1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekarang ini penggunaan teknologi internet dimasyarakat Indonesia semakin
meningkat. Hal tersebut didukung dengan berkembangnya smartphone,
sehingga masyarakat dimudahkan dalam mengakses internet. Internet dapat
digunakan untuk mencari teks, gambar, video, maupun grafik.Penggunaan
teknologi internet yang semakin canggih ini juga dimanfaatkan oleh
perusahaan. Salah satunya dengan menggunakan media website dalam internet
untuk memberikan informasi yang terkait dengan perusahaan. Dengan
penggunaan website ini para pengguna informasi akan mendapatkan akses
yang lebih mudah dalam mencari informasi tentang perusahaan.
Perkembangan teknologi web-based reporting sangat cepat terutama di negara
berkembang karena diiringi dengan berkembangnya teknologi infrormasi dan
komunikasi (Khadaroo, 2005).
Website sebagai salah satu media pengungkapan informasi memiliki banyak
kelebihan yaitu mudah menyebar (pervasiveness), tidak mengenal batas
(borderless-nes), real time, berbiaya rendah (low cost) dan mempunyai
interaksi yang tinggi (high interaction) (Tedjo, 2010). Dengan adanya
kelebihan penggunaan website tersebut, perusahaan akan mampu
meningkatkan daya saingnya, penggunaan website dalam informasi
perusahaan ini disebut internetcorporate reporting(ICR).ICR memang sudah
2
banyak dilakukan oleh perusahaan finansial maupun non finansial di
Indonesia.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan
yang bermanfaat bagi para pemakai informasi dalam pengambilan keputusan.
Perusahaan diharuskan mampu memenuhi kebutuhan informasi yang
dibutuhkan oleh semua pihak, selain itu perusahaan juga dapat mencapai
target dan mampu mampertahankan kesuksesan perusahaan (Widaryanti,
2011).
Mekanismecorporate governance adalah suatu konsep tata kelola perusahaan
untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui pengawasan atau pemantauan
kinerja manajemen dan menjamin pertanggungjawaban manajemen kepada
pihak-pihak yang berkepentingan. Bhuiyan dan Biswas (2007) menjelaskan
pentingnya pengungkapan corporate governance. Pengungkapan corporate
governance yang akurat, tepat waktu dan transparan dapat menambah nilai
bagi para stakeholders. Jika tidak ada pengungkapan yang memadai, para
stakeholderstidak dapat meyakini bahwa kegiatan pengelolaan perusahaan
oleh manajemen dilakukan dengan cara yang bijaksana dan hati-hati untuk
kepentingan mereka. Perusahaan menerapkan mekanisme corporate
governance untuk meyakinkan transparansi dan akuntanbilitas dari
perusahaan. Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) telah
mempublikasikan Pedoman Umum Good Corporate Governance pada tahun
3
2006 sebagai panduan bagi perusahaan di Indonesia dalam
mengimplementasikan prinsip good corporate governance.
Penelitian ini menjelaskantentang pengaruh ukuran perusahaan,
profitabilitas,leverage, growth, ukuran dewan komisaris, struktur kepemilikan
manajerial terhadap tingkat pengungkapan ICR.Ukuran Perusahaan (size)
menunjukkan banyak sedikitnya informasi yang dipublikasi.Semakin besar
perusahaan dan semakin dikenal oleh masyarakat, maka semakin banyak
informasi yang bisa diperoleh investor dan semakin kecil pula ketidakpastian
yang dimiliki oleh investor. Alasan lainnya adalah dengan ukuran perusahaan
(size) investor dapat mengetahui kemampuan perusahaan dalam
mengimformasikan laporan keuangan perusahaan melaui internet
(Yulianadkk., 2011).
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba (profit)
selama periode tertentu dengan menggunakan aktiva yang produktif atau
modal, baik modalsecara keseluruhan maupun modal sendiri. Menurut
Kusrinanti dan Syafruddin (2002) mengatakan bahwa perusahaan dengan
profitabilitas yang tinggi akan lebih cenderung mengungkapkan informasi
lebih banyak. Informasi ini berguna untuk kelangsungan posisi perusahaan
tersebut.
Leverage merupakan rasio yang menunjukkan tingkat proporsi penggunaan
utang dalam membiayai investasi (Raharja dan Sari, 2008). Pecking Order
Theory menjelaskan sumber dana yang disukai perusahaan adalah internal
financing (pendanaan hasil operasi). Jika dana internal masih belum
4
mencukupi, maka dibutuhkan pendanaan dari hasil utang serta penerbitan
saham baru (Sejjaka, 2004). Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi
cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi kewajibannya.
Dengan demikian, semakin rendah leverage perusahaan maka akan semakin
tinggi peringkat yang diberikan pada perusahaan.
Andry (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan yang positif dalam annual
surplus dapat mengindikasikan atas berbagai kondisi financial.
Konsekuensinya, mereka memprediksi bahwa semua pemegang yang
memiliki pertumbuhan yang tinggi dari tahun ke tahun dalam bisnis adalah
lebih besar kemungkinan secara sukarela untuk kredit rating daripada insurer
yang memiliki pertumbuhan yang lebih rendah. Dengan kata lain, insurer
yang pengalaman growth dalam pelaporan annual surplus akan mendapatkan
level risiko penjaminan yang lebih tinggi.
Fungsi service menyatakan bahwa dewan komisaris dapat memberikan
konsultasi dan nasehat kepada manajemen dan direksi. Ukuran dewan
komisaris merupakan jumlah anggota dewan komisaris perusahaan
(Sembiring, 2005). Dewan komisaris bertanggung jawab mengawasi dan
memberi nasihat kepada direksi. Semakin besar jumlah anggota dewan
komisaris, maka kinerja direksi semakin efektif sehingga pengungkapan yang
dilakukan semakin luas.
Struktur kepemilikan manajerial dipercaya memiliki kemampuan jalannya
perusahaan yang nantinya mempengaruhi kinerja suatu perusahaan (Jensen
dan Meckling, 1976). Struktur kepemilikan manajerial dapat dijelaskan dalam
5
dua sudut pandang yaitu pendekatan keagenan dan pendekatan
ketidakseimbangan. Pendekatan keagenan menganggap struktur kepemilikan
manajerial merupakan suatu instrument atau alat yang digunakan untuk
mengurangi konflik diantara klain terhadap sebuah perusahaan, pendekatan
ketidakseimbangan informasi memandang mekanisme struktur kepemilikan
manajerial sebagai cara untuk mengurangi ketikdakseimbangan informasi
antara insider dan outsider memulai pengungkapan didalam perusahaan.
Penelitian ini merupakan replikasi dari Anna (2012). Perbedaan dalam
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu:
1. Menghilangkan salah satu variabel independen yaitu foreign listing karena
penelitian ini hanya dilakukan terhadap perusahaan yang berada di
Indonesia.
2. Menambah variabel independen yaitu ukuran dewan komisaris untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap tingkat pengungkapan ICR.
3. Memperpanjang periode penelitian yaitu pada tahun 2012-2013.
Berdasarkan latar belakang tersebut serta berbagai penelitian-penelitian
terdahulu maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Mekanisme Corporate Governance dan Informasi Keuangan terhadap
Tingkat Pengungkapan Internet Corporate Reporting (Studi pada
Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2012-2013 yang Tergabung
dalam Index Kompas 100)”.
6
B. Batasan Penelitian
Penelitian ini hanya dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode
2012-2013 yang tergabung dalam index kompas 100 karena semua perusahaan
yang terdaftar dalam index kompas 100 diperkirakan sekitar 70-80% dari total
Rp 1.582 triliun nilai kapitalisasi pasar seluruh perusahaan yang tercatat di
BEI. Penelitian ini meneliti tentang mekanisme corporate governance yang
diproksikan dengan ukuran dewan komisaris dan struktur kepemilikan
manajerial serta informasi keuangan yang diproksikan diproksikan dengan
ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan growth terhadap tingkat
pengungkapan internet corporate reporting.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu:
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap tingkat
pengungkapan ICR?
2. Apakah profitabilitas berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan
ICR?
3. Apakah leverage berpengaruh negatif terhadap tingkat pengungkapan
ICR?
4. Apakah growth berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan ICR?
5. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat
pengungkapan ICR?
7
6. Apakah struktur kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap
tingkat pengungkapan ICR?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dalam penelitian ini adalah
untuk menguji apakah:
1. Pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap tingkat pengungkapan ICR.
2. Pengaruh positif profitabilitas terhadap tingkat pengungkapan ICR.
3. Pengaruh negatif leverage terhadap tingkat pengungkapan ICR.
4. Pengaruh positif growth terhadap tingkat pengungkapan ICR.
5. Pengaruh positif ukuran dewan komisaris terhadap tingkat pengungkapan
ICR.
6. Pengaruh positif struktur kepemilikan manajerial terhadap
tingkatpengungkapan ICR.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh atau diharapkan dari hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis.
Penelitian ini dapat memberikan pemahaman mendalam mengenai
ICR, memberikan masukan sekaligus acuan dalam perkembangan
pembangunan ICR, memberikan informasi mengenai tingkat
8
pengungkapan ICR serta berguna bagi perusahaan untuk mengetahui
faktor apa saja yang berpengaruh dalam tingkat pengungkapan ICR.
2. Manfaat Teoritis.
Penelitian ini memberikan bukti empiris mengenai teori yang
berkaitan perusahaan dengan tingkat pengungkapan ICR serta memberi
kontribusi langsung pada bidang akuntansi mengenai pengungkapan ICR
dan menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Agensi
Teori agensi (agency theory) merupakan dasar yang digunakan perusahaan
untuk memahami corporate governance. Hal yang dibahas dalam teori ini
adalah hubungan antara prinsipal (pemilik dan pemegang saham) dan agen
(manajemen). Hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara prinsipal
dan agen (Jensen dan Meckling, 1976).
Inti dari hubungan keagenan adalah terdapat pemisahan antara
kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Jensen dan Meckling (1976)
menyatakan bahwa hubungan keagenan muncul ketika satu atau lebih
individu (principal) mempekerjakan individu lain (agent) untuk
memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan kekuasaan kepada
agen untuk membuat suatu keputusan atas nama principal tersebut.
Sebagai wujud dari akuntabilitas manajemen kepada pemilik, setiap
periode manajemen memberikan laporan mengenai informasi perusahaan
kepada pemiliknya (Rini, 2010).
2. Teori Signaling
Teori sinyal adalah teori yang menjelaskan mengenai sinyal yang
diberikan perusahaan kepada para pengguna informasi khususnya investor
10
untuk mengambil suatu keputusan investasi pihak yang diluar perusahaan.
Menurut Rustiarini (2011), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu
pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan
keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif,
maka diharapkan perusahaan akan bereaksi dan sumber daya tarik kepada
investor. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menerbitkan laporan
keuangan dengan tepat waktu. Menurut Andarini dan Januarti (2010),
pengumuman informasi akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan
mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga
investor tertarik untuk berinvestasi.
Dengan demikian hubungan antara publikasi informasi baik laporan
keuangan, kondisi keuangan perusahaan akan mendorong investor untuk
berinvestasi. Hal ini berguna untuk kelangsungan hidup perusahaan itu
sendiri karena apabila terjadi kejanggalan dalam informasi maka para
pengguna laporan keuangan akan dapat mencari informasi yang
sesungguhnya melalui web perusahaan itu sendiri dan dengan menganalisis
sinyal yang diberikan oleh pemilik maka investor dapat mengetahui
prospek perusahaan kedepan.
3. Internet Corporate Reporting (ICR)
Internet menjadi suatu kebutuhan bagi perusahaan untuk kepentingan
penyajian laporan keuangan.Internet Corporate Reporting (ICR) adalah
penyajian informasi laporang keuangan perusahaan melalui media internet
Widaryanti (2011). Pemanfaatan media internet dalam pemberitahuan
11
laporan keuangan dinilai lebih efisien dan efektif oleh perusahaan dapat
mengurangi biaya waktu penyampain informasi laporan keuangan juga
lebih cepat. Internet juga aktif selama 24 jam sehingga laporan keuangan
perusahaan dapat dibutuhkan kapan saja. Kualitas ICR sendiri dapat dinilai
dari empat komponen yaitu isi, ketepatan waktu, pemanfaatan teknologi
dan unsur support (Almelia dan Susetyo, 2008).
4. Corporate Governance
Tristiarini (2005), Malaysian High Level Finance Committee on
Corporate Governance mendefinisikan corporategovernance sebagai
suatu proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan
mengelola bisnis dan urusan-urusan perusahaan dalam rangka
meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan dengan
tujuan utama mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang
dengan tetap memperhatikan kepentingan pihak-pihak lain.
5. Mekanisme Corporate Governance
Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa mekanisme corporate
governance yang diduga berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan
internet corporate reporting (ICR) adalah ukuran dewan komisaris,
struktur kepemilikan manajerial.
12
6. Karakteristik perusahaan
Dalam penelitian ini karakteristik perusahaanyang diduga berpengaruh
terhadap tingkat pengungkapan internet corporate reporting (IRC).Adalah
ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, growth.
a) Ukuran perusahaan
Pada umumnya perusahaan besar akan mengungkapkan informasi
yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan kecil. Ada
beberapa penjelasan yang menunjukkan bahwa ukuran perusaahaan
dapat menjadi pedoman bagi para investor. Teori agensi menyatakan
bahwa perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar
dari pada perusahaan kecil (Jensen dan Meckling, 1976).
Variabel ukuran perusahaan adalah variabel yang sering diteliti dalam
hubungannya perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam
total aset, penjualan, dan kapitalisasi pasar. Variabel ini digunakan
karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin
besar aset, maka semakin banyak modal yang ditanamkan. Semakin
besar penjualan, maka semakin banyak perputaran uang dan
kapitalisasi pasar (Sudarmadji dan Sularto, 2007).
b) Profitabilitas
Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapat laba
melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada. Profitabilitas
diukur menggunakan rasio return on equity (ROE). Pemilihan rasio ini
13
berdasarkan argumen bahwa dimaksudkan terutama untuk kepentingan
pemegang saham (Jackson dan Carter (2005).
c) Leverage
Rasio leverage merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar
kebutuhan perusahaan di belanjai hutang. Atinya apabila perusahaan
tidak menggunakan laverage maka perusahaan dalam beroperasi
sepenuhnya menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan
hutang. Dengan laverage yang tinggi akan memerlukan informasi
bagaimana asset perusahaan bisa memenuhi kewajibanya (Jensen dan
Meckling, 1976).
d) Growth
Buron (1998) menyatakan bahwa pertumbuhan yang positif dalam
annual surplus dapat mengindikasikan atas berbagai kondisi financial.
Konsekuensinya, mereka memprediksi bahwa yang memiliki
pertumbuhan yang tinggi dari tahun ke tahun dalam bisnis adalah lebih
besar kemungkinan secara sukarela sebagai sarana pengungkapan
termasuk dengan pengungkapan media internet. Dengan kata lain,
insurer yang pengalaman growth dalam pelaporan annual surplus akan
mendapatkan level risiko penjaminan yang lebih tinggi.
14
e) Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran dewan komisaris merupakan jumlah anggota dewan komisaris
yang dimiliki oleh perusahaan, terdiri dari komisaris utama, komisaris
independen, dan komisaris. Kedudukan masing-masing anggota dewan
komisaris, termasuk komisaris utama adalah setara. Pada teori agensi,
dewan komisaris dibutuhkan untuk memonitor dan mengendalikan
tindakan manajer karenaperilaku oportunisnya (Jensen dan Mecking,
1976). Ukuran dewan komisaris adalah organ perusahaan yang
bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan
pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi.
f) Stuktur Kepemilikan Manajerial
Struktur kepemilikan menggambarkan struktur kepemilikan saham
baik saham manajerial, institusional, asing ataupun public dari suatu
perusahaan. Menurut Hardiningsih (2010) menyatakan bahwa pihak-
pihak yang terlibat dalam kepemilikan, maka potensi konflik antara
principal dan agen akan semakin besar di bandingkan perusahaan yang
tidak memiliki kepemilikan terpisah. Pada perusahaan yang memiliki
kepemilikan terpisah maka pengungkapannya akan cenderung semakin
luas, sehingga prisipal akan lebih mampu untuk memonitor dan
memastikan bahwa kepentingan ekonomi terlaksana dengan baik.
15
B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis
1. Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan ICR
Variabel ukuran perusahaan adalah variabel yang sering diteliti dalam
hubungannya dengan luas pengungkapan. Ukuran perusahaan dapat
dinyatakan dalam total aset, penjualan dan kapitalisasi pasar. Ketiga
variabel ini digunakan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan
tersebut. Semakin besar aset, maka semakin banyak modal yang
ditanamkan. Semakin besar penjualan, maka semakin banyak perputaran
uang dan kapitalisasi pasar.
Hubungan dengan pengungkapan disini adalah mengharuskan perusahaan
untuk mengungkapkan informasi mengenai surat berharga melalui situs
web supaya memudahkan tujuan perusahaan dalam memasarkan surat
berharga tersebut. Oleh karena itu perusahaan besar lebih mampu
mengakses pasar keuangan jika mereka mengungkapkan informasi secara
online (Ezat dan El-Masry, 2008).
Perusahaan yang besar kegiatanya lebih komplek, sehingga harus
memberikan informasi yang lebih dibandingkan perusahaan kecil kepada
stakeholders dengan kebutuhan informasi yang berbeda-beda (Anna,
2013). Dengan pengungkapan melalui ICR perusahaan akan lebih cepat
dikenal oleh investor, para pengguna informasi dapat mengakses informasi
yang diperlukan melalui website perusahaan.
Penelitian Widaryanti (2011) dan Kusrinanti dkk. (2012) menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap ICR. Didukung
16
oleh penelitian Mintara (2012) yang menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh secara signifikan terhap ICR. Berdasarkan teori
dan hasil penelitian terdahulu maka hipotesis penelitian ini sebagai
berikut:
H1: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap tingkat
pengungkapan ICR.
2. Profitabilitas Terhadap Tingkat Pengungkapan ICR
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba. Rasio ini sangat diperhatikan oleh investor maupun pemegang saham
karena berkaitan dengan harga saham serta deviden yang yang diditerima.
Profitabilitas diukur menggunakan return on equity (ROE) yang
merupakan tolak ukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
dengan total modal sendiri yang digunakan. Sehingga perusahaan akan
memaksimalkan laba untuk menarik investor (Agus sartono 2008).
Oleh karena itu perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas yang
tinggi akan cenderung dalam pengungkapan sukarela melalui internet
karena perusahaan tersebut mempunyai prospek yang bagus dimasa yang
akan datang. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa profitabilitas
berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan ICR yakni dari penelitian
yang dilakukan oleh Anna (2012), Homayoun dan Rahman (2010),
Prabowo dan Angkoso (2006), Kusrinanti dkk. (2012), serta Ezat dan El-
Masry (2008) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif
17
terhadap ICR. Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis
penelitian ini sebagai berikut:
H2: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan ICR.
3. Leverage Terhadap Tingkat Pengungkapan ICR
Rasio leverage menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai
investasi terhadap modal yang dimiliki. Rasio ini digunakan untuk
mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan utang dalam
investasinya. Semakin rendah leverage perusahaan maka semakin baik
peringkat yang diberikan pada perusahaan (Raharja dan Sari, 2008). Hal
ini mengindikasikan bahwa perusahaan dengan tingkat leverage yang
tinggi akan sangat rendah kemampuan untuk membayar kewajibannya.
Sehingga ada perjanjian kontrak hutang memicu manajemen untuk
meningkatkan kualitas pengungkapan informasi keuangan perusahaan
melalui internet. Oleh karena itu perusahaan yang mempunyai tingkat
leverage rendah akan lebih cepat menginformasikan melelui internet.
Penelitian Anna (2012), Ettedge (2002), Aly (2010), serta Prabowo dan
Angkoso (2008) menunjukkan bahwa leverage berpengaruh terhadap
pengungkapan ICR. Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka
hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
H3: Leverage berpengaruh negatif terhadap tingkat pengungkapan ICR.
18
4. Growth Terhadap Tingkat Pengungkapan ICR
Andry (2005) bahwa pertumbuhan bisnis yang kuat berhubungan positif
dengan rating dan grade dari rating berikutnya yang diberikan pada
perusahaan karena growth mengindikasikan prospek kinerja cash flow
dimasa mendatang dan meningkatkan nilai ekonomi. Apabila pertumbuhan
perusahaan semakin meningkat maka cenderung nilai ekonominya akan
meningkat.Kumaladani (2010) pertumbuhan perusahaan yang
berkelanjutan adalah tingkat dimana penjualan perusahaan dapat tumbuh
tergantung pada dukungan asset terhadap peningkatan penjualan.
Oleh karena itu pertumbuhan perusahaan merupakan komponen untuk
menilai perusahaan dimasa yang akan datang dan perusahaan yang
pertumbuhanya tinggi akan mengurangi informasi asimetri dengan
pengungkapan sukarela sebagai sarana pengungkapan, termasuk
menggunakan media internet.
Perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi akan mengurangi informasi
asimetri dengan pengungkapan sukarela sebagai sarana
pengungkapan,termasuk dengan menggunakan media internet. Laporan
keuangan yang masih tradisional tidak efektif danefisien, tidak dapat
mengungkapkan intangible asset, karena pengungkapannya terbatas.
mereka memprediksi bahwa semua pemegang yang memiliki pertumbuhan
yang tinggi.
Penelitian Anna (2013) menunjukkan bahwa growth berpengaruh terhadap
pengungkapan corporate Internet Reporting. Selain itu penelitian Alali dan
19
Romero (2012) menunjukkan adanya pengaruh antara pertumbuhan
terhadap pengngkapan dalam ICR. Berdasarkan teori dan hasil penelitian
terdahulu, maka hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
H4: Growth berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan ICR.
5. Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Tingkat Pengungkapan ICR
Ukuran dewan komisaris adalah bagian terpenting perusahaan yang
bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan
pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan
bahwa perusahaan melaksanakan good corporate governance (GCG).
Dewan komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan
operasional. Kedudukan masing-masing anggota dewan komisaris
termasuk komisaris utama adalah setara. Tugas komisaris utama sebagai
primus inter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan dewan komisaris
(KNKG, 2006).
Sembiring (2005) melakukan penelitian mengenai karakteristik perusahaan
dan pengungkapan tanggung jawab sosial. Salah satu faktor yang
berpengaruh adalah ukuran dewan komisaris yang diproksikan dengan
jumlah anggota dewan komisaris. Oleh karena itu, pengungkapan yang
dilakukan oleh manajemen juga akan semakin besar. Penelitian serupa
juga dilakukan oleh Sembiring (2005) yang menunjukkan bahwa dewan
komisaris berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan. Oleh karena
itu perusahaan yang memiliki jumlah anggota dewan komisaris yang
banyak akan mampu memberikan nasehat kepada dewan direksi.
20
Penelitian Kusrinanti dan Syafrudin (2012) menunjukkan bahwa dewan
komisaris tidak berpengaruh terhadap ICR. Berbeda dengan penelitian
oleh Ramadani (2013) menunjukkan bahwa dewan komisaris berpengaruh
positif terhadap ketepatan waktu ICR. Berdasarkan teori dan hasil
penelitian terdahulu, maka hipotesis sebagai berikut:
H5: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat
pengungkapan ICR.
6. Struktur Kepemilikan Manajerial Terhadap Tingkat Pengungkapan
ICR.
Perusahaan dengan tingkat struktur kepemilikan yang tinggi memiliki
tingkat pengungkapan yang tinggi.Hal ini dimaksudkan untuk
menghindarkan potensi konflik yang terjadi antara prinsipal dan agen. Jika
perusahaan yang memiliki tingkat manajerial yang tinggi, manajer jauh
lebih peduli tentang kepentingan pemegang saham dan opsi saham akan
memiliki insentif untuk kontribusi perusahaan. Perusahaan yang memiliki
tingkat struktur kepemilikan yang tinggi akan lebih luas dalam
pengungkapan melalui ICR, sehingga perusahaan akan lebih cepat dalam
pengungkapan sukarela dan memudahkan pengguna informasi.
Berdasarkan penelitian Pramunia (2010) menunjukkan bahwa struktur
kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap pengungkapan ICR. Jensen
dan Meckling (1976) menunjukkan bahwa kepemilikan saham oleh
manajer akan memengaruhi kinerja manajer dalam menjalankan operasi
perusahaan. Manajer yang memiliki saham dalam perusahaan
21
akanberusaha meningkatkan kinerja perusahan, karena dengan
meningkatnya laba perusahaan maka insentif yang terima oleh manajer
akan meningkat pula. Sebaliknya jika kepemilkan manajer turun, maka
biaya keagenannya akan meningkat. Hal ini dikarenakan manajer akan
melakukan tindakan yang tidak memberikan banyak manfaat bagi
perusahaan, manajer akan cenderung untuk memanfaatkan sumber-sumber
perusahaan untuk kepentingannya sendiri.Berdasarkan teori dan hasil
penelitian terdahulu, maka hipotesis sebagai berikut:
H6: Struktur kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap tingkat
pengungkapan ICR
C. Model Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2. 1.
Model Penelitian
+
+
-
+
+
Tingkat pengungkapan ICR
H1
H2
H3
H4
H5
H6
Ukuran Perusahaan
Profitabilitas
Leverage
Growth
Ukuran Dewan Komisaris
Struktur Kepemilikan
Manajerial
+
22
BAB III
METODA PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang listing di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2013 yang tergabung dalam index
kompas 100, karena perusahaan yang terdaftar dalam index kompas 100
mewakili sekitar 70-80% dari total Rp 1.582 triliun nilai kapitalisasi pasar
seluruh saham yang tercatat di BEI.
B. Jenis Data
Data yang di analisis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersumber dari laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yang tergabung dalam index kompas 100.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dengan
kriteria sebagai berikut:
1. Laporan keuangan disajiakan dalam mata uang rupiah
2. Website perusahaan tidak dalam perbaikan
3. Perusahaan yang terdaftar dalam index kompas 100 padatahun 2012-
2013
23
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
dokumentasi, yaitu mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen dan
data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. Dokumen yang dimaksud
adalah laporan tahunan perusahaan yang disediakan oleh Pojok BEI UMY
tahun 2012-2013, yang tergabung dalam index kompas 100. Peneliti juga
menggunakan search engine yang umum digunakan seperti Google dan
Yahoo.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat pengungkapan ICR
dengan menggunakan checklist, kategori 1 untuk perusahaan yang
pengungkapannya melalui internet dan 0 untuk perusahaan yang
pelaporanya tidak melakukan pengungkapan melalui internet. Perusahaan
menghendaki bahwa informasi harus tersedia untuk pengguna laporan
keuangan secepat mungkin dan apabila perusahaan dalam pengungkapan
informasi lebih cepat maka laporan keuangan tersebut lebih berguna
berguna (Sari, 2011). Dalam penelitian ini ICR merupakan variabel
dependen yang diukur menggunakan checklist pada kategori atas konten.
Item ICR berjumlah 48 item yang merupakan pengembangan dari ICR
index yang dilakukan oleh penelitian Anna (2013).
24
2. Variabel Independen
a. Ukuran Perusahaan (Total Asset)
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya kekayaan yang
dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan total
asset perusahaan (Sudarmadji, 2007 dan Rini, 2010). Total asset
kemudian diubah kedalam bentuk logaritma natural. Ukuran
perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛 = 𝐿𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
b. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
profit di periode-periode tertentu. Dalam penelitian ini profitabilitas
diproksikan dengan return on equity (ROE). ROE dapat dihitung
dengan rumus:
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 (𝑅𝑂𝐸) = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠× 100%
c. Leverage
Rasio leverage ini digunakan untuk mengukur keseimbangan proporsi
antara asset yang didanai dari kreditor (utang) dan yang didanai oleh
pemilik perusahaan (ekuitas). Menurut Hanafi (2004) rasio leverage
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
panjangnya. Perusahaan yang tidak solvable adalah perusahaan yang
total utangnya lebih besar dibandingkan dengan total asetnya. Aspek
leverage dari rasio keuangan ini diukur dengan formulasi:
25
DER= (Total Liabilities/ Total asset)
d. Growth
Variabel growth dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian Wydia
(2005) yaitu melihat growth berdasarkan kesempatan bertumbuh
perusahaan yang diukur dengan menggunakan book to market ratio.
Growth dapat dirumuskan sebagai berikut:
Growth = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑢𝑘𝑢 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 × 100 %
e. Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran dewan adalah jumlah anggota dewan komisaris dalam
perusahaan, yang terdiri dari komisaris utama, komisaris independen
dan komisaris (Rini, 2010).
f. Stuktur Kepemilikan Manajerial
Struktur kepemilikan dipandang sebagai suatu mekanisme untuk
mengurangi konflik kepentingan manajer dengan pemegang saham.
Struktur kepemilikan juga dipercaya berpengaruh terhadap jalannya
perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh kinerja
perusahaan.Kekuasaan untuk mengelola perusahaan berasal dari
kepemilikan dan pemilik seharusnya bisa menjalankan kekuasaannya
dengan sesuai investasi mereka (Sukamulja, 2004).
Menurut Faisal (2005), besar kecilnya kepemilikan saham manajerial
dalam perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan
kepentingan antara manajemen dengan shareholders. Semakin
26
meningkat proporsi kepemilikan manajerial maka semakin baik kinerja
perusahaan.
Struktur kepemilikan = ∑ % Kepemilikan Manajerial
F. METODE ANALISIS DATA
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif berfungsi sebagai penganalisis data dengan
menggambarkan sampel data yang telah dikumpulkan tanpa
penggeneralisasian. Statistik deskriptif menggambarkan tentang jumlah
data, rata-rata, nilai maksimum dan minimum serta standar deviasi.
2. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Test untuk mengetahui distribusi data. Data dikatakan berdistribusi normal
apabila nilai Kolmogorov-Smirnov Test > 0,05 (Ghozali, 2009).
3. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah di dalam model
regresi terdapat korelasi antar variabel independen. Untuk mengujinya
dapat dilihat dari nilai tolerance atau VIF. Model regresi akan bebas dari
multikolinieritas jika nilai tolerance> 0,10 atau jika VIF < 10 (Ghozali,
2009).
4. Uji Autokorelasi
27
Uji Autokorelasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara
kesalahan pengganggu pada satu perioda (t) dengan kesalahan pada
perioda sebelumnya(Ghozali, 2009).Menguji kemungkinan terjadinya
autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah kesalahan pengganggu
pada periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini
karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.Model
regresi yang baik tidak terjadi autokorelasi.
Pada penelitian ini menggunakan uji Darwin Watson (DW Test). Uji
Darbin Watson yang digunakan mengacu pada Santoso (2002) yang
menyatakan bahwa model regresi yang baik adalah yang bebas
autokorelasi, dengan kriteria pengujian:
a. Nilai dw berada diantara -2 sampai +2, berarti tidak terdapat
autokorelasi.
b. Nilai dw dibawah -2, berarti terjadi autokorelasi positif.
c. Nilai dw diatas +2, berarti terjadi autokorelasi negatif.
5. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak konstan pada regresi
sehingga akurasi hasil prediksi menjadi meragukan.Uji heteroskedastisitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Heteroskedastisitas menggambarkan nilai hubungan antara nilai yang
diprediksi dengan studentized delete residual nilai tersebut. Pada
28
penelitian ini pada menggunakan uji Glejser dan cara melihat tidak
terjadinya heteroskedastistas adalah dengan melihat nilai Sig >α (0,05).
G. Uji Hipotesis dan Analisa Data
Metode yang digunakan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan,
profitabilitas, leverage, grownth, ukuran dewan komisaris dan struktur
kepemilikan terhadap ICR adalah analisis regresi berganda dengan
persamaan sebagai berikut:
ICR = α + β1Size+ β2Prof+ β3Lev+ β4GROWTH+ β5KOM+
β6MANAJ+ e
Keterangan:
ICR = Internet Corporate Reporting
SIZE = Ukuran perusahaan
PROF = Profitabilitas
LEV = Leverage
GROWTH = Growth
KOM = Ukuran dewan komisaris
MANAJ = struktur kepemilikan manajerial
e = Standar eror
β = koefisien regresi
1) Uji Nilai t
Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
secara individual bisa berpengaruh terhadap variabel dependen
29
(Ghozali, 2009). Jika nilai signifikansi < α dan arah sesuai dengan
hipotesis, maka keputusannya adalah menerima hipotesis alternatif
(Ha).
2) Uji Nilai F
Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen secara bersama-sama bisa berpengaruh terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2009). Jika nilai signifikansi < α, maka
keputusannya adalah menerima hipotesis alternatif (Ha). Artinya
terdapat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
3) Koefisien Determinasi Adjusted R Square
Besarnya koefisien determinasi dikenal sebagai koefisien yang
mengukur seberapa pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2009). Nilai koefisien determinasi yang mendekati
1 menunjukkan bahwa variabel-variabel pada model yang semakin
mampu menjelaskan perubahan dependen.
30
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Internet menjadi suatu kebutuhan bagi perusahaan untuk kepentingan
penyajian laporan keuangan.Internet Corporate Reporting (ICR) merupakan
pemanfaatan media internet untuk tujuan penyajian informasi laporan
keuangan perusahaan. Pemanfaatan media internet dalam pemberitahuan
laporan keuangan dinilai lebih efisien dan efektif oleh perusahaan dapat
mengurangi biaya waktu penyampain informasi laporan keuangan juga lebih
cepat.
Internet Corporate Reporting (ICR) memang sudah banyak dilakukan oleh
perusahaan finansial maupun non finansial di Indonesia. Akan tetapi
pengungkapan informasi dengan ICR tersebut belum ada standar yang
mengatur, sehingga tidak ada standar yang sama dalam pengungkapan
informasi. Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa mekanisme corporate
governance yang diduga berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan internet
corporate reporting (ICR) adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage,
growth, ukuran dewan komisaris, Struktur Kepemilikan Manajerial, maka
dalam penelitian ini akan diuraikan mengenai pengaruh dari variabel yang
meliputi ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, growth, ukuran dewan
komisaris serta struktur kepemilikan manajerial tersebut terhadap tingkat
31
pengungkapan internet corporate reporting (ICR) perusahaan yang terdaftar
dalam index kompas 100 pada tahun 2012-2013. Berdasarkan teknik
pengambilan sampel yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, yaitu
dengan menggunakan purposive sampling, sampel dipilih berdasarkan
pertimbangan subjektif peneliti, dimana persyaratan yang dibuat sebagai
kriteria harus dipenuhi. Kriteria yang ditentukan dalam penelitian ini antara
lain:
1. Laporan keuangan disajiakan dalam mata uang rupiah
2. Website perusahaan tidak dalam perbaikan
3. Perusahaan yang terdaftar dalam index kompas 100 pada tahun 2012-2013
Tabel 4.1.
Perincian Perhitungan Sampel Tahun 2012-2013
Jumlah Sampel Perusahaan
Keterangan (Kriteria)
Tahun
2012 2013 Jumlah
Perusahaan yang terdaftar dalam index kompas 100
Laporan keuangan perusahaan yang tidak disajiakan dalam
mata uang rupiah
Website perusahaan dalam perbaikan
100
(4)
(5)
100
(7)
(5)
200
(11)
(10)
Perusahaan tersebut memiliki data yang lengkap terkait
dengan variabel yang digunakan dan memenuhi semua
criteria
(8) (5) (13)
Jumlah Observasi 83 83 166
Sumber: Hasil olah data, 2014
Dari seluruh perusahaan yang termasuk dalam indeks Kompas 100 periode
tahun 2012-2013 yang memenuhi kriteria berjumlah 83 perusahaan sampel
pengamatan tiap tahunnya atau secara keseluruhan berjumlah 166
32
perusahaan.Adapun rincian jumlah perusahaan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
B. Uji Statistik Deskriptif
Sebelum masuk pada pengujian atau analisis data dan pengujian hipotesis,
terlebih dahuluakan diuraikan hasil dari analisis deskriptif untuk
menggambarkan atau mendeskripsikan kondisi data yang digunakan dalam
penelitian. Statistik deskriptif variabel berfungsi untuk mengetahui
karakteristik dari variabel yang digunakan. Dalam hal ini meliputi nilai
minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi. Tabel 4.2.
memperlihatkan statistik deskriptif variabel sampel yang diteliti.
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
SIZE 166 13.44 24.77 16.75 1.58
PROF 166 -22.71 121.94 16.38 15.49
LEV 166 .11 27.14 2.51 4.08
GROWTH 166 .48 2.78 .96 .20
KOM 166 2 11 5.56 1.75
MANAJ 166 .00 15.00 .64 2.23
ICR 166 .41 .91 .75 .08
Valid N (listwise) 166
Sumber : Hasil olah data, 2014
33
Berdasarkan Tabel 4.2 maka diketahui rata-rata (mean) dan standar deviasi
untuk masing-masing variabel. Variabel ukuran perusahaan diketahui nilai
terkecil (minimum) pada perusahaan yang menjadi objek penelitian sebesar
13.44 dan nilai terbesar (maximum) sebesar 24.77. Nilai rata-rata (mean)
sebesar 16.75; hal ini merupakan gambaran ukuran perusahaan yang
menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang dapat berpengaruh terhadap
pengungkapkan informasi internet corporate reporting secara online. Hal ini
berarti perusahaan yang besar dimana kegiatanya lebih kompleks, sehingga
harus memberikan informasi yang lebih dibandingkan perusahaan kecil
kepada stakeholder dengan kebutuhan informasi yang berbeda-beda. Besarnya
standar deviasi sebesar 1.58 yang lebih kecil dari nilai rata-ratanya, hal ini
menunjukkan rendahnya perbedaan ukuran perusahaan dari rata-rata ukuran
perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam indeks Kompas 100 periode
tahun 2012-2013.
Variabel profitabilitas diketahui nilai terkecil (minimum) pada perusahaan
yang menjadi objek penelitian sebesar -22.71 dan nilai terbesar (maximum)
sebesar 121.94. Nilai rata-rata (mean) sebesar 16.38; hal ini menunjukkan
besarnya tingkat tolak ukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
dengan total modal sendiri yang digunakan. Sehingga perusahaan akan
memaksimalkan laba untuk menarik investor. Besarnya standar deviasi
sebesar 15.49 yang lebih kecil dari nilai rata-ratanya, hal ini menggambarkan
rendahnya penyimpangan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dari rata-rata return on equity (ROE) yang dihasilkan perusahaan.
34
Variabel Leverage diketahui nilai terkecil (minimum) pada perusahaan yang
menjadi objek penelitian sebesar 0.11 dan nilai terbesar (maximum) sebesar
27.14. Nilai rata-rata (mean) sebesar 2.51; nilai ini menunjukkan rata-rata
kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya (total hutang
jangka pendek dan total hutang jangka panjang). Perusahaan dengan tingkat
leverage yang tinggi akan sangat rendah kemampuan untuk membayar
kewajibannya. Besarnya standar deviasi sebesar 4.08 yang lebih besar dari
nilai rata-ratanya, hal ini menggambarkan tingginya penyimpangan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya (total hutang
jangka pendek dan total hutang jangka panjang) dari rata-rata kemampuan
yang dimiliki oleh perusahaan dalam membayar hutang.
Variabel growth diketahui nilai terkecil (minimum) pada perusahaan yang
menjadi objek penelitian sebesar 0.48 dan nilai terbesar (maximum) sebesar
2.78. Nilai rata-rata (mean) sebesar 0.96; hal ini menunjukkan besarnya rata-
rata tingkat pertumbuhan perusahaan, semakin tingginya nilai rata-rata ini
menunjukkan semakin tingginya pertumbuhan perusahaan. Growth
mengindikasikan prospek kinerja cash flow dimasa mendatang dan
meningkatkan nilai ekonomi Besarnya standar deviasi sebesar 0.20 yang lebih
kecil dari nilai rata-ratanya, hal ini menggambarkan rendahnya penyimpangan
pertumbuhan perusahaan dari rata-rata tingkat pertumbuhan yang dimiliki oleh
perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam indeks Kompas 100 periode
tahun 2012-2013.
35
Analisis Statistic Descriptive pada variabel ukuran dewan komisaris diketahui
nilai terkecil (minimum) pada perusahaan yang menjadi objek penelitian
sebesar 2 dan nilai terbesar (maximum) sebesar 11. Nilai rata-rata (mean)
sebesar 6; Hal ini menunjukkan jumlah anggota dewan komisaris dalam
perusahaan, yang terdiri dari komisaris utama, komisaris independen, dan
komisaris. Dengan demikian semakin besar jumlah dewan komisaris dapat
memperbaiki kepatuhan terhadap berbagai persyaratan pengungkapan, dimana
akan menghasilkan pengungkapan keuangan yang lebih komprehensif yang
bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan
dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan
melaksanakan good corporate governance (GCG).
Variabel struktur kepemilikan managerial diketahui nilai terkecil (minimum)
pada perusahaan yang menjadi objek penelitian sebesar 0.00% dan nilai
terbesar (maximum) sebesar 15.00%. Nilai rata-rata (mean) sebesar 0.64%;
nilai ini menunjukkan rata-rata kepemilikan saham perusahaan oleh pihak
manajer sebesar 0.64%. Besarnya standar deviasi sebesar 2.23 yang lebih
besar dari nilai rata-ratanya, hal ini menggambarkan tingginya penyimpangan
variasi data kepemilikan saham perusahaan oleh pihak manajer.
Variabel Internet Corporate Reporting (ICR) diketahui nilai terkecil
(minimum) pada perusahaan yang menjadi objek penelitian sebesar 0.41 atau
41% dan nilai terbesar (maximum) sebesar 0.91 atau 91%. Nilai rata-rata
(mean) sebesar 0.75 atau 75%; nilai ini menunjukkan bahwa perusahaan
menghendaki bahwa informasi harus tersedia untuk pengguna laporan
36
keuangan secepat mungkin dan apabila perusahaan dalam pengungkapan
informasi lebih cepat maka laporan keuangan tersebut lebih berguna berguna.
C. Uji Kulitas Data
Uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji model regresi sehingga diperoleh
model regresi dari metode kuadrat terkecil yang menghasilkan estimator linier
tidak bias. Model regresi yang diperoleh berdistribusi normal dan terbebas
dari gejala autokorelasi, multikolineritas dan heteroskedastisitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji untuk mengetahui normalitas dan bertujuan
untuk menguji apakah variabel terikat dan variabel bebas keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Sehingga apabila data tersebut
memiliki distribusi normal maka uji t dan uji F dapat dilakukan, sementara
apabila asumsi normalitas tidak dapat dipenuhi maka inferensi tidak dapat
dilakukan dengan statistik t dan F.
Hasil uji normalitas dengan Normal P-P Plot pada gambar 4.1.
menunjukkan bahwa angka probabilitas disekitar garis linier atau lurus.
Artinya bahwa seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini
memiliki random data yang berdistribusi normal.
37
Gambar 4.1.
Hasil Uji Normalitas
Sumber : Hasil olah data, 2014
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.Dalam penelitian ini juga
menggunakan Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test, dimana pengambilan
keputusan adalah dengan melihat angka probabilitas signifikansinya. Hasil uji
normalitas dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test adalah sebagai
berikut:
Hasil uji One Sampel Kolmogorov Smirnov menunjukkan bahwa seluruh
variabel dalam penelitian ini, memiliki nilai probabilitas signifikan lebih besar
dari 0,05. Artinya bahwa seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini
memiliki random data yang berdistribusi normal.
Tabel 4.3.
Hasil Uji Normalitas
38
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 166
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation .44417121
Most Extreme Differences
Absolute .164
Positive .134
Negative -.164
Kolmogorov-Smirnov Z 1.258
Asymp. Sig. (2-tailed) .084
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Hasil olah data, 2014
2. Uji Autokorelasi
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi digunakan uji DW
(Durbin Watson) dengan melihat koefisien korelasi DW test. Hasil
perhitungan dengan SPSS 20.0, diperoleh nilai statistik Durbin Watson
sebagai berikut:
Tabel 4.4.
Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson
39
Model Summaryb
Mode
l
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .402a .162 .130 .452 1.845
a. Predictors: (Constant), Struktur Kepemilikan Managerial, Ukuran
perusahaan, Profitabilitas, Growth, Ukuran Dewan Komisaris, Leverage
b. Dependent Variable: InternetCorporateReporting Sumber : Hasil olah data, 2014
Hasil perhitungan tabel 4.3. menunjukkan bahwa nilai DW-test berada
pada diantara nilai 1.66 s.d 2.34, yaitu dengan nilai DW-test sebesar 1.845
artinya tidak ada autokorelasi.
3. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Pengujian adanya
multikolinearitas dilakukan dengan memperhatikan besarnya tolerance
value dan besarnya VIF (Ghozali, 2007). Jika nilai-nilai tolerance
value> 0,10 dan nilai VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas.
Hasil uji multikolinearitas disajikan pada Tabel 4.4.berikut:
Tabel 4.5.
Hasil Uji Multikolinearitas
40
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
Ukuran perusahaan .850 1.177
Profitabilitas .972 1.029
Leverage .839 1.192
Growth .880 1.136
Ukuran Dewan Komisaris .876 1.141
Struktur Kepemilikan
Managerial .992 1.009
a. Dependent Variable: InternetCorporateReporting
Sumber : Hasil olah data, 2014
Dari Tabel 4.4 dapat diketahui hasil perhitungan dengan menggunakan
SPSS 20.0, menunjukan bahwa nilai tolerance value lebih besar dari 0,10
dan nilai VIF kurang dari 10. Hal dapat disimpulkan bahwa persamaan
model regresi tidak mengandung masalah multikolinieritas yang artinya
tidak ada korelasi diantara variabel-variabel bebas sehingga layak
digunakan untuk analisis lebih lanjut.
4. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas muncul ketika varian dari distribusi probabilitas
gangguan tidak konstan untuk seluruh pengamatan atas variabel
penelitian.Metode yang digunakan untuk menguji heteroskedastisitas
dalam penelitian ini memakai diagram scatterplot.
Gambar 4.2
Uji Heteroskedastisitas
41
Sumber : Hasil olah data, 2014
Dari Gambar 4.2 dapat disimpulkan bahwa tidak ada pola yang jelas, serta
titik-titik menyebar keatas dan dibawah 0 pada sumbu Y maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.
5. Uji F dan Koefisien Determinasi (R2)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel terikat. Hasil uji F dengan menggunakan program
SPSS sebagai berikut:
Tabel 4.6.
Pengujian Hipotesis secara Simultan
42
ANOVAa
Model Sum of
Squares
Df Mean Square F Sig.
1
Regression 6.291 6 1.048 5.121 .000b
Residual 32.553 159 .205
Total 38.843 165
a. Dependent Variable: InternetCorporateReporting
b. Predictors: (Constant), Struktur Kepemilikan Managerial, Ukuran
perusahaan, Profitabilitas, Growth, Ukuran Dewan Komisaris, Leverage
Sumber : Hasil olah data, 2014
Berdasarkan dari hasil perhitungan yang ditunjukkan pada Tabel 4.6 di
atas, diperoleh nilai p-value dari hasil uji F sebesar 0.000. Dikarenakan
nilai p value lebih kecil dari tingkat signifikan =5% atau
(0.000<0.05), maka dapat disimpulkan variabel ukuran perusahaan,
profitabilitas, leverage, growth, ukuran dewan komisaris dan struktur
kepemilikan manajerial secara simultan mempunyai pengaruh terhadap
tingkat pengungkapan internet corporate reporting (ICR).
Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel ukuran perusahaan,
profitabilitas, leverage, growth, ukuran dewan komisaris dan struktur
kepemilikan manajerial terhadapvariabel tingkat pengungkapan
internet corporate reporting (ICR) perusahaan yang termasuk dalam
indeks Kompas100 periode tahun 2012-2013digunakan koefisien
determinasi berganda (Adjusted R2). Hasil koefisien deteminasi
berganda dapat ditunjukkan pada Tabel 4.7. berikut:
Tabel 4.7.
Koefisien Determinasi
43
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .402a .162 .130 .452 1.845
a. Predictors: (Constant), Struktur Kepemilikan Managerial, Ukuran
perusahaan, Profitabilitas, Growth, Ukuran Dewan Komisaris, Leverage
b. Dependent Variable: InternetCorporateReporting
Sumber : Hasil olah data, 2014
Dari Tabel 4.7. dapat diketahui besarnya koefisien determinasi
berganda (Adjusted R²) sebesar 0.130. Hasil tersebut dapat diartikan
bahwa 13.0% besarnya tingkat pengungkapan internet corporate
reporting (ICR) perusahaan yang termasuk dalam indeks Kompas100
periode tahun 2012-2013 dipengaruhi oleh kelenam variabel bebas
yang terdiri dari ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, growth,
ukuran dewan komisaris dan struktur kepemilikan manajerial.
Sedangkan sisanya sebesar 87.0% dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam model penelitian.
6. Analisis Regresi Berganda
Nilai t untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen secara parsial.Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
nilai signifikan. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan alat
analisis regresi linear berganda diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.8.
Uji Statistik t
44
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1
(Constant) -.712 .413 -1.723 .087
Ukuran perusahaan .068 .024 .222 2.820 .005
Profitabilitas .005 .002 .159 2.162 .032
Leverage -.021 .009 -.175 -2.202 .029
Growth -.114 .187 -.047 -.613 .541
Ukuran Dewan
Komisaris .051 .022 .183 2.365 .019
Struktur Kepemilikan
Managerial -.006 .010 -.043 -.589 .556
a. Dependent Variable: InternetCorporateReporting
Sumber : Hasil olah data, 2014
Berdasarkan Tabel 4.8.model regresi berganda untuk tingkat pengungkapan
internet corporate reporting (ICR) atas faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu
ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, growth, ukuran dewan komisaris
dan struktur kepemilikan manajerial sebagai berikut:
a. Hasil Pengujian Hipotesis Pertama (H1).
Untuk variabel ukuran perusahaan diperoleh koefisien regresi sebesar
0.068 dan nilai signifikansi sebesar 0.005 < 0.05, berarti ukuran
perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat
pengungkapan internet corporate reporting (ICR). Hasil penelitian ini
mendukung hipotesis pertama yang menyatakan bahwa ukuran
45
perusahaan berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan
internet corporate reporting (ICR).
b. Hasil Pengujian Hipotesis Kedua (H2).
Untuk variabel profitabilitas diperoleh koefisien regresi sebesar 0.005
dan signifikansi sebesar 0.032 < 0.05, berarti profitabilitas
berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengungkapan internet
corporate reporting (ICR). Hasil penelitian ini mendukung hipotesis
kedua yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif
terhadap tingkat pengungkapan internet corporate reporting (ICR).
c. Hasil Pengujian Hipotesis ketiga (H3).
Untuk variabel leverage diperoleh koefisien regresi sebesar -0.021 dan
signifikansi sebesar 0.029< 0.05, berarti leverage berpengaruh secara
signifikan terhadap tingkat pengungkapan internet corporate reporting
(ICR). Hasil penelitian ini mendukung hipotesis ketiga yang
menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap tingkat
pengungkapan internet corporate reporting (ICR).
d. Hasil Pengujian Hipotesis Keempat (H4).
Untuk variabel growth diperoleh koefisien regresi sebesar -0.114 dan
signifikansi sebesar 0.541> 0.05, berarti growthtidak berpengaruh
secara signifikan terhadap tingkat pengungkapan internet corporate
reporting (ICR). Hasil penelitian ini tidak mendukung hipotesis
46
keempat yang menyatakan bahwa growth berpengaruh positif
terhadaptingkat pengungkapan internet corporate reporting (ICR).
e. Hasil Pengujian Hipotesis Kelima (H5).
Untuk variabel ukuran dewan komisaris diperoleh koefisien regresi
sebesar 0.051 dan signifikansi sebesar 0.019< 0.05, berarti ukuran
dewan komisaris berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat
pengungkapan internet corporate reporting (ICR). Hasil penelitian ini
mendukung hipotesis kelima yang menyatakan bahwa ukuran dewan
komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan internet
corporate reporting (ICR).
f. Hasil Pengujian Hipotesis keenam (H6).
Untuk variabel struktur kepemilikan managerial diperoleh koefisien
regresi sebesar -0.006 dan signifikansi sebesar 0.556> 0.05, berarti
struktur kepemilikan managerialtidak berpengaruh secara signifikan
terhadap tingkat pengungkapan internet corporate reporting (ICR).
Hasil penelitian ini tidak mendukung hipotesis keenam yang
menyatakan bahwa struktur kepemilikan managerial berpengaruh
positif terhadaptingkat pengungkapan internet corporate reporting
(ICR).
47
Table 4.9.
Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
Kode Hipotesis Hasil
H1
Ukuran perusahaan berpengaruh positif
terhadap tingkat pengungkapan ICR
Diterima
H2
Profitabilitas berpengaruh positif terhadap
tingkat pengungkapan ICR
Diterima
H3
Leverageberpengaruh negatif terhadap tingkat
pengungkapan ICR
Diteriam
H4
Growth berpengaruh positif terhadap tingkat
pengungkapan ICR
Ditolak
H5
Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif
terhadap tingkat pengungkapan ICR
Diterima
H6
Struktur kepemilikan manajerial berpengaruh
positif terhadap tingkat pengungkapan ICR
Ditolak
D. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan model regresi berganda
menunjukkan bahwa secara serentak variabel ukuran perusahaan,
profitabilitas, leverage, growth, ukuran dewan komisaris dan struktur
kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap tingkat
pengungkapan internet corporate reporting (ICR) pada perusahaan yang
terdaftar dalam index kompas 100 pada tahun 2012-2013. Namun demikian
jika dilihat pengujian secara parsial variabel ukuran perusahaan, profitabilitas,
48
leverage dan ukuran dewan komisaris yang terbukti berpengaruh signifikan
terhadap tingkat pengungkapan internet corporate reporting (ICR), sedangkan
untuk growth dan struktur kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat pengungkapan internet corporate reporting (ICR).
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan ICR
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaanberpengaruh
signifikan terhadap tingkat pengungkapan internet corporate reporting
(ICR), yang ditunjukan dengan nilai sig (p-value) sebesar 0.005 < 0.05.
Hasil ini sekaligus menerima hipotesis pertama penelitian. Hasil penelitian
ini sesuai dengan pendapat Ezat dan El-Masry (2008) yang menyatakan
bahwa ukuran perusahaan besar lebih mampu mengakses pasar keuangan
jika mereka mengungkapkan informasi secara online. Perusahaan yang
besar kegiatanya lebih komplek, sehingga harus memberikan informasi
yang lebih dibandingkan perusahaan kecil kepada stakeholder dengan
kebutuhan informasi yang berbeda-beda. Dengan pengungkapan melalui
ICR perusahaan akan lebih cepat dikenal oleh investor, para pengguna
informasi dapat mengakses informasi yang diperlukan melalui website
perusahaan.Ukuran Perusahaan (size) menunjukkan banyak sedikitnya
informasi yang dipublikasi.Semakin besar perusahaan dan semakin dikenal
oleh masyarakat, maka semakin banyak informasi yang bisa diperoleh
investor dan semakin kecil pula ketidakpastian yang dimiliki oleh investor.
Alasan lain ialah dengan ukuran perusahaan (size) investor dapat
mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengimformasikan laporan
49
keuangan perusahaan melaui internet (Yuliana dkk., 2011). Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Widaryanti (2011) serta penelitian dari Kusrinanti dkk. (2012)
membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap ICR
selain itu penelitian dari Mintara (2012) menunjukkan hasil bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh secara siknifikan terhap ICR.
2. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan ICR
Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitasberpengaruh signifikan
terhadap tingkat pengungkapan internet corporate reporting (ICR), yang
ditunjukan dengan nilai sig (p-value) sebesar 0.032 < 0.05. Hasil ini
sekaligus menerima hipotesis kedua penelitian. Profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba (profit) selama periode
tertentu dengan menggunakan aktiva yang produktif atau modal, baik
modal secarakeseluruhan maupun modal sendiri. Menurut Kusrinanti dan
Syafruddin (2002) mengatakan bahwa perusahaan dengan profitabilitas
yang tinggi akan lebih cenderung mengungkapkan informasi lebih banyak.
Informasi ini berguna untuk kelangsungan posisi perusahaan
tersebut.Perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas yang tinggi
akan cenderung dalam pengungkapan sukarela melalui internet karena
perusahaan tersebut mempunyai prospek yang bagus dimasa yang akan
datang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap tingkat
pengungkapan ICR yakni dari penelitian yang dilakukan oleh Anna
50
(2012), Homayoun dan Rahman (2010), Prabowo dan Angkoso (2006),
Serta penelitian Kusrinanti dkk (2012), Ezat dan El-Masry (2008)
membuktikan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap ICR.
3. Pengaruh Leverage Terhadap Pengungkapan ICR
Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverageberpengaruh signifikan
terhadap tingkat pengungkapan internet corporate reporting (ICR), yang
ditunjukan dengan nilai sig (p-value) sebesar 0.029 < 0.05.Hasil ini
sekaligus menerima hipotesis ketiga penelitian. Leverage merupakan rasio
yang menunjukkan tingkat proporsi penggunaan utang dalam membiayai
investasi (Raharja dan Sari, 2008). Pecking Order Theory menjelaskan
sumber dana yang disukai perusahaan adalah internal financing
(pendanaan hasil operasi). Jika dana internal masih belum mencukupi,
maka dibutuhkan pendanaan dari hasil utang serta penerbitan saham baru
(Sejjaka, 2004).Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung
memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi kewajibannya.
Dengan demikian, semakin rendah leverage perusahaan maka akan
semakin tinggi peringkat yang diberikan pada perusahaan. Semakin rendah
leverage perusahaan maka semakin baik peringkat yang diberikan pada
perusahaan (Raharja dan Sari, 2008). Hal ini mengindikasikan bahwa
perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan sangat rendah
kemampuan untuk membayar kewajibannya. Sehingga ada perjanjian
kontrak hutang memicu manajemen untuk meningkatkan kualitas
pengungkapan informasi keuangan perusahaan melalui internet. Oleh
51
karena itu perusahaan yang mempunyai tingkat leverage rendah akan lebih
cepat menginformasikan melelui internet.Hasil penelitian inisejalan
dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anna (2012),
Ettedge (2002), Aly (2010), Prabowo dan Angkoso (2008) yang
menunjukkan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan ICR.
4. Pengaruh Growth Terhadap Pengungkapan ICR
Hasil penelitan menemukan bahwa growthtidak berpengaruh signifikan
terhadap tingkat pengungkapan Internet Corporate Reporting (ICR). Hal
ini dibuktikan dengan p-value sebesar 0.541 > 0.05. Hasil penelitian
sekaligus menolak hipotesis keempat yang mengatakan growth
berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan internet corporate
reporting (ICR). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat Andry
(2005) yang menyatakan bahwa pertumbuhan yang positif dalam annual
surplus dapat mengindikasikan atas berbagai kondisi financial.
Konsekuensinya, mereka memprediksi bahwa semua pemegang yang
memiliki pertumbuhan yang tinggi dari tahun ke tahun dalam bisnis adalah
lebih besar kemungkinan secara sukarela untuk kredit rating daripada
insurer yang memiliki pertumbuhan yang lebih rendah. Karena
Pertumbuhanya tinggi belum menjamin untuk mengurangi informasi
asimetri dengan pengungkapan sukarela sebagai sarana pengungkapan,
termasuk menggunakan media internet.Perusahaan dengan growth yang
tinggi tidak memerlukan pengungkapan dalam web perusahaan. Dan
52
alasan lain menjukkan bahwa growth yang tinggi atau rendah akan tetap
menyampaikan ICR sebagai transparansi perusahan dan tanggung jawab
perusahaan kepada stakeholders atau pengguna informasi.
5. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan ICR
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran dewan komisarisberpengaruh
signifikan terhadap tingkat pengungkapan internet corporate reporting
(ICR), yang ditunjukan dengan nilai sig (p-value) sebesar 0.019 <
0.05.Hasil ini sekaligus menerima hipotesis kelima penelitian.Ukuran
dewan komisaris adalah bagian terpenting perusahaan yang bertugas dan
bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan
melaksanakan good corporate governance (GCG). Dewan komisaris tidak
boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional. Kedudukan
masing-masing anggota dewan komisaris termasuk komisaris utama
adalah setara. Tugas komisaris utama sebagai primus inter pares adalah
mengkoordinasikan kegiatan dewan komisaris (KNKG, 2006).Ukuran
dewan komisaris merupakan jumlah anggota dewan komisaris perusahaan
(Sembiring, 2005). Dewan komisaris bertanggung jawab mengawasi dan
memberi nasihat kepada direksi. Semakin besar jumlah anggota dewan
komisaris, maka kinerja direksi semakin efektif sehingga pengungkapan
yang dilakukan semakin luas. Sembiring (2005) melakukan penelitian
mengenai karakteristik perusahaan dan pengungkapan tanggung jawab
sosial. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah ukuran dewan komisaris
53
yang diproksikan dengan jumlah anggota dewan komisaris. Oleh karena
itu, pengungkapan yang dilakukan oleh manajemen juga akan semakin
besar. Perusahaan yang memiliki jumlah anggota dewan komisaris yang
banyak akan mampu memberikan nasehat kepada dewan direksi. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ramadani (2013) serta hasil penelitian Sembiring (2005) menunjukkan
bahwa dewan komisaris berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu
ICR.
6. Pengaruh Struktur Kepemilikkan Manajerial Terhadap
Pengungkapan ICR
Hasil penelitan menemukan bahwa struktur kepemilikkan manajerialtidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan internet corporate
reporting (ICR).Hal ini dibuktikan dengan p-value sebesar 0.556 >
0.05.Hasil penelitian sekaligus menolak hipotesis keenam yang
mengatakan kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap internet
corporate reporting (ICR). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
pendapat Jensen dan Meckling (1976) bahwa kepemilikan saham oleh
manajer akan mempengaruhi kinerja manajer dalam menjalankan operasi
perusahaan. Manajer yang memiliki saham dalam perusahaan akan
berusaha meningkatkan kinerja perusahan, karena dengan meningkatnya
laba perusahaan maka insentif yang terima oleh manajer akan meningkat
pula. Sebaliknya jika kepemilkan manajer turun, maka biaya keagenannya
akan meningkat. Hal ini dikarenakan manajer akan melakukan tindakan
54
yang tidak memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, manajer akan
cenderung untuk memanfaatkan sumber-sumber perusahaan untuk
kepentingannya sendiri. Perusahaan yang struktur kepemilikannya
menyebar (widely-held companies)cenderung mengungkapkan banyak
informasi di website untuk memasok informasiyang dibutuhkan
stakeholder.
Karena adanya kemungkinan tidak terdapat interst alignment antara
manajer dan pemegang saham yang mempengaruhi tingkat pengungkapan
ICR struktur kepemilikan manajerial belum optimal mengontrol
manajemen, sehingga adanya struktur kepemilikan manajerial belum
menjamin manajemen untuk transparan dan menyampaikan melaui
website perusahaan.
55
BAB V
SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis pengaruh dari variabel-variabel mekanisme
corporate governance yang meliputi : ukuran perusahaan, profitabilitas,
leverage, growth, ukuran dewan komisaris dan struktur kepemilikan
manajerialterhadap tingkat pengungkapan internet corporate reporting (ICR)
pada perusahaan yang terdaftar dalam index kompas 100 pada tahun 2012-
2013dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat
pengungkapan internet corporate reporting (ICR) pada perusahaan yang
terdaftar dalam index kompas 100 pada tahun 2012-2013.
2. Profitabilitasberpengaruhpositif dan signifikan terhadap tingkat
pengungkapan internet corporate reporting (ICR) pada perusahaan yang
terdaftar dalam index kompas 100 pada tahun 2012-2013.
3. Leverageberpengaruhnegatif dan signifikan terhadap tingkat
pengungkapan internet corporate reporting (ICR) pada perusahaan yang
terdaftar dalam index kompas 100 pada tahun 2012-2013.
4. Growth tidakberpengaruhsignifikan terhadap tingkat pengungkapan
internet corporate reporting (ICR) pada perusahaan yang terdaftar dalam
index kompas 100 pada tahun 2012-2013.
56
5. Ukuran dewan komisarisberpengaruhpositif dan signifikan terhadap
tingkat pengungkapan internet corporate reporting (ICR) pada perusahaan
yang terdaftar dalam index kompas 100 pada tahun 2012-2013.
6. Struktur kepemilikan managerial tidakberpengaruhsignifikan terhadap
tingkat pengungkapan internet corporate reporting (ICR) pada perusahaan
yang terdaftar dalam index kompas 100 pada tahun 2012-2013.
B. SARAN
Adapun saran yang dapat diajukan oleh penulis dari hasil penelitian yang
telah dilakukan :
1. Perusahaan perlu lebih memperhatikan mengenai pemanfaatan media
internet dalam pemberitahuan laporan keuangan sebab dinilai lebih efisien
dan efektif sehingga dapat mengurangi biaya waktu penyampain informasi
laporan keuangan serta juga lebih cepat. Internet yang aktif selama 24 jam
sehingga laporan keuangan perusahaan dapat dibutuhkan kapan saja.
Perusahaan juga perlu memperhatikan kualitas internet corporate
reporting yang terdiri dari empat komponen yaitu isi, ketepatan waktu,
pemanfaatan teknologi, dan unsur support.
2. Penelitian berikutnya hendaknya dapat memperluas penelitian mengenai
hal yang sama dengan sampel penelitian, dimana sampel perusahaan ini
baru sebatas pada perusahaan yang masuk dalam index kompas 100.
Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menambah perusahaan-
perusahaan selain perusahaan yang terdaftar dalam index kompas 100 serta
memperpanjang periode pengamatan penelitian.
57
C. Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa
keterbatasan dalam penelitian ini, yakni:
a. Penelitian ini menggunakan variabel karakteristik perusahaan yang
diwakili oleh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, growth serta
variabel mekanisme corporate governance yang diwakili oleh ukuran
dewan komisaris dan struktur kepemilikan manajerial.
b. Penelitian ini menggunakan jangka waktu pengamatan tahun 2012-2013.
c. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang tergabung dalam
index kompas 100.