Download - Bab 4 rev 02

Transcript
Page 1: Bab 4 rev 02

IV-1

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

4.1 DASAR PERUMUSAN RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN

Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam

wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana

peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi :

1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan

pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten;

2. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;

3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan

untuk dua puluh tahun; dan

4. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten.

5. Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria :

Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta rencana rincinya;

1. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWP beserta rencana rincinya;

2. Mengakomodasi kebijakan pengembangan kawasan andalan nasional yang berada di

wilayah kabupaten bersangkutan;

3. Memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;

Page 2: Bab 4 rev 02

IV-2

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

4. Mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah kabupaten yang terdiri atas kawasan

lindung dan kawasan budidaya, sebagai berikut :

4.1.1 KEBIJAKAN POLA RUANG RTRW NASIONAL DAN PROVINSI SUMATERA

SELATAN

RTRW NASIONAL : Suaka margasatwa merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari

suatu jenis satwa yang perlu di lakukan upaya konservasinya, memiliki keanekaragaman satwa

yang tinggi, merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu, memiliki luas

yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan. Kawasan lindung suaka

margasatwa, yaitu Suaka Margasatwa (SM) SM Bentayan di Kabupaten Banyuasin dan Musi

Banyuasin, SM Dangku di Kabupaten Musi Banyuasin;.

RTRW PROVINSI : Hutan Lindung merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi

utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya

Buatan, nilai sejarah serta budaya. Penetapan kawasan lindung antara lain

1. Hutan Lindung

Kawasan Hutan Lindung yang ditetapkan di Kabupaten Musi Banyuasin seluas

19.529,74Ha berlokasi di Bayung Lencir dan Batanghari Leko

2. Kawasan Hutan Bergambut

Kawasan Bergambut adalah kawasan yang unsur pembentuk tanahnya sebagian besar

berupa sisa sisa bahan organik yang tertimbun dalam waktu lama. Berdasarkan Keppres

Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, bahwa gambut yang

termasuk dalam kategori kawasan lindung apabila mempunyai ketebalan lebih dari 3

meter. Kawasan gambut yang memenuhi kriteria sebagai kawasan lindung terdapat di

Kabupaten Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin dan Muara Enim seluas 617.415,00 Ha

atau 6,73 % dari total luas wilayah.

3. Kawasan suaka alam

Rencana kawasan pelestarian alam, suaka alam dan cagar budaya di Provinsi Sumatera

Selatan direncanakan seluas 726.920,61 Ha (belum termasuk kawasan perlindungan Buaya

Senyulong) atau 7,92% dari total luas wilayah yang merupakan kawasan yang berada di

Page 3: Bab 4 rev 02

IV-3

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

daratan, 58.236,52 Ha atau 0,63% dari total luas wilayah merupakan kawasan yang berada

di perairan.

Tabel 4.1

Identifikasi Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam

dan Cagar Budaya di Provinsi Sumatera Selatan

No Nama Kawasan Kabupaten/

Kota

Luas

(Ha)

% Terhadap

Luas Wilayah

A Suaka Margasatwa

726.920,61

7,92

1 Gunung Raya OKU Selatan

2 Padang Sugihan OKI dan Banyuasin

3 Isau-isau Pasemah Muara Enim dan Lahat

4 Gumai Pasemah Lahat, Empat Lawang

5 Dangku Musi Banyuasin

6 Bentayan Musi Banyuasin, Banyuasin

B Taman Nasional

1 Taman Nasional Kerinci

Seblat

Musi Rawas dan Lubuk Linggau

2 Taman Nasional Sembilang Banyuasin

C Taman Hutan Raya Kemampo Banyuasin

D Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang

E Cagar Budaya

1 Bukit Siguntang dan

Taman Purbakala Sriwijaya

Palembang

2 Megalith Pagar Alam dan Lahat

3 Situs Candi Bumiayu Muara Enim

F Taman Nasional Laut/Perairan

(TN Sembilang)

Banyuasin 58.236,52 0,63

G Perlindungan Buaya Senyulong* Musi Banyuasin 13.871,94 0,15

Sumber : RTRW Sumsel

Keterangan : *), Berada pada kawasan hutan produksi sehingga luasan tidak termasuk dalam luas total.

4. Kawasan sempadan danau/waduk

Kawasan sempadan danau/waduk di Provinsi Sumatera Selatan direncanakan seluas

420,37 Ha atau 0,05 % dari total luas wilayah. Kawasan sempadan danau/waduk Provinsi

Sumatera Selatan berada di 3 (tiga) kabupaten, yaitu Kabupaten Ogan Komering Ulu

Selatan, Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ilir dan Musi Banyuasin.

Page 4: Bab 4 rev 02

IV-4

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Tabel 4.2

Rencana Kawasan Sempadan Sungai

di Provinsi Sumatera Selatan

Sungai Besar Sungai Kecil Luas

(Ha)

% Terhadap

Luas Wilayah

Musi, Banyuasin, Calik,

Lalan, Rawas, Ogan,

Komering, Batanghari

Leko, Semangus,

Lematang, Lakitan,

Kelingi, Sugihan,

Sembilang, Mesuji, Upang

, Saleh

Kapas, Menanti, Lain, Rupit, Liam, Lumpang,

Kemang, Kulus,Kutu, Mengkulam, Hitam, Megang,

Malus, Pelikai, Sumuk, Makai, Belumat, Ketuha,

Naman, Meles, Alang, Saling, Keruh, Lintang,

Kungkupring, Beliti, Noman, Kati, Lingsing, Pengi,

Cawang, Gasing, Telang, Bulan,Padi, Saleh Upang,

Padang, Keruh, Keras, Sialang, Temuan, Sembuta,

Enim, Selangis, Endikat, Lengi, Kelekar, Rambang,

Lubai, Kuang, Laye, Saka, Penaku, Gilas, Lempuing,

Ro, Saleh, Muara Pulo, Sugihan, Padang, Kumbang,

Rambai, Sebubus.

203.640,55 2,22

Sumber : RTRW sumsel

5. Kawasan Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana banjir di Provinsi Sumatera Selatan terdapat di 9 (sembilan)

kabupaten/kota dengan luas wilayah rawan bencana seluas 1.001.838,30 atau 10,91 % dari

total luas wilayah.

Tabel 4.3 Kawasan Rawan Bencana Banjir

di Provinsi Sumatera Selatan No Banjir Intensitas Bencana (Ha) Jumlah

(Ha)

% Terhadap

Luas Wilayah Sangat

Tinggi

Tinggi

1 Banyuasin 45.992,68 290.038,19 336.030,87 3,66

2 Muara Enim 49.499,15 16.777,32 66.276,46 0,72

3 Musi Banyuasin 1.489,30 127.628,27 129.117,56 1,41

4 Musi Rawas - 39.266,15 39.266,15 0,43

5 Ogan Komering Ilir 80.313,28 271.740,88 352.054,16 3,83

6 Ogan Komering Ulu - 17,28 17,28 0,00

7 Ogan Komering Ulu Selatan - 367,84 367,84 0,00

8 Ogan Komering Ulu Timur - 71.097,89 71.097,89 0,77

9 Palembang - 7.610,09 7.610,09 0,08

Total 177.294,40 824.543,89 1.001.838,30 10,91

Sumber : RTRW Sumsel, 2010.

Page 5: Bab 4 rev 02

IV-5

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

4.1.2 RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG KABUPATEN MUSI

BANYUASIN

Pola ruang wilayah Kabupaten Musi Banyuasin dikembangkan dengan sepenuhnya

memperhatikan pola ruang wilayah yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan dan Rencana Pola Ruang

RTRW Kabupaten Musi Banyuasin sebelumnya serta rencana-rencana lainnya yang terkait

dengan pengembangan wilayah Kabupaten Musi Banyuasin. Pola Ruang di Kabupaten Musi

Banyuasin secara garis besar diwujudkan dalam arahan pemanfaatan kawasan lindung dan

kawasan budi daya dengan tetap mengedepankan kelestarian lingkungan hidup.

A. KAWASAN HUTAN LINDUNG

Kawasan untuk fungsi lindung mempunyai status yang amat penting dalam pembangunan

berwawasan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Kawasan lindung adalah

kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup

yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan, nilai sejarah serta budaya. Untuk

kepentingan pembangunan berkelanjutan, penetapan kawasan lindung berpedoman kepada

Keppres No. 32/1990 yang pengidentifikasiannya dilakukan dengan mempertimbangkan

beberapa faktor antara lain ketinggian, kemiringan/sudut lereng, keadaan hidrologi serta

kawasan-kawasan yang dinyatakan sebagai kawasan bahaya alamiah maupun kawasan-

kawasan berupa cagar alam dan taman nasional.

TABEL 4.4

KRITERIA KAWASAN LINDUNG

Pemanfaatan ruang Kriteria

Kawasan Hutan lindung Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis

tanah, dan curah hujan yang melebihi nilai skor 175;

Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan > 40%

dan pada daerah yang

tanahnya peka terhadap erosi dengan kelerengan lapangan

lebih dari 25%;

Page 6: Bab 4 rev 02

IV-6

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian 2000 meter

atau lebih di atas permukaan laut;

Kawasan resapan air Kawasan dengan curah hujan rata-rata lebih dari 1000

mm/tahun;

Struktur tanah yang mudah meresapkan air tanah;

Memiliki bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air

hujan secara besar;

Lapisan tanahnya berupa pasir halus berukuran minimal

1/16 mm;

Mempunyai kemampuan meluruskan air dengan kecepatan

lebih dari 1 mm/hari;

Kedalaman muka air tanah lebih dari 10 m terhadap

permukaan tanah setempat;

Kelerengan kurang dari 15%; dan atau Kedudukan muka air

tanah dangkal lebih tinggi dari kedudukan muka air tanah

dalam.

Ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan laut.

Kawasan sekitar danau Kawasan sekitar danau/waduk/situ yang lebarnya proporsional

dengan bentuk dankondisi fisik danau/waduk/situ sekurang-

kurangnya 50 m dari titik pasang tertinggi kearah darat.

Kawasan sempadan sungai Sekurang-kurangnya 100 m dikanan kiri sungai besar dan

50 meter dikanan kiri sungai kecil yang tidak bertanggul di

luar kawasan perkotaan;

Sekurang-kurangnya 10 m dari tepi sungai untuk

mempunyai kedalaman tidak lebih besar dari 3 m;

Sekurang-kurangnya 15 m dari tepi sungai untuk

mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 m sampai dengan

20 m;

Sekurang-kurangnya 20 m dari tepi sungai untuk sungai

yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 m;

Sekurang-kurangnya 100 m dari tepi sungai untuk sungai

Page 7: Bab 4 rev 02

IV-7

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

yang terpengaruh oleh pasang surut air laut, dan berfungsi

sebagai jalur hijau; dan atau

Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan

sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan infeksi

antara 10-15 meter.

Kawasan sekitar mata air Kawasan di sekitar mata air dengan radius sekurang-

kurangnya 200 m, bagian hilir dapat difungsikan untuk

kawasan berfungsi lindung sepanjang tidak bertentangan

dengan fungsi konservasi.

Kawasan ruang terbuka hijau

(RTH)

Lokasi sasaran kawasan terbuka hijau kota termasuk

didalamnya hutan kota antara laindi kawasan permukiman,

industry, tepi sungai/jalan yang berada di kawasan

perkotaan;

Hutan yang terletak di dalam wilayah perkotaan atau

sekitar kota dengan luas hutan minimal 0,25 Ha;

Hutan yang terbentuk dari komunitas tumbuhan yang

berbentuk kompak pada satu hamparan, berbentuk jalur

atau merupakan kombinasi dari bentuk kompak dan bentuk

jalur;

Jenis tanaman untuk hutan kota adalah tanaman tahunan

berupa pohon-pohanan,bukan tanaman hias atau herba,

dari berbagai jenis baik jenis asing atau eksotik,maupun

jenis asli atau domestik; dan atau

Jenis tanaman untuk kawasan terbuka hijau kota adalah

berupa pohon-pohonan dan tanaman hias atau herba, dari

berbagai jenis baik jenis asing atau eksotik, maupun

jenisasli atau domestik.

Kawasan Cagar alam Mewakili formasi biota tertentu dan /atau unit-unit

penyusunannya;

Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang

masih asli dan tidak atau belum diganggu manusia;

Page 8: Bab 4 rev 02

IV-8

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang

pengelolaan yang efektif dengan daerah penyangga yang

cukup luas; dan atau

Mempunyai ciri khas yang dapat merupakan satu-satunya

contoh di suatu daerah sertakeberadaannya memerlukan

konversi

Taman Hutan rakyat Wilayah dengan ciri khas asli maupun buatan, baik pada

kawasan yang ekosistemnya masih utuh atau kawasan

yang sudah berubah.

Memiliki keindahan alam, tumbuhan, satwa, dan gejala

alam; dan atau

Mempunyai luas wilayah yang memungkinkan untuk

membangun koleksi tumbuhandan/atau tidak asli.

Taman wisata alam Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa

beserta ekosistemnya yang masih asli serta formasi

geologinya yang indah, unik dan nyaman;

Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin sumberdaya

alam hayati yang dapat dimanfaatkan bagi pariwisata dan

rekreasi alam; dan atau

Kondisi lingkungan sekitarnya mendukung upaya

pengembangan pariwisata alam.

Kawasan perairan Wilayah yang merupakan genangan air baik berupa sungai,

danau/situ, tambak dan sejenisnya.

Kawasan rawan gunung

merapi

Kawasan dengan jarak atau radius tertentu dari pusat

letusan yang terpengaruh lansung dan tidak langsung,

dengan tingkat kerawanan yang berbeda; dan atau

Kawasan berupa lembah yang akan menjadi daerah aliran

lahar dan lava.

Kawasan rawan gempa bumi Daerah yang mempunyai sejarah kegempaan yang

merusak;

Daerah yang dilalui oleh patahan aktif;

Page 9: Bab 4 rev 02

IV-9

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Daerah yang mempunyai catatan kegempaan dengan

kekuatan (magnitudo) lebih besar dari 5 pada skala richter;

Daerah dengan batuan dasar berupa endapan lepas

seperti endapan sungai, endapan pantai dan batuan lapuk;

dan atau

Kawasan lembah bertebing curam yang disusun batuan

mudah longsor.

Kawasan rawan gerakan

tanah

Daerah dengan kerentanan tinggi untuk terkena gerakan tanah,

terutama jika kegiatan manusia menimbulkan gangguan pada

lereng di kawasan ini.

Kawasan rawan banjir Daerah dengan kerentanan tinggi terkena banjir.

Sumber : Keppres No 32 tahun 1990

B. KAWASAN BUDIDAYA

Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi untuk dibudidayakan

atas dasar kondisi potensi sumber daya alam, manusia dan buatan. Termasuk dalam

kawasan budidaya ini adalah kawasan pertanian, kawasan permukiman dan industri. Pola

pemanfaatan ruang kawasan budidaya secara spasial mencakup wilayah yang berdasarkan

analisis daya dukung lahan tergolong sangat tinggi dan tinggi, baik untuk pengembangan

kawasan budidaya pertanian maupun perkotaan. Kriteria penetapan kawasan budidaya

dapat dilihat pada Tabel di bawah ini

TABEL 4.5 KRITERIA PENETAPAN KELAYAKAN/

KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN DAN PERKOTAAN

No Jenis Kawasan Kriteria KEPRES No.32 / 1990

1 Kawasan Hutan Produksi

tetap/biasa

Kawasan Hutan Produksi

terbatas

Kawasan Hutan Rakyat

Ketinggian < 1000 m dpl kecuali lahan yang sudah

ditanami tanamantahunan dan tidak mengganggu

kelestarian tanah dan air;

Mempunyai sistem dan atau potensi

pengembangan perairan dan drainase;

Page 10: Bab 4 rev 02

IV-10

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

c. Kemiringan tanah < 30% kecuali jenis tanah

regosol, litosol, regina, dan organosol, dengan

kemiringan < 15%;

Kedalaman efektif tanah > 30 cm; dan

e. Bukan daerah kritis/bahaya lingkungan beraspek

geologi: daerah longsoran, patahan aktif dan

daerah erosi.

2 Kawasan tanaman

perkebunan/tahunan

Ketinggian <1000m dpl

Kedalaman efektif tanah >60%

Di luar kawasan lindung;

Berfungsi sebagai daerah resapan air; dan

Daerah kritis / bahaya lingkungan, longsoran,

patahan aktif, daerah kritis erosi permukaan.

3 Tanaman pangan lahan

basah/tanaman pangan tadah

hujan

Ketinggian <1000 m dpl kecuali lahan yang sudah

ditanami tanaman

tahunan dan tidak mengganggu kelestarian tanah

dan air

Kemiringan tanah < 40% kecuali jenis tanah

regosol, litosol, regina, dan organosol dengan

kemiringan < 15%.

4 Kawasan tanaman lahan kering Kemiringan tanah <30%

Daerah kritis/bahaya lingkungan, longsoran,

patahan aktif, daerah krisis erosi permukaan

5 Kawasan Peternakan Ketinggian > 1000 m dpl

Kemiringan lereng < 15%

Jenis tanah/iklim sesuai dengan padang rumput

6 Kawasan Perikanan Kemiringan lereng < 8%

Persediaan air permukaan cukup.

7 Kawasan Pertambangan/ESDM Mempunyai potensi bahan tambang

8 Kawasan Pariwisata Memiliki keindahan dan panorama alam

Page 11: Bab 4 rev 02

IV-11

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Memiliki kebudayaan yang bernilai tinggi

Memiliki bangunan sejarah

9 Kawasan Permukiman Kemiringan lereng < 15%

Ketersediaan air terjamin

Aksesibilitas yang baik

Tidak berada pada daerah rawan bencana

Berada dekat dengan pusat kegiatan

10 Kawasan Peruntukan Industri Ketinggian < 1000 m dpl

Kemiringan lereng < 3%

Ketersediaan air baku yang cukup

Adanya sistem pembuangan limbah

Tidak terletak di kawasan tanaman pangan lahan

basah

11 Kawasan Perdagangan dan Jasa Kemiringan lereng < 15%

Ketersediaan air terjamin

Aksesibilitas baik

Terletak di pusat kota/kegiatan

Sumber : Keppres No 57 Tahun 1989 tentang Kawasan Budidaya

4.2 RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG

Kawasan lindung yang akan dimantapkan diwilayah Kabupaten Musi Banyuasin yang dinyatakan

sebagai kawasan non-budidaya adalah kawasan yang memberikan perlindungan kawasan

bawahannya, yaitu daerah-daerah yang memiliki kendala fisik tertentu seperti lereng curam,

rawan banjir, rawan longsor dan erosi. Selain itu juga dimaksudkan untuk melindungi kelestarian

wilayah bawahannya berupa kawasan budidaya yang keberadaannya sangat penting bagi

pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat setempat. Kawasan tersebut adalah perkebunan rakyat

dan lahan pertanian lahan basah/sawahirigasi. Di Kabupaten Musi Banyuasin yang terdapat

3 (tiga) jenis kawasan lindung, yaitu: (1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan

bawahannya, (2) Kawasan perlindungan setempat, dan (3) Kawasan rawan bencana alam. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada peta rencana pola ruang Kabupaten Musi Banyuasin.

Page 12: Bab 4 rev 02

IV-12

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

A. KAWASAN HUTAN LINDUNG (HUTAN BERFUNGSI LINDUNG)

Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Musi Banyuasin di tetapkan seluas 19.131 Ha,

Pelestarian fungsi ekologis kawasan ini sangat penting untuk dipertahankan. Untuk itu perlu

dilakukan pengendalian ketat terhadap aktivitas pembangunan. Kawasan hutan yang masih

lestari perlu dijaga dari perambahan masyarakat. Sedangkan kawasan yang sudah terbuka

agar dilakukan reboisasi dengan berbagai jenis tanaman hutan, seperti: Merbau (Intsia

biyuga), Bintangur (Calophyllum inophyllum), Mersawa (Anoisopterapolyandra),Nyatoh

(Palaquium gutta), Terentang (Campnosperma auriculata), Medang (Litsea firma), Terap

(Artocarpus spp), dan lain-lain.

Tabel 4.6 Rencana Luas Kawasan Hutan Lindung

Kabupaten Musi Banyuasin 2011

Kecamatan Luas ( Ha)

1 Kec. Batanghari Leko

Hutan Lindung 18864

2 Kec. Bayung Lencir

Hutan Lindung 136

3 Kec. Sanga Desa 131

Jumlah 19.131

Sumber : Hasil Rencana 2011

B. KAWASAN YANG MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP KAWASAN

BAWAHANNYA KAWASAN RESAPAN AIR

Kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga

merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air. Dengan

indicator sebagai berikut :

Kawasan ini terletak di daerah tangkapan air (chathment area) hulu sungai, yakni

disebagian kawasan ini merupakan kawasan hutan produksi dan sebagian lainnya

merupakan ladang/tegalan, dan permukiman.

Secara fisik kawasan ini memiliki karakteristik bentuk wilayah agak bergunung dan

bergunung (lereng>40%), jenis tanah umumnya podsolik litik, dengan kemampuan

meresapkan air cukup baik, dan curah hujan cukup tinggi>2000 mm/tahun.

Page 13: Bab 4 rev 02

IV-13

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Fungsi ekologis kawasan ini perlu dilestarikan agar kemampuan untuk meresapkan air hujan

dapat dijaga dan ditingkatkan. Untuk itu pemanfaatan lahan di kawasan ini perlu

dilaksanakan dengan pengendalian ketat dengan mempertahankan tutupan lahan secara

optimal.

Page 14: Bab 4 rev 02

IV-14

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Peta potensi hutan

Page 15: Bab 4 rev 02

IV-15

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Tabel 4.7

Rencana Hutan Produksi

Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2030

KLASIFIKASI RENCANA POLA RUANG LUAS (Ha)

Budidaya Kehutanan Kec. Babat Supat

Hutan Produksi Terbatas 81

Hutan Produksi Tetap 4795 Hutan Produksi Konversi 27594

Kec. Babat Toman

Hutan Produksi Tetap 345 Kec. Batanghari Leko

Hutan Produksi Konversi 8035 Hutan Produksi Terbatas 74800

Hutan Produksi Konversi 8035 Kec. Bayung Lencir

Hutan Produksi Terbatas 19113

Hutan Produksi Tetap 304569

Hutan Produksi Konversi 7975 Kec. Lais Hutan Produksi Tetap 401

Kec Keluang

Hutan Produksi Konversi 19230 Kec. Lalan

Hutan Produksi Tetap 12366 Hutan Produksi Konversi 9910 Kec. Plakat Tinggi

Hutan Produksi Tetap 742

Kec Sekayu

Hutan Produksi Konversi 199 Kec. Sanga Desa

Hutan Produksi Tetap 1045

Hutan Produksi Konversi 8288

Kec. Sungai Keruh

Hutan Produksi Tetap 11612 Kec Sungai Lilin Hutan Produksi Konversi 29148

Kec. Tungkal Jaya Hutan Produksi Tetap 6010

Jumlah 554293

Page 16: Bab 4 rev 02

IV-16

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Adapun arahan pemanfaatan lahan di kawasan resapan air ini antara lain:

Di kawasan hutan produksi tetap, dengan kemiringan lereng >40%, diarahkan untuk

penanaman jenis tanaman hutan yang secara endemik telah tumbuh di kawasan ini,

seperti: Merbau (Intsia biyuga), Bintangur (Calophyllum inophyllum), Mersawa

(Anoisoptera polyandra), Nyatoh (Palaquium gutta), Terentang (Campnosperma

auriculata), Medang (Litsea firma), Terap (Artocarpus spp), dan lain-lain.

Di kawasan non hutan, dengan kemiringan lahan >40% diarahkan untuk pengembangan

hutan rakyat, dengan jenis tanaman penghasil kayu bangunan, seperti mahoni dan

sungkai (tanaman jati dan akasia tidak direkomendasikan. Karena di kawasan ini curah

hujan tinggi, sehingga jati akan tumbuh subur tetapi kualitas kayunya rendah. Sedangkan

tanaman akasia tidak direkomendasikan, karena daunnya mengandung lignin, sehingga

licin dan kurang mampu mengintersep curah hujan, serta serasahnya sulit

terdekomposisi.

C. KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT

Sungai-sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting dalam

rangka mempertahankan kelestarian fungsi sungai tersebut. Kawasan sempadan ini

memiliki lebar sekurang-kurangnya 100 meter di kiri-kanan sungai besar dan 50 meter di

kiri-kanan anak sungai.

Tujuan pemantapan kawasan sempadan sungai adalah melindungi daerah sempadan

sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air, kondisi

fisik dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.

Arahan kebijakan pemantapan kawasan ini antara lain:

Pengamanan daerah sepanjang kiri-kanan sungai yang harus dilindungi 100 meter untuk

sungai besar dan 50 meter untuk sungai kecil/anak sungai, atau disesuaikan dengan

kondisi fisiknya.

Mencegah kegiatan budidaya secara bertahap di kawasan tepi sungai dimana kegiatan

tersebut dapat merusak kawasan tepi sungai.

Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar tepi sungai dan anak sungai yang

berada diluar permukiman.

Page 17: Bab 4 rev 02

IV-17

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Lokasi wilayah perlindungan setempat Kabupaten Musi Banyuasin berada di sungai-sungai

besar seperti Sungai Musi, Sungai Batanghari Leko, Sungai Air Lalan, Sungai Air Calik.

Namun ada perlakuan khusus untuk di wilayah sungai Musi, karena sungai musi memiliki

wilayah yang penduduk sudah bermukim dan hidup di dekat sungai sehingga hal ini

menjadikan satu tradisi dan kebudayaan serta sebagai mata pencaharian, sehingga

diperlukan hanya arahan penataan permukiman di kawasan Sungai Musi

D. KAWASAN SUAKA ALAM

Kawasan Suaka Alam terdiri dari :

1. Kawasan Cagar Alam

2. Kawasan Suaka Margasatwa

Syarat suatu kawasan ditunjuk sebagai Kawasan Cagar Alam, apabila telah memenuhi

kriteria sebagai berikut:

mempunyai keanekragaman jenis tumbuhan dan satwa dan tipe ekosistem;

mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusunnya;

mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan tidak atau

belum diganggu manusia;

mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang

efektif dan menjamin berlangsungnya proses ekologis secara alami;

mempunyai ciri khas potensi, dan dapat merupakan contoh ekosistem yang

keberadaannya memerlukan upaya konservasi; dan atau

mempunyai komunitas tumbuhan dan atau satwa beserta ekosistemnya yang langka

atau yang keberadaannya terancam punah.

Syarat suatu kawasan ditunjuk sebagai Kawasan Suaka Margasatwa apabila telah

memenuhi kriteria sebagai berikut:

merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari jenis satwa yangperlu dilakukan

upaya konservasinya;

memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi;

merupakan habitat dari suatu jenis satwa langka dan atau dikhawatirkan akan punah;

Page 18: Bab 4 rev 02

IV-18

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu; dan atau

mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan.

Kabupaten Musi Banyuasin memiliki Kawasan Suaka Alam margasatwa, Kawasan Suaka

Marga Satwa ditetapkan 53042 Ha

Tabel 4.8

Rencana Pola Ruang Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2030

KLASIFIKASI RENCANA POLA RUANG LUAS (Ha)

Kawasan Lindung Kec. Batanghari Leko

Suaka Marga Satwa 17411 Kec. Bayung Lencir Suaka Alam 2 Suaka Marga Satwa 9410

Kec. Keluang

Suaka Marga Satwa 2121 Kec. Lalan Suaka Marga Satwa 3123

Kec. Tungkal Jaya Suaka Marga Satwa 20975 53042

Sumber : Hasil Rencana 2011

Arahan pengelolaan suaka alam dan suaka margasatwa antara lain:

Pelestarian ekosistem yang masih berkembang

Memperketat patroli untuk menghindari adanya penebangan pohon liar serta membatasi

merambahnya kawasan budidaya ke kawasan lindung.

Penerapan kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan kawasan tersebut, terutama

dalam melakukan pengawasan terhadap ancaman berkurangnya lahan kawasan lindung.

Page 19: Bab 4 rev 02

IV-19

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

PETA FUNGSI KAWASAN HUTAN

Page 20: Bab 4 rev 02

IV-20

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

PETA USULAN PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

Page 21: Bab 4 rev 02

IV-21

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

E. KAWASAN TAMAN NASIONAL DAN TAMAN NASIONAL LAUT

Kabupaten Musi banyuasin memiliki kawasan taman nasional dan taman nasional Laut,

dimana lokasi kawasan berada di Kecamatan Lalan dengan jumlah kawasan Taman

Nasional berjumlah 210,649,922 Ha, dan taman nasional Laut berjumlah

Tabel

Luasan Kawasan Taman Nasional dan taman nasional Laut Kabupaten Musi banyuasin 2011

No. Nama Kecamatan

Taman nasional

Taman nasional

Laut

1 Kec. Babat Supat

2 Kec. Babat Toman

3 Kec. Batanghari Leko

4 Kec. Bayung Lencir

5 Kec. Keluang

6 Kec. Lais

7 Kec. Lalan 2831 210

8 Kec. Lawang Wetan

9 Kec. Plakat Tinggi

10 Kec. Sanga Desa

11 Kec. Sekayu

12 Kec. Sungai Keruh

13 Kec. Sungai Lilin

14 Kec. Tungkal Jaya

Sumber : Hasil rencana 2011

F. KAWASAN RAWAN BENCANA

Penanggulangan bencana adalah serangkaian kegiatan baik sebelum, saat dan sesudah

terjadi bencana yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, menghindari dan memulihkan

diri dari dampak bencana. Secara umum kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam

penanggulangan bencana adalah sebagai berikut: pencegahan, pengurangan dampak

bahaya, kesiapsiagaan, tanggap darurat, pemulihan (rehabilitasi dan rekonstruksi), dan

pembangunan berkelanjutan yang mengurangi risiko bencana.

Pengurangan risiko bencana adalah kerangka kerja konseptual yang terdiri dari elemen-

elemen yang dipandang mempunyai kemungkinan untuk meminimalkan kerentanan dan

risiko bencana di seluruh masyarakat, untuk menghindari (pencegahan) atau membatasi

Page 22: Bab 4 rev 02

IV-22

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

(mitigasi dan kesiapsiagaan) dampak merugikan yang ditimbulkan oleh bahaya dalam

konteks luas pembangunan berkelanjutan. Kerangka kerja pengurangan risiko bencana

terdiri dari bidang aksi sebagai berikut: Kesadaran dan pengkajian risiko, termasuk analisis

bahaya dan analisis kerentanan atau kapasitas pengembangan pengetahuan, termasuk

pendidikan, pelatihan, penelitian dan informasi komitmen publik dan kerangka kerja

institusional, termasuk aksi kelembagaan, kebijakan, perundangan dan komunitas

penerapan langkah-langkah, termasuk pengelolaan lingkungan, perencanaan penggunaan

lahan dan tata kota, perlindungan fasilitas penting, penerapan sains dan teknologi,

kemitraan, jejaring dan instrumen finansial. Sistem peringatan dini termasuk peramalan,

penyebaran peringatan, tindakan-tindakan kesiapsiagaan dan kapasitas untuk memberikan

reaksi.

Pada dasarnya peristiwa bencana di Kabupaten Musi Banyuasin terdiri dari bencana banjir,

Kebakaran hutan dan kemungkinan bencana tanah longsor. Peristiwa bencana di

Kabupaten Musi Banyuasin bisa saja terjadi akibat dari dinamisasi karakteristik alam

maupun pengaruh kelalaian manusia. Oleh karena itu pengelolaan serta perencanaan

Wilayah Kabupaten Musi Banyuasin perlu memperhitungkan bencana sebagai salah satu

aspek yang mempengaruhinya. Untuk keperluan perencanaan dan pengelolaan kawasan

bencana diperlukan data dan informasi sehingga menghasilkan prediksi dan analisa secara

signifikan. Data dan Informasi tersebut dapat digali dari informasi geologi dan hidrologi atau

dari kejadian bencana yang selama ini terjadi.

Keterlibatan aktif masyarakat lokal dalam mengurangi resiko rawan bencana dengan

mengurangi kerentanan dan memperkuat ketahanan mereka adalah sangat penting.

Melalui program pengelolaan bencana berbasis masyarakat, sasaran penataan ruang dalam

penanggulangan bencana adalah untuk mendukung dan memberdayakan masyarakat yang

hidup di daerah rawan bencana di Kabupaten Musi Banyuasin untuk bersama-sama bekerja

mengurangi dampak dari bencana yang dapat berpengaruh kepada mereka. Diharapkan

melalui pengaturan penataan ruang, stakeholder akan lebih memperkuat mekanisme

mereka terhadap bahaya bencana.

Pencegahan adalah upaya yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali atau

mengurangi ancaman. Berikut beberapa tindakan pencegahan dalam penanggulangan

bencana:

1. Pembuatan hujan buatan untuk mencegah terjadinya kekeringan di suatu wilayah;

Page 23: Bab 4 rev 02

IV-23

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

2. Melarang atau menghentikan penebangan hutan;

3. Menanam tanaman bahan pangan pokok alternatif;

4. Menanam pepohonan di lereng gunung

Gambar 4.1 Konsep Penanganan Bencana

Mitigasi atau pengurangan adalah upaya untuk mengurangi atau meredam risiko. Kegiatan

mitigasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu fisik dan nonfisik. Tindakan mitigasi atau peredaman

dampak ancaman dapat berupa :

1. Membuat bendungan, tanggul, kanal untuk mengendalikan banjir; pembangunan

tanggul sungai dan lainnya;

2. Penetapan dan pelaksanaan peraturan, sanksi; pemberian penghargaan mengenai

penggunaan lahan, tempat membangun rumah, aturan bangunan;

3. Penyediaan informasi, penyuluhan, pelatihan, penyusunan kurikulum pendidikan

penanggulangan bencana.

Page 24: Bab 4 rev 02

IV-24

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Tindakan Kesiagaaan dalam meminimalisir dampak bencana adalah :

1. Pembuatan sistem peringatan dini;

2. Membuat sistem pemantauan ancaman;

3. Membuat sistem penyebaran peringatan ancaman;

4. Pembuatan rencana evakuasi;

5. Membuat tempat dan sarana evakuasi;

6. Penyusunan rencana darurat, rencana siaga;

7. Pelatihan, gladi dan simulasi atau ujicoba;

8. Memasang rambu evakuasi dan peringatan dini.

Tindakan tanggap darurat dalam meminimalisir dampak bencana:

1. Evakuasi;

2. Pencarian dan penyelamatan;

3. Penanganan Penderita Gawat Darurat (PPGD);

4. Pengkajian cepat kerusakan dan kebutuhan;

5. Penyediaan kebutuhan dasar seperti air dan sanitasi, pangan, sandang, papan,

kesehatan, konseling;

6. Pemulihan segera fasilitas dasar seperti telekomunikasi, transportasi, listrik, pasokan

air;

7. untuk mendukung kelancaran kegiatan tanggap darurat.

Konsep Mitigasi bencana Kawasan Rawan Bencana pada Kabupaten Musi Banyuasin

adalah sebagai berikut :

1. Daerah Rawan Banjir

Banjir adalah ancaman

musiman yang terjadi

apabila meluapnya tubuh

air dari saluran yang ada

dan menggenangi wilayah

sekitarnya. Banjir adalah

ancaman alam yang paling

sering terjadi dan paling banyak merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun

Page 25: Bab 4 rev 02

IV-25

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

ekonomi. Sembilan puluh persen dari kejadian bencana alam (tidak termasuk bencana

kekeringan) berhubungan dengan banjir. Jenis banjir yang sering terjadi: bandang atau

kiriman dan pasang-surut akibat gelombang pasang.

Di Kabupaten Musi Banyuasin beberapa daerah yang dikhawatirkan akan mengalami

banjir merupakan daerah yang berada

di sekitar sepanjang Sungai Musi.

Khususnya pada daerah-daerah yang

terjadi di Wisalah Sungai Musi selain

itu Wilayah lainnya mencakup

sebagian Kec. Babat Toman,

Kecamatan Lais, kecamatan lawang

wetan , Kec. Sekayu dengan luasan

keseluruhan 30.457,750 Ha.

Pengelolaan daerah yang sering mengalami banjir adalah dengan membatasi kegiatan

pembangunan khususnya perumahan dan permukiman pada daerah tersebut. Pada

beberapa daerah tertentu perlu diarahkan menjadi Ruang Terbuka Hijau.

Untuk mengurangi dampak kerugian dari bencana banjir serta antisipasinya,

Pemerintah Daerah perlu merencanakan beberapa kegiatan antara lain :

a. Peningkatan Kualitas Lingkungan dan Peningkatan Partisipasi Masyarakat

Rusaknya daya dukung lingkungan diakibatkan kegiatan pembangunan perumahan

dan permukiman di daerah resapan air, pembabatan hutan menjadi lahan pertanian

dan bangunan serta pertambangan dapat mengakibatkan cepatnya aliran air

menuju hilir.

Kebiasaan masyarakat membuang sampah ke sungai di lain pihak menghambat

dan menyumbat aliran. Kombinasi antara kedua keadaan tersebut dapat

menimbulkan banjir serta genangan. Banjir semakin sering terutama jika terjadi

hujan lebat, hal ini disebabkan pula karena sistem drainase yang tidak memadai.

Pengelolaan daya dukung lingkungan tergantung perilaku serta kebiasaan manusia

dalam mengelola lingkungannya, diperlukan kesadaran serta inisiatif yang tinggi

dari masyarakat untuk mewujudkannya. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya,

peningkatan kesadaran perlu ditunjang oleh kegiatan yang terprogram melalui

sosialisasi dan pelatihan masyarakat mengenai pengelolaan baik sebelum, pada

saat, maupun setelah bencana banjir.

Page 26: Bab 4 rev 02

IV-26

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Hal yang perlu direncanakan dalam mengantisipasi bencana banjir berkaitan

dengan permasalahan lingkungan antara lain pembangunan dan peningkatan

sarana kebersihan serta sanitasi di Wilayah aliran sungai serta anak sungainya.

Hal lain yang perlu direncanakan adalah penghijauan daerah sempadan sungai dan

konservasi lahan di wilayah hulu sungai, akan dapat membantu penyerapan serta

salah satu upaya agar air tidak cepat mengalir.

Dalam upaya menahan aliran air, direncanakan juga pembangunan bendung pada

tiap anak sungai yang pengaruh debit air lepasannya signifikan menyumbang

banjir. Selain itu bendung ini dapat berfungsi pula sebagai penahan sedimentasi

serta dengan menerapkan konsep eko-hidrologi sehingga diperoleh bangunan-

bangunan air yang ramah lingkungan.

b. Pembangunan Fasilitas Peringatan Dini (early warning) dan mekanisme tanggap

darurat bencana banjir.

Sistem peringatan dini ini akan sangat efektif jika disertai dengan pelaksanaan

mekanisme tanggap darurat. Mekanisme ini berkaitan dengan penyusunan petunjuk

teknis operasional dan Aturan, termasuk sistem mobilisasi, penanganan bidang

kesehatan serta sekolah darurat, yang harus dilakukan ketika dan setelah terjadi

bencana banjir. Oleh karena itu perlu direncanakan juga pusat penanganan

bencana dan pembangunan rumah singgah di daerah aman tidak jauh dari wilayah

yang sering terkena banjir. Mekanisme tanggap darurat ini perlu disosialisasikan

kepada masyarakat terutama yang tinggal di daerah langganan banjir

Dalam rangka otomatisasi serta penanganan lebih lanjut, perlu dilakukan kegiatan

inventarisasi data dan informasi dalam bentuk basis data kemudian dilakukan

analisis banjir yang dapat diakses oleh masyarakat melalui internet secara on-line

c. Normalisasi Sungai dan Anak Sungai.

Normalisasi sungai dimaksudkan agar air yang mengalir lancar dan dapat

dikendalikan.

d. Penepatan Jalur Pengungsian Yang Aman

Tiap lingkungan pemukiman yang rawan banjir harus punya rute penyelamatan

yang aman, serta penampungan sementara dilokasi yang letaknya lebih tinggi dari

Page 27: Bab 4 rev 02

IV-27

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

permukaan air banjir. Strategi-strategi pencegahan lainnya adalah Badan-badan

Pemerintah mengambil alih lahan-lahan di jalur banjir. Penghuninya diberi lahan

lain yang lebih aman. Diberikan perangsang berupa pinjaman lunak, subsidi atau

penghapusan Pajak Bumi dan Bangunan bagi rakyat dan penanam modal yang

bersedia mengalihkan rencana pembangunan lokasi rawan banjir ke tempat lain

yang lebih tahan banjir. Dilaksanakan penganekaragaman produksi pertanian,

misalnya menanam pangan yang „kedap – banjir‟ atau menambahkan pepohonan di

lahan atau menyesuaikan musim tanam dengan musim banjir. Juga dilaksanakan

upaya membangun lumbung pangan cadangan dan penyimpanan yang aman untuk

produk – produk pertanian. Penghijauan, pengelolaan ruang budi daya dan

pengaturan areal merumput ternak untuk mencegah pengguguran dan

penggundulan, agar tanah lebih mampu menyerap serta menahan air.

Pembangunan gedung-gedung atau bukit-bukit buatan yang cukup tinggi yang akan

dipakai sebagai tempat penampungan sementara para pengungsi seandainya

penyelamatan ke lokasi lain tak mungkin dilaksanakan. Bagi negara-negara

berkembang yang banyak memanfaatkan tanah seputar jalur banjir, harus

dilakukan kerjasama dengan rakyat.

Perencanaan teknis sistem pengendalian banjir (secara fisik) didasarkan pada debit

banjir tertentu tanpa mengantisipasi terjadinya debit banjir yang lebih besar dari

debit banjir rencana. Terjadinya kerusakan dan bencana banjir yang relatif besar

yang sering terjadi akhir-akhir ini antara lain disebabkan oleh masalah ini. Terdapat

berbagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut, yang disebut upaya non

struktur. Masyarakat yang tinggal di lahan yang berupa dataran banjir harus sadar

dan memahami bahwa meskipun telah dibangun prasarana fisik pengendali banjir,

lahan tersebut sewaktu-waktu masih dapat tergenang banjir. Selalu siap dan

waspada serta ikut berupaya menekan besarnya kerugian/ bencana, antara lain

dengan membangun rumah panggung dan berbagai upaya “penyesuaian” lainnya.

Antisipasi lainnya misalnya konstruksi bangunan pengendali banjir seperti misalnya

tanggul untuk daerah permukiman / perkotaan padat harus cukup aman dan stabil

serta tidak jebol pada saat terjadi limpasan banjir di atas tanggul.

Upaya-upaya non-struktur tersebut dapat berupa :

1. Konservasi tanah dan air di DAS hulu untuk menekan besarnya aliran

permukaan dan mengendalikan besarnya debit puncak banjir serta

Page 28: Bab 4 rev 02

IV-28

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

pengendalian erosi untuk mengurangi pendangkalan / sedimentasi di dasar

sungai. Kegiatan ini merupakan gabungan antara rekayasa teknik sipil dengan

teknik agro, yang bertujuan untuk mengendalikan aliran permukaan antara lain

dengan terasering, bangunan terjunan, check dam /dam penahan sedimen, dam

pengendali sedimen, kolam retensi, penghijauan, dan reboisasi serta sumur

resapan.

2. Pengelolaan dataran banjir (flood plain management) berupa penataan ruang

dan rekayasa di dataran banjir yang diatur dan menyesuaikan sedemikian rupa

sehingga risiko / kerugian / bencana yang timbul apabila tergenang banjir sekecil

mungkin (flood risk / flood damage management). Rekayasa yang berupa

bangunan antara lain berupa: rumah tipe panggung, rumah susun, jalan layang,

jalan dengan perkerasan beton, pengaturan penggunaan rumah / gedung

bertingkat, dan sebagainya. Sedangkan rekayasa di bidang pertanian dapat

berupa pemilihan varitas tanaman yang tahan genangan. Perangkat lunak yang

diperlukan antara lain berupa flood plain zoning, flood risk map, dan rambu-

rambu atau papan peringatan yang dipasang di dataran banjir.

3. Penataan ruang dan rekayasa di DAS hulu (yang dengan pertimbangan tertentu

kemungkinan ditetapkan menjadi kawasan budidaya) sedemikian rupa sehingga

pembudidyaan / pendayagunaan lahan tidak merusak kondisi hidrologi DAS dan

tidak memperbesar debit dan masalah banjir.

4. Penanggulangan banjir (flood fighting) untuk menekan besarnya bencana dan

mengatasinya secara darurat. Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan

satkorlak penanggulangan banjir, yang dilaksanakan sebelum kejadian banjir

(meliputi perondaan dan pemberian peringatan dini kepada masyarakat yang

tinggal di daerah rawan banjir / dataran banjir), pada saat kejadian banjir berupa

upaya penyelamatan, pengungsian penutupan tanggul yang bocor dan atau

limpas, maupun kegiatan pasca banjir yang berupa penanganan darurat

perbaikan kerusakan akibat banjir.

Page 29: Bab 4 rev 02

IV-29

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

5. Penerapan sistem prakiraan dan peringatan dini untuk menekan besarnya

bencana bila banjir benar-benar terjadi. Upaya ini untuk mendukung kegiatan

penanggulangan banjir.

6. Flood proofing yang dilaksanakan sendiri baik oleh perorangan, swasta maupun

oleh kelompok masyarakat untuk mengatasi masalah banjir secara lokal,

misalnya di kompleks perumahan / real estat, industri, antara lain, dengan

membangun tanggul keliling, polder dan pompa, serta rumah panggung.

7. Peran masyarakat yang didukung penegakan hukum antara lain dalam menaati

ketentuan menyangkut tata ruang dan pola pembudidayaan dataran banjir dan

DAS hulu, menghindarkan terjadinya penyempitan dan pendangkalan alur

sungai akibat sampah padat maupun bangunan / hunian dan tanaman di daerah

sempadan sungai.

8. Penetapan sempadan sungai yang didukung dengan penegakan hukum. Dasar

hukum yang dapat dipakai sebagai acuan adalah Peraturan Menteri PU No. 63

Tahun 1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah

Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai. Pada setiap sungai harus ditetapkan

batas sempadannya yang diatur dengan Peraturan Daerah.

9. Penyuluhan dan pendidikan masyarakat lewat berbagai media menyangkut

berbagai aspek dalam rangka meningkatan pemahaman, kepedulian dan

perannya.

10. Penanggulangan kemiskinan (poverty alleviation). Masyarakat miskin di

perkotaan banyak yang terpaksa menghuni daerah sempadan sungai yang

seharusnya bebas hunian karena sangat membahayakan keselamatan jiwanya;

demikian pula masyarakat petani lahan kering di DAS hulu pada umumnya

miskin sehingga kesulitan untuk melaksanakan pola bercocok tanam yang

menunjang upaya konservasi tanah dan air.

Page 30: Bab 4 rev 02

IV-30

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

2. Bencana Kebakaran

Kebakaran yang terjadi dipengaruhi oleh faktor alam yang berupa cuaca yang kering

serta faktor manusia yang berupa pembakaran baik sengaja maupun tidak sengaja.

Kebakaran ini akan menimbulkan efek panas yang sangat tinggi sehingga akan meluas

dengan cepat. Kerusakan yang ditimbulkan berupa kerusakan lingkungan, jiwa dan

harta benda.

Dampak lebih lanjut adalah adanya asap yang ditimbulkan yang dapat mengakibatkan

pengaruh pada kesehatan terutama pernafasan serta gangguan aktivitas sehari-hari

seperti terganggunya jadwal penerbangan. Tebalnya asap juga dapat mengganggu

cuaca.

Wilayah bencana kebakaran ini mencakup wilayah Kecamatan Babat Toman,

Kecamatan Bayung Lalan, Kecamatan Bayung Lencir, Kecamatan Lais, Kecamatan

Plakat Tinggi, Kecamatan Sanga Desa, Kecamatan Sekayu dengan luas keseluruhan

218.608,803 Ha.

Secara lebih rinci upaya pengurangan bencananya antara lain :

a. Pembuatan dan sosialisasi kebijakan Pencegahan dan Penanganan Kebakaran;

b. Peningkatan penegakan hukum;

c. Pembentukan pasukan pemadaman kebakaran khususnya untuk penanganan

kebakaran secara dini;

d. Pembuatan waduk-waduk kecil, bak penampungan air dan hydran untuk

pemadaman api;

e. Pembuatan barrier penghalang api terutama antara lahan perkebunan dengan

hutan;

f. Hindarkan pembukaan lahan dengan cara pembakaran;

g. Pembakaran lahan bisa dilakukan jika selalu dalam pengawasan dan segera

dimatikan jika sudah terlalu besar;

h. Hindarkan pembakaran lahan secara serentak sehingga membakar wilayah yang

Iuas yang akan berpotensi menjadi kebakaran yang tak terkendali;

i. Hindarkan penanaman tanaman sejenis untuk daerah yang Iuas;

j. Melakukan pengawasan pembakaran lahan untuk pembukaan lahan secara ketat;

k. Melakukan penanaman kembali daerah yang telah terbakar dengan tanaman yang

heterogen;

l. Meningkatkan partisipasi aktif dalam pemadaman awal kebakaran di daerahnya.

Page 31: Bab 4 rev 02

IV-31

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

PETA RAWAN BENCANA

Page 32: Bab 4 rev 02

IV-32

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

4.3 RENCANA POLA RUANG KAWASAN BUDIDAYA

Dalam konteks Kabupaten Musi

Banyuasin, rencana pengembangan

kawasan budi daya ini diarahkan kepada

upaya untuk mengendalikan alih fungsi

guna lahan yang tidak sesuai dengan

peruntukannya. Prinsip penetapan

kawasan ini adalah berdasarkan

dominasi fungsi atau kegiatan utama yang ada dan yang akan dikembangkan pada kawasan

tersebut. Analisis spasial arahan pola ruang kawasan budi daya di Kabupaten Musi Banyuasin

menetapkan luas kawasan budi daya sebesar 1.326.112,732 Ha. Arahan pola ruang kawasan

budidaya di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

dibawah.

Kawasan budidaya di Kabupaten Musi

Banyuasin yang terdiri dari :

a. Kawasan Budidaya Kehutanan ;

b. Kawasan Permukiman;

c. Ka\wasan Perkebunan;

d. Kawasan Pertanian;

e. Kawasan Pertambangan;

f. Kawasan industri

g. Kawasan pariwisata

h. Kawasan lainnya

A. PERUNTUKAN HUTAN PRODUKSI

Kawasan budidaya yang berfungsi lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas

yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya

sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah.

Perlindungan terhadap kawasan hutan lindung dilakukan untuk memelihara dan

mempertahankan kawasan hutan lindung sebagai hutan dengan tutupan vegetasi.

Kawasan hutan diharapkan dapat menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah, dan

air permukaan.

Page 33: Bab 4 rev 02

IV-33

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Tabel 4.9

Kriteria Peruntukan Hutan Produksi

Peruntukan Hutan Produksi

Tujuan

Meningkatkan pendapatan masyarakat di pedesaan sekaligus

meningkatkan kesejahteraan dalam upaya mengentaskan

kemiskinan;

Memenuhi kebutuhan masyarakat pengguna bahan baku kayu

untuk industri, kayu pertukangan dan kayu energi;

Terpeliharanya kondisi tata air dan lingkungan yang

baik,khususnya lahan milik rakyat;

Menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kegiatan berusaha dan

meningkatkan pendapatan negara;

Pemberdayaan masyarakat pedesaan.

Kriteria/Penetapan

Kawasan yang dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada

tanah yang dibebani hak milik;

Memberikan dampak perkembangan terhadap pusat pengolahan

hasil hutan seperti kawasan industri;

Mempunyai hubungan fungsional yang erat dengan pasar lokal,

regional, nasional, dan internasional

(pelabuhan laut, angkutan sungai, jalan raya, kereta api);

Tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas sumberdaya

lingkungan dan sumberdaya air (sungai,mata air, air tanah).

Page 34: Bab 4 rev 02

IV-34

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Tabel 4.10

Luasan Budidaya hutan produksi

Kabupaten Musi Banyuasin 2010

KLASIFIKASI Hutan Produksi KECAMATAN LUAS (Ha)

Budidaya Kehutanan Hutan Produksi Kec. Babat Supat

4795

Kec. Babat Toman

345

Kec. Batanghari Leko

70536

Kec. Bayung Lencir

304569

Kec. Lais

401

Kec. Lalan

12366

Kec. Plakat Tinggi

742

Kec. Sanga Desa

1045

Kec. Sungai Keruh

11612

Kec. Tungkal Jaya

6010

412421

Sumber : Hasil Rencana 2011

Gambar 4.4 Rencana Luasan Budidaya hutan produksi

Kabupaten Musi Banyuasin 2011

050000

100000150000200000250000300000

Hutan produksi

Hutan produksi

Page 35: Bab 4 rev 02

IV-35

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Dilihat dari luasan serta produksi maka ditetapkan arahan pengembangan dan intensif

pengembangan diarahkan ke Kecamatan

1. Kecamatan Bayung Lencir

2. Kecamatan Batanghari Leko

3. Kecamatan Lalan

Sedangkan Kawasan Hutan Produksi terbatas berada di Kecamatan Batanghari Leko

74800 Ha,Kecamatan Lencir 19113 Ha,

Tabel 4.11

Rencana Luasan Budidaya hutan produksi terbatas

Kabupaten Musi Banyuasin 2010

KLASIFIKASI RENCANA POLA RUANG LUAS (Ha)

Budidaya Kehutanan Kec. Babat Supat

Hutan Produksi Terbatas 81

Kec. Batanghari Leko

Hutan Produksi Terbatas 74800 Kec. Bayung Lencir

Hutan Produksi Terbatas 19113 Sumber : Hasil Rencana 2011

Dilihat dari luasan serta produksi maka ditetapkan arahan pengembangan dan intensif

pengembangan hutan produksi terbatas diarahkan ke Kecamatan

1. Kecamatan Bayung Lencir

2. Kecamatan Batanghari Leko

Page 36: Bab 4 rev 02

IV-36

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Gambar 4.5

Luasan Budidaya hutan produksi

Kabupaten Musi Banyuasin 2011

Potensi kawasan hutan produksi dan produksi terbatas memiliki peluang besar bagi para

pelaku ekonomi dan masyarakat sekitar, namun potensi tersebut diharuskan dikelola

secara baik, berkelanjutan dan tentunya menjaga kelestarian hutan produksi dengan

mengunakan pola pemberdayaan masyarakat.

Rencana upaya arahan dalam pengembangan hutan produksi dapat di lakukan dengan

langkah langkah sebagai berikut

Pola Mandiri

Masyarakat setempat membentuk kelompok, pemerintah mengalokasikan areal untuk

setiap individu dalam kelompok dan masing masing ketua kelompok bertanggung

jawab atas pelaksanaan Hutan tanaman rakyat, pengajuan pengembalian kredit,

pasar, dan pendampingan dari Pemda

Pola Kemitraan dengan HTI BUMN/S

Masyarakat setempat membentuk kelompok diajukan oleh Bupati ke Menhut.

Pemerintah menerbitkan SK IUPJJK-HTR ke individu dan menetapkan mitra, mitra

bertanggung jawab atas pendampingan, input/modal, pelatihan dan pasar

Pola Developer

BUMN/S sebagai developer membangun hutan tanaman rakyat dan selanjutnya

diserahkan oleh pemerintah kepada masyarakat sebagai pemegang IUPHHK-HTR

0

20000

40000

60000

80000

100000

Kec. Batanghari

Leko

Kec. Bayung Lencir

Kec. Keluang

Kec. SekayuKec. Sungai Lilin

Hutan Produksi Terbatas

hutan produksi terbatas

Page 37: Bab 4 rev 02

IV-37

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

yang selanjutnya biaya pembangunannya diperhitungkan sebagai pinjaman pemgang

IUPHHK-HTR dan dikembalikan secara bertahap sesuai akad kredit

Pengembangan Hutan produksi dapat dilakukan dengan berbagai strategi antara lain :

Menginventarisir sasaran pengembangan Hutan produksi, baik lahan yang belum

menghasilkan, sudah menghasilkan, lahan kritis

Manajemen kawasan meliputi pemantapan kawasan, penataan kawasan, dan

pengamanan kawasan;

Pengelolaan hutan yang meliputi kelola produksi, kelola lingkungan dan kelola sosial;

Manajemen kelembagaan yang meliputi penataan organisasi, input pengelolaan

sumberdaya hutan lestari (al. sumberdaya manusia, keuangan, material, metode dan

waktu).

KAWASAN PERUNTUKAN PERTANIAN, MELIPUTI :

A. KAWASAN PERTANIAN LAHAN BASAH

Pertanian yang dilakukan

di lahan basah dan

memerlukan banyak air

baik sawah irigasi, sawah

lebak, sawah tadah hujan

maupun sawah pasang

surut. Kabupaten Musi

Banyuasin terdapat 3 jenis

produksi sawah yaitu

1. Sawah tadah hujan,

Yaitu Sawah tadah hujan adalah sawah yang sumber air utamanya berasal dari

curah hujan.

2. Sawah jenis pasang surut

Yaitu Sawah yang pengairannya tergantung pada air sungai yang dipengaruhi oleh

pasang surutnya air laut.

3. Sawah Lebak

Page 38: Bab 4 rev 02

IV-38

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Sawah Lebak adalah sawah rendahan yang tergenang secara periodik sekurang-

kurangnya tiga sampai enam bulan secara kumulatif dalam setahun, dan dapat

kering atau lembab tiga bulan secara komulatif dalam setahun.

Arahan kawasan pertanian lahan basah

diperlukan pengembangan selain bertujuan

agar produksi semakin meningkat tetapi juga

menjaga agar kawasan pertanian lahan

basah tidak terjadi alih fungsi lahan menjadi

non pertanian, untuk itu diperlukan

pengendalian ketat dalam hal perijinan agar

selain itu diperlukan juga pengembangan

kawasan ini untuk di arahkan meningkatkan produktifitas lahan dengan memanfaatkan

jaringan irigasi, karena Kabupaten Musi Banyuasin memiliki potensi sumber air yang

melimpah karena wilayahnya dikelilingi oleh sungai sungai besar dan kecil.

Kawasan sumber daya pertanian yang dimiliki oleh Kabupaten Musi Banyuasin adalah

pertanian lahan basah berjenis sawah pasang surut, sawah lebak dan sawah tadah hujan,

dengan rincian sebagai berikut

1. Sawah berjenis Pasang Surut

Luas lahan sawah ber jenis pasang surut terbesar berada di Kecamatan Lalan

dengan luas lahan 26.091 Ha di ikuti oleh Kecamatan Sungai Lilin dengan luas lahan

5.685 Ha dan yang terkecil di Kecamatan Keluang dengan luas lahan 146 Ha

2. Sawah Berjenis Sawah Lebak

Luas lahan sawah berjenis sawah lebak berada di 6 kecamatan, namun sawah lebak

terbesar berada di Kecamatan Sekayu dengan luas 5.789 Ha, Kecamatan Babat

Toman dengan luas 4.889 Ha, Kecamatan Lais dengan luas 4155 ha, Kecamatan

Sanga Desa dengan luas 3362 Ha, dan yang terakhir sungai Lilin dengan luas 1500

ha

3. Sawah berjenis Tadah Hujan

Luasan lahan basah untuk jenis tadah hujan di Kabupaten Musi Banyuasin tergolong

kecil karena sawah tadah hujan hanya dimiliki 3 kecamatan dengan luasan terbesar

Page 39: Bab 4 rev 02

IV-39

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

berada di Kecamatan Sungai Keruh dengan luasan hanya mencapai 355 Ha,

kemudian Kecamatan Bayung Lencir mencapai 135 ha dan Kecamatan Plakat tinggi

mencapai 18 Ha

Tabel 4.12

Pertanian Lahan basah berdasarkan Jenisnya

Kabupaten Musi Banyuasin 2011

No Kecamatan Pasang Surut

(Ha)

Lebak

(Ha)

Tadah Hujan

(Ha)

1 Babat Toman - 4.889 -

2 Plakat Tinggi - - 18

3 Batanghari Leko - - -

4 Sanga Desa - 3.362 -

5 Sungai Keruh

- - 355

6 Sekayu - 5.786 -

7 Lais - 4.155 -

8 Sungai Lilin 5.685 1.500 -

9 Keluang 146 - -

10 Bayung Lencir 3.819 135

11 Lalan 26.091 - -

Jumlah 31.922 23511 508

Sumber : Dinas pertanian Kab Musi banyuasin 2011

Page 40: Bab 4 rev 02

IV-40

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Gambar 4.6 Pertanian Lahan basah berdasarkan Jenisnya

Kabupaten Musi Banyuasin 2011

Berdasarkan hasil dari data eksisting serta dari hasil analisis kesesuaian lahan

direncanakan pola ruang untuk kawasan pertanian lahan basah akan di intensifkan di

wilayah sebagai berikut :

1. Kecamatan Lalan

2. Kecamatan Sungai Lilin

3. Kecamatan Babat toman

4. Kecamatan Lais

5. Kecamatan bayung lencir

6. Kecamatan Sanga Desa

B. PERTANIAN LAHAN KERING

Pertanian lahan kering adalah hamparan lahan yang didayagunakan tanpa penggenangan

air, baik secara permanen maupun musiman dengan sumber air berupa hujan atau air

irigasi (Suwardji, 2003)). Definisi yang diberikan oleh soil Survey Staffs (1998) dalam

Haryati (2002), lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau

digenangi air selama periode sebagian besar waktu dalam setahun. Tipologi lahan ini

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

Bab

at T

om

an

Pla

kat

Tin

ggi

Bat

angh

ari L

eko

San

ga D

esa

Sun

gai K

eru

h

Seka

yu

Lais

Sun

gai L

ilin

Kel

uan

g

Bay

un

g Le

nci

r

Lala

n

Pasang Surut

Lebak

Tadah Hujan

Page 41: Bab 4 rev 02

IV-41

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

dapat dijumpai dari dataran rendah (0-700 m dpl) hingga dataran tinggi (> 700m dpl). Dari

pengertian diatas, maka jenis penggunaan lahan yang termasuk dalam kelompok lahan

kering mencakup: lahan tadah hujan, tegalan, lading, kebun campuran, perkebunan,

hutan, semak, padang rumput, dan padang alang-alang.

Pertanian lahan kering memiliki ciri ciri sebagai berikut :

untuk kawasan atau daerah yang memiliki jumlah evaporasi potensial melebihi jumlah

curah hujan actual atau daerah yang jumlah curah hujannya tidak mencukupi untuk

usaha pertanian tanpa irigasi disebut dengan “Daerah Kering”.

untuk lahan dengan drainase alamiah lancar dan bukan merupakan daerah dataran

banjir, rawa, lahan dengan air tanah dangkal, atau lahan basah alamiah lain istilahnya

lahan atasan atau Upland.

untuk lahan pertanian yang diusahakan tanpa penggenangan, istilahnya lahan kering.

Kabupaten Musi Banyuasin memiliki potensi lahan pertanian kering seperti palawija,

jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedele, kacang hijau dan kacang tanah, dimana dilihat

dari luasannya areal lahan kering di dominasi oleh palawija dan jagung yang berloksi di

Kecamatan Lalan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini

Page 42: Bab 4 rev 02

IV-42

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Tabel 4.13 Luas Areal lahan pertanian Kering (Ha)

Kabupaten Musi Banyuasin Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Total

Palawija 442 284 124 235 53 68 44 1394 503 1.602 8025 12.774

Jagung 143 30 41 13 16 152 21 709 8605 9.730

Ubi kayu 124 159 29 31 34 31 42 497 47 209 45 1.248

Ubi jalar 89 29 12 19 7 6 7 38 21 126 35 389

Kacang Kedele

61 40 19 54 39 80 59 147 519

Kacang Hijau 42 15 1 13 8 6 4 45 21 75 230

Kacang Tanah

57 54 2 16 26 12 52 24 140 383

Total 958 611 187 409 167 136 113 2.258 696 3.008 16.710 25.273

Sumber : Dinas pertanian Kab Musi Banyuasin 2011

Kecamatan Babat Toman 1 Plakat tinggi 2 Batanghari leko 3 Sanga Desa 4 Sungai Keruh 5 Sekayu 6 Lais 7 Sungai lilin 8 Keluang 9 Bayung lencir 10 lalan 11

Gambar 4.7 Luas Areal lahan pertanian Kering (Ha)

Kabupaten Musi Banyuasin

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Palawija

Jagung

Ubi kayu

Ubi jalar

Kacang Kedele

Kacang Hijau

Kacang Tanah

Page 43: Bab 4 rev 02

IV-43

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Arahan penetapan untuk kawasan pertanian lahan kering di tetapkan di Wilayah

Kecamatan sebagai berikut

1. Kecamatan Lalan

2. Kecamatan Bayung Lencir

3. Kecamatan Sungai Lilin

PERTANIAN HORTIKULTURA

Pertanian Holtikultura yang tersedia di Kabupaten Musi Banyuasin terdiri dari kacang

panjang, cabai, tomat, terong, ketimun, kangkung, bayam dan buncis. Total luasan untuk

pertanian holtikultura mencapai 2.837 Ha dengan jumlah terbesar luasan pada pertanian

kacang panjang dan cabai.

Lokasi untuk luasan terbesar di kecamatan berada di Kecamatan Babat Toman, dengan

lahan 895 Ha dengan luasan terbesar untuk pertanian kacang panjang, Kecamatan

Sungai Lilin dengan luasan terbesar untuk pertanian terong dan Kecamatan Bayung

Lencir dengan luasan pertanian terbesar cabai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

table di bawah ini :

Tabel 4.14

Luasan pertanian Hortikultura (HA)

Kabupaten Musi Banyuasin

1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Total

Kacang panjang

165 24 18 22 8 29 10 138 23 142 35 614

Cabai 132 47 31 23 4 20 23 136 20 153 23 614

Tomat 155 25 16 15 4 15 19 26 275

Terong 71 23 15 17 5 21 5 148 30 41 11 187

Ketimun 114 13 8 19 5 28 7 126 25 116 10 471

Kangkung 141 13 3 12 9 70 11 54 313

Bayam 117 8 3 14 10 55 12 47 266

Buncis 2 15 22 15 39 97

Total 895 128 105 123 22 147 49 710 155 618 79 2837

Sumber : Dinas pertanian Kab Musi Banyuasin 2010

Kecamatan Babat Toman 1 Plakat tinggi 2 Batanghari leko 3 Sanga Desa 4 Sungai Keruh 5 Sekayu 6

Page 44: Bab 4 rev 02

IV-44

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Lais 7 Sungai lilin 8 Keluang 9 Bayung lencir 10 lalan 11

Gambar 4.8 Luasan pertanian Hortikultura (HA)

Kabupaten Musi Banyuasin

PERTANIAN TANAMAN BUAH BUAHAN

Potensi pertanian tanaman buah buahan yang di miliki oleh Kabupaten Musi Banyuasin

terdiri dari mangga, jeruk, papaya, sawo, durian, duku, rambutan, pisang, nangka, jambu

biji, nanas dan semangka dengan luasan mencapai 5.869 Ha, sedangkan untuk potensi

pertanian buah buahan yang terbesar di Kabupaten Musi Banyuasin adalah pertanian

tanaman buah rambutan, durian dan nangka

Dilihat dari identifikasi masing masing pertanian buah buahan per kecamatan, durian

terluas berada di Kecamatan Babat Toman, rambutan berada di Kecamatan Sungai Lilin

dan pertanian nangka berada di Babat Toman, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

table di bawah ini

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Kacang panjang

Cabai

Tomat

Terong

Ketimun

Kangkung

Bayam

Buncis

Page 45: Bab 4 rev 02

IV-45

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Tabel 4.15

Luasan pertanian buah-buahan (HA)

Kabupaten Musi Banyuasin

Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Total

Mangga 53 4 8,5 17 27,5 59 27,5 25 27,5 2,5 251,5

Jeruk 21,25 2,88 10,25 38,93 9,19 7,5 118,75 38,07 21 8,75 276,57

Pepaya 4,1 1 3,33 6,15 0,28 1 2,1 6,42 6,92 0,25 25,13

Sawo 10 4 3,6 15,85 40 13,6 11,5 16,6 115,15

Durian 195,52 15,5 18,71 88 42,75 47,61 14,63 39 85,97 79,4 11,5 638,05

Duku 192 8,5 5 40 18,75 17,95 0,39 5 13,34 5,2 264,13

Rambutan 20 8,5 9,9 24 20,7 39,81 29,08 500 160 27,22 3,5 842,71

Pisang 3,5 1,2 6,02 4,5 2,48 2,5 6,15 105 20,43 14,20 1,3 167,28

Nangka 140 7 8,6 22,5 10,3 5,8 4,3 100 49,3 24 4,5 376,3

Jambu biji 0,5 8,3 1,9 3,3 3,3 1,2 0,5 10,5 18,5 9,0 8,2 65,2

Nanas 0,16 0,14 0,28 0,64 0,011 0,007 2,9 1,54 5,678

Semangka 28 4 7 22 22 53 4 47 187

Total 443 20 12 191 0 122 53 774 164 92 0 5.865

Sumber : Dinas pertanian Kab Musi Banyuasin 2011

Gambar 4.9

Luasan pertanian buah-buahan (HA)

Kabupaten Musi Banyuasin

0

100

200

300

400

500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Page 46: Bab 4 rev 02

IV-46

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

KAWASAN PERKEBUNAN MELIPUTI

Jenis perkebunan yang tersedia di Kabupaten Musi Banyuasin yaitu perkebunan kelapa

sawit rakyat, perkebunan Karet dan perkebunan kelapa, rincian luas lahan dan produksi

dapat dilihat pada table dibawah ini

KAWASAN LUAS AREAL DAN PRODUKSI TANAMAN KELAPA SAWIT RAKYAT

Kawasan produksi kelapa sawit di Kabupaten Musi Banyuasin tersebar merata di seluruh

kecamatan Musi Banyuasin, namun dari identifikasi luasan dan produksi tanaman kelapa

sawit rakyat terbesar berada di 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Bayung Lencir dengan

luasan terbesar mencapai 14.4115 Ha, dengan produksi mencapai 212.529 ton,Kedua

Kecamatan Sungai Lilin dengan luasan 4.155 Ha dengan produksi mencapai 37.848 ton,

ketiga Kecamatan Keluang dengan luasan mencapai 933 Ha dan produksi mencapai

2.663 ton. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebaran luasan produksi tanaman kelapa

sawit di bawah ini

Tabel 4.16 Luas areal dan produksi Tanaman kelapa sawit Rakyat

Kabupaten Musi Banyuasin No Kecamatan Luas areal (Ha) Produksi (Ton)

1 Babat Toman 202 391

2 Plakat Tinggi 253 288

3 Batanghari Leko 475 2654

4 Sanga Desa 63 130

5 Sungai keruh 225 875

6 Sekayu 212 617

7 Lais 239 1616

8 Sungai Lilin 4155 37848

9 Keluang 933 2663

10 Bayung lencir 14411 212529

11 Lalan 226 114

Total 21394 259725

Sumber : Dinas pertanian Kab Musi Banyuasin 2010

Page 47: Bab 4 rev 02

IV-47

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Gambar 4.10

Luas areal dan produksi Tanaman kelapa sawit Rakyat

Kabupaten Musi Banyuasin

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN KELAPA SAWIT

Arahan pengembangan untuk kawasan yang di berikan intesif pengembangan

perkebunan kelapa sawit di arahkan pada Kecamatan

1. Kecamatan Bayung lencir

2. Kecamatan Sungai Lilin

3. Kecamatan Keluang

Kelapa sawit merupakan salah satu perkebunan yang memiliki nilai sangat tinggi hal ini

dikarenakan kebutuhan kelapa sawit di pasaran dunia sangat dibutuhkan sekali, dan

Kabupaten Musi Banyuasin memiliki lahan kelapa sawit yang sangat besar sekali, dengan

adanya pengembangan kelapa sawit yang dilakukan secara profesional akan memberikan

efek besar dalam pengentasan kemiskinan di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin, dan

untuk mempersiapkan wilayah ini siap menjadi salah satu pengekspor kelapa sawit

terbesar diperlukan tahapan arahan pengembangan sebagai berikut :

1. Mempertangguh bisnis pengembangan agribisnis kegiatan hulu dengan perhatian

khusus kepada perkebunan rakyat

2. Pengembangan kemitraan antara pihak swasta dan rakyat

0

50000

100000

150000

200000

250000

Luas areal (Ha)

Produksi (Ton)

Page 48: Bab 4 rev 02

IV-48

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

3. Pengembangan jaringan infrastruktur di wilayah perkebunan kelapa sawit

4. Pengembangan industri hilir berbahan baku minyak sawit dan pemanfaatan berbagai

hasil samping dan limbah lainnya

5. Pengembangan kelapa sawit kedepannya harus bercirikan pembangunan

berkelanjutan dan menjadi bagian ingral dari pemecahan berbagai permasalahan

spesifik seperti pengurangan penduduk miskin di pedesaan di sekitar kawasan

perkebunan kelapa sawit, para perambah hutan, pemanfaatan lahan tidak produktif

LUAS AREAL DAN PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN KARET

Kabupaten Musi Banyuasin memiliki perkebunan karet yang secara nilai jual memiliki nilai

ekonomi tinggi, perkebunan karet di Kabupaten Musi Banyuasin memiliki tiga jenis

kepemilikian yaitu perkebunan rakyat, proyek PRPTE dan swasta nasional

Di lihat hasil identifikasi luasan terbesar dimiliki oleh perkebunan rakyat dengan total

luasan mencapai 162.741,5 Ha dengan produksi mencapai 104.708 ton, kemudian

perkebunan karet proyek PRPTE/SRDP memiliki luasan areal mencapai 1.354,5 Ha

dengan produksi 1.349 ha dan yang terahir perkebunan karet milik swasta nasional 4.148

ha dengan produksi mencapai 4.166 ton, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di

bawah ini

Tabel 4.17

Luas Areal dan produksi tanaman perkebunan Karet

Kabupaten Musi Banyuasin

No Perkebunan Luas areal (Ha) Produksi (Ton)

1 Perkebunan rakyat 162.741,5 104.708

2 Proyek PRPTE/SRDP 1.354,5 1.349

3 Swasta Nasional 4.148 4.166

Jumlah

Sumber : Dinas pertanian Kab Musi Banyuasin 2010

Page 49: Bab 4 rev 02

IV-49

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Gambar 4.11 Luas Areal tanaman perkebunan Karet

Kabupaten Musi Banyuasin

Gambar 4.12 Produksi tanaman perkebunan Karet

Kabupaten Musi Banyuasin

Arahan pengembangan Perkebunan karet

Strategi pengembagan perkebunan karet di antaranya

1. Pengunaan klon unggul dengan produktifitas tinggi

2. Percematan peremajaan karet tua

0500

10001500200025003000350040004500

Perkebunan rakyat

Proyek PRPTE/SRDP

Swasta Nasional

Luas areal (Ha)

Luas areal (Ha)

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

Perkebunan rakyat

Proyek PRPTE/SRDP

Swasta Nasional

Produksi (Ton)

Produksi (Ton)

Page 50: Bab 4 rev 02

IV-50

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

3. Diversifikasi usaha tani karet dengan tanaman pangan sebagai tanaman sela dan

ternak

4. Peningkatan efisiensi usaha tani

5. Peningkatan kualitas bokar berdasarkan SNI

6. Peningkatan efisiesnsi pemasaran untuk meningkatan marjin harga petani

7. Penyediaan kredit untuk peremejaan, pengolahan dan pemasaran bersama

8. Pengembangan infrastruktur

9. Peningkatan pengembagan industri hilir

10. Peningkatan pendapatan petani melalui perbaikan system pemasaran

KAWASAN PETERNAKAN MELIPUTI

Kawasan peternakan yang dimiliki Kabupaten Musi Banyuasin memiliki dua jenis

peternakan yaitu peternakan kecil dan peternakan besar, untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada sub bab di bawah ini

PETERNAKAN KECIL

Potensi peternakan di Kabupaten Musi banyuasi terdiri dari 3 jenis peternakan yaitu ayam

daging ayam buras dan itik dimana peternakan terbesar berada di Kecamatan Bayung

Lencir dengan rincian ayam daging sebanyak 168.000 ekor, ayam buras 126.580 ekor dan

ituk 29.706 ekor , untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini

Tabel 4.18

Potensi peternakan kecil Kabupaten Musi Banyuasin

No

Kecamatan

Ayam

pedaging

Ayam Buras Itik

1 Babat Toman 18.000 41000 5700

2 Plakat Tinggi 39183 2600

3 Batanghari

Leko

2.500 37.922 210

4 Sanga Desa 7.272 36.050 5100

5 Sungai keruh 5.500 7754 1915

6 Sekayu 22.000 10650 1890

7 Lais 2.000 24000 4625

Page 51: Bab 4 rev 02

IV-51

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

8 Sungai Lilin 18.100 82709 4382

9 Keluang 24.400 25565 906

10 Bayung lencir 168.000 126580 29706

11 Lalan - 53000 2100

Total 268772 484413 59134

Sumber : Dinas peternakan Kab Musi Banyuasin 2010

Gambar 4.13

Potensi peternakan kecil

Kabupaten Musi Banyuasin

PETERNAKAN BESAR

Potensi peternakan besar di Kabupaten Musi

Banyuasin terdiri dari 4 jenis peternakan yaitu

sapi, kerbau, kambing, domba, dimana

peternakan terbesar berada di jenis

peternakan sapi dengan jumlah mencapai

34.089 ekor, kemudian yang kedua

peternakan kambing dengan jumlah 25.547

ekor. Peternakan domba mencapai 2100 ekor

0

50000

100000

150000

200000

250000

Ayam pedaging

Ayam Buras

Itik

Page 52: Bab 4 rev 02

IV-52

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

dan yang terakhir kerbau dengan 892 ekor untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di

bawah ini

Tabel 4.19 Potensi peternakan besar

Kabupaten Musi Banyuasin

No Kecamatan Sapi Kerbau Kambing Domba

1 Babat Toman 8650 310 2150 370

2 Plakat Tinggi 4412 46 1616 20

3 Batanghari

Leko

813 58 1421 109

4 Sanga Desa 2200 71 1220 545

5 Sungai keruh 2377 61 1862 408

6 Sekayu 945 27 1730 35

7 Lais 2749 27 1790 242

8 Sungai Lilin 5700 208 4885 237

9 Keluang 2243 10 898 82

10 Bayung lencir 2550 74 5425 42

11 Lalan 1450 2550 10

Total 34089 892 25547 2100

Sumber : Dinas pertanian Kab Musi Banyuasin 2010

Gambar 4.14

Potensi peternakan besar

Kabupaten Musi Banyuasin

0100020003000400050006000700080009000

Sapi

Kerbau

Kambing

Domba

Page 53: Bab 4 rev 02

IV-53

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Arahan pengembangan peternakan baik peternakan kecil dan besar di rencanakan

dengan lingkup rencana sebagai berikut

1. Pengembangan di sektor pembibitan

Ruang lingkup kegiatan di sektor perbibitan mulai dari hulu hingga hilir meliputi :

a. Perlindungan, pelestarian dan pengelolaan plasma nutfah secara berkelanjutan,

termasuk kedalamnya penanganan berbagai hal yang terkait dengan pembinaan

masyarakat petani peternak sehingga ada jaminan ketersediaan plasma nutfah

ternak yang sudah terdomestikasi dan atau plasma nutfah ternak baru menjadi

terdomestikasi. Hal tersebut terkait dengan implementasi program yang digulirkan

oleh lembaga internasional seperti FAO dan lain sebagainya;

b. Pengadaan dan pengembangan bibit/benih ternak termasuk kedalamnya

penanganan berbagai hal yang terkait dengan pengadaan dan pengembangan

bibit dari luar negeri atau produk domestik;

c. Pemilihan ternak untuk menghasilkan bibit yang baik. Hal tersebut terkait dengan

upaya pemerintah untuk ikut berperan serta dalam penyediaan bibit ternak untuk

masyarakat luas sehingga di masa yang akan datang dapat dihasilkan populasi

ternak yang lebih berkualitas secara berkelanjutan;

d. Pengawasan dan standarisasi mutu bibit. Hal tersebut berhubungan dengan

pelaksanaan fungsi evaluasi dan akreditasi khusus perbibitan ternak baik yang

dihasilkan oleh pemerintah maupun non-pemerintah.

2. Arahan Pengembangan Produktivitas peternakan

Selanjutnya dalam pengembangan peternakan di beberapa hal yang memerlukan

perhatian dan upaya peningkatannya antara lain :

a. Inovasi teknologi dan upaya pengembangannya,

b. peningkatan kualitas SDM yang bekerja dalam bidang perbibitan/perbenihan,

c. Diseminasi dan komunikasi alih teknologi,

d. Peningkatan peluang pasar yang lebih luas

Page 54: Bab 4 rev 02

IV-54

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

KAWASAN PERUNTUKAN PERIKANAN, YANNG DIRINCI MELIPUTI

A. PERUNTUKAN PERIKANAN TANGKAP

Jenis perikanan tangkap

yang tersedia di Kabupaten

Musi Banyuasin berasal dari

sungai besar dan sungai

kecil di wilayah sepanjang

sungai Musi Banyuasin,

dengan rincian produksi dari masing masing kecamatan sebagai berikut :

Tabel 4.20 Produksi perikanan tangkap Kabupaten Musi Banyuasin

No Kecamatan Perikanan darat

1 Babat Toman 1259,83

2 Plakat Tinggi 487,14

3 Batanghari Leko 1064,68

4 Sanga Desa 1186,98

5 Sungai keruh 933,79

6 Sekayu 2132,76

7 Lais 1458,63

8 Sungai Lilin 1711,12

9 Keluang 405,97

10 Bayung lencir 1026,85

11 Lalan 797,63

Total 12465.38

Sumber : Dinas perikanan Kab Musi Banyuasin 2010

Page 55: Bab 4 rev 02

IV-55

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Gambar 4.16 Produksi perikanan tangkap Kabupaten Musi Banyuasin

Dengan potensi sangat luas di Kabupaten Musi Banyuasin dikarenakan hampir seluruh

kecamatan dilalui oleh sungai besar dan kecil, memberikan harapan besar akan peluang

untuk meningkatkan produksi perikanan, namun hal ini diperlukan keseimbangan antara

produksi dengan ketersediaan ikan, sehingga di perlukan arahan pengembagan denga

empat grand strategi sebagai berikut :

1. memperkuat kelembagaan dan SDM secara terintegrasi,

2. mengelola sumberdaya perikanan secara berkelanjutan.

3. meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan,

4. memperluas akses pasar domestik

B. PERUNTUKAN BUDIDAYA PERIKANAN

Budidaya perikanan yang dimiliki oleh Kabupaten Musi Banyuasin adalah berupa

perikanan darat, dimana total ada 5.300,51 ton dengan produksi terbesar berada di

Sungai Keruh, Sungai Lilin dan Bayung Lencir, untuk lebuh jelasnya dapat dilihat pada

table di bawah ini

0

500

1000

1500

2000

2500

produksi perikanan tangkap

produksi perikanan tangkap

Page 56: Bab 4 rev 02

IV-56

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Tabel 4.21 Produksi perikanan tangkap Kabupaten Musi Banyuasin

No Kecamatan Perikanan darat

1 Babat Toman 523,64

2 Plakat Tinggi 130,38

3 Batanghari Leko 406,55

4 Sanga Desa 372,19

5 Sungai keruh 1158,57

6 Sekayu 481,82

7 Lais 195,59

8 Sungai Lilin 953,02

9 Keluang 133,03

10 Bayung lencir 676,99

11 Lalan 268,73

Total 5300.51

Sumber : Dinas perikanan Kab Musi Banyuasin 2010

Gambar 4.17 Produksi perikanan tangkap Kabupaten Musi Banyuasin

C. PERUNTUKAN KAWASAN PENGOLAHAN PERIKANAN

Potensi besar pada produksi perikanan di kabupaten Musi Banyuasin di perlukan

perhatian khusus dengan memberikan sarana prasarana pendukung sehingga produksi

0

200

400

600

800

1000

1200

Bab

at T

om

an

Pla

kat

Tin

ggi

Bat

angh

ari L

eko

San

ga D

esa

Sun

gai k

eru

h

Seka

yu

Lais

Sun

gai L

ilin

Kel

uan

g

Bay

un

g le

nci

r

Lala

n

Budidaya perikanan

Budidaya perikanan

Page 57: Bab 4 rev 02

IV-57

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

dan pemasaran perikanan di kabupaten Musi Banyuasin semakin meningkat, untuk itu

diperlukan arahan pengolahan perikanan, yang direncanakan pengembangan adalah

membuat rencana pengolahan perikanan yang ditempatkan di kawasan strategis terutama

kawasan yang memiliki produksi perikanan yang tinggi, dan berdasarkan hasil analisa,

rencana pengembangan kawasan pengolahan kawasan perikanan berupa pasar ikan di

rencanakan penempatannya sebagai berikut :

1. Kecamatan Sekayu

2. Kecamatan Sungai Lilin

3. Kecamatan Lais

4. Kecamatan Bayung Lencir

Dengan adanya pasar ikan serta pendukung prasarana lainnya secara tidak langsung

akan memberikan peluang kepada nelayan untuk dapat mengelola perikanan dan

memasarkan perikanan bisa lebih baik lagi

KAWASAN PERUNTUKAN PERTAMBANGAN

Potensi sumber pertambangan yang tersedia di Kabupaten Musi Banyuasin adalah

pertambangan minyak dan gas bumi,

pertambangan batubara dan

pertambangan pasir sungai, dimana

dengan potensi kawasan pertambangan

yang sangat besar di Kabupaten Musi

Banyuasin dimana ada dua jenis status

pertambangan yaitu status operasi

produksi dan status masih eksploitasi, sehingga untuk menjaga keseimbangan ruang,

diperlukan arahan penetapan sebagai berikut :

1. Yang masuk kedalam pola ruang Kabupaten Musi Banyuasin adalah Kawasan

pertambanganyang telah berstatus operasi produksi

2. Kawasan pertambangan yang berstatus eksplorasi dalam pola ruang masih masuk

kedalam usulan kawasan pertambangan, sehingga untuk bisa eksplotasi di wajibkan

perusahaan harus melakukan perijinan mulai dari dari perijinan Pemerintah Daerah,

Gubernur hingga penetapan perijinan oleh Pemerintah Pusat yaitu DPR.

Untuk lebih jelasnya mengenai arahan arahan untuk masing masing kawasan

pertambangan dapat dilihat di bawah ini

Page 58: Bab 4 rev 02

IV-58

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

A. KAWASAN PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI

Pada dasarnya

penyelenggaraan kegiatan

usaha minyak dan gas bumi

yang diatur dalam Undang-

undang No.22 Tahun 2001

berasaskan ekonomi kerakyatan,

keterpaduan, manfaat, keadilan,

keseimbangan, pemerataan,

kemakmuran bersama dan kesejahteraan rakyat banyak, keamanan, keselamatan,

dan kepastian hukum serta berwawasan lingkungan.

Selanjutnya mengenai azas dan tujuan Penyelenggaraan kegiatan usaha minyak

dan gas bumi yang tercantum dalam Undang-undang No.22 Tahun 2001 pasal 3

bertujuan:

Menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha eksplorasi

dan Eksploitasi secara berdaya guna, berhasil guna, serta berdaya saing tinggi

dan berkelanjutan atas minyak dan gas bumi milik negara yang strategis dan

tidak terbarukan melalui mekanisme yang terbuka dan transparan;

Menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian usaha pengolahan,

pengangkutan, penyimpanan, dan niaga secara akuntabel yang

diselenggarakan melalui mekanisme persaingan usaha yang wajar, sehat, dan

transparan;

Menjamin efisiensi dan efektivitas tersedianya minyak bumi dan gas bumi, baik

sebagai sumber energi maupun sebagai bahan baku, untuk kebutuhan dalam

negeri;

Mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional untuk lebih

mampu bersaing di tingkat nasional, regional, dan internasional;

Meningkatkan pendapatan negara untuk memberikan kontribusi yang sebesar-

besarnya bagi perekonomian nasional dan mengembangkan serta memperkuat

posisi industri dan perdagangan Indonesia;

Page 59: Bab 4 rev 02

IV-59

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran

rakyat yang adil dan merata, serta tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Potensi minyak dan gas bumi terdapat di beberapa kecamatan dalam Kabupaten

Musi Banyuasin. Perusahaan yang pertama

kali melakukan eksploitasi adalah DUCH, jenis

minyaknya bervariasi mulai dari paraffin ringan

sampai sedang (45-540 API), parafin berat

(35-370 API) dan ada juga yang bersifat aspal

(22-250 API).

Luasan peruntukan kuasa pertambangan

migas di arahkan disesuaikan dengan yang telah tersedia di Kabupaten Musi

Banyuasin dengan status telah operasi produksi, dimana total luasan

pertambangan migas seluas 1.309.430,48 Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel di bawah ini

Tabel 4.22 Daftar WKP Migas

Kabupaten Musi Banyuasin No Nama Block Operator Jenis Kontrak Luas Status

1 Pendopo & Raja Block Job Pertamina-Golden

Spike Indonesia, Ltd

Joint Operation Body 5.261,39 Production

2 Corridor Conocophillips

(Grissik) Ltd

Production Sharing

Contract

218.039,26 Production

3 Kluang Siarak Area-3 Pertamina Ep Kks 343,08 Production

4 Kluang Siarak Area-2 Pertamina Ep Kks 343,10 Production

5 Kluang Siarak Area-1 Pertamina Ep Kks 3.313,23 Production

6 Kluang Pertamina Ep Kks 642,79 Production

7 Karang Agung Pt. Odira Energy

Karang Agung

Production Sharing

Contract

116.301,22 Exploration

8 Sekayu Star Energy (Sekayu)

Ltd

Production Sharing

Contract

36.132,07 Exploration

9 Jambi-Merang Block

(South Sumatra)

Job Pertamina-

Amerada Hess Jambi

Joint Operation Body 69.039,46 Production

Page 60: Bab 4 rev 02

IV-60

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Merang

10 South Jambi Block B Conocophillips (South

Jambi) Ltd

Production Sharing

Contract

26.811,15 Production

11 Palmerah Tately N.V (Company

No.87301)

Production Sharing

Contract

96.664,18 Exploration

12 Rimau Pt Medco E&P

Indonesia

Psc-Extension 47.997,98 Production

13 Sumbagsel Area-2 Pertamina Ep Kks 76.780,34 Production

14 Merangin-I Pt Medco E&P

Merangin

Production Sharing

Contract

13.121,77 Exploration

15 Ramba Pertamina Ep Kks 4.740,50 Production

16 Jambi-Pt Pertamina Pertamina Ep Kks 25.227,66 Production

17 Merangin-Ii Pt Sele Raya Merangin

Dua

Production Sharing

Contract

9.715,70 Exploration

18 South Sumatera Pt Medco E&P

Indonesia

Psc-Extension 94.813,80 Production

19 Sakakemang Barat Pertamina Ep Kks 109.817,44 Production

20 Sakakemang Timur Pertamina Ep Kks 148.396,31 Production

21 Suban Pertamina Ep Kks 205.928,05 Production

Total 1.309.430,48

Arahan Kawasan Pertambangan Migas Untuk Status Operasi Produksi

Dengan telah berjalanya operasi produksi untuk kawasan pertambangan maka perlu

adanya pengawasan dan pengendalian baik dalam hal sisi administrasi, pengelolaan

produksi, pengawasan terhadap lingkungan fisik sekitar kawasan pertambangan hingga

manfaat kawasan pertambangan bagi masyarkat sekitar. Maka dengan demikian

diperlukan arahan arahan sebagai berikut

1. Aspek Administrasi

Aspek administrasi yang perlu dilengkapi di antaranya sebagai berikut

perizinan: IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi. Selain itu juga ada Izin

Pertambangan Rakyat (IPR) dan IUP Khusus (IUPK) dengan kelengkapan

administrasi meliputi

1. Peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis

Page 61: Bab 4 rev 02

IV-61

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

2. Lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem

3. Informasi geografi yang berlaku secara nasional;

4. Laporan lengkap eksplorasi;

5. Laporan studi kelayakan;

6. Rencana reklamasi dan pascatambang;

7. Rencana kerja dan anggaran biaya;

8. Rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang

9. Kegiatan operasi produksi; dan

10. Tersedianya tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi

Penetapan IUP melalui lelang. IUPK diberikan oleh menteri di ex WPN (WUPK)

Penambangan, pengolahan dan pemurnian oleh pemegang IUP/IUPK

Pemegang IUPK wajib untuk membagikan keuntungan bersih setelah produksi: 4%

kepada Pemerintah 6% kepada Pemda.

Kesepakatan Perjanjian/kontrak sesuai dengan ketentuan yang disepakati

2. Pengelolaan Produksi kawasan pertambangan

Perizinan (tahapan perizinan, jenis perizinan)

Teknik Pertambangan (penetapan cadangan, studi kelayakan, konstrusi,

penambangan, pengolahan/pemurnian, pengangkutan)

Perlindungan Lingkungan Pertambangan (dokumen Amdal: Andal/RKL/RPL dan

RTPKL)

K 3 (pengawasan administrasi struktural dan operasional fungsional, pembinaan

zero accident dan pemberian Safety Award)

Konservasi (optimalisasi produksi, pengolahan, kadar marjinal, mineral ikutan)

Nilai Tambah (pengembangan teknologi, peningkatan hubungan kerja, pemakaian

produk dalam negeri)

Penutupan dan Pasca Tambang (legalitas dokumen, penanggung jawab lapangan,

kriteria keberhasilan, penjamin penutupan tambang dan pengawasan)

Standarisasi Pertambangan (sistem SNI, standardisasi pertambangan,

akreditasi/sertifikasi)

Page 62: Bab 4 rev 02

IV-62

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

3. Aspek lingkungan

Lokasi penambangan sedapat mungkin tidak terletak pada daerah resapan atau

pada akuifer sehingga tidakakan mengganggu kelestarian air tanah di daerah

sekitarnya.

Lokasi penambangan sebaiknya terletak agak jauh dari pemukiman penduduk

sehingga suara bising ataupun debu yang timbul akibat kegiatan penambangan

tidak akan mengganggu penduduk.

Lokasi penambangan tidak berdekatan dengan mata air penting sehingga tidak

akan mengganggu kualitas maupun kuantitas air dari mata air tersebut, juga untuk

menghindari hilangnya mata air.

Lokasi penambangan sedapat mungkin tidak terletak pada daerah aliran sungai

bagian hulu (terutama tambang batuan) untuk menghindari terjadinya pelumpuran

sungai yang dampaknya bisa sampai ke daerahhilir yang akhirnya dapat

menyebabkan banjir akibat pendangkalan sungai. Hal ini harus lebih

diperhatikanterutama di kota-kota besar dimana banyak sungai yang mengalir dan

bermuara di wilayah kota besar tersebut.

Lokasi penambangan tidak terletak di kawasan lindung (cagar alam, taman

nasional, dsb.).

Lokasi penambangan hendaknya dekat dengan konsumen untuk menghindari biaya

transportasi yang tinggi sehingga harga jual material tidak menjadi mahal.

Lokasi penambangan tidak terletak dekat dengan bangunan infrastruktur penting,

misalnya jembatan dan menara listrik tegangan tinggi. Juga sedapat mungkin

letaknya tidak dekat dengan gedung sekolah sehingga tidak akan mengganggu

proses belajar dan mengajar.

Arahan Bagi Perusahaan pertambangan berstatus eksplorasi menuju status operasi

produksi

Besarnya potensi pertambangan di Kabupaten Musi Banyuasin, dimana potensi

pertambangan hampir menyebar di sebagaian besar lahan Kabupaten Musi Banyuasin,

maka diperlukan pengawasan dan pengendalian terhadap perijinan pertambangan, hal ini

di maksudkan agar di masa yang akan datang tata ruang Kabupaten Musi Banyuasin

memiliki keseimbangan antara peruntukan kawasan pertambangan dengan kawasan

Page 63: Bab 4 rev 02

IV-63

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

permukiman, selain itu juga tidak terjadi tumpang tindih antara kawasan pertambangan

dengan kawasan hutan lindung, maka dari itu diperlukan arahan arahan sebagai berikut :

1. Perijinaan harus sesuai dengan UU no 22 tahun 2010

2. Perijinan harus seijin Bupati, Gubernur dan pemerintah Pusat, DPR dengan

mekanisme administrasi yang harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku

3. Arahan Kegiatan eksploitasi dengan tahap tahapan sebagai berikut

B. PERUNTUKAN BATUBARA

Berdasarkan undang undang RI no 4 tahun 2009, usaha pertambagan dilaksanakan

dalam bentuk IUP (Izin usaha pertambanga),IPR (izin pertambangan Rakyat) serta

IUPK (izin usaha pertambangankhusus) sampai akhir tahun 2009 pemerintah

Kabupaten Musi Banyuasin telah mengeluarkan 70 IUP untuk bahan galian jenis

batubara, dengan 2 jenis status kegiatan yaitu kawasan pertambangan berstatus

operasi produksi dan kawasan pertambangan berstatus eksplorasi, dengan ketetapan

arahan sebagai berikut

1. Yang masuk kedalam pola ruang Kabupaten Musi Banyuasin adalah Kawasan

pertambanganyang telah berstatus operasi produksi

Page 64: Bab 4 rev 02

IV-64

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

2. Kawasan pertambangan yang berstatus eksplorasi dalam pola ruang masih

masuk kedalam usulan kawasan pertambangan, sehingga untuk bisa eksplotasi di

wajibkan perusahaan mengikuti prosedur dan ketentuan yang berlaku.

Dengan rincian data perusahaan yang sudah eksplorasi dapat dilihat pada table di

bawah ini

Tabel 2. 23 Data perusahaan pemegang Izin usaha pertambangan (IUP)

Yang telah dikeluarkan Pemkab Musi Banyuasin No Perusahaan Lokasi Luas (ribu hektar) Status

1 PT. SWADAYA HUTANI

ALAM

Desa pengaturan

Desa Tanjung Bali

Kecamatan Batanghari Leko

4.000 operasi produksi

2 PT. NUSA INDAH

PERMAI

Desa pandan sari

Desa Tampang baru

Kecamatan bayung lencir

4.500 Operasi produksi

3 PT. RIMBA SUBUR

LESTARI

Desa Rayun

Kecamatan Bayung lencir 4.902 Operasi produksi

4 PT. WAHANA RIMBA

LESTARI

Desa cinta karya

Desa Rimba ukur

Kecamatan plakat tinggi

Kecamatan sekayu

4.938 Operasi produksi

5 PT. MAKARYA

EKAGUNA

Desa Gajah Matt, Desa Sukalali

Desa tebing bulanDesa kertayau

Kecamatan sungai keruh

4.972 Operasi produksi

6 PI BUANA INTI (ITRA

PRIMA (BIC)

Desa pagar desa

Desa swakarya,desa bayat ilir

Desa pangkalan bayat

Kecamatan bayung lencir

4.999 Operasi produksi

7 PT. MANGGALA ALAM

LESTARI

Desa tampang baru

Kecamatan bayung lencir 4.836 Operasi produksi

8 PT. CAHAYA NUSA

PRATAMA

Desa srimulyo,desa sumber sari

Desa banjar jaya

Kecamatan bayung lencir

4.991 Operasi produksi

Page 65: Bab 4 rev 02

IV-65

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

9 PT. BUANA BABA EKA

PRATAMA

Desa telang,desa kali barau

Desa siding marga

Kecamatan bayung lencir

4.686 Operasi produksi

10 P1 BATTOMAN COAL

Desa Bandar jaya

Kecamatan Batanghari leko,

kecamatan babat toman dan

sekayu

12.670 Eksplorasi

11 PT. LAIS COAL MINE

Desa teluk kijing II dan tanjung

agung utara

Kecamatan lais

1.022 Operasi produksi

12 PT. LAIS COAL MINE Desa petaling,tj agung utara

Kecamatan Lais 14.340 Eksplorasi

13 PE MUBA COAL MINE

Desa lubuk bintalo,pangkalan

bulian,sungai Nepal,ulak

kembang,kecamatan sungai keruh

13.320 Eksplorasi

14 PT. MUBA COAL MINE Sidang margadan tebing bulang

Kecamatan sungai keruh Eksplorasi

15 PT YODA IRPAN

MAKMUR

Desa sako suban

Kecamatan Batanghari leko 5.000 Eksplorasi

16 PT. TITAN PRAWIRA

SRIWIJAYA Kecamatan bayung lencir dan lalan 7.227 Eksplorasi

17 PT. SRIWIJAYA ENERGI

PERSADA Kecamatan bayung lencir dan lalan 8.596 Eksplorasi

18 PT. BHUMI SRIWIJAYA

PERDANA COAL

Desa Beroja Timur dan Desa Beji

Kecamatan bayung lencir 8.058 Eksplorasi

19 PT. PUTRA MUBA COAL

Desa mekar jadi

Desa nusa serasan

Kecamatan sungai lilin

3.716 Operasi produksi

20 PT. PUTRA MUBA COAL Kecamatan bayung lencir 1.906 Eksplorasi

21 PT INDONESIA BATU

PRIMA ENERGI

Desa pinang banjar,Desa sumber

jaya dan desa Bandar tenggulang

Kecamatan Sungai lilin

19.870 Eksplorasi

22 PT. INTI PUTERA

KANAAN

Desa Sumber harum

Kecamatan bayung lencir 11.220 Eksplorasi

23 PT. REALITA JAYA Desa sumber harum Desa berlian 1.642 Operasi produksi

Page 66: Bab 4 rev 02

IV-66

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

MANDIRI Lencir

24 PT, SOAR HARAPAN

BANGSA

Desa tanjung dalam,ciptapraja

kecamatan keluang 4.978 Eksplorasi

25 PT. KARYA PERINTIS

SEJATI Kecamatan bayung lencir 5.531 Eksplorasi

26 PI MADHUCON

INDONESIA

Kecamatan keluang,Batanghari

leko,bayung lencir 8.663 Eksplorasi

27 PT. KAUTIM GLOBAL Desa bangun harji,desa warga

mulyo kecamatan plakat tinggi 4.547 Operasi produksi

28 PT. PACIFIC GLOBAL

RESOURCES

Desa Bandar jaya, desa sinar

harapan Kecamatan bayung lencir 3.228 Operasi produksi

29 PC PACIFIC GLOBAL

RESOURCES

Desa teluk dan desa epil

kecamatan lasi dan Kecamatan

sungai lilin

3.360 Eksplorasi

30 PT. BUKIT GLOBAL

ABADI

Desa pagar desa

Kecamatan bayung lencir 9.955 Eksplorasi

31 PT. PACIFIC GLOBAL

UTAMA

Desa suka jaya

Desa suka makmur

Kecamatan plakat tinggi

4.495 Operasi produksi

32 PT. DIKA KARYA LINTAS

NUSA

Kecamatan bayung lencir dan

keluang 1.357 Eksplorasi

33 PT. UNITED COAL

INDONESIA Kecamatan bayung lencir 5.000 Eksplorasi

34 PT MANDUO Desa sumber harum

Kecamatan bayung lencir 3984.400 Eksplorasi

35 PT. MASINDO ARTA

RESOURCES

Desa pengaturan

Desa pingap tanah abang

Kecamatan Batanghari leko

5.475 Eksplorasi

36 PT. MASINDO ARTA

RESOURCES

Desa ulak kembang

Kecamatan Batanghari leko 1.602 Eksplorasi

37 PT. ARTA INDO ENERGI Desa sidorejo

Kecamatan sungai lilin 6.283 Eksplorasi

38 PT. AN COAL

RESOURCES

Desa dawas, Desa Karya Maju

Desa mekar sari

Kecamatan keluang

5.000 Eksplorasi

Page 67: Bab 4 rev 02

IV-67

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

39 PT. ADI COAL

RESOURCES

Desa senawar jaya,desa muara

bahar

Kecamatan bayung lencir

4.9540 Eksplorasi

40 PT SAKTI GLOBAL

PERSADA

Desa epilkecamatan lais

Kecamatan sungai lilin 8.942 Eksplorasi

41 PT, MENSA BARA BUMI Desa sako suban

Kecamatan Batanghari leko 2.382 Eksplorasi

42 PT. MENSA BARA BUMI Kecamatan Batanghari leko 7.903 Eksplorasi

43 PT. ENERGI

SEJAHTERA MAKMUR Kecamatan bayung lencir 5.000 Eksplorasi

44 PT. TEMPIRAI ENERGI

RESOURCES Kecamatan bayung lencir 5.000 Eksplorasi

45 PT. PAMPANGAN PALM

RESOURCES Kecamatan bayung lencir 3.493 Eksplorasi

46 PT BUMI ANDALAS

PERKASA

Kecamatan Batanghari leko

kecamatan babat toman 2.994 Eksplorasi

47 PT ANUGRAH BARA

MUSTIKA

Desa Sanga Desa

Kecamatan babat toman

Kecamatan Batanghari leko

4.955 Eksplorasi

48 PT INDRA SAPTA

RAHAYU Kecamatan bayung lencir 1.500 Eksplorasi

49 PT, SUMI MABARA

UTAMA Kecamatan bayung lencir 11.420 Eksplorasi

50 PT. ANDALAN SATRIA

ABADI Kecamatan bayung lencir 8.685 Eksplorasi

51 PT. DUTA ALAM

EKAPRATAMA Kecamatan bayung lencir 11.100 Eksplorasi

52 PT. DUTA ALAM JAYA Kecamatan bayung lencir 10.440 Eksplorasi

53 PC CITRA ALAM

GEMILANG

Kecamatan sungai keruh dan

plakat tinggi 10.160 Eksplorasi

54 PT. SHAN MUTIARA

ABADI LESTARI Kecamatan sungai keruh 5.541 Eksplorasi

55 PT. CITRA ALAM

CAHAYA Kecamatan bayung lencir 1.0173 Eksplorasi

56 PT. CITRA ALAM Kecamatan bayung lencir 20.240 Eksplorasi

Page 68: Bab 4 rev 02

IV-68

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

CAHAYA

57 PT. HASIL TAMBANG

Desa simpang sari,ulak paceh,ulak

tebereu,tanjung

durian,kasmaran,mangunjaya

kecamatan babat toman

7.936 Eksplorasi

58 PT TALANG UBI COAL

Desa ulak paceh,ulak

teberau,kasmaran dab babat

toman kecamatan babat toman

19.860 Eksplorasi

59 PT. ENERGI INTI BARA

PRATAMA Kecamatan sungai lilin dan Lais 5.044 Eksplorasi

60 PC PRIMARAYA ENERGI Kecamatan lalan dan bayung

lencir 19.970 Eksplorasi

61 PT ARTHACO PRIMA

ENERGY

Kecamatan sungai lilin dan

keluang 5.422 Eksplorasi

62 PT, DIKA KARYA LINTAS

NUSA Kecamatan bayung lencir 2.119 Eksplorasi

63 PT SENTOSA M ULIA

BAHAGIA Kecamatan bayung lencir 2.500 Eksplorasi

64 PT

PERSADAMAKMURJAYA

Kecamatan sungai lilin dan

keluang 9.000 Eksplorasi

65 PT. SENTOSA KURNIA

ENERGI

Kecamatan Batanghari leko dan

bayung lencir 2.500 Eksplorasi

66 PT. CIPTAWANA DANA Kecamatan Batanghari leko 20.000 Eksplorasi

67 PT, LAPINDO BUMI

MINERAL Kecamatan bayung lencir 19.100 Eksplorasi

68 PT RACHMAT

KELANTAN SAKTI Kecamatan Batanghari leko 2000 Eksplorasi

69 PT CAHAYA BUMI Kecamatan bayung lencir dan

sungai lilin 1.135 Eksplorasi

Sumber ; Dinas Pertambangan kabupaten Musi Banyuasin 2011

Arahan pemanfaatan peruntukan Kawasan Pertambangan

Berdasarkan data pada tabel di atas mengenai data perusahaan pemegang ijin

pertambangan (IUP) terdapat dua jenis status kegiatan yaitu

Page 69: Bab 4 rev 02

IV-69

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

1. Status kegiatan Operasi Produksi

Potensi batubara yang sedang berjalan produksi di Kabupaten Musi Banyuasin

berjumlah 15 perusahaan dengan rincian dapat dilihat pada table di bawah ini

Tabel 2. 24 Data perusahaan pemegang Izin usaha pertambangan (IUP)

Status operasi produksi Kabupaten Musi Banyuasin

No Perusahaan Lokasi Luas (ribu hektar) Status

1 PT. SWADAYA

HUTANI ALAM

Desa pengaturan

Desa Tanjung Bali

Kecamatan Batanghari Leko

4.000 operasi produksi

2 PT. NUSA INDAH

PERMAI

Desa pandan sari

Desa Tampang baru

Kecamatan bayung lencir

4.500 Operasi produksi

3 PT. RIMBA SUBUR

LESTARI

Desa Rayun

Kecamatan Bayung lencir 4.902 Operasi produksi

4 PT. WAHANA RIMBA

LESTARI

Desa cinta karya

Desa Rimba ukur

Kecamatan plakat tinggi

Kecamatan sekayu

4.938 Operasi produksi

5 PT. MAKARYA

EKAGUNA

Desa Gajah Matt, Desa Sukalali

Desa tebing bulanDesa kertayau

Kecamatan sungai keruh

4.972 Operasi produksi

6 PI BUANA INTI (ITRA

PRIMA (BIC)

Desa pagar desa

Desa swakarya,desa bayat ilir

Desa pangkalan bayat

Kecamatan bayung lencir

4.999 Operasi produksi

7 PT. MANGGALA ALAM

LESTARI

Desa btampang baru

Kecamatan bayung lencir 4.836 Operasi produksi

8 PT. CAHAYA NUSA

PRATAMA

Desa srimulyo,desa sumber sari

Desa banjar jaya

Kecamatan bayung lencir

4.991 Operasi produksi

9 PT. BUANA BABA EKA

PRATAMA

Desa telang,desa kali barau

Desa siding marga

Kecamatan bayung lencir

4.686 Operasi produksi

10 PT. LAIS COAL MINE Desa teluk kijing II dan tanjung 1.022 Operasi produksi

Page 70: Bab 4 rev 02

IV-70

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

agung utara

Kecamatan lais

11 PT. PUTRA MUBA

COAL

Desa mekar jadi

Desa nusa serasan

Kecamatan sungai lilin

3.716 Operasi produksi

12 PT. REALITA JAYA

MANDIRI

Desa sumber harum Desa berlian

Lencir 1.642 Operasi produksi

13 PT. KAUTIM GLOBAL Desa bangun harji,desa warga

mulyo kecamatan plakat tinggi 4.547 Operasi produksi

14 PT. PACIFIC GLOBAL

RESOURCES

Desa Bandar jaya, desa sinar

harapan Kecamatan bayung lencir 3.228 Operasi produksi

15 PT. PACIFIC GLOBAL

UTAMA

Desa suka jaya

Desa suka makmur

Kecamatan plakat tinggi

4.495 Operasi produksi

Sumber ; Dinas Pertambangan kabupaten Musi Banyuasin 2011

2. Status Kegiatan Eksplorasi

Berdasarkan UU no 22 tahun 2010, kegiatan pertambangan yang berstatus eksplorasi

yang ingin merubah menjadi berstatus operasi produksi diperlukan langkah langkah

administrasi perijinan dimulai dari persetujuan Bupati, Gubernur hingga penetapan

perijinan oleh Pemerintah.

Dengan kondisi demikian kegiatan eksplorasi yang belum memiliki perijinan ke

Pemerintah Pusat statusnya masih sebatas usulan kegiatan kelayakan pertambangan,

namun belum di ijinkan untuk melakukan eksploitasi sebelum ada perijinan dari

pemerintah daerah dan di tetapkan oleh DPR. Berikut tabel di bawah ini kegiatanan

PKP2B ber status opersi produksi

Tabel 4. 25 Data Perusahaan Pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP)

Status Eksplorasi Kabupaten Musi Banyuasin 2011 No Perusahaan Lokasi Luas (ribu hektar) Status

1 PT BATTOMAN COAL

Desa Bandar jaya

Kecamatan Batanghari leko,

kecamatan babat toman dan

sekayu

12.670 Eksplorasi

2 PT. LAIS COAL MINE Desa petaling,tj agung utara 14.340 Eksplorasi

Page 71: Bab 4 rev 02

IV-71

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Kecamatan Lais

3 PE MUBA COAL MINE

Desa lubuk bintalo,pangkalan

bulian,sungai Nepal,ulak

kembang,kecamatan sungai keruh

13.320 Eksplorasi

4 PT. MUBA COAL MINE Sidang margadan tebing bulang

Kecamatan sungai keruh Eksplorasi

5 PT YODA IRPAN

MAKMUR

Desa sako suban

Kecamatan Batanghari leko 5.000 Eksplorasi

6 PT. TITAN PRAWIRA

SRIWIJAYA Kecamatan bayung lencir dan lalan 7.227 Eksplorasi

7 PT. SRIWIJAYA

ENERGI PERSADA Kecamatan bayung lencir dan lalan 8.596 Eksplorasi

8 PT. BHUMI SRIWIJAYA

PERDANA COAL

Desa Beroja Timur dan Desa Beji

Kecamatan bayung lencir 8.058 Eksplorasi

9 PT. PUTRA MUBA

COAL Kecamatan bayung lencir 1.906 Eksplorasi

10 PT INDONESIA BATU

PRIMA ENERGI

Desa pinang banjar,Desa sumber

jaya dan desa Bandar tenggulang

Kecamatan Sungai lilin

19.870 Eksplorasi

11 PT. INTI PUTERA

KANAAN

Desa Sumber harum

Kecamatan bayung lencir 11.220 Eksplorasi

12 PT, SOAR HARAPAN

BANGSA

Desa tanjung dalam,ciptapraja

kecamatan keluang 4.978 Eksplorasi

13 PT. KARYA PERINTIS

SEJATI Kecamatan bayung lencir 5.531 Eksplorasi

14 PI MADHUCON

INDONESIA

Kecamatan keluang,Batanghari

leko,bayung lencir 8.663 Eksplorasi

15 PC PACIFIC GLOBAL

RESOURCES

Desa teluk dan desa epil

kecamatan lasi dan Kecamatan

sungai lilin

3.360 Eksplorasi

16 PT. BUKIT GLOBAL

ABADI

Desa pagar desa

Kecamatan bayung lencir 9.955 Eksplorasi

17 PT. DIKA KARYA

LINTAS NUSA

Kecamatan bayung lencir dan

keluang 1.357 Eksplorasi

18 PT. UNITED COAL Kecamatan bayung lencir 5.000 Eksplorasi

Page 72: Bab 4 rev 02

IV-72

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

INDONESIA

19 PT MANDUO Desa sumber harum

Kecamatan bayung lencir 3984.400 Eksplorasi

20 PT. MASINDO ARTA

RESOURCES

Desa pengaturan

Desa pingap tanah abang

Kecamatan Batanghari leko

5.475 Eksplorasi

21 PT. MASINDO ARTA

RESOURCES

Desa ulak kembang

Kecamatan Batanghari leko 1.602 Eksplorasi

22 PT. ARTA INDO

ENERGI

Desa sidorejo

Kecamatan sungai lilin 6.283 Eksplorasi

23 PT. AN COAL

RESOURCES

Desa dawas, Desa Karya Maju

Desa mekar sari

Kecamatan keluang

5.000 Eksplorasi

24 PT. ADI COAL

RESOURCES

Desa senawar jaya,desa muara

bahar

Kecamatan bayung lencir

4.9540 Eksplorasi

25 PT SAKTI GLOBAL

PERSADA

Desa epilkecamatan lais

Kecamatan sungai lilin 8.942 Eksplorasi

26 PT, MENSA BARA

BUMI

Desa sako suban

Kecamatan Batanghari leko 2.382 Eksplorasi

27 PT. MENSA BARA

BUMI Kecamatan Batanghari leko 7.903 Eksplorasi

28 PT. ENERGI

SEJAHTERA MAKMUR Kecamatan bayung lencir 5.000 Eksplorasi

29 PT. TEMPIRAI ENERGI

RESOURCES Kecamatan bayung lencir 5.000 Eksplorasi

30 PT. PAMPANGAN

PALM RESOURCES Kecamatan bayung lencir 3.493 Eksplorasi

31 PT BUMI ANDALAS

PERKASA

Kecamatan Batanghari leko

kecamatan babat toman 2.994 Eksplorasi

32 PT ANUGRAH BARA

MUSTIKA

Desa Sanga Desa

Kecamatan babat toman

Kecamatan Batanghari leko

4.955 Eksplorasi

33 PT INDRA SAPTA

RAHAYU Kecamatan bayung lencir 1.500 Eksplorasi

Page 73: Bab 4 rev 02

IV-73

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

34 PT, SUMI MABARA

UTAMA Kecamatan bayung lencir 11.420 Eksplorasi

35 PT. ANDALAN SATRIA

ABADI Kecamatan bayung lencir 8.685 Eksplorasi

36 PT. DUTA ALAM

EKAPRATAMA Kecamatan bayung lencir 11.100 Eksplorasi

37 PT. DUTA ALAM JAYA Kecamatan bayung lencir 10.440 Eksplorasi

38 PC CITRA ALAM

GEMILANG

Kecamatan sungai keruh dan

plakat tinggi 10.160 Eksplorasi

39 PT. SHAN MUTIARA

ABADI LESTARI Kecamatan sungai keruh 5.541 Eksplorasi

40 PT. CITRA ALAM

CAHAYA Kecamatan bayung lencir 1.0173 Eksplorasi

41 PT. CITRA ALAM

CAHAYA Kecamatan bayung lencir 20.240 Eksplorasi

42 PT. HASIL TAMBANG

Desa simpang sari,ulak paceh,ulak

tebereu,tanjung

durian,kasmaran,mangunjaya

kecamatan babat toman

7.936 Eksplorasi

43 PT TALANG UBI COAL

Desa ulak paceh,ulak

teberau,kasmaran dab babat

toman kecamatan babat toman

19.860 Eksplorasi

44 PT. ENERGI INTI

BARA PRATAMA Kecamatan sungai lilin dan Lais 5.044 Eksplorasi

45 PC PRIMARAYA

ENERGI

Kecamatan lalan dan bayung

lencir 19.970 Eksplorasi

46 PT ARTHACO PRIMA

ENERGY Kecamatan sungai lilin dan keluang 5.422 Eksplorasi

47 PT, DIKA KARYA

LINTAS NUSA Kecamatan bayung lencir 2.119 Eksplorasi

48 PT SENTOSA M ULIA

BAHAGIA Kecamatan bayung lencir 2.500 Eksplorasi

49

PT

PERSADAMAKMURJA

YA

Kecamatan sungai lilin dan keluang 9.000 Eksplorasi

Page 74: Bab 4 rev 02

IV-74

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

50 PT. SENTOSA KURNIA

ENERGI

Kecamatan Batanghari leko dan

bayung lencir 2.500 Eksplorasi

51 PT. CIPTAWANA

DANA Kecamatan Batanghari leko 20.000 Eksplorasi

52 PT, LAPINDO BUMI

MINERAL Kecamatan bayung lencir 19.100 Eksplorasi

53 PT RACHMAT

KELANTAN SAKTI Kecamatan Batanghari leko 2000 Eksplorasi

54 PT CAHAYA BUMI Kecamatan bayung lencir dan

sungai lilin 1.135 Eksplorasi

Sumber ; Dinas Pertambangan kabupaten Musi Banyuasin 2011

Arahan Bagi Perusahaan pertambangan berstatus eksplorasi menuju status operasi

produksi

Besarnya potensi pertambangan di Kabupaten Musi Banyuasin, dimana potensi

pertambangan hamper menyebar di sebagaian besar lahan Kabupaten Musi Banyuasin,

maka diperlukan pengawasan dan pengendalian terhadap perijinan pertambangan, hal ini

di maksudkan agar di masa yang akan datang tata ruang Kabupaten Musi Banyuasin

memiliki keseimbangan antara peruntukan kawasan pertambangan dengan kawasan

permukiman, selain itu juga tidak terjadi tumpang tindih antara kawasan pertambangan

dengan kawasan hutan lindung, maka dari itu diperlukan arahan arahan sebagai berikut :

1. Perusahaan pertambangan yang masih bersifat eksplorasi di tetapkan masih sebatas

usulan dan belum di tetapkan perijinannya oleh pemerintah

2. Perijinaan dari eksplorasi menuju eksploitasi harus sesuai dengan UU no 22 tahun

2010

3. Perijinan harus se ijin Bupati, Gubernur dan pemerintah Pusat, DPR dengan

mekanisme administrasi yang harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku

C. PERUNTUKAN KAWASAN PERTAMBANGAN PASIR SUNGAI

Kawasan peruntukan pertambangan

pasir sungai, tanah liat dan tanah urug

yang telah mendapatkan perijinan dari

Page 75: Bab 4 rev 02

IV-75

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

pemerintah daerah adalah sebagai berikut :

Tabel 4. 26 Surat Ijin Pertambangan Daerah (SPID)

Kabupaten Musi Banyuasin

No Perusahaan Lokasi

penambangan Status kegiatan Jenis ijin Luas (ha)

1 PT Putra

Pratama raya

Kelurahan balai

Agung Kecamatan

Pasir sungai

Operasi produksi

Perusahaan 10

2 Azwan Kelurahan Soak

baru Kecamatan

Sekayu

Pasir sungai

Operasi produksi

Perorangan 2.45

3 Senang Bin Oni Kel balai agung

kec sekayu

Pasir sungai

Operasi produksi

Perorangan 5 ha

4 CV Mutiara Musi Kel serasan jaya

kec sekayu

Pasir sungai

Operasi produksi

Perusahaan 0.62

5 Musa Kel serasan jaya

Kec sekayu

Pasir sungai

Operasi produksi

Perorangan 5

6 Rosihan Bin

Muahmmad

Kel balai agung

kec sekayu

Pasir sungai

Operasi produksi

Perorangan 2.45

7 Petrus Sumber Kel balai agung

kec sekayu

Pasir sungai

Operasi produksi

Perorangan 4.8

8 Alfian Bin Zaini

MH

Pasir sungai

Operasi produksi

Perorangan 4.65

9 Febri Effendi Pasir sungai

Operasi produksi

Perorangan 8

10 Arjuhan ST Pasir sungai

Operasi produksi

Perorangan 1.93

11 Musa Firdaus Pasir sungai

Operasi produksi

Perorangan 4.95

12 Marjuni Bin

Madani

Pasir sungai

Operasi produksi

Perorangan 4.84

13 Alex Maskur Pasir sungai

Operasi produksi

Perorangan 5

14 H syarifudin Pasir sungai

Operasi produksi

Perorangan 4.97

Page 76: Bab 4 rev 02

IV-76

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

15 Benny Hidayat Tanah urug

Operasi produksi

Perorangan 4

16 Sodikin Bin

Rohidi

Tanah urug

Operasi produksi

Perorangan 300 m

17 Ir Mikail Tanah urug

Operasi produksi

Perorangan 2.5

18 Abu bakar Tanah liat

Operasi produksi

Perorangan 1.1

19 H aswan Pasir sungai

Operasi produksi

Perorangan 5

20 Galendra Angga

saputra

Pasir sungai

Operasi produksi

Perorangan 1.67

21 Asra Pasir sungai

Operasi produksi

Perorangan 2.70

22 Alex maskur Pasir sungai

Operasi produksi

Perorangan 3.8

23 H Hasan Pasir sungai

Operasi produksi

Perorangan 1.75

24 Dendi Sumitrp Pasir sungai

Operasi produksi

Perorangan 2.22

25 Mulyadi Pasir sungai

Operasi produksi

Perorangan 8.2

26 PT Wahyu

Dyatmika utama

Tanah urug

Operasi produksi

2

Sumber ; Dinas Pertambangan kabupaten Musi Banyuasin 2011

Arahan Pengendalian dan pengawasan Kawsan Pertambangan pasir sungai, tanah

urug

Usaha Pertambangan (Peraturan Daerah Nomor 6/1994)

Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C hanya dapat dilakukan dengan

surat Ijin Pertambangan Daerah (SIPD)

SIPD meliputi :

1. Ijin eksplorasi

2. Eksploitasi

Page 77: Bab 4 rev 02

IV-77

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

3. Pengolahan dan pemurnian

4. Pengangkutan

5. Penjualan

Persyaratan SIPD

Prinsip SIPD, pemberian wewenang pengusahaan sumberdaya mineral kepada

perorangan, badan usaha, koperasi, BUMD, BUMN yang berkemampuan dan dapat

dipercaya.

Bahan galian tidak terbaharui, menyangkut kepentingan umum, sensitif berdampak

lingkungan.

Diperlukan syarat :

1. KTP, AKTE BADAN HUKUM USAHA

2. Referensi Bank

3. Memiliki NPWP

4. PETA Situasi

5. Rencana Kerja Eksporasi/Eksploitasi

6. Dokumen AMDAL, UKL-UPL

7. Tenaga Ahli/Kepala Teknik

8. Kesanggupan Reklamasi, Jaminan Eksplorasi, Jaminan Reklamasi

Penetapan SIPD

SIPD seluas 50 s/d 1000 Ha oleh GUBERNUR;

SIPD seluas sampai dengan 50 Ha oleh KEPALA DISTAMBEN

o Keduanya diterbitkan setelah mendapat rekomendasi Bupati/Walikota

setempat dan Instansi terkait.

SIPD kurang dari 1 Ha tanpa menggunakan alat berat untuk jenis bahan galian

konstruksi dan kerajinan oleh BUPATI/WALIKOTA

SIPD kurang dari 1 Ha untuk bahan galian Industri diberikan oleh Bupati/Walikota

setelah mendapat rekomendasi teknis dari Kepala DISTAMBEN

SIPD Pengolahan/Pemurnian tanpa alat berat dan SIPD Pengangkutan dan SIPD

Penjualan diberikan oleh BUPATI/WALIKOTA

Page 78: Bab 4 rev 02

IV-78

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

ARAHAN PEMANFAATAN DAN PENGENDALIAN KAWASAN PERTAMBANGAN

BERBASIS LINGKUNGAN

Pada tabel di atas dijelaskan bahwa dari 70 perusahaan pertambangan terdapat 15

perusahaan yang sudah berstatus operasi produksi, maka dari itu diperlukan arahan

dalam kegiatan pertambangan dalam bentuk pengawasan serta pengendalian dari

pemerintah daerah hal ini dikarenakan agar tidak terjadi permasalahan dampak negative

dari kegiatan pertambangan yang sudah berjalan.

Maka dari itu di arahkan Kabupaten Musi Banyuasin harus memiliki kawasan

pertambangan berbasis lingkungan, dengan arahan sebagai berikut

1. PERSYARATAN TEKNIS (ADMINISTRASI)

berdasarkan ketentuan pasal 25 UU nomor 4 tahun 2009 tentang kawasan

pertambangan yang berstatus operasi produksi di wajibkan memiliki persyaratan

teknis yang meliputi

Peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai

dengan ketentuan sisteminformasi geografi yang berlaku secara nasional;

Laporan lengkap eksplorasi;

Laporan studi kelayakan;

Rencana reklamasi dan pasca tambang;

Rencana kerja dan anggaran biaya;

Rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan operasi

produksi; dan

Tersedianya tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi yang berpengalaman

paling sedikit 3 (tiga) tahun.

2. PEMBANGUNAN JARINGAN JALAN KHUSUS KAWASAN PERTAMBANGAN

Kawasan pertambangan memiliki potensi negative besar terhadap dampak lingkungan

terutama masih banyak perusahaan perusahaan pertambangan yang mengabaikan

faktor lingkungan terutama aktifitas pengangkutan hasil tambang, yang tidak disadari

mempercepat kerusakan jalan pemerintah daerah dikarenakan besaran pengangkutan

hasil tambang yang berlebihan sehingga memberikan kerugian besar bagi masyarakat

sekitar dan tentunya adalah pemerintah daerah, maka untuk mengantisipasi

Page 79: Bab 4 rev 02

IV-79

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

permasalahan tersebut, perusahaan yang telah mendapatkan ijin eksploitasi tambang

maupun yang masih eksplorasi harus di wajibkan membuat perencanaan jaringan jalan

khusus pengangkutan jalan hasil tambang dengan arahan sebagai berikut :

Bagi perusahaan tambang yang telah mendapatkan ijin eksploitasi tambang di

wajibkan segera untuk merencanakan dan membangun jaringan jalan khusus

pengangkutan hasil tambang dengan biaya dari perusahaan pertambangan

Bagi perusahaan tambang yang masih bersifat eksplorasi tambang dan ingin

meningkatkan ke perijinan eksploitasi di wajibkan merencanakan jaringan khusus

pengangkutan tambang dan telah membangun jaringan jalan khusus pengangkutan

hasil tambang sebelum aktifitas eksploitasi berjalan, dengan biaya dari perusahaan

pertambangan

Hasil rencana dan pembangunan jaringan jalan khusus pengangkutan hasil

tambang dari tahap awal hingga akhir di haruskan selalu berkordinasi dengan pihak

pemerintah daerah dalam ini Bappeda, dengan tujuan agar jaringan jalan yang di

usulkan sinergi dengan perencanaan pemerintah daerah

3. PENGELOLAAN PERTAMBANGAN

Kegiatan pertambangan dapat diartikan sebagai suatu tahap dan kegiatan yang diawali

dengan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan

(termasuk bila ada pengolahan dan pemurnian),pengangkutan/penjualan dan diakhiri

dengan rehabilitasi lahan pasca tambang. Pengelolaan pertambangan adalah suatu

upaya yang dilakukan baik secara teknis maupun non teknis agar kegiatan

pertambangan tersebut tidak menimbulkan permasalahan, baik terhadap kegiatan

pertambangan itu sendiri maupun terhadap lingkungan. Pengelolaan pertambangan

sering hanya dilakukan pada saat penambangan saja. Hal ini dapat dimengerti, karena

pada tahap inilah dinilai paling banyak atau sering menimbulkan permasalahan apabila

tidak dikelola dengan baik dan benar.. Persepsi yang demikian kurang tepat.

Pengelolaan pertambangan sebaiknya dilakukan sejak awal hingga akhir tahapan

seperti tersebut di atas. Bahkan untuk mengantisipasi terjadinya permasalahan, maka

sebelum suatu deposit bahan tambang ditambang, perlu dilakukan kajian terlebih

dahulu apakah deposit tersebut layak untuk ditambang ditinjau dari berbagai aspek.

Page 80: Bab 4 rev 02

IV-80

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Dengan demikian pengelolaan pertambangan secara garis besar perlu dilakukan pada

3 (tiga) jenis tahapan kegiatan, yaitu

1. kegiatan awal berupa penentuan kelayakan penambangan,

Aspek-aspek yang perlu dikaji adalah:

a. Aspek penggunaan lahan pada dan di suatu lokasi deposit bahan tambang:

Dalam rangka harmonisasi pemanfaatan ruang, sebelum bahan tambang

diusulkan untuk ditambang, maka perlu diperhatikan terlebih dahulu peruntukan

lahan dimana bahan tambang tersebut berada. Apabila terletak pada peruntukan

lahan yang berdasarkan peraturan perundang-undangan ataupun fungsinya

tidak boleh untuk kawasan budi daya, maka bahan tambang tersebut tidak

boleh/tidak layak untuk ditambang.

b. Aspek geologi: kajian aspek geologi dilakukan setelah selesai kegiatan

eksplorasi bahan tambang dimana jenis, sebaran, kuantitas dan kualitasnya

sudah diketahui. Kajian aspek geologi adalah:

Topografi

Kajian ini mendapatkan gambaran mengenai letak atau lokasi deposit bahan

tambang. Apakah terdapat di daerah pedataran, perbukitan bergelombang

atau landai (kemiringan lereng antara 0o dan 17o), terjal (kemiringan lereng

antara 17o dan 36o) atau sangat terjal (kemiringan lereng >36o). Lereng

yang sangat terjal dan curam akan mempersulit teknik penambangannya,

terutama untuk sistem tambang terbuka (open-pit mining).

Tanah penutup

Ketebalan tanah yang menutupi deposit bahan tambang sangat bervariasi,

tipis (beberapa cm), sedang (beberapa cm hingga 1 m), dan tebal (lebih dari

1 m).

Mengetahui ketebalan tanah penutup

ini penting karena menyangkut masalah teknik penambangannya, terutama

mengenai penempatan tanah penutup tersebut.

Sifat fisik dan keteknikan tanah/batuan

Kajian sifat fisik tanah/batuan antara lain meliputi warna, tekstur, dan kondisi

batuan apakah padat, berongga, keras atau bercelah. Sifat keteknikan

Page 81: Bab 4 rev 02

IV-81

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

meliputi kuat tekan/daya dukung batuan, ketahanan lapuk, daya kohesi, dan

besaran sudut geser tanah. Sifat keteknikan tanah/batuan dapat

dipergunakan untuk menganalisis desain tambang, terutama besaran sudut

lereng tambang dalam kaitannya dengan kestabilan lereng.

Hidrogeologi

Hal penting dari kajian hidrogeologi adalah apakah deposit bahan tambang

terletak di daerah imbuhan air tanah atau dekat dengan mata air yang

penting. Juga perlu diperhatikan kondisi air tanah di sekitarnya apakah bahan

tambang tersebut terdapat pada alur sungai yang merupakan salah satu

sumber daya alam yang berfungsi serbaguna.

Kebencanaan geologi

Kajian ini untuk mengetahui apakah lokasi bahan tambang apakah terletak

pada atau di dekat daerah rawan gerakan tanah, jalur gempa bumi, daerah

bahaya gunung api, daerah rawan banjir, daerah mudah tererosi, dan

sebagainya.

Kawasan lindung geologi

Kajian ini untuk melihat apakah lokasi bahan tambang apakah terletak pada

Kawasan Lindung Geologi atau tidak. Kawasan Lindung Geologi adalah

suatu daerah yang memiliki ciri/fenomena kegeologian yang unik, langka dan

khas sebagai akibat dari hasil proses geologi masa lalu dan atau yang

sedang berjalan yang tidak boleh dirusak dan atau diganggu, sehingga perlu

dilestarikan, terutama untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan pariwisata.

Fenomena kegeologian tersebut antara lain berupa keunikan batuan dan

fosil, keunikan bentang alam (misalnya kaldera, kawah, gumuk vulkanik,

gumuk pasir, kubah, dan bentang alam karst), dan keunikan proses geologi

(misalnya mud-volcano dan sumber api alami).

Aspek Sosekbud

kajian ini antara lain meliputi jumlah dan letak pemukiman penduduk di

sekitar lokasi penambangan, adat-istiadat dan cagar/situs budaya (termasuk

daerah yang dikeramatkan).

Page 82: Bab 4 rev 02

IV-82

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

c. Aspek Lingkungan

Selain itu, untuk menghindari atau menekan sekecil mungkin dampak negatif

terhadap lingkungan akibat kegiatan penambangan, maka hal-hal yang perlu

diperhatikan lebih lanjut adalah:

1. Untuk menghindari jaringan jalan kabupaten rusak akibat dari aktifitas

pengangkutan hasil pertambangan, maka di wajibkan kepada perusahaan

perusahaan untuk untuk membuat jalan khusus untuk pengangkutan hasil

tambangnya dengan rancangan pembangunan jaringan jalan khusus

pertambangan di wajibkan untuk di kordinasikan dengan pihak pemerintah

daerah

2. Lokasi penambangan sedapat mungkin tidak terletak pada daerah resapan

atau pada akuifer sehingga tidak akan mengganggu kelestarian air tanah di

daerah sekitarnya.

3. Lokasi penambangan sebaiknya terletak agak jauh dari pemukiman penduduk

sehingga suara bising ataupun debu yang timbul akibat kegiatan

penambangan tidak akan mengganggu penduduk.

4. Lokasi penambangan tidak berdekatan dengan mata air penting sehingga tidak

akan mengganggu kualitas maupun kuantitas air dari mata air tersebut, juga

untuk menghindari hilangnya mata air.

5. Lokasi penambangan sedapat mungkin tidak terletak pada daerah aliran

sungai bagian hulu (terutama tambang batuan) untuk menghindari terjadinya

pelumpuran sungai yang dampaknya bisa sampai ke daerah hilir yang

akhirnya dapat menyebabkan banjir akibat pendangkalan sungai. Hal ini harus

lebih diperhatikan terutama di kota-kota besar dimana banyak sungai yang

mengalir dan bermuara di wilayah kota besartersebut.

6. Lokasi penambangan tidak terletak di kawasan lindung (cagar alam, taman

nasional, dsb.).

7. Lokasi penambangan hendaknya dekat dengan konsumen untuk menghindari

biaya transportasi yang tinggi sehingga harga jual material tidak menjadi

mahal.

8. Lokasi penambangan tidak terletak dekat dengan bangunan infrastruktur

penting, misalnya jembatan dan menara listrik tegangan tinggi. Juga sedapat

Page 83: Bab 4 rev 02

IV-83

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

mungkin letaknya tidak dekat dengan gedung sekolah sehingga tidak akan

mengganggu proses belajar dan mengajar.

9. Untuk mengurangi dampak negatif pembakaran batubara, diperlukan teknologi

bersih (clean coal technology). Berbagai jenis teknologi tersebut antara lain,

Circulating Fluid Bed Combustion (CFBC), Pressurized Fluidized Bed

Combustion (PFBC), Integrated Gasification Combined Cycle (IGCC) dan

Advanced Pressurized Fluidized Bed Combustion (APFBC) cycles.

2. Kegiatan Penambangan

Setelah suatu deposit bahan tambang dinyatakan layak untuk ditambang, maka

selanjutnya bahan tambang tersebut akan ditambang (dieksploitasi). Dalam

eksploitasi ini juga diperlukan suatu pengelolaan yang berwawasan lingkungan. Hal

ini berkaitan erat dengan teknik penambangan yang akan dipergunakan, termasuk

pembuatan dan penempatan infrastruktur tambang. Dalam suatu kegiatan

penambangan biasanya terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap

eksploitasi dan terakhir, yang merupakan bagian tak terpisahkan, adalah tahap

reklamasi/rehabilitasi lahan

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan biasanya didahului dengan kegiatan pengangkutan berbagai

jenis peralatan tambang, termasuk bahan-bahan bangunan untuk pembuatan

perkantoran, gudang, perumahan (jika ada) dan fasilitas-fasilitas tambang yang

lain, pembukaan lahan (land-clearing), dan selanjutnya adalah

pembuatan/pembukaan jalan tambang. Dalam hal pengangkutan peralatan

tambang dan bahan-bahan bangunan, yang perlu diperhatikan adalah jalan

yang akan dilalui. Perlu diperhitungkan berapa meter lebar jalan, jalan apakah

melewati jembatan (bagaimana kondisinya), apakah melewati pemukiman

penduduk, berapa frekuensi lalu-lalang dan jenis maupun tonase truk

pengangkut, dan sebagainya. Hal-hal tersebut perlu diperhitungkan secara

matang agar

tidak terjadi dampak negatif terhadap lingkungan di sepanjang jalan yang akan

dilalui, baik terhadap manusia maupun fisik alam itu sendiri. Beberapa contoh

dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh adanya kegiatan pengangkutan ini

apabila tidak dikelola dengan baik, antara lain adalah jalan menjadi rusak

Page 84: Bab 4 rev 02

IV-84

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

(banyak lubang, becek di musim hujan), kecelakaan lalu-lintas (karena jalan

terlalu sempit, atau kondisi jembatan kurang memenuhi syarat), debu bertebaran

yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (karena jalan berupa tanah dan

dilalui kendaraan pada musim kemarau), dan ganggunan kebisingan. Pada

kegiatan pembukaan lahan perlu diperhatikan kemiringan dan kestabilan lereng,

bahaya erosi dan sedimentasi (karena penebangan pepohonan, terutama saat

musim hujan), serta hindari penempatan hasil pembukaan lahan terhadap

sistem drainase alam yang ada. Demikian pula pada saat pembuatan jalan

tambang. Lokasi pembuatan fasilitas tambang, seperti perkantoran, gudang, dan

perumahan perlu memperhatikan kondisi tanah/batuan dan kemiringan

lerengnya. Sedapat mungkin hindari lokasi yang berlereng terjal dan

kemungkinan rawan longsor. Jika diperlukan pembuatan kolam pengendapan,

letakkan pada lokasi yang sifat batuannya kedap air, misalnya batu lempung,

dan tidak pada batuan yang banyak kekar-kekarnya. Hal ini untuk menghindari

terjadinya kebocoran. Bila kondisi batuan tidak memungkinkan, maka kolam

pengendapan bisa dibuat dari beton.

b. Tahap Eksploitasi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini utamanya berupa

penambangan/penggalian bahan tambang dengan jenis dan keterdapatan

bahan tambang yang berbeda-beda. Dengan demikian teknik/tata cara

penambangannya berbeda-beda pula. Bahan tambang yang terdapat di daerah

perbukitan, walaupun jenisnya sama, misalnya pasir, teknik penambangannya

akan berbeda dengan deposit pasir yang terdapat di daerah pedataran, apalagi

yang terdapat di dalam alur sungai. Tulisan ini tidak akan membahas berbagai

teknik penambangan tersebut, tetapi akan dibahas secara umum tentang hal-hal

apa saja yang perlu diperhatikan pada tahap eksploitasi dalam kaitannya

dengan pengelolaan pertambangan yang berwawasan lingkungan. Hal-hal yang

perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut:

Jenis, sebaran dan susunan perlapisan batuan yang terdapat di sekitar

deposit bahan tambang, termasuk ketebalan lapisan tanah penutup.

Sifat fisik dan keteknikan tanah/batuan.

Page 85: Bab 4 rev 02

IV-85

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Kondisi hidrogeologi (kedalaman muka air tanah dangkal dan/dalam, pola

aliran air tanah, sifat fisika dan kimia air tanah dan air permukaan, letak mata

air dan besaran debitnya, letak dan pola aliran sungai berikut peruntukannya,

sistem drainase alam).

Topografi/kemiringan lereng.

Kebencanaan geologi (kerawanan gerakan tanah, bahaya letusan gunung

api, banjir, kegempaan).

Kandungan unsus-unsusr mineral yang terdapat dalam batuan yang terdapat

di sekitar deposit bahan tambang,

3. Pasca Penambangan.

Kegiatan reklamasi tidak harus menunggu sampai seluruh kegiatan penambangan

berakhir, terutama pada lahan penambangan yang luas. Reklamasi sebaiknya

dilakukan secepat mungkin pada lahan bekas penambangan yang telah selesai

dieksploitasi, walaupun kegiatan penambangan tersebut secara keseluruhan belum

selesai karena masih terdapat deposit bahan tambang yang belum ditambang.

Sasaran akhir dari reklamasi adalah untuk memperbaiki lahan bekas tambang agar

kondisinya aman, stabil dan tidak mudah tererosi sehingga dapat dimanfaatkan

kembali. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan lingkungan pada tahap

reklamasi adalah sebagai berikut:

1. Rencana reklamasi sebaiknya dipersiapkan sebelum pelaksanaan

penambangan

2. Luas areal yang direklamasi sama dengan luas areal penambangan

3. Memindahkan dan menempatkan tanah pucuk pada tempat tertentu dan

mengatur sedemikian rupa Untuk keperluan revegetasi

4. Mengembalikan/memperbaiki pola drainase alam yang rusak

5. Menghilangkan/memperkecil kandungan (kadar) bahan beracun (jika ada)

sampai ke tingkat yang

6. Aman sebelum dibuang ke suatu tempat pembuangan

7. Mengembalikan lahan seperti semula atau sesuai dengan tujuan penggunaan

8. Memperkecil erosi selama dan setelah proses reklamasi

Page 86: Bab 4 rev 02

IV-86

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

9. Memindahkan seluruh peralatan yang sudah tidak digunakan lagi ke tempat

yang dianggap aman

10. Permukaan tanah yang padat harus digemburkan, atau ditanami dengan

tanaman pionir yang akarnya mampu menembus tanah yang keras

11. Jenis tanaman yang akan dipergunakan untuk revegetasi harus sesuai dengan

rencana rehabilitasi Dapat berkonsultasi dahulu dengan dinas terkait)

12. Mencegah masuknya hama dan gulma yang berbahaya

13. Memantau dan mengelola areal reklamasi sesuai dengan kondisi yang

diharapkan.

Page 87: Bab 4 rev 02

IV-87

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Peta rencana pertambangan eksploitasi

Page 88: Bab 4 rev 02

IV-88

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Peta rencana pertambangan ekplorasi

Page 89: Bab 4 rev 02

IV-89

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI

Potensi kawasan industri di Kabupaten Musi Banyuasin dapat dilihat pada tabel di bawah

ini

Tabel 4.27

Potensi Kawasan industri

Kabupaten Musi Banyuasin 2011

No Jenis Industri Sekayu Babat

Toman

Lais Sungai

lilin

Bayung

lencir

Sanga

desa

Keluang

1 Industri Pangan

Kerupuk kemplang 22 11

Ikan asin 8 18

Tempe tahu 15 9 15

Keripik Tempe 23

Ikan Salai 9

Emping melinjo 29

2 Industri sandang

Pakaian jadi,konveksi 12 11

Batik 31

3 Industri Kimia,bahan

bagunan

Meubel 20 17

Getah Gambir 88

Pertukangan kayu 8 15

4 Industri

Lokgam,aneka,jasa

Teralis,las 16 29

Pandai besi 29

5 Kerajinan umum

Anyaman 14

Kerajinan kulit telor 14

Sumber : : Dinas perindustrian kabupaten Musi Banyuasin 2011

Page 90: Bab 4 rev 02

IV-90

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Arahan pemanfaatan ruang kawasan industri kecil

Potensi industri di Kabupaten Musi Banyuasin sebagian besar merupakan kawasan

industri kecil yang dikelola langsung oleh masyarakat lokal, dimana dari hasil analisa

terdapat jenis jenis industri yang bisa dikelompokan menjadi ciri khas produk dari masing

masing kecamatan, dimana kelompok kelompok tersebut di arahkan sebagai berikut :

a. Kawasan Industri Pangan

1. Kawasan Industri Pangan Kerupuk kemplang di arahkan di Sekayu

2. Kawasan industri tempe dan tahu di arahkan pengembangannya di Kecamatan

Babat Toman

3. Kawasan Industri Emping Melinjo berada di Kecamatan Bayung Lencir

b. Kawasan industri sandang

1. Kawasan industri pakaian jadi di arahkan pengembangannya di Kecamatan

sekayu dan Sanga Desa

2. Kawasan industri pakaian batik di arahkan di Kecamatan Keluang

c. Kawasan Industri kimia, bahan bangunan

1. Kawasan indsutri mebel di arahkan di Kecamatan Sekayu dan Lais

2. Kawasan indusri Getah Gambir di arahkan di Kecamatan Babat Toman

3. Industri logam dan aneka jasa di Kecamatan Sekayu dan Sungai Lilin

4. Industri kerajinan di Kecamatan Sekayu

Arahan pengembangan Kawasan industri menjadi Kawasan industri kecil kreatif

1. Kelompok industri barang seni untuk industri pakaian batik, kerajinan dan aneka jasa

logam

2. Kelompok industri makanan khas desain lokal

3. Kelompok industri mebel

Dengan adanya arahan pembagian kelompok industri maka akan mempermudah

bagaimana dapat menciptakan suatu produk dari bahan baku lokal yang menghasilkan

produk kreatif yang laku di pasaran namun produk tersebut memiliki cirri khas produk asli

budaya Kabupaten Musi Banyuasin, dan untuk mencapai industri kreatif arahannya

sebagai berikut :

Page 91: Bab 4 rev 02

IV-91

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

1. Meningkatkan sumber daya manusia yang kreatif dan berkualitas melalui pelatihan

yang berkesinambungan

2. Membuat lembaga khusus pelatihan untuk menciptakan pelaku usaha industry kecil

yang kreatif

3. Memberikan fasilitasi teknologi untuk menunjang proses pembuatan produk kreatif

4. Menciptakan produk bersumber bahan baku local

5. Membuat suatu brand tersendiri yang merupakan khas Kabupaten Musi Banyuasin

6. Pemasaran yang ter pusat di satu wilayah dengan membuat pembangunan Muba

Expo

7. Membuat langkah strategis pemasaran melalui berbagai media informasi

Arahan pemanfaatan ruang kawasan industri menegah adalah :

a. Pembangunan Kawasan Industri dilakukan secara terpadu dengan lingkungan

sekitarnya dengan memperhatikan radius / jarak dan tingkat pencemaran yang dapat

ditimbulkan serta upaya-upaya pencegahan pencemaran terhadap kawasan di

sekitarnya;

b. Pada pembangunan industri, perusahaan pembangunan industri wajib menyiapkan

prasarana lingkungan, utilitas umum, bangunan perumahan untuk pekerja dan fasilitas

sosial dengan proporsi 40% (empat puluh persen) dari keseluruhan luas lahan dan

selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah Daerah;

c. Pembangunan industri harus memperhatikan kebutuhan luas lahan, jenis-jenis ruang

dan fasilitas pelayanan publik yang harus tersedia (parkir, ruang terbuka hijau, ruang

pedagang kaki lima, pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran),

kemudahan pencapaian dan kelancaran sirkulasi lalu lintas dari dan menuju lokasi;

d. Pembangunan dan pelaksanaan kegiatan industri harus disertai dengan upaya-upaya

terpadu dalam mencegah dan mengatasi terjadinya pencemaran lingkungan mulai dari

penyusunan AMDAL, Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (UKL dan

UPL), Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL), penyediaan Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL), dan disertai dengan pengawasan oleh Pemerintah

Daerah secara intensif terhadap kegiatan industri yang dilaksanakan.

e. Dalam setiap unit kegiatan industri, pengusaha harus menyediakan lahan dikavling

industrinya untuk penghijauan sebagai filter udara dan peneduh;

Page 92: Bab 4 rev 02

IV-92

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

f. Lokasi-lokasi industri terpisah (individual) yang masih berada di luar kawasan industri

dan terindikasi atau berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan akan direlokasi

secara bertahap ke kawasan-kawasan yang direncanakan sebagai kawasan industri,

sedangkan lokasi Industri kecil dan Rumah tangga dapat berada di kawasan

perumahan sejauh tidak mengganggu fungsi lingkungan hunian.

KAWASAN PERUNTUKAN PARIWISATA

Kabupaten Musi Banyuasin memiliki potensi wisata yang cukup banyak dan bervariasi,

antara lain Danau di Kecamatan Sekayu, Sungai Keruh, dan Lais, Goa Jepang dan

Makam Keramat di Kecamatan Sanga Desa dan Sekayu, Candi Serekeh di Kecamatan

Babat Toman, Tambang Minyak Tradisional di Kecamatan Babat Toman, dan Wisata

Alam Agrowisata Perkebunan Gambir di Kecamatan Babat Toman. Jarak tempat-tempat

wisata tadi dari ibukota Kabupaten Musi Banyuasin antara 31 sampai 41 Km.

Tabel 4.28

Potensi Pariwisata di Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2010

No Objek Wisata Desa/ Kelurahan Kecamatan

1 Danau Ulak Lia/ Ulak Lia Lake Balai Agung Sekayu

2 Danau Konger / Konger Lake Sungai Dua Sungai Keruh

3 Danau Cala / Cala Lake Danau Cala Lais

4 Pulau Pandak, Pulau Panjang Sanga Desa Sanga Desa

6 Sungai Kubu / Kubu River Karang Agung Lalan

7 Agro Wisata Perkebunan Gambir/

Gambir Estate Babat Toman Babat toman

8 Tambang Minyak Tradisionil Sungai Angit Babat Toman

9 Tambang Minyak Modern Bonot, Ramba Lais, Sungai Lilin

10 Kebudayaan Suku Anak Dalam -

Sungai Lilin, Bayung

Lencir

11 Makam Keramat Sekayu Sekayu

12 Goa Jepang Kemang Sanga Desa

13 Peninggalan Sriwijaya

Sungai Asuhan, Ngulak,

Gajah Mati

Batanghari Leko, Sanga

Desa, Sungai Keruh

14 Candi Sereka Sereka Babat Toman

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Musi Banyuasin

Page 93: Bab 4 rev 02

IV-93

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Rencana Pengembangan

Rencana pengembangan kawasan pariwisata terpadu

Pembangunan infrastruktur penunjang wisata

Pembangunan fasilitas sarana prasarana wisata

Melakukan promosi kawasan wisata terpadu melalui media, web pemerintah daerah,

serta promosi dalam event event tertentu

Melakukan kerjasama dengan biro perjalanan untuk menginformasikan kawasan

wisata

Membuat masterplan untuk kawasan pengembangan :

1. Wisata sungai sembilang

2. Wisata Goa Jepang

3. Candi sereka

4. Wisata danau ulak lua,kinger,cala,pulau pandak

5. Agro wisata perkebunan

6. Wisata kebudayaan suku anak dalam

KAWASAN PERUNTUKAN PERMUKIMAN

Pengembangan kawasan permukiman terkait dengan sektor-sektor lain, terutama

sektor fisik prasarana. Kawasan yang dikembangkan untuk permukiman memiliki

beberapa syarat, antara lain :

Memiliki sumber air yang terjamin kontinyuitasnya.

Aksesibilitas (keterjangkauan transportasi) mudah.

Dekat dengan pusat-pusat aktivitas ekonomi-sosial.

Mudah dalam pengembangan sarana prasarana seperti penerangan, komunikasi/

telepon, air bersih dan sebagainya.

Risiko bencana alam kecil.

Sedapat mungkin menghindari alih fungsi lahan pertanian dan perkebunan sebagai

upaya ketahanan pangan dan hutan lindung.

Pola pengembangan perumahan/permukiman diselaraskan dengan pola pemanfaatan

ruang untuk sektor lain, sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pemanfaatan

ruang. Hal ini terutama agar tidak terjadi alih fungsi kawasan lindung menjadi

Page 94: Bab 4 rev 02

IV-94

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

kawasan permukiman, terlebih dengan semakin banyaknya jumlah penduduk dan

semakin tingginya tingkat kesejahteraan penduduk.

Pengembangan kawasan permukiman meliputi beberapa langkah pokok, yaitu

identifikasi kesesuaian kawasan untuk permukiman, penetapan kawasan, sosialisasi

pemanfaatan ruang dan relokasi kawasan permukiman. Identifikasi kawasan dilakukan

untuk mendata kawasan-kawasan yang memenuhi syarat dan diprioritaskan untuk

pengembangan permukiman, yang selanjutnya ditetapkan sebagai kawasan untuk

pengembangan permukiman. Sosialisasi dilakukan sebagai upaya pencegahan

terhadap bentuk-bentuk pelanggaran penggunaan ruang.

Kawasan permukiman, terdiri dari:

Kawasan permukiman eksisting berlokasi tersebar diseluruh kecamatan seluas

+2.5929,49 Ha.

Kawasan pengembangan permukiman perkotaan berlokasi di Kecamatan Sekayu,

Kecamatan Bayung Lencir, Kecamatan Sungai Lilin, Kecamatan Plakat Tinggi.

Kawasan pengembangan permukiman perdesaan antara lain di Kecamatan Babat

Toman, Kecamatan Batanghari Leko, Kecamatan Lalan, Kecamatan Bayung

Lencir, Kecamatan Keluang, Kecamatan Lais, Kecamatan Plakat Tinggi,

Kecamatan Sanga Desa, Kecamatan Sekayu, Kecamatan Sungai Keruh,

Kecamatan Sungai Lilin, Kecamatan Lawang Wetan, Kecamatan Tungkal Jaya dan

Kecamatan Babat Supat

4.4 RENCANA POLA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

Dari hasil analisa kebutuhan ruang Kabupaten Musi banyuasin dilihat dari kebutuhan

berbagai aspek maka kebutuhan dan rencana luasan pola ruang Kabupaten Musi

banyuasin adalah sebagai berikut

Tabel

Rencana Pola Ruang

Kabupaten Musi banyuasin 2011- 2031

No. Kecamatan Luas (Ha)

1 Kec. Babat Supat 63707

Hutan Produksi Konversi 27594

Hutan Produksi Terbatas 81

Page 95: Bab 4 rev 02

IV-95

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Hutan Produksi Tetap 4795

Perkebunan/Tanaman Tahunan

23443

Permukiman 765

Pertanian Lahan Basah 453

Pertanian Lahan Kering 6404

Sempadan Sungai 16

Sungai 156

2 Kec. Babat Toman 39138

Hutan Produksi Tetap 345

Perkebunan/Tanaman Tahunan

34602

Permukiman 949

Pertanian Lahan Basah 564

Pertanian Lahan Kering 1927

Sempadan Sungai 247

Sungai 504

3 Kec. Batanghari Leko 225530

Hutan Lindung 18864

Hutan Produksi Konversi 8035

Hutan Produksi Terbatas 74800

Hutan Produksi Tetap 70536

Perkebunan/Tanaman Tahunan

30800

Permukiman 485

Pertanian Lahan Kering 3747

Sempadan Sungai 544

Suaka Marga Satwa 17411

Sungai 309

4 Kec. Bayung Lencir 471068

Hutan Lindung 136

Hutan Produksi Konversi 7975

Hutan Produksi Terbatas 19113

Hutan Produksi Tetap 304569

Kawasan Lindung Gambut 518

Perkebunan/Tanaman Tahunan

123506

Permukiman 1803

Pertanian Lahan Basah 15

Sempadan Sungai 1866

Suaka Alam 2

Suaka Marga Satwa 9410

Sungai 2154

5 Kec. Keluang 42948

Page 96: Bab 4 rev 02

IV-96

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Hutan Produksi Konversi 19230

Hutan Produksi Terbatas 0

Perkebunan/Tanaman Tahunan

15203

Permukiman 702

Pertanian Lahan Kering 5676

Sempadan Sungai 12

Suaka Marga Satwa 2121

Sungai 2

6 Kec. Lais 57687

Hutan Produksi Tetap 401

Perkebunan/Tanaman Tahunan

37364

Permukiman 524

Pertanian Lahan Kering 16675

Sempadan Sungai 1071

Sungai 1653

7 Kec. Lalan 102910

Hutan Produksi Konversi 9910

Hutan Produksi Tetap 12366

Perkebunan/Tanaman Tahunan

44080

Permukiman 5298

Pertanian Lahan Basah 22567

Sempadan Sungai 817

Suaka Marga Satwa 3123

Sungai 1707

Taman Nasional 2831

Taman Nasional Laut 210

8 Kec. Lawang Wetan 38925

Perkebunan/Tanaman Tahunan

31752

Permukiman 67

Pertanian Lahan Basah 137

Pertanian Lahan Kering 6099

Sempadan Sungai 269

Sungai 601

9 Kec. Plakat Tinggi 49904

Hutan Produksi Tetap 742

Perkebunan/Tanaman Tahunan

22740

Permukiman 2866

Pertanian Lahan Kering 23556

10 Kec. Sanga Desa 55910

Page 97: Bab 4 rev 02

IV-97

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Hutan Lindung 131

Hutan Produksi Konversi 8288

Hutan Produksi Tetap 1045

Perkebunan/Tanaman Tahunan

44287

Permukiman 58

Pertanian Lahan Kering 1242

Sempadan Sungai 333

Sungai 526

11 Kec. Sekayu 72632

Hutan Produksi Konversi 199

Hutan Produksi Terbatas 0

Perkebunan/Tanaman Tahunan

50677

Permukiman 2420

Pertanian Lahan Kering 17454

Sempadan Sungai 722

Sungai 1159

12 Kec. Sungai Keruh 70204

Hutan Produksi Tetap 11612

Perkebunan/Tanaman Tahunan

31398

Permukiman 1274

Pertanian Lahan Kering 25921

13 Kec. Sungai Lilin 39899

Hutan Produksi Konversi 29148

Perkebunan/Tanaman Tahunan

9682

Permukiman 974

Sempadan Sungai 45

Sungai 50

14 Kec. Tungkal Jaya 96133

Hutan Produksi Konversi 5248

Hutan Produksi Tetap 6010

Perkebunan/Tanaman Tahunan

57545

Permukiman 3812

Pertanian Lahan Kering 2202

Sempadan Sungai 214

Suaka Marga Satwa 20975

Sungai 127

Total 1426596

Sumber : Hasil Rencana 2011

Page 98: Bab 4 rev 02

IV-98

LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN

2011-2031

Peta pola ruang


Top Related