Download - BAB 1.docx

Transcript
Page 1: BAB 1.docx

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang

Kegawatdaruratan Psikiatrik merupakan aplikasi klinis dari psikiatrik pada kondisi

darurat. Kondisi ini menuntut intervensi psikiatrik seperti percobaan bunuh diri, penyalahgunaan

obat, depresi, penyakit kejiwaan, kekerasan atau perubahan lainnya pada perilaku. Pelayanan

kegawatdaruratan psikiatrik dilakukan oleh para profesional di bidang kedokteran, ilmu

perawatan, psikologi dan pekerja sosial.

Permintaan untuk layanan kegawatdaruratan psikiatrik dengan cepat meningkat di

seluruh dunia sejak tahun 1960-an, terutama di perkotaan. Penatalaksanaan pada pasien

kegawatdaruratan psikiatrik sangat kompleks. Para profesional yang bekerja pada pelayanan

kegawatdaruratan psikiatrik umumnya beresiko tinggi mendapatkan kekerasan akibat keadaan

mental pasien mereka.

Pasien biasanya datang atas kemauan pribadi mereka, dianjurkan oleh petugas kesehatan

lainnya, atau tanpa disengaja. Penatalaksanaan pasien yang menuntut intervensi psikiatrik pada

umumnya meliputi stabilisasi krisis dari masalah hidup pasien yang bisa meliputi gejala atau

kekacauan mental baik sifatnya kronis ataupun akut.

1.2  Tujuan Penulisan

Ada pun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :

1. Mahasiswa mampu dan memahami dan menjelaskan kedaruratan dalam psikiatri2. Mahasiswa mampu dan memahami tentang gaduh atau gelisah3. Mahasiswa mampu dan memahami tentang bunuh diri4. Mahasiswa mampu dan memahami tentang penyalahgunaan napza

1.3  Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan

penjabaran masalah–masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan dari literatur yang

ada, baik di perpustakaan maupun di internet.

1

Page 2: BAB 1.docx

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Pengertian Kegawadaruratan psikiatri

Rangkaian kegiatan praktik keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan oleh perawat

yang kompeten untuk memberikan asuhan keperawatan di ruang gawat darurat. Keperawatan

Kegawat Daruratan (emergency Nursing) Adalah bagian dari keperawatan dimana perawat

memberikan asuhan kepada klien yang sedang mengalami keadaan yang mengancam kehidupan

karena sakit atau kecelakaan. Unit Gawat Darurat Adalah tempat/unit di RS yang memiliki tim

kerja dengan kemampuan khusus & peralatan yang memberikan pelayan pasien gawat darurat,

merupakan rangkaian dari upaya penanggulangan pasien dengan gawat darurat yang terorganisir.

Kondisi pada keadaan kegawatdaruratan psikiatrik meliputi percobaan bunuh diri,

ketergantungan obat, intoksikasi alkohol, depresi akut, adanya delusi, kekerasan, serangan panik,

dan perubahan tingkah laku yang cepat dan signifikan, serta beberapa kondisi medis lainnya

yang mematikan dan muncul dengan gejala psikiatriks umum. Kegawatdaruratan psikiatrik ada

untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi ini. Kemampuan dokter untuk mengidentifikasi

dan menangani kondisi ini sangatlah penting.

Keperawatan Gawat Darurat adalah pelayanan profesional yg didasarkan pada ilmu

keperawatan gawat darurat & tehnik keperawatan gawat darurat berbentuk pelayanan bio-psiko-

sosio- spiritual yang komprehensif ditujukan pada semua kelompok usia yang sedang mengalami

masalah kesehatan yang bersifat urgen , akut dan kritis akibat trauma, proses kehidupan ataupun

bencana.

2.2  Macam – macam kegawatan psikiatri

2.2.1        Gaduh- Gelisah

Keadaan gaduh gelisah dapat dimasukkan kedalam golongan kedaruratan psikiatri, bukan

karena frekuensinya yang cukup tinggi, akan tetapi karena keadaan ini berbahaya bagi pasien

sendiri maupun bagi lingkungannya, termasuk orang lain dan barang-barangnya. Tidak jarang

2

Page 3: BAB 1.docx

seseorang yang gaduh gelisah dibawa ke rumah sakit. Yang mengantarnya sering tidak sedikit

dan biasanya ialah anggota keluarganya dan sering mereka juga bingung dan gelisah.

A.    Gejala gaduh-gelisah

Keadaan gaduh gelisah biasanya timbul akut atau sub akut. Gejala utama ialah

psikomotorik yang sangat meningkat. Orng itu banyak sekali berbicara, berjalan mondar mandir,

tidak jarang ia berlari-lari dan meloncat-loncat bila keadaan itu berat. Gerakan tangan dan kaki

serta ajuk (mimic) dan suaranya ceat dan hebat. Mukanya kelihatan bingung, marah-marah atau

takut. Ekspresi ini mencerminkan gangguan afek-emosi dan proses berpikir yang tidak realistic

lagi. Jalan pikiran biasanya cepat dan sering terdaat waham curiga. Tidak jarang juga timbul

halusinasi penglihatan (terutama pada sindroma otak organic yang akut) dan halusinasi

endengaran (terutama pada skizofrenia).

Karena gangguan proses berikir ini, serta waham curiga dan halusinasi (lebih-lebih bila

halusinasi itu menakutkan), maka pasien menjadi sangat bingung, gelisah dan gaduh. Ia bersikap

bermusuhan dan mungkin menjadi agresif dan destruktif. Karena itu semua, maka ia menjadi

berbahaya bagi dirinya sendiri atau lingkungannya. Ia dapat melukai diri sendiri atau mengalami

kecelakaan maut dalam kegelisahan yang hebat itu. Jika waham curiganya keras atau

halusinasinya sangat menakutkan, maka ia dapat menyerang orang lain atau merusak barang-

barang disekitarnya.

Bila orang dalam keadaan gaduh gelisah tidak dihentikan atau dibuat tidak berdaya oleh

orang-orang disekitarnya untuk mengamankan si pasien dan lingkungannya, maka ia akan

kehabisan tenaga dengan segala akibatnya atau ia meninggal karena kecelakaan. Tergantung

pada gangguan primer, maka kesadaran data menurun secara kuantitatif (tidak compos mentis)

dengan amnesia sesudahnya (seperti pada sindroma otak yang akut) atau kesadaran itu tidak

menurun akan tetapi tidak normal, kesadaran itu berubah secara kualitatif. Seerti pada semua

psikosa, maka individu dalam keadaan gaduh gelisah ini sudah kehilangan kontak dengan

kenyataan:proses berpikir, afek-emosi, psikomotor dan kemauannya sudah tidak sesuai lagi

dengan realitas.

B.     Sebab gaduh gelisah

Keadaan gaduh gelisah bukanlah merupakan suatu diagnose dalam arti kata yang

sebenarnya, akan tetapi hanya menunjuk kepada suatu keadaan tertentu, suatu sindrom dengan

sekelompok gejala tertentu pula. Keadaan ini bisa disebabkan oleh bermacam-macam yang harus

3

Page 4: BAB 1.docx

ditentukan tiap kali pada setiap pasien. Istilah keadaan gaduh gelisah hanya dapat dipakai

sebagai pemerian sementara tentang suatu gambaran psikopatologik dengan ciri-ciri utama

seperti dicantumkan ada namanya, yaitu gaduh dan gelisah. Biasanya gaduh gelisah manisfestasi

dari pada:

         Psikosa yang berhubungan dengan sindroma otak organic yang akut

Pasien dengan keadaan gaduh gelisah yang berhubungan dengan sindroma otak organic akut

menunjukkan kesadaran yang menurun. Sindroma ini dinamakan delirium. Istilah sindroma otak

organic menunjuk kepada keadaan gangguan fungsi otak karena suatu penyakit badaniah.

Penyakit badaniah ini yang menyebabkan gangguan fungsi otak itu mungkin terdapat di otak

sendiri dan karenanya mengakibatkan kelainan  patologik-anatomik. Secara mudah dapat

dikatakan bahwa ada sindroma otak organic yang akut biasanya terdapat kesadaran yang

menurun, pada sindrom otak organic yang menahun biasanya terdapat demensia,. Akan tetapi

data daja menimbulkan psikosa ataupun gaduh gelisah.

         Psikosa fungsional ; psikosa relative, skizofrenia, psikosa manik-depresi jenis mania

Bila kesadaran tidak menurun, maka biasanya keadaan gaduh gelisah itu merupakan manifestasi

suatu psikosa fungsional, yaitu psikosa yang tidak berhubungan atau sampai sekarang belum

diketahui dengan pasti adanya hubungan dengan suatu penyakit badaniah seperti pada sindroma

otak organic.

         Amok

Keadaan gaduh gelisah yang timbul mendadak dan dipengaruhi oleh factor-faktor social budaya,

karena itu PPDGJ 1 memasukkan kedalam kelompok” Keadaan yang terikat pada kebudayaan

setempat” (culture bound phenomenon). Efek malu memegang peranan penting. Biasanya

seorang pria sesudah periode “meditasi” atau tindakan ritualistic, maka mendadak ia bangkit dan

mengamuk. Ia menjadi sangat agresif dan destruktif.

C.     Keadaan gaduh gelisah lain

1)      Serangan kecemasan akut dan panic mungkin saja terjadi pada orang yang normal bila

nilai ambang frustasinya mendadak dilampaui, misalnya kecemasan dan panic sewaktu

kebakaran, kecelakaan masala tau bencana. Sebagian besar orang-orang ini lekas menjadi tenang

kembali, bila perlu diberikan pengobatan suportif seerti berbicara dengan tenang, istirahat,

tranquilaizer serta makanan dan minuman.

4

Page 5: BAB 1.docx

2)      Kebingungan post konvulsi, tidak jarang terjadi sebuah konvulsi karena epilepsy

grandmall atau sesudah terapi konvulsi elektrokonvulsi. Pasien menjadi gelisah atau agresif.

Keadaan ini berlangsung beberapa menit dan jarang lebih lama dari 15 menit. Pasien

dikendalikan dengan dipegang saja dan dengan kata-kata yang menentramkan. Bila ia masih

tetap bingung dan gelisah, maka perlu diberi diazeapam atau penthotal secara intravena untuk

mengakhiri keadaan bingungnya..

3)      Reaksi disosiasi atau keadaan fugue memperlihatkan pasien dalam keadaan bingung

juga. Keduanya merupakan jenis nerosa histerik yang disebabkan oleh konflik emosional.

Kesadaran pasien menurun, ia berbicara dan berbuat sesuai seperti dalam keadaan mimpi,

sesudahnya terdapat amnesia total.

4)      Ledakan amarah tidak jarang timbul pada anak kecil. Mereka menjadi binggung dan

marah tidak karuan. Penyebabnya sering terdaat pada hubungan dengan dunia luar yang

dirasakan begitu menekan sehingga tidak dapat ditahan lagi dan anak kecil itu bereaksi dengan

caranya sendiri.

D.    Terapi dan Pengobatan gaduh-gelisah

Terapi terhadap Underlying disease merupakan tatalaksana saat ini yang menentukan

pendekatan apa yang kita gunakan, antara lain :

         .Perawatan terhadap keadaangaduh gelisah termasuk delirium dan gangguan mental

organik. 

         Fiksasi pada tempat tidur dandibuat ruangan tersendiri adalah tindakan yang sangat

membantu.

         Lampu yang cukup terang

         orientasi dipertahankandengan adanya jam dan kalender 

         didampingi oleh kerabatterdekat merupakan lingkungan yang mempercepat perbaikan.

         Pada keadaan primer psikitri,anti psikotik dan atau anti anxietas mempunyai dampak

yang sangat baik

Kemudian ditunjang lingkungan yang tidak merangsang, serta psikoterapi

dasar dan psikoeducation diperlukan untuk mengurangi keadaan gaduh gelisah.

5

Page 6: BAB 1.docx

Pada gangguan kepribadian membutuhkan kombinasi dari

supportiveand basic cognitive psykotherapies and firm limit setting. Keterlibatan penegak hukum

dalam hal ini kepolisian akan sangat membantu pasien untuk tidak melawan dokter. Sedangkan

penggunaan obat-obat sedapat mungkin tidak digunakan.

  Pendekatan Umum Pasien Dengan Gaduh Gelisah

         Selalu dalam keadaan rendahhati dan tenang.

        Usahakan tidak menentang pasien, jika hal ini tidak dilakukan maka pasien akan marah danc

enderung tetap dalam kondisi gaduh gelisah.

         Sampaikan pada pasiententang siapa dan apa tugas kita sebagai dokter.

         Bicara dengan jelas, danhindari kontak mata yang lama.

         Selalu menjaga jarak 

         Bersikap empati terutama pada pasien yang merasa kecewa/putus asa.

         Hati-hati karena wawancara yang dilakukan dapat memicu perilaku kekerasan.

         Disarankan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dan dalam waktu yang singkat.

         Pertanyaan tertutup merupakan pertanyaan yang efisien untuk mendapatkan informasi pada

keadaan ini. 

         Bangun kepercayaan dengan pasien.

         Menawarkan makananataupun minuman akan mempercepat pasien kooperatif.

         Jika mungkin perkenankan pasien untuk memilih perawatan seperti apa yang diinginkan.

         Gunakan waktu secaraefisien, jika pasien bersedia untuk diambil darah maka lakukan pemeri

ksaan pemeriksaan sesuai indikasi.

         Selalulah berfikir bahwa iniadalah kesempatan satu-satunya

Pasien gaduh gelisah membahayakan bagi pasien sendiri dan orang-orangdisekitar oleh

karena cara pengambilan keputusan oleh pasien yang lemah.

Tujuan utama perawatan adalah membuat pasien tenang dan tidak gaduh gelisah lagi. Pilihan

sedian yang ada :

a.       Golongan Phenothiazine

Salah satu obat yang paling banyak dipakai saat ini adalah Chlopromazine (largactil,

promactil, ethibernal), yang diberikan dengan dosisawal 50 - 100 mg, dan bila diberikan

perenteral, sebaiknya diberikan secara deep intramuscular.

6

Page 7: BAB 1.docx

Perlu diperhatikan, obat ini mempunyai khasiat hipotensif      

(karenanya tidak dianjurkan dalam pemberian intravenous) dan suntikan dapat menyebabkan

infiltrat di antara otot (rasa sakit). 

Demikian pula sifat epileptogenik dari derivate phenothiazine perlu pula diperhatikan.  

Mengingat efek samping yang cukup banyak darichlorpromazine, di Indonesia saat ini juga

dijumpai preparat perenteral lainnya seperti fluphenazine (anatensol HCI).  

Preparat tersebut saat ini mudah diperoleh, dan dapat diberikan dalam dosis yang relatif

lebih rendah : yakni 2,5 - 5 mg yang dapat diberikan dalam bentuk injeksi sebanyak 1 - 2 cc. 

b.      Golongan butyrophenon

Obat-obat yang termasuk golongan ini antara lain Serenace, danHaldol/Haloperidol. FDA

tidak menyetujui sedian IV bagi haloperidol, tetapi dapat digunakan bersama Salin untuk

mencegah presipitasi dengan Heparindan Phenytoin. Dosis yang diberikan :

-Gaduh gelisah ringan dengan 0.5 mg – 2 mg.

-Gaduh gelisah sedang dimulai dengan 5-10 mg.

-Gaduh gelisah berat memerlukan permulaan 10 mg.

Jika pasien masih gaduh gelisah dapat diberikan kembali tiap 20-30 menit dan dapat

ditingkatkan pemberian bolus 75 mg. Haloperidol dapat diberikan secara IV dengan drip dengan

dosis rata-rata 10 -20 mg/jam.  Dapat juga digunakan dosis 400-500 mg/hari, dengan dosis awal

rendah pada pasien usia tua dan pasien dengan penyakit tertentu. Penggunaan IV lebih jarang

terjadi EPS, reaksi distonik, dan akathisia sertahipotensi.

c.       Golongan Thioxanthene

Walaupun beberapa ahli berpendapat bahwa efek-samping golongan ini kurang

menyenangkan, tetapi chlorprothixene yang pernah ada di pasaran Indonesia (Truxal, atau

taractan) ternyata cukup efektif dalam menanggulangi pasien gaduh gelisah bila diberi dalam

dosis 50 - 100 mg intramuskular. Pada Ruangan Gawat Darurat, pemberian

IV biasanya sulit pada keadaan gaduh gelisah, sehingga pasien harus ditenangkan menggunakan

sediaan IM ataupun konsentrat.

         Pilihann I: Haloperidol 5 mg IM/konsentrat dan diulangi 40 menit sampai pasien tenang.

Dilanjutkan dengan pemberian 2 mg IM/per oral tiap 4 jam bila perlu. Pengguanaan

berikutnya sampai dengan 24 jam.

7

Page 8: BAB 1.docx

         Pilihan II: Kombinasi antipsikotik dan Benzodiazepine mempunyai efek yanglebih

rendah. Haloperidol 5 mg IM/konsentrat tiap 30 menit jika perlusampai dengan pasien

tenang. Sebagai alternatif Lorazepam 2 mgIM/konsentrat diulangi 30 menit bila perlu

sampai pasien tenang.

         Pilihan III: Chlorpromasin 25 mg IM, jangan pernah memberikan lebih dari 50mg.

Karena dapat menyebabkan hipotensi, dan hindarkan penggunaan pada pasien tua.

  Penggunaan Elektro Convulsive Therapy

Di antara kasus-kasus tertentu, temyata ada yang masih membandelwalaupun kita telah

menggunakan dosis yang lebih tinggi. Tidak jarang dosisyang tinggi tadi dapat berakibat toksik

dan malahan menyebabkan pasien leblgelisah. Pada kasus yang dulu dikenal sebagai akute-

tt5dliche katatonie,disarankan diberikan Block-shock, yakni pemberian ECT sebanyak dua

atautiga kali dalam sehari, karena justru terapi ini yang menjadi Drugs of Choice.

Terapi ini dapat diulang pada hari-hari berikutnya selama tiga hari bila diperlukan. Perlu

diperhatikan, bahwa :mereka yang tidak mempunyai alat ECT, yang mutakhir, masih dapat pula

menggunakan elektrode dari listrik biasa (listrik bolak balik, dengan voltase 70 - 130 volt), dan

kedua electrode tersebut diletakkan di kedua pelipis penderita, dan waktu yang dibutuhkan

adalah 0,1 - 0,5 detik. (tapi preparasi pun harus dikerjakan dengan baik).

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penggunaan ECT adalah :

         ECT dapat memperhebat efek hipotensif dari neuroleptika (penyebabnyamasih

dipertanyakan). 

         Akhir akhir ini,   penggunaan ECT memperoleh kecaman yang hebat, khususnya oleh

negara-negara maju karena dianggap kurang etis. Tapi pemakaian untuk kasus-kasus

psikiatrik yang tepat, misalnya bagi keadaan Psikosis-depresiva, yang disertai agitasi,

pemakaian ECT masih dianggap yang paling potensial.

2.2.2        Bunuh Diri (Suicade)

Masalah bunuh diri bukanlah masalah yang baru. Bangsa Indonesia telah mengenalnya

sejak zaman dahulu, terbukti dari cerita-cerita wayang, seperti cerita dewi shinta yang membakar

dirinya untuk membuktikan kesuciannya pada Rama. Mati seperti inilah dianggap oleh

masyarakat sebagai mati terhormat.

8

Page 9: BAB 1.docx

Dalam kepustakaan terdaat banyak definisi bunuh diri atau suiside (percobaan bunuh diri,

Latin : “tentamen suicide”, inggris: “suicide attempt”). Ada yang menganggap (percobaan)bunuh

diri ialah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya sendiri dan dengan

sengaja dilakukan oleh seorang yang tahu akan akibatnya yang mungkin pada waktu yang

singkat. (percobaan) bunuh diri ialah segala perbuatan seseorang yang dapat mengakhiri

hidupnya sendiri dalam waktu singkat (Maramis,1998)

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri

kehidupan. Perilaku bunuh diri yang tampak pada seseorang disebabkan karena stress yang

tinggi dan kegagalan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah (Keliat,

1993). Perilaku bunuh diri atau destruktif diri langsung terjadi terus menerus dan intensif pada

diri kehidupan seseorang. Perilaku yang tampak adalah berlebihan, gejala atau ucapan verbal

ingin bunuh diri, luka atau nyeri (Rawlin dan Heacock, 1993).

Dewasa ini dikalangan psikiatri memandang bunuh diri sebagai perilaku yang bertujuan

mengatasi masalah hidup, suatu perilaku yang”unik manusiawi” dan kultural, yang

sesungguhnya bukan berarti pemusnahan diri, melainkan penyelesaian masalah frustasi,

enghindaran diri dari segala situasi yang tidak menyenangkan, pernyataan amarah atau

kegelisahan, unutk memeroleh keadaan tidur yang damai dan tentram. Lingkungan social juga

dapat mengadakan hambatan-hambatan(control social, dengan eraturan dan norma-norma

melalui perasaan malu), tetapi juga bisa memudahkan dan menganjurkan bunuh diri bila hal itu

dianggap menguntungkan kelompok. Sebaliknya peranan keadaan jiwa juga penting, lebih-lebih

dalam masyarakat kita sekarang ini dengan kecenderungan individu menjadi sangat individulistis

dan dengan norma-normal social menjadi lemah (control pribadi dengan hati nurani melalui

perasaan bersalah dan berdoa menjadi kurang). Itulah antara lain menjadi sebab bahwa jumlah

(percobaan) bunuh diri adalah tinggi, terutama dikota-kota besar dengan manusia yang hidup

secara sangat individualistis, karena struktur dan kehidupan kota itu sendiri.

9

Page 10: BAB 1.docx

Pohon Masalah

A.    Ada macam-macam pembagian bunuh diri dan percobaan bunuh diri.

a.       Pembagian Emile Durkheim masih dapat dipakai karena praktis yaitu:

1)      Bunuh diri egoistic

Individu ini tidak mampu berintegrasi dengan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kondisi

kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu seolah-olah tidak

berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa mereka yang

tidak menikah lebuh rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan dengan mereka

yang menikah. Masyarakat daerah pedesaan memunyai integrasi social yang lebih baik daripada

daerah erkotaan, sehingga angka suicide juga lebih sedikit.

2)      Bunuh diri altruistic

Individu tidak terikat pada tuntutan tradisi khusus atauun ia cenderung untuk bunuh diri karena

identifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa bahwa kelompok tersebut sangat

mengharapkannya.

3)      Bunuh diri anomik

Hal ini terjadi jika terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu dengan

masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan yang biasa.

Individu itu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau kelompoknya tidak dapat

memberikan kepuasan kepadanya karena tidak ada pengaturan dan pengawasan terhada

kebutuhannya. Hal ini menerangakan mengapa percobaan bunuh diri pada orang cerai

10

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Koping Individu Inefektif

Resiko Bunuh diri

Kehilangan

Isolasi menarik diri

Defisit Perawatan Diri

Regimen terapi inefektif

Dukungan keluarga inefektif

Page 11: BAB 1.docx

pernikahan lebih bnayak dari pada mereka yang tetap dalam pernikahan. Golongan manusia yang

mengalami perubahan ekonomi yang drastic juga lebih muda melakukan percobaan bunuh diri.

b.      Meninger

Meninger melihat 3 komponen pada orang yang melakukan bunuh diri yaitu: adanya

keinginan untuk membunuh dan menyerang, untuk dibunuh, dan untuk mati atau menghukum

diri sendiri.

c.       Scheidman dan Farberow

Scheidman dan Farberow membagi orang yang melakukan bunuh diri menjadi 4 golongan,

yaitu:

1)      Mereka yang percaya bahwa tindakan bunuh diri itu benar, sebab mereka memandang

bunuh diri sebagai peralihan menuju ke kehidupan yang lebih baik atau mempunyai arti

untuk menyelamatkan nama baiknya.

2)      Mereka yang sudah tua, hal ini ditemukan pada orang yang kehilangan anak, atau cacat

jasmaninya, yang menganggap bunuh diri sebagai suatu jalan keluar dari keadaan yang

tidak menguntungkan bagi mereka.

3)      Mereka yang psikotik, dan bunuh diri disini merupakan jawaban terhadap halusinasi atau

wahamnya

4)      Mereka yang bunuh diri sebagai balas dendam, yang percaya bahwa karena bunuh diri

orang lain akan berduka cita dan mereka sendiri akan dapat menyaksikan kesusahan

orang lain itu.

Menurut Schneidman dan Farberow (para pendiri Suicide Prevention Center” di Los

Angelos) istilah bunuh diri dapat mengandung arti:

1)      Ancaman bunuh diri (Threatened Suicide)

2)      Percobaan bunuh diri (Attempted Suicide)

3)      Bunuh diri yang telah dilakukan (Comitted Suicide)

4)      Depresi dengan niat hendak bunuh diri

5)      Melukai diri sendiri (Self Destruction)

11

Page 12: BAB 1.docx

Herbert Hendin  mengemukakan beberapa hal psikodinamika bunuh diri sebagai berikut:

a.       Kematian sebagai pelepasan pembalasan (death as retaliatory abandonment)

Suicade dapat merupakan usaha untuk mengurangi preokupasi tentang rasa takut dan kematian.

Individu mendapat perasaan seakan akan ia data mengontrol dan dapat mengetahui bilamana dan

bagaimana kematian ini.

b.      Kematian sebagai pembunuhan terkedik (ke belakang) (death as retroflexed murder)

Bagi individu yang mengalami gangguan emosi hebat, suicide dapat mengganti kemarahan atau

kekerasan yang tidak dapat direpresi. Orang ini cenderung untuk bertindak kasar dan suicide 

dapat merupakan penyelesaian mengenai pertentangan emosi dengan keinginan untuk

membunuh.

c.       Kematian sebagai penyatuan kembali (death as reunion)

Kematian dapat mempunyai arti menyenangkan, karena individu itu akan bersatu kembali

dengan orang yang telah meninggal (reuni khayalan). Lebih sering ditekankan pada rasa puas

untuk mengikuti yang telah meninggal itu.

d.      Kematian sebagai hukuman bagi diri sendiri ( death as self punishment)

Menghukum diri sendiri karena kegagalan dalam pekerjaan jarang terjadi pada wanita. Dalam

psikodinamika suicide , kehilangan yang berat memainkan peranan penting, misalnya kehilangan

kesehatan, kasih saying, uang, pekerjaan, kebanggan, kecantikan, status, kemerdekaan dan

teman. Pada umumnya jarang terdapat hanya satu factor pencetus bagi suicide. Pada penganut

teori nerofisiologik menganggap bahwa keputusan terakhir untuk melakukan bunuh diri

dipengaruhi oleh kelemahan fungsi serebrokortikal, anata lain karena insomnia dan barbituret

serta alcohol.

Solomon membagi besarnya resiko bunuh diri dengan melihat adanya tanda-tanda tertentu,

yaitu: tanda-tanda resiko berat dan tanda-tanda bahaya.

1.      Tanda-tanda resiko berat ialah:

a.       Keinginan mati yang sungguh-sungguh, pernyataan yang berulang-ulang bahwa ia

ingin mati (anggapan bahwa orang yang mengatakan demikian tidak akan

berbuatnya,ternyata keliru)

b.      Adanya depresi dengan gejala rasa salah dan dosa terutama terhadap orang-orang yang

sudah meninggal, rasa putus asa, ingin dihukum berat, rasa cemas yang hebat, rasa

12

Page 13: BAB 1.docx

tidak berharga lagi, sangat berkurangnya nafsu makan, sex dan kegiatan, serta adanya

gangguan tidur yang berat.

c.       Adanya psikosa;terutama penderita psikosa impulsive, serta adanya perasaan curiga,

ketakutan dan panic. Keadaan semakin berbahaya bila penderita mendengar suara yang

memerintahkan membunuh dirinya.

2.      Tanda –tanda bahaya ialah:

a.       Pernah melakukan percobaan bunuh diri (jadi anggapan bahwa orang yang pernah

mencoba bunuh diri tidak akan berbuat demikian lagi juga keliru). Tempat dan cara

percobaan bunuh diri juga penting untuk melihat kesungguhan penderita. Jika percobaan

bunuh diri dulu itu dilakukan ditempat yang sepi, sehingga kecil kemungkinan bahwa

orang lain dapat menghalangi tindakannya, maka hal ini menandakan keinginan yang besar

untuk mati, tetapi bila dilakukan ditempat yang mudah diketahui orang, mungkin keinginan

untuk mati itu kecil. Juga cara yang dipakai, bila yang dipilih lebih besar dan lebih

menyakitkan maka makin besar niatnya dengan kemungkinan melakukan suicide lagi.

b.      Penyakit yang menahun: penderitan dengan penyakit kronis yang berat dapat melakukan

bunuh diri karena depresi yang disebabkan penyakitnya.

c.       Ketergantungan obat dan alcohol: alcohol dan beberapa obat mempunyai beberapa efek

melemahkan control dan merubah dorongan(impuls) sehingga memudahkan bunuh diri.

d.      Hipokhondriasis: keluhan fisik yang konstan dan bermacam-macam tanpa sebab organis

dapat menimbulkan depresi yang berbahaya.

e.       Bertambahnya umur: terutama pada pria, bertambahnya umur tanpa pekerjaan atau

kesibukan yang berarti dapat menambah perasaan bahwa hidupnya tidak berguna. Tetapi

dari beberapa artikel, rupa-rupanya diindonesia paling banyak terjadi bunuh diri antara

umur 20-40 tahun.

f.       Pengasingan diri: hal ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak dapat lagi menolong dan

mengatasi depersi yang berat.

g.      Kebanyakan kekayaan: individu tanpa uang, pekerjaan, teman atau harapan masa depan,

mempunyai gairah untuk hidup kurang dari pada yang mempunyai keluarga dan kedudukan

social yang lebih berhasil.

h.      Cacatan bunuh diri: setiap catatan bunuh diri hars diangggap sebagai tanda bahaya.

13

Page 14: BAB 1.docx

i.        Kesukaran penyesuaian diri yang kronis: individu dengan pergolakan yang lama atau

hubungan anatar individu yang tidak memuaskan, mempunyai kemungkinan lebih besar

untuk melakukan suicide.

j.        Tak jelas adanya keuntungan sekunder. Jika ancaman pasien tertuju pada orang tertentu

disekitarnya, maka mungkin percobaan bunuh diri bertujuan untuk memanipulasi dan

mengharapkan pertolongan, maka resikonya lebih kecil. Jika tidak terdapat keuntungan

sekunder yang jelas dan ancamannya, ditujukan benar-benar kepada dirinya, maka

resikonya jauh lebih besar.

B.     Tanda-tanda bunuh diri

Dikutip dari situs kesehatan mental epigee.org, berikut ini adalah tanda-tanda bunuh diri

yang mungkin terjadi:

1.      Bicara mengenai kematian: Bicara tentang keinginan menghilang, melompat, menembak

diri sendiri atau ungkapan membahayakan diri.

2.       Baru saja kehilangan: kematian, perceraian, putus dengan pacar atau kehilangan

pekerjaan, semuanya bisa mengarah pada pemikiran bunuh diri atau percobaan bunuh diri.

Kehilangan lainnya yang bisa menandakan bunuh diri termasuk hilangnya keyakinan

beragama dan hilangnya ketertarikan pada seseorang atau pada aktivitas yang sebelumnya

dinikmati.

3.      Perubahan kepribadian: seseorang mungkin memperlihatkan tanda-tanda kelelahan,

keraguan atau kecemasan yang tidak biasa.

4.      Perubahan perilaku: kurangnya konsentrasi dalam bekerja, sekolah atau kegiatan sehari-

hari, seperti pekerjaan rumah tangga.

5.      Perubahan pola tidur: tidur berlebihan, insomnia dan jenis gangguan tidur lainnya bisa

menjadi tanda-tanda dan gejala bunuh diri.

6.      Perubahan kebiasaan makan: kehilangan nafsu makan atau bertambahnya nafsu makan.

Perubahan lain bisa termasuk penambahan atau penurunan berat badan.

7.      Berkurangnya ketertarikan seksual: perubahan seperti ini bisa mencakup impotensi,

keterlambatan atau ketidakteraturan menstruasi.

8.      Harga diri rendah: gejala bunuh diri ini bisa diperlihatkan melalui emosi seperti malu,

minder atau membenci diri sendiri.

14

Page 15: BAB 1.docx

9.       Ketakutan atau kehilangan kendali: seseorang khawatir akan kehilangan jiwanya dan

khawatir membahayakan dirinya atau orang lain.

10.  Kurangnya harapan akan masa depan: tanda bunuh diri lainnya adalah seseorang merasa

bahwa tidak ada harapan untuk masa depan dan segala hal tidak akan pernah bertambah

baik.

11.  Beberapa tanda bunuh diri lainnya meliputi pernah mencoba bunuh diri, memiliki riwayat

penyalahgunaan obat atau alkohol, belanja berlebihan, hiperaktivitas, kegelisahan dan

kelesuan.

C.     Pencegahan dan pengobatan

Yang berhasil bunuh diri tentunya tidak perlu pengobatan lagi, hanya keluarga yang

ditinggalkan mungkin perlu diperhatikan, karena kejadian ini menimbulkan stress pada mereka

dan ada kecenderungan bunuh diri yang lebih besar diantara orang-orang yang telah

berhubungan denga orang yang telah melakukan bunuh diri. Bila ada kesempatan, maka kiranya

hal suicide secara umum sebaiknya dibicarakan dengan mereka.

Untuk yang tidak berhasil tindakan apa yang menjadi prioritas atau perhatian utama

dalam pengobatan pada permulaan kejadian itu, tergantung terhadap berat ringannya keadaan

badan dan jiwa atau kepada gejala-gejala yang paling menonjol. Pada semua kasus bunuh diri

egoistic dan anatomic, pemeriksaan dan pengobatan psikitrik mutlak diperlukan.

Bagaiman dengan pencegahan, mungkinkah hal ini? Pertanyaan lain ialah: mengapa kita

hendak mencegah orang yang hendak bunuh diri? Tidakkan manusia itu berkuasa dan

bertanggung jawab atas dirinnya sendiri? Kalau ia mau mati boleh saja asal jangan merugikan

orang lain atau orang lain tidak membantunya dalam hal ini. Orang-orang yang ber Tuhan,

pastinya dapat menjawab alas an dan pertanyaan diatas dengan mengemukakan pandangan

agama masing-masing. Dari sudut kedokteran juga dapat dikemukakan  bahwa setidak tidaknya

orang yang hendak melakukan bunuh diri egoistic maupun anatomic berada dalam keadaan

patologis. Mereka semua sedang mengalami ganggguan fungsi mental yang bervariasi dari yang

ringan sampai yang berat, karena itu perlu ditolong. Pencegahan bunuh diri altruistic boleh

dikatakan tidak mungkin, kecuali bila kebudayaan dan norma-norma masyarakat diubah.

Semua kasus percobaan bunuh diri harus mendapat perhatian sungguh-sungguh.

Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau dikamar pertolongan darurat di

rumah sakit, dibagian penyakit dalam atau bagian bedah. Dilakukan pengobatan terhadap luka-

15

Page 16: BAB 1.docx

Suicidal intentSuicidal ideation

Suicide Suicidal attempt

Suicidal gesture

Suicidal threat

luka atau keadaan keracunan. Kesadaran penderita tidak selalu menentukan urgensi suatu

tindakan medis, tetapi berhubungan erat dengan kriteria yang mencerminkan besarnya

kemungkinan suicide.

Bila keadaan keracunan dan/atau luka sudah dapat diatasi, maka dilakukan evaluasi

psikiatrik. Tidak ada hubungan antara beratnya gangguan badaniah dengan beratnya gangguan

psikologik. Penting sekali dalam pengobatannya untuk menangani juga gangguan mentalnya.

Untuk pasien dengan depresi elektrokonvulsi, obat-obat terutama berupa antidepressant dan

psikoterapi.

Proses Terjadinya Resiko Bunuh diri

2.2.3        Penyalahgunaan NAPZA

NAPZA atau DRUGS didefinisikan sebagai zat-zat yang mempengaruhi jiwa dan tidak

digunakan sebagai pengobatan. Sejak tahun 1969, kecenderungan pemakaian drugs semakin

bervariasi akibat ditemukannya jenis-jenis drugs baru antara lain: ganja, morfin, kokain,

psikotropika, heroin (putaw), ectasy, dan shabu-shabu (amfetamin). Jumlah orang yang

menyalahgunakan drugs di Indonesia sekitar 130.000 orang dari 200 juta penduduk Indonesia.

Namun dari sejumlah 130.000 ini telah menghabiskan dana negara 390 miliar per hari untuk

mengatasi dan memeranginya. Bayangkan jika dana tersebut digunakan untuk alokasi pendidikan

atau kesehatan. Tentu semua orang InsyaAllah sudah bisa menikmati pendidikan gratis hingga

perguruan tinggi.

Hebatnya lagi, Indonesia sekarang bukan hanya negara importir drugs, namun telah

menjadi negara produsen (penghasil) drugs.

16

Page 17: BAB 1.docx

Golongan NAPZA (DRUGS) :

1. Anti Psikosis (major tranquilizer, neuroleptik)

2. Anti Anxietas (minor tranquilizer psycholeptic)

3. Anti depresan (thymoleptika, pshychic energizeer)

4. Anti Mania (mood modulary, mood stabilizer)

5. Psikotogenik

Yang paling sering digunakan adalah golongan Psikotogenik dengan efek yang ditimbulkan

: gangguan/kelainan tingkah laku, halusinasi, ilusi, gangguan cara berfikir, perubahan alam

perasaan, dan lama-kelamaan menjadi psikosis (gila). Contoh obat yang sering digunakan antara

lain: heroin (putaw), morfin, ganja, shabu-shabu.

NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat yang bila

masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat,

sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi

kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA. Istilah

NAPZA umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan, yang menitik beratkan pada

upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan sosial. NAPZA sering disebut juga

sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak, sehingga menimbulkan perubahan

perilaku, perasaan, dan pikiran.

A.    Jenis NAPZA Yang Disalahgunakan :

a)      Narkotika

Narkotika (Menurut UU RI Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika).Narkotika adalah zat

atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang

dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibedakan

kedalam golongan-golongan :

1)      Narkotika Golongan I

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan

untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan,

(Contoh : heroin/putauw, kokain, ganja).

17

Page 18: BAB 1.docx

2)      Narkotika Golongan II :

Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan

dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi

mengakibatkan ketergantungan (Contoh :morfin, petidin).

3)      Narkotika Golongan III :

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan

ketergantungan (Contoh : kodein).

Narkotika yang sering disalahgunakan adalah Narkotika Golongan I, seperti  Opiat : morfin,

herion (putauw), petidin, candu, dan lain-lain - Ganja atau kanabis, marihuana, hashis - Kokain,

yaitu serbuk kokain, pasta kokain, daun koka.

b)     Psikotropika 

(Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika). Yang dimaksud

dengan Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika, yang

berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut :

1)      Psikotropika Golongan I

Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak

digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD). 

2)      Psikotropika Golongan II

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan

ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan .

(Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin).

3)      Psikotropika Golongan III

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk

tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma

ketergantungan (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).

18

Page 19: BAB 1.docx

4)       Psikotropika Golongan IV

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau

untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom

ketergantungan (Contoh : diazepam, bromazepam, Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide,

nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo).

Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain :

         Psikostimulansia : amfetamin, ekstasi, shabu

         Sedatif & Hipnotika (obat penenang, obat tidur)  : MG, BK, DUM, Pil koplo dan lain-

lain.

         Halusinogenika : Iysergic acid dyethylamide (LSD), mushroom.

c)       Zat Adiktif Lain

Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar yang disebut

Narkotika dan Psikotropika, meliputi :

1)      Minuman berakohol

Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan syaraf pusat, dan

sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika

digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat

itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu :

  Golongan A: kadar etanol 1-5%, (Bir)

  Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)

   Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House)

2)      Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut)

Mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan

rumah tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalah gunakan, antara

lain : Lem, thinner, penghapus cat kuku, bensin.

3)      Tembakau

Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat. Pada upaya

penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja,

19

Page 20: BAB 1.docx

harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu

masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang lebih berbahaya.

Bahan/ obat/zat yang disalahgunakan dapat juga diklasifikasikan sebagai berikut :

  Sama sekali dilarang : Narkotoka golongan I dan Psikotropika Golongan I.

  Penggunaan dengan resep dokter: amfetamin, sedatif hipnotika.

   Diperjual belikan secara bebas : lem, thinner dan lain-lain.

  Ada batas umur dalam penggunannya : alkohol, rokok.

Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan NAPZA dapat digolongkan

menjadi tiga golongan :

1)      Golongan Depresan (Downer)

Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini

membuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan membuatnya tertidur dan tidak

sadarkan diri. Golongan ini termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif

(penenang), hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.

2)      Golongan Stimulan(Upper)

Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan

kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk

golongan ini adalah : Amfetamin (shabu, esktasi), Kafein, Kokain

3)      Golongan Halusinogen

Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah

perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh

perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis. Golongan ini

termasuk : Kanabis (ganja), LSD, Mescalin.

B.     Penyalahgunaan Dan Ketergantungan

Penyalahgunaan dan Ketergantungan adalah istilah klinis/medik-psikiatrik yang

menunjukan ciri pemekaian yang bersifat patologik yang perlu di bedakan dengan tingkat

pemakaian psikologik-sosial, yang belum bersifat patologik

a.       Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA

secara berkala atau teratur diluar indikasi medis,sehingga menimbulkan gangguan

kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial.

20

Page 21: BAB 1.docx

b.      Ketergantungan NAPZA adalah keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik dan

psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA yang makin bertambah (toleransi),

apabila pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus zat

(withdrawal syamptom). Oleh karena itu ia selalu berusaha memperoleh NAPZA yang

dibutuhkannya dengan cara apapun, agar dapat melakukan kegiatannya sehari-hari secara

“normal”.

c.       Tingkat Pemakaian NAPZA.

  Pemakaian coba-coba (experimental use), yaitu pemakaian NAPZA yang tujuannya ingin

mencoba,untuk memenuhi rasa ingin tahu. Sebagian pemakai berhenti pada tahap ini, dan

sebagian lain berlanjut pada tahap lebih berat.

  Pemakaian sosial/rekreasi (social/recreational use) : yaitu pemakaian NAPZA dengan tujuan

bersenang-senang,pada saat rekreasi atau santai. Sebagian pemakai tetap bertahan pada tahap

ini,namun sebagian lagi meningkat pada tahap yang lebih berat.

  Pemakaian Situasional (situasional use) : yaitu pemakaian pada saat mengalami keadaan

tertentu seperti ketegangan, kesedihan, kekecewaaqn, dan sebagainnya, dengan maksud

menghilangkan perasaan-perasaan tersebut.

  Penyalahgunaan (abuse): yaitu pemakaian sebagai suatu pola penggunaan yang bersifat

patologik/klinis (menyimpang) yang ditandai oleh intoksikasi sepanjang hari, tak mapu

mengurangi atau menghentikan, berusaha berulang kali mengendalikan, terus menggunakan

walaupun sakit fisiknya kambuh. Keadaan ini akan menimbulkan gangguan fungsional atau

okupasional yang ditandai oleh : tugas dan relasi dalam keluarga tak terpenuhi dengan

baik,perilaku agresif dan tak wajar, hubungan dengan kawan terganggu, sering bolos sekolah

atau kerja, melanggar hukum atau kriminal dan tak mampu berfungsi secara efektif.

  Ketergantungan (dependence use) : yaitu telah terjadi toleransi dan gejala putus zat, bila

pemakaian NAPZA dihentikan atau dikurangi dosisnya. Agar tidak berlanjut pada tingkat

yang lebih berat (ketergantungan), maka sebaiknya tingkat-tingkat pemakaian tersebut

memerlukan perhatian dan kewaspadaan keluarga dan masyarakat. Untuk itu perlu dilakukan

penyuluhan pada keluarga dan masyarakat.

C.      Penyebab Penyalahgunaan Napza

Penyebab penyalahgunaan NAPZA sangat kompleks akibat interaksi antara faktor yang

terkait dengan individu, faktor lingkungan dan faktor tersedianya zat (NAPZA). Tidak terdapat

21

Page 22: BAB 1.docx

adanya penyebab tunggal (single cause) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

penyalagunaan NAPZA adalah sebagian berikut :

a.       Faktor individu :

Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada masa remaja, sebab remaja

yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik maupun sosial yang pesat merupakan

individu yang rentan untuk menyalahgunakan NAPZA. Anak atau remaja dengan ciri-ciri

tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi penyalahguna NAPZA. Ciri-ciri tersebut

antara lain :

  Cenderung membrontak dan menolak otoritas

  Cenderung memiliki gangguan jiwa lain (komorbiditas) seperti

  Depresi,Ccemas, Psikotik, Kkeperibadian dissosial.

  Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku

  Rasa kurang percaya diri (low selw-confidence), rendah diri dan memiliki citra diri

negative

   (low self-esteem)

  Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif

  Mudah murung,pemalu, pendiam

  Mudah merasa bosan dan jenuh

  Keingintahuan yang besar untuk mencoba atau penasaran

  Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun)

  Keinginan untuk mengikuti mode,karena dianggap sebagai lambing keperkasaan dan

kehidupan modern.

  Keinginan untuk diterima dalam pergaulan.

   Identitas diri yang kabur, sehingga merasa diri kurang “jantan”

  Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga sulit  mengambil

keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan tegas

  Kemampuan komunikasi rendah

  Melarikan diri sesuatu (kebosanan,kegagalan, kekecewaan,ketidak mampuan, kesepian

dan kegetiran hidup,malu dan lain-lain)

  Putus sekolah

  Kurang menghayati iman kepercayaannya

22

Page 23: BAB 1.docx

b.      Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik disekitar rumah,

sekolah, teman sebaya maupun masyarakat. Faktor keluarga,terutama faktor orang tua yang ikut

menjadi penyebab seorang anak atau remaja menjadi penyalahguna NAPZA antara lain adalah :

1)      Lingkungan Keluarga

  Komunikasi orang tua-anak kurang baik/efektif

  Hubungan dalam keluarga kurang harmonis/disfungsi dalam keluarga

   Orang tua bercerai,berselingkuh atau kawin lagi

  Orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh

  Orang tua otoriter atau serba melarang

  Orang tua yang serba membolehkan (permisif)

  Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teladan

  Orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah NAPZA

  Tata tertib atau disiplin keluarga yang selalu berubah (kurang konsisten)

  Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam keluarga

  Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahduna NAPZA

2)      Lingkungan Sekolah

  Sekolah yang kurang disiplin

  Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjual NAPZA

  Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri secara

kreatif dan positif

  Adanya murid pengguna NAPZA

3)      Lingkungan Teman Sebaya

  Berteman dengan penyalahguna

  Tekanan atau ancaman teman kelompok atau pengedar

4)       Lingkungan masyarakat/social

  Lemahnya penegakan hokum

  Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung

c.       Faktor Napza

  Mudahnya NAPZA didapat dimana-mana dengan harga “terjangkau”

  Banyaknya iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik untuk dicoba

23

Page 24: BAB 1.docx

  Khasiat farmakologik NAPZA yang menenangkan, menghilangkan nyeri, menidur-kan,

membuat euforia/fly/stone/high/teler dan lain-lain.

Faktor-faktor tersebut diatas memang tidak selau membuat seseorang kelak menjadi

penyalahguna NAPZA. Akan tetapi makin banyak faktor-faktor diatas, semakin besar

kemungkinan seseorang menjadi penyalahguna NAPZA. Penyalahguna NAPZA harus dipelajari

kasus demi kasus.Faktor individu, faktor lingkungan keluarga dan teman sebaya/pergaulan tidak

selalu sama besar perannya dalam menyebabkan seseorang menyalahgunakan NAPZA. Karena

faktor pergaulan, bisa saja seorang anak yang berasal dari keluarga yang harmonis dan cukup

kominikatif menjadi penyalahguna NAPZA

D.    Deteksi Dini Penyalahgunaan Napza

Deteksi dini penyalahgunaan NAPZA bukanlah hal yang mudah,tapi sangat penting

artinya untuk mencegah berlanjutnya masalah tersebut. Beberapa keadaan yang patut dikenali

atau diwaspadai adalah :

a.       Kelompok Risiko Tinggi

Kelompok Risiko Tinggi adalah orang yang belum menjadi pemakai atau terlibat dalam

penggunaan NAPZA tetapi mempunyai risiko untuk terlibat hal tersebut, mereka disebut

jugaPotential User (calon pemakai, golongan rentan). Sekalipun tidak mudah untuk

mengenalinya, namun seseorang dengan ciri tertentu (kelompok risiko tinggi) mempunyai

potensi lebih besar untuk menjadi penyalahguna NAPZA dibandingkan dengan yang tidak

mempunyai ciri kelompok risiko tinggi. Mereka mempunyai karakteristik sebagai berikut :

  Anak

Ciri-ciri pada anak yang mempunyai risiko tinggi menyalahgunakan NAPZA antara lain :

o   Anak yang sulit memusatkan perhatian pada suatu kegiatan (tidak tekun)

o   Anak yang sering sakit

o   Anak yang mudah kecewa

o   Anak yang mudah murung

o   Anak yang sudah merokok sejak Sekolah Dasar

o   Anak yang sering berbohong,mencari atau melawan tatatertib

o   Anak dengan IQ taraf perbatasan (IQ 70-90)

24

Page 25: BAB 1.docx

Ciri-ciri remaja yang mempunyai risiko tinggi menyalahgunakan NAPZA :

o   Remaja yang mempunyai rasa rendah diri, kurang percaya diri dan mempunyai citra diri

negative

o    Remaja yang mempunyai sifat sangat tidak sabar

o    Remaja yang diliputi rasa sedih (depresi) atau cemas (ansietas)

o    Remaja yang cenderung melakukan sesuatu yang mengandung risiko tinggi/bahaya

o    Remaja yang cenderung memberontak

o    Remaja yang tidak mau mengikutu peraturan/tata nilai yang berlaku

o    Remaja yang kurang taat beragama

o   Remaja yang berkawan dengan penyalahguna NAPZA

o   Remaja dengan motivasi belajar rendah

o   Remaja yang tidak suka kegiatan ekstrakurikuler

o   Remaja dengan hambatan atau penyimpangan dalam perkembangan psikoseksual

(pemalu,sulit bergaul, sering masturbasi,suka menyendiri, kurang bergaul dengan lawan 

jenis).

o   Remaja yang mudah menjadi bosan,jenuh,murung.

o   Remaja yang cenderung merusak diri sendiri

      Keluarga

Ciri-ciri keluarga yang mempunyai risiko tinggi,antara lain

o   Orang tua kurang komunikatif dengan anak

o   Orang tua yang terlalu mengatur anak

o   Orang tua yang terlalu menuntut anaknya secara berlebihan agar berprestasi diluar

kemampuannya

o   Orang tua yang kurang memberi perhatian pada anak karena terlalu sibuk

o   Orang tua yang kurang harmonis,sering bertengkar,orang tua berselingkuh atau ayah menikah

lagi

o   Orang tua yang tidak memiliki standar norma baik-buruk atau benar-salah yang jelas

o   Orang tua yang tidak dapat menjadikan dirinya teladan

o   Orang tua menjadi penyalahgunaan NAPZA

25

Page 26: BAB 1.docx

E.      Gejala Klinis Penyalahgunaan Napza

a)      Perubahan Fisik

Gejala fisik yang terjadi tergantung jenis zat yang digunakan, tapi secara umum dapat

digolongkan sebagai berikut :

      Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel), apatis (acuh tak

acuh), mengantuk, agresif,curiga.

       Bila kelebihan disis (overdosis) : nafas sesak,denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba

dingin, nafas lambat/berhenti, meninggal.

       Bila sedang ketagihan (putus zat/sakau) : mata dan hidung berair,menguap terus

menerus,diare,rasa sakit diseluruh tubuh,takut air sehingga malas mandi,kejang, kesadaran

menurun.

       Pengaruh jangka panjang, penampilan tidak sehat,tidak peduli terhadap

kesehatan dan kebersihan, gigi tidak terawat dan kropos, terhadap bekas suntikan pada lengan

atau bagian tubuh lain (pada pengguna dengan jarum suntik)

       Bila mengkonsumsi alkohol: Pemakaian jangka panjang dan overdosis justru

menurunkan fungsi otak akibat dirangsang terus menerus dan terjadi pembiusan otak, Hati (liver)

menjadi berlemak dan rusak (sirosis hepatis), Kerusakan ginjal, pancreas, Adiksi,Kematian, bisa

terjadi dalam jangka waktu singkat maupun panjang.

b)      Perubahan Sikap dan Perilaku

       Prestasi sekolah menurun,sering tidak mengerjakan tugas sekolah,sering 

membolos,pemalas,kurang bertanggung jawab.

      Pola tidur berubah,begadang,sulit dibangunkan pagi hari,mengantuk dikelas atau tempat 

kerja.

      Sering berpegian sampai larut malam,kadang tidak pulang tanpa memberi tahu lebih dulu.

      Sering mengurung diri, berlama-lama dikamar mandi, menghindar bertemu dengan anggota

keluarga lain dirumah.

       Sering mendapat telepon dan didatangi orang tidak dikenal oleh keluarga,kemudian

menghilang.

26

Page 27: BAB 1.docx

      Sering berbohong dan minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tak jelas

penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau milik keluarga,

mencuri, mengomengompas terlibat tindak kekerasan atau berurusan dengan polisi.  Sering

bersikap emosional, mudah tersinggung, marah, kasar sikap bermusuhan, pencuriga, tertutup dan

penuh rahasia

F.       Tujuan Terapi Dan Rehabilitasi

Tujuan dari Intervensi dan Penatalaksanaan Penggunaan NAPZAUmumnya tujuan terapi

ketergantungan napza adalah sebagai berikut :

1)      Abstinensia atau penghentian total penggunaan napza.

Tujuan terapi ini tergolong sangat ideal, namun sebagian besar pasien tidak mampu atau

tidak bermotivasi untuk mencapai sasaran ini, terutama pasien-pasien pengguna awal. Usaha

pasien untuk mempertahankan abstinensiatersebut dapat didukung dengan meminimasi efek-efek

yang langsung ataupuntidak langsung akibat penggunaan napza. Sedangkan sebagian pasien

lainmemang telah sungguh-sungguh abstinen terhadap salah satu napza, tetapikemudian beralih

menggunakan jenis napza yang lain.

2)      Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps.

Tujuan utamanya adalah mencegah relaps. Bila pasien pernah menggunakansatu kali saja

setelah abstinensia, maka ia disebut “slip” . Bila ia menyadarikekeliruannya, dan ia memang

telah dibekali keterampilan untuk mencegahpengulangan penggunaan kembali, pasien akan tetap

mencoba bertahan untuk selalu abstinen. Program pelatihan ketrampilan mencegah

relaps(relapse prevention program),terapi perilaku kognitif (cognitive behavior therapy),opiate

antagonist maintenance therapy dengan naltrexone merupakanbeberapa alternatif untuk

mencapai tujuan terapi jenis ini.

3)      Memperbaiki fungsi psikologi, dan fungsi adaptasi sosial.

Dalam kelompok ini, abstinensia bukan merupakan sasaran utama. Terapi rumatan

metadon, syringe exchange program merupakan pilihan untuk mencapai tujuan terapi jenis ini.

Terapi medik ketergantungan napzamerupakan kombinasi psikofarmakoterapi dan terapi

perilaku. Meskipuntelah dipahami bahwa banyak faktor yang terlibat dalam terapiketergantungan

zat (termasuk faktor problema psikososial yang sangat kompleks), narnun upaya penyembuhan

ketergantungan napza dalam konteksmedik tetap selalu diupayakan.Seperti diketahui, terapi

27

Page 28: BAB 1.docx

medik ketergantungan napza terdiri atas dua faseberikut: Detoksifikasi, Rumatan (maintenance,

pemeliharaan, perawatan)

G.    Penatalaksanaan Umum Kondisi Kegawatdaruratan Penggunaan NAPZA:

  Tindakan terfokus pada masalah penyelamatan hidup (life threatening) melaluiprosedur ABC

(Airway, Breathing, Circulation) dan menjaga tanda-tanda vital.

  Bila memungkinkan hindari pemberian obat-obatan, karena dikhawatirkan akanada interaksi

dengan zat yang digunakan pasien. Apabila zat yang digunakan pasiensudah diketahui, obat

dapat diberikandengan dosis yang adekuat.

  Merupakan hal yang selalu penting untuk memperoleh riwayat penggunaan zat sebelumnya

baik melalui auto maupun alloanamnesa (terutama denganpasangannya). Bila pasien tidak

sadar perhatikan alat - alat atau barang yang adapada pasien.

  Sikap dan tata cara petugas membawakan diri merupakan hal yang pentingkhususnya bila

berhadapan dengan pasien panik, kebingungan atau psikotik 

  Terakhir, penting untuk menentukan atau meninjau kembali besaran masalah penggunaan zat

pasien berdasar kategori dibawah ini:

         Pasien dengan penggunaan zat dalamjumlah banyak dan tanda-tanda vitalyang

membahayakan berkaitan dengan kondisi intoksikasi. Kemungkinanakan disertai dengan

gejala-gejala halusinasi, waham dan kebingungan akantetapi kondisi ini akan kembali normal

setelah gejala-gejala intoksikasimereda.

         Tanda-tanda vital pasien pada dasarnya stabil tetapi ada gejala-gejala putuszat yang

diperlihatkan pasien maka bila ada gejala-gejala kebingungan ataupsikotik hal itu merupakan

bagian dari gejala putus zat.

         Pasien dengan tanda-tanda vital yang stabil dan tidak memperlihatkangejala putus zat yang

jelas tetapi secara klinis menunjukkan adanya gejalakebingungan seperti pada kondisi

delirium atau demensia. Dalamperjalanannya mungkin timbul gejala halusinasi atau waham,

tetapi gejalaini akan menghilang bilamana kondisi klinis delirium.

28

Page 29: BAB 1.docx

BAB 3

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Kedaruratan psikiatri dibagi dalam beberapa bagian diantaranya ialah bunuh diri,gaduh

atau gelisah dan penyalahgunaan napza. Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak

dicegah dapat mengarah pada kematian (Gail w. Stuart, Keperawatan Jiwa,2007). Secara garis

besar bunuh diri dapat dibagi menjadi 3 kategori  besar yaitu;

1.     Upaya bunuh diri (Suicide attempt) yaitu sengaja melakukan kegiatan menuju bunuh diri, dan

bila kegiatan itu sampai tuntas akan menyebabkan kematian

2.      Isyarat bunuh diri (Suicide gesture) yaitu bunuh diri yang direncanakan untuk usaha

mempengaruhi perilaku orang lain.

3.     Ancaman bunuh diri (Suicide threat) yaitu suatu peringatan baik secara langsung atau tidak

langsung, verbal atau nonverbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh diri.

Setiap orang yang ingin melakukan prilaku bunuh diri biasanya melewati beberapa

rentang ataupun tahap-tahapan diantaranya: Suicidal ideation, Suicidal intent, Suicidal threat,

Suicidal gesture, Suicidal attempt dan suicide.

Sementara itu gaduh/gelisah merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan : banyak

bicara, mondar-mandir,lari-lari,loncat-loncat,destruktif dan bingung. Hal ini di sebabkan oleh :

Gangguan mental organik (delirium), psikosis fungsional, amok, gangguan panic, kebingungan

post konvulsi, reaksi disosiatif dan  ledakan amarah (temper tantrum).

Kedaruratan psikiatri yang ke tiga ialah penyalahgunaan napza. NAPZA (Narkotika,

Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh

manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan

gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan

(adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA. Penyebab penyalahgunaan

NAPZA sangat kompleks akibat interaksi antara faktor yang terkait dengan individu, faktor

lingkungan dan faktor tersedianya zat (NAPZA). Tidak terdapat adanya penyebab tunggal (single

cause) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyalagunaan NAPZA diantaranya ialah :

factor individu, faktor lingkungan dan faktor NAPZA itu sendiri.

29

Page 30: BAB 1.docx

3.2  Saran

Seyogyaanya perilaku bunuh diri, gelisah/gaduh dan penyalahgunaan NAPZA dapat di

cegah atau dihindarkan dengan beberapa cara diantaranya :

1.      Selalu berfikiran positif akan segala hal

2.      Selalu mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa

3.      Menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan yang positif

4.      Jangan mencoba-coba sesuatu yang tidak baik.

30


Top Related