Download - Bab 5
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan
dalam bemtuk tabel. Pengumpulan data tanggal 21 Mei – 26 Mei 2012 di
puskesmas Wiyung dengan jumlah responden sebanyak 30 orang.
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Puskesmas Wiyung berdiri sejak 15 Juni 1988 dan memiliki visi
”Tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat yaitu
masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat”.Puskesmas ini beralamat di Jl.
Menganti Wiyung Gg. Pasar No. 20 Surabaya. Tipe Puskesmas Wiyung adalah
Puskesmas Persalinan, artinya Puskesmas ini melayani pasien pada pagi dan sore
hari serta melayani pertolongan persalinan dengan tarif sesuai Perda Kota
Surabaya No.5 tahun 2010.Misi Puskesmas Wiyung dalam mewujudkan visinya
adalah :
1. Melaksanakan pelayanan pelayanan kesehatan yang menyeluruh
dan profesional.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan.
61
62
1. Data Geografis
a. Letak:
Puskesmas Wiyung terletak di kelurahan Wiyung kecamatan Wiyung
wilayah Surabaya Selatan. Puskesmas Wiyung salah satu Puskesmas di
kecamatan Wiyung, yang mempunyai satu puskesmas pembantu (Pustu)
yakni Pustu Babatan.
Jarak dari Puskesmas Induk ke Pustu sebesar ± 2 km, memerlukan waktu
seperempat jam dengan kendaraan bermotor. Jarak Puskesmas dengan Pusat
kota sebesar ± 8 km, memerlukan waktu setengah jam berkendaraan.
b. Batas Wilayah
Batas wilayah puskesmas Wiyung sebelah utara adalah Kecamatan
Dukuh Pakis, sebelah timur adalah Kecamatan Wonocolo, sebelah selatan
dibatasi oleh Kecamatan Karang Pilang, sebelah barat dibatasi oleh
Kecamatan Lakasantri
c. Luas Wilayah
Luas wilayah kerja PuskesmasWiyung 951.547 ha terdiri dari kelurahan
Wiyung yaitu 354.780 ha, kelurahan Babatan yaitu 440.321 ha, kelurahan
Jajar Tunggal 156.446 ha
2. Data Demografi
Jumlah penduduk seluruhnya di wilayah kerja Puskesmas Wiyung adalah
54365 orang. Jumlah RT dan RW di Kecamatan Wiyung adalah 125 RT dan 25
RW.
63
3. Data Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan di Kecamatan Wiyung terdiri dari rumah sakit berjumlah 2 unit,
puskemas pusat berjumlah 1 unit, Puskesmas Pembantu berjumlah 1 unit,
Posyandu 28 unit, posyandu lansia 11 unit, Poliklinik Swasta 2 unit, praktek
dokter gigi / doktergigi swasta 4 unit, Laboratorium Klinik 2 unit, Apotek 8 unit
4. Kondisi Internal Puskesmas
Sumber Daya Manusia Puskesmas Wiyung terdiri dari PNS dan non PNS
No. Jenis Tenaga PNS Non PNS(PTT/Kontrak)
Total
1. Dokter Umum : 4 orang Kontrak : 1 orang 5 orang2. Dokter Gigi : 1 orang 1 orang 2 orang3. SKM : 1 orang - 1 orang4. Apoteker : - 1 orang 1 orang5. Bidan : 7 orang 5 orang 12 orang6. Bidan Kelurahan : - PTT : 1 orang
Kontrak : 2 orang3 orang
7. Perawat : 4 orang 2 orang 6 orang8. Perawat Gigi : 1 orang 1 orang 2 orang9. Asisten Apoteker : 1 orang - 1 orang10. Sanitarian : 1 orang - 1 orang11. Petugas Gizi : 1 orang - 1 orang12. Analis Medis : 1 orang - 1 orang13. Rekam Medik : - 1 orang 1 orang14. IT : - 1 orang 1 orang15. Staf TU : 1 orang - 1 orang16. Staf Loket : 3 orang 1 orang 4 orang17. Sopir : 1 orang - 1 orang18. Staf Puskesmas
(Ass.paramedis): 1 orang 1 orang 2 orang
19. Cleaning Service : - 3 orang 3 orang20. Linmas : - 2 orang 2 orang
TOTAL 28 orang 23 orang 51 orangData yang telah terkumpul ditabulasikan sesuai dengan rumus yang di
tentukan, dikelompokkan sesuai dengan indikator, dianalisa dan dipresentasikan
64
pada masing-masing subvariabel agar dapat di interpretasikan sehingga diperoleh
hasil penelitian sebagai berikut:
5.1.2 Data Umum Responden
1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Table 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis kelamin Di Puskesmas Wiyung 21 Mei-26 Mei 2012 (n=30)
Jenis Kelamin Jumlah Prosentase(%)Laki Laki 12 40Perempuan 18 60
Dari tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan yaitu 60%(18 orang).
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia.
Table 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Di Puskesmas Wiyung 21 Mei-26 Mei 2012 (n=30)
Usia Jumlah Prosentase(%)31-40 Tahun 5 16,741-50 Tahun 3 10,051-60 Tahun 5 16,7>60 Tahun 17 56,7
Dari tabel 5.2 dapat diketahui bahwa responden yang usianya lebih dari 60 tahun
merupakan jumlah yang paling banyak dengan prosentase 56,7% (17 orang).
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Table 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Puskesmas Wiyung 21 Mei-26 Mei 2012 (n=30)
Pekerjaan Jumlah Prosentase(%)Petani 6 20Sopir 1 3,3
Tukang/buruh kayu 2 6,7Ibu Rumah Tangga 9 30
Wiraswasta 3 10Pegawai Swasta 2 6,7
65
Tidak Bekerja 6 20Lainnya 1 3,3
Dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa responden yang pekerjaannya ibu rumah
tangga merupakan jumlah yang paling banyak dengan prosentase 30% (9 orang).
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Table 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan Di Puskesmas Wiyung 21 Mei-26 Mei 2012 (n=30)
Status Perkawinan Jumlah Prosentase(%)Kawin 17 56,7
Belum Kawin 3 10Cerai 10 33,3
Dari tabel 5.4 dapat diketahui bahwa responden yang kawin merupakan jumlah
yang paling banyak dengan prosentase 56,7%.
5.1.3 Data Khusus Responden
1. Faktor Pemicu Primer Yang Mempemgaruhi Hipertensi.
a. Kurang Olahraga
Table 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Kebiasaan Berolahraga Di Puskesmas Wiyung 21 Mei-26 Mei 2012 (n=30)
Kebiasaan olahraga Frekuensi ProsentaseYa 11 36,7%
Tidak 19 63,3%Total 30 100%
Dari tabel 5.5 dapat diketahui bahwa responden yang memliki kebiasaan
olahraga hanya sebanyak 36,7% (11 orang) sedangkan responden yang
tidak memiliki kebiasaan olahraga sebanyak 63,3% (19 orang).
66
b. Konsumsi Alkohol
Table 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Konsumsi Alkohol Di Puskesmas Wiyung 21 Mei-26 Mei 2012 (n=30)
Konsumsi Alkohol Frekuensi ProsentaseYa 5 16,7%
Tidak 25 83%Total 30 100%
Dari tabel 5.6 dapat diketahui bahwa responden yang tidak mengkonsumsi
alkohol mempunyai prosentase lebih banyak yaitu 83% (25 orang).
c. Merokok
Table 5.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Merokok Di Puskesmas Wiyung 21 Mei-26 Mei 2012 (n=30)
Konsumsi Rokok Jumlah ProsentaseYa 8 30%
Tidak 22 70%Total 30 100%
Dari tabel 5.7 dapat diketahui bahwa responden yang tidak merokok
memiliki jumlah yang paling banyak dengan prosentase 70% (21 orang).
Table 5.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Konsumsi Rokok Perhari Di Puskesmas Wiyung 21 Mei-26 Mei 2012 (n=30)
Jumlah Konsumsi Rokok Perhari
Frekuensi Prosentase
½ sampai 1 bungkus 3 10%1-2 bungkus 4 13,3%2-3 bungkus 1 3,3%
tidak ada 22 73%Total 30 100%
67
Dari tabel 5.8 dapat diketahui bahwa responden yang tidak merokok
memiliki jumlah yang paling banyak dengan prosentase 73% (22 orang).
d. Kegemukan
Table 5.9 Karakteristik Responden Berdasarkan kegemukan Di Puskesmas Wiyung 21 Mei-26 Mei 2012 (n=30)
IMT (Indeks Massa Tubuh)
Frekuensi Prosentase
Underweight 3 10%Normal 10 33%
Overweight 2 6,7%Pre obese 11 36,7%
Obese tingkat 1 4 13,3%Total 30 100%
Dari tabel 5.9 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki berat badan
pre obese mempunyai jumlah yang paling banyak dengan prosentase
36,7% (11 orang).
e. Konsumsi Garam
Table 5.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Ikan Asin Di Puskesmas Wiyung 21 Mei-26 Mei 2012 (n=30)
Konsmsi Ikan Asin Dalam 1 Minggu
Frekuensi Prosentase
Setiap Hari 6 20%4-5 Hari 9 30%3 Hari 8 26,7%2 Hari 3 10%1 Hari 3 10%
Tidak Pernah 1 3,3%Total 30 100%
Dari tabel 5.10 dapat diketahui bahwa responden yang mengkonsumsi ikan
asin 4 sampai 5 hari dalam 1 minggu mempunyai jumlah yang paling
banyak dengan prosentase 30% (9 orang).
68
Table 5.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Ikan Laut Di Puskesmas Wiyung 21 Mei-26 Mei 2012 (n=30)
Konsumsi Ikan Laut Dalam 1 Minggu
Frekuensi Prosentase
Setiap Hari 4 13,3%4-5 Hari 6 20%3 Hari 3 10%2 Hari 4 13,3%1 Hari 6 20%
Tidak Pernah 7 23,3%Total 30 100%
Dari tabel 5.11 dapat diketahui bahwa responden yang mengkonsumsi ikan
laut 4 sampai 5 hari dalam 1 minggu mempunyai jumlah yang sama
banyak dengan responden yang mengkonsumsi ikan laut 1 hari dalam 1
minggu dengan prosentase 20% (6 orang).
Table 5.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Makanan Ringan Di Puskesmas Wiyung 21 Mei-26 Mei 2012 (n=30)
Konsumsi Makanan Ringan Dalam 1 Minggu
Frekuensi Prosentase
4-5 Hari 4 13,3%2 Hari 1 3,3%1 Hari 2 6,7%
Tidak Pernah 23 76,7%Total 30 100%
Dari tabel 5.12 dapat diketahui bahwa responden yang tidak
mengkonsumsi makanan ringan mempunyai prosentase paling banyak
yaitu 76,7% (23 orang).
Berdasarkan tabel 5.5 sampai 5.13 dapat diketahui sebagian besar faktor pemicu
primer hipertensi di Puskesmas Wiyung adalah faktor mngkonsunsi makananan
69
tinggi natrium seperti ikan asin, ikan lkaut, dan penyedap rasa dan makanan
ringan yang asin.
2. Faktor Pemicu Sekunder Yang Mempengaruhi Hipertensi
a. Genetik
Table 5.14 Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Genetik Di Puskesmas Wiyung 21 Mei-26 Mei 2012 (n=30)
Faktor Genetik Frekuensi ProsentaseYa 19 63,3%
Tidak 11 36,7%Total 30 100%
Dari tabel 5.14 dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai
keturunan hipertensi mempunyai prosentase paling banyak dengan
prosentase 63,3% (19 orang).
b. Penyakit
Table 5.15 Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Penyakit Di Puskesmas Wiyung 21 Mei-26 Mei 2012 (n=30)
Faktor Penyakit Frekuensi ProsentaseGagal Ginjal 12 33,3%Pre eklamsia 2 6,7%
Lainnya 7 23,3%Tidak Ada 11 36,7%
Total 30 100%
Dari tabel 5.15 dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai
penyakit gagal ginjal mempunyai prosentase paling banyak dengan
prosentase 33,3% (12 orang).
Berdasarkan tabel 5.14 dan 5.4 dapat diketahui sebagian besar faktor pemicu
primer hipertensi di Puskesmas Wiyung adalah faktor genetik..
70
5.2 Pembahasan
5.2.1 Hipertensi
Hipertensi pada penelitian ini memiliki kriteria yaitu hipertensi stage 1 dan
hipertensi stage 2. Dari data 30 orang responden didapat hipertensi stage 1
sebanyak 16,7% (5 orang), dan hipertensi stage 2 sebanyak 83,3% (25 orang).
Hipertensi adalah penyakit darah tinggi yang sebenarnya adalah suatu
gangguan pada pembuluh darahyang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi
yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya. Umumnya sistolik meningkat sejalan dengan usia, sedangkan
diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun kemudian menurun lagi.
Krteria umur yang dipakai adalah mulai umur 31-40 tahun, 41-50 tahun,
51-60 tahun, >60 tahun. Dari data 30 responden dapat dilihat prosentase responen
yang berumur 31-40 tahun sebanyak 16,7% (5 orang), 41-50 tahun sebanyak 10%
(3 orang), 51-60 tahun sebanyak 16,7 (5 orang), dan lebih dari 60 tahun sebanyak
56,7%.
Menurut WHO batas tekanan darah normal adalah 140/ 90 mmhg.
Tekanan darah sama atau di atas 160/95 mmhg dinyatakan hipertensi. Sumber lain
menyatakan batasan hipertensi sebagai berikut yaitu pria kurang dari 45 tahun
dikatakan hipertensi jika tekanan darah lebih dari 130/90 mmHg. Pria lebih dari
45 tahun dikatakan hipertensi jika tekanan darah lebih tinngi dari 145/95 mmhg.
Wanita dikatakan hipertensi jika lebih tinggi atau saama dari 160/95 mmHg.
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tekanan darah dengan umur dapat
dilihat bahwa dari 30 orang responden hipertensi paling banyak menderita
71
hipertensi stage 2 adalah responden beusia lebih dari 60 tahun sebanyak 82,4%
(14 orang) .
Kriteria jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan perempuan, Dari data 30
responden dapat dilihat prosentase responden laki-laki sebanyak 40% (12 orang)
dan responden perempuan sebanyak 60% (18 orang).
Hipertensi menyerang kaum laki-laki dari pada perempuan hal itu karena
laki-laki mempunyai banyak pendorong terjadinya hipertensi seperti stress,
kelelahan, dan makan tidak terkontrol. Adapun hipertensi meningkat pada wanita
setelah berumur lebi dari 45 tahun yaitu setelah menopouse, dan di pengaruhi oleh
emosi serta stress.
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tekanan darah dengan jenis
kelamin dapat dilihat bahwa dari 30 orang responden hipertensi, reponden
perempuan mempunyai prosentase yang paling banyak mengalami hipertensi
stage 2 yaitu sebanyak 94,4% (17 orang).
Dalam hal ini hasil yang didapatkan dari tabulasi silang sejalan dengan
teori dimana usia mempengaruhi kejadian hipertensi karena semakin mengalami
proses degeneratif atau penuaan maka semua fungsi tubuh khususnya pembuluh
darah akan menurun. Hasil yang didapatkan dari tabulasi silang antara jenis
kelamin dengan tekanan darah sejalan dengan teori karena dalam hal ini
perempuan memliki tingkat sttres dan emosi yang cukup tinggi seingga dapat
meningkat hormon esetrogen yang memicu terjadinya hipertensi.
72
5.2.1. Faktor Pimer Yang Mempengaruhi Hipertensi
1. Obesitas
Kriteria obesitas yang didapatkan adalah underweight, normal, overweight,
pre obese, obese 1, obese 2. Dari data 30 orang responden dapat dilihat prosentase
reponden yang mempunyai berat badan underweight sebanyak 10% (3 orang),
berat badan normal sebanyak 33,3% (10 orang), berat badan overweight sebanyak
6,7% (2 orang), berat badan pre obese sebanyak 36,7% (11 orang), berat badan
obese 1 sebanyak 13,3 % (4 orang), berat badan obese 2 sebanyak 0%.
Kegemukan dan tekanan darah adalah pasangan yang seiring dan sejalan.
Semakin gemuk seseorang, semakin tinggi tekanan darahnya. Ketika berat badan
meningkat maka resiko hipertensi ikut meningkat (Robert E. Kowalski, 2010: 85).
Hipertensi umumnya dialami oleh orang gemuk. Hal ini disebabkan pasokan
oksigen serta jumlah zat yang diangkut darah lebih banyak pada orang gemuk
dibandingkan mereka yang bertubuh kurus atau normal. Suplai darah yang besar
pada orang gemuk ini otomatis membuat jantung bekerja lebih berat, dan
dibutuhkan tekanan yang lebih besar (Iskandar Junaidi, 2010 : 110). Kebutuhan
darah dalam jumlah besar direspon jantung dengan tekanan yang tinggi sehingga
menagkibatkan tekanan darah tinggi (Iskandar Junaidi, 2010 : 110).
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tekanan darah dengan obesitas
dapat dilihat bahwa dari 30 orang terdapat 20% responden yang mempunyai berat
badan normal dan mengalami hipertensi stage 1 serta 27% responden mengalami
hipertensi stage 2 dan mempunyai berat badan normal. Dalm hal ini kegemukan
mempunyai beberapa penyebab yaitu pola makan yang tidak teratur, aktifitas
duduk telalu banyak, konsumsi gula yang berlebihan serta retensi air yang
73
menyebabkan terjadinya oedem pada tubuh. Oleh karena itu perlu dilakukan
tambahan aktivitas untuk mengurangi kelebihan berat badan.
2. Kurang Aktivitas Fisik (Olahraga)
Kriteria dari kebiasaan olahraga adalah teratur dan tidak teratur. Dari data
30 orang responden dapat dilihat prosentase respomden yang melakukan olahraga
dengan teratur sebanyak 36,7% (11 orang), sedangkan prosentase responden yang
tidak melakukan olahraga sebanayak 63,3% (19 orang) .
Efek jangka panjang dari olahraga teratur adalah mengurangi tekanan
diastolik kira-kira 10 mmHg, jumlah penurunan yang sama seperti yang didapat
sebagian besar obat penurun tekanan darah. Olahraga teratur juga mengurangi
berbagai faktor resiko penting untuk penyakit jantung koroner dan stroke.
Olahraga dapat mengurangi kolesterol LDL yang berbahaya dalam darah dan
menaikkan kadar kolesterol HDL yang bersifat melindungi dalam darah (Julian,
2009:73).
Berdasarkan tabel silang antara tekanan darah dan kebiasaan berolahraga
di dapat bahwa hipertensi stage 2 memiliki presentase paling banyak pada
responden yang tidak berolahraga sebesar 84,2%. Sedangkan yang berolahraga
hanya sebesar 15,2%. Dalam hal ini terdapat beberapa penyebab individu jarang
untuk melakukan aktifitas fisik (olahraga) yaitu adanya pekerjaan yang
menumpuk, kelelahan, waktu untuk istirahat tidur berkurang. Untuk itu perlu
adanya pengaturan jadwal untuk berolahraga dan melakukan kegiatan berolahraga
minimal 15 menit sehari.
74
3. Merokok
Kriteria dari kebiasaan merokok adalah banyaknya konsumsi rokok. Dari
data 30 orang responden dapat lihat bahwa prosentase responden yang merokok 1-
2 bungkus sehari adalah sebanyak 13,3% (4 orang).
Dalam rokok terkandung berbagai macam zat yang dapat merusak
lapisan dinding arteri, yang pada akhirnya akan membentuk plak atau kerak di
arteri. Kerak atau plak ini menyebabkan penyempitan lumen atau diameter arteri,
sehingga diperlukan tekanan yang lebih besar untuk memompa darah hingga tiba
di organ-organ yang membutuhkan. Hal inilah yang kemudian disebut sebagai
hipertensi (Iskandar Junaidi, 2010 : 70). Kandungan nikotinnya dapat
meningkatkan hormon epinefrin yangb menyempitkan pembuluh darah arteri.
Karbon monoksidanya dapat memacu jantung untuk lebih keras untuk
menggantikan pasokan oksigen ke seluruh tubuh. Keja jantung yang lebih berat
meyebabkan terjadinya hipertensi.
Berdasarkan tabel silang antara tekanan darah dan kebiasaan merokok di
dapat bahwa hipertensi stage 2 memiliki presentase paling banyak pada responden
yang tidak merokok yaitu sebesar 85,7%. Sedangkan yang merokok sebesar
77,8%. Faktor yang menyebabkan indivdu mengkonsumsi rokok adalah adanya
iklan di televisi yang menggambarkan bahwa seorang lelaki sejati mengkonsumsi
rokok, berkaitan dengan kegiatan pemerintah yang tidak membatasi produksi
rokok karena penanaman tembakau merupakan masukan bagi negara sehingga
peredaran rokok tidak dapat di batasi, selain itu merokok adalah hak asasi manusia
dan dianggap tidak melanggar hukum karena bukan tindakan kriminal dan tidak
75
mengganggu ketertiban tetapi hanya mungkin melanggar etika pergaulan.
Penyebab individu merokok dipengaruhi oleh bebrapa hal yaitu Dalam hal ini
merokok bukan penyebab tekanan darah tinggi tetapi dapat meningkatkan resiko
yang berkaitan dengan tekanan darah tinggi. Kebiasaan merokok sudah
membudidaya sejak dahulu.
4. Konsumsi alkohol yang berlebihan
Kriteria dari kebiasaan mengkonsumsi alkohol adalah yang mengkonsumsi
alkohol dan tidak. Dari data 30 orang responden dapat lihat bahwa prosentase
responden yang mengkonsumsi alkohol adalah sebanyak 16,7% (5 orang)
sedangkan yang tidak mengkonsumsi alkohol sebanyak 83,3% (25 orang).
Mengkonsumsi alkohol dalam jumlah besar dapan merusak bebrapa fungsi
organ. Salah satu di antaranya adalah hati. Fungsi hati akan terganggu sehingga
mempengaruhi kerja jantung (Iskandar Junaidi, 2010 : 73). Semakin berat tingkat
konsumsi alkohol, semakin tinggi resiko penyakit jantung (Robert E. Kowalski,
2010:192). Pada kaar alkohol yang rendah mungkin terjadi eksitasi SSP atau
euforia tetapi pada kadar yang lebih tinggi terjadi perburukan kearah kom hingga
meninggal. Wanita pecandu alkohol dalam masa subur beresiko memiliki bayi
dengan berat lahir rendah disertai retardasi. Penelitian penelitian gizi dan
metabolik telah jelas membuktikan bahwa etanol menyebabkan hipertensi.
Berdasarkan tabel silang antara tekanan darah dengan kebiasaan
mengkonsumsi alkohol di dapat bahwa hipertensi stage 2 memiliki presentase
paling banyak pada responden yang tidak mengkonsumsi alkohol yaitu sebanyak
88%. Sedangkan yang mengkonsumsi alkohol sebanyak 60% (3 orang). Hal ini
berbanding terbalik terhadap teori yang mengatakan bahwa konsumsi alkohol
76
dapat meningkatkan tekanan darah. Kare terbatasnya pasien kunjungan hipertensi
saat itu sehingga responden yang mengkonsumsi alkohol tidak terlalu banyak.
5. Konsumsi diit tinggi natrium
Kriteria dari kebiasaan mengkonsumsi diit tinggi natrium dapt dilihat dari
kebiasaan responden dalam mengkonsumsi lauk pauk bergaram tinggi adalah ikan
asin, ikan air tawar, ikan laut, penyedap makanan, dan makanan ringan yang asin.
Pada intinya, garam dan senyawa natrium yang lain berperan dalam
inisiasi serangkaian senyawa kimia di ginjal yang berujung pada produksi suatu
senyawa, yaitu angiotensin, dalam meningkatkan tekanan darah.. Semakin peka
seseorang terhadap natrium, maka semakin banyak natrium yang disimpan dalam
tubuh, dan semakin banyak air yang tertahan di jaringan tubuh. Semua ini
meningkatkan tekanan darah (Robert E. Kowalski, 2010: 167).
Peneliti berpendapat hendaknya melakukan diit rendah natrium dengan
mengurangi konsumsi makanan yang mengandung natrium tinggi. Berdasarkan
tabel silang antara jenis kelamin dan konsumsi ikan asin dapat dilihat bahwa
prosentase dari 30 orang responden yang paling banyak mengkonsumsi ikan asin
adalah responden berjenis kelamin perempuan dengan frekuensi 4 sampai 5 hari
dalam seminggu yaitu sebanyak 23% (7 orang), sedangkan berdasarkan tabel
silang antara usia dan kebiasaan mengkonsumsi ikan asin dapat dilihat bahwa
umur lebih dari 60 tahun paling banyak mengkonsumsi ikan asin yaitu sebanyak
20% (6 orang). Berdasarkan tabel silang antara jenis kelamin dan konsumsi ikan
air tawar dapat dilihat bahwa dari 30 orang responden yang paling bnayak
mengkonsumsi ikan tawar adalah responden berjenis kelamin laki-laki dengan
frekuensi 2 hari dalam seminggu yaitu 17% (5 orang), sedangkan berdasarkan
77
tabel seilang antara usia dan kebiasaan mengkonsumsi ikan air tawar dapat dilihat
bahwa umur lebih dari 60 tahun paling banyak mengkonsumsi ikan air tawar
denagn frekuensi 2 hari dalam seminggu yaitu 17% (5 orang). Berdasarkan tabel
silang antara jenis kelamin dan kebiasaan mengkonsumsi ikan laut dapat dilihat
bahwa dari 30 orang responden yang paling banyak mengkonsumsi ikan laut
adalah responden berjenis kelamin perempuan dengan frekuensi yang sama yaitu
1 hari dan 4 sampai 5 hari dalam seminggu adalah 26% (8 orang) sedangkan
berdasarkan tabel silang antara usia dan kebiasaan mengkonsumsi ikan laut dapat
dilihat bahwa umur lebih dari 60 tahun paling banyak mengkonsumsi ikan laut
dengan frekuensi 4 sampai 5 hari dalam seminggu yaitu sebanyak 17% (5 orang).
Dari hasil observasi dan pemberian kuesioner yang ada di puskesmas
wiyung kecanatan wiyung Surabaya peneliti dapat mengetahui bahwa mean
(rataan) faktor kurang olahraga lebih banyak di banding faktor primer yang lain
seperti konsumsi Alkohol, merokok, obesitas dan konsumsi garam. Hal tersebut
dapat dilihat dari uji ukuran data sentral maka terlihat faktor yang dominan
pemicu primer hipertensi adalah kurang berolahraga.
5.2.3 Faktor Pemicu Sekunder Yang Mempengaruhi Hipertensi
1. Genetik
Kriteria dari genetik adalah mempunyai keturunan langsung hipertensi dan
tidak. Dari data 30 orang responden dapat lihat bahwa prosentase responden yang
mempunyai keturunan langsung hipertensi adalah sebanyak 63,3%% (19 orang)
sedangkan yang tidak mempunyai ketrunan hipertensi langsung sebanyak 36,7%
(11 orang).
78
Saat ini diketahui bahwa hipertensi daapt disebabkan oleh mutasi dari
suatu gen yang diturunkan berdasarkan hukum Mende. Gen-gen yang
berpengaruh pada patomeaknisme hipertensi antara lain adalah gen yang
meregulasi substansi pressor seperti angiontensin II, gen yang meregulasi aktifitas
otot polos vaskular dan gen yang meregulasi renal sodium load, bebrapa contoh
diantaranya adalah glucocortikoid remediable aldosteronism yang diturunkan
secara autosomal dominan (Peter, 2010 :70). Syndrome of apparent
mineralocorticoid excess yang diturunkan secara autosomal resesif. Formasi
chimeric gene yang memberi kode enzim yang bertanggung jawab dalam
mensintesis aldosteron dan ACTH. Pada hipertensi jenis ini pemberian antagonis
seperti spironolakton sangat efektif menurunkan tekanan darah. Contoh lain
adalah Syndrome of hipertension exacerbated pada kehamilan yang juga
diturunkan secaar dominan autosom. Pada pasien ini mineralokortikoid reseptor
menyebabkan mereka memiliki respon yang abnormal terhadap progesteron dan
secara paradoks terhadap spironolakton (Peter, 2010 : 71).
Berdasarkan tabel silang antara tekanan darah dan faktor genetik di dapat
bahwa hipertensi stage 2 memiliki presentase paling banyak pada responden yang
memiliki keturunan hipertensi sebesar 78,9%. Dalam hal ini sejalan dengan teori
yaitu faktor genetik berbanding lurus dengan hipertesi. Faktor genetik
berpengaruh langsung terhadap pemicu hipertensi sehingga perlu adanya
pengaturan pola makan, aktivitas berolahraga, istirahat tidur untuk mencegah
munculnya hipertensi.
79
2. Penyakit ginjal dan kehamilan
Kriteria dari faktor penyakit adalah penyakit ginjal dan penyakit
kehamilan. Dari data 30 orang responden dapat lihat bahwa prosentase responden
yang mempunyai penyakit gagal ginjal adalah sebanyak 33,3%% (10 orang)
sedangkan yang mempunyai penyakit pre eklampsi sebanyak 6,7% (2 orang).
Penyakit parenkim ginjal seperti diabetic nephropathy, inflamatory
glomelural desease, tubular interstitial desease dan polycystic kidney merupakan
penybab utama hipertensi sekunder. Hipertensi terjadi karena berkurangnya
permukaan filtrasi glomerulus menyebabkan gangguan ekskresi garam dan air
sehingga terjadi peningkatan olume intravaskular. Penyebab yang lain adalah
inflamasi dan perubahan fibrotik pada pembuluh darah intrarenal menyebabkan
perfusi di jaringan ginjal menurun sehingga terjadi peningkatan aktivitas sistem
renin Angiotensin (peter, 2010 : 71).
Berdasarkan Penyempitan arteri renalis akibat fibrous muskular
hyperplasia (fibrousmuscular dysplasia) yang sering mengenai wanita muda, atau
arteroskelrosis yang terjadi pada lansia menurunkan aliran darah ke ginjal. Telah
dibuktikan bahwa penurunan 50% takanan perfusi ginjal akan mengakibatkan
peningkatan sekresi renin dari juxtaglomerular vasa afern yang mempresipitasi
terjadinya hipertensi (Peter, 2010 : 71). Tanda-tanda hipertensi renovaskuler
adalah hipertensi terjadi pada umur 20-50 tahun, hipertensi resisten terhadap 3-4
obat anti hipertensi, adanya bising pada arteri epigastrik atau ateri renalis,
ditemukan penyakit aterosklerotik pada aort dan arteri perifer (dilaporkan bahwa
15-25% penderita dengan penyakit aterosklerotik ekstremitas bawah yang
simtomatik juga menderita stenosis pada arteri renalis), apabila terjadi perburukan
80
fungsi Ginjal setelah pemberian ACE-Inhibitor, azotemia (serum kreatinin
leve>1,5 mg/dl), proteinuria sedang (<1,5 gr/hari), terjadi perburukan
paradoksikal dari hipertensi setelah pemberian diuretik, gagal jantung berulang.
Termasuk disini adalah pre-eklampsia dan eklamsia. Peningkatan tekanan
darah pada kehamilan >20 minggu dengan proteinuria disebut pre-eklamsia.
Apabila disertai kejang-kejang, maka hal ini disebut eklampsia. Patogenesis
hipertensi karena kehamilan multi faktor. Studi epidemiologi menunjukkan pre-
eklampsia dan eklampsia disebabkan oleh suatu reaksi imunologis, hal ini
disebabkan oleh suatu reaksi imunologis, hal ini disebabkan pelepasan zat
vasoaktif dan faktor angiogenik yang mengaktifkan sistem koagulasi dan
vasokonstriksi. Teori baru mengatakan bahwa penyakit ini adalah penyakit jejas
endotel dan kelainan otot polos vaskular, banyak substansi vasoaktif seperti
Vascular Endothelial Growth Factor, Placenta growyh Factor dan soluble
thyroxine kinase 1 dibebaskan yang merusak endotel. Teori ini berdasarkan
penemuan dimana pada pemberian asetil kolin, maka respon vasodilatasi yang
endhotelial dependent maupun yang endothelial independent semuanya menurun
pada pasien pre eklampsia. Dapat di buktikan bahwa pasien yang pernah
mengalami pre-eklampsia dan eklampsia memiliki resiko 7-8 kali menderita
penyakit jantung iskemia dibanding wanita normal (Peter, 2010 :74).
Peneliti berpendapat bahwa penyakit ginjal dan penyakit kehamilan
berpengaruh besar dalm meningkatkan tekanan darah. Berdasarkan tabel silang
antara tekanan darah dan faktor penyakit di dapat bahwa hipertensi stage 2
memiliki presentase paling banyak pada responden yang mempunyai penyakit
ginjal sebesar 70%.
81
5.3 Keterbatasan
Keterbatasan yang dihadapi peneliti dalam penelitian ini adalah
1. Penelitian hanya di ambil di daerah Puskesmas Wiyung saja sehingga
kesimpulan yang didapat hanya untuk puskesmas wiyung saja.
2. Pada penelitian hanya dilakukan dengan wawancara terpimpin tanpa
menggunakan uji laboratorium sehingga hasil penelitian kurang menuaskan.
3. Pengambilan data dilakukan secara non probability tanpa adanya generalisasi
sehingga hanya menggunakan ukuran data sentral dan tabel frekuensi sehingga
hasil penelitian kurang akurat.
4. Penelitian ini tidak bersifat reversibel pada beberapa faktor seperti penyakit
ginjal, dan penyakit kehamilan pre eklamsi dan eklamsi.