Transcript
  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    1/30

  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    2/30

    2

    1. 2 TUJUAN PEMBAHASAN

    Dalam penyusunan makalah ini tentunya memiliki tujuan yang diharapkan berguna

    bagi para pembaca dan khususnya kepada penyusun sendiri. Dimana tujuannya dibagi

    menjadi dua macam yang pertama secara umum makalah ini bertujuan menambah wawasan

    mahasiswa/i Fakultas Kedokteran, dimana pemikiran ilmiah sangat dibutuhkan bagi seorang

    dokter agar mampu menganalisis suatu masalah secara tepat dan cepat. Sedangkan secara

    khusus tujuan penyusunan makalah ini ialah sebagai berikut :

    1.

    Mampu mengetahui dan memahami definisi Emerging dan Re- Emerging Disease.

    2. Mampu mengetahui dan memahami jenis- jenis penyakit Emerging dan Re-

    Emerging.

    3. Mampu mengetahui dan memahami

    4. Mampu mengetahui dan memahami

    5. Mampu mengetahui dan memahami

    6. Mampu mengetahui dan memahami

  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    3/30

    3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2. 1 SKENARIO

    SKENARIO- 2

    EMERGING DISEASE

    Tim Universitas Negeri Manado (UNIMA) Choir akhirnya kembali ke Indonesia, setelah

    seluruh anggota tim dinyatakan bebas dari penyebaran virus H1N1 atau flu dikenal dengan

    flu babi, saat berlaga pada 2nd Asian Choir Games, Gyeongnam, Korea Selatan, 7-17 Juli

    2009.

    UNIMA Choir sendiri selama mengikuti lomba itu berada di INJE University Dormitory,

    Gimhae. Tak hanya UNIMA, beberapa tim lainnya, seperti tim Elfas Music School,

    Gorontalo Choir dan Riau Choir, sempat masuk karantina.

    2. 1. 1 KEYWORD

    1. Emerging disease : dari kata ini tim penyusun akan membahas permasalahan

    untuk menjadi suatu makalah.

  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    4/30

    4

    2. 2 LEARNING OBJECTIVE

    2. 2. 1 EMERGING & RE-EMERGING DISEASE

    A. Definisi

    Meskipun kemajuan luar biasa dalam penelitian medis dan perawatan selama abad 20,

    penyakit menular tetap menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia karena tiga alasan

    : (1) munculnya penyakit infeksi baru (emerging disease); (2) munculnya kembali penyakit

    menular lama (re-emerging disease), dan (3)intractable infectious disease.

    Emerging diseasetermasuk wabah penyakit menular yang tidak diketahui sebelumnya

    atau penyakit menular baru yang insidennya meningkat signifikan dalam dua dekade

    terakhir.

    Re-emerging diseaseatau yang biasa disebutresurging diseaseadalah wabah penyakit

    menular yang muncul kembali setelah penurunan yang signifikan dalam insiden dimasa

    lampau. Ada beberapa faktor yang menyebabkan dua permasalahan ini selalu muncul hampir

    disetiap tahunnya,yaitu :

    Evolusi dari microbial agent seperti variasi genetik, rekombinasi, mutasi dan adaptasi.

    Hubungan microbial agentdengan hewan perantara (zoonotic encounter).

    Perubahan iklim dan lingkungan.

    Perubahan prilaku manusia seperti penggunaan pestisida, penggunaan obat

    antimikrobial yang bisa menyebabkan resistensi dan penurunan penggunaan vaksin.

    Pekembangan industri dan ekonomi.

    Perpindahan secara massal yang membawa serta wabah penyakit tertentu (travel

    diseases).

    Perang seperti ancaman penggunaan bioterorisme atau senjata biologis.

  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    5/30

    5

    Emerging viruses merupakan virus yang dalam prosesnya beradaptasi untuk

    membentuk host baru dan vice versa. Contoh dari emerging virus adalah : Myxoma virus

    (Rabbitpox), virus influenza dan virus corona. Dapat dikatakan emerging virus karena :

    Merupakan penampakan virus baru dalam sebuah populasi.

    Berkembang secara cepat dalam membentuk host baru dengan meningkatkan

    korespondensi dalam deteksi penyakit.

    Evolusi Virus.

    Mutasi

    Rekombinasi

    Seleksi

    B. Etiologi

    Sudah banyak microbial agent (virus, bakteri, jamur) yang telah terindikasi

    menyebabkan wabah penyakit bagi manunsia dan juga memiliki karakteristik untuk

    mengubah pola penyakit tersebut sehingga menyebabkan wabah penyakit yang baru. Seperti

    yang dirilis dalamNational Institute of Allergy and Infectious Disease (NIAID)yang

    membagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu :

    1. Grup I : Pathogen baru yang diakui dalam 2 dekade terakhir.

    2. Grup II :Re-emergingpathogen.

    3. Grup III : Pathogen yang berpontesial sebagai bioterorisme.

    Peningkatan dan penguatan di bidang pemantauan kesehatan masyarakat (public

    health surveillance) sangat penting dalam deteksi dini dan penatalaksaanemergingdan re-

    emergingdiseaseini. Pemantauan secara berkelanjutan dengan memanfaatkan fungsi

    laboratorium klinis dan pathologis, pendekatan secara epidemiologi dan kesehatan

    masyarakat juga diperlukan dalam deteksi cepat terhadapat emergingdan re-emerging

    disease.

    http://www.niaid.nih.gov/topics/emerging/Pages/list.aspxhttp://www.niaid.nih.gov/topics/emerging/Pages/list.aspx
  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    6/30

    6

    C. Surveilance

    WHO telah merekomendasikan kepada setiap negara dengan sebuah sistem

    peringatan dini (early warning system) untuk wabah penyakit menular dan

    sistemsurveillance untuk emergingdan re-emerging disease khususnya untuk wabah

    penyakitpandemik. Sistem surveillance merujuk kepada pengumpulan, analisis dan

    intrepretasi dari hasil data secara sistemik yang akan digunakan sebagai rencana

    penatalaksaan (pandemic preparedness) dan evaluasi dalam praktek kesehatan masyakarat

    dalam rangka menurunkan angka morbiditas dan meningkatkan kualitas kesehatan(Center for

    Disease Control and Prevention/CDC).

    Contoh sistem surveillance ini seperti dalam kasus severe acute respiratory

    syndrome (SARS), dimana salah satu aktivitas di bawah ini direkomendasikan untuk harus

    dilaksanakan yaitu :

    1. Komprehensif atausurveillanceberbasis hospital (sentinel) untuk setiap individual

    dengan gejala acute respiratory ilnessketika masuk dalam rumah sakit.

    2.

    Surveillance terhadap kematian yang tidak dapat dijelaskan karena acute respiratory

    ilness di dalam komunitas.

    3. Surveillance terhadap kematian yang tidak dapat dijelaskan karena acute respiratory

    ilness di lingkup rumah sakit.

    4. Memonitor distribusi penggunaan obat antiviral untuk influenza A, obat

    antrimicrobial dan obat lain yang biasa digunakan untuk menangani kasus acute

    respiratory ilness.

    Fungsi utama dari sistem surveillance ini adalah : (1)Menyediakan informasi seperti

    pemantauan secara efektif terhadap distribusi dan angka prevalensi, deteksi kejadian luar

    biasa, pemantauan terhadap intervensi, dan memprediksi bahaya baru; (2)Melakukan

    tindakan dan intervensi. Sehingga diharapkan munculnya kejadian luar biasa yang bersifat

    http://en.wikipedia.org/wiki/Endemic_(epidemiology)http://en.wikipedia.org/wiki/Endemic_(epidemiology)
  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    7/30

    7

    endemik,epidemik danpandemik dapat dihindari dan mengurangi dampak merugikan akibat

    wabah penyakit tersebut. Tindak lanjut dari hasil surveillance ini adalah pembuatan

    perencanaan atau yang lebih dikenal dengan pandemic preparedness. WHO

    merekomendasikan prinsip-prinsip penatalaksaanpandemic preparednessseperti yang tertera

    di bawah ini :

    1. Perencanaan dan koordinasi antara sektor kesehatan, sektor nonkesehatan, dan

    komunitas.

    2.

    Pemantauan dan penilaian terhadap situasi dan kondisi secara berkelanjutan.

    3.

    Mengurangi penyebaran wabah penyakit baik dalam lingkup individu, komunitas dan

    internasional.

    4. Kesinambungan penyediaan upaya kesehatan melalui sistem kesehatan yang

    dirancang khusus untuk kejadianpandemik.

    5. Komunikasi dengan adanya pertukaran informasi-informasi yang dinilai relevan.

    Tindak lanjut dari hasilsurveillanceini adalah pembuatan perencanaan atau yang

    lebih dikenal denganpandemic preparedness. WHO merekomendasikan prinsip-prinsip

    penatalaksaanpandemic preparednessseperti yang tertera di bawah ini :

    1. Perencanaan dan koordinasi antara sektor kesehatan, sektor nonkesehatan, dan

    komunitas.

    2. Pemantauan dan penilaian terhadap situasi dan kondisi secara berkelanjutan.

    3. Mengurangi penyebaran wabah penyakit baik dalam lingkup individu, komunitas dan

    internasional.

    4.

    Kesinambungan penyediaan upaya kesehatan melalui sistem kesehatan yang

    dirancang khusus untuk kejadianpandemik.

    5.

    Komunikasi dengan adanya pertukaran informasi-informasi yang dinilai relevan.

    http://en.wikipedia.org/wiki/Endemic_(epidemiology)http://en.wikipedia.org/wiki/Epidemichttp://en.wikipedia.org/wiki/Pandemichttp://en.wikipedia.org/wiki/Pandemichttp://en.wikipedia.org/wiki/Epidemichttp://en.wikipedia.org/wiki/Endemic_(epidemiology)
  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    8/30

    8

    D. Jenis- Jenis Penyakit

    Virus RNA

    1) Avian Influenza in Humans (Flu Burung)

    Virus influenza merupakan virus RNA yang termasuk dalam family

    Orthomyxoviridae. Asam nukleat virus ini beruntai tunggal, terdiri dari 8 segmen gen

    yang mengkode sekitar 11 jenis protein. Virus influenza mempunyai selubung yang

    terdiri dari kompleks protein dan karbohidrat. Viru ini mempunyai spikes (tonjolan) yang

    digunakan untuk menempel pada reseptor yang spesifik pada sel-sel hospesnya pada saat

    menginfeksi sel. Terdapat dua jenis spikes yaitu yang mengandung hemaglutinin dan

    neuraminidase yang terletak di bagian luar virion. Virus influenza mempunyai 4 jenis

    antigen yang terdiri dari protein nukleokapsid, hemaglutinin, neuraminidase, dan protein

    matriks.

    Berdasarkan jenis antigen nukleokapsid dan matriks protein virus influenza

    digolongkan menjadi virus influenza A, B dan C.

    - Virus influenza A sngat penting dalam bidang kesehatan karena sangat

    pathogen baik bagi manusia ataupun hewan yang menyebabkan angka

    kematian dan kesakitan meningkat diseluruh dunia. Virus ini sering

    menimbulkan pandemic karena mudahnya bermutasi baik berupa antigenic

    drift ataupun antigenic shift sehingga membentuk varian baru yang lebih

    pathogen.

    - Virus influenza B adalah jenis virus yang hanya menyerang manusia dan

    jarang sekali atau tidak menyebabkan wabah pandemic.

  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    9/30

    9

    - Virus influenza C bisa menyebabkan infeksi pada manusia dan binatang,dan

    sama jarang sekali atau tidak menyebabkan wabah pandemic.

    Penularan atau transmisi dari virus influenza secara umum dapat terjadi melalui

    inhalasi, kontak langsung ataupun kontak tidak langsung. Kekhawatiran yang muncul

    dikalangan ahli genetika antara virus influenza burung dengan virus influenza manusia

    terjadi rekombinasi genetic, sehingga dapat menular antara manusia. Ada dua

    kemungkinan yang dapat menghasilkan subtype baru dari H5N1 yang dapat menular

    antara manusia ke manusia adalah :

    - Virus dapat menginfeksi manusia dan mengalami mutasi sehingga virus tersebut

    dapat beradaptasi untuk mengenali linkage RNA pada manusia atau virus burung

    tersebut mendapatkan gen dari virus influenza manusia sehingga dapat

    bereplikasi secara efektif didalam el manusia.

    - Jenis virus, baik avian ataupun vrus influenza tersebut dapat secara bersamaan

    menginfeksi manusia sehingga terjadi mix atau rekombinasi genetic, sehingga

    menghasilkan strain virus baru yang sangat virulen bagi manusia.

    Patogenesis.Mutasi genetic virus Avian influenza sering kali terjadi sesuai dengan

    kondisi dan lingkungan replikasinya. Mutasi gen ini tidak saja untuk mempertahankan

    diri tetapi juga dapat meningkatkan sifat patogenisitasnya. Penelitian terhadap virus

    H5N1 yang diisolasi dari pasien yang terinfeksi, menunjukan bahwa mutasi genetic pada

    posisi 627 dari gen PB2 yang mengkod ekspresi polymerase basic protein telah

    menghasilkan highly cleavable hemaglutinin glycoprotein yang merupakan factor

    virulensi yang dapat meningkatkan aktivitas replikasi virus H5N1 dalam sel hospesnya.

  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    10/30

    10

    Infeksi viru H5N1 dimulai ketika virus memasuki sel hospes setelah terjadi penempelan

    spikes virion dengan reseptor spesifik yang ada di permukaan sel hospesnya. Virion akan

    menyusup ke sitoplasma sel dan akan mengintegrasikan materi genetiknya didalam inti

    sel hospesnya, dan dengan menggunakan mesin genetic dari sel hospesnya, virus dapat

    bereplikasi membentuk virion-virion baru, dan virion ini dapat menginfeksi kembali sel-

    sel di sekitarnya. Dari beberapa hasil pemeriksaan terhadap specimen klinik yang

    diambil dari penderita ternyata avian influenza H5N1 dapat bereplikasi di dalam sel

    nasofaring dan didalam sel gastrointestinal. Virus H5N1 ini juga dapat ditemukan di

    dalam darah, cairan cerebrospinal dan tinja pasien (WHO, 2005). Fase penempelan

    (attachment) adalah fase yang paling menentukan apakah virus bisa masuk atau tidak

    kedalam sel hospesnya untuk melanjutkan replikasinya.

    Gejala Klinik. Masa inkubasi virus H5N1 yaitu sekitar 2-4 hari setelah terinfeksi,

    namun berdasarkan hasil laporan belakangan ini masa inkubasinya bsa mencapai antara

    4-8 hari. Sebagian pasien memperlihatkan gejala awal berupa demam tinggi (>380 C)

    dan gejala flu serta kelainan saluran nafas. Gejala lain yang dapat timbul adalah diare,

    muntah, sakit perut, sakit pada dada, hipotensi, dan juga dapat terjadi perdarahan dari

    hidung dan gusi. Gejala sesak nafas mulai muncul setelah 1minggu berikutnya. Gejala

    klinik dapat memburuk dengan cepat yang biasanya ditandai denganpneumonia berat,

    dyspnea, tachypnea, gambaran radiograpgy yang abnormal seperti diffuse, multifocal,

    patchy infiltrate, interstisial infiltrate, dan kelainan segmental atau lobular. Gambaran

    lain yang juga sering dijumpai berdasarkan hasil laboratorium adalah leucopenia,,

    lymphopenia, trombositopenia, peningkatan aminotransferase, hyperglycemia, dan

    peningkatan kreatinin.

  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    11/30

    11

    Diagnosis Laboratorium.Penderita yang terinfeksi H5N1 pada umumnya dilakukan

    pemeriksaan specimen klinik berupa swab tenggorokan dan cairan nasal. Untuk uji

    konfirmasi terhadap virus H5N1 harus dilakukan pemeriksaan dengan cara :

    a. Mengisolasi virus.

    b. Deteksi genom H5N1 dengan metode polymerase Chain Reaction menggunakan

    sepasang primer spesifik.

    c.

    Tes imunofluoresensi terhadap antigen menggunakan monoclonal menggunakan

    antibody terhadap H5N1.

    d. Pemeriksaan adanya peningkatan titer antibody terhadap H5N1.

    e. Pemeriksaan dengan metode western blotting terhadap H5 spesifik. Untuk

    diagnosis pasti, salah satu atau beberapa dari uji konfirmasi tersebut diatas harus

    dinyatakan positif.

    Terapi dan Manajemen.Terdapat 4 jenis obat antiviral untuk pengobatan ataupun

    pencegahan terhadap influenza, yaitu amantadine, rimantadine, zanamivir, dan

    oseltamivir (tamiflu). Mekanisme kerja amantadine dan rimantadine adalah menghambat

    replikasi virus. Namun demikian obat ini sudah tidak mempan lagi untuk membunuh

    virus H5N1 yang saat ini beredar luas. Kedua obat ini hanya efektif untuk influenza tipe

    A. Sedangkan zanamivir dan oseltamivir merupakan inhibitor neuraminidase. Diketahui

    bahwa neuraminidase ini diperlukan oleh virus H5N1 untuk lepas dari sel hospes pada

    fase budding sehingga membentuk virion yang infektif. Bila neuraminidase ini dihambat

    oleh oseltamifir atau zanamivir, maka replikasi virus tersebut dapat dihentikan.

  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    12/30

    12

    Zanamivir dan oseltamivir ini efektif untuk influenza tipe A dan B, dan kedua obat ini

    sedikit menimbulkan toksisitas.

    2)

    Swine Influenza (Flu Babi)

    - Penyakit pernafasan akut yang sangat menular diantara babi.

    - Disebabkan oleh satu dari beberapa virus swine influenza A : H1N1, H1N2,

    H3N1, H3N2.

    - Morbiditas cukup tinggi.

    - Mortalitas rendah(1-4%).

    - Virus menyebar diantara babi dengan cara aerosols, Kontak langsung dan

    tidak langsung, dan oleh asymptomatic carrier pigs.

    Genus dari virus ini adalah influenza virus type A, dimana virus influenza tipe A ini

    mampu menjangkiti manusia, babi, musang, dan unggas. Penamaan virus influenza

    didasarkan pada struktur permukaan dari virus tersebut. H, dimaksudkan untuk

    menunjukan protein Hemaglutinasi dan N menunjukan protein Neurominidase. Selama

    ini, telah ditemukan 16 subtype H dan 9 subtype N. kombinasi antara keduanya akan

    menghasilkan 144 jenis subtype virus influenza, seperti H1N1, H1N2, H1N3,sampai

    dengan H16N9. Menurut hasil penelitian para ahli, virus yang paling berbahaya adalah

    H1N1, H2N3, H5N1, dan H7N1. Berdasarkan WHO update (30 April 2009), sebenarnya

    pandemi ini sudah pernah terjadi pada saat perang dunia I. Dimana pada saat itu para

    tentara Spanyol yang menjajah Mexico adalah pembawa virus ini pertama kali. Pada saat

  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    13/30

    13

    itu wabah tersebut dinamakan Spanish Influenza, kejadian-kejadian serupa juga terjadi di

    tahun-tahun berikutnya di berbagai Negara seperti Hongkong dan Jepang (1970),

    Thailand (1983), Amerika (1998), dan Mexico (2009). Kejadian-kejadian wabah

    influenza lebih sering disebabkan oleh hewan, baik hewan ternak (babi dan unggas)

    ataupun hewan liar (musang dan unggas liar). Kejadian yang sekarang ini disebabkan

    oleh babi, pada babi virus ini akan bermutasi dan menata diri yang kemudian dapat

    menjangkiti manusia. Jumlah kasus yang terjadi di Indonesia menurut data terakhir

    mencapai 420 kasus. Untuk kasus yang terjadi di Indonesia memang tidak terbukti

    bahwa babi sebagai penyebab utama. Diduga penularan melalui antar manusia, walaupun

    hal ini kerap dibantah oleh Dinas Kesehatan. Pembawa virus ini juga diduga berasal dari

    mobilitas orang-orang yang masuk ke Indonesia dari Negara yang terkena wabah seperti

    Mexico. Masa inkubasi virus ini adalah sekitar 1-7 hari, masa penularan satu hari

    sebelum sakit, dan 7 hari sesudah sakit (onset ).

    Cara penularan. Adalah dengan cara kontak langsung dengan penderita karena

    berbicara ataupun percikan batuk atu bersin, dan atau kontak dengan benda yang

    terkontaminasi dengan virus H1N1. Secara operasional Definisi kasus swine influenza

    dibagi menjadi 3, yaitu :

    1.

    Suspek

    Seseorang dengan gejala infeksi pernapasan akut (demam 38oC) mulai dari

    yang ringan (Influenza like Illnes) sampai dengan Pneumonia, ditambah salah

    satu keadaan di bawah ini :

    o Dalam 7 hari sebelum sakit, pernah kontak dengan kasus konfirmasi

    swine influenza (H1N1)

  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    14/30

    14

    o Dalam 7 hari sebelum sakit pernah berkunjung ke area yang terdapat satu

    atau lebih kasus konfirmasi Swine influenza (H1N1)/ Flu Meksiko.

    2.

    Probabel

    Seseorang dengan gejala di atas disertai dengan hasil pemeriksaan laboratorium

    positif terhadap Influenza A tetapi tidak dapat diketahui subtypenya dengan

    menggunakan reagen influenza musiman. Atau Seseorang yang meninggal karena

    penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang tidak diketahui penyebabnya dan

    berhubungaan secara epidemiologi (kontak dalam 7 hari sebelum onset) dengan

    kasus probable atau konfirmasi.

    3.

    Konfirmasi

    Seseorang dengan gejala di atas sudah dikonfirmasi laboratorium swine influenza

    (H1N1)/ Flu Meksiko dengan pemeriksaan satu atau lebih test di bawah ini :

    - Real time RT PCR

    - Kultur virus

    - Peningkatan 4 kali antibody spesifik swine influenza (H1N1) / Flu

    Meksiko dengan netralisasi tes.

    - Sampai saat ini antivirus yang masih sensitif adalah Oseltamivir dan

    Zanamivir, sedangkan Amantadine dan Rimantadine sudah resisten.

  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    15/30

    15

    Penderita yang terjangkit virus flu babi mempunya ciri-ciri (WHO) :

    - Panas demam yang tinggi diatas 39 derajat C

    - Nyeri di persendian

    - Hidung berair yang tak seperti biasanya karena paru-paru berair.

    Vaccine untuk Swine Influenza:

    -

    Saat ini tidak tersedia.

    - Vaccine untuk influenza (Seasonal flu) tidak diketahui efektivitasnya

    untuk mencegah swine flu.

    - Virus Influenza A sangat cepat bermutasi.

    Pencegahan.

    - Hindari babi yang sedang sakit dan orang yang sedang menderita demam

    dan gejala influenza lainnya.

    -

    Hygiene yang baik: Cuci tangan dengan sabun sesering mungkin.

    - Virus swine influenza mati dengan memanaskan pada suhu 70C.

    - Lakukan kebiasaan hidup sehat: cukup istirahat, makanan berimbang,

    lakukan aktivitas fisik cukup.

  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    16/30

    16

    Diagnosis (Pada anak dan dewasa). Diagnosis influenza A baru H1N1 ditegakkan

    berdasarkan kriteria klinis berupa gejala Influenza Like Ilness (ILI) yaitu demam

    dengan suhu > 380C, batuk, pilek, nyeri otot dan nyeri tenggorok. Gejala lain yang

    mungkin menyertai adalah sakit kepala, sesak napas, nyeri sendi, mual, muntah dan

    diare. Pada anak gejala klinis dapat terjadi fatique. Diagnosis influenza A baru H1N1

    dengan RT-PCR dilakukan hanya untuk pasien yang dirawat, kluster dan kasus-kasus

    influenza yang tidak lazim (unusual). Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada

    pasien yang dirawat (criteria sedang dan berat).

    - Laboratorium : darah perifer lengkap, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal, gula

    darah sewaktu.

    - Radiologi: foto toraks.

    -

    Pemeriksaan lainnya tergantung indikasi.

    - Pada darah perifer lengkap bila ditemukan leukopenia dan trombositopenia

    dapat memperkuat diagnosis namun bila tidak ditemukan leukopenia dan

    trombositopenia tidak menyingkirkan diagnosis.

    -

    Diagnosis influenza A baru H1N1 secara klinis dibagi atas kriteria ringan,

    sedang dan berat.

    - Kriteria ringan yaitu gejala ILI, tanpa sesak napas, tidak disertai pneumonia dan

    tidak ada faktor risiko.

  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    17/30

    17

    - Kriteria sedang gejala ILI dengan salah satu dari kriteria: faktor risiko,

    penumonia ringan (bila terdapat fasilitas foto rontgen toraks) atau disertai

    keluhan gastrointestinal yang mengganggu seperti mual, muntah, diare atau

    berdasarkan penilaian klinis dokter yang merawat.

    - Kriteria berat bila dijumpai kriteria yaitu pneumonia luas (bilateral, multilobar),

    gagal napas, sepsis, syok, kesadaran menurun, sindrom sesak napas akut

    (ARDS) atau gagal multi organ.

    - Kelompok risiko tinggi pada dewasa adalah faktor yang dapat memperberat

    keadaan yaitu penyakit paru kronik (asma, penyakit paru obstruksi kronis

    (PPOK)), kehamilan, obesitas, penyakit kronik lainnya (penyakit jantung,

    diabetes mellitus, gangguan metabolik, penyakit ginjal, hemoglobinopati,

    penyakit immunosupresi, gangguan neurologi), malnutrisi dan usia > 65 tahun.

    - Kelompok risiko tinggi pada anak adalah :

    Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Influenza A Baru H1N1 :

    - Anak berusia kurang dari 5 tahun.

    - Anak atau remaja (usia 6 bulan18 tahun) yang mendapat terapi aspirin jangka

    panjang dan berisiko mengalami sindrom Reye setelah mendapat infeksi virus

    influenza.

  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    18/30

    18

    - Anak dengan penyakit paru kronik (asma, bronkiektasis, dysplasia

    bronkopulmonal), penyakit jantung, ginjal dan hati, penyakit neuromuskular

    kronik (sindrom down, CP spastic, delayed development, miastenia gravis).

    - Anak dalam keadaan imunokompromais (keganasan, anemia aplastik,dalam

    terapi imunosupresi atau HIV), diabetes mellitus, hipertensi, obesitas dan

    tinggal di rumah perawatan dan fasilitas perawatan kesehatan lainnya.

    - Kriteria pneumonia berat pada dewasa yaitu bila dijumpai salah satu atau lebih

    kriteria minor atau mayor.

    - Kriteria minor yaitu Frekuensi napas > 30 /menit, foto toraks paru menunjukkan

    kelainan bilateral atau melibatkan 2 lobus, tekanan sistolik < 90 mmHg, tekanan

    diastolik 4 jam (septik syok), kreatinin serum >2 mg/dl atau peningkatan >2

    mg/dl, pada penderita penyakit ginjal atau gagal ginjal yang membutuhkan

    dialisis, PaO2/FiO2 kurang dari 300

    mmHg.

    - Kriteria pneumonia pada anak yaitu gejala ILI dan frekuensi napas yang cepat

    (frekuensi napas sesuai usia) dan/atau terdapat kesukaran bernapas yang

    ditandai dengan retraksi sela iga, retraksi epigastrium, retraksi suprasternal,

    retraksi subkostal (chest indrawing) atau napas cuping hidung.

    3) SARSSevere Acute Respiratory Syndrome

    Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau Sindroma Pernapasan

    sangat akut adalah penyakit infeksi pada jaringan paru manusia yang sampai saat ini

  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    19/30

    19

    belum diketahui pasti penyebabnya. Penyakit ini dicurigai pertaman kali timbul di

    provinsi Guangdong, RRC. Diketahui penyakit SARS ini mempunyai tingkat

    penularan yang tinggi terutama diantara petugas kesehatan yang selanjutnya

    menyebar ke anggota keluarga dan pasien pasien Rumah Sakit. Angka kematian

    diantara penderita (CFR) diketahui sekitar 4%. Dan hingga saat ini SARS dilaporkan

    telah menyebar di berbagai negara ditandai dengan ditemukannya penderita yang

    dicurigai SARS. Dengan kenyataan diatas maka pada tanggal 15 Maret 2003, WHO

    menetapkan SARS merupakan ancaman kesehatan global (Global Threat) yang harus

    mendapat perhatian dari semua negara di dunia. Indonesia merupakan negara

    kepulauan dengan wilayah yang luas dan berbatasan dengan negara negara

    terjangkit dan negara tempat ditemukannya penderita SARS. Keadaan ini menjadi

    ancaman terhadap masuknya penyakit ini ke wilayah Indonesia dan didukung oleh

    banyaknya jalur transportasi langsung dengan daerah daerah di Indonesia.

    Agar ancaman masuknya penyakit SARS dapat dicegah dan atau diminimalisir serta

    penyebaran lebih lanjut di masyarakat tidak terjadi bila masuk ke Indonesia maka

    perlu ada pedoman penanggulangan terhadap penyakit SARS. Karena merupakan

    penyakit yang baru, dimana belum ada pedoman penanggulangannya maka dipandang

    perlu segera dibuat pedoman penanggulangan yang dapat digunakan sebagai acuan

    oleh setiap petugas kesehatan dalam bertindak.

    Epidemiologi. Pertama kali ditemukan di Asia pada pertengahan Februari,

    SARS telah menyerang lebih dari 450 orang di 3 benua dan menyebabkan pnemonia

    berat pada sebagian besar pengidap. Data terakhir yang dikumpulkan oleh WHO

    menunjukkan kecenderungan penyakit tersebut telah meluas di seluruh dunia.

  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    20/30

    20

    Etiologi. Etiologi SARS saat ini masih menjadi bahan penelitian para ahli. Penelitian

    saat ini mengarah kepada Coronavirus, walaupun tipe lain yaitu Paramyxovirus juga

    dipikirkan menjadi penyebab SARS. Para ahli juga memikirkan kemungkinan SARS

    disebabkan oleh infeksi ganda oleh 2 virus baru yang bekerja secara simbiosis sehingga

    menyebabkan klinis yang berat pada manusia.

    Coronavirus. Coronavirus memiliki bentuk bundar, ukuran 100-150 nm terdiri dari

    RNA rantai tunggal. Dua bentuk tipe coronavirus manusia yang telah diidentifikasi adalah

    strain 229E yang telah diisolasi dari kultur sel seperti fibroals sel paru-paru embrional, dan

    strain OC43 yang diisolasi dari kultur organ. Studi pada pasien dewasa, coronavirus dijumpai

    pada 4 15 % penyakit respirasi akut dengan puncak hingga 35%. Pada anak-anak dijumpai

    pada 8 % dengan puncak hingga 20%. Masa inkubasi berkisar 24 hari, lebih lama daripada

    rhinovirus. Untuk diagnosis serologis dengan spesimen serum, tes fiksasi komplemen dan

    ELISA dapat mendeteksi baik strain 229E maupun OC43. Pemeriksaan hemagglutination-

    inhibition dapat juga digunakan untuk diagnosis serologis untuk grup OC43.

    Parainfluenzavirus. Parainfluenza virus adalah penyebab penting penyakit infeksi

    saluran nafas bawah pada anak, yang merupakan penyebab utama croup

    (laringotrakeobronkitis akut) dan penyebab kedua terbanyak penyakit saluran nafas

    bawah akut pada bayi-bayi yang dirawat setelah RSV. Parainfluenza virus merupakan

    genus Paramyxovirus, berbentuk pleomorfik, berukuran 150 200 nm, mengandung

    genom RNA rantai tunggal. Pada manusia virus ini diidentifikasi menjadi 4 tipe.

    Parainfluenza virus tersebar di seluruh dunia dan hampir semua orang dewasa pernah

    terkena selama masa anak-anak. Virus ini menyebar dari orang ke orang melalui

    sekret yang terinfeksi.

  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    21/30

    21

    Diagnosis serologis dapat dilakukan dengan cara tes fiksasi komplemen,

    ELISA, netralisasi dan hemagglutin-inhibisi. Masa inkubasi SARS adalah 2 7 hari,

    beberapa mengatakan sampai 10 hari. Terdapat 2 definisi kasus klinis SARS menurut

    WHO yaitu :

    1. Suspected case :

    Temperatur tubuh > 38 C DAN

    Satu atau lebih gejala gangguan saluran pernafasan ( batuk, nafas

    pendek, sulit nafas, hipoksia, atau gambaran radiologis berupa

    pnemonia atau sindrom distress pernafasan akut ) DAN

    Bepergian dalam 10 hari saat onset gejala ke daerah yang tercatat atau

    diduga terdapat transmisi SARS ATAU kontak erat dalam 10 hari

    dengan penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang

    bepergian ke daerah SARS atau orang yang diketahui merupakan

    suspect case.

    Kontak erat didefinisikan sebagai : orang yang merawat, tinggal

    serumah, atau kontak langsung dengan cairan saluran nafas dan/atau

    cairan tubuh dari penderita SARS.

    2. Probable case :

    Suspect case dengan disertai dengan gambaran foto rontgen dada

    sesuai pneumoni atau respiratory distress syndrome (RDS) ATAU

  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    22/30

    22

    Suspect case yang meninggal dengan penyebab penyakit respiratorik

    yang tidak dapat diterangkan penyebabnya, pada pemeriksaan autopsi

    didapatkan hasil pemeriksaan patologi sesuai dengan RDS yang tidak

    dapat diidentifikasi penyebabnya.

    Gejala tambahan.Selain demam dan gejala respiratorik, SARS dapat disertai

    dengan gejala lain seperti kaku otot, nafsu makan menurun, lesu, bingung

    (confusion), ruam kulit dan diare. Banyak kasus pada awalnya mengeluh nyeri

    kepala hebat, dizzines, dan demam tinggi selama perjalanan penyakit. Pada kasus

    tertentu terjadi perubahan keadaan umum memburuk secara cepat sejalan dengan

    penurunan saturasi oksigen dan gejala acute respiratory distress, sehingga

    membutuhkan bantuan ventilator. Sepuluh persen di antaranya memerlukan

    perawatan di Unit Perawatan Intensif.

    Pemeriksaan Penunjang. (1) Foto rontgen dada. Terdapat gambaran foto yang

    khas, dimulai dengan gambaran unilateral , patchy shadowing, apabila keadaan

    pasien memburuk dalam waktu 1-2 hari, terjadi infiltrat interstitial/confluent

    bilateral dan menyeluruh. Namun kadang-kadang pada beberapa kasusu gambaran

    patchy pada goto toraks tidak tidak tampak. Pada akhir perjalanan penyakit

    beberapa pasien mengalami Adult Respiratory Distress Syndrome (ADRS); (2)

    Laboratorium : pada awalnya gambaran darah tepi normal, tetapi pada hari ke 3-4

    sakit, umumnya dijummpai limfoni (>50% kasus) dan Trombositopenia; Enzim

    hati meningkat, dan nilai PT dan PTT abnormal; Peningkatan kadar kreatinin

    fosfokinase dan CRP terjadi pada beberapa kasus

    Terapi. Regimen terapi meliputi beberapa antibiotik untuk mengobati bakteri yang

    telah diketahui pada pnemonia atipik. Di beberapa lokasi, terapi juga meliputi

  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    23/30

    23

    antivirus seperti oseltamivir atau ribavirin. Steroid diketahui juga diberikan secara

    oral atau intravena pada pasien bersama dengan ribavirin dan antimikroba lainnya.

    Sampai saat ini terapi yang paling efektif belum diketahui.

    E. Epidemiologi

    virus :

    Virus Ebola : Wabah pertama terjadi pada tahun 1976 dan penemuan virus itu dilaporkan

    pada tahun 1977 . Kasus adat telah dikonfirmasi di empat negara di Afrika ( Cte d' Ivoire,

    Republik Demokratik Kongo , Gabon dan Sudan ) . Melalui Juni 1997, 1 054 kasus telah

    dilaporkan ke WHO , 754 di antaranya terbukti fatal. Kera yang terinfeksi dengan strain Asia

    Ebola yang diimpor dari Filipina ke Amerika Serikat pada tahun 1989 dan 1990 , dan ke

    Italia pada tahun 1992 . Regangan Asia ini , Ebola Reston - , tampaknya tidak menyebabkan

    penyakit pada manusia .

    Human immunodefi ciency virus ( HIV ) : Virus yang menyebabkan AIDS pertama kali

    diisolasi pada tahun 1983 . Pada awal Juni 1998 , jumlah kasus AIDS yang dilaporkan ke

    WHO oleh otoritas nasional sejak awal epidemi ini dekat dengan 1,9 juta . Namun,

    diperkirakan bahwa , sejak awal epidemi , 30.600.000 orang di seluruh dunia telah terinfeksi

    HIV dan hampir 12 juta telah meninggal karena AIDS atau penyakit terkait AIDS .

    Hepatitis C : Diidentifikasi pada tahun 1989 , virus ini sekarang dikenal sebagai penyebab

    paling umum pasca transfusi hepatitis di seluruh dunia , dengan sekitar 90 % dari kasus di

    Jepang , Amerika Serikat dan Eropa Barat . Sampai dengan 3 % dari populasi dunia

    diperkirakan terinfeksi , di antaranya 170 juta adalah pembawa kronis berisiko terkena sirosis

    hati dan / atau kanker hati .

  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    24/30

    24

    Virus Influenza A ( H5N1 ) : virus influenza ini adalah patogen terkenal di burung tapi

    diisolasi dari kasus manusia untuk pertama kalinya pada tahun 1997 . Munculnya influenza

    manusia A ( H5N1 ) pada awalnya mengikuti skenario kemungkinan pandemi influenza

    berikutnya diharapkan tapi , dalam acara tersebut , virus ditularkan buruk dan penyebaran

    virus tampaknya telah terkandung pada tahun 1997 .

    bakteri :

    Legionella pneumophilia: Deteksi bakteri pada tahun 1977 menjelaskan wabah pneumonia

    berat di pusat konvensi di Amerika Serikat pada tahun 1976 dan sejak saat itu telah dikaitkan

    dengan wabah terkait dengan kurang terpelihara sistem pendingin udara.

    Escherichia coli O157 : H7 : Terdeteksi pada tahun 1982 , bakteri ini biasanya ditularkan

    melalui makanan yang terkontaminasi dan menyebabkan wabah sindrom uremik hemolitik di

    Amerika Utara , Eropa dan Jepang . Sebuah wabah meluas di Jepang pada tahun 1996

    menyebabkan lebih dari 6 000 kasus di antara anak-anak sekolah , di antaranya dua

    meninggal . Selama wabah tunggal di Skotlandia pada tahun 1996 , 496 orang jatuh sakit , di

    antaranya 16 meninggal .

    Burgdorferi Borrelia : Terdeteksi di Amerika Serikat pada tahun 1982 dan diidentifikasi

    sebagai penyebab penyakit Lyme , bakteri ini sekarang dikenal menjadi endemik di Amerika

    Utara dan Eropa dan ditularkan ke manusia oleh kutu .

    Vibrio cholerae O139 : Pertama terdeteksi pada tahun 1992 di India , bakteri ini telah

    dilakukan sejak dilaporkan di 7 negara di Asia . Munculnya serotipe baru memungkinkan

    organisme untuk terus menyebar dan menyebabkan penyakit bahkan pada populasi dilindungi

    oleh antibodi yang dihasilkan sebagai respon terhadap paparan sebelumnya untuk serotipe

    lain dari organisme yang sama .

  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    25/30

  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    26/30

  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    27/30

    27

    beberapa kasus , berkembang menjadi retinitis , ensefalitis atau perdarahan . Setelah hujan

    normal berat di Kenya dan Somalia pada akhir 1997 dan awal 1998 , RVF terjadi di wilayah

    yang luas , menghasilkan penyakit pada ternak dan menyebabkan demam berdarah dan

    kematian di antara populasi manusia . Luasnya wabah dan tingkat keparahan penyakit itu

    mungkin karena banyak faktor , termasuk kondisi iklim , kekurangan gizi , dan , mungkin ,

    rute infeksi .

    Demam kuning ( YF ) :YF adalah contoh dari penyakit yang vaksin yang efektif ada tetapi ,

    karena tidak banyak digunakan di berbagai daerah beresiko , wabah terus terjadi . Ancaman

    YF hadir di 33 negara di Afrika dan delapan di Amerika Selatan . Sejak pertengahan 1980-an

    telah terjadi peningkatan yang stabil dalam jumlah kasus atau negara melaporkan kasus (

    hingga 5 300 per tahun di seluruh dunia ) , namun jumlah sebenarnya dari kasus yang terjadi

    bisa banyak kali lebih tinggi , sebagai wabah pada umumnya terjadi di daerah terpencil

    daerah dan kehilangan perhatian pelayanan kesehatan . YF biasanya penyakit dari daerah

    hutan tropis di mana virus bertahan pada monyet . Manusia membawanya kembali ke desa

    mereka dan jika vektor nyamuk cocok hadir , penyakit ini akan menyebar dengan cepat dan

    membunuh sebagian besar penduduk , yang tidak memiliki kekebalan.

  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    28/30

    28

    BAB III

    PENUTUP

    3. 1 KESIMPULAN

    1.

    Penyakit- penyakit yang termasuk dalam emerging disease antara lain :

    Virus Ebola

    HIV

    Hepatitis C

    H5N1

    H1N1

    Vibrio Cholerae

    Dsb

    2.

    Penyakit- penyakit yang termasuk dalam Re-emerging Disease ialah :

    Difteri

    Demam Dengue

    Meningitis menokokkus

    Demam Kuning

    Demam Rift Valley

    Dsb

  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    29/30

    29

    3. 2 SARAN

    Dalam penyelesaian makalah ini kami juga memberikan saran bagi para pembaca dan

    mahasiswa yang akan melakukan pembuatan makalah berikutnya :

    1. Kombinasikan metode pembuatan makalah berikutnya.

    2. Pembahasan secara langsung dengan informasi yang benar- benar up to date.

    Beberapa poin di atas merupakan saran dari tim yang dapat diberikan, apabila ada

    yang ingin melanjutkan penelitian terhadap makalah ini, dan demikian makalah ini

    disusun serta besar harapan nantinya makalah ini dapat berguna bagi para pembaca

    khususnya mahasiswa fakultas kedokteran UISU smester VII/2013 dalam menambah

    wawasan dan ilmu pengetahuan.

  • 8/10/2019 BAB I Emerging and Re- Emerging Disease

    30/30


Top Related