Download - BAB 2 Dasar Teori
+ 600+550
+ 500+ 450
+ 400
Laporan Praktikum Ilmu Ukur TanahBab 2 Dasar TeoriKelompok XIII
BAB 2
DASAR TEORI
2.1. Peta Topografi
2.1.1. Pengertian
Peta adalah bayangan rupa bumi yang di gambar pada bidang datar dengan skala
tertentu, sedangkan peta topografi adalah peta yang memperlihatkan unsur-unsur asli
dan buatan manusia di atas permukaan bumi dan biasanya digunakan sebagai peta
dasar dalam pekerjaan di bidang teknik sipil. Unsur-unsur tersebut dapat dikenal
maupun diidentifikasi dan pada umumnya untuk memperlihatkan keadaan yang
sesungguhnya.
Pengertian lain mengenai peta topografi ada dua, yaitu :
a. Peta yang menggambarkan relief permukaan bumi beserta bangunan alami
maupun buatan manusia yang ada di atasnya.
b. Peta yang menggambarkan relief/sifat permukaan bumi yang digambarkan dengan
garis kontur.
2.1.2. Garis Kontur
Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai
ketinggian yang sama terhadap bidang referensi yang digunakan. Kecuraman dari
suatu lereng (stepness) dapat ditentukan dengan adanya interval kontur dan jarak
antara dua kontur, sedangkan jarak horizontal antara dua garis kontur dapat
ditentukan dengan cara interpolasi. Garis kontur tidak boleh saling berpotongan satu
sama lain. Selain itu garis kontur harus merupakan garis yang tertutup baik di dalam
maupun di luar peta.
Pada gambar berikut ditunjukan jenis-jenis garis kontur :
(a)
5
+ 110 + 107,5+ 105
+ 102,5
+ 200
+ 300
+ 400
+ 500
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 6 Bab 2 Dasar TeoriKelompok XIII
(b)
(c)
Gambar 2.1. Jenis-jenis Garis Kontur. (a) Kontur Sebuah Bukit, (b)
Kontur Sebuah Sungai, (c) Kontur Pada Daerah Datar.
Sifat-sifat garis kontur adalah sebagai berikut :
1. Garis kontur selalu merupakan garis tertutup (loop), kecuali pada batas peta.
2. Dua buah garis kontur dengan ketinggian yang berbeda tidak mungkin saling
berpotongan.
3. Garis kontur tidak mungkin bercabang (dalam hubungannya dengan keaslian alam,
kecuali buatan manusia).
4. Garis kontur dengan ketinggian berbeda tidak mungkin menjadi satu, kecuali pada
bagian tanah yang vertikal akan digambarkan sebagai garis yang berimpit.
5. Semakin miring keadaan tanah, kontur akan digambarkan semakin rapat.
6. Semakin landai kondisi tanah, kontur yang digambarkan semakin jarang.
7. Garis kontur yang melalui tanjung/lidah bukit akan cembung ke arah turunnya
tanah.
8. Garis kontur yang melalui lembah atau teluk akan cembung ke arah titik atau hulu
lembah.
9. Garis kontur yang memotong sungai akan cembung ke arah hulu sungai.
10. Garis kontur yang memotong jalan akan cembung ke arah turunnya jalan.
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 7 Bab 2 Dasar TeoriKelompok XIII
Garis kontur merupakan ciri khas yang membedakan peta topografi dengan peta
lainnya dan digunakan untuk penggambaran relief atau tinggi rendahnya permukaan
bumi yang dipetakan. Dari pengertian di atas dapat dipahami betapa pentingnya garis
kontur antara lain, untuk pembuatan trace jalan dan menghitung volume galian dan
timbunan.
2.2. Tahap Pembuatan Peta
2.2.1. Pengukuran Kerangka Peta
a. Kerangka Horisontal
Sesuai dengan keadaan luas daerah yang akan dipetakan, maka kerangka peta yang
digunakan dalam praktikum adalah berupa poligon. Poligon dibagi menjadi dua yaitu,
poligon terbuka dan poligon tertutup. Dalam proses pembuatan kerangka horisontal
poligon terbuka/tertutup diikatkan pada titik pasti yang telah diketahui koordinatnya.
Gambar 2.2. Pengukuran Kerangka Horisontal
Keterangan :
1,2,3,… = nomor titik
1,2,3,… = sudut dalam poligon
1, 2, 3,… = sudut luar poligon
12,23,34,… = azimuth
Rumus-rumus yang harus dipenuhi :
a). Syarat Sudut
Jumlah sudut dalam poligon : d = (n – 2) x 180o
Jumlah sudut luar poligon : = (n – 2) x 360o
dimana : n = jumlah titik poligon
= jumlah sudut polygon
α12
α51 α45
β4
β3 α34
α23
β1
β2
α45
α23α2
α34
α3
α51
α12
α1
α5 α4
β5
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 8 Bab 2 Dasar TeoriKelompok XIII
b).Syarat Sisi
Jumlah proyeksi pada sumbu y : = (d sin ) = 0
Jumlah proyeksi pada sumbu x : = (d cos ) = 0
c). Azimuth Awal
Pengukuran azimuth didasarkan pada arah utara magnet bumi atau azimuth
kompas.
d). Menghitung Azimuth Masing-masing Titik
Untuk poligon sudut dalam (n,n+1) = (n – 1, n) + 180o - d
Untuk poligon sudut luar (n,n+1) = (n – 1, n) - 180o +
dimana : n = nomor titik
= azimuth
= sudut luar/dalam poligon
Cara perhitungan poligon dilakukan menurut tetapan :
1. Menjumlahkan sudut dari sudut dalam atau luar yang diukur.
2. Menentukan besar penyimpangan () kemudian memberikan koreksi pada tiap
titik.
3. Menghitung sudut jurusan didasarkan pada sudut poligon yang telah terkoreksi.
4. Menghitung proyeksi titik ke sumbu x dan y, yaitu d sin dan d cos .
5. Menentukan penyimpangan jumlah jarak proyeksi dan memberikan koreksi pada
tiap-tiap jarak tertentu.
b. Kerangka Vertikal
Kerangka vertikal diukur dengan menggunakan alat waterpass. Pekerjaan
waterpassing atau pengukuran beda tinggi yaitu :
1. Pengukuran beda tinggi di suatu tempat.
2. Pengukuran profil/penampang tanah pada arah memanjang.
Beda tinggi antara dua titik adalah selisih tinggi dalam vertikal atau jarak terpendek
antara dua nivo yang melalui titik tersebut. Penampang adalah tampang yang arahnya
melintang. Pengukuran beda tinggi diperlukan untuk menghitung volume galian dan
timbunan tanah.
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 9 Bab 2 Dasar TeoriKelompok XIII
Dalam pembuatan peta topografi digunakan pengukuran memanjang untuk ketinggian
titik detail dan dari hasil pengukuran didapat beda tinggi suatu titik ikat (poligon)
terhadap titik ikat lainnya. Beda tinggi yang didapat nantinya akan digunakan sebagai
data dalam pembuatan dan penggambaran peta topografi.
Pengukuran beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara
lain :
1. Metode Menyipat Datar
BTA BTB
i
B
HAB
A
Gambar 2.3. Pengukuran Beda Tinggi dengan Metode Menyipat Datar
Metode ini menggunakan waterpass sebagai alat ukurnya.
HAB = BTA – BTB
HB = HA + HAB
keterangan : Titik A= Titik di belakang alat (waterpass)
Titik B = Titik di depan alat (waterpass)
HAB = Beda tinggi antara titik A dan titik B
BTA = Bacaan benang tengah titik A
BTB = Bacaan benang tengah titik B
HA = Ketinggian/elevasi titik A
HB = Ketinggian/elevasi titik B
2. Metode Barometris
Gambar 2.4. Pengukuran dengan Metode Barometris
Metode barometris menggunakan barometer sebagai alat ukurnya. Metode ini
memakai prinsip menggunakan tekanan udara pada tempat yang akan dicari
B
A
m
D’
z
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 10 Bab 2 Dasar TeoriKelompok XIII
ketinggiannya. Untuk mengetahui ketinggian dari muka air laut rata-rata. Setelah
ketinggian diketahui, maka beda tinggi yang diperoleh kurang akurat, karena
tergantung dari suhu, kelembaban udara, dan juga gaya tarik bumi.
3. Metode Tachymetri
BA
BB
BT
i
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 11 Bab 2 Dasar TeoriKelompok XIII
Δ HAB
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 12 Bab 2 Dasar TeoriKelompok XIII
D
Gambar 2.5. Pengukuran Beda Tinggi dengan Cara Tachymetri
Jarak datar (D) = D’ cos m
= (BA – BB) x 100 x cos2 m
Beda tinggi (H) = ½ (BA – BB) x 100 sin 2 m + i– BT
keterangan : i = tinggi alat
BA = bacaan benang atas
BB = bacaan benang bawah
BT = bacaan benang tengah
m = sudut miring
z = sudut zenith = 90o - m
H = beda tinggi antara titik A dan B
D = jarak datar
D’ = jarak miring
z
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 13 Bab 2 Dasar TeoriKelompok XIII
4. Metode Trigonometri
D’ BB
m B
BABT
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 14 Bab 2 Dasar TeoriKelompok XIII
Δ HAB
D
Gambar 2.6. Pengukuran dengan Menggunakan Cara Trigonometri
Pada metode ini alat yang digunakan adalah theodolit.
Beda tinggi antara A dan B = Δ HAB
keterangan : D = jarak datar
z = zenith
m = sudut miring
c. Data yang Harus Diukur
Data yang harus dicari tergantung dengan alat yang digunakan. Data yang perlu
diukur dalam kaitannya dengan pengukuran kerangka horizontal dengan
menggunakan theodolit adalah benang atas, benang bawah, benang tengah, azimuth,
zenith, tinggi alat, dan sket pengukuran, sedangkan data yang perlu diambil untuk
kerangka vertikal adalah data dari penggunaan waterpass, yaitu benang atas, benang
bawah, dan benang tengah.
d. Praktikum yang Dilaksanakan
Praktikum dilaksanakan di lokasi Gedung 2 Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Kerangka horisontal berupa poligon segi lima tidak beraturan.
Pengukuran kerangka horisontal dengan menggunakan theodolit manual (T0) dan
digital theodolit (DT), sedangkan untuk kerangka vertikal digunakan alat berupa
waterpass. Setiap titik poligon dilakukan dua kali pengukuran, yaitu pengukuran
pergi dan pengukuran pulang.
2.2.2. Pengukuran Titik Detail
Titik detail adalah semua penampakan yang ada di muka bumi baik alamiah maupun
buatan manusia. Pada pengukuran ini tidak mungkin dilakukan secara lengkap dan
terperinci. Oleh karena itu, harus diambil titik detail seefektif mungkin yang dapat
mewakili dalam penggambaran peta tranches nantinya.
Dalam pemilihan titik detail harus disesuaikan dengan kondisi lapangan, yaitu jangan
terlalu jarang maupun terlalu rapat. Jika titik terlalu jarang, maka hasil peta tranches
tidak akan mencerminkan kondisi yang sebenarnya, namun jika terlalu rapat kurang
A
i
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 15 Bab 2 Dasar TeoriKelompok XIII
efisien. Untuk daerah datar cukup diambil beberapa titik saja, untuk tanah
bergelombang diambil titik efektifnya, untuk parit diambil data tentang kedalaman
dan lebarnya.
Agar pengambilan titik detail lebih mudah mengenai sasaran, maka titik tersebut
dapat dikelompokan sebagai berikut :
a. semua jalan (meliputi : jalan raya, jalan kecil, dll)
b. saluran-saluran air batas sungai, batas pantai
c. jembatan, gardu listrik, tugu, monumen, dll
d. lapangan olahraga, lapangan terbang, persawahan, permukiman, dll
e. kantor pemerintahan, kantor polisi, bank, pasar, toko, dll
f. batas-batas propinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan, dll
A. Cara-cara Pengambilan Titik Detail
Dalam pengukuran titik detail dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
1. Pengukuran Titik Detail dengan Cara Memancar
a1 b1
a8 a2 b8 b2
a7 A a3 b7 b3
B
a6 a5 a4 b6 b5 b4
Gambar 2.7. Pengukuran Titik Detail dengan Cara Memancar
Cara ini dipakai jika jarak antara titik tetap berdekatan, A dan B adalah titik tetap.
Dari gambar di atas, pesawat diletakkan di titik A kemudian diambil a1, a2, a3,…,
sedangkan arah sumbu masing-masing menjauhi titik A, begitu juga titik B.
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 16 Bab 2 Dasar TeoriKelompok XIII
2. Pengukuran Titik Detail dengan Cara Melompat
TD1
a2 b2
a3 a1 b3 b1
a4 a8
b4 b8
a5 a7
a6 b5 b6 b7
Gambar 2.8 Pengukuran Titik Detail dengan Cara Melompat
Adakalanya kita mengalami kesulitan jika menggunakan metode memancar dalam
mengukur titik detail karena titik tetap berjauhan, sehingga diperlukan cara
melompat.
3. Pengukuran Titik Detail dengan Cara Grid
Dilakukan dengan membuat grid-grid tertentu pada tiap jarak tertentu.
a. Data yang Harus Diukur
Data pengukuran titik detail yang diperlukan adalah azimuth, zenith, benang atas,
benang bawah, benang tengah, dan tinggi alat serta sketsa pengukuran titik tersebut.
Data tersebut digunakan untuk mencari jarak dan beda tinggi antara tempat alat
didirikan dengan titik detail yang diukur.
b. Praktikum yang Dilaksanakan
Alat yang digunakan untuk pengukuran titik detail adalah theodolit manual (TO) dan
digunakan cara pengukuran memancar pada tiap titik poligon. Pada titik poligon
dilakukan pendekatan dalam arah azimuth 0o, 45o, 90o, 135o, 180o, 225o, 270o, dan
315o serta ke arah titik penting lainnya, antara lain sudut-sudut bangunan, jalan, talud,
saluran air, dan lain-lain.