BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dibahas mengenai beberapa konsep diantaranya adalah
konsep kebiasaan menggosok gigi, konsep karies gigi, konsep anak pra sekolah,
kerangka konseptual dan hipotesa.
A. Konsep Kebiasaan Menggosok Gigi
1. Pengertian
Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap,
berlangsung secara otomatis dan tidak direncanakan. Kebiasaan
memberikan pola perilaku yang dapat diramalkan karena sering dikaitkan
dengan adat istiadat yang turun temurun. Karena kebiasaan pada umumnya
sudah melekat pada diri seseorang, termasuk kebiasaan yang kurang
menguntungkan bagi kesehatan, maka sulit untuk diubah (Notoatmodjo S,
2010 : 16).
Menggosok gigi adalah prosedur rutin yang merupakan salah satu
usaha untuk mencegah terjadinya kerusakan gigi (www.lintasberita.com.
Diakses tanggal 10 Mei 2010).
Jadi kebiasaan menggosok gigi adalah perilaku manusia yang
menetap dalam usaha untuk mencegah terjadinya kerusakan pada gigi.
Kebiasaan menggosok gigi seorang anak dipengaruhi oleh
karakteristik ibu yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan dan
penghasilan.
6
a. Umur.
Semakin cukup usia, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan
masyarakat, seorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari
orang yang belum cukup dewasa.
Masa dewasa dibagi menjadi 3 kategori :
1) Masa dewasa awal (21-40 tahun)
Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa
reproduktif. Seseorang mampu memecahkan masalah yang
kompleks dengan kapasitas berfikir abstrak, lugas dan rasional.
2) Masa dewasa madya (40-60 tahun)
Merupakan masa transisi, mereka meninggalkan ciri-ciri jasmani
dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam
kehidupan dengan ciri jasmani dan perilaku yang baru.
3) Masa usia lanjut (60 tahun sampai mati)
Ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan
psikologis yang semakin menurun. Perubahan yang menyangkut
kemampuan motorik, kekuatan fisik dan fungsi psikologis.
(http:// qalbinur.wordprees.com. Diakses tanggal 25 agustus 2010)
b. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima
informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki
dan begitu pula sebaliknya.
Macam jalur pendidikan :
1) Pendidikan formal
a) Pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTS)
7
b) Pendidikan menengah (SMA/MA/SMK)
c) Pendidikan tinggi (diploma,sarjana,magister,spesialis,doctor)
2) Pendidikan nonformal
Diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan pelayanan
pendidikan sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap.
3) Pendidikan informal
Dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar
secara mandiri misalnya PAUD, pesantren.
(UU RI No. 20 pasal 17 Sisdiknas tahun 2009)
c. Pekerjaan
Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.
Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan
keluarga.
(Nursalam & Pariani S, 2001 : 132-134)
d. Penghasilan
Penghasilan yang rendah akan mengurangi kemampuan keluarga
untuk memenuhi kebutuhan lainnya seperti perumahan, lingkungan
sehat, pendidikan dan kesehatan. Jelas semuanya itu akan dengan
mudah dapat menimbulkan penyakit.
Penghasilan keluarga di Kabupaten Bojonegoro dibedakan :
1) Penghasilan tinggi = > Rp. 1.105.000,00/bulan
2) Penghasilan sedang = Rp. 825.000,00-Rp. 1.105.000,00/bulan
3) Penghasilan rendah = < Rp. 825.000,00/bulan.
2. Tujuan menggosok gigi
a. Menghilangkan dan mengganggu pembentukan plak
b. Membersihkan gigi dari makanan, debris dan pewarnaan
8
c. Menstimulasi jaringan gingiva
d. Mengaplikasikan pasta gigi yang berisi suatu bahan khusus yang
ditujukan terhadap karies, penyakit periodental atau sensitivitas
(Sriyono, WN, 2009 : 54).
3. Cara menggosok gigi
a. Menggosok gigi rahang bawah
Cara meletakkan sikat gigi : Tangkai sikat gigi diletakkan sejajar
dengan dataran pengunyah. Perhatikan ujung-ujungnya bulu sikat
terletak pada perbatasan gigi dan gusi. Sikat gigi kemudian
dimiringkan sedikit sehingga bulu sikat terarah pada perbatasan gigi
dan gusi.
b. Menggosok permukaan gusi yang menghadap ke pipi/bibir
Sikat gigi digerakkan dengan gerakan maju mundurnya yang
pendek, artinya sikat gigi digerak-gerakkan di tempat. Gosoklah
terlebih dahulu gigi yang terletak di belakang. Sesudah itu, barulah
sikat gigi dipindahkan ke tempat berikutnya.
c. Menggosok permukaan gigi yang menghadap ke lidah
Gosoklah dulu gigi-gigi yang terletak di belakang.
d. Menggosok dataran pengunyah
Dimulai dari gigi-gigi rahang atas maupun bawah digosok dengan
maju mundur.
(Santoso S, Ranti Al, 2004 : 23-25).
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika menggosok gigi
a. Memilih sikat gigi
1) Bulu harus lembut dan kepala sikat gigi harus kecil sehingga
mempermudah anak dalam menyikat sampai gigi belakang.
9
2) Permukaan sikat gigi harus rata, cari yang ujung bulunya bulat agar
tidak menggores gusi.
3) Sikat gigi orang dewasa tidak cocok untuk anak kecil karena
kepala sikatnya terlalu besar untuk bisa masuk ke dalam mulutnya
dengan nyaman.
4) Jenis sikat gigi dengan pegangan yang “mantap” bisa membantu
memaksimalkan ketrampilan motorik.
5) Simpanlah sikat gigi dalam posisi tegak di tempat bulunya bisa
mengering dan pastikan sikat tidak saling bersentuhan karena bisa
membuat kuman berpindah dari satu sikat ke sikat lain.
6) Gantilah sikat gigi anak bila ada tanda-tanda kerusakan, misalnya
bulunya sudah megar
7) Belilah sikat baru setiap 4 bulan dan langsung setelah anak sembuh
dari penyakit, karena sikat yang lama mungkin menyimpan kuman-
kuman.
(Rudijanto F, 2004 : 52)
b. Memilih pasta gigi
Pasta gigi yang baik melakukan beberapa fungsi sekaligus :
1) Pasta gigi adalah alat pembersih yang membantu menghilangkan
sisa makanan dari sekitar gigi dan gusi
2) Pasta gigi biasanya mengandung flourida, yang membantu
memperkuat dan melindungi gigi dari pembusukan dan sikat gigi
membuat flourida menyentuh permukaan email gigi.
3) Menggunakan pasta gigi membuat mulut anak terasa segar dan
bersih
(Rudijanto F, 2004 : 53)
10
c. Efektivitas menyikat gigi
Selain tergantung kepada bentuk dan cara menyikat gigi juga
tergantung dari frekuensi dan lamanya menyikat gigi. Lama menyikat
gigi antara 2-3 menit sudah efektif untuk membersihkan plak. Selain
menggunakan lama waktu menyikat gigi, maka untuk efektivitas
menyikat gigi, ada ajuran untuk menggosok gigi pada tiap-tiap bagian
sebanyak 5 sampai 10 gosokan (Sriyono WN, 2009 : 55-56).
d. Waktu yang tepat untuk menggosok gigi
1) Setiap selesai makan.
2) Sebelum tidur.
(Susanto A, 2007 : 31)
5. Kesalahan dalam menggosok gigi
a. Menggunakan sikat gigi yang salah
Pertimbangkan besar mulut ketika memilih sikat gigi, pilih juga
sikat gigi dengan gagang yang nyaman. Semakin nyaman sikat gigi
yang digunakan, semakin sering pula akan menggunakannya dan
dengan cara yang tepat.
b. Pemilihan bulu sikat yang tidak tepat
Pilih sikat gigi dengan bulu sikat yang lembut dan cukup kokoh
agar dapat mengikis plak yang menempel pada permukaan gigi, tanpa
harus menyakiti gusi.
c. Jarang menggosok gigi atau terlalu lama menggosok gigi
Gosoklah gigi dengan lembut 2 kali sehari (pagi dan malam)
setidaknya 2-3 menit atau bisa membagi 30 detik untuk setiap sisi gigi.
11
d. Menggosok gigi terlalu sering dan keras
Tiga kali sehari adalah jumlah paling ideal bagi kita untuk
menggosok gigi lebih dari tiga kali artinya telah bertindak terlalu
berlebihan, menggosok gigi terlalu kasar atau keras dapat mengikis
email gigi.
e. Tidak menggosok gigi dengan benar
Menggerakkan sikat gigi memanjang horizontal searah garis gusi
akan memicu terjadinya abrasi.
(http://preventionindonesia.com. Diakses tanggal 10 Mei 2010).
B. Konsep karies gigi
1. Pengertian
Karies gigi adalah penyakit jaringan keras gigi akibat aktivitas
bakteri sehingga terjadilah (melunaknya) jaringan keras gigi yang diikuti
terbentuknya kavitas (rongga) (Martariwansyah, 2008 : 18).
2. Klasifikasi
Karies gigi dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi, tingkat laju
perkembangan dan jaringan keras yang terkena.
a. Berdasarkan lokasi
1) Karies celah fisura
Celah dan fisura adalah tanda anatomis gigi. Fisura terbentuk
saat perkembangan alur dan tidak sepenuhnya menyatu dan
membuat suatu turunan atau depresio yang khas pada struktur
permukaan email. Tempat ini mudah sekali menjadi lokasi karies
gigi. Karies celah dan fisura terkadang sulit dideteksi.
12
2) Karies pemukaan halus
Ada dua macam karies permukaan halus yaitu :
a) Karies proksimal
Karies proksimal adalah tipe yang paling sulit dideteksi.
Karies proksimal ini memerlukan pemeriksaan radiologi.
b) Karies akar
Karies akar adalah tipe yang paling sering terjadi dan
biasanya terbentuk ketika permukaan akar telah terbuka karena
resesi gusi. Bila gusi sehat, karies ini tidak akan berkembang
karena tidak dapat terpapar oleh plak bakteri, gigi geraham atas
merupakan lokasi tersering dari karies akar.
b. Berdasarkan laju penyakit
Laju karies dapat membagi karies menjadi karies akut atau
kronis. Karies rekuren berarti karies yang terjadi pada bekas karies
terdahulu.
c. Berdasarkan jaringan keras yang terkena
Berdasarkan pada jaringan keras yang terpengaruh, karies dapat
dibedakan menjadi karies yang mempengaruhi enamel, dentin atau
sementum serta karies didekat leher gigi disebut karies servikal
(http://id.wikipedia.org. Diakses tanggal 10 Mei 2010).
3. Etiologi
Ada empat hal utama yang berpengaruh pada karies : permukaan
gigi, bakteri kariogenik (penyebab karies), karbohidrat yang
difermentasikan dan waktu.
13
a. Gigi
Anatomi gigi berpengaruh pada pembentukan karies celah atau
alur yang dalam. Pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies.
Karies juga sering terjadi pada tempat yang sering terselip sisa
makanan.
b. Bakteri
Mulut merupakan tempat berkembangnya banyak bakteri namun
hanya sedikit bakteri penyebab karies, yaitu Streptococcus mutans dan
Lactobacilli. Contoh bakteri dapat diambil pada plak
c. Waktu
Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang
kariogenik dapat mempengaruhi perkembangan karies. Demineralisasi
dapat terjadi setelah 2 jam (http://id.wikipedia.org. Diakses tanggal 10
Mei 2010).
d. Karbohidrat
Telah diuraikan dalam bab sebelumnya bahwa sisa-sisa makanan
dalam rongga mulut terutama makanan lengket dan manis dapat
menyebabkan timbulnya plak gigi yang menumpuk kemudian akan
menyebabkan karies gigi (Susanto A, 2007 : 27).
Faktor lain yang mempengaruhi :
e. Minuman
Selain makanan yang telah diuraikan sebelumnya, ternyata
minuman kopi dan teh juga kurang baik untuk kesehatan gigi. Terlalu
banyak minum kopi dan teh dapat menimbulkan plak berwarna coklat
pada permukaan gigi. Minuman soft drink (minuman bersoda) dapat
menyebabkan karies gigi karena mengandung banyak gula.
14
f. Menggosok gigi
Kuman akan aktif merusak gigi jika ada sisa-sisa makanan dalam
rongga mulut. Jika kegiatan menggosok gigi sudah dilakukan dan
masih sakit gigi, hal ini kemungkinan disebabkan cara menyikat gigi
yang salah atau alat yang digunakan kurang baik.
g. Berkumur
Ketika menggosok gigi, kadang-kadang kita sulit membersihkan
bakteri yang ada disela-sela gigi. Cara yang tepat untuk membasminya
dengan berkumur menggunakan obat kumur .
(Susanto A, 2007 : 30-35).
4. Faktor risiko
a. Pengalaman karies
Penelitian epidemiologis telah membuktikan adanya hubungan antara
pengalaman karies dengan perkembangan karies dimasa datang.
sensitivitas parameter ini hampir mencapai 60%.
b. Penggunaan fluor
Pemberian fluor yang teratur baik yang secara sistemik maupun lokal
merupakan hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi
terjadinya karies oleh karena dapat meningkatkan remineralisasi.
Namun demikian, jumlah kandungan fluor dalam air minum dan
makanan harus diperhitungkan pada waktu memperkirakan kebutuhan
tambahan fluor, karena pemasukan fluor yang berlebihan dapat
menyebabkan fluorosis.
c. Oral hygiene
15
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu komponen dalam
pembentukan karies adalah plak. Insiden karies dapat dikurangi
dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan
gigi, namun banyak pasien tidak melakukannya secara efektif.
Peningkatan oral hygiene dapat dilakukan dengan menggunakan alat
pembersih interdental yang dikombinasi dengan pemeriksaan gigi
secara teratur. Pemeriksaan gigi rutin ini dapat membantu mendeteksi
dan memonitor masalah gigi yang berpotensi menjadi karies.
d. Jumlah bakteri
Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas
berbagai jenis bakteri. Walaupun laktobasilus bukan merupakan
penyebab utama karies, tetapi bakteri ini ditemukan meningkat pada
orang yang mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah banyak.
e. Saliva
Selain mempunyai efek bufer, saliva juga berguna untuk
membersihkan sisa-sisa makanan di dalam mulut. Pada individu yang
berkurang fungsi salivanya, maka aktivitas karies akan meningkat
secara signifikan.
f. Pola makan
Pengaruh pola makan dalam proses karies, biasanya lebih bersifat lokal
dari pada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengkonsumsi
makanan. Apabila makanan dan minuman berkarbonat terlalu sering
dikonsumsi, maka enamel gigi tidak akan mempunyai kesempatan
untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi
karies.
16
g. Umur
Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi
karies sejalan dengan bertambahnya umur. Anak-anak mempunyai
risiko karies yang paling tinggi ketika gigi mereka baru erupsi.
h. Jenis kelamin
Dari berbagai penelitian menyatakan bahwa prevalensi karies gigi pada
wanita lebih tinggi dibandingkan pria. Hal ini disebabkan erupsi gigi
pada anak perempuan lebih cepat dibanding anak laki-laki sehingga
gigi anak perempuan lebih lama didalam mulut dan akan lebih lama
berhubungan dengan faktor risiko terjadinya karies.
i. Sosial ekonomi
Karies dijumpai lebih rendah pada kelompok sosial ekonomi tinggi
dan sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup
sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi. Seseorang yang
mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan
sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi
perilakunya untuk hidup sehat.
(http://usupress.usu.ac.id. Diakses tanggal 12 Mei 2010).
5. Tanda dan gejala
a. Daerah yang tampak berkabur dipermukaan gigi tampak coklat dan
membentuk lubang.
b. Lesi tampak coklat dan mengkilat. Daerah coklat pucat menandakan
adanya karies yang aktif.
c. Daerah yang terkena akan berubah warna dan menjadi lunak ketika
disentuh.
17
d. Adanya nyeri yang dapat bertambah hebat dengan panas, suhu yang
dingin dan makanan atau minuman yang manis.
e. Bau nafas tak sedap dan pengecapan yang buruk.
(http://id.wikipedia.org. Diakses tanggal 10 Mei 2010).
6. Komplikasi
Jika tidak ditangani, karies gigi biasanya menghancurkan sebagian
besar gigi dan menyebar ke jaringan sebelahnya, sehingga menyebabkan
sakit dan infeksi, invasi mikroba ke pulpa gigi mempercepat respon radang
yang dapat menimbulkan rasa sakit (sakit gigi). Proses ini dapat
menimbulkan nyeri yang hebat dan disertai sepsis serta infeksi pada
daerah muka (Nelson, 2000 : 1286).
Gangguan atau penyakit yang timbul akibat sakit gigi dan gusi
sebagai berikut :
a. Gangguan pada mata
Gangguan ini sering ditemukan pada orang yang sakit gigi, mata
menjadi lelah dan terasa nyeri pada bagian atas mata. Rasa nyeri pada
mata ini terjadi karena saraf mata dan saraf pada gigi berpangkal pada
tempat yang sama.
b. Sakit kepala
Keluhan ini biasanya dialami oleh orang yang mengunyah
makanan menggunakan salah satu gigi karena gigi pada sisi yang lain
sakit. Rasa sakit ini umumnya terasa di kepala bagian belakang.
c. Penyakit saluran pernafasan
18
Infeksi mulut dapat menyebabkan penyakit pada saluran
pernafasan jika bakteri terserap masuk ke dalam saluran tersebut.
Bakteri dapat masuk sampai ke paru-paru dan menimbulkan infeksi
pada alat tubuh tersebut.
d. Penyakit jantung
Bakteri dalam rongga mulut yang masuk bersama aliran darah
dapat memproduksi zat kimia yang mempercepat pembekuan darah.
Keadaan ini dapat menimbulkan pengerasan pembuluh darah. Bakteri
ini juga dapat melekat pada lapisan lemak yang menempel di
pembuluh darah jantung akibatnya, penyaluran sari makanan dan
oksigen menuju jantung menjadi terhambat.
(Susanto A, 2007 : 25-26).
7. Pencegahan karies gigi
Perawatan gigi mulut pada masa balita dan anak ternyata cukup
menentukan kesehatan gigi dan mulut mereka pada tingkatan usia
selanjutnya. Beberapa penyakit gigi dan mulut bisa mereka alami bila
perawatan tidak dilakukan dengan baik. Diantaranya caries (lubang pada
permukaan gigi), gingivitis (radang gusi) dan sariawan untuk
mencegahnya, beberapa hal berikut perlu mendapatkan perhatian orang
tua :
a. Kurangi konsumsi makanan manis dan mudah melekat pada gigi
seperti permen atau coklat.
b. Ajak mereka menggosok gigi secara teratur dan benar pada pagi, sore
dan menjelang tidur. Lebih baik lagi bila dilakukan setiap usai makan.
Biasakan mereka berkumur-kumur setelah makan-makanan manis.
19
c. Siapkan makanan kaya kalsium (ikan dan susu), flour (teh, daging sapi
dan sayuran hijau), fosfor, serta vitamin A (wortel), vitamin C (buah-
buahan), vitamin D (susu), vitamin E (kecambah), mineral dan vitamin
tersebut diperlukan untuk pertumbuhan gigi mereka.
d. Jaga kesehatan mulut mereka dengan baik. Bila ada karang gigi segera
bawa ke dokter gigi untuk dibersihkan.
e. Ajak mereka memeriksakan gigi enam bulan sekali.
f. Bila tiba-tiba mengeluh sakit gigi, suruh mereka berkumur dengan air
garam hangat dan lubang ditutup kapas berminyak cengkeh lalu bawa
ke dokter atau klinik gigi.
(Surendro D, 2002 : 80-81).
8. Pengobatan karies
a. Bila pencabutan diindikasikan, terapinya juga harus mengarah pada
masalah bahwa gigi-gigi disekitar tempat pencabutan akan berubah
posisinya pada lengkungan gigi.
b. Antibiotika biasanya tidak diindikasikan, kecuali pada penderita
dengan daya tahan terganggu, penyembuhan luka terganggu atau
berisiko endokarditis.
c. Jika antibiotika oral tidak efektif, jalan parenteral diindikasikan.
d. Penisilin merupakan antibiotika pilihan, kecuali pada penderita dengan
riwayat alergi terhadap penisilin.
e. Kombinasi asetaminofen dengan kodein yang diberikan per oral
biasanya adekuat.
(Nelson, 2000 : 1286).
20
C. Konsep Anak Prasekolah
1. Pengertian
Anak pra sekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun (Muscari EM,
2005 : 59).
2. Kesehatan gigi anak pra sekolah
a. Seluruh gigi desidua yang berjumlah 20 harus lengkap pada usia 3
tahun.
b. Perkembangan motorik halus pada usia pra sekolah memungkinkan
anak mampu menggunakan sikat gigi dengan baik, anak harus
menggosok giginya dua kali sehari.
c. Orang tua harus mengawasi anak menggosok gigi dan membersihkan
sela-sela gigi.
d. Anak harus menghindari makanan yang bersifat kariogenik untuk
mencegah karies.
(Muscari EM, 2005 : 60).
21
D. Kerangka Konseptual
Keterangan :
: Tidak diteliti
: Diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi
dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Pra Sekolah di TK.
Dharma Wanita Mekarsari Kecamatan Trucuk Kabupaten
Bojonegoro tahun 2010.
Kerangka konseptual di atas menjelaskan bahwa faktor gigi, bakteri,
waktu, karbohidrat, minuman, berkumur dan menggosok gigi dapat
mempengaruhi timbulnya karies gigi.
Pada anak pra sekolah sering mengkonsumsi makanan manis dan mudah
melekat pada gigi seperti permen dan coklat yang lama kelamaan akan
membentuk plak gigi, apabila tidak dicegah dengan menggosok gigi secara
22
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian karies gigi :1. Gigi.2. Bakteri.3. Waktu.4. Karbohidrat.5. Minuman.6. Menggosok gigi.7. Berkumur.
Kebiasaan menggosok gigi Kejadian karies gigi pada anak pra sekolah
teratur dan benar plak akan terus menumpuk dan akan membentuk asam.
Apabila hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan terjadi lesi karies.
Kerangka konseptual dalam penelitian ini yang diteliti adalah kebiasaan
menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak pra sekolah.
E. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian (Nursalam, 2008 : 56).
Hipotesa nol (H0) adalah hipotesis yang digunakan untuk pengukuran
statistik dan interprestasi hasil statistik. Hipotesis nol dapat sederhana atau
kompleks dan bersifat sebab atau akibat.
Hipotesa alternatif (Ha/H1) adalah hipotesis penelitian. Hipotesis ini
menyatakan adanya suatu hubungan, pengaruh dan perbedaan antara dua atau
lebih variabel.
Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (H1) yaitu ada
hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak
pra sekolah di TK. Dharma Wanita Mekarsari Kecamatan Trucuk Kabupaten
Bojonegoro.
23