37
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian
3.1.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen1, yaitu jenis Quasi
Experimental Design. Desain ini mempunyai kelompok eksperimen2, tetapi tidak
dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen1 Quasi Experimental Design digunakan
karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok eksperimen2 yang
digunakan untuk penelitian (Sugiyono, 2013:77).
Penelitian eksperimen1 ini dilakukan pada kelas yang akan diberi perlakuan
(Treatment) yang disebut kelompok eksperimen1 (experiment group) dan kelas
kelompok pembanding yang disebut kelompok eksperimen2 (control group).
Desain penelitian yang akan digunakan adalah Nonequivalent Control Group
Design. Digunakannya desain penelitian ini karena hanya pada desain ini
kelompok eksperimen1 maupun kelompok eksperimen2 tidak dipilih secara
random (Sugiyono, 2013:79). Hasil penelitian benar-benar dapat dipercaya jika
peneliti mengontrol validitas eksperimen1, baik validitas internal maupun
validitas eksternal. Berikut pemaparan mengenai validitas internal dan validitas
eksternal:
a. Validitas Internal
Menurut Sanjaya (2013: 96) validitas internal berkaitan dengan eksperimen2
yang dilakukan peneliti terhadap variabel lain yang dapat mempengaruhi hasil
eksperimen1. Validitas internal menunjukkan bahwa variabel terikat benar-
benar merupakan penyebab dari hasil pembelajaran atau hanya pengaruh dari
variabel bebas yang dimanipulasikan. Upaya mengontrol validitas internal
menurut Gay (1987: 289) antara lain interaction, history, masturation, dan
testing. Empat upaya yang telah disebutkan dilakukan dengan cara
38
mengidentifikasi dan mengesampingkan sebanyak mungkin perlakuan
terhadap validitas internal.
b. Validitas Eksternal
Menurut Sanjaya (2013: 97) validitas eksternal berkaitan dengan teknik
sampling yang dilakukan oleh peneliti. Kesalahan anggota sampel dapat
mempengaruhi generalisasi hasil eksperimen1. Validitas eksternal berkaitan
dengan hubungan kekuatan hasil eksperimen1 untuk digeneralisasikan ke
populasi yang lebih luas. Upaya untuk mengontrol validitas eksternal adalah
pengambilan sampel yang mewakili populasi, dengan tujuan agar generalisasi
yang dihasilkan tidak hanya berlaku bagi subjek sampel penelitian saja.
Desain penelitian Nonequivalent Control Group Design adalah:
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen1 1 X2.1 X1.1 Y1
Eksperimen1 2 X2.2 X1.2 Y2
Keterangan:
X1.1 = Perlakuan kelas eksperimen1 model Make a Match
X1.2= Pemberian pretest eksperimen2 model Make a Match
X2.1 = Perlakuan kelas eksperimen1 model Picture and Picture
X2.2 = Pemberian Posttest eksperimen2 model Picture and Picture
Y1 = Posttest kelas eksperimen1 model Make a Match
Y2 = Posttest kelas eksperimen2 model Picture and Picture
3.1.2 Lokasi Penelitian
Lokasi yang menjadi obyek dari penelitian ini adalah SD Negeri 1
Nambuhan Kelas 3 Semester II Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. SD
Negeri 1 Nambuhan terletak di Jl.Danyang-Kuwu Km7, dan terdapat dalam
kelompok Gugus Ahmad Yani.
39
3.1.3 Waktu Penelitian
Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Februari 2016 dan dilakukan secara
bertahap. Adapun tahapannya meliputi:
1. Tahap Persiapan
Tahap ini mencakup judul, pembuatan proposal, pembuatan instrument,
permohonan ijin, serta survey di sekolah yang direncanakan sebagai
tempat penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah, seperti
pengambilan data.
3. Tahap Penyusunan
Tahap pengelolaan data dan konsultasi yang diikuti penyusunan laporan
dan persiapan ujian.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (sugiyono, 2013:38).
Macam-macam variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Independen: variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus,
predictor, antecedent. Dalam Bahasa Indonesia sering disebut sebagai
variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat) (Sugiyono, 2013:39).
2. Variabel Dependen: sering disebut sebagai variabel output, kriteria,
konsekuen. Dalam Bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel
terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013:39).
Berdasarkan judul dalam penelitian ini yaitu “Efektivitas penerapan model
Cooperative Learning tipe Make a Match dan Picture and Picture terhadap hasil
40
belajar IPA pada siswa kelas 3 SD Negeri 1 Nambuhan Kecamatan Purwodadi
Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Ajaran 2015/2016”, dapat dilihat bahwa:
1. Model pembelajaran Cooperative Learning tipe Make a Match dan
Picture and Picture sebagai variabel X (variabel bebas).
2. Hasil belajar siswa sebagai variabel Y (variabel terikat).
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:80). Populasi
pada penelitian ini adalah Gugus Ahmad Yani, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten
Grobogan. Berikut macam-macam SD yang berada pada Gugus Ahmad Yani
yaitu SD N 1 Nambuhan, SD N 2 Nambuhan, SD N 3 Nambuhan, SD N 4
Nambuhan. SD N 1 Waru, SD N 2 Waru, SD N 1 Nglobar, SD N 2 Nglobar, dan
SD N 3 Nglobar.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Dalam penelitian ini cara untuk menentukan sampel
menggunakan teknik cluster sampling (Area Sampling). Cluster Sampling
digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber
data sangat luas (Sugiyono, 2013:81-84).
Peneliti mengambil sampel dari SD Gugus Ahmad Yani, Kecamatan
Purwodadi, Kabupaten Grobogan. Dari Gugus Ahmad Yani peneliti mengambil
sampel yaitu SD N 1 Nambuhan, kelas 3A dijadikan kelas eksperimen2 dan kelas
3B dijadikan kelas eksperimen1.
3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data hasil belajar IPA SD
kelas 3. Untuk memperoleh data tersebut peneliti menggunakan teknik tes sebagai
metode pengumpulan datanya. Tes adalah sejumlah persyaratan yang
membutuhkan jawaban atau sejumlah pertanyaan yang harus diberkan tanggapan
41
dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang untuk mengungkap aspek
tertentu dari orang yang dikenai tes. Bentuk tes yang digunakan adalah pilihan
ganda yang terdiri dari prestest dan posttest.
Untuk memperoleh data dan keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian
ini, maka peneliti menentukan metode pengumpulan data sesuai dengan masalah
yang diteliti, yaitu:
a) Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan, terlebih dahulu peneliti melakukan subyek dari
penelitian yang akan dilakukan. Setelah menentukan obyek dari penelitian,
dilakukan observasi terhadap subyek penelitian dengan cara wawancara.
Setelah dilakukan wawancara kemudian membuat kisi-kisi instrumen soal
tes berdasarkan silabus dan program semester yang berlaku untuk
selanjutnya dibuat istrumen pretest dan posttest berupa soal yang kemudian
diuji cobakan di SD N 3 Depok Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan
untuk mengetahui kelayakan soal yang akan diujikan di kelas eksperimen1
dan kelas eksperimen2.
b) Tahap Pelaksanaan
Untuk memperoleh data dalam tahap pelaksanaan, diperlukan instrumen
dalam bentuk lembar observasi yang berfungsi untuk mengetahui apakah
dalam pembelajaran sudah benar-benar dilaksanakan sesuai dengan model
pembelajaran make a match dan picture and picture. Selain itu juga
dibutuhkan dokumentasi yang menggambarkan model pembelajaran make a
match dan picture and picture yang bisa digunakan untuk menguatkan data
yang telah diperoleh.
c) Tahap Akhir
Untuk memperoleh data dalam tahap akhir dari pembelajaran, diperlukan
instrumen dalam bentuk hasil belajar pretest dan posttest siswa, dan juga
hasil dari observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran make a match dan picture and picture yang kemudian
diolah dan didapatkan hasil penelitian.
42
3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah lembar soal pre-test dan post-test berupa tes pilihan ganda. Guna menjamin
bahwa instrumen tes berupa pilihan ganda ini layak digunakan dalam penelitian,
maka terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap instrumen yang digunakan
melalui tahapan: 1) penyusunan kisi-kisi soal, 2) uji coba instrumen soal, 3) uji
coba validitas, 4) uji reliabilitas. Untuk menguji validitas soal tidak dilakukan di
SD yang menjadi subyek penelitian, tetapi diujikan di SD luar subyek penelitian.
Instrumen tersebut akan diuraikan berdasarkan variabel yang telah ditentukan oleh
peneliti.
a) Variabel Bebas (X)
Instrumen yang digunakan dalam variabel X adalah lembar observasi.
Lembar observasi digunakan untuk mengukur aktivitas guru dan siswa
dalam pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Make
a Match dan Picture and Picture. Dalam penelitian ini pembelajaran harus
mencerminkan tahap pembelajaran Make a Match dan Picture and Picture
mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Instrumen penelitian lembar observasi diisi menggunakan cara penskoran
yang terletak pada kriteria skor 1-4.
b) Variabel Terikat (Y)
Intrumen yang digunakan dalam variabel Y adalah tes pilihan ganda. Tes ini
digunakan untuk mendapatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA
dengan pokok bahasan cuaca.
Penyusunan kisi-kisi soal uji coba yang nantinya digunakan sebagai pre-test
dan post-test berdasarkan pada Standar Kompetensi yang telah dipilih yaitu
memahami kenampakan permukaan bumi, cuaca, dan pengaruhnya bagi manusia
serta hubungannya dengan cara manusia memelihara dan melestarikan alam.
Sedangkan Kompetensi Dasarnya adalah menjelaskan hubungan antara keadaan
awan dan cuaca, serta mendiskripsikan pengaruh cuaca bagi kehidupan manusia.
Kisi-kisi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
43
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Soal Ilmu Pengetauan Alam (IPA) kelas 3 SD N
Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan
Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016
Standar
Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
Nomor
Item
3. Memahami
kenampakan
permukaan
bumi, cuaca, dan
pengaruhnya
bagi manusia,
serta
hubungannya
dengan cara
manusia
memelihara dan
melestarikan
alam.
6.2 Menjelaskan
hubungan antara
keadaan awan
dan cuaca
Mengidentifikasi
kondisi cuaca
3, 5, 8, 9,
13, 15, 19,
22, 23, 24,
39, 41, 46,
47, 48
Menggambar
secara sederhana
simbol yang bisa
digunakan untuk
menunjukkan
kondisi cuaca
4, 6, 16, 28,
30, 31
6.3 Mendeskripsikan
pengaruh cuaca
bagi kehidupan
manusia
Mengidentifikasi
kehidupan
manusia yang
sesuai dengan
keadaan cuaca
tertentu.
7, 12, 20,
27, 34, 35
Mendeskripsikan
hubungan antara
pakaian yang
dikenakan dengan
keadaan cuaca.
10, 17, 21,
29, 44, 49,
50
Jumlah Soal 50
44
Peneliti juga menggunakan instrumen observasi yang digunakan untuk
mendapatkan data tentang pencapaian pengajar dalam pemberian treatment
(perlakuan) di dalam kelas. Observasi dilakukan terhadap proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Picture and Picture dan Make a
Match. Jadi, saat guru kelas mengajar dengan menggunakan model pembelajaran
Picture and Picture dan Make a Match di dalam kelas, peneliti mengamati dan
mengisi lembar pengamatan. Lembar pengamatan ini dibuat hanya untuk
mengatahui apakah proses belajar mengajar sudah sesuai sintak atau belum.
Berikut adalah tabel kisi-kisi guru dalam melakukan observasi:
3.5 Uji Coba Instrumen Penelitian
3.5.1 Uji Validitas Tes
Sebelum dibagikan kepada peserta didik, terlebih dahulu soal evaluasi
tertulis diuji coba sehingga diperoleh butir soal yang valid. Instrumen yang baik
harus memenuhi dua prasyarat yang penting yaitu valid dan reliabel. Instrumen
yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur)
itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2013: 121).
Tingkat validitas suatu instrument dapat diketahui dengan cara
mengkorelasikan setiap skor pada butir instrument dengan total skor setelah
dikurangi skor butirnya sendiri (corrected item to total correlation). Dalam
penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan, biasanya
dilakukan uji signifikansi koefesien signifikansi 0,05, artinya suatu item diangap
valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total. Menurut Azwar (2010: 90)
semua item yang mencapai koefesien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya
dianggap memuaskan. Tetapi Azwar mengatakan bahwa bila jumlah item belum
mencukupi, kita bisa menurunkan sedikit batas kriteria 0,30 menjadi 0,25, tetapi
menurunkan batas kriteria 0,20 sangat tidak disarankan.
45
Tabel 3.2
Hasil Uji Validitas Soal Pretest SD Negeri 1 Nambuhan Kecamatan
Purwodadi Kabupaten Grobogan Semester II Tahun ajaran
2015/2016
Bentuk Soal Item Soal Valid Soal Tidak
Valid
Pilihan Ganda 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 11, 12, 13, 14, 15,
16, 17, 18, 19, 20, 21,
22, 23, 24, 25, 26, 27,
28, 29, 30, 31, 32, 33,
34, 35, 36, 37, 38, 39,
40, 41, 42, 43, 44, 45,
46, 47, 48, 49, 50
1, 4, 5, 7, 9, 10,
11, 12, 15, 16, 18,
20, 21, 24, 25, 27,
29, 30, 31, 33, 34,
35, 36, 37, 39, 41,
42, 46, 49, 50
2, 3, 6, 8, 13,
14, 17, 19, 22,
23, 26, 28, 32,
38, 40, 43, 44,
45, 47, 48
Data di atas adalah rancangan instrumen validitas pretest yang telah
diujicobakan pada siswa kelas 3 SD Negeri 3 Depok Kecamatan Toroh Kabupaten
Grobogan. Berdasarkan perhitungan menggunakan SPSS 20.0 for windows dapat
dilihat kolom Corrected Item-Total Correlation terdapat 20 soal yang jumlah
itemnya ≤ 0,25 dan terdapat 30 soal yang jumlah itemnya ≥ 0,25 dengan demikian
dapat diartikan bahwa terdapat 20 soal tidak valid, dan 30 soal valid. 20 item soal
yang tidak valid terdapat pada nomor 2, 3, 6, 8, 13, 14, 17, 19, 22, 23, 26, 28, 32,
38, 40, 43, 44, 45, 47, 48 sedangkan yang valid adalah 30 soal yaitu nomor 1, 4, 5,
7, 9, 10, 11, 12, 15, 16, 18, 20, 21, 24, 25, 27, 29, 30, 31, 33, 34, 35, 36, 37, 39,
41, 42, 46, 49, 50.
3.5.2 Uji Reliabilitas Tes
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa
kali untuk mengukur obyek yang sama, maka akan menghasilkan data yang
sama/konsisten (Sugiyono, 2013: 121). Setelah melakukan uji validitas, kemudian
dilakukan uji reliabilitas untuk mengetahui konsistensi alat ukur.
46
Menurut Azwar (2010: 98) ketentuan reliabilitas pada penelitian ini
mengacu pada pendapat menyatakan bahwa reliability dari 0,6 adalah kurang
baik, sedangkan 0,7 dapat diterima, dan diatas 0,8 adalah baik. Berikut tabel
kriteria Reliabilitas berdasarkan nilai Alpha:
Tabel 3.3
Kriteria Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha
Koefesien Reliabilitas Kriteria
α ≤ 0.6 Kurang Baik
0.7 ˂ α ≤ 0,8 Dapat Diterima
α ≥ 0.8 Baik
Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode Alpha (Cronbach’s). Pengujian reliabilitas tes tersebut
menggunakan SPSS for windows version 20.0 yaitu dengan cara Analyze – Scale –
Reliability Analys kemudian untuk melihat hasilnya apakah instrumen reliabel
atau tidak, dapat dilihat pada output hasil perhitungan pada kolom Reliability
Statistic apabila alpha kurang dari 0,6 maka instrumen tersebut tidak reliabel.
Tabel 3.4
Hasil Uji Reliabilitas Soal Pretest Siswa Kelas 3 SD Negeri 1
Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan
Semester II Tahun ajaran 2015/2016
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,869 30
47
Berdasarkan perhitungan melalui program SPSS 20.0 for windows hasil
reliabilitas instrumen dinyatakan reliabilitas bagus. Dengan melihat nilai
Cronbach’s Alpha yaitu berada pada nilai 0,869. Berdasarkan pendapat dari
Azwar nilai aplha yang terletak pada koefisien 0,800 – 0,1000 dinyatakan
mempunyai kriteria sangat reliabel. Dengan demikian berdasarkan hasil uji coba
30 item soal dengan nilai alpha 0,869 dapat dinyatakan bahwa item soal reliabel
dan dapat diterima.
3.6 Uji Taraf Kesukaran Instrumen
Untuk memperoleh kualitas soal yang baik, di samping memenuhi
validitas dan reliabilitas juga harus mempertimbangkan dari tingkat kesulitan soal
tersebut. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan
siswa dalam menjawab soal, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal.
Persoalan yang penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah
penentuan proporsi dan kriteria soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar.
Menurut Sudjana (2014: 137) cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat
kesukaran soal adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
I =
Keterangan:
I = indeks kesulitan untuk setiap butir soal;
B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal;
N = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksudkan.
Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, makin sulit
soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal
tersebut. Kriteria indeks kesulitan soal adalah sebagai berikut:
a. 0,0 – 0,30 = soal kategori soal;
b. 0,31 – 0,70 = soal kategori sedang;
c. 0,71 – 1,00 = soal kategori mudah.
Untuk menentukan tingkat kesukaran butir soal siklus I dapat dilihat hasil
indeks kesukaran instrumen pada tabel 3.5 sebagai berikut:
48
Tabel 3.5
Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Item Soal
Rentang Kriteria Nomor Item Jumlah
0,0 – 0,30 Sukar 2, 3, 6, 8, 13, 14, 17, 19, 22, 23, 26,
28, 32, 38, 40, 43, 44, 45, 47, 48
20
0,31 – 0,70
Sedang 1, 4, 5, 9, 10, 12, 15, 20, 21, 25, 27,
29, 30, 31, 33, 34, 35, 36, 37, 39, 41,
49, 50
23
0,71 – 1,00 Mudah 7, 11, 16, 18, 24, 42, 46 7
Total 50
Dari data tabel 3.5 hasil analisis tingkat kesukaran soal dapat diuraikan
bahwa hasil uji tingkat kesukaran item soal pilihan ganda dengan jumlah soal
sebanyak 50 soal terdapat 20 soal dengan kategori sukar, 25 soal dengan kategori
sedang, dan 7 soal dengan kategori mudah.
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik dan
deskriptif kualitatif. Analisis statistik yang dilakukan dalam penelitian ini
dilaksanakan dengan bantuan SPSS 16.0 dor windows. Adapun analisis deskriptif
kualitatif dipergunakan untuk menganalisis data dan informasi dari hasil
pengamatan dan wawancara serta hasil dari interpretasi analisis statistik dengan
SPSS.
Teknik analisis data ini terdiri atas Uji Prasyarat dan Uji Hipotesis. Uji
Prasyarat terdiri atas uji normalitas untuk menentukan apakah data yang diperoleh
berdistribusi normal atau tidak dan uji homogenitas untuk mengetahui tingkat
kesetaraan subyek yang akan diteliti. Setelah dilakukan uji asumsi/uji prasyarat
kemudian dapat dilaksanakan uji t (beda rata-rata) sebagai acuan untuk menguji
hipotesis.
49
3.7.1 Uji Normalitas Data Penelitian
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah setiap sample yang
dianalisis mempunyai distribusi data yang normal atau tidak. Uji normalitas
bertujuan untuk menentukan teknik analisis data yang tepat. Jika data berdistribusi
normal dan berskala data interval atau rasio maka dapat digunakan teknik analisis
data Non Parametrik. Uji normalitas dapat dihitung menggunakan bantuan SPSS
for windows version 16.0 yaitu Analyze-non parametric test-One Sample KS-
masukkan variabel pada jendela variabel- klik normal pada test distribution. Uji
normalitas dilakukan dengan metode Kolmogorov Smirnov Z. Menurut Priyatno,
D (2010: 71) suatu data dikatakan berdistribusi normal jika memiliki signifikansi
>0,05, sebaliknya jika suatu data dikatakan tidak berdistribusi normal jika
memiliki signifikansi <0,05.
3.7.2 Uji Homogenitas Varian Data
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelas yaitu
kelas eksperimen1 dan kelas eksperimen2 yang dijadikan penelitian tersebut
homogen, artinya bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kelas
eksperimen2 dan kelas eksperimen1. Hal ini sangat penting dilakukan karena
penelitian ini, kedua kelas harus seimbang (homogen). Data yang digunakan
untuk uji homogenitas adalah nilai posttest yang dilakukan di kelas eksperimen2
dan kelas eksperimen1. Pengukuran uji homogenitas menggunakan program SPSS
16.0 for windows yaitu dengan melihat tabel Test of Homogenety of Variances.
Menurut Dwi Priyatno (2010: 76) kaidah keputusan adalah jika = 0,05
lebih besar sama dengan nilai Sig (α= 0,05 ≥ Sig) artinya tidak homogen, Jika α =
0,05 lebih kecil sama dengan nilai Sig (α= 0,05 Sig) artinya homogen .
3.7.3 Uji Hipotesis
Dalam uji hipotesis, untuk menguji signifikansi perbedaan mean antara
kelompok eksperimen1 dan kelompok eksperimen2 analisis data yang digunakan
adalah uji t-test. Uji t-test digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan mean
antara kelas eksperimen1 dan kelas eksperimen2. Uji t-test yang digunakan adalah
50
uji dua sampel tidak berhubungan (Independent Samples T Test). Uji t-test dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan SPSS for windows version 16.0.
Langkah-langkahnya adalah Analyze-Compare Means – Independent – Sample T-
Test.
Uji hipotesis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji t. Menurut Ridwan dan Sunarto (2009: 126) tujuan uji t dua
variabel bebas adalah untuk membandingkan (membedakan) apakah kedua
variabel tersebut sama atau berbeda. Gunanya untuk menguji kemampuan
generalisasi (signifikansi hasil penelitian yang berupa perbandingan dua rata-rata
sampel).
Menurut Ridwan dan Sunarto (2009: 128) uji t ini dilakukan dengan
membandingkan nilai thitung dengan ttabel pada tingkat = 0,05. Jika thitung ttabel
dan Sig ≤ 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak.
Ketika sudah diperoleh hasil uji t kemudian dilakukanlah analisis uji
hipotesis untuk mengetahui apakah H0 diterima atau ditolak. Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan Hipotesis
Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan model
pembelajaran Cooperative Learning tipe Make a Match dan model
pembelajaran Picture and Picture terhadap hasil belajar IPA siswa
kelas 3 SD N 1 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten
Grobogan Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan model
pembelajaran Cooperative Learning tipe Make a Match dan model
pembelajaran Picture and Picture terhadap hasil belajar IPA siswa
kelas 3 SD N 1 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten
Grobogan Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016.
2. Melakukan uji t menggunakan Equal Variances Assumed dengan kriteria
pengujian berikut:
Ho diterima jika t hitung < t tabel
Ha diterima jika t hitung > t tabel
51
Berdasarkan signifikansi:
Ho diterima jika signifikansi >0,05
Ha diterima jika signifikansi <0,05
3. Kesimpulan
Setelah dianalisis hasil uji hipotesis statistik, maka dapat dirumuskan
sebagai berikut:
a. H0 : μ1 = μ2 artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam
penerapan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Make a
Match dan model pembelajaran Picture and Picture terhadap hasil
belajar IPA siswa kelas 3 SD N 1 Nambuhan Kecamatan Purwodadi
Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016
b. Ha : μ1 ≠ μ2 artinya terdapat pengaruh yang signifikan dalam
penerapan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Make a
Match dan model pembelajaran Picture and Picture terhadap hasil
belajar IPA siswa kelas 3 SD N 1 Nambuhan Kecamatan Purwodadi
Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016.
3.8 Kriteria Keefektifan Model
Model pembelajaran dikatakan efektif apabila suatu model dapat
memberikan pengaruh yang efektif di dalam sebuah pembelajaran. Dapat
dinyatakan efektif jika tingkat koefisien korelasi minimal 0,30 atau 0,25 daya
pembedanya. Di bawah 0,25 tidak dapat dikatakan efektif. Suatu model dapat
dinyatakan lebih efektif satu sama lain jika memiliki selisih koefisien antara
model pembelajaran Make a Match dengan model lainnya yaiu model
pembelajaran Picture and Picture. Jika Ho diterima dan Ha ditolak maka artinya
model tersebut memiliki pengaruh yang efektif dalam pembelajaran, dan kedua
model tersebut harus dilihat mana yang lebih unggul.