TUGAS MAKALAH PENGANTAR BISNIS
ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB DALAM BISNIS
DOSEN :
Dwi Handarini, S. Pd, M.Ak.
DISUSUN OLEH:
Stephanie
Anissa Febriana
Daffa Bagaskoro
S1 Akuntansi A
Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Jakarta
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Bisnis merupakan realitas yang amat kompleks banyak faktor yang mempengaruhi dan
menentukan kegiatan bisnis. Antara lain faktor organisatoris manajerial, ilmiah teknologis, dan
politik-sosial-kultural, Kompleksitas bisnis (kegiatan sosial, bisnis dengan kompleksitas
masyarakat modern sekarang). Sebagai kegiatan sosial, bisnis terjalin dengan kompleksitas
masyarakat modern itu. Semua faktor yang membentuk kompleksitas bisnis modern sudah
sering dipelajari dan dianalisis melalui pendekatan ilmiah, khususnya ilmu ekonomi dan teori
manajemen. Sedangkan banyak perusahaan bisnis tidak mempunyai tanggung jawab, baik
dengan karyawannya, maupun lingkungannya (seperti membuang limbah dengan
sembarangan). Hal inilah yang dapat menjadikan perusahaan itu tidak eksis, bahkan menjadi
bangkrut.
BAB II
PEMBAHASAN
ETIKA BISNIS DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
1. Pengertian Etika Bisnis
Etika bisnis yaitu suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan
norma yang dijadikan tuntunan dan pedoman berperilaku dalam menjalankan kegiatan
perusahaaan. Yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan
bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan
masyarakat kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai
dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun
perusahaan di masyarakat. Secara sederhana, etika bisnis adalah perilaku etis atau tidak etis
yang dilakukan oleh manajer atau pemilik suatu organisasi. Etika bisnis lebih luas dari
ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan
standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan
wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum. Von der Embse dan R.A. Wagley
dalam artikelnya di Advance Managemen Jouurnal (1988), memberikan tiga pendekatan dasar
dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :
Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh
karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat
memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak
membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki
hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus
dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang
lain.
Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan
bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara
perseorangan ataupun secara kelompok.
A. Etika Individual
Perilaku etis dan tidak etis individu-individu dalam bisnis (manajer, karyawan, agen dan
perwakilan hukum lainnya) sebagian ditentukan oleh individu dan sebagian ditentukan oleh
budaya. Seorang anak membentuk standar etis dari orangtuanya. Di sekolah, standar etis
dipengaruhi oleh teman-teman sekitar. Ketika dewasa, pengalamanlah yang membentuk
perilaku etis.
B. Etika Manajerial
Yaitu standar perilaku yang memandu manajer dalam pekerjaan mereka.
1. Perilaku terhadap karyawan
Meliputi materi seperti merekrut dan memecat (yang didasarkan pada kemampuan
karyawan dalam bekerja, bukan latar belakang hidupnya), upah dan kondisi kerja, serta
memberikan privasi dan respek.
2. Perilaku terhadap organisasi
Meliputi kasus-kasus yang muncul dari perilaku karyawan terhadap atasannya, seperti
konflik kepentingan, kerahasiaan, dan kejujuran. Konflik kepentingan terjadi ketika suatu
aktivitas bisa menguntungkan individu dengan merugikan pihak atasannya. Masalah di bidang
kejujuran umumnya mencakup hal-hal seperti mencuri pasokan, menggelembungkan laporan
biaya dan menggunakan telepon kantor untuk kepentingan pribadi.
3. Perilaku terhadap agen ekonomi lainnya
Etika juga sangat diperlukan dalam hubungan antara perusahaan dan karyawannya
terutama pelanggan, pesaing, pemegang saham, pemasok, penyalur dan serikat buruh. Hal-hal
yang berpeluang terjadinya ambiguitas yaitu seperti aktivitas periklanan, laporan keuangan,
pemesanan & pembelian, tawar-menawar, perundingan, dan hubungan bisnis lainnya.
2. Menilai Perilaku Etis
Yang membedakan etis atau tidaknya suatu perilaku kadang bersifat subjektif.
Berikut yaitu tiga langkah sederhana untuk menerapkan penilaian etis:
1. Mengumpulkan informasi faktual yang relevan
2. Menganalis fakta-fakta untuk menentukan nilai moral yang paling tepat
3. Melakukan penilaian etis berdasarkan kebenaran atau kesalahan terhadap aktivitas atau
kebijakan yang akan kita nilai tersebut.
Walaupun nanti prosesnya tidak selalu berjalan seperti ketiga langkah diatas, penilaian
harus tetap dibuat. Karena jika tidak, rasa percaya yang sangat diperlukan dalam transaksi
bisnis akan hilang. Norma-norma etis juga muncul dalan kasus berikut ini:
Kegunaan ( Utility) : Apakah suatu tindakan mengoptimalkan keuntungan mereka
yang dipengaruhi oleh tindakan tersebut?
Hak ( Rights) : Apakah tindakan itu menghargai hak-hak orang yang terlibat?
Keadilan (Justice) : Apakah tindakan itu konsisten dengan keadilan?
Kepedulian (Caring) : Apakah tindakan tersebut konsisten dengan tanggung jawab
masing-masing kepada pihak lainnya?
3. Praktek-Praktek Perusahaan dan Etika Bisnis
Organisasi berusaha mendorong perilaku etis dan melarang perilaku tidak etis dengan
segenap cara. Karena manajer dan karyawan perusahaan semakin sering melakukan aktivitas
yang tidak etis dan bahkan ilegal di berbagai perusahaan, maka banyak perusahaan yang
mengambil langkah tambahan untuk mendorong perilaku etis di lingkungan kerja. Dengan
adanya kode etik yang terinci yang diberdayakan oleh pejabatnya, maka akan muncul harapan
akan tindakan etis dari para karyawannya. Dibawah ini adalah pendekatan yang paling umum
untuk membentuk komitmen manajemen puncak terhadap praktek bisnis yang etis:
Menerapkan Kode Etik Tertulis
Banyak perusahaan menuliskan kode etik tertulis yang secara formal menyatakan keinginan
mereka melakukan bisnis dengan perilaku yang etis. Jumlah perusahaan yang seperti itu
meningkat secara pesat akhir-akhir ini, bahkan kini hampir semua korporasi besar telah
memiliki kode etik tertulis.
Memberlakukan Program Etika
Banyak contoh mengemukakan bahwa tanggapan etis dapat dipelajari berdasarkan
pengalaman. Misalnya, satu contoh klasik beberapa tahun lalu, penyabot perusahaan meracuni
kapsul Tylenol, yang mengakibatkan kematian beberapa konsumen. Karyawan pembuat
Tylenol, mengetahui bahwa tanpa memerlukan instruksi atau pengarahan dari perusahaan,
mereka harus pergi ke rak-rak pengecer dan menarik produk itu secepat mungkin. Dalam hal
ini, karyawan tahu bahwa inilah yang diinginkan perusahaan. Sebagian besar analisis setuju
bahwa sekolah bisnis harus mengajarkan masalah-masalah etika di lingkungan kerja, agar kode
etis atas diri seseorang dapat muncul secara tanggap sesuai keadaan yang diperlukan.
4. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Keputusan Bisnis
Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu
landasan yang kokoh.
Ada beberapa kelompok yang dapat mempengaruhi kepentingan bisnis diantaranya:
o Para pengusaha dan mitra usaha
o Perusahaan pemasok bahan baku
o Organisasi pekerja yang mewakili pekerja
o Pemerintah yang mengatur kelancaran aktivitas usaha
o Bank penyandang dana perusahaan
o Investor penanam modal
o Masyarakat umum yang dilayani
o Pelanggan yang membeli produk
5. Manfaat Etika Berbisnis
Perusahaan yang etis dan memiliki tanggung jawab social mendapatkan rasa hormat dari
stekeholders.
Kerangka kerja yang kokoh memandu manager dan karyawan perusahaan sewaktu
berhadapan dengan rumitnya pekerjaan dan tantangan jaringan kerja yang semakin
kompleks.
Suatu perusahaan akan terhindar dari seluruh pengaruh yang merusak berkaitan dengan
reputasi
Banyak perusahaan yang menerapkan perilaku etis dan tanggung jawab social dapat
menambah uang dalam bisnis merek
Biasanya dimulai dari perencanaan strategis , organisasi yang baik, sistem prosedur yang
transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang
dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.
Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika bisnis akan selalu
menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang karena:
1. Mampu mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi, baik intern
perusahaan maupun dengan eksternal.
2. Mampu meningkatkan motivasi pekerja.
3. Melindungi prinsip kebebasan berniaga.
4. Mampu meningkatkan keunggulan bersaing.
Tidak bisa dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan akan
memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra produktif,
misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi dan lain
sebagainya. Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan.
Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika bisnis, pada umumnya
termasuk perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama
apabila perusahaan tidak mentolerir tindakan yang tidak etis.misalnya diskriminasi dalam
sistemremunerasi atau jenjang kerja. Perlu dipahami, karyawan yang berkualitas adalah aset
yang paling berharga bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus semaksimal mungkin
harus mempertahankan karyawannya.Untuk memudahkan penerapan etika perusahaan dalam
kegiatan sehari-hari maka nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis harus dituangkan
kedalam manajemen korporasi yakni dengan cara :
Menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code of conduct)
Memperkuat sistem pengawasan.
Menyelenggarakan pelatihan (training) untuk karyawan secara terus menerus.
6. Tanggung Jawab Sosial (CSR)
Tanggung jawab sosial yaitu usaha suatu bisnis menyeimbangkan komitmennya
terhadap kelompok dan individu dalam lingkungannya yang meliputi konsumen, bisnis lain,
karyawan, investor dan komunitas lokal.
A. Tanggung Jawab Terhadap Pelanggan
Tanggung jawab terhadap pelanggan jauh lebih luas daripada hanya menyediakan
barang/jasa. Perusahaan yang tidak bertanggung jawab terhadap pelanggannya akan kehilangan
kepercayaannya yang bisa mengakibatkan bisnis mati. Praktek bisnis yang tidak etis dan
bertanggung jawab terhadap pelanggan dapat dikenakan denda dan hukuman oleh pemerintah.
Bisnis yang bertanggung jawab terhadap pelanggan harus wajar dan jujur. Perusahaan
mempunyai tanggung jawab ketika memproduksi dan menjual produk. Dalam praktek
tanggung jawab tersebut meliputi:
Tanggung Jawab Produksi
Produk harus di produksi dengan keyakinan menjaga keselamatan pelanggan. Label
peringatan harus ada guna mencegah kecelakaan karna salah dalam penggunaan dan
adanya efek samping.
Tanggung Jawab Penjualan
Perusahaan tidak melakukan strategi penjualan yang telalu agresif atau iklan
menyesatkan. Perlu survei kepuasan pelanggan, dimana yang bersangkutan diperlakukan
sebagaimana mestinya. Sesungguhnya sebagian besar masalah dapat dihindari apabila
perusahaan mengikuti praktek-praktek yang telah diatur dan memperhatikan hukum
yang berkenaan dengan hak-hak konsumen.
Hak Konsumen
1. Hak atas produk yang sama
2. Hak mengetahui seluruh aspek yang berkaitan dengan suatu produk
3. Hak untuk didengar
4. Hak untuk memiliki apa yang telah dibeli
5. Hak untuk mendapatkan informasi tentang pembelian
6. Hak untuk mendapatkan pelayanan yang ramah
B. Tanggung Jawab Terhadap Karyawan
Bisnis yang bertanggung jawab memperlakukan karyawannya dengan adil,
menganggap pekerjanya sebagai bagian dari tim, dan menghormati harga diri dan kebutuhan
dasar manusiawi mereka. Proses perekrutan, penerimaan, pelatihan, promosi dan pemberian
kompensasi merupakan dasar tanggung jawab korporasi terhadap karyawan. Untuk
meyakinkan bahwa karyawan menerima perlakuan yang layak, beberapa perusahaan
menciptakan prosedur keluhan untuk karyawan yang merasa bahwa mereka tidak diberikan
kesempatan yang sama. Keluhan ditangani oleh seseorang atau departemen/bagian/seksi yang
ditunjuk perusahaan. Adanya masukan yang dimaksud perusahaan berusaha memecahkan dan
memperbaiki prosedurnya untuk menghindari keluhan karyawan selanjutya.
Komitmen Hukum dan Sosial
Perusahaan dikatakan memenuhi tanggung jawab hukum dan sosialnya apabila
karyawan diberi kesempatan yang sama tanpa memandang faktor suku, jenis kelamin dan
faktor tidak relevan lainnya. Korporasi harus berusaha keras untuk memastikan bahwa
mereka menyediakan lingkungan kerja yang aman secara fisik maupun sosial. Tanggung
jawab ini juga mencakup ketika usaha membantu pekerja mempertahankan keahlian kerja
yang sesuai dan memperlakukan pekerja dengan hormat dan belas kasih ketika terjadi
pemecatan.
Komitmen Etis: Kasus Khusus Para Pengadu (Whistle-Blower)
Whistle-Blower yaitu apabila karyawan mendeteksi dan berusaha mengakhiri tindakan
perusahaan yang tidak etis maka ia akan mempublikasikannya. Menghargai karyawan
sebagai manusia juga berarti menghargai perilaku mereka sebagai individu yang
bertanggung jawab secara etis. Jika seorang karyawan menemukan perusahaannya
terlibat dalam praktek yang tidak etis, idealnya karyawan itu dapat melaporkan
masalahnya kepada level manajemen yang lebih tinggi dengan keyakinan bahwa
manajernya akan menghentikan praktek itu.
C. Tanggung Jawab Terhadap Pemegang Saham
Para manajer harus mengikuti prosedur akuntansi yang pantas, memberikan informasi
yang tepat kepada pihak berkepentingan mengenai kinerja keuangan perusahaan, dan
mengelola perusahaan untuk melindungi hak dan investasi para pemegang saham. Akan terasa
sangat janggal apabila perusahaan mengabaikan investornya. Perilaku tidak bertanggung jawab
terhadap para pemegang saham sama artinya dengan merusak sumber daya keuangan
perusahaan. Berikut cara perusahaan meyakinkan tanggung jawab terhadap pemegang
sahamnya:
Manajer perusahaan memonitor keputusan perusahaan untuk meykainkan bahwa
mereka membuatnya untuk kepentingan pemilik.
Gaji karyawan dikaitkan dengan kinerja perushaan, dalam hal ini karyawan tinggal
memfokuskan pada memaksimalkan nilai perusahaan.
Cara pemegang saham meyakinkan tanggung jawabnya terhadap perusahaan:
Pemegang saham aktif dalam mempengaruhi kebijakan manajemen perusahaan,
terlebih ketika mereka tidak puas dengan gaji para eksekutif perusahaan atau kebijakan
lain. Pemegang saham yang sangat aktif umumnya investor intitusi yang memiliki
sejumlah saham besar. Mereka akan meminta pertanggungjawaban eksekutif
perusahaan atas ketidakpuasannya.
Berikut hal-hal tidak etis yang sering muncul:
Manajemen Finansial yang Tidak Wajar
Cek Kosong
Menuliskan cek yang uangnya belum dikreditkan pada bank sewaktu cek tersebut
dicairkan.
Insider Trading
Menggunakan informasi rahasia perusahaan untuk mendapatkan keuntungan
pribadi.
Penyimpangan Laporan Keuangan
Dalam mempertahankan dan melaporkan status keuangannya, setiap korporasi
harus tunduk pada praktek akuntansi yang digunakan secara umum.
D. Tanggung Jawab Terhadap Pemasok
Hubungan dengan para pemasok harus dikelola dengan hati-hati karena pentingnya
perjanjian persekutuan yang saling menguntungkan.
E. Tanggung Jawab Terhadap Komunitas Lokal
Apabila perusahaan membangun suatu basis komunitas, mereka menjadi bagian
dari komunitas. Perusahaan menunjukkan kepeduliannya kepada komunitas dengan
mensponsori event lokal atau memberi donasi kepada kelompok sosial lokal. Misalnya suatu
bank memberi kredit lunak kepada masyarakat sekitarnya yang berpenghasilan rendah dan
komunitas minoritas. Ada beberapa perusahaan besar memberi donasi kepada Universitas
terkemuka.
F. Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan
Proses produksi yang digunakan perusahaan juga produksi yang dihasilkan dapat
mencemari/merusak lingkungan misalnya polusi udara (CO2) yang berbahaya bagi masyarakat
dan polusi tanah akibat sampah atau limbah beracun yang mengakibatkan tanah tidak aktraktif
dan tidak berguna untuk keperluan lain seperti pertanian. Mengendalikan polusi merupakan
tantangan besar dalam bisnis kontemporer.
Polusi Udara
Polusi udara terjadi apabila beberapa faktor bergabung bersama sehingga menurunkan
kualitas udara. Karbon monoksida yang dikeluarkan mobil-mobil menimbulkan polusi
udara, seperti juga asap dan bahan kimia dari pabrik. Peraturan berupaya mengatur
polusi udara. Di bawah hukum yang baru, banyak perusahaan saat ini diharuskan
memasang alat-alat khusus untuk membatasi polutan yang mereka keluarkan ke
udara.
Polusi Air
Air terkena polusi terutama akibat pembuangan bahan-bahan kimia dan sampah.
Selama bertahun-tahun bisnis maupun kota membuang sampahnya ke dalam sungai
tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. Berkat undang-undang baru dan
meningkatnya kepedulian, kualitas air di berbagai daerah membaik.
Polusi Tanah
Terdapat dua masalah utama dalam polusi tanah. Yang pertama yaitu bagaimana
mengembalikan kualitas tanah yang telah rusak. Tanah dan air yang dirusak limbah
beracun, misalnya harus dibersihkan dulu karena kita tetap perlu menggunakannya.
Masalah kedua yaitu bagaimana cara mencegah terjadinya kontaminasi di masa
mendatang. Bentuk-bentuk limbah padat baru merupakan penyelesaian terhadap
masalah itu.
Pembuangan Limbah Beracun
Masalah yang paling kontroversial dalam polusi tanah adalah pembuangan
limbah beracun. Limbah beracun merupakan produk sampingan
berbahaya bagi proses manufaktur yang mengandung zat-zat
kimia dan radioaktif. Limbah tersebut harus disimpan karena tidak dapat
dihancurkan.
Daur Ulang
Daur ulang merupakan bidang kontroversial lainnya dalam polusi tanah. Hal ini
menjadi masalah bagi perusahaan-perusahaan yang kegiatannya banyak
menghasilkan limbah. Beberapa produk seperti kaleng dan gelas
alumunium dapat didaur ulang secara efisien. Lain halnya dengan plastik
yang menimbulkan masalah.
G. Pendekatan Tanggung Jawab Sosial
1. Sikap Obstruktif
Melibatkan tindakan seminimal mungkin dan mungkin melibatkan usaha-usaha
menolak atau menutupi pelanggaran yang dilakukan.
2. Sikap Defensif
Ditandai dengan perusahaan hanya memenuhi persyaratan hukum secara minimum atas
komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya.
3. Sikap Akomodatif
Pendekatan tanggung jawab sosial yang diterapkan suatu perusahaan dengan
melakukannya apabila diminta, melebihi persyaratan hukum minimum dalam
komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya.
4. Sikap Proaktif
Perusahaan aktif mencari peluang untuk memberikan sumbangan demi kesejahteraan
kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika adalah keyakinan tentang yang benar atau salah dan yang baik atau buruk. Etika
bisnis merujuk pada perilaku manajer dan karyawan organisasi. Etika manajerial adalah
standar-standar perilaku yang memandu manajer.
3 kategori cara etika manajerial dapat mempengaruhi kerja orang:
(1) Perilaku terhadap karyawan
(2) Perilaku terhadap organisasi
(3) Perilaku terhadap agen ekonomi lainnya
Tanggung jawab sosial merujuk pada upaya perusahaan dalam menyeimbangkan
komitmennya pada pihak-pihak berkepentingan organisasi. Banyak perusahaan berfokus pada
lima kelompok utama: pelanggan; karyawan; investor, pemasok, dan masyarakat setempat.
Ketika menetapkan tanggung jawab sosial, perusahaan berhadapan dengan empat bidang
perhatian:
(1) Tanggung jawab terhadap lingkungan;
(2) Tanggung jawab terhadap pelanggan;
(3) Tanggung jawab terhadap karyawan; dan
(4) Tanggung jawab terhadap investor.
Bisnis dapat mengambil satu dari 4 sikap yang menyangkut kewajiban sosialnya terhadap
masyarakat:
1. Sikap Obstruktif
Melibatkan tindakan seminimal mungkin dan mungkin melibatkan usaha-usaha menolak
atau menutupi pelanggaran yang dilakukan.
2. Sikap Defensif
Ditandai dengan perusahaan hanya memenuhi persyaratan hukum secara minimum atas
komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya.
3. Sikap Akomodatif
Pendekatan tanggung jawab sosial yang diterapkan suatu perusahaan dengan
melakukannya apabila diminta, melebihi persyaratan hukum minimum dalam komitmennya
terhadap kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya.
4. Sikap Proaktif
Perusahaan aktif mencari peluang untuk memberikan sumbangan demi kesejahteraan
kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya.
STUDI KASUS ETIKA BISNIS
Peternakan Ayam
Usaha peternakan ayam negeri atau broiler mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkankarena tingginya permintaan masyarakat akan daging. Usaha peternakan ayam ini juga memberikan keuntungan yang tinggi dan bisa menjadi sumber pendapatan bagi peternak ayam broiler tersebut. Akan tetapi, peternak dalam menjalankan usahanya masih mengabaikan prinsip-prinsip etika bisnis. Akhir-akhir ini usaha peternakan ayam dituding sebagai usaha yang ikut mencemari lingkungan.
Banyaknya peternakan ayam yang berada di lingkungan masyarakat dirasakan mulai mengganggu oleh warga terutama peternakan ayam yang lokasinya dekat dengan pemukiman penduduk. Masyarakat banyak mengeluhkan dampak buruk dari kegiatan usaha peternakan ayam karena masih banyak peternak yang mengabaikan penanganan limbah dari usahanya. Limbah peternakan yang berupa feses (kotoran ayam), dan sisa pakan serta air dari pembersihan ternak dan kandang menimbulkan pencemaran lingkungan masyarakat di sekitar lokasipeternakan tersebut. Selain itu timbulnya banyak lalat yang dikarenakan kurang bersih dan dirawatnya kandang, masyarakat takut lalat tersebut nantinya membawa penyakit. Dan satu lagi dari peternakan ayam negeri masyarakat mengkhawatirkan virus flu burung Avian Infuenza (H5N1)yang pada saat tahun 2008 lagi sedang gempar- gemparnya.
Oleh karena itu, peternak ayam negeri atau broiler harus memiliki etika bisnis yang baik bukan hanya mencari keuntungan semata namun juga harus menciptakan lingkungan yang sehat di sekitar peternakan. Dengan cara pengelolaan limbah yang baik misalkan dijadikan pupuk untuk tanaman atau untuk pakan ikan lele, menjaga kebersihan lingkungan dengan melakukan penyemprotan kandang disinfetan secara berkala agar tidak timbul banyak lalat & penyakit.
Dari contoh kasus diatas, maka dapat ditarik kesimpulan, jika saja peternakan tersebut menerapkan etika bisnis dengan baik, maka akan mendatangkan manfaat dari penerapan etika bisnis :
1. Perusahaan mendapatkan kepercayaan dari konsumen
Perusahaan yang jujur akan menciptakan konsumen yang loyal. Bahkan konsumen akan merekomendasikan kepada orang lain untuk menggunakan produk tersebut.
2. Citra perusahaan di mata konsumen baik
Dengan citra yang baik maka perusahaan akan lebih dikenal oleh masyarakat dan produknya pun dapat mengalami peningkatan penjualan.
3. Meningkatkan motivasi pekerja
Karyawan akan bekerja dengan giat apabila perusahaan tersebut memiliki citra yang baik dimata perusahaan.
4. Keuntungan perusahaan dapat di peroleh.
Etika adalah berkenaan dengan bagaimana kita hidup pada saat ini dan mempersiapkan diri untuk masa depan. Bisnis yang tidak punya rencana untuk menghasilkan keuntungan bukanlah perusahaan yang beretika.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Bisnis Edisi Kedelapan, Ricky W. Griffin & Ronald J. Ebert (diambil pada tanggal 24
September 2016)
2. Http://www.academia.edu/8847352/
Etika_dan_Tanggung_Jawab_Sosial_dalam_Bisnis_Internasional (diambil pada tanggal 24
September 2016)
3. Http://nahlbee.blogspot.com/2015/02/etika-bisnis-dan-tanggung-jawab-sosial.html (diambil
pada tanggal 24 September 2016)
4. Http://magical-koinouta.blogspot.com/2012/10/etika-bisnis-dan-tanggung-jawab-sosial.html
(diambil pada tanggal 24 September 2016)
5. Http://lailasoftskill.blogspot.co.id/2013/10/2-etika-dalam-bisnis.html (diambil pada tanggal
24 September 2016)
6. Https://luqmanpraz.wordpress.com/2014/11/04/etika-bisnis-contoh-nyata-dan-artikel-tugas/
((diambil pada tanggal 24 September 2016)