6
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Green Information and Communication Technology (ICT)
2.1.1 Pengertian Green ICT
Menurut Philipson (2010, p4) Green ICT lebih dari sekedar mengurangi emisi
karbon ataupun mengurangi konsumsi energi ICT perusahaan. Green ICT adalah pusat
teknologi keberlanjutan. Green IT menyediakan: (1) alat pengukuran, (2) tempat
penyimpanan data, (3) mekanisme pelaporan, dan (4) teknik mitigasi yang
memungkinkan keberlanjutan. Menurut Stollenmayer (2011, p8) dalam artikel yang
berjudul How the Earth can benefit from Green ICT, Green ICT adalah hal kritis yang
penting dalam pengembangan ekonomi berkelanjutan. Bidang ICT sangatlah luas,
pengurangan emisi karbon hanya salah satu contohnya.
Menurut Webber (2009, p1) Green technologies adalah pengurangan dampak
lingkungan dari Departemen TI. Kuncinya adalah menemukan peralatan tepat yang
mudah dioperasikan serta mudah diolah sewaktu tidak dapat digunakan lagi. Menurut
Webber (2009, p2) terdapat tiga karakteristik utama dari Green ICT: (1) peralatan TI
harus efisien, (2) kapasitas peralatan TI harus sesuai dengan tugasnya, dan (3) biaya
kepemilikan peralatan TI harus sudah termasuk biaya pengolahan ulang yang tepat.
Menurut Tomlinson (2010, p3) Green ICT dapat diartikan sebagai cara membuat
industri TI lebih berkelanjutan. Green ICT mempunyai manfaat dalam area ekonomi,
dan lingkungan. Selain itu juga membantu mengurangi dampak e-waste, memungkinkan
desain interaksi berkelanjutan, dan mengurangi konsumsi energi dengan sistem
7
komputerisasi. Menurut Roy (2008, p64) dalam jurnal yang berjudul Green Computing –
New Horizon of Energy Efficiency and E-Waste Minimization – World Perspective vis-à-
vis Indian Scenario, Green Computing adalah praktik penggunaan sumber daya
komputasi secara efisien. Tujuannya adalah mengurangi penggunaan bahan baku
berbahaya, memaksimalkan efisiensi energi dalam masa hidup produk, dan
mempromosikan pengolahan ulang dari limbah produk.
Menurut Velte (2008, p3) Green IT mempunyai banyak arti antara lain sebagai
berikut: (1) membeli teknologi yang lebih efisien, (2) mengurangi konsumsi energi dari
Data center, dan (3) membeli hardware yang ramah lingkungan. Menurut Chakraborty
(2009, p33) dalam jurnal yang berjudul Green computing: Practice of Efficient and Eco-
Friendly Computing Resources, Green Computing, studi dan praktek sumber daya
komputasi yang efisien dan ramah lingkungan, kini di bawah perhatian tidak hanya
organisasi lingkungan, tetapi juga bisnis dari industri lainnya. Dalam beberapa tahun
terakhir, perusahaan-perusahaan dalam industri komputer telah menyadari bahwa going
Green adalah kepentingan terbaik perusahaan, baik dalam hal hubungan masyarakat dan
mengurangi biaya.
Menurut Hird (2008, p16) Green IT adalah sekumpulan strategi dan taktik
inisiatif mengenai: (1) secara langsung mengurangi emisi karbon perusahaan, (2)
menggunakan TI untuk mengurangi emisi karbon, (3) mendukung “green behavior” dari
pelanggan, pegawai, dan pemasok, dan (4) memastikan keberlanjutan sumber daya yang
digunakan TI. Menurut Carinhas (2009, p2) Green IT dapat menurunkan biaya energi,
dan juga mengurangi polusi lingkungan. Walaupun permintaan energi semakin
meningkat, masih banyak teknologi dan metode untuk menghematnya. Perusahaan
diharapkan bisa mengurangi emisi energi, dan mempertahankan kinerja komputasinya.
8
Terdapat empat alasan perusahaan harus menggunakan Green IT atau komputasi hemat
energi: (1) perubahan iklim, (2) penghematan, (3) persediaan energi, dan (4) data center
kehabisan energi dan pendingin karena tingginya tingkat penggunaan.
2.1.2 Taksonomi Green ICT
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), taksonomi adalah (1) klasifikasi
bidang ilmu; kaidah dan prinsip yang meliputi pengklasifikasian objek; (2) cabang
biologi yang menelaah penamaan, perincian, dan pengelompokan makhluk hidup
berdasarkan persamaan dan pembedaan sifatnya; (3) Ling klasifikasi unsur bahasa
menurut hubungan hierarkis; urutan satuan fonologis atau gramatikal yang
dimungkinkan dalam satuan bahasa.
Gambar 2.1: Taksonomi Green ICT
Sumber: Visser (2011)
Menurut Viser (2011, p9) Green ICT dapat dibedakan menjadi dua yaitu
menghijaukan TI itu sendiri atau menghijaukan dengan TI. Dimana green data center
merupakan bagian dari penghijauan TI itu sendiri.
9
2.1.3 Manfaat Green ICT
Menurut Stollenmayer (2011, p8) manfaat Green ICT adalah sebagai berikut: (1)
pengurangan konsumsi energi, (2) pengurangan penggunaan bahan baku, (3)
pengurangan penggunaan air, (4) pengurangan jumlah sampah, dan peningkatan jumlah
daur ulang, dan (5) pengurangan polusi.
Gambar 2.2: Manfaat Green ICT
Sumber: Hanle (2009)
Menurut Hanle (2009, p6) Green ICT mempunyai beberapa manfaat untuk
stakeholder perusahaan. Manfaat untuk lingkungan: (1) mengurangi emisi
karbondioksida, (2) mengurangi konsumsi sumber daya, dan (3) menaati peraturan (di
masa depan). Manfaat untuk perusahaan: (1) hemat beban listrik, (2) mengurangi beban
operasi Data center, dan (3) membutuhkan lebih sedikit hardware.
10
2.2 Data center
2.2.1 Pengertian Data center
Menurut Newcombe (2010, p2) data center adalah detak jantung dari setiap
organisasi dan juga salah satu konsumen energi terbesar di perusahaan. Green Data
center tidak hanya akan memberikan organisasi keuntungan strategis kuat dengan
efisiensi baru, tetapi juga membantu menyelaraskan dengan tujuan lingkungan
pemerintah
Menurut Yulianti (2008, p11) data center merupakan fasilitas yang digunakan
untuk penempatan beberapa kumpulan server atau sistem komputer dan sistem
penyimpanan data (storage) yang dikondisikan dengan pengaturan catu daya, pengatur
udara, pencegah bahaya kebakaran dan biasanya dilengkapi pula dengan sistem
pengamanan fisik.
Menurut Bullock (2009, p1) data center dikenal sebagai kumpulan server atau
ruang komputer. Data center adalah ruangan di mana sebagian besar server dan
penyimpanan data perusahaan terletak, beroperasi, dan diatur. Terdapat empat
komponen utama data center: (1) white space, (2) infrastruktur pendukung, (3) peralatan
TI, dan (4) operasi. Menurut Milojkovic (2010, p3) data center adalah penyimpanan
pusat, baik fisik maupun virtual untuk media penyimpanan, manajemen, dan
penghapusan data serta informasi dari bagian pengetahuan tertentu.
Menurut Fadilah (2011, p38) terdapat beberapa definisi umum tentang data
center: (1) suatu struktur fisik, biasanya berupa bangunan khusus atau tersendiri, yang
dirancang sebagai rumah untuk berbagai macam komputer, data center dapat melayani
11
satu perusahaan saja atau beberapa perusahaan, (2) suatu fasilitas penyimpanan,
pemeliharaan, dan membuat kumpulan data tersedia untuk kegunaan berkelanjutan dan
aktifitas mendatang, dan (3) sebuah fasilitas yang digunakan untuk merumahkan
peralatan elektronik dalam jumlah besar, biasanya komputer dan peralatan komunikasi.
Data center adalah sebuah tempat aman untuk peralatan komputer, media penyimpanan,
dan peralatan komunikasi serta jaringan yang digunakan untuk menyimpan,
mendistribusikan, dan memelihara data dalam sebuah organisasi.
2.2.2 Servis Utama Data center
Menurut Yulianti (2008, p11) servis utama yang secara umum diberikan oleh
data center adalah:
• Business Continuance Infrastructure
Aspek-aspek yang mendukung kelangsungan bisnis ketika terjadi suatu kondisi
kritis terhadap data center. Aspek-aspek tersebut meliputi kriteria pemilihan lokasi data
center, kuantifikasi ruang data center, lay-out ruang dan instalasi data center, sistem
elektrik yang dibutuhkan, pengaturan infrastruktur jaringan yang scalable, pengaturan
sistem pendingan dan fire suppression.
• DC Security Infrastructure
Terdiri dari sistem pengamanan fisik dan non-fisik pada data center. Fitur sistem
pengamanan fisik meliputi akses user ke data center berupa kunci akses memasuki
ruangan (kartu akses atau biometrik) dan segenap petugas keamanan yang mengawasi
keadaan data center (baik di dalam maupun di luar), pengamanan fisik juga dapat
12
diterapkan pada seperangkat infrastruktur dengan melakukan penguncian dengan kunci
gembok tertentu. Pengamanan non fisik dilakukan terhadap bagian piranti lunak atau
sistem yang berjalan pada perangkat tersebut, antara lain dengan memasang beberapa
piranti lunak keamanan seperti access control list, firewalls, IDSs dan host IDSs, fitur-
fitur keamanan pada Layer 2 (datalink layer) dan Layer 3 (network layer) disertai
dengan manajemen keamanan.
• Application Optimization
Berkaitan dengan layer 4 (transport layer) dan layer 5 (session layer) untuk
meningkatkan waktu respon suatu server. Layer 4 adalah layer end-to-end yang paling
bawah antara aplikasi sumber dan tujuan, menyediakan end-to-end flow control, end-to-
end error detection and correction, dan mungkin juga menyediakan congestion control
tambahan. Sedangkan layer 5 menyediakan 11 kotak dialog (siapa yang memiliki giliran
berbicara/mengirim data), token management (siapa yang memiliki akses ke resource
bersama) serta sinkronisasi data (status terakhir sebelum link putus). Berbagai isu yang
terkait dengan hal ini adalah load balancing, caching, dan terminasi SSL, yang bertujuan
untuk mengoptimalkan jalannya suatu aplikasi dalam suatu sistem.
• IP Infrastructure
Infrastruktur IP menjadi servis utama pada Data center. Servis ini disediakan
pada layer 2 dan 3. Isu yang harus diperhatikan terkait dengan layer 2 adalah hubungan
antara server farms dan perangkat layanan, memungkinkan akses media, mendukung
sentralisasi yang reliable, loop-free, predictable, dan scalable. Sedangkan pada layer 3,
isu yang terkait adalah memungkinkan fast convergence routed network (seperti
13
dukungan terhadap default gateway). Kemudian juga tersedia layanan tambahan yang
disebut Intelligent Network Services, meliputi fitur-fitur yang memungkinkan
application services network-wide, fitur yang paling umum adalah mengenai QoS
(Quality of Services), multicast (memungkinkan kemampuan untuk menangani banyak
user secara bersamaan), private LANS dan policy-based routing.
• Storage
Terkait dengan segala infrastruktur penyimpanan. Isu yang diangkat antara lain
adalah arsitektur SAN, fibre channel switching, replikasi, backup serta archival.
2.2.3 Kriteria Perancangan Data center
Menurut Yulianti (2008, p13) dalam melakukan perancangan terhadap sebuah
data center, harus diperhatikan kriteria-kriteria berikut ini:
• Availability
Data center diciptakan untuk mampu memberikan operasi yang berkelanjutan
dan terus-menerus bagi suatu perusahaan baik dalam keadaan normal maupun dalam
keadaan terjadinya suatu kerusakan yang berarti atau tidak. Data center harus dibuat
sebisa mungkin mendekati zero-failure untuk seluruh komponennya.
• Scalability dan flexibility
Data center harus mampu beradaptasi dengan pertumbuhan kebutuhan yang
cepat. Juga ketika adanya jasa baru yang harus disediakan oleh data center tanpa
melakukan perubahan berarti bagi data center secara keseluruhan.
14
• Security
Data center menyimpan berbagai aset berharga perusahaan, oleh karenanya
sistem keamanan dibuat seketat mungkin baik pengamanan secara fisik maupun
pengamanan non-fisik.
2.2.4 Konsumsi Dalam Data center
Menurut Newcombe (2010, p15) data center adalah lingkungan kompleks,
tempat menyimpan peralatan TI. Daya listrik yang masuk ke data center harus melalui
berbagai tahapan dari transformasi voltase, distribusi dan pembersihan sebelum masuk
ke peralatan TI. Sebagian besar dari energi dalam fasilitas diubah menjadi panas. Oleh
karena itu data center membutuhkan kapasitas mesin pendingin dalam sirkulasi udara.
Juga terdapat banyak sistem pendukung dalam data center seperti pencahayaan,
generator, sistem pemadam kebakaran, area pegawai yang membutuhkan energi listrik.
Gambar 2.3: Konsumsi Dalam Data center
Sumber: BCS Data center Specialist Group
15
Gambar di atas menjelaskan arus energi serta arus energi yang hilang dalam data
center. Energi masuk ke bangunan mulai dari kiri, lalu melewati rantai pengantaran
energi hingga ke peralatan TI di kanan. Dalam setiap tahapan rantai pengantaran energi,
pasti terdapat kehilangan yang tidak penting seperti yang digambarkan panah merah.
Menurut Newcombe (2010, p15) implementasi aktual dari data center lebih
kompleks dari gambar ini. Dalam suatu data center, bisa terdapat banyak variasi aliran
energi. Seperti CRAC yang mendapatkan energinya dari UPS. Gambar ini digunakan
untuk menyediakan pengertian umum bagaimana aliran energi dari fasilitas ke penerima.
2.3 Green Data center
2.3.1 Pengertian Green Data center
Menurut Bauer (2008, p20) Green data center adalah tempat penyimpanan,
manajemen, dan penyebaran data di mana mesin, cahaya, listrik, dan sistem komputer
dirancang untuk memaksimalkan efisiensi energi dan meminimalkan dampak ke
lingkungannya. Menurut Milojkovic (2010, p4) Green data center berarti data center
berkelanjutan secara efisien dalam proses, energi, dan peralatan yang digunakan.
Menurut Toledo (2011, p2) Green data center serupa dengan data center biasa yang
digunakan untuk media penyimpanan, manajemen, dan distribusi data. Yang
membedakannya adalah hardware, elektrisitas, dan sistem komputer. Semuanya
didesain untuk mencapai efisiensi maksimal, dan dampak lingkungan minimal.
Menurut Bullock (2009, p2) Green data center adalah data center yang bisa
beroperasi dengan efisiensi energi maksimal dan dampak lingkungan minimal.
16
Termasuk mesin, listrik, pencahayaan, elektrisitas, dan peralatan TI (server, jaringan,
media penyimpanan). Perusahaan mulai beralih ke green data center dikarenakan
tingginya biaya listrik sehubungan dengan operasional data center. Ini adalah cara untuk
mengurangi biaya operasional perusahaan dalam infrastruktur TI.
2.3.2 Data Center Energy Efficiency Metrics
2.3.2.1 Power Usage Effectiveness (PUE)
Menurut Webber (2009, p181) PUE digunakan untuk mengukur seberapa efisien
energi yang digunakan di Data center. Matriks ini diciptakan oleh Uptime Institute yang
dipromosikan oleh Green Grid. Perhitungan ini dinilai dengan membagi jumlah
kekuatan yang masuk dengan jumlah kekuatan yang digunakan oleh peralatan komputer
dalam data center.
Peralatan komputer yang dimaksud adalah semua yang berhubungan dengan
servis komputasi, seperti server, media penyimpanan, dan peralatan komunikasi.
Semakin kecil PUE data center, maka semakin efisien.
Menurut Mamame (2009, p9) berikut adalah cara perhitungan PUE:
17
Gambar 2.4: Power Usage Effectiveness
Sumber: Mamane (2009)
Tabel 2.1: Kriteria Nilai PUE dan DCiE
PUE DCiE
3,0 0,33 Very Inefficient
2,5 0,40 Inefficient
2,0 0,50 Average
1,5 0,67 Efficient
1,2 0,83 Very Efficient
Sumber: Mamane (2009)
Karena nilai kerugian distribusi listrik dan konsumsi listrik akan selalu positif,
maka PUE tidak bisa kurang dari 1 ataupun DCiE lebih besar dari 100%.
18
2.3.2.2 Data Center Infrastructure Efficiency (DCiE)
Menurut Webber (2009, p182) DCiE adalah kebalikan dari PUE. Penghitungan
dinilai dengan membagi kekuatan yang digunakan peralatan komputer dalam data center
dengan kekuatan yang masuk kedalam data center.
DCiE dinyatakan dalam persentase, dengan nilai target 100%. Perhitungan ini
menyatakan berapa persen energi yang dibayar, digunakan oleh peralatan komputasi
dalam data center. Data center pada umumnya mempunyai DCiE 40%. Total Facility
Power adalah energi total yang digunakan khusus dalam data center. Sedangkan IT
Equipment Power adalah total energi yang dikonsumsi oleh peralatan yang digunakan
untuk mengatur, memproses, menyimpan, ataupun mengantarkan data untuk komputasi.
Pengukuran berkelanjutan akan memberikan pengertian yang lebih dalam terhadap
infrastruktur data center. Serta memberikan penjelasan tetang faktor yang paling
mempengaruhi efisiensi fasilitas secara keseluruhan.
Menurut Verdun (2008, p5) penghitungan DCiE dirumuskan sebagai berkut:
19
Tabel 2.2: 3 Tingkat Analisis DciE
Level 1
(Basic)
Level 2
(Intermediate)
Level 3
(Advanced)
IT Equipment Power UPS PDU Server
Total Facility Power Where
Data center input power
Data center input power less shared HVAC
Data center input power less shared HVAC plus building lightning, security
Minimum Measurement Interval
1 month
/ 1 week
Daily Continuous
(XX min)
Sumber: Haas (2009)
Tingkat 1 (Basic) melibatkan pengumpulan pengukuran energi bulanan atau
mingguan dari peralatan UPS dalam Data center dan dari distribusi utama ke semua
peralatan listrik digunakan untuk pendingin dan pemeliharaan Data center. Tingkat 2
(Intermediate) melibatkan pengumpulan data harian menggunakan pengukuran dari
PDU dalam Data center dan dari sistem distribusi untuk menjalankan semua peralatan
fasilitas. Tingkat 3 (Advanced) melibatkan pengumpulan data dari masing-masing
peralatan TI dalam Data center dan dari masing-masing peralatan fasilitas secara
berkelanjutan.
Di mana:
• IT equipment power adalah semua beban yang berhubungan dengan peralatan TI,
seperti komputasi, media penyimpanan, dan peralatan jaringan. Termasuk juga
peralatan pendukung seperti KVM switches, monitor, workstations atau laptop
yang digunakan untuk mengawasi atau mengatur Data center.
20
• Total Facility Power adalah semua yang termasuk dalam point di atas, ditambah
semua peralatan pendukung beban peralatan TI, seperti:
o Komponen pengantar listrik seperti Uninterruptible Power Supply
(UPS), switch gears, generators, Protocol Data Unit (PDUs),
batteries, dan distribusi kerugian eksternal peralatan TI.
o Komponen sistem pendingin seperti chillers, Computer Room Air
Conditioning Units (CRAC’s), Direct Expansion Air Handler (DX)
units, pumps, dan cooler towers.
o Komponen lainnya seperti pencahayaan Data center.
Gambar 2.5: Sub Komponen DCiE
Sumber: Verdun, Green Grid. (2008)
21
Tabel 2.3: Sub Komponen Data Center
Subcomponent Core Contributor
Facility
Power
Transfer Switch
UPS
DC Batteries / Rectifiers (non-UPS – Telco Nodes)
Generator
Transformer (step down)
Power Distribution Unit (PDU)
Rack Distribution Unit (RDU)
Breakers Panels
Distribution Wiring
Lightning
Heating Ventilation & Air Conditioning (HVAC)
Cooling Tower
Condenser Water Pumps
Chillers
Chilled Water Pumps
Computer Room Air Conditioner (CRAC’s)
Computer Room Air Handlers (CRAH’s)
Dry Cooler
Supply Fans
Return Fans
Air Economizer
Water-side Economizer
22
Humidifier
In-row, In-rack, & In-chassis Cooling Solutions
Physical Security
Fire Suppression
Water Detection
Physical Security Servers/Devices
Building Management System
Server / Devices used to control management of Data center
Probes / Sensors
IT Equipment
Compute Devices
Server
Network Devices
Switches
Routers
IT Support Systems
Printers
PC’s / workstations
Remote Management (KVM/console/etc.)
Miscellaneous Devices
Security encryption, Storage encryption, Appliances, etc
Storage
Storage Devices – Switches, Storage Array
Backup Devices – Media Libraries, Virtual Media Libraries
Telecommunication
All Telco Devices
Sumber: Verdun (2008)
23
DCiE dibagi menjadi dua sub komponen inti yaitu fasilitas dan peralatan TI.
Metode yang digunakan haruslah konsisten dan menggunakan pengukuran yang aktual.
2.4 Perancangan Strategi Sistem Informasi/Teknologi Informasi (PSSI/TI)
Menurut Ward (2002, p151) proses dari formulasi strategi SI/TI adalah rumit.
Banyak dimensi dengan ruang lingkup jelas serta kombinasi pendekatan dan alat ayng
dibutuhkan. Hal ini dilakukan untuk mencapai efisiensi, efektivitas, keunggulan bersaing
atau nilai tambah perusahaan.
Gambar 2.6: Model Strategis SI/TI
Sumber: Ward (2002)
24
Perusahaan harus mempunyai input untuk formulasi strategi sebagai berikut: 1)
lingkungan bisnis perusahaan, seperti strategi bisnis sekarang, tujuan, sumber daya,
proses, budaya, serta nilai bisnis, (2) lingkungan bisnis dari luar, seperti iklim ekonomi,
industri, dan persaingan di area organisasi beroperasi, (3) lingkungan SI/TI perusahaan,
seperti portfolio dari sistem berjalan sekarang, dan (4) lingkungan SI/TI dari luar
perusahaan, seperti trend teknologi, kesempatan, dan penggunaan SI/TI oleh pelanggan,
pesaing, dan pemasok.
Outputnya sendiri berupa: (1) strategi manajemen SI/TI, elemen umum dari
strategi yang berlaku di seluruh perusahaan, (2) stategi bisnis SI, strategi aplikasi SI
yang dikembangkan untuk unit bisnis dan model bisnis guna mencapai tujuan
perusahaan, dan (3) strategi TI, kebijakan dan strategi untuk manajemen sumber daya
spesialis dan teknologi.
Gambar 2.7: Analisis Rantai Nilai
Sumber: Ward (2002)
25
Gambar di atas adalah teknik yang dapat digunakan untuk menilai lingkungan
internal. Tindakan primernya adalah proses perusahaan dari membeli bahan baku hingga
menjadi produk. Di mana proses ini harus didukung infrastruktur perusahaan yang kuat,
sumber daya terampil, serta pengembangan produk dan teknologi.
Gambar 2.8: Kerangka Kerja Strategis
Sumber: Ward (2002)
Untuk analisis eksternal dapat dilakukan analisis PEST. Dapat dilihat di gambar
2.8, bahwa terdapat pengaruh dari lingkungan luar dalam memutuskan strategi SI/TI
perusahaan.
26
2.5 Akuntansi Manajemen
Menurut Hansen (2007, p7) Sistem Informasi Akuntansi (SIA) perusahaan terdiri
dari 2 subsistem inti: Sistem Akuntansi Manajemen, dan Sistem Akuntansi Keuangan.
Sistem Akuntansi Manajemen menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk
memenuhi tujuan manajemen tertentu. Kegiatan yang dilakukan dalam akuntansi
manajemen adalah mengumpulkan, mengukur, menyimpan, menganalisa, melaporkan,
dan mengatur informasi. Informasi kejadian ekonomi diproses menjadi output yang tepat
sesuai dengan tujuannya. Output bisa berupa laporan khusus, biaya produk, biaya
pelanggan, anggaran, laporan kinerja, dan komunikasi pribadi.
Sistem Akuntansi Manajemen tidak dibatasi dengan ketentuan tetap yang
menjelaskan syarat proses, input, dan output. Kriteria selalu fleksibel den berdasarkan
tujuan dari manajemen. Sistem Akuntansi Manajemen mempunyai 3 tujuan umum:
• Menyediakan informasi untuk menghitung biaya jasa, produk, dan hal lain yang
diinginkan pihak manajemen.
• Menyediakan informasi untuk perencanaan, pengawasan, evaluasi, dan
perkembangan berkelanjutan.
• Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.
Sistem Akuntansi Manajemen membantu perusahaan mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah serta mengevaluasi kinerja. Sistem Akuntansi Manajemen
disebut juga internal accounting. Hal ini dikarenakan akuntansi manajemen
menghasilkan laporan untuk internal perusahaan seperti manajer, eksekutif, dan pekerja.
Akuntansi Manajemen mengidentifikasi, mengumpulkan, mengukur, mengelompokkan,
27
dan melaporkan informasi yang berguna bagi pengguna internal dalam perencanaan,
pengawasan, dan pengambilan keputusan.
2.6 Model Keputusan Investasi Modal
Menurut Hansen (2007, p564) keputusan investasi modal berhubungan dengan
perencanaan, penetapan tujuan, menyusun keuangan, dan menggunakan kriteria tertentu
unutk memilih asset jangka panjang. Keputusan investasi modal merupakan keputusan
penting yang harus dibuat manajer, karena menyangkut nominal dan resiko yang besar.
Proses pembuatan keputusan investasi modal sering disebut sebagai capital
budgeting. Terdapat 2 tipe dari proyek capital budgeting yang harus diperhatikan: (1)
independent projects, dan (2) mutually exclusive projects. Independent projects adalah
proyek yang bila diterima atau ditolak tidak mempengaruhi arus kas proyek lain.
Mutually exclusive projects adalah proyek yang bila diterima bisa mempengaruhi
penerimaan proyek lain. Keputusan investasi modal ini berhubungan dengan investasi
aset modal jangka panjang. Dengan melakukan penilaian, manajer dapat memutuskan
proyek mana yang diterima serta perbandingannya dengan yang lain.
Menurut Hansen (2007, p 566), terdapat 2 model keputusan investasi modal: (1)
model Nondiscounting, dan (2) model Discounting. Model Nondiscounting tidak
memperhatikan nilai waktu dari uang, sedang model Discounting sebaliknya.
Penggunaan model Nondiscounting telah meningkat dari tahun ke tahun.
28
2.6.1 Model Nondiscounting: Payback Period
Menurut Hansen (2007, p566) model penilaian ini tidak memperhitungkan nilai
waktu dari uang. Salah satu model yang sering digunakan adalah model payback period.
Model ini menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk
mengembalikan modal awal investasinya. Model penghitungannya sebagai berikut:
Perusahaan menentukan berapa lama waktu maksimal yang diperlukan untuk
mengembalikan modal investasi awal. Bila setelah dihitung dengan payback period,
waktunya melebihi maka proyek akan ditolak. Semakin lama waktu yang dibutuhkan
untuk mengembalikan modal investasi awal, maka semakin berbahaya juga investasi itu.
Perusahaan yang bermasalah dengan likuiditasnya akan memilih waktu pengembalian
yang singkat.
2.6.2 Model Discounting
2.6.2.1 Net Present Value (NPV)
Menurut Hansen (2007, p569) model ini memperhitungkan nilai waktu dari
uang. Model ini juga menggabungkan konsep diskonto kas masuk dan kas keluar. Model
yang dipakai adalah Net Present Value (NPV). NPV adalah perbedaan nilai sekarang
dari kas masuk dan kas keluar. Model penghitungannya sebagai berikut:
∑1
29
Dimana:
I = Nilai sekarang dari biaya proyek
C = Arus kas masuk yang diterima dalam periode t, dengan t = 1 . . n
n = Lama waktu hidup proyek
i = rate of return
t = Lama waktu
Menurut Weygandt (2010, p548) metode NPV merubah arus kas masuk ke nilai
sekarang. Kemudian dibandingkan dengan nilai investasi awal. Perbedaan kedua nilai
tersebut yang disebut sebagai Net Present Value (NPV). Suatu proyek diterima bila NPV
nya 0 atau lebih positif. Semakin tinggi nilai NPV, maka semakin menarik investasi
tersebut.
2.6.1.2 Internal Rate of Return (IRR)
Menurut Hansen (2007, p570) model discounting lainnya adalah metode IRR.
IRR didefinisikan sebagai tingkat suku bunga yang menentukan nilai arus kas masuk
proyek sekarang sama dengan nilai proyek sekarang. Dengan kata lain adalah tingkat
suku bunga yang membuat NPV proyek menjadi nol. Model penghitungannya sebagai
berikut:
∑1
30
Dimana:
C = Arus kas masuk yang diterima dalam periode t, dengan t = 1 . . n
n = Lama waktu hidup proyek
i = rate of return
t = Lama waktu
IRR dapat ditemukan dengan trial dan error. IRR adalah salah satu teknik
menilai investasi modal yang paling banyak digunakan. Menurut Weygandt (2010,
p558) metode IRR berbeda dengan NPV. IRR adalah tingkat suku bunga yang membuat
nilai sekarang investasi awal sama dengan nilai sekarang arus kas masuk (NPV = 0).
2.7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009
Peraturan Pemerintah RI No. 70 tahun 2009 tentang konversi energi.
BAB I: Ketentuan Umum
Pasal 1
1. Konservasi energi adalah upaya sistematis terencana, dan terpadu guna
melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi
pemanfaatannya.
2. Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja yang dapat berupa panas,
cahaya, mekanika, kimia, dan elektromagnetika.
3. Sumber energi adalah sesuatu yang dapat menghasilkan energi, baik secara
langsung maupun melalui proses konversi atau transformasi.
31
5. Badan usaha adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang menjalankan jenis
usaha bersifat tetap, terus-menerus, dan didirikan sesuai peraturan perundang-
undangan, serta bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
7. Pengusaha adalah perseorangan, badan usaha, bentuk usaha tetap yang
melakukan pengusahaan energi termasuk produsen peralatan pemanfaat energi.
12. Peralatan hemat energi adalah piranti atau perangkat atau fasilitas yang dalam
pengoperasiannya memanfaatkan energi secara hemat sesuai dengan benchmark
hemat energi yang ditetapkan.
BAB II: Tanggung Jawab Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pengusaha, dan Masyarakat.
Bagian Keempat: Tanggung Jawab Pengusaha
Pasal 7
(1) Pengusaha bertanggung jawab:
a. Melaksanakan konservasi energi dalam setiap tahap pelaksanaan usaha; dan
b. Menggunakan teknologi yang efisien energi; dan/atau
c. Menghasilkan produk dan/atau jasa yang hemat energi.
BAB III: Pelaksanaan Konservasi Energi
Bagian Keempat: Konservasi Dalam Pemanfaatan Energi
32
Pasal 12
(1) Pemanfaatan energi oleh pengguna sumber energi dan pengguna energi wajib
dilakukan secara hemat dan efisien.
(2) Pengguna sumber energi dan pengguna energi yang menggunakan sumber energi
dan/atau energi lebih besar atau sama dengan 6.000 (enam ribu) setara ton minyak per
tahun wajib melakukan konservasi energi melalui manajemen energi.
(3) Manajemen energi dilakukan dengan:
a. Menunjuk manajer energi;
b. Menyusun program konservasi energi;
c. Melaksanakan audit energi secara berkala;
d. Melaksanakan rekomendasi hasil audit energi; dan
e. Melaporkan pelaksanaan konservasi energi setiap tahun kepada Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya masing-masing.
BAB V: Kemudahan Insentif, dan Disinsetif
Bagian Kesatu: Kemudahan dan Insentif
Pasal 17
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah member kemudahan kepada pengguna
energi dan produsen hemat energi di dalam negeri yang melaksanakan konservasi energi
untuk memperoleh:
33
a. Akses informasi mengenai teknologi hemat energi dan spesifikasinya, dan
cara/langkah penghematan energi; dan
b. Layanan konsultasi mengenai cara/langkah pengehamatan energi.
Pasal 18
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah member insentif kepada:
a. Pengguna energi yang menggunakan energi lebih besar atau sama dengan 6.000
(enam ribu) setara ton minyak per tahun; dan
b. Produsen peralatan hemat energi di dalam negeri,
Yang berhasil melaksanakan konservasi energi pada periode tertentu.
Pasal 19
(1) Kriteria keberhasilan pelaksanaan konservasi energi bagi pengguna energi apabila
dalam periode tertentu terjadi penurunan:
a. Konsumsi energi spesifik; dan/atau
b. Elastisitas konsumsi energy.
Pasal 20
(1) Insentif yang diberikan kepada pengguna energi dapat berupa:
a. Fasilitas perpajakan untuk peralatan hemat energi;
b. Pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan pajak daerah untuk peralatan
hemat energi;
c. Fasilitas bea masuk untuk peralatan hemat energi;
34
d. Dana suku bunga rendah untuk investasi konservasi energi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan/atau
e. Audit energi dalam pola kemitraan yang dibiayai oleh pemerintah.
(3) Permohonan insentif dapat diajukan oleh pengguna energi dalam hal evaluasi atas
laporan konservasi energi setiap tahun kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Fasilitas perpajakan diberikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. Pemberian
pengurangan, keringanan, dan pembebasan pajak diberikan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang pajak daerah. Fasilitas bea masuk diberikan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan.
Bagian Kedua: Disinsentif
Pasal 22
(1) Pengguna energi yang tidak melaksanakan konservasi energi melalui manajemen
energi dikenakan disinsentifoleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangan masing-masing.
(2) Disinsentif dapat berupa:
a. Peringatan tertulis;
b. Pengumuman di media massa;
c. Denda ; dan/atau
d. Pengurangan pasokan energi.
35
Pasal 23
Peringatan tertulis diberikan paling banyak 3 (tiga) kali dalam tenggat waktu
masing-masing 1 (satu) bulan.
Pasal 24
Dalam hal pengguna sumber energi dan pengguna energi yang telah diberi
peringatan sebanyak 3 (tiga) kali tidak melaksanakan konservasi energy, Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya mengumumkan nama
pengguna sumber energi dan pengguna energi yang bersangkutan di media massa.
Pasal 25
(1) Dalam hal 1 (satu) bulan setelah nama pengguna diumumkan di media massa tetap
tidak melaksanakan konsercasi energi, yang bersangkutan dikenai denda.
(2) Denda dikenakan sebanyak 2 (dua) kali dari nilai pemborosan energi yang
ditimbulkan.
(3) Hasil denda disetorkan ke kas negara/kas daerah sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
Pasal 26
(1) Dalam hal 1 (satu) bulan setelah pengenaan denda pengguna sumber energi dan
pengguna energi tidak membayar denda, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya menetapkan pengurangan pasokan energi kepada yang
bersangkutan.
36
(2) Pengurangan pasokan energi harus mendapatkan persetujuan Menteri.
(3) Pengurangan pasokan energi tidak menghilangkan kewajiban pembayaran denda
oleh pengguna sumber energi dan pengguna energi.