setelah memakai lambing sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media
ke daola dua komunikasi karena komunikan sebagai sarana berada di tempat yang relative
jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, fax, radio, majalah, dll merupakan media yang
sering digunakan dalan komunikasi.
18
D. Fase dari Model proses Komunikasi Kesehatan
The Health Communication Process Model melibatkan tujuh fase. Fase pertama
berfokus pada pemberian defenisi dan deskripsi masalah. Fase kedua (masukkan audiens)
melibatkan analisis audiens, pasar, dan pilihan saluran atau media dari mereka yang
dipengaruhi oleh masalah kesehatan. Fase ketiga mengidentifikasi strategi intervensi yang
tepat (pendidikan, kebijakan, layanan kesehatan, teknologi, mobilisasi masyarakat) yang
diperlukan untuk memodifikasi masalah kesehatan. Tahapan pemilihan strategi ini mencakup
penetapan apakah komunikasi merupakan stretegi utama atau pendukung. Fase keempat
melibatkan pembuatan pesan yang diperlukan untuk mendukung strategi intervensi pilihan.
Fase kelima difokuskan pada pemilihan lingkungan yang tepat-lokasi tempat audiens sasaran
paling efektif dijangkau. Fase keenam mengidentifikasi saluran yang tepat yang didasarkan
pada sebagian pada analisis saluran dalam fase 2. Fase ketujuh mengidentifikasi metode
komunikasi kesehatan yang tepat. Contoh konferensi pers atau publikasiberita, presentasi,
konseling, web page, dan materi cetak.
Fase 1: Definisi dan Deskripsi Masalah
Fase pertama melibatkan identifikasi masalah kesehatan dan mempertimbangkan
pesan dan teknik memungkinkan yang akan mempengaruhi audiens sasaran. Proses
identifikasi masalah kesehatan melibatkan pemberian pernyataan masalah kesehatan secara
jelas dan identifikasi mengapa hal itu menjadi masalah. Ada banyak cara untuk melakukan
aktifitas itu. Contoh, kita dapat mendeskripsikan kematian dan disabilitas berkaitan dengan
masalah kesehatan.
Setelah masalah didefinisikan dan dideskripsikan dengan tepat, kita perlu
mengidentifikasi audies target utama atau spesifik, yang akan menerima komunikasi
kesehatan.istilah yang digunakan untuk menjelaskan pendekatan ini di dalam komnikasi
19
kesehatan adalah segmentasi, yaitu aktivitas memecah suatu populasi yang besar menjadi
segmen-segmen yang dapat dikelola. Segmentasi didefinisikan sebagai suatu proses
pembagian sebuah populasi menjadi segmen-segmen yang berbeda yang didasarkan pada
karakteristik yang memengaruhi ketanggapan mereka pada intervensi. Segmentasi
memerlukan identifikasi audiens target utama yang memiliki karakteristik sama (mis, tingkat
kesiapan untuk berubah, kepercaan kesehatan).
Fase 2: Masukan Audiens
Setelah audiens target diidentifikasi, kita perlu mengumpulkan masukan darinya dan
melakukan pengkajian untuk lebih memahami audiens tersebut. Proses ini dikenal sebagai
penelitian formatif, yang melibatkan identifikasi terhadap keinginan dan kebutuhan suatu
audiens maupun faktor-faktor yang memengaruhi perilakunya, termasuk mafaat, kendala, dan
kesiapan untuk berubah. Pengkajian penelitian formatif bbiasa meliputi survey, focus group,
wawancar menyeluruh, wawancara ahli, pengumpulan pendapat umum, dan studi kassus.
Penelitian formatif melibatkn analisis audiens, pasar, dan analisis saluran, analisis audiens
berfokus pada karakter khas dari audiens target, termasuk keinginan dan kebutuhan. Analisis
pasar menguji kesesuaian antara focus minat (mis., perubahan perilaku yang diinginkan) dan
variable pasaar penting didalam audiens target. Istilaah yang digunakan dalam komunikasi
dan pemasaran berorientasi konsumen untuk variable itu adalah campuran peasara (marketing
fix). Marketing mix ini tersusun atas empat komponen, produk,harga, dan tempat.
Produk,produk dapat berupa perilaku, layanan, atau produk yang diinginkan unruk
pemanfaatan audiens target atau bahkan gagasan untuk diadaptasi. Harga merupakan biaya
yang harus dibayar konsumen untuk untuk menerapkan perilaku yang baru. Harga dapat
mencakup antara lain, uang, waktu, tenaga atau peluang, Tempat adalah lokasi produk dikaji
atau diperoleh. Penting untuk menetukan apakah produk paling baik diberikan dalam
lingkungan yang memungkinkan adanya dukungan sosial, atau apakah produk lebih tepat
20
didistribusikan melalui internet, surat, atau beberapa saluran lain. Terakhir, promosi
melibatkan metode yang digunakan untuk berkomunikasi dengan audiens sasaran dan sangat
serupa dengan analisis saluran. Analisis saluran, merupakan proses yang membantu
menentukan lingkungan, saluran dan metode, komunikasi mana yang kemungkinan yang
paling menarik bagi audiens target. Proses ini juga mencakup analisis lokasi tempat audiens
target paling mudah dijangkau (lingkungan), cara mereka menerima sebagai besar informasi
mereka (saluran), dan pilihan mereka akan metode komunikasi.
Dengan menggunakan perspektif audiens yang diperoleh dalam fase 2, proses
komunikasi kesehatan berfokus pada identifikasi pesan, lingkungan, saluran, dan metode
yang akan membentuk strategi intervensi. Walau diperlukan kerja dan sumber tambahan,
untuk memperoleh masukan seperti segmentasi dan riset formatif yang tepat, hasil kerja
dalam bentuk mutut intervensi dan hasil akhir ang efektif sebanding dengan investasi yang
dkeluarkan.
Fase 3: Pemilihan Strategi
Strategi dapat didefinisikan sebagai rencana umum tindakan yang dapat mencakup
beberapa aktivitas dan mempertimbangkan karakteristik populasi target. Pilihan strategi
membantu membentuk seleksi metode. Strategi promosi kesehatan yang efektif dapat
dikategorikan sebagai berikut:
- Strategi komunikasi kesehatan
- Strategi kebijakan atau penegakan
- Strategi mobilitas komunitas
- Strategi layanan kesehatan dan
- Strategi teknologi
21
Pemilihan strategi intervensi yang tepat dengan mengetahui bahwa komunikasi kesehatan
dilibatkan dalam setiap strategi promosi kesehatan.
Fase 4 :Penyususnan Pesan Untuk Audiens
Setelah pilihan (-pilihan) strategi diseleksi secara cermat, pertimbangkan pesan-pesan
yang perlu disampaikan kepada audiens target. Strategi yang dipilih akan mempengaruhi
jenis pesan yang akan diterima audiens target. Contoh, kampanye flouridasi yang difokuskan
pada membangun kesadaran melalui komunikasi kesehatan mungkin memiliki pesan berikut:
“Flouridasi air aman dan efektif bagi semua, dan akan mengurangi kasus gizi karies sampai
38%. Hubungi pembuat kebijakan Anda dan katakana kepada mereka bahwa Anda
mendukung peningkatan kesehatan gigi melalui flouridasi air.” Suatu pesan
kebijakan/pelaksanaan dapat berupa: “Flouridasi air merupakan metode yang paling biaya
efektif untuk meningkatkan kesehatan gigi dikalangan penduduk.” Pesan yang mendukung
teknologi dapat berupa: “Pemantauan dan pengaturan kadar flouridasi dalam air pada system
air untuk masak marupakan cara paling pasti untuk menurunkan kasus penyakit gigi.” Pesan
yang mendukung mobilisasi komunitas, misalnya: “Pembuat kebijakan yang Anda pilih
memutuskan untuk tidak menudukung flouridasi air, walau fakta menunjukkan bahwa
pemeliharaannya sangat mendukung prioritas komunitas yang sangat penting itu. Suara Anda
bergaraga agar pejabat yang Anda pilih mau mendengarkan. Telpon 555-2222 untuk
menyatukan suara Anda dengan yang lain.”Jelas sudah, pesan komunikasi kesehatan yang
didesain dengan baik adalah komponen penting dari jenis strategi apapun.
Pesan efektif didasarkan pada bagaimana metode dapat menghasilkan perubahan dan
menarik audiens targetnya. Pesan melibatkan poin-poin kunci yang akan mendorong audiens
untuk memberikan reaksi yang diharapkan. Suatu pesan kemungkinan akan lebih efektif jika
memiliki karakteristik tertentu yang menarik dan berhubungan dengan audiensnya.”Cara
22
untuk memastikan bahwa suatu pesan memang sesuai adalah dengan melakukan uji
pendahuluan dikalangan audiens target melalui salah satu metode penelitian formatif yang
teridentifikasi sebelumnya.
Ada empat karakteristik yang harus diperhitungkan ketika mendesain suatu pesan.
Karakteristik pertama adalah mutu, yang seringkali diukur melalui penilaian terhadap emosi.
Daya tarik emosional yang lazim mencakup pasan yang sedih, lucu, menimbulkan ketakutan,
ramalan, satu atau dua sisi, berdasarkan fakta atau bukti, implicit, atau eksplisit. Karakteristik
kedua adalah sumber. Pesan yang disusun dengan baik mungkin tidak dihiraukan jika tidak
disebarkan melalui sumber yang tepat dan terpercaya. Contoh sumber pesan antara lain
selebriti, teman sebaya, petugas pemerintah, dokter, konsultan, perawat, ilmuwan, tokoh
agama, pemimpin, dan politisi. Karakteristik ketiga melibatkan factor-faktor internal yang
berhubungan dengan audiens, seperti sikap pengetahuan, nilai maksud perilaku, perilaku,
tingkat melek huruf, rasa tau etnisitas, watak psikologis, pengalaman dengan tindakan yang
direkomendasikan, keterampilan, kerentanan dan keparahan masalah kesehatan yang
dirasakan, kesiapan untuk berubah, perhatian akan persetujuan orang lain, tujuan hidup, dan
standar pribadi. Karakteristik terakhir melibatkan factor-faktor eksternal, seperti dukungan
social, status sosio ekonomi, iklim politik, hokum, kebijakan tempat kerja, dan akses ke
layanan komunitas yang relevan dengan kesehatan.
Fase 5: Penetapan Lingkungan Penyampaian Pesan Anda
Satu komponen esensial dari aktivitas komunikasi kesehatan apapun adalah penetapan
lingkungan untuk menyampaikan pesan. Lingkungan mengacu kepada lokasi (-lokasi) tempat
pesan paling baik diterima atau paling disukai untuk diterima oleh audiens. Lingkungan juga
mengacu pada lokasi tempat audiens dapat dicapai dan pengaruhi untuk berpikir tentang
pesan. Lingkungan ditetapkan, sebagian, dari fase 2 (masukan audiens) dan dari umpan balik
23
audiens yang diperoleh setalah pesan dirancang. Lingkungan yang umum untuk penyampaian
pesan meliputi rumah, sekolah, tempat kerja, pusat layanan kesehatan, bisnis eceran, balai
masyarakat, tempat ibadah, lembaga pemerintah, perpustakaan, pusat perbelanjaan, pameran
kesehatan, koalisi, sarana transportasi, rapat PTA, dan permukiman. Penetapan lingkungan
jelas berhubungan dengan pesan yang akan disampaikan dan strategi yang dipilih.
Fase 6: Penetapan Saluran Penyampaian Pesan dalam Lingkungan Pilihan
Lingkungan akan mempengaruhi cara saluran yang dapat digunakan untuk mencapai
audiens tertentu. Saluran mengacu kepada sarana untuk menyampaikan suatu pesan kepada
audiens tertentu. Pemilihan saluran yang tepat untuk suatu audiens kerap berhubungan, atau
dalam beberapa kasus dibatasi, oleh lingkungan (-lingkungan) yang dipilih. Pemilihan saluran
yang tepat juga didasarkan pada umpan balik audiens melalui aktivitas penelitian formatif.
Contoh, apabila rumah teridentifikasi sebagai lingkungan utama, saluran yang tepat dapat
mencakup kunjungan rumah satu persatu, teknologi via telepon, atau media massa via
televise atau radio. Lingkungan tempat pesan disampaikan secara langsung dapat
mempengaruhi tipe saluran yang diperlukan untuk mencapai audiens target.
Fase 7: Penetapan Metode dan Materi Komunikasi Kesehatan
Metode komunikasi kesehatan adalah aktivitas yang digunakan untuk menyampaikan
pesan kunci kepada audiens melalui lingkungan dan saluran yang dipilih. Pemilihan metode
komunikasi dipengaruhi oleh keputusan yang diambil dalam keenam fase pertama. Contoh
metode komunikasi mencakup pemberitahuan di surat kabar atau konferensi pers, presentasi,
Web page, dan konseling. Penerapan berbagai metode komunikasi kesehatan juga mencakup
penyusunan materi pendukung, yang didefinisikan sebagai barang nyata yang diperlukan
untuk mendukung metode atau pesan komunikasi kesehatan. Materi pendukung ini
membantu meningkatkan penerimaannya, menguatkan daya tariknya, merangkum poin
24
utamanya, dan melengkapi pesan yang disampaikan melalui suatu saluran dalam lingkungan
tertentu. Contohnya mencakup perangkat media cetak, poster, periklanan, lembar terima
kasih, lembaran fakta, place mat, kurikulum, dan panduan coordinator program.
Cara paling baik untuk melihat bagaimana metode komunikasi kesehatan diseleksi, dan
bagaimana seleksi didasarkan pada fase-fase komunikasi kesehatan, pertimbangkan contoh
pelaksanaan nyata dalam bagian bab ini. Perhatikan bagaimana metode, pesan lingkungan,
dan saluran tercermin dalam setiap contoh. Amati bagaimana komponen tersebut berinteraksi,
khususnya berkaitan dengan strategi komunikasi kesehatan primer versus yang diseleksi dan
cara penerapannya.
25
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara
positif perilaku kesehatan masyarakat,dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode
komunikasi, baik menggunakan komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa.
Komunikasi kesehatan menjadi semakin populer dalam upaya promosi kesehatan selama 20
tahun terakhir. Komunikasi kesehatan didefinisikan secara luas oleh Everret Rogers sebagai
segala jenis komunikasi manusia yang berhubungan dengan kesehatan. Komunikasi
kesehatan sangat efektif dalam mempengaruhi perilaku karena didasarkan pada psikologi
sosial, pendidikan kesehatan, komunikasi massa, dan pemasaran untuk mengembangkan dan
menyampaikan promosi kesehatan dan pesan pencegahan.
Model proses komunikasi kesehatan melibatkan tujuh fase, yaitu:
1. Definisi dan deskripsi masalah
2. Masukan audiens
3. Pemilihan strategi
- Strategi komunikasi kesehatan
- Strategi kebijakan atau penegakan
- Strategi mobilisasi komunitas
- Strategi layanan kesehatan
- Strategi teknologi
4. Penyusunan pesan untuk audiens
5. Penetapan lingkungan penyampaian pesan anda
26
6. Penetapan saluran penyampaian pesan dalam lingkungan pilihan
7. Penetapan metode dan materi komunikasi kesehatan
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik. Atas perhatian pembaca, penulis
mengucapkan terimakasih.
27
DAFTAR PUSTAKA
http://sebilahukirankata.blogspot.com/2013/11/konsep-komunikasi-kesehatan.html
http://bloghajrahwawan.blogspot.com/2013/04/komunikasi-kesehatan.html
http://sebilahukirankata.blogspot.com/2013/11/model-model-komunikasi-kesehatan.html
28