Download - BAB I
![Page 1: BAB I](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100601/557212c3497959fc0b90e15f/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu reaksi anak terhadap stress emosional yaitu dengan
mengompol. Ngompol atau enuresis adalah pengeluaran urine tanpa disadari
ketika tidur. Dapat terjadi pada anak-anak maupun remaja bahkan dewasa.
Ngompol pada usia Batita menurut Lidia dalam Handayani Faras adalah hal
yang masih wajar. Namun lewat dari usia itu orang tua bolehlah merasa
khawatir(Faras, 2005).
Menurut Wong (1996) anak usia 24 bulan (2 tahun) telah siap untuk
kontrol usus dan kandung kemih disiang hari, dan pada usia ini anak
mengalami perkembangan vokalisasi dengan mengungkapkan kebutuhan
untuk toileting. Pada usia 3 tahun anak telah mencapai kontrol usus dan
kandung kemih di malam hari, serta dapat memenuhi kebutuhan toileting
kecuali cebok (wong, 1996).
Faktor bawaan merupakan warisan dari sifat ibu/bapak atau pengaruh
sewaktu anak berada dalam kandungan, misalnya pengaruh gizi, penyakit, dll.
Faktor bawaan dapat mempercepat, menghambat, atau melemahkan pengaruh
lingkungan. Tidak dapat dibandingkan anak yang satu dengan yang lain tanpa
memperhitungkan faktor ini (Nyoman, 2003).
Menurut Kurniati (2008), kejadian ngompol lebih besar pada laki-laki
yaitu 60% dan anak perempuan 40%. Pada sebagian besar kasus ngompol
dapat sembuh dengan sendirinya ketika usia anak 10-15 tahun. Hanya 1 dari
1
![Page 2: BAB I](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100601/557212c3497959fc0b90e15f/html5/thumbnails/2.jpg)
2
100 yang masih tetap ngompol setelah 15 tahun. Statistik menunjukkan 25%
anak ngompol pada usia 5 tahun akan menurun menjadi 5% pada usia 10 tahun
dan tinggal 2% pada usia 10-15 tahun. Salah satuh penyebab ngompol adalah
faktor genetik. Letak kelainannya terdapat pada kromoson 12 dan 13. Bila
salah satu orang tua waktu kecil mengalami ngompol, maka 44% dari anaknya
mempunyai resiko mengalaminya. Bila kedua orang tua waktu kecil suka
ngompol, 77% dari anaknya mempunyai resiko mengalami.
Keluarga adalah lingkungan yang pertama kali menerima kehadiran
anak. Dalam mengasuh anak, orang tua dipengaruhi oleh budaya yang ada
dalam lingkungan.Disamping itu orang tua juga diwarnai oleh sikap-sikap
tertentu dalam memelihara, membimbing, dan mengarahkan putra-putrinya.
Hal tersebut tercermin dalam pola asuh orang tua terhadap anak-anaknya
(Tarsis, 2005).
Orang tua adalah pendidik pertama bagi anak. Orang tua bertanggung
jawab penuh atas kemajuan dan perkembangan anak, karena sukses tidaknya
anak bergantung pada pengasuhan, perhatian, dan pendidikannnya.
Kesuksesan anak merupakan cermin atas kesuksesan orang tua (Kaswati &
Risal, 2011).
Melalui orang tua anak beradaptasi dengan lingkungan dan mengenal dunia
sekitarnya serta pola pergaulan hidup yang berlaku di lingkungannya. Ini
disebabkan karena orang tua merupakan dasar pertama bagi pembentukan pribadi
anak. Bentuk-bentuk pola asuh orang tua sangat erat hubungannya dengan
kepribadian anak setelah menjadi dewasa (Gustina Theresia, 2010).
![Page 3: BAB I](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100601/557212c3497959fc0b90e15f/html5/thumbnails/3.jpg)
3
Perkembangan pada usia 3-6 tahun masuk dalam tahap masa anak
prasekolah, dimana anak sudah memiliki inisiatif dan ide-ide untuk melakukan
hal-hal yang baru dan sudah memiliki satu tujuan dan lebih terorganisasi. Pada
masa ini sebagai orang tua sebaiknya tidak melarang dan tidak menyalahkan anak,
sikap orang dewasa yang tidak mendukung inisiatif pada anak dan akan
menumbuhkan perasaan bersaalah pada anak (Wahyudin & Agustin, 2011).
Lingkungan dalam proses belajar, berpengaruh besar untuk
perkembangan emosi pada anak usia prasekolah, terutama lingkungan yang
berada paling dekat dengan anak khususnya ibu atau pengasuh
anak.Thomoson dan Lagatutta (2006), menyatakan bahwa perkembangan
emosi anak usia prasekolah sangat dipengaruhi oleh pengalaman daan
hubungan keluarga dalam setiap hari, anak belajar emosi baik penyebab
maupun konsekuensinya (Riana, 2011).
Berdasarkan hasil wawancara dari orang tua anak, dari 39 orang anak di
Taman Kanak-Kanak Al-Amin Faud Bulukumba yang masih mengalami
ngompol sebanyak 31 orang hal ini disebabkan karena pola asuh orang tua
yang kurang baik.
Berdasarkan uraian tersebut diatas peneliti merasa tertarik untuk meneliti
hubungan pola asuh orang tua terhadap kebiasaan ngompol pada anak usia
prasekolah di Taman Kanak-Kanak Al-Amin Bulukumba.
![Page 4: BAB I](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100601/557212c3497959fc0b90e15f/html5/thumbnails/4.jpg)
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merumuskan penelitian
sebagai berikut: “Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan
kebiasaan ngompol pada anak usia prasekolah di Taman Kanak-Kanak Al-
Amin Bulukumba “.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan pola asuh orang tua dengan kebiasaan
ngompol pada anak usia prasekolah.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya hubungan pola asuh demokratis orang tua dengan
kebiasaan ngompol anak usia prasekolah.
b. Diketahuinya hubungan pola asuh otoriter orang tua dengan
kebiasaan ngompol anak usia prasekolah.
c. Diketahuinya hubungan pola asuh permisif orang tua dengan
kebiasaan ngompol anak usia prasekolah
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Keperawatan
Dengan penelitian ini memberi ilmu keperawatan anak, terutama
mengenai kebiasaan ngompol pada anak usia prasekolah yang
dihubungkan dengan reaksi emosiaonal anak akibat pola asuh yang tidak
tepat diperankan oleh orang tua.
![Page 5: BAB I](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100601/557212c3497959fc0b90e15f/html5/thumbnails/5.jpg)
5
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini akan membuka wawasan dan pengetahuan masyarakat
terutama orang tua dalam menerapkan pola asuh yang tepat bagi anaknya,
sehingga tidak menimbulkan konflik bagi anak yang diekspresikan dengan
kebiasaan mengompol.
3. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan sebagai peneliti pemula dalam hal
melaksanakan riset dan menambah pengetahuan mengenai hubungan
antara pola asuh orang tua terhadap kebiasaan ngompol pada anak.